Anda di halaman 1dari 122

LAPORAN AKHIR TAHUN

PENDAMPINGAN KAWASAN RUMAH


PANGAN LESTARI DI PROVINSI BENGKULU

Umi Pudji Astuti

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga Laporan Akhir Tahun2014 Kegiatan Pendampingan Kawasan Rumah
Pangan Lestari di Provinsi Bengkulu dapat tersusun. Laporan ini dibuat sebagai
salah satu pertanggungjawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan mulai bulan
Januari sampai dengan bulan Desember Tahun 2014.
Secara umum kegiatan Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari
di Provinsi Bengkulu ini berjalan dengan baik. Semoga laporan akhir ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
ini tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan
sangat diharapkan. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu
pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan terima kasih. Semoga kegiatan ini
dapat

memberikan

manfaat

bagi

percepatan

adopsi

inovasi

teknologi

pemanfaatan lahan pekarangan di Provinsi Bengkulu.

Bengkulu, Desember 2014


Penanggung jawab Kegiatan

Dr. Umi Pudji Astuti, MP


NIP. 19610531 199003 2 001

ii

LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHP

: Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari


di Provinsi Bengkulu

2. Unit Kerja

: BPTP Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja

: JL. Irian KM 6,5 Bengkulu 38119

4. Sumber Dana

: DIPA BPTP Bengkulu TA. 2014

5. Status Kegiatan (L/B)

: L (Lanjutan)

6. Penanggung Jawab
a. Nama
b. Pangkat/Golongan
c. Jabatan Fungsional

: Dr.Ir.Umi Pudji Astuti,MP


: Pembina /IVa
: Penyuluh Madya

7. Lokasi

: 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu

8. Agroekosistem

: Lahan kering dataran rendahdan dataran tinggi


(pekarangan)

9. Tahun Mulai

: 2013

10. Tahun Selesai

: 2015

11. Output Tahunan

: 1. Tersedianya paket teknologi pertanian di


lahan pekarangan bagi penyuluh dan
pelaksanaKRPL di Provinsi Bengkulu
2. Terdiseminasikannya paket teknologi
pertaniandi lahan pekarangan di Provinsi
Bengkulu melalui gelar teknologi, display
KRPL, demplot, apresiasi petani/pelatihan,
penerbitan informasi teknologi budidaya
3. Menumbuhkan pasar KRPL di Provinsi
Bengkulu

12. Output Akhir

: 1. Terciptanya lingkungan hijau, bersih dan


konsumsi yang sehat bagi masyarakat.
2.Peningkatan PPHdan kesejahteraan
masyarakat.
3. Terciptanya pelaku bisnis pembibitan sayuran
dan buah-buahan di perdesaan dan
perkotaan.

iii

13.Biaya

: Rp.600.000.000,-(Enam Ratus Juta Rupiah)

14. Biaya Setelah Revisi

: Rp.600.000.000,- (Enam Ratus Juta Rupiah)

Koordinator Program,

Penanggung Jawab RDHP

Ir. Wahyu Wibawa, MP, Ph.D


NIP. 19690427 199803 1 001

Dr. Umi Pudji Astuti, MP


NIP. 19610531 199003 2 001

Mengetahui:
Kepala BBP2TP,

Kepala Balai,

Dr. Ir. Abdul Basit,M.S


NIP. 19610929 198603 1 003

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP


NIP. 19590206 198603 1 002

iv

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL .....................................................................................
i
KATA PENGANTAR ................................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................
iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
v
DAFTAR TABEL .....................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
viii
RINGKASAN ..........................................................................................
ix
I.

PENDAHULUAN ...........................................................................
1.1. Latar Belakang ....................................................................
1.2. Dasar Pertimbangan.............................................................
1.3. Tujuan.................................................................................
1.4. Keluaran yang Diharapkan ...................................................
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak .

1
1
2
4
4
4

II.

TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................

III.

PROSEDUR .................................................................................
3.1. Ruang Lingkup Pendampingan .............................................
3.2. Sasaran Pendampingan .................................................
3.3. Pendekatan Konsep dan Tahapan Pendampingan KRPL .........
3.4. Lokasi Kegiatan ..................................................................
3.5. Bahan dan Alat ..
3.6. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

10
10
10
11
11
12
14

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................


4.1. Koordinasi dan Sosialisasi ....................................
4.2. Lokasi Kegiatan Pendampingan KRPL di 10 Kabupaten/Kota...
4.3. Kegiatan Pertemuan/Pelatihan.....................................
4.4. Penyampaian Inovasi Pertanian/Narasumber ......................
4.5. Bahan Cetak yang terdiseminasi .....................................
4.6. Pengembangan Ayam KUB di KBI dan Anak Ayam Turunan-1
4.7. Implementasi Display di BPTP Bengkulu .
4.8. Pasar Kawasan Rumah Pangan Lestari
4.9. Diseminasi Inovasi Teknologi....
4.10. Umpan Balik Pendampingan KRPL ...

16
16
17
21
22
24
25
26
27
28
28

V.

KESIMPULAN ............................................................

30

VI.

KINERJA HASIL ...........................................................................

31

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................


ANALISIS RESIKO
JADWAL KERJA ..
PEMBIAYAAN ..
PERSONALIA
LAMPIRAN ...........................................................................................

32
34
36
36
38
39

DAFTAR TABEL

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Halaman
Lokasi Pendampingan KRPL di Provinsi Bengkulu Tahun 2014 ...........
12
Komoditas yang diimplementasikan ..
13
Kegiatan Koordinasi Pendampingan KRPL Tahun 2014 .....................
15
Daftar Nama Liaison Officer (LO) Tahun 2014.................
18
Lokasi Pendampingan KRPL Tahun 2014 .........................................
18
Kegiatan Pelatihan dan Sosialisasi Tahun2014 ................................
21
Penyampaian Materi ke Stakeholders Tahun 2014
22
Media Informasi yang Terdiseminasi Tahun2014 ............................
24

9.
10.
11.

Distribusi Ayam KUB di KBI BPTP Tahun2014 .................................


Hasil Survey Efektivitas Metode Pendampingan ..........................
Preferensi Terhadap Media Penyuluhan ..

vi

25
28
29

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Materi Narasumber......................
Materi Pelatihan ..................................................
Dokumentasi..................................................................................
Kuesioner .......................................................................................
Hasil Analisis Kompos ......................................................................
Berita Acara Pemusnahan Ayam KUB .

vii

40
71
86
92
107
108

RINGKASAN
1

Judul

Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari di


provinsi Bengkulu.

Unit kerja

BPTP Bengkulu

Tujuan

1. Menyiapkan paket teknologi pertanian di lahan

pekarangan bagi penyuluh dan pelaksana


KRPL di Provinsi Bengkulu
2. Mendiseminasikan paket teknologi pertanian di
lahan pekarangan melalui gelar teknologi,
display KRPL, demplot KBD, apresiasi
petani/pelatihan,
penerbitan
informasi
teknologi budidaya
3. Menumbuhkan pasar KRPL
4

Keluaran

1. Tersedianya paket teknologi pertanian di lahan

pekarangan bagi penyuluh dan pelaksana


KRPL di Provinsi Bengkulu
2. Terdiseminasikannya paket teknologi pertanian
di lahan pekarangan di Provinsi Bengkulu
melalui gelar teknologi, display KRPL, demplot,
apresiasi
petani/pelatihan,
penerbitan
informasi teknologi budidaya
3. Menumbuhkan pasar KRPL di Provinsi
Bengkulu
5

Prosedur

Pendampingan program KRPL dilaksanakan di

10 kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu.


Ruang lingkup kegiatan meliputi :
a. Pendampingan teknologi oleh petugas BPTP
di setiap Kabupaten/Kota (penguatan KBD,
pemilihan benih yang sesuai).
b. Gelar teknologi di KBD M-KRPL.
c. Sosialisasi (pasar KRPL), apresiasi dan
petalihan petani.
d. Nara sumber dalam pelatihan penyuluh
pendamping.
e. Penerbitan media cetak dan elektronik.
f. Membangun display di BPTP sebagai wahana
praktek belajar-mengajar bagi petani,
penyuluh dan stakeholders sebagai mitra
kerja BPTP.
g. Pemberdayaan KBI sebagai sumber benih
KBD.
h. Pengumpulan data dari petani pelaksana
melalui pre test dan post tes, pengisian
kuestioner tentang minat dan persepsi

viii

petani
terhadap
teknologi
yang
didiseminasikan
serta
metode
penyebarannya.
Analisis data menggunakan pre test dan post
test secara deskriptif diuji dengan statistic non
parametrik.
Capaian

: 1. Pendampingan KRPL dilakukan pada 69


desa/kelurahan di 10 kabupaten/kota.
2. Komoditas sayuran yang diadopsi oleh petani
antara lain: Kol bunga, cabai, tomat, sawi,
kangkung, bayam, terung, kol daun, seledri,
bawang daun, bawang merah.
3. Penyebaran ayam KUB telah dilakukan di 7
kabupaten/kota sebanyak 4.168 ekor.
4. Bahan informasi yang disebarluaskan kepada
petani adalah leaflet, buku saku, dan buku
petunjuk pelaksanaan.
5. Penguatan KBD yang dilakukan di Provinsi
Bengkulu sebanyak 20 unit di 20 desa/kelurahan

Manfaat

: 1. Tumbuhnya tanaman yang subur di setiap


keluarga dan KBD.
2. Berkembangnya tanaman pekarangan sebagai
sumber pangan keluarga di setiap Kabupaten
dan Kota.
3. Meningkatnyakualitas konsumsi keluarga dan
pendapatan keluarga.

Dampak

: 1. Terciptanya lingkungan hijau, bersih dan


konsumsi sehat bagi masyarakat.
2. Peningkatan kesejahteraan masyarakat.
3. Terciptanya pelaku bisnis pembibitan sayuran
dan buah-buahan di perdesaan dan perkotaan.

Jangka Waktu

3 (tiga) tahun (2013 s/d 2015)

10

Biaya

Rp.600.000.000. (Enam Ratus Ribu Rupiah )

11

Biaya Setelah
Revisi

Rp.600.000.000,- (Enam Ratus Juta Rupiah)

ix

SUMMARY
1

Title

: KRPL s Assistance in Bengkulu province

Unit of Work

: AIAT (BPTP)Bengkulu

Purposes

: 1.

Output

Setting up a package of agricultural technology in


their yards for facilitators and implementers KRPL in
Bengkulu Province
2. Disseminate agricultural technology packages in their
yards through technology degree, KRPL display,
demonstration plots nursery village, appreciation
farmer / training, information publishing cultivation
technology
3. Growing market KRPL

1. Availability of agricultural technology packages in

their yards for facilitators and implementers KRPL in


Bengkulu Province
2. Dissemination of agricultural technology packages in
their yards in Bengkulu Province through technology
degree, KRPL display, demonstration plots, farmer
appreciation / training, information publishing
cultivation technology
3. Growing market KRPL in Bengkulu Province
5

Methodology

1.
2.

Assist KRPL program thta implemented in 10


districts/city in Bengkulu Province.
The scope of activities includes:
a. Technology assistance by officials of BPTP in
each
district
/city
(nursery
village
reinforcement, the selection of appropriate
seed).
b. Technology degree in M-KRPLs nursery village
c. Socialization (KRPLs market), appreciation and
farmers training.
d. Resource persons in extensionist training
e. Publishing printed and electronic media
f. Build a display in BPTP as a vehicle for teaching
and learning practices of farmers, extensionist,
and stakeholders as BPTP partners.
g. KBI empowerment as a source of nursery
village seed.
h. Collecting data from farmers hrough pre-test
and post-test, about the interest and perception
of farmers to technologies that are
disseminated and the method of dissemination.

3. Analysis of the data using pre-test and post-test


6

Achievement

: 1.

2.

3.
4.
5.

descriptively tested by non-parametric statistics.


Assistance KRPL conducted at 69 villages / urban
villages in 10 districts / cities.
Commodities vegetables adopted by farmers include:
Cabbage flowers, peppers, tomatoes, mustard greens,
kale, spinach, eggplant, cabbage leaves, celery, leek,
onion.
Spread chicken superior Balitnak been done in 7
districts / cities as many as 4,168 birds.
Material information to farmers is disebarluaskankan
leaflets, booklets, and guide implementation.
Strengthening nursery village conducted in the
province of Bengkulu many as 20 units in 20 villages /
urban

Benefits

: 1. The growth of lush plantsineachfamilyand nursery


village.
2. Thedevelopment ofplantsas family food sources
ineverydistricts and city.
3. The increasing of family consumption qualityandfamily
income

Impact

1. The creation of a green, clean environment and

healthy for consumption society


2. The improvement of public welfare
3. The creation of vegetables and fruits nursery
businesses in rural and urban
9

Period

: 3 (three) years (2013 up to 2015)

10 Cost

: Rp.600.000.000. (Six hundred million rupiahs)

11 Revition cost

: Rp.600.000.000. (Six hundred million rupiahs)

xi

I. PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan salah satu bentuk

implementasi keberlanjutan program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi


Pangan (P2KP) Berbasis Sumber Daya Lokal. Pada tahun 2013, Program P2KP
diimplementasikan melalui kegiatan: (1) Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan
melalui

konsep

Kawasan

Rumah

Pangan

Lestari

(KRPL),

(2)

Model

Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L), serta (3) Sosialisasi dan Promosii
P2KP.
Pelaksanaan kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
(P2KP) ini merupakan implementasi dari Rencana Strategis Kementerian
Pertanian yaitu Empat Sukses Pertanian, yang salah satunya ialah mengenai
Peningkatan Diversifikasi Pangan, yang merupakan salah satu kontrak kerja
antara Menteri Pertanian dengan Presiden Republik Indonesia pada tahun 20092014, dengan tujuan untuk meningkatkan keanekaragaman pangan sesuai
dengan karakteristik wilayah. Kontrak kerja ini merupakan tindak lanjut dari
Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, yang
ditindaklanjuti

oleh

Peraturan

Menteri

Pertanian

Nomor

43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman


Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Peraturan tersebut kini menjadi
acuan untuk mendorong upaya penganekaragaman konsumsi pangan dengan
cepat melalui basis kearifan lokal serta kerja sama terintegerasi antara
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Di tingkat provinsi, kebijakan tersebut telah ditindaklanjuti melalui surat
edaran atau Peraturan Gubernur (Pergub), dan di tingkat kabupaten/kota
ditindaklanjuti

dengan

surat

edaran

atau

Peraturan

Bupati/Walikota

(Perbup/Perwalikota).Gerakan P2KP sangat jelas di lapangan, terutama pada


tingkat provinsidan kabupaten/kota, baik itu melalui integrasi berbagai kegiatan
dalam mewujudkan pengembangan ekonomi daerah, maupun dari segi
pelaksanaan dan pembiayaannya. Selain itu, Gubernur dan bupati/walikota
sebagai integrator utama memiliki peranan penting dalammengoordinasikan

gerakan P2KP, khususnya terhadap Satuan KerjaPerangkat Daerah (SKPD)


sebagai agen pembawa perubahan (agent of change).
Laju

pembangunan

pertanian

yang

semakin

dinamis

menuntut

percepatan adopsi teknologi oleh pelaku utama maupun pelaku usaha di sektor
pertanian. Dalam merespon tuntutan tersebut perlu dilakukannya pendampingan.
Pendampingan merupakan salah satu aspek penting dalam mensukseskan
program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Pendampingan yang holistik,
bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur sangat diharapkan oleh semua
pihak dalam mengakselerasi pencapaian dari sasaran yang telah ditetapkan.
Menindak lanjuti arahan Presiden RI pada acara Konferensi Dewan
Ketahanan Pangan pada bulan Oktober 2010 di Jakarta tentang ketahanan dan
kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga. Terkait
denganhal ini, pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan
rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian
pangan rumah tangga.Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman
kebutuhan keluarga sudah dilakukan masyarakat sejak lama dan terus
berlangsung hingga sekarang namun belum dirancang dengan baik dan
sistematis pengembangannya terutama dalam menjaga kelestarian sumberdaya.
Olehkarena itu, komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam
mewujudkan

kemandirian

pangan

melalui

diversifikasi

pangan

berbasis

sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman pangan untuk masa depan perlu
diaktualisasikan

dalam

menggerakkan

kembali

budaya

menanam

di

lahanpekarangan, baik di perkotaan maupun di perdesaan.


1.2. Dasar Pertimbangan
Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep KRPL,
selain bertujuan untuk peningkatan pengetahuan teknis budidaya tanaman
pekarangan juga diarahkan untuk pemberdayaan kemampuan kelompok wanita
membudayakan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan
aman (B2SA), serta peningkatan keterampilan dalam pengolahan pangan rumah
tangga.
Optimalisasi

pemanfaatan

pekarangan

dilakukan

melalui

upaya

pemberdayaan wanita untuk mengoptimalkan manfaat pekarangan sebagai


sumber pangan keluarga. Upaya ini dilakukan dengan membudidayakan berbagai

jenis tanaman sesuai kebutuhan keluarga seperti aneka umbi, sayuran, buah,
serta budidaya ternak dan ikan sebagai tambahan untuk ketersediaan sumber
karbohidrat, vitamin, mineral, dan protein bagi keluarga pada suatu lokasi
kawasan perumahan/warga yang saling berdekatan. Dengan demikian akan
dapat terbentuk sebuah kawasan yang kaya akan sumber pangan yang
diproduksi sendiri dalam kawasan tersebut dari optimalisasi pekarangan.
Pendekatan pengembangan ini dilakukan dengan mengembangkan pertanian
berkelanjutan (sustainable agriculture), antara lain dengan membangun kebun
bibit dan mengutamakan sumber daya lokal disertai dengan pemanfaatan
pengetahuan lokal (local wisdom) sehingga kelestarian alam pun tetap terjaga
Kegiatan KRPL yang dilaksanakan oleh P2KPdi Bengkulu tahun 2013 telah
dilaksanakan di 10 Kabupaten dan Kota dengan jumlah kelompok lebih dari 100,
kegiatan yang sama juga dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah melalui BKP
Provinsi (APBD I) dan APBD Kabupaten yang sudah lebih dari 50 kelompok.
Perkembangan KRPL yang telah dibangun sebagian besar hanya berjalan 1
musim tanam, pada musim tanam berikutnya sebagian besar kawasan tidak
terbentuk lagi yang tersisa adalah rumah tangga (RPL) yang merasakan manfaat
dan mau melanjutkan kegiatannya.
Permasalahan yang timbul mengapa kawasan yang ditumbuhkan tidak
berkesinambungan antara lain : tidak tersedianya benih yang baik, bantuannya
telah selesai dan tidak membeli bibit lagi, terbatasnya pendampingan teknologi
dari sumber teknologi, keberlanjutan pendampingan kurang berjalan. Minimnya
pengetahuan petani tentang teknis budidaya serta pengolahan hasil memerlukan
dukungan dan pendampingan yang berkelanjutan. Hasil kegiatan M-KRPL yang
dilaksanakan oleh BPTP menunjukkan bahwa pengetahuan petani tentang
teknologi budidaya tanaman di pekarangan masih rendah, minat petani untuk
memilih jenis sayuran yang akan ditanam beralasan bahwa komoditas tersebut
setiap hari dikonsumsi (Cabe), laku dijual, dapat diolah menjadi bahan olahan
(Kripik bayam, pisang, manisan terung, tomat, dll)
Tingkat adopsi teknologi pemanfaatan pekarangan di Provinsi Bengkulu
relatif masih rendahyang diindikasikan oleh masih kurangnya pemanfaatan
pekarangan. Tingkat pemahaman masyarakat dan penyuluh dalam pemanfaatan
pekarangan dalam upaya peningkatan ketahanan pangan masih rendah dan
perlu ditingkatkan. Melalui Pendampingan KRPLdalam bentuk kegiatan sosialisasi,

apresiasi, pelatihan-pelatihan dan gelar teknologi serta penyebaran bahan


informasi diharapkan dapatmeningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani
serta keberlanjutan kegiatan KRPL di Provinsi Bengkulu
1.3. Tujuan
Secara

umum

pendampingan

KRPLpada

tahun

2014bertujuan

untuk

mendampingi kegiatan KRPL di provinsi Bengkulu yang dilaksanakan oleh Badan


Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu dan P2KP kabupaten/kota di Provinsi
Bengkulu. Secara khusus tujuan pendampingan KRPL adalah :
1.

Menyiapkan paket teknologi pertanian di lahan pekarangan bagi penyuluh


dan pelaksana KRPL di Provinsi Bengkulu

2.

Mendiseminasikan paket teknologi pertanian di lahan pekarangan melalui


gelar teknologi, display KRPL, demplot KBD, apresiasi petani/pelatihan,
penerbitan informasi teknologi budidaya

3.
1.4.

Menumbuhkan pasar KRPL


Keluaran yang Diharapkan
Secara umum keluaran yang diharapkan adalah terdampinginya kegiatan

KRPL di provinsi Bengkulu yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan


Provinsi Bengkulu dan P2KP kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu. Keluaran
khusus yang diharapkan pada tahun 2014 adalah:
1.

Tersedianya paket teknologi pertanian di lahan pekarangan bagi penyuluh


dan pelaksana KRPL di Provinsi Bengkulu.

2.

Terdiseminasikannya paket teknologi pertanian di lahan pekarangan melalui


gelar teknologi, display KRPL, demplot KBD, apresiasi petani/pelatihan,
penerbitan informasi teknologi budidaya.

3.

1.5.

Tumbuhnya pasar KRPL di Provinsi Bengkulu.

Perkiraan Manfaat dan Dampak

Manfaat
1.

Tumbuhnya tanaman yang subur di setiap keluarga dan KBD

2.

Berkembangnya tanaman pekarangan sebagai sumber pangan keluarga di


setiap Kabupaten dan Kota

3.

Meningkatnyakualitas konsumsi keluarga dan pendapatan keluarga

Dampak
1.

Terciptanya lingkungan hijau, bersih dan konsumsi yang sehat bagi


masyarakat

2.

Peningkatan kesejahteraan masyarakat

3.

Terciptanya pelaku bisnis pembibitan sayuran dan buah-buahan


perdesaan dan perkotaan

di

II. TINJAUAN PUSAKA


Landasaan Teori
Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif
sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buahbuahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan; serta bahan
pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan. Manfaat yang
akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat : memenuhi kebutuhan
konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan
tambahan pendapatan bagi keluarga.
Rumah

Pangan

Lestari

merupakan

rumah

yang

memanfaatkan

pekarangan secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara


bijaksana,

yang

menjamin

kesinambungan

persediaannya

dengan

tetap

memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya.Penataan


pekarangan ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya
melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai
dengan pemilihan komoditas.
Pemilihan komoditas ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan
kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta kemungkinan pengembangannya
secara komersial berbasis kawasan. Komoditas untuk pekarangan antara lain:
sayuran,

tanaman

rempah

dan

obat,

serta

buah

(pepaya,

jeruk

kalamansi,mangga Bengkulu, sirsak). Pada pekarangan yang lebih luas dapat


ditambahkan kolam ikan dan ternak. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari
(Model KRPL), diwujudkan dalam satu dusun (kampung) yang telah menerapkan
prinsip RPL dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan
desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dll), lahan terbuka
hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan
harus menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara
komersial, dilengkapi dengan kebun bibit.
Berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacangkacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak kita jumpai.Demikian pula
berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang
dengan mudah di wilayah kita ini.Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih
dibawah anjuran pemenuhan gizi.Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan

ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatan
sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya.Upaya
tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga.Manfaat yang
akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat: memenuhi kebutuhan
konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan
tambahan pendapatan bagi keluarga. Potensi lahan pekarangan sebagai salah satu
pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik
bagi rumah tangga di pedesaan maupun di perkotaan.
Inovasi teknologi berpeluang untuk diadopsi oleh petani apabila teknologi
yang diintroduksikan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
2. Bermanfaat bagi petani secara nyata.
3. Lebih unggul dibandingkan dengan teknologi yang telah ada.
4. Bahan, sarana, alat mesin, modal dan tenaga untuk mengadopsi teknologi
tersedia.
5. Memberikan nilai tambah dan keuntungan ekonomi.
6. Meningkatkan efisiensi dalam berproduksi.
7. Bersifat ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan usaha pertanian
(Kartono, 2009).
Dari sisi petaninya sendiri, mereka juga mempertimbangkan beberapa
faktor sebelum mengadopsi teknologi. Faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh
petani diantaranya adalah:
1. Ketersediaan pasar hasil panen dengan harga pasar yang layak serta
keuntungan yang baik.
2. Kepastian diperolehnya hasil dengan resiko kegagalan yang minimal.
3. Penerapan teknologi tidak sulit bagi petani.
4. Petani mampu menyediakan modal untuk mengadopsi teknologi.
5. Memberikan nilai tambah dan keuntungan nyata bagi petani.
Dalam proses adopsi inovasi teknologi kepada pengguna,

akan

mengalami proses dan tahapan yaitu kesadaran (awareness), tumbuhnya minat


(interest), evaluasi (evaluation), mencoba (trial) dan adopsi (adoption) (Rogers,
1983).
Pada

dasarnya

pendampingan

merupakan

bagian

dari

kegiatan

diseminasi. Diseminasi teknologi merupakan proses timbal balik, para pelaku

menyediakan,

menerima

informasi

dan

teknologi

sehingga

diperoleh

kesepahaman dan kesepakatan bersama.


Masyarakat akan menerima dan mengadopsi inovasi teknologi dengan
syarat teknologi yang diintroduksikan secara ekonomis menguntungkan dan
secara teknis dapat dilaksanakan serta tidak bertentangan dengan sosial budaya
masyarakat setempat. Proses pembelajaran bagi masyarakat haruslah dilakukan
secara

sistematis,

lengkap,

sederhana/aplikatif,

dan

partisipatif

dengan

mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by doing secara partisipatif


merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak hanya
mendengar

ataupun

melihat,

tetapi

lebih

ditekankan

untuk

mampu

melaksanakan, mengevaluasi/membuat penilaian (menemukan), menentukan


pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi. Dengan
cara ini diharapkan petani lebih kreatif dan inovatif yang dapat berperan seperti
halnya seorang peneliti dan penyuluh.
Penelitian Terdahulu
Hasil pendampingan SL-PTT Padi di Sulawesi Tenggara tentang efektifitas
pendampingan melalui Demplot kecamatan menujukkan bahwa dari 50 unit
demplot kecamatan telah mendapat kunjungan 1.596 orang petani dan jumlah
yang menyatakan berminat menerapkan teknologi PTT yaitu 1.095 orang atau
68,60% (Suharno, dkk.2010).
Hasil penelitian Marsyid, dan kawan-kawan (2011) tentang Karakterisasi
Pola Pendampingan Inovasi Sl-PTT Padidi Provinsi Riau menunjukkan bahwa
Persepsi petani terhadap pendampingan inovasi teknologi dominan masuk
kategori antara setuju dan ragu-ragu, untuk itu inovasi teknologi yang dikaji di
setiap lokasi pendampingan keberlanjutannyapada posisi yang tidak pasti. Di lain
pihak petani sebagai pelaku inovasi teknologi dikawasan pendampingan SLPTT
padi, keikutsertaanya karena memiliki motivasi untuk menambah pengetahuan
agar produktivitas tanaman padi meningkat dan mengikuti anjuran pemerintah.
Werdhany (2012) menyebutkan bahwa penataan lingkungan kawasan
diperlukan untuk mengatur RPL agar dapat membentuk lingkungan asri dan
nyaman, serta menjadi daya tarik bagi orang lain untuk melakukan replikasi.
Penataan yang baik menjadikan lingkungan yang indah dan menyenangkan.
Andianyta, dkk (2013) juga menggambarkan KRPL sebagai suatu kawasan dalam

satu Rukun Tetangga atau Rukun Warga/Dusun (Kampung) yang telah


menerapkan prinsip Rumah Pangan Lestari (RPL) dengan menambahkan
intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya,
lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil.
Kinerja pengelolaan kawasan m-KRPL akan lebih baik jika didukung dengan
kelembagaan penggerak KRPL yang baik pula, seperti manajemen dan dinamika
kelompok, peran anggota dan pengurus kelompok, pemerintah desa, tokoh
masyarakat, pemerintah daerah, serta petugas lapang.
Sudarta (2005) menyatakan bahwa dalam akselerasi pembangunan
pertanian, pengetahuan individu pertanian mempunyai arti penting, karena
pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan dalam mengadopsi teknologi baru
di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi dan individu bersikap positif
terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi
tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan
hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas.
Syafruddin, dkk (2006) menyatakan bahwa setiap individu memiliki
kemampuan

berbeda

untuk

mengembangkan

pengetahuan.Hal

tersebut

disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter


yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku
tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Dengan meningkatnya pengetahuan
penyuluh, diharapkan proses transfer teknologi pemanfaatan lahan pekarangan
terpadu

dapat

dengan

cepat

sampai

kepada

masyarakat,

sehingga

pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan dapat


berkembang sebagaimana yang diharapkan. Pengetahuan sebagai alat jaminan
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman,
dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan
akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan.

III. PROSEDUR
3.1 Ruang Lingkup Pendampingan
Pendampingan dilakukan di 10 kabupaten/kota di provinsi Bengkulu.
Kegiatan dilaksanakan mulai dari bulan Januari sampai dengan Desember 2014.
Lingkup Kegiatan pendampingan KRPL tahun 2014 diprioritaskan pada :

Penyampaian materi melalui media tercetak (leaflet, buku saku petunjuk


teknis).

Pelatihan teknis pengolahan hasil bagi pengurus kelompok MKRPL di BPTP


Bengkulu

Pelatihan teknis budidaya bagi petani dan penyuluh pendamping di KBD mKRPL (Sukamaju, Batu Kuning).

Gelar teknologi/temu lapang: penjaringan umpan balik khususnya dari


petani,penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan stakeholders di tingkat
kabupaten/kota (Desa Air Sulau Kabupaten Bengkulu Selatan).

Implementasi demplot kawasan (lokasi 10 lokasi) di 9 Kabupaten dan Kota.

Penguatan KBD di 20 Desa m-KRPL tahun 2013 atau pengganti tahun 2013

Sosialisasi pasar KRPL, dilaksanakan di lokasi (Ds. Semarang, Ds. Tebat


Monok/Kepahiang) dengan mengundang masyarakat umum.

Implementasi display (tanaman sayuran, buah dan ayam KUB) di BPTP


sebagai wahana kunjungan tamu dan pembelajaran bagi siswa, petani,
penyuluh dan stakeholder lainnya

Penguatan KBI untuk memenuhi benih KBD

Menyusun bahan/petunjuk teknis budidaya

Menyusun materi siaran radio, TVRI, dan sinar tani

Identifikasi efektifitas pelaksanaan metode pendampingan

3.2 Sasaran Pendampingan


Sasaran pendampingan KRPL adalah Kelompok P2KP, dan penyuluh
pendamping di 10 Kabupaten dan Kota.

10

3.3 Pendekatan Konsep dan Tahapan Pendampingan KRPL

Balitsa

Balitbuah

BPTP
P2KP Prov, Kab
danKota

Balitkabi
BBP2TP

Pembinaan dan
Pelatihan, penerapan
Teknologi/demplot, gelar
teknologi/temu lapang
Output

1.

2.

3.
4.

Meningkatnya
pengetahuan,
ketrampilan, dan minat petani pelaksana
P2KP dalam pelaksanaan teknologi
penanaman tanaman di pekarangan
Terdiseminasinya
paket teknologi
pemanfaatan pekarangan melalui media
komunikasi langsung (sosialisasi, gelar
teknologi, dan pelatihan-pelatihan), dan
komunikasi tidak langsung (tercetak,
elektronik) di 10 kabupaten kota di
provinsi Bengkulu
Tumbuhnya pasar KRPL
Rumusan metode penyabaran media
informasi teknologi yang efektif

Ketahanan pangan menjadi isu global dan telah ditindaklanjuti oleh


presiden RI pada konferensi Dewan Ketahanan Pangan pada bulan oktober 2010
di Jakarta dengan ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional harus
dimulai dari rumah tangga dengan pemanfaatan pekarangan. Hal ini telah
ditindaklanjuti kementerian pertanian dengan kegiatan m-KRPL dan dikabupaten
kota di provinsi Bengkulu melalui Badan ketahanan Pangan dengan pemanfaatan
pekarangan terpadu. Program ini sangat lambat terealisasi dan untuk
mempercepat proses diseminasi dianggap perlunya ada pendampingan dalam
bentuk sosialisasi, apresiasi, gelar teknologi serta pelatihan-pelatihan agar tejadi
akselerasi program tersebut sesuai dengan yang diharapkan pemerintah.
Dengan adanya pendampingan ini diharapkan akan terbentuk kawasan-kawasan
RPL yang mampu meningkatkan ketahanan pangan nasional.
3.4. Lokasi Kegiatan
Kegiatan pendampingan KRPL tahun 2014 dilaksanakan pada lokasi hasil
mapping kinerja M-KRPL tahun 2013 seperti Tabel 1. Lokasi demplot Kawasan

11

diarahkan pada klaster hijau, penguatan KBD dilaksanakan di lokasi/Desa


m-KRPL tahun 2013. Kegiatan gelar teknologi, temu lapang dan pelatihan
dilaksanakan pada lokasi demplot KRPL ataupun KBD.
Tabel 1. Lokasi Pendampingan KRPL Provinsi Bengkulu Tahun 2014
No. Kabupaten/Kota

Kecamatan

Desa

Tahun
Implementasi

Keterangan
Kawasanan,
pasar
Penguatan KBD
Kawasan dan
KBD
Penguatan KBD
KBD
Kawasan, KBD
Kawasan, KBD
Kawasan , KBD
KBD
Pengolahan
hasil
Kawasan dan
KBD
Penguatan KBD
Kawasan dan
KBD
KBD
KBD, KPL
Demplot
kawasan
Demplot
kawasan
KBD
Demplot
kawasan
KBD
Demplot
Kawasan,
pasar
KBD

1 Kota

Ratu Agung
Lempuing
Kampung Melayu Sumber jaya

2013
2013

2 Seluma

Air Periukan

2013
2013

Sukamaju
Sukaraja

3 Bengkulu Selatan Kedurang Ilir


Kedurang Ilir
Manna
4 Kaur
Semidang Gumai

Air Sulau (RT6)


Air Sulau (RT8)
Batu kuning
Padang Panjang
Bandar
5 Bengkulu Tengah Pondok Kubang Harapan Makmur

2013
2013
2013
2012
2013
2011

Talang Empat

Jaya Karta
Lagan

2013
2013

6 Bengkulu Utara

Arga makmur

Tebing Kaning

2012

7 Mukomuko

Padang Jaya
Padang Jaya
Kota Mukomuko Tanah Rekah
Air manjunto
Tirta Mulya

2013
2013
2013

8 Lebong

Bingin Kuning

2013
2013

9 Rejang Lebong

Curup Tengah
Curup Timur

Karang Dapo
Atas
Daneu
Air Bang
Air Meles

10 Kepahiang

Kepahiang

Tebat Monok

2013

Kaba Wetan

Air sempiang

2013

2013
2013

3.5. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain :
1. Sarana Produksi berupa :
bibit tanaman (tanaman sayuran, umbi-umbian, buah, bunga*)
bibit ternak (ayam)
pakan ternak, obat-obatan hewan
bibit ikan (kerjasama dengan Dinas Perikanan atau swadaya petani)

12

Pupuk antara lain : pupuk kandang, pupuk organik plus, NPK dan
Urea (dalam jumlah terbatas)
Pestisida : pestisida nabati, pestisida kimiawi/fungisida, insektisida
(dalam jumlah terbatas)
Media tanam : sekam, tanah, mikroorganisme (trico G, stardex, dll)
2. Bahan Pendukung lainnya berupa :
Polybag, plastik semai, pot
Rak vertikultur (bambu, besi, dll)
Bahan KBI dan KBD (rak pesemaian, atap rumah bibit, kayu,
bambu, besi, spanduk, dll)
Perangkat irigasi (tandon air, selang, paralon, irigasi tetes,
springkel, ember, gembor, dll)
Perangkat tanam, pemeliharaan danangkut (kereta dorong, cangkul,
sabit, parang, sprayer, keranjang), alat penimbang, waring, ajir,
guntung buah dan ranting, dll)
Tenda sebagai tempat sosialisasi pasar
Perangkat teknologi aqua phonic (paralon, selang, media tanam
ziolid, kayu, kaca dinding kolam, dll)
Alat pemotong kayu
Bahan pendukung pekerja : tas, sepatu lapangan, topi
3. Bahan informasi (leaflet, buku saku teknis budidaya sayuran)
4. Alat tulis dan computer suplay
5. Komoditas
Tabel 2. Komoditas yang diimplementasikan
Komoditas
Sayuran

Jenis
Cabe, tomat, sawi, kool bunga, kubis, selada, terung,
kangkung, daun bawang, seledri, bayam, bawang
merah

Buah-buahan
Bio farmaka

Pepaya MEDEL, sirsak, pisang kapok


Jahe, kencur, serai, kunyit,

Umbi-umbian
Ternak

Ubi jalar, ubi kayu, ganyong, tales


Ayam KUB

13

3.6

Tahapan Pelaksanaan / Ruang Lingkup Kegiatan

3.6.1 Persiapan

Penyusunan RODHP
RODHP disusun sebagai penjabaran dan perincian dari RDHP. RODHP lebih
rinci dan operasional baik dari aspek administrasi/keuangan dan kegiatan
yang akan dilaksanakan. RODHP selanjutnya diturunkan dan dirincikan lagi
menjadi juklak kegiatan diseminasi.

Koordinasi dengan stakeholder/instansi terkait di lokasi pendampingan

Identifikasi teknologi Existing lokasi Pendampingan

Penunjukan LO untuk masing-masing Kabupaten/Kota.

3.6.2 Pelaksanaan kegiatan


Kegiatan yang dilaksanakan dalam pendampingan Tahun 2014:
1.

Pelaksanaan sosialisasi/apresiasi diKabupaten/Kota.

2.

Implementasi inovasi teknologi dalam bentuk display, KBD, KBI (sayuran,


buah, dan ayam KUB), dan penyiapan bahan diseminasi dalam bentuk
juknis, leaflet, brosur yang dibutuhkan

3.

Pelaksanaan gelar teknologi/temu lapang.

4.

Pelatihan teknis dan pasca panen/pengolahan hasil

5.

Pengembangan populasi ayam KUB

3.6.3.
1.

Parameter yang Diukur

Jumlah materi informasi yang disampaikan dan digunakan petani dan


penyuluh pendamping

2.

Tumbuhnya pasar di lokasi KRPL

3.

Minat dan respon petani terhadap Teknologi yang didiseminasikan

4.

Minat dan respon petani dan konsumen terhadap produk KRPL melalui pasar
KRPL

5.

Peningkatan pengetahuan petani

6.

Efektif tidaknya metode/cara/model pendampingan yang dilakukan

3.6.4.

Analisis Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer yang berasal dari petani yaitu

data karakteristik petani dan tingkat pengetahuan petani.Untuk mengetahui

14

efektifitas berbagai media informasi paket teknologi, dilakukan pengujian


terhadap tingkat pengetahuan petani pada setiap media informasi. Analisis data
menggunakan pre test dan post test secara deskriptif diuji dengan statistic non
parametrik.

15

IV. HASILDAN PEMBAHASAN

4.1. Koordinasi dan Sosialisasi


Koordinasi intern dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan di BPTP
Bengkulu. Pertemuan dilaksanakan 1-2 kali dalam sebulan. Dalam pertemuan ini
dibahas tetang persiapan dan pelaksanaan sosialisasi, apresiasi, pelatihanpelatihan, gelar teknologi/temu lapang dan pelaporan.Koordinasi ekstern
dilakukan dengan stakeholder dan kooperator dalam pelaksanaan kegiatan dan
kemajuan perkembangan kegiatan.
Setelah dilakukan koordinasi intern dan ekstern, selanjutnya dilakukan
identifikasi

kebutuhan

pendampingan

program

KRPL.

Setelah

diketahui

kebutuhan pendampingan maka selanjutnya dibuat petunjuk teknis (juknis) dan


petunjuk pelaksanaan (juklak) dan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan kegiatan
berupa sosialisasi, apresiasi, pelatihan-pelatihan dan gelar teknologi sesuai
dengan yang dibutuhkan, disamping itu dilakukan pula kegiatan penyiapan bahan
penyuluhan berupa juklak/juknis leaflet, display lapangan, KBD dan KBI .
Sosialisasi bertujuan untuk menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan
membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan.
Kegiatan

sosialisasi

dilakukan

terhadap

kelompok

sasaran

dan

pemuka

masyarakat serta petugas pelaksana instansi terkait.Kegiatan koordinasi dan


sosialisasi sangat dirasakan bermanfaat untuk mempercepat replikasi model.
Sosialisasi dan koordinasi juga dilakukan terhadap sekolah-sekolah. Kegiatan
yang dilakukan antara lain pelatihan, kunjungan lapang,dan magang (Tabel 4).
Tabel 3. Kegiatan Koordinasi Pendampingan KRPL Tahun 2014
No
1
1

Kegiatan
2
Koordinasi dengan
BKP, Dinas Pertanian,
dan BP4K mengenai
rencana kunjungan
Mentan RI di Desa
Bukit Peninjauan I

Lokasi
3
Kabupaten
Seluma

Waktu
4
Pebruari

Output
5
Kesepakatan
bersama BPTP
Bengkulu
mendampingi Desa
Bukit Peninjauan I
sebagai lokasi
kunjungan kerja
Mentan di Provinsi
Bengkulu

Magang/prakerind
siswa/i SMKN
2Mukomuko

Siswa SMKN
2Mukomuko

peb-Mei

Siswa memahami
teknik budidaya
tanaman sayuran di
lahan pekarangan

16

1
3

2
Koordinasi kegiatan
pendampingan KRPL
ke BKP3/BP4K dan
survey calon lokasi
kegiatan
pendampingan KRPL

Magang/prakerind
siswa/i SPPN 1
Bengkulu

Magang/prakerind
siswa/i SMKN 6
Bengkulu

3
Kabupaten
Bengkulu Utara,
Kepahiang, Kota
Bengkulu,
Seluma,
Mukomuko,
Lebong, Rejang
Lebong,Kaur,
Bengkulu Selatan,
dan Bengkulu
Tengah
Siswa SPPN 1
Bengkulu
Siswa SMK 6
Bengkulu

4
Pebruari
Maret

Maret-Mei

AgustusOktober

5
- BPTP Bengkulu
akan mendampingi
kegiatan P2KP
- Mengetahui
metode dan materi
pendampingan
yang dibutuhkan
stakeholder,
penyuluh
pendamping, dan
sasaran
Siswa memahami
teknik budidaya
tanaman sayuran di
lahan pekarangan
Siswa memahami
teknik budidaya
tanaman sayuran di
lahan pekarangan

Sumber: Laporan LO

Kegiatan pendampingan KRPL merupakan kegiatan lanjutan. Namun


koordinasi dirasa masih sangat dibutuhkan karena koordinasi merupakan upaya
untuk menciptakan atau mencapai keserasian, keselarasan, keseimbangan,
sinkronisasi, dan integrasi keseluruhan kegiatan dari orang-orang, kelompok
orang, atau satuan-satuan kerja dalam suatu organisasi atau antar organisasi,
sehingga kegiatan yang dilaksanakan menjadi teratur, tertib, lancar, dan
mencapai hasil secara efisien dan efektif (Makalalag, L. 2013).
Menurut Amin, S. et al. (2013), koordinasi sangatlah penting di dalam
suatu organisasi baik organisasi publik maupun organisasi swasta.Koordinasi
dilakukan untuk menciptakan suatu usaha yang seragam dan harmonis pada
sasaran yang telah ditentukan.Oleh karena itu koordinasi kegiatan pendampingan
KRPL juga harus dilakukan pada tahap awal.
Untuk memperlancar komunikasi antara BPTP dan stakeholder, ditunjuk
Liasson Officer (LO) di 10 Kabupaten/Kota.LO ditunjuk sebagai perwakilan BPTP
di masing-masing kabupaten(Tabel 4). Tugas dan tanggung jawab LO cukup
banyak dan strategis, sehingga diperlukan kecakapan dan dinamika kerja yang
baik.

17

Tabel 4. Daftar Nama Liason Officer (LO) Tahun 2014


No

Nama

Jabatan Fungsional

Ir. Eddy Makruf

Penyuluh Madya

Heryan Iswandi

Teknisi

Ir. Siswani D. Daliani

Bunaiyah Honorita, SP

Johan Syafri, A.Md

Triwahyuni,S.Si

Robiyanto

Ir. Ruswendi, MP

Waluyo, A.Md

Penyuluh Muda
Penyuluh Pertama
Teknisi
PNK
Teknisi
Penyuluh Madya
Teknisi

Wilayah Kerja
Kab. Kaur
Kab. Bengkulu Selatan
Kab. Seluma
Kota Bengkulu dan Bengkulu
Tengah
Kab. Kepahiang
Kab Bengkulu Utara
Kab Mukomuko
Kab. Rejang Lebong
Kab. Lebong

4.2. Lokasi Kegiatan Pendampingan KRPL di 10 Kabupaten/Kota


Kegiatan Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari dilaksanakan di
10 Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu.Pendampingan dilakukan di lokasi
binaan BPTP dan juga mendampingi kegiatan KRPL di provinsi Bengkulu yang
dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu dan P2KP
kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu.Daftar lokasi seperti Tabel 5.
Tabel 5. Lokasi Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari yang
didampingi BPTP Bengkulu Tahun 2014
No
1
1.

Kabupaten
2
Bengkulu
Tengah

Kota
Bengkulu

Lokasi
Kecamatan
3
Pondok Kubang
Talang Empat
Karang Tinggi
Merigi Sakti
Merigi Kelidang
Talang Empat
Ratu Agung
Kampung Melayu
Selebar
Gading Cempaka
Ratu Samban
Teluk Segara
Sungai Serut

Desa/Kelurahan
4
Harapan Makmur
Jayakarta
Renah Semanek
Rajak Besi
Kelidang Bawah
Bukit
Padang Ulak Tanjung
Lempuing
Sawah Lebar Lama
Sumber Jaya
Kampung Melayu
Pagar Dewa
Bumi Ayu
Panorama
Cempaka Permai
Anggut Atas
Tengah Padang
Pondok Besi
Surabaya

18

Penanggung
Jawab
5
BPTP
BPTP
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K

Sumber
Dana
6
DIPA 2014
DIPA 2014
APBN
APBN
APBN
APBN
APBN

BPTP
BP4K
BPTP
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K

DIPA 2014
APBD
DIPA 2014
APBD
APBN
APBN
APBN
APBD
APBN
APBN
APBD
APBD

1
3

Kaur

3
Semidang Gumai

4
Padang Panjang

5
BPTP

6
DIPA 2014

Bengkulu
Selatan

Kedurang Ilir
Manna

Air Sulau
Batu Kuning

BPTP
BPTP

DIPA 2014
DIPA 2014

Seluma

Air Periukan
Sukaraja

Sukamaju
Sukaraja

BPTP
BPTP

DIPA 2014
DIPA 2014

Mukomuko

Kota Mukomuko
Air Majunto
Selagan Raya

Tanah Rekah
Tirta Mulya
Sungai Ipuh
Talang Medan
Talang Buai
Sungai Gading
Aur Cina
Lubuk Bangko
Sungai Ipuh I
Penarik
Sidodadi
Bumi Mulya
Mekar Mulya
Sumber Mulya
Bukit Mulya
Mandi Angin Jaya
Brangan Mulya
Nelan Indah
Bunga Tanjung
Bandar Ratu
Ujung Pandang
Tanjung Harapan
Tanjung Medan
Pondok Kopi
Setia Budi
Tunggal Jaya
Ranah Karya
Lubuk Pinang
Karya Mulya
Pondok Kandang
Air Kasai
Sumbersari
Pondok Lunang
Air Dikit
Tanjung Mulya
Pauh Tarenja
Sumber Makmur
Banjar Sari
Tirta Mulya
Melati Putih
Tunas Maju
Tunas Mulya
Sekar Melati

BPTP
BPTP
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K

DIPA 2014
DIPA 2014
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBN
APBN
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBN
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBN
APBN
APBD
APBN
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD

Tebing Kaning
Sumber Agung
Padang Jaya
Arga Mulya
Tanjung Putus
Sumberjo
Taba Tembilang
Bukit Sari

BPTP
BKP3
BPTP
BKP3
BKP3
BKP3
BKP3
BKP3

DIPA 2014
APBN
DIPA 2014
APBN
APBN
APBN
APBN
APBN

Penarik

Teramang Jaya

Kota Mukomuko
Ipuh
Teras Terunjam
Lubuk Pinang
Pondok Suguh
Air Dikit

XIV Koto
Sungai Rumbai
Air Majunto
V Koto
Air Rami
7

Bengkulu
Utara

Arma Jaya
Padang Jaya
Kerkap
Hulu Palik
Arga Makmur
Ulak Kupai

19

1
8
9

10

2
Rejang
Lebong
Lebong

Kepahiang

3
Curup Tengah
Curup Timur
Beringin Kuning
Batu Atas
Lebong Sakti
Amen
Lebong Selatan
Kepahiang
Kabawetan

4
Air Bang
Air Meles
Karang Dapo Atas
Daneu
Sukabumi
Garut
Kampung Jawa
Tes
Tebat Monok
Air Sempiang
Temdak
Pagar Agung
Mekar Sari

5
BPTP
BPTP
BPTP
BPTP
BP4K
BP4K
BP4K
BP4K
BPTP
BPTP
BP4K
BP4K
BP4K

6
DIPA 2014
DIPA 2014
DIPA 2014
DIPA 2014
APBN
APBN
APBN
APBD I
DIPA 2014
DIPA 2014
APBN
APBN
APBN

Sumber: Laporan LO Tahun 2014

BerdasarkanTabel 5, Pemeritah Daerah telah antusias menjalankan konsep


KRPL terlihat dari banyaknya anggaran daerah yang ditujukan pada pemanfaatan
lahan

pekarangan.

Tujuan

pengembangan

KRPL

sesui

dengan

konsep

pengembangan m-KRPL yaitu: (1)Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga


dan masyarakat melaluioptimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari; (2)
Meningkatkankemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan
pekarangan diperkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan,
buah, sayurandan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan,
pengolahanhasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos;
(3)Mengembangkan

sumber

benih/bibit

untuk

menjaga

keberlanjutan

pemanfatanpekarangan dan melakukan pelestarian tanaman pangan lokal untuk


masadepan; dan (4) Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga
sehingga4mampu

meningkat

kesejahteraan

keluarga

dan

menciptakan

lingkungan hijauyang bersih dan sehat secara mandiri(Kementerian Pertanian,


2011).
Pada bulan Pebruari 2014 yang lalu, salah satu desa binaan pada kegiatan
Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari yaitu Desa Bukit Peninjauan I
(BP I) Kecamatan Sukamaju Kabupaten Seluma mendapat kehormatan menjadi
salah satu tempat kunjungan kerja Wakil Menteri Pertanian Bapak Dr. Rusman
Heriawan. Wamen sangat berkesan dengan hasil dari Bukit Peninjauan 1 dan
juga hasil produk olahan pasca panen antara lain : jus tomat, selai terung. BP1
merupakan center dari suatu kawasan yang disebut Kawasan Rumah Pangan
Lestari.KRPL baru populer 3 tahun ini dan sudah diakui PBB. Motor dari KRPL

20

adalah Bibit Kebun Desa. Tujuan utama dari KRPL adalah sisi ekonomi dapat
berhemat.
Pada kesempatan tersebut, Wakil Menteri Pertanian, bersama-sama
dengan Bupati Kab.Seluma, Sekda, Kepala BPTP Bengkulu menanam mangga
bengkulu dari Kabupaten Bengkulu Utara untuk dapat dikembangkan di Desa
Bukit Peninjauan I Kab.Seluma. Dikemukakan pula bahwa Kementerian Pertanian
akan sangat mendukung upaya daerah untuk mengembangkan mangga
bengkulu sebagai salah satu sentra produksi buah-buahan khususnya kab
seluma, dengan menyediakan bibit.
4.3. Kegiatan Pertemuan/Pelatihan
Untuk meningkatkan motivasi dan keterampilan dalam pengelolaan hasil
pekarangan, dilakukan beberapa pertemuan antara petani/penyuluh BPTP,
stakeholders, dan petani KRPL.Pertemuan yang dilakukan berupa sosialisasi dan
pelatihan seperti pada Tabel 6.
Tabel 6. Kegiatan Pelatihan dan sosialisasiTahun 2014
No
Kegiatan
Materi
Lokasi
1
2
3
4

Output
5

1.

Pertemuan
PPL, - Pendapatan petani
anggota kelompok - Pengurangan
dan
pengeluaran rumah
peneliti/penyuluh
tangga
BPTP

Bengkulu
Utara,
Bengkulu
Tengah,
Seluma, Kaur,
Kepahiang

2.

Pelatihan
pengolahan hasil

BPP Jayakarta,
Kabupaten
Lebong,
Kabupaten
Seluma,
Kabupaten
Bengkulu
Utara,
Kabupaten
Bengkulu
Selatan

Peningkatan
pengetahuan
dan
peningkatan
keterampilan
petani

3.

Sosialisasi

Kabupaten
Rejang Lebong,
Bengkulu
Tengah,
Bengkulu
Selatan,
Mukomuko

Peningkatan
motivasi
anggota
kelompok,
repon positif ari
kepala desa

Pengolahan
Tanaman
Pekarangan

Hasil

- Motivasi mengelola
lahan pekarangan
- Kendala teknologi
menanam tanaman
pekarangan

21

4.

Pelatihan
pembuatan
pestisida nabati

5.

Pelatihan
budidaya

teknis

Penggunaan
Pestisida
Nabati
untuk
Mempertahankan
Kesehatan Sayuran
Pekarangan
Budidaya buah naga

Kabupaten
Seluma,
Bengkulu
Utara, Kaur
Kabupaten
Kepahiang

Peningkatan
pengetahuan
dan
peningkatan
keterampilan
petani
Peningkatan
pengetahuan
dan
peningkatan
keterampilan
petani

Sumber: Laporan LO

Bimbingan teknis sangat diperlukan petani.Pelatihan lebih terarah pada


peningkatan kemampuan dan keahlian petani yang berkaitan dengan keahlian
atau fungsi yang menjadi tanggung jawab petani.Sasaran yang ingin dicapai dan
suatu pelatihan ini adalah peningkatan pengetahuan dan kemampuan petani
dalam budidaya di lahan pekarangan.
4.4. Penyampaian Inovasi Pertanian/Narasumber
Selain melakukan pendampingan di 10 Kabupaten/Kota juga dilakukan
pendampingan teknis kepada Provinsi maupun Kabupaten dalam bentuk
narasumber (Tabel 7).
Tabel 7.Penyampaian materi ke stakeholdersTahun 2014
No
1
1.

Kegiatan
2
Pertemuan
Penyuluh

Materi
3
Pengembangan
KRPL untuk Lahan
Pekarangan

Lokasi
4
BP3K
Kecamatan
Jayakarta

2.

Pelatihan
Pemanfaatan
Lahan
Pekarangan oleh
Unit Pengelola
Kegiatan (UPK)
PNPMKec.
Pondok Kubang
Kab. Bengkulu
Tengah

- Pengembangan
KRPL di Provinsi
Bengkulu
- Manajemen
Kebun Bibit Desa
(KBD)
- Teknik Budidaya
Sayuran di
Lahan
Pekarangan

Kantor
olehUnit
Pengelola
Kegiatan
(UPK) PNPM
Kec. Pondok
Kubang Kab.
Bengkulu
Tengah

3.

Pertemuan
Penyuluh

Pemanfaatan
Lahan Pekarangan

BP3K
Kecamatan
Karang Tinggi

22

Output
5
Peningkatan persepsi
dan motivasi penyuluh
dalam
mengembangkan KRPL
Peningkatan
pengetahuan dan
sikap kelompok
Simpan Pinjam
Perempuan (SPP)
PNPM-MPd dalam
konsepsi
pengembangan KRPL
dan manajemen KBD.
Peningkatan perilaku
kelompok dalam
budidaya sayuran di
lahan pekarangan.
Peningkatan persepsi
dan motivasi penyuluh
dalam
mengembangkan KRPL

1
4.

2
Pembinaan
Kelompok
Pemanfaat
Pekarangan
Desa Bukit Kec.
Talang Empat
Kab. Bengkulu
Tengah

3
Pengembangan
Kawasan
Rumah Pangan
Lestari (KRPL)
Teknik
Budidaya
Sayuran di
Lahan
Pekarangan

4
Desa Bukit
Kec. Talang
Empat Kab.
Bengkulu
Tengah

5.

Pelatihan
Pendamping
untuk Kegiatan
KRPL tahun
2014

Pengembangan
Kawasan Rumah
Pangan Lestari
(KRPL)

Aula Kantor
Camat Kec.
Talang Empat
Kab. Bengkulu
Tengah

6.

Pelatihan
Pembuatan
Pakan Ikan
Alternatif

- Pembuatan
pakan ikan mas,
nila, dan lele

Balai Benih
Ikan Rimbo
Recap

7.

Sosialisasi
Pemanfaatan
Lahan
Pekarangan
untuk
Pengembangan
Pangan

8.

Pelatihan
Penerapan
Teknologi
Pertanian di
Klinik Agribisnis
Prima Tani Desa
Imigrasi Permu
Kabupaten
Kepahiang

- Pengelolaan
Pekarangan
Sempit untuk
Budidaya Bahan
Pangan Sebagai
Upaya
Pemenuhan
Konsumsi
Pangan
Keluarga
- Pestisida Nabati
untuk HPT
Sayuran
- Aquaponik
- hydroponik

23

Hotel Tiara
Kota Bengkulu

Klinik
Agribisnis
Prima Tani
Desa Imigrasi
Permu
Kabupaten
Kepahiang

5
Peningkatan
pengetahuan
kelompok dalam
keberlanjutan
pemanfatan lahan
pekarangan
Peningkatan
pengetahuan,
persepsi, dan motivasi
kelompok dalam
mengembangkan KRPL
dan teknik budidaya
sayuran di lahan
pekarangan
Peningkatan
pengetahuan penyuluh
terhadap
pengembangan KRPL
sebesar 52,5%
Peningkatan persepsi
dan motivasi penyuluh
dalam
mengembangkan KRPL
Peserta dapat
mengolah/membuat
pakan ikan dengan
bahan yang ada
disekitar lingkungan
(dedak, tepung ikan,
jagung giling, minyak
ikan)
Peningkatan motivasi
kelompok dan
peningkatan
pengetahuan petani

Peningkatan
pengetahuan dan
keterampilan petani

1
9.

2
Pelatihan
pengolahan
hasil

10.

Implementasi
dan Umpan
Balik Kegiatan
KRPL di Kab.
Kepahiang

11.

Sosialisasi
Pemanfaatan
Lahan
Pekarangan
untuk
Pengembangan
Pangan
Sumber: Laporan LO

3
- Teknik budidaya
sayuran di lahan
pekarangan
- Pengolahan hasil
Teknologi
pemanfaatan
lahan pekarangan

Teknik budidaya
sayuran di lahan
pekarangan

4
BPP Kampung
Melayu Kota
Bengkulu

5
Peningkatan
pengetahuan dan
keterampilan petani

BP3K Kec.
Kepahiang

Peningkatan motivasi
kelompok

BKP3 Kota
Bengkulu

Peningkatan motivasi
kelompok

4.5. Media Informasi yang Terdiseminasi


Selain pelatihan dan pendampingan, penyampaian media informasi juga
dilakukan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dan
penyuluh pendamping.Media informasi yang telah disiapkan berupa media cetak
(buku, leaflet, banner, dan backwall) dan media elektronik (TVRI, CD/Film).Media
informasiyang telah terdiseminasi Tahun 2014 seperti pada Tabel 8.
Tabel 8.Media Informasi yang Terdiseminasi Tahun 2014
No
1

Media Informasi
Buku Panduan Pelaksanaan
Pengelolaan Kebun Bibit
Desa Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL)
Buku Menumbuhkan dan
Mengembangkan Kawasan
Rumah Pangan Lestari
(KRPL)
Leaflet Ayam KUB

Leaflet Vertiminaponik

Banner

Backwall

Siaran TVRI

Sasaran
Petani,
penyuluh
pendampi
ng di 10
Kabupate
n/Kota,
audience
pekan
Agroinova
si,
Pameran
di LIPI
EXPO,
Pameran
di Dinas
Pertanian,
dan Gelar
Teknologi
Pemirsa
TVRI

24

Output
Mengerti dan memahami teknis
pengelolaan KBD
Mengerti dan memahami cara
mengelola KRPL
Mengerti dan memahami teknis
pengembangbiakan dan perawatan
ayam KUB
Mengerti dan memahami teknis
pengelolaan vertiminaponik
Mengerti dan memahami teknis
berbagai informasi dengan ringkas
Mengerti dan memahami teknis
berbagai informasi dengan ringkas
Mendapatkan iinformasi
pengembangan KRPL di Provinsi
Bengkulu

4.6. Pengembangan Ayam KUB di KBI dan Anak Ayam Turunan-1


Dari populasi ayam KUB (Desember 2012) sebanyak 200 indukan dan 20
ekor pejantan, sampai masa bertelur dan menetas berjumlah 114 ekor (mati dan
sakit, dan kanibal akibat sempitnya kandang sebanyak 41 ekor), dan telah
didistribusi ke kelompok(Tabel 9).
Tabel 9. Distribusi Ayam KUB di KBI BPTP Tahun 2014
No
1

Lokasi Distribusi
Kab Mukomuko

Jumlah (ekor)
20
70
25
750

Kabupaten Bengkulu Selatan

Petani KRPL Semarang (2 petani)

4
5
6
7
8
9

Petani Bengkulu Utara


KRPL Kepahiang
Petani Kota
Petani di Seluma
Petani Bengkulu Tengah
KBI

10
11
12

25
40
160
103
532
22
137
90
65
70
400 butir
359

Mesin tetas
Petani di beberapa Desa/ kelurahan
yang menetaskan sendiri
Petani Bengkulu Utara dan
Kepahiang
Bakti sosial Pekan Agro Inovasi

* : Akan diganti dengan parent DOC baru


Penyebaran

ayam

KUB

di

Keterangan
Induk
telur
Induk
Telur untuk
ditetaskan dan
konsumsi
Anak F1
Induk
Anak turunan F1
Anak turunan I
Anak turunan I
Anak turunan I
Anak turunan I
Anak turunan I
Dimusnahkan
karena ada
serangan penyakit *
Anak turunan I

1.100

Anak turunan I

200

Anak turunan I

Provinsi

Bengkulu

sangat

cepat

perkembangannya, selama 15 bulan telah terdistribudi di 7 Kabupaten dan Kota


di Bengkulu dengan pertambahan populasi dari 200 ekor menjadi 1.419 ekor
anak turunan I (610%), dan anak turunan II sebanyak 20 ekor.

Hal ini sejalan

dengan pendapat ka. Balitnak Ciawi (Dr. Nasrulah) bahwa saat ini perninat untuk
memelihara ayam KUB di masyarakat cukup tinggi, bekerjasama dengan pihak
swasta yakni PT Ayam Kampung Indonesia, penyebaran ayam KUB sudah sampai
ke 10 provinsi di Indonesia dan akan terus dikembangkan di provinsi lain. Di
Gorontalo yang produksi jagung lokalnya tinggi, ayam ini berkembang sangat
baik (sinar tani, 2013).

25

Di Bengkulu permintaan ayam KUB sangat besar, setiap bulan lebih dari
500 ekor. Oleh karena itu KBI BPTP akan berusaha memenuhi kebutuhan
masyarakat di Provinsi Bengkulu.Sampai Nopember 2014 telah terdistribusi
sebanyak 4.168 ekor ayam KUB.
Pada musim penghujan (Nopember 2014), terjadi serangan penyakit yang
diawali dari F1 sebanyak 71 ekor.Hasil pemeriksaan Rapid Test terhadap 3
unggas dan 9 disposal dinyatakan positif flu burung.Saran dari Dinas Pertanian
Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kota Bengkulu dilakukan pemusnahan
pada parent stock (Berita Acara terlampir). Karena terjadi kematian ayam pada
kandang yang lain (F1) yang dicadangkan untuk parent stock maka dilakukan
pembersihan kandang selama 1 bulan dan akan di ganti dengan indukan yang
baru/membeli parent DOC pada Bulan Desember.
4.7. Implementasi Display di BPTP Bengkulu
Pengembangan display di kantor BPTP Bengkulu bertujuan sebagai wahana
kunjungan tamu dan pembelajaran bagi siswa, petani, penyuluh, dan stakeholder
lainnya. Display terdiri atas beberapa bagian, diantaranya adalah 1) display
sayuran yang

terletak

di samping

gedung utama BPTP

Bengkulu,

2)

vertaminaponik, 3) Kebun Bibit Inti (KBI), 4) Sayuran, buah-buahan, dan 5)


Taman Agroinovasi.
Display tanaman disamping gedung utama memperlihatkan tanaman
dengan 2 (dua) pola penataan, polybag dan guludan. Selain itu display juga
menunjukkan cara penyiraman dengan menggunakan irigasi tetes yang berfungsi
untuk menghemat penggunaan air dan tenaga kerja.
Vertaminaponik memperlihatkan pola penanaman dengan media tanam
kerikil dan air yang terus mengalir menggunakan aerator.Pola ini memanfaatkan
kolam ikan sebagai sumber air dan sumber pupuk bagi tanaman.Keuntungannya
adalah dapat dimafaatkan pada lahan sempit, menghemat tenaga kerja,
menghemat biaya pupuk, dan dapat memanen tanaman dan ikan sebagai
sumber protein pada waktu bersamaan.
Kebun Bibit Inti (KBI) di bangun di BPTP dengan tujuan menyiapkan bibit
untuk KBD, sarana pembelajaran/kunjungan siswa, petani, dan petugas.Di KBI
tersedia berbagai macam bibit sayuran, buah papaya merah delima dan
menyediakan berbagai informasi teknologi yang dibutuhkan mengenai budidaya
tanaman sayuran.
Ayam

KUB

merupakan

salah

satu

sumber

protein

yang

dapat

dikembangkan oleh petani.Tujuan kegiatan pengembangan ayam KUB adalah :

26

1) Meningkatkan populasi ayam KUB dari 0% menjadi 200% di Provinsi


Bengkulu; 2) Meningkatkan pengetahuan dan keetrampilan petani dalam
memelihara ayam KUB dengan benar. Sedangkan manfaat dari pengembangan
ayam KUB adalah : 1) terdiseminasinya bibit/DOC ayam KUB di Provinsi Bengkulu
dengan skala kawasan bahkan mampu menginisiasi tumbuhkan industri ayam
kampung; 2) terpenuhinya kebutuhan bibit ayam kampung unggul bagi
petani/peternak.
Taman Agroinovasi akan menjadi pusat edukasi bagi siswa, petani, dan
petugas. Taman Agroinovasi telah diperkenalkan kepada masyarakat pada
pelaksanaan kegiatan Pekan Agroinovasi yang dilaksanakan pada bulan Agustus
2014.
Sampai Bulan Desember 2014, Display BPTP Bengkulu telah dikunjungi
oleh 10 sekolah (SD SMA) sebagai tempat study lapangan, 1 lembaga gereja.
Selain itu juga berfungsi untuk sarana penelitian 2 mahasiswa, 64 siswa magang
selama 3 bulan yang berasal dari 3 sekolah menengah pertanian.
4.8. Pasar Kawasan Rumah Pangan Lestari
Penumbuhan pasar KRPL diperlukan untuk melestarikan keberlanjutan
kegiatan.

Namun

pada

pelaksanaannya

di

setiap

kawasan/kelompok

keberlanjutan kegiatan berdasarkan kebutuhan pasar seperti:


- Kerjasama dengan pabrik kerupuk untuk pengadaan daun bawang
- Kesepakatan dengan pedagang sayur keliling dan rumah makan untuk
memproduksi sayuran organik/minimal pestisida
- Mengembangkan KBD sebagai kios penjualan bibit dan tanaman sayuran
- Lokasi penjualan tanaman sayuran segar bagi masyarakat (Kabupaten
Mukomuko dan Seluma)
- Penjualan bibit tanaman sayuran dan buah ke pasar tradisional dan di
gerai/kios produksi
- Pasar KRPL telah dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan Gelar Teknologi
Pengolahan Hasil di Kabupaten Bengkulu Selatan
Dari beberapa kegiatan pemasaran yang ada di kelompok sangat
memotivasi anggota kelompok untuk terus menata dan mengelola lahan
pekarangan

secara

intensif

sehingga

dibutuhkan pasar.

27

dapat

menyediakan

produk

yang

4.9. Diseminasi Inovasi Teknologi


Inovasi teknologi telah didiseminasikan melalui pameran bulan Pebruari
pada peringatan Hari Pers Nasional dan bulan Nopember 2014 pada Hari Ulang
Tahun Provinsi Bengkulu di Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu. Inovasi teknologi
yang didiseminasikan antara lain rumah hidroponik dan vertiminaponik. Inovasi
teknologi yang disampaikan diterima dengan baik oleh pengunjung pameran,
terlihat dari antusiasnya pengunjung bertanya dan memperhatikan inovasi yang
dipamerkan untuk mengetahui cara kerja dan besarnya biaya yang dikeluarkan
untuk membuat rumah hidroponik dan vertiminaponik.
Inovasi juga disampaikan pada acara Gelar Teknologi Pengolahan Hasil
pada bulan Agustus sekaligus launching Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa
Sulau Kabupaten Bengkulu Selatan yang diresmikan oleh Gubernur Bengkulu
4.10. Umpan Balik Pendampingan KRPL
Untuk mengetahui efektifitas metode pendampingan yang diterima
dengan baik oleh masyarakat dilakukan beberapa survey. Survey yang telah
dilakukan antara lain: 1) pengetahuan dan motivasi petani terhadap KBD
sebelum dan sesudah membaca buku tentang KRPL, 2) pengembangan model
media komunikasi untuk percepatan adopsi anovasi ayam KUB di Propinsi
Bengkulu sebelum dan sesudah membaca leaflet ayam KUB, 3) preferensi petani
terhadap metode pendampingan KRPL, dan 4) pelatihan. Hasil survey tersaji
pada tabel 10.
Tabel 10. Hasil Survey Efektivitas Metode Pendampingan
NO
1.
2.

METODE PENDAMPINGAN
Media
- Buku/Brosur KBD
- Leaflet
Pelatihan

PENINGKATAN
PENGETAHUAN
(%)
10,74
63,32
45,45

Pada umumnya terjadi peningkatan pengetahuan dari berbagai metode


pendampingan yang telah dilakukan.

Peningkatan pengetahuan tertinggi

diperoleh dari media informasi leaflet yaitu sebesar 63,32% dengan alasan
bahwa leaflet menarik untuk dibaca karena memberikan informasi yang ringkas
dan penuh dengan warna. Peningkatan pengetahuan terendah didapat dari
media informasi buku yaitu sebesar 10,74% dengan alasan bahwa membaca
buku memerlukan waktu khusus sehingga sedikit menyita waktu meskipun para

28

responden menyadari bahwa buku memberikan informasi yang lebih lengkap.


Pelatihan berada pada posisi tengah sebesar 45,45%. Responden senang dengan
metode pelatihan karena dengan pelatihan responden dapat mempraktekkan
langsung informasi yang diberikan.
Tabel 11. Preferensi Terhadap Media Penyuluhan
No

Media Penyuluhan

Rata-rata

1.

Buku

4,11

2.

Leaflet

3,89

3.

Power point

3,88

4.

Film

4,01

5.

Pelatihan

4,21

6.

Kunjungan

4,21

7.

Display

4,22

Berdasarkan Tabel 11, preferensi petani terhadap display mendapat nilai


rata-rata tertinggi sebesar 4,22 dengan alasan setelah melihat contoh yang telah
jadi petani lebih tertarik untuk melaksanakan. Diikuti dengan kunjungan dan
pelatihan yang mendapat posisi urut kedua dengan nilai rata-rata sama sebesar
4,21dengan alasan bahwa dengan pelatihan dan display petani dapat bertanya
langsung dengan instruktur atau pengelola display sehingga mendapat informasi
yang jelas dan dapat langsung dipraktekkan. Selanjutnya buku mendapat urutan
ketiga dengan rata-rata sebesar 4,11 dengan alasan buku memberikan informasi
yang lengkap dan dapat dibaca kembali sewaktu-waktu saat dibutuhkan. Film
mendapat nilai rata-rata 4,01 dengan alasan menarik dan memberikan hiburan
yang bermanfaat menjadi urutan keempat yang diikuti dengan leaflet sebesar
3,89 yang merupakan urutan kelima. Dan urutan terakhir power point (3,88)
dengan alasan cukup menarik namun sedikit monoton

29

V. KESIMPULAN
1.

Paket teknologi yang disiapkan untuk mendampingi KWT dan penyuluh


lapangan antara lain: Budidaya sayuran, Keberlanjutan KBD, Pengolahan
hasil pekarangan, Budidaya vertiminaponik dan hydroponic di perkotaan.

2.

Media yang disiapkan dalam pendampingan KRPL berupa media cetak (buku
saku, brosur, leaflet, banner, back wall) dan media elektronik (CD/Film,
presentasi power point).

3.

Kelembagaan pasar KRPL telah dilaksanakan bersamaan dengan Gelar


Teknologi di Kabupaten Bengkulu Selatan.

30

VI. KINERJA HASIL


1.

Pendampingan

KRPL

dilakukan

pada

69

desa/kelurahan

di

10

kabupaten/kota.
2.

Komoditas sayuran yang diadopsi oleh petani antara lain: Kol bunga, cabai,
tomat, sawi, kangkung, bayam, terung, kol daun, seledri, bawang daun,
bawang merah.

3.

Penyebaran ayam KUB telah dilakukan di 7 kabupaten/kota sebanyak 4.168


ekor.

4.

Bahan informasi yang disebarluaskankan kepada petani adalah leaflet, buku


saku, danbuku petunjuk pelaksanaan.

5.

Penguatan KBD yang dilakukan di Provinsi Bengkulu sebanyak 20 unit di 20


desa/kelurahan

31

DAFTAR PUSTAKA

Andianyta, H, dkk. 2012. Modul Training of Trainers Pengembangan Kawasan


Rumah
Pangan Lestari: Menumbuhkan dan Mengembangkan
Kawasan Rumah Pangan
Lestari.
Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor.
Astuti.UP, dkk. 2011. Laporan Akhir Tahun: Model Kawasan Rumah Pangan
Lestari Provinsi Bengkulu TA 2011. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Bengkulu, Bengkulu.
Astuti.UP, dkk. 2012. Laporan Tengah Tahun: Model Kawasan Rumah Pangan
Lestari Provinsi Bengkulu TA 2012. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Bengkulu, Bengkulu.
Amin, S., Fathurrohman, F., & Hidayat, Z. (2013).Upaya Meningkatkan Koordinasi
dalam
Mengembangkan
Industri
Pariwisata
Di
Kabupaten
Wonosobo. Journal of Public Policy and Management Review,2(1), 197206.
Anonim, 2012. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
Kementerian Pertanian dan Solidaritas Istri cabinet Indonesia Bersatu
(SIKIB), Jakarta.
Alice, M. and D. Foeken.1996.Urban Agriculture, Food Security snd Nutrition in
Low Income Areas of The City of Nairobi, Kenya. Afncan Urban Quarterly,
1996 11 (2 and 3) pp 170-179 by Afncan Urban Quarterly Ltd
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu, 2010. Bahan Presentasi Rakorbang.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu, Bengkulu.
BPS Provinsi Bengkulu. 2011. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Bappeda dan BPS
Provinsi Bengkulu, Bengkulu.
Badan Litbang Pertanian, 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan
Lestari (M-KRPL), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Kementerian Pertanian, Jakarta.
Bakker, N., Dubbeling, S., Guendel, U., Sabel-Koschella and H. de Zeeuw (2000),
"Growing Cities, Growing Food - Urban Agriculture on the Policy Agenda",
DSE, Eurasburg, Germany
Haletky ,N. and O. Taylo. 2006. Urban Agriculture as a Solution to Food
Insecurity: West Oakland and Peoples Grocery.Urban Agriculture in West
Oakland
Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan
Lestari. Jakarta

32

Makalalag, L. (2013). Efektifitas Koordinasi Perencanaan Pembangunan Desa di


Kecamatan Bolaang Timur Kabupaten Bolaang Mondondow. Jurnal
Administrasi Publik, 1(1).
Pinderhughes, R. 2004. Alternative Urban Futures: Planning for Sustainable
Development in Cities Throughout the World. Lanham, Boulder, New
York, Toronto, Oxford: Rowman & Littleield Publishers.
Rahayu,M dan Raharjono Prawiro Atmojo. 2005. Keanekaragaman Tanaman
Pekarangan dan Pemanfaatannya di Desa Lampeapi. Jurnal Teknologi
Lingkungan.P3TL, BPPT 6 (2) :360-364
Rihastuti. DD. 1993. Skripsi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sudarta, W. 2005. Pengetahuan dan Sikap Petani Terhadap Pengendalian Hama
Tanaman Terpadu (Online). http: //ejournal .unud. ac.id/ abstrak /
(6)%20soca-sudarta-pks%20pht(2).pdf diakses 30 Desember 2009.
Sumaryanto. 2009. Makalah Seminar Hari Pangan Sedunia di Jakarta pada
Tanggal 1 Oktober 2009.
Syafruddin, dkk. 2006. Hubungan Sejumlah Karakteristik Petani Mete dengan
Pengetahuan Mereka dalam Usahatani Mete di Kabupaten Bombana,
Sulawesi Tenggara. Jurnal Penyuluhan Juni 2006, Vol. 2 No.2.
Werdhany, I W dan Gunawan. 2012. Teknik Pengembangan Kawasan Rumah
Pangan Lestari di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian,
Volume
16,
Nomor
2,
Desember
2012.
http://stppyogyakarta.ac.id/wp-content/uploads/2013/04/
Jurnal_IIP_Vol_16_No_2_Desember_2012_Wiendarti_Indri_Werdhany.pdf

33

ANALISIS RESIKO
Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang
mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan diseminasi/pendampingan.
Dengan mengenal resiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun
strategi ataupun cara penanganan resiko baik secara antisipatif maupun
responsif (Tabel 12 dan 13).
Daftar resiko pelaksanaan pendampingan KRPL tahun 2014
NO.
1.

RESIKO

PENYEBAB

Koordinasi antar
pelaksana KRPLdi
daerah kurang lancar

- Masing-masing SKPD

Petani KRPL enggan


menanam kembali

- Pasar tidak mendukung

menjalankan
tupoksinya sendiri dan
belum terintegrasi

DAMPAK

- Peningkatan

produksi
dan
produktivitas
(kinerja bersama)
tidak tercapai
- Respon konsumen
kecil

Daftar penanganan resiko dalam pelaksanaan pendampingan KRPL


Tahun 2014.
NO.
1.

RESIKO
Koordinasi antar
pelaksana KRPLdi
daerah kurang lancar

Petani KRPL enggan


menanam kembali

PENYEBAB

- Masing-masing SKPD

menjalankan
tupoksinya sendiri dan
belum terintegrasi

- Pasar tidak mendukung

Penanganan

- Dilakukan
sosialisasi

- Meningkatkan
koordinasi

- Pelaksanaan

sosialisasi
dilaksanakan
bersama penentu
kebijakan
(Bupati/Walikota,
Camat)

34

JADWAL KERJA

No

Uraian kegiatan

Bulan
1

Penyempurnaan RDHP

Penyusunan/pembahasan
perbaikan RODHP

Koordinasi

Pelaksanaan :
1. Penerbitan bahan
informasi
2. Display BPTP
3. KBI (sayuran, buah,
ayam KUB)
4. Demplot M-KRPL
5. KBD
6. Gelar teknologi, temu
lapang
7. Pelatihan/apresiasi
8. Ekspose , Sosialisasi

Laporan bulanan

Laporan tengah tahun

Laporan akhir tahun

X
X

X
X

10 11 12

X
X

X
X

X
X

X
X

X
X

X
X

X
X

X
X

X
X

X
X

X
X

X
X

X
X

X
X
X

X
X

X
X

X
X

X
X

X
X
X

X
X

X
X

X
X

X
X

X
X

X
X

35

PEMBIAYAAN

No
1.

3.

Jenis Pengeluaran
Belanja Bahan
- ATK, Komp suplay, dan
pelaporan
- Bahan saprodi dan
pendukung KBI
- Bahan saprodi dan
pendukung KBD
- Konsumsi pertemuan
- Bahan informasi, papan
merk, CD
Honor Output Kegiatan :
- Honor petugas lapang
KBD,KBI
- UHL petani , petani KBD
Belanja Bahan Non
Operasional :
- Prosesing benih, analisis
lab

4.

Belanja Jasa Profesi :


Nara sumber, pengarah,
evaluator

5.

Belanja
Perjalanan/transport dalam
kota :
- Perjalanan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan
- Perjalan pendek

6.

Belanja Perjalanan lainnya :

- Perjalanan daerah
- Perjalanan luar provinsi

Volume

Harga
Satuan
(Rp.000)

Biaya

1 tahun
1 paket

63.970

335.400
63.970

1 paket

62.050

62.050

1 tahun

176.980

176.980

100 OH
1 paket

50
27.400

5.000
27.400
18.000

1 Tahun
40 OH
400

100
35

4.000
14.000
1.000

1 tahun

1.000

1.000

10 OJ

500

5.000

155.000

30 OP

5000

150.000

50 OH
1 Tahun
420 OH
2 OP

100

5.000
85.600
75.600
10.000

Jumlah

180
5.000

600.000

36

No

1.

3.

4.

5.

6.

Jenis Pengeluaran

Belanja Bahan
- ATK, Komp suplay, dan
pelaporan
- Bahan saprodi dan
pendukung KBI
- Bahan saprodi dan
pendukung KBD
- Konsumsi pertemuan
- Bahan informasi, papan
merk, CD
Honor Output Kegiatan :
- Honor petugas lapang
KBD,KBI
- UHL petani , petani KBD
Belanja Bahan Non
Operasional :
- Prosesing benih, analisis
lab

Persentase
Keuangan
(%)

Persentase
Fisik (%)

63.970.000

100

100

62.047.500

99,99

100

176.980.000

100

100

4.998.000
27.400.000

99,96
100

100
100

4.000.000

100

100

14.000.000

100

100

1.000.000

100

100

1.400.000

28

100

99,99

100

5.000.000

100

100

75.600.000
9.990.500

100
99,90

100
100

596.372.212

99,39

100

Realisasi
Anggaran

Belanja Jasa Profesi :


Nara sumber, pengarah,
evaluator
Belanja
Perjalanan/transport dalam
kota :
- Perjalanan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan
- Perjalan pendek
Belanja Perjalanan lainnya :
- Perjalanan daerah
- Perjalanan luar provinsi
Jumlah

149.986.212

37

PERSONALIA

No

Penjab Kegiatan/Anggota
Peneliti/Gelar

NIP

Bidang
Keahlian

Jenjang
Fungsional

Dr. Ir. Umi Pudji Astuti,MP

19610531
199003 2 001

Ekonomi
Pertanian

Penyuluh
Pertanian Madya

Dr. Wahyu Wibawa, MP

19690427
199803 1 001

Agronomi

Peneliti Muda

Ir. Ruswendi, MP

19610320
198903 1 003

Peternakan

Penyuluh
pertanianMadya

Ir. Eddy Makruf

19561005
198803 1 001

Agronomi

Penyuluh
Pertanian Madya

Ir. Siswani DD

Peternakan

Wilda Mikasari, M.Si

19600730
198903 2 001
19690812
199803 2 001

Penyuluh
Pertanian Muda
Peneliti Muda

Tri Wahyuni, S.Si

19790603
20101 2 003

Analis labor

Bunaiyah Honorita, SP

19890530
201101 2 009

Sosek

Calon Penyuluh

Taupik Rahman, S.Si

19880808
20101 1 012

Analis

Calon peneliti

10

Johan Syafri, A.Md

19630909
199003 1 001

Peternakan

Calon Teknisis

11

Robiyanto

19800103
200710 1 001

SLTA

Teknisi

12

Waluyo, A.Md

19760111
200003 1 001

Computer

Teknisi

13

Heryan Iswandi

19831010
200812 1 001

SLTA

Teknisi

14

Sri Hartati. A

19780403
200812 2 001

SLTA

Administrasi

38

Pasca
panen

Calon peneliti

Lampiran 1. Materi Narasumber


1. PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL)
PENDAHULUAN
Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan
terus digarap secara serius.

Pemerintah, melalui pernyataan Presiden,

menegaskan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai


dari rumah tangga, sehingga tak ayal setiap rumah tangga memegang peranan
sangat penting dalam mendukung upaya tersebut.
ditempuh,

namun

pemanfaatan

lahan

Banyak cara yang bisa

pekarangan

sebagai

sumber

pengembangan pangan untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga,


merupakan salah satu pilihan yang sangat menarik dan potensial dikembangkan.
Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta
International Convention Center (JICC) bulan Oktober 2010, menyatakan bahwa
ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga.
Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga
merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah
tangga.
Salah satu butir kesepakatan Gubernur terkait dengan pembangunan
ketahanan pangan adalah mengembangkan ketersediaan dan mempercepat
penganekaragaman konsumsi pangan berbasis pangan lokal, melalui (a)
menjamin ketersediaan sarana dan prasarana produksi, (b) mengendalikan alih
fungsi lahan, (c) melakukan pengkajian dan penerapan berbagai teknologi tepat
guna pengolahan pangan berbasis tepung-tepungan dan aneka pangan lokal
lainnya, (d) menetapkan hari-hari tertentu sebagai hari mengkonsumsi pangan
lokal, (e) mendorong berkembangnya kantin/warung desa /sekolah /perguruan
tinggi untuk memanfaatkan bahan-bahan pangan lokal (BKP, 2011).Upaya
diversifikasi pangan yang tertuang dalam salah satu butir kesepakatan tersebut
sangat strategis dalam rangka menurunkan konsumsi beras. Saat ini konsumsi

39

beras mencapai 139 kg/kapita/tahun. Menurut Wamentan, konsumsi ini perlu


diturunkan, idealnya pada kisaran 90 hingga 100 kg/kapita/tahun.
Dalam masyarakat perdesaan, pemanfaatan lahan pekarangan untuk
ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah berlangsung dalam waktu yang
lama dan masih berkembang hingga sekarang meski dijumpai berbagai
pergeseran. Kondisi ini tentu menjadi tantangan tersendiri, sehingga pemerintah
bersama-sama dengan segenap lapisan masyarakat perlu menggerakkan kembali
budaya memanfaatkan dan mengelola lahan pekarangan, tak hanya bagi
masyarakat perdesaan namun juga perkotaan. Komitmen pemerintah untuk
melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan perlu
diaktualisasikan

dalam

menggerakkan

lagi

budaya

menanam

di

lahan

pekarangan, baik di perkotaan maupun di pedesaan.


Provinsi Bengkulu memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah.
Ketersediaan jenis pangan dan rempah yang beraneka ragam, berbagai jenis tanaman
pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan
dari hewani banyak kita jumpai. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan
obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini. Namun
demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh
karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi
masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang
dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan
yang dikelola oleh keluarga.
Berdasarkan pengamatan, perhatian petani terhadap pemanfaatan lahan
pekarangan relatif masih terbatas, sehingga pengembangan berbagai inovasi
yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak berkembang sebagaimana
yang diharapkan. Kementerian Pertanian melihat potensi lahan pekarangan ini
sebagai

salah

satu

pilar

yang

dapat

diupayakan

untuk

mewujudkan

kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di pedesaan maupun di


perkotaan. Lahan pekarangan merupakan salah satu sumber potensial penyedia
bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi, bila ditata dan
dikelola dengan baik. Selain dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi dari
keluarga sendiri, juga berpeluang meningkatkan penghasilan rumah tangga,
apabila dirancang dan direncanakan dengan baik.

Pemanfaatan pekarangan

tersebut juga dirancang untuk meningkatkan konsumsi aneka ragam sumber

40

pangan lokal dengan prinsip gizi seimbang (Badan Litbang Pertanian, 2012).
Ketahanan dan kemandirian pangan secara nasional dapat tercapai jika dimulai
dari rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan secara terpadu merupakan
salah satu inovasi teknologi yang dapat digunakan untuk mewujudkan ketahanan
pangan khususnya yang dimulai dari rumah tangga.
KONSEP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL)
Kawasan menunjukkan dimensi luas atau wilayah tertentu (komplek
perumahan, dusun, desa, kecamatan) terdiri atas beberapa rumah yang secara
bersama-sama melaksanakan suatu program.

Rumah pangan lestari berarti

tempat tinggal bagi keluarga atau rumah tangga yang memanfaatkan


pekarangannya secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal
secara bijaksana, yang menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap
memelihara

dan

meningkatkan

kualitas,

nilai

dan

keanekaragamannya.

Sedangkan lestari adalah keberlanjutan yang didukung oleh adanya kebun bibit
untuk setiap kawasan rumah pangan.
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan suatu kawasan dalam
satu Rukun Tetangga atau Rukun Warga/Dusun (kampung) yang telah
menerapkan prinsip Rumah Pangan Lestari (RPL) dengan menambahkan
intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya
(sekolah,

rumah

ibadah,

dan

lainnya),

lahan

mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil.

terbuka

hijau,

serta

Suatu kawasan harus

menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial.


Untuk menjamin keberlanjutan usaha pemanfaatan pekarangan, kawasan juga
harus dilengkapi dengan kebun benih/bibit yang dikelola oleh masyarakat secara
partisipatif.
Sasaran yang hendak dicapai dalam pengembangan KRPL adalah
berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan
sosial yang bermartabat dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara
lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera.
PRINSIP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL)
Ada lima prinsip utama dalam pengembangan KRPL, yaitu :
1. Kemandirian pangan keluarga

41

2. Diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal


3. Konservasi/pelestarian tanaman pangan, ternak, tanaman obat untuk masa
depan
4. Peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat
5. Kebun bibit
TUJUAN PENGEMBANGAN KRPL
Ada dua tujuan dalam mengembangkan KRPL, yaitu tujuan jangka pendek dan
tujuan jangka panjang.
Tujuan Jangka Pendek
1. Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan
lahan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman
pangan, buah, sayuran, dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan
ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga
menjadi kompos.
2. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari
dalam suatu kawasan.
3. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan
lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.
Tujuan Jangka Panjang
1. Kemandirian pangan keluarga
2. Diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal
3. Pelestarian tanaman pangan untuk masa depan
4. Peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat
PEMBINAAN MENUJU LESTARI
Petugas lapangan dan ketua kelompok ketua kelompok dilibatkan sejak
awal secara aktif mulai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan. Hal ini
sebagian besar dari komunikasi yang baik dengan birokrasi atau tokoh
masyarakat yang berpengaruh.

Ketresediaan bibit menjadi faktor yang

menentukan keberlanjutan pengembangan rumah gizi dengan KRPL.

Oleh

karena itu perlu dibangun Kebun Bibit dan dikelola secara baik di setiap KRPL.
Pengaturan pola dan rotasi tanaman termasuk sistem integrasi tanaman-ternak

42

dan model diversifikasi yang tepat sehingga dapat memenuhi pola pangan
harapan dan memberikan kontribusi pendapatan keluarga.
Konsep lestari minimal memperhatikan 4 aspek :
1. Aspek Pelaku
Tokoh masyarakat dan para pelaksana yang menyadari bahwa hidup
memerlukan pangan bergizi, segar dan menyehatkan, lingkungan hijau dan
hidup produktif.
2. Aspek Pelaksanaan

Juklak atau juknis yang mudah dipahami dan diimplementasikan

Sosialisasi secara berkala agar pelaksana (antara atau akhir) termotivasi

Pendampingan secara berkala sehingga tujuan tercapai sesuai rencana

Monitoring dan evaluasi secara berkala untuk mendapatkan umpan balik


(perbaikan model dan pemecahan teknis lapangan)

3. Aspek Pendukung

Kebun bibit yang terencana dan dikelola dengan baik

Akses terhadap sarana dan pra sarana : air, media tanam, aneka benih,
pupuk, dan pestisida

Aspek

kelembagaan

seperti

pengolahan,

lembaga

pasar

untuk

menampung kelebihan produksi, dan sebagainya


4. Aspek Promosi

Temu lapang secara berkala untuk memotivasi dusun/desa sekitar yang


belum melaksanakan KRPL

Advokasi secara berkala kepada pemangku kepentingan (stakeholder)


tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi tentang manfaat dan
keuntungan ekonomi dari KRPL

INDIKATOR KEBERHASILAN KRPL


1) Peningkatan Pola Pangan Harapan (PPH)
Skor PPH dihitung berdasarkan kelompok makanan yang dikonsumsi,
kemudian diberi skor sesuai dengan panduan penghitungan PPH.
2) Perkembangan jumlah rumah tangga yang melibatkan peran laki-laki dan
perempuan

43

Dalam satu tahun, terjadi peningkatan jumlah RPL dalam satu wilayah
kecamatan. Peningkatan jumlah RPL berdasarkan keinginan dan dorongan
yang tumbuh (partisipasi) dari masyarakat.
3) Perkembangan jumlah dusun, desa, kecamatan, yang mengadopsi prinsip
RPL/KRPL
Indikasi keberhasilan KRPL dapat dilihat dari perkembangan wilayah yang
mengadopsi. Misalnya lokasi awal pelaksanaan baru 6 lokasi, setelah satu
tahun perkembangan KRPL lebih dari 12 lokasi.
4) Peningkatan produksi (jenis komoditas, jumlah, dan kualitas)
Salah satu indikasi keberhasilan KRPL adalah terjadi peningkatan jumlah dan
ragam komoditas yang dihasilkan oleh satu kawasan setiap musimnya.
5) Pengurangan belanja dapur/penghematan pengeluaran rumah tangga
6) Kemitraan (Pemda,Lembaga/Organisasi)
Perkembangan kemitraan yang dilakukan dari satu KRPL kepada pihak Pemda
atau swasta, dalam hal : pemasok bahan baku (media tumbuh, pupuk,
benih/bibit, pestisida nabati), pemasaran hasil (pihak mana, volume per
satuan waktu), sumber permodalan (pihak mana, volume per satuan waktu).
Peran yang dijalankan oleh masing-masing kelembagaan dalam sistem
agribisnis m-KRPL antara lain :
Fungsi
Agribisnis
Penyediaan
Benih
Penyediaan
pupuk dan
obat-obatan
Penyediaan
modal
Penyediaan
tenaga kerja
Penyediaan
air untuk
penyiraman
Kegiatan
usahatani
Pengolahan
hasil
pertanian
Pemasaran
hasil
pertanian
Penyediaan

Individu
Rumah
Tangga

Pihak/Organisasi yang Menjalankan


Kelompok
Pendamping
Badan
Rumah
(PPL, PT, LSM,
Litbang
Tangga
pengembang)
(BPTP)

Swasta/
Pasar

44

informasi
(teknologi,
pasar, dll)

2. TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN


PENDAHULUAN
Pembanguanan ketahanan pangan mempunyai ciri cakupan luas, adanya
keterlibatan lintas sektor, multidisiplin serta penekanan pada basis sumberdaya
lokal.

Menurut

Suryana

(2009)

pembangunan

ketahanan

pangan

berhasil/terwujud bila dua kondisi terpenuhi, yaitu (1) pada tataran makro, setiap
saat tersedia pangan yang cukup (jumlah, mutu, keamanan, keragaman merata
dan terjangkau); (2) pada tataran mikro, setiap rumah tangga setiap saat
mampu mengkonsumsi pangan yang cukup, aman, bergizi dan sesuai pilihannya,
untuk menjalani hidup sehat dan produktif. Bila terjadi kerawanan pangan akan
mempunyai dampak besar bagi bangsa, yang meliputi aspek ekonomi
(produktivitas rendah), sosial (keresahan/ kerusuhan) serta politik (instabilitas).
Salah satu butir kesepakatan Gubernur terkait dengan pembangunan
ketahanan pangan adalah mengembangkan ketersediaan dan mempercepat
penganekaragaman konsumsi pangan berbasis pangan lokal, melalui (a)
menjamin ketersediaan sarana dan prasarana produksi, (b) mengendalikan alih
fungsi lahan, (c) melakukan pengkajian dan penerapan berbagai teknologi tepat
guna pengolahan pangan berbasis tepung-tepungan dan aneka pangan lokal
lainnya, (d) menetapkan hari-hari tertentu sebagai hari mengkonsumsi pangan
lokal, (e) mendorong berkembangnya kantin/warung desa /sekolah /perguruan
tinggi untuk memanfaatkan bahan-bahan pangan lokal (BKP, 2011).Upaya
diversifikasi pangan yang tertuang dalam salah satu butir kesepakatan tersebut
sangat strategis dalam rangka menurunkan konsumsi beras. Saat ini konsumsi
beras mencapai 139 kg/kapita/tahun. Menurut Wamentan, konsumsi ini perlu
diturunkan, idealnya pada kisaran 90 hingga 100 kg/kapita/tahun.
Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta
International Convention Center (JICC) bulan Oktober 2010, menyatakan bahwa
ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga.
Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga

45

merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah


tangga.
Dalam masyarakat perdesaan, pemanfaatan lahan pekarangan untuk
ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah berlangsung dalam waktu yang
lama dan masih berkembang hingga sekarang meski dijumpai berbagai
pergeseran.

Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam

mewujudkan kemandirian pangan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan


lagi budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di
pedesaan.
Provinsi Bengkulu memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah.
Ketersediaan jenis pangan dan rempah yang beraneka ragam, berbagai jenis tanaman
pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan
dari hewani banyak kita jumpai. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan
obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini. Namun
demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh
karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi
masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang
dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan
yang dikelola oleh keluarga.
Berdasarkan pengamatan, perhatian petani terhadap pemanfaatan lahan
pekarangan relatif masih terbatas, sehingga pengembangan berbagai inovasi
yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak berkembang sebagaimana
yang diharapkan. Kementerian Pertanian melihat potensi lahan pekarangan ini
sebagai

salah

satu

pilar

yang

dapat

diupayakan

untuk

mewujudkan

kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di pedesaan maupun di


perkotaan.
Lahan pekarangan merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan
pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi, bila ditata dan
dikelola dengan baik. Selain dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi dari
keluarga sendiri, juga berpeluang meningkatkan penghasilan rumah tangga,
apabila dirancang dan direncanakan dengan baik.

Pemanfaatan pekarangan

tersebut juga dirancang untuk meningkatkan konsumsi aneka ragam sumber


pangan lokal dengan prinsip gizi seimbang (Badan Litbang Pertanian, 2012).
Ketahanan dan kemandirian pangan secara nasional dapat tercapai jika dimulai

46

dari rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan secara terpadu merupakan


salah satu inovasi teknologi yang dapat digunakan untuk mewujudkan ketahanan
pangan khususnya yang dimulai dari rumah tangga.
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN
Persiapan Media Tanam
Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang
perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur
hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan adalah campuran antara
tanah, pupuk kandang atau kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1
(ukuran karung, atau gerobag dorong, bukan kilo gram). Setelah semua bahan
terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya
memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara
dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam
berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin
tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang
diperlukan tanaman.
Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam media tanam
seperti polybag, bambu vertikultur hingga penuh. Media tanam di dalam bambu
diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar
tanaman tidak kesulitan bernafas, dan tidak terlalu renggang agar ada
keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.
Contoh media tanaman

47

Media tanam dalam bedengan, dan polybag

Tahapan Budidaya
1. Penyemaian

Tempat persemaian diberi naungan atap plastik transparan, dan atap


menghadap ke timur.

Media persemaian terdiri dari campuran tanah, kompos, dan sekam


(1:1:1) yang dimasukkan dalam plastik kecil persemaian ukuran 6 x 10
cm.

Benih dimasukkan di tengah media persemaian kemudian ditutupi tipis


tanah halus dan disiram. Lalu ditutupi lagi dengan daun pisang atau
karung basah.

Setelah benih berkecambah (7-8 hari) tutup daun pisang atau karung
dibuka.

Penyiraman dilakukan secukupnya tidak terlalu basah atau kering.

Setelah membentuk 2 helai daun (12-14 hari) bibit disemprot dengan


insektisida berbahan aktif fipronil 50 gr/l, dosis penyemprotan 0,5 ml per
liter

Persemaian juga disiangi dengan cara mencabut gulma yang tumbuh.

48

Bibit

yang tampak terserang

hama atau penyakit dibuang dan

dimusnahkan.

Bibit siap ditanam setelah berumur 3-4 minggu. Bibit tersebut sudah
membentuk 4-6 helai daun, dan tinggi 5-10 cm.

2. Penyiapan Lahan
Bedengan
o

Penyiapan lahan bertujuan untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah,


meratakan permukaan tanah dan menghilangkan gulma.

Lahan diolah sedalam 30-40 cm sampai gembur, dibuat bedengan dengan


lebar 1-1,2 m, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng 30 cm. Cabe, tomat,
terung (50-60 cm) x (40-50 cm).

Polybag

Komposisi media tanam terdiri dari tanah : kompos : sekam dengan


perbandingan 2:2:1.

Penggunaan sekam bertujuan untuk memperbaiki drainase sehingga air


tidak tergenang dalam polybag.

Polybag yang dipakai berukuran 35 cm x 35 cm yang telah diberi lubang


kemudian media diisi sebanyak dari volume polybag lalu disiram.

Sebelum tanam, garitan-garitan yang telah disiapkan diberi pupuk


kandang atau kompos, dengan cara dihamparkan pada garitan.

Di atas pupuk kandang atau kompos diletakkan sebagian pupuk


kandang/kompos, kemudian diaduk dengan tanah.

Bedengan kemudian disiram dengan air sampai kapasitas lapang (lembab


tapi tidak becek).

Dibiarkan selama 5-7 hari agar media tanam lebih siap.

Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari

3. Penanaman
o

Sebelum tanam, garitan-garitan yang telah disiapkan diberi pupuk


kandang atau kompos, dengan cara dihamparkan pada garitan.

Di atas pupuk kandang atau kompos diletakkan sebagian pupuk


kandang/kompos, kemudian diaduk dengan tanah.

Bedengan kemudian disiram dengan air sampai kapasitas lapang (lembab


tapi tidak becek).

Dibiarkan selama 5-7 hari agar media tanam lebih siap.

49

Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari.

4. Pemeliharaan

Ajir ditancapkan dalam polybag disamping tanaman pada jarak 10 cm dari


pangkal batang.

Pengikatan dilakukan pada ajir membentuk angka 8 sehingga tidak


menghambat pertumbuhan batang. Pengikatan dilakukan pada ajir
sebanyak tiga simpul setiap tanaman yaitu : dibawah cabang Y pada
umur 10-15 hst, diatas cabang Y umur 30-40 hst dan pada waktu
pembesaran buah 50 60 hst.

Penyiraman dilakukan setiap hari.

Penyiangan dilakukan bersamaan dengan pemupukan yaitu setiap 2


minggu sekali dengan mencabut rumput/gulma di sekitar tanaman cabe.

Pemupukan diberikan setiap 2 minggu sekali menggunakan pupuk NPK


dengan perbandingan 10 gr pupuk dilarutkan dalam 10 liter air

Pemupukan dilakukan sampai umur 2,5 bulan.

3. AQUAPONIK
Aquaponik merupakan salah satu cara mengurangi pencemaran air yang
dihasilkan oleh budidaya ikan dan juga menjadi salah satu alternatif mengurangi
jumlah pemakaian air yang dipakai oleh sistem budidaya. Teknologi aquaponik
merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan dalam rangka pemecahan
keterbatasan

air.

Disamping

itu

teknologi

aquaponik

juga

mempunyai

keuntungan lainnya berupa pemasukan tambahan dari hasil tanaman yang akan
memperbesar keuntungan para peternak ikan.
Aquaponik

yaitu

memanfaatkan

secara

terus

menerus

air

dari

pemeliharaan ikan ke tanaman dan sebaliknya dari tanaman ke kolam ikan. Inti
dasar dari sistem teknologi ini adalah penyediaan air yang optimum untuk
masing-masing komoditas dengan memanfaatkan system re-sirkulasi. Sistem
teknologi aquaponik ini muncul sebagai jawaban atas adanya permasalahan
semakin sulitnya mendapatkan sumber air yang sesuai untuk budidaya ikan,
khususnya di lahan yang sempit, aquaponik yang merupakan salah satu teknologi
hemat lahan dan air yang dapat dikombinasikan dengan berbagai tanaman
sayuran.

50

Secara sederhana Aquaponik dapat digambarkan sebagai kombinasi dari


aquakultur dan hidroponik. Dari sinilah nama aquaponik berasal. Fokus dalam
Aquakultur adalah memaksimalkan pertumbuhan ikan di dalam tangki atau kolam
pemeliharaan. Ikan biasanya ditebar pada tangki atau kolam dengan kepadatan
yang tinggi. Tingkat penebaran yang tinggi ini berarti bahwa air untuk budidaya
menjadi mudah tercemar oleh kotoran ikan. Kotoran ikan ini berbentuk Amonia
yang beracun bagi ikan. Sementara itu, Hidroponik bergantung pada aplikasi
nutrisi buatan manusia. Nutrisi ini dibuat dari ramuan bahan kimia, garam dan
unsur-unsur mikro. Ramuan nutrisi dicampur dengan teliti untuk membentuk
keseimbangan optimal untuk pertumbuhan tanaman.
Aquaponik

menggabungkan

kedua

sistem

tersebut.

Aquaponik

menggunakan kotoran ikan yang berisi hampir semua nutrisi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman. Aquaponik juga menggunakan tanaman dan
medianya untuk membersihkan dan memurnikan air. Jadi dalam aquaponik
terjadi simbiosis antara tanaman dan ikan.
Membuat Kolam Terpal Aquaponik
Kolam Terpal Aquaponik
Kolam terpal Aquaponik adalah kolam yang terbuat dari terpal. Kolam
terpal cocok untuk daerah yang tanahnya tidak bisa menyimpan air. Bahan yang
dibutuhkan hanya terpal, sekam dan batako/bata merah.
Ukuran terpal yang dibutuhkan adalah:
Panjang terpal = panjang kolam terpal+ (2x kedalaman kolam) + 10 cm.
Lebar terpal = lebar kolam + (2x kedalaman kolam terpal) + 10 cm.

Kolam sebaiknya dibuat di tempat yang terkena sinar matahari langsung.


Gali tanah dengan luas dan kedalaman sesuai dengan yang diinginkan. Tanah

51

dari hasil galian kolam digunakan untuk membuat tanggul. Padatkan tanggul
supaya tanggul tersebut kuat. Permukaan tanggul diberi batako/bata merah.
Setelah penggalian selesai, dasar kolam diberi sekam setinggi kurang lebih 10
cm. Terpal di pasang dan sisa terpal (10 cm) ditutupi dengan batu bata atau
batako. Kolam siap diisi air.

contoh kolam terpal aquaponik;


Kolam terpal aquaponik bisa juga dibuat dengan tanpa melakukaan
penggalian. Sebagai ganti galian kolam, bisa dibuat kerangka dari tumpukan batu
bata atau batako. Cara pembuatan selanjutnya sama dengan cara di atas.
Budidaya Ikan
Air adalah kebutuhan utama dan penentu keberhasilan dalam budidaya
ikan. Selain jumlahnya harus mencukupi, kualitas yang baik menghasilkan output
yang baik pula. Parameter yang biasa digunakan untuk menentukan kualitas air
adalah kadar oksigen, temperatur, derajat keasaman, kandungan amonia dan
kekeruhan air. Kualitas air yang diperlukan berbeda untuk setiap jenis ikan.
Seperti lele yang relatif tahan dengan kualitas air yang buruk.
Kadar Oksigen
Kadar oksigen untuk memperoleh hasil produksi optimal adalah diatas 5
ppm. Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan berkurang nafsu
makannya dan pertumbuhannya terhenti. Untuk meningkatkan kadar oksigen
dapat digunakan aerator atau mengalirkan air secara terus menerus.
Temperatur

52

Secara umum suhu air 25-32 oC baik untuk budidaya ikan. Pada suhu
rendah nafsu makan ikan akan turun yang mengakibatkan pertumbuhan ikan
terganggu. Pada suhu tinggi ikan akan menunjukkan gejala kekurangan oksigen.
Perubahan suhu secara tiba-tiba mengakibatkan ikan stress yang dapat
mengakibatkan kematin.
Derajat Keasaman
Derajat keasaman (pH) yang baik untuk budidaya ikan adalah 5.5-9.0.
Meskipun ikan masih dapat bertahan di luar kisaran pH tersebut namun produksi
yang dihasilkan rendah. Jika pH terlalu rendah dapat dinaikkan dengan
menggunakan kapur pertanian (CaCO3).
Kekeruhan
Kekeruhan melindungi ikan dari serangan predator. Selain itu kekeruhan
dapat mempengaruhi pernafasan dan nafsu makan ikan. Kekeruhan 30-40 cm
baik untuk budidaya ikan.
Kadar Amonia
Amonia bersifat racun bagi ikan. Amonia dihasilkan dari sekresi/ kotoran
ikan. Kadar amonia optimum untuk budidaya ikan adalah dibawah 1,4 ppm. Cara
untuk menurunkan kadar amonia dalam air adalah dengan mengganti air
sebagian atau seluruhnya atau dengan cara filterisasi. Untuk budidaya ikan hias
dalam akuarium atau kolam kecil, filterisasi ini paling sering digunakan karena
lebih praktis dan menghemat waktu.
Klik link Filter ini untuk melihat contoh filter untuk kolam.

Sistem Aquaponik
1. Sistem Aquaponik Pasang Surut

53

Gambar Aquaponik Pasang Surut (ebb & flow) Sederhana


1. bak ikan 2. pompa air 3. bak tanam 4. auto siphon 5. media tanam 6.
Penyangga.
Deep Water Culture adalah salah satu metode yang sering digunakan secara
komersial. Air dipompa dari tangki ikan melalui sistem filtrasi. Kemudian air
dipompa ke saluran panjang di mana rakit terapung yang diisi dengan tanaman
berada

permukaan

Atau model yang berikut:


2. Model Nutrient Film Technique (NFT)

54

air.

Nutrient Film Technique hanya cocok untuk jenis tanaman tertentu,


biasanya sayuran berdaun hijau. Dalam sistem NFT, air yang kaya nutrisi
dipompa ke dalam selokan kecil yang tertutup. Air mengalir dalam selokan dalam
bentuk aliran yang sangat tipis. Tanaman diletakkan dalam wadah plastik kecil
yang memungkinkan akarnya mengakses air. Salah satu elemen penting untuk
sistem akuaponik adalah bakteri menguntungkan. Bakteri ini menguraikan unsur
dalam air menjadi bentuk yang dapat diserap dan digunakan oleh tanaman.
Ada dua jenis bakteri yang berbeda yaitu nitrosomonas dan nitrobacter.
Nitrosomonas mengubah amoniak menjadi nitrit. Nitrit ini kemudian diubah
menjadi Nitrat oleh bakteri Nitrobacter. Tanaman kemudian menyerap nitrat ini
untuk pertumbuhannya.
Ikan dan Tanaman dalam Aquaponik
Ikan adalah kunci dalam sistem aquaponik. Ikan menyediakan hampir
semua nutrisi bagi tanaman. Ada berbagai jenis ikan yang dapat digunakan
dalam sistem aquaponik. Jenis ikan ini tergantung pada iklim lokal dan jenis yang
tersedia di pasaran.
Dalam prakteknya, ikan nila merupakan ikan yang paling populer dipilih
untuk proyek komersial dan hobi rumahan. Tapi Barramundi, lele, ikan mas, Ikan
Mas, Koi, Murray Cod, Silver Perch, Jade Perch, Trout juga digunakan juga
Krustasea air tawar seperti Yabby dan Redclaw.
Aquaponik tidak hanya baik untuk sayuran hijau. Aquaponik akan
menumbuhkan hampir semua jenis sayuran. Beberapa varietas sayuran buah
yang berkinerja baik adalah; terung (ungu), Capsicum (peper lonceng), kacang,
kacang polong dan banyak lagi. Wortel dan Bit juga bisa tumbuh. Tanaman yang
tumbuh dalam sistem aquaponik hanya dibatasi oleh jenis sistem aquaponik,
atau lebih tepatnya, jenis media tanam. Media tanam yang diisi kerikil atau
semacamnya, tampaknya menjadi media tanam yang paling berhasil untuk
berbagai jenis tanaman.
Jenis Ikan : Padat Tebar
Ikan Mas : 10-200 ekor/m2
Ikan Nila : 100-150 ekor/m2
Ikan Gurame : 5-10 ekor/m2
Ikan Lele : 100-150 ekor/m2

55

Ikan Patin : 10-15 ekor/m2


Wadah Pemeliharaan
Wadah pemeliharaan ikan prinsipnya mempunyai pembuangan air yang
dapat menyedot kotoran ikan ataupun sisa pakan yang digunakan untuk dialirkan
kedalam bak filter misalnya dengan menggunakan ember

ember plastik

ukuran 10-20 l atau papan kayu yang dibentuk menjadi seperti bak saluran air
yang dilapisi plastik. luasan ember sebagai filter yang digunakan adalah 25% dari
permukaan wadah pemeliharaan ikan seperti pada gambar. Sehingga air yang
kotor menjadi bersih kembali. Medianya terdiri dari : batu kerikil atau batu apung
lebih dianjurkan untuk digunakan karena jika memakai tanah maka seringkali
jalannya air lebih terhambat karena tanah-tanah halus juga ikut hanyut dan
menyumbat lubang pengeluaran Sistem Resirkulasi.
Secara ringkasnya dapat digambarkan sebagai berikut, air yang berasal
dari wadah pemeliharaan ikan dialirkan dengan menggunakan pompa air ke filter
yang juga berfungsi sebagai tempat untuk menanam tanaman, kemudian air
yang sudah difilter tersebut dialirkan kembali kedalam kolam ikan dialirkan
secara terus menerus, sehingga amoniak yang berada di kolam akan tersaring
sampai 80 % oleh tanaman tersebut..jenis tanaman yang sudah dicoba dan
berhasil cukup baik adalah kangkung, tomat, sawi dan fetchin atau pokchai.
Karena media filter tidak menggunakan tanah maka agar tanaman dapat tumbuh
baik perlu disemaikan dulu sampai bibit berumur 1-1,5 bulan baru siap
dipindahkan pada sistem aquaponik dengan jarak tanam :
Jenis Tanaman - Jarak Tanam
Kangkung - 10 cm
Cabai - 40 cm
Tomat - 40 cm
Terong sayur - 40 cm
Sistematika pembuatan aquaponik
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sistem budidaya ikan secara
aquaponik , diantaranya adalah :

56

Kolam Terpal, untuk wadah budidaya, ukurannya disesuaikan dengan luas


area yang mungkin digunakan, dalam sistem aquaponik ini digunakan
kolam berukuran 3 x 4 m,
Pipa, untuk jalur sirkulasi air, ukurannya disesuaikan dengan luas area
yang mungkin digunakan, dalam sistem aquaponik ini pipa yang
digunakan sebanyak 8 buah dengan panjangnya masing-masing 4 m.
Paralon 2.5 in ukurannya disesuaikan dengan banyaknya pot yang
digunakan, dalam sistem aquaponik ini mengunakan pipa sebanyak 4
batang.
Pipa Keni sistem L, untuk sambungan antar pipa, digunakan sebanyak 18
buah.
Dop,

untuk

menyambungkan

pipa,

dalam

sistem

aquaponik

ini

menggunakan sebanyak 8 buah.


Ember plastik atau pot, untuk wadah tanaman konsumsi, banyaknya
disesuaikan dengan ukuran bak dan keinginan, dalam sistem akuaponik
ini menggunakan 36 ember.
Aerator, untuk sumber oksigen ikan.
Benih ikan, sebagai objek budidaya, ikan yang digunakan beragam, dalam
sistem aquaponik ini menggunakan ikan mas dan ikan nila, kepadatannya
sendiri disesuaikan dengan ukuran bak, dalam sistem akuaponik ini
dilakukan penebaran sebanyak 200 ekor ikan nila dan ikan mas.
Bibit tanaman konsumsi, sebagai objek budidaya tanaman, jenisnya
beragam, namun dalam sistem akuaponik ini menggunakan tanaman
kangkung.
Arang, sebagai media hidup tanaman dan filter air, banyaknya
disesuaikan dengan jumlah tanaman yang ditanam, dalam sistem
aquaponik ini sebanyak 2 karung ukuran 25 kg.
Langkah-langkah

pembuatan

sistem

budidaya

ikan

secara

aquaponik,

diantaranya adalah :
Pembuatan bak beton dan tendon.
Pemasangan pompa.
pemasangan ember yang sebelumnya diisi batu, ijuk, arang, batu koral
dan bibit tanaman, pemasangan diletakkan diatas batako.
Pemasangan pipa sirkulasi air, yang terdiri dari dua bagian :

57

1. Pipa yang berada di atas tanaman, yang merupakan pipa yang berisi
air hisapan dari kolam yang akan dialirkan ke tanaman,
2. Pipa di bawah tanaman, merupakan pipa berisi air dari tanaman yang
kemudian dialirkan ke tandon sebelum mengalir kembali ke kolam,
Pemasangan selang diantara tanaman dan pipa bawah
Resirkulasi awal air kurang lebih selama seminggu,
Penebaran ikan.

Susunan media aquaponik


Media aquaponik terdiri dari batu sebagai lapisan bawah, ijuk, arang dan lapisan
atas zeolite/ batu apung/batu koral atau bisa menggunakaPn sekam bakar atau
akar pakis media diharapkan bisa menyaring air.

Rincian Biaya Pembuatan Kolam 3 x 4m

58

RINCIAN BIAYA PEMBUATAN KOLAM 3 x 4 m


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

4.

Nama Barang
Aerator
Pipa PVC 2.5
Kran 2.5
Sokdrat luar 2.5
Sokdrat dalam 2.5
T drat
L drat
Ember besar
Terpal 5x6
Kayu 4x6
Batako
Paku campur 2", 4" , 5"
Ijuk (ikatan)
Arang (karungan)
Kabel listrik
Koral (kubik)
Upah (HOK)
Jumlah

Jumlah Harga (Rp) Jumlah Biaya (Rp)


1
8
34
34
34
34
9
34
1
13
100
2
2
1
10
1
8

350,000
9,000
9,000
3,000
3,000
3,000
3,000
12,000
450,000
21,000
4,000
18,000
25,000
35,000
5,000
300,000
75,000

350,000
72,000
306,000
102,000
102,000
102,000
27,000
408,000
450,000
273,000
400,000
36,000
50,000
35,000
50,000
300,000
600,000
3,663,000

PONIK DALAM BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN

A. Pendahuluan
Bumi telah cukup lama menikmati kondisi cuaca yang baik, namun
demikian saat ini semua itu telah berubah. Jumlah air tanah yang melimpah di
setiap tempat saat ini telah tercemari tanpa dapat diperbaiki secara cepat.
Kondisi sistem tata surya juga memasuki era baru yang akan sangat
mempengaruhi kehidupan di bumi. Akibatnya kita mengahadapi berbagai
permasalahan produksi tanaman terutama produksi tanaman di lahan terbuka
(open field). Dalam sejarah peradaban manusia, ketika pemerintah tidak dapat
lagi menyediakan pangan untuk rakyatnya, maka akan terjadi perubahan yang
sangat nyata pada bidang sosial, ekonomi, dan politik. Bila kita melihat data
dokumen perubahan cuaca dan lingkungan yang terjadi akanterlihat betapa

59

kritisnya kondisi sistem produksi pangan dan ketersediaan pangan dunia. Usahausaha yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah perlunya memperluas
sistem produksi tanaman dalam lingkungan terkendali yang senantiasa dapat
menyelamatkan sumberdaya air. Pola cuca saat ini telah berubah, apa yang kita
lihat saat ini adalah adanya musim hujan yang sangat ekstrim basah dan musing
kering yang sangat ekstrim kering. Menurut dua ahli meteorologi Benard dan
Goodavage, kita saat ini berada pada kondisi cuaca yang kritis dan diramalkan
akan semakin memburuk, menurut mereka perubahan dalam pola jetstream
akan mempengaruhi pola perubahan temperatur dan curah hujan dan akan
mempengaruhi kondisi pertanian di seluruh dunia. Beberapa teori menyebutkan
bahwa perubahanan pola jetstream terjadi akibat perubahan cuaca dunia.
Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa hal tersebut berhubungan dengan
tingginya karbondioksida dan gas lain yang terlepas ke udara akibat pembakaran
minyak yang berasal dari fosil. Beberapa dari polutan ini menyebabkan
meningkatnya suhu udara yag lebh dikenal dengan Greenhouse Effect (Efek
rumah kaca).

Sebagai solusi permasalahan yang begitu besar di atas, manusia secara


kreatif telahtelah mengembangkan berbagai teknologi untuk memproduksi
tanaman sayuran, buah, dan tanaman hias tanpa menggunakan tanah dengan
jumlah air yang sedikit. Tanaman juga dapat dibudiayakan di dalam lingkungan
terkendali, sehingga secara efisien dapat memanfaatkan pupuk yang mahal
harganya dan beberapa sumberdaya yang terbatas ketersediannya. Teknologi ini
dikenal dengan nama Hidroponik. Pada budidaya tanaman dengan sistem
hidroponik, pemberian air dan pupuk memungkinkan dilaksanakan secara
bersamaan. Manajemen pemupukan (fertilization) dapat dilaksanakan secara
terintegrasi dengan manajemen irigasi (irrigation) yang selanjutnya disebut
fertigasi (fertilization and irrigation). Dalam sistem hidroponik, pengelolaan air
dan hara difokuskan terhadap cara pemberian yang optimal sesuai dengan
kebutuhan tanaman, umur tanaman dan kondisi lingkungan sehingga tercapai

60

hasil yang maksimum. Di bagian ini akan bibahas aspek utama dalam budidaya
tanaman tanpa tanah.
B. PERKEMBANGAN HIDROPONIK
Hidroponik, budidaya tanaman tanpa tanah, telah berkembang sejak
pertama

kali

dilakukan

penelitian-penelitian

yang

berhubungan

dengan

penemuan unsur-unsur hara essensial yang diperlukan bagi pertumbuhan


tanaman. Penelitian tentang unsur-unsur penyusun tanaman ini telah dimulai
pada tahun 1600-an. Akan tetapi budidaya tanaman tanpa tanah ini telah
dipraktekkan lebih awal dari tahun tersebut, terbukti dengan adanya taman
gantung (Hanging Gardens) di Babylon, taman terapung (Floating Gardens) dari
suku Aztecs, Mexico dan Cina (Resh, 1998). Istilah hidroponik yang berasal dari
bahasa Latin yang berarti hydro (air) dan ponos(kerja). Istilah hidroponik
pertama kali dikemukakan oleh W.F. Gericke dari University of California pada
awal tahun 1930-an, yang melakukan percobaan hara tanaman dalam skala
komersial yang selanjutnya disebut nutrikultur atau hydroponics. Selanjutnya
hidroponik di definisikan secara ilmiah sebagai suatu cara budidaya
tanaman tanpa menggunakan tanah, akan tetapi menggunakan media
inert seperti gravel, pasir, peat, vermikulit, pumice atau sawdust, yang
diberikan larutan hara yang mengandung semua elemen essensial yang
diperlukan

untuk

pertumbuhan

dan

perkembangan

normal

tanaman(Resh, 1998). Budidaya tanaman secara hidroponik memiliki beberapa


keuntungan

dibandingkan

dengan

budidaya

secara

konvensional,

yaitu

pertumbuhan tanaman dapat di kontrol, tanaman dapat berproduksi dengan


kualitas dan kuantitas yang tinggi, tanaman jarang terserang hama penyakit
karena terlindungi, pemberian air irigasi dan larutan hara lebih efisien dan efektif,
dapat diusahakan terus menerus tanpa tergantung oleh musim, dan dapat
diterapkan pada lahan yang sempit (Harris, 1988).
Hidroponik, menurut Savage (1985), berdasarkan sistem irigasisnya
dikelompokkan menjadi: (1) Sistem terbuka dimana larutan hara tidak digunakan
kembali, misalnya pada hidroponik dengan penggunaan irigasi tetes drip
irrigation atau trickle irrigation, (2) Sistem tertutup, dimana larutan hara
dimanfaatkan

kembali

dengan

cara

61

resirkulasi.

Sedangkan

berdasarkan

penggunaan media atau substrat dapat dikelompokkan menjadi (1) Substrate


System dan (2) Bare Root System.
1. Substrate System, Substrate system atau sistem substrat adalah sistem
idroponik yang menggunakan media tanam untuk membantu pertumbuhan
tanaman. Sitem ini meliputi:
a.) Sand Culture Biasa juga disebut Sandponics adalah budidaya tanaman
dalam media pasir. Produksi budidaya tanaman tanpa tanah secara komersial
pertama kali dilakukan dengan menggunakan bedengan pasir yang dipasang pipa
irigasi tetes. Saat ini Sand Culture dikembangan menjadi teknologi yang lebih
menarik, terutama di negara yang memiliki padang pasir. Teknologi ini dibuat
dengang membangun sistem drainase dilantai rumah kaca, kemudian ditutup
dengan pasir yang akhirnyamenjadi media tanam yang permanen. Selanjutnya
tanaman ditanam langsung dipasir tanpa dan secara individual diberi irigasi tetes.
b). Gravel Culture Gravel Culture adalah budidaya tanaman secara hidroponik
menggunakan gravel sebagai media pendukung sistem perakaran tanaman.
Metode ini sangat populer sebelum perang dunia ke 2. Kolam memanjang
sebagai bedengan diisi dengan batu gravel, secara periodik diisi dengan larutan
hara yang dapat digunakan kembali, atau menggunakan irigasi tetes. Tanaman
ditanam di atas gravel mendapatkan hara dari larutan yang diberikan. Walaupun
saat ini sistem ini masih digunakan, akan tetapi sudah mulai diganti dengan
sistem yang lebih murah dan lebih efisien.
c.) Rockwool Adalah nama komersial media tanaman utama yang telah
dikembangkan dalam sistem budidaya tanaman tanpa tanah. Bahan ini besarsal
dari bahan batu Basalt yang bersifat Inert yang dipanaskan sampai mencair,
kemudian cairan tersebut di spin (diputar) seperti membuat aromanis sehingga
menjadi benang-benang yang kemudian dipadatkan seperti kain wool yang
terbuat dari rock. Rockwooll biasanya dibungkus dengan plastik. Rockwool ini
juga populer dalam sistem Bag culture sebagai media tanam. Rockwool juga
banyak dimanfaatkan untuk produksi bibit tanaman sayuran dan dan tanaman
hias.
d).Bag Culture Bag culture adalah budidaya tanaman tanpa tanah menggunakan
kantong plastik (polybag) yang diisi dengan media tanam. Berbagai media tanam
dapat dipakai seperti : serbuk gergaji, kulit kayu, vermikulit, perlit, dan arang

62

sekam. Irigasi tetes biasanya diganakan dalam sistem ini. Sistem bag culture ini
disarankan digunakan bagi pemula dalam mempelajari teknologi hidroponik,
sebab sistem ini tidak beresiko tinggi dalam budidaya tanaman.
2. Bare Root System ,sistem akar telanjang adalah sistem hidroponik yang
tidak

menggunakan media tanam untuk membantu pertumbuhan tanaman,

meskipun block rockwool biasanya dipakai diawal pertanaman. Sitem ini meliputi:
a.) Deep Flowing System Dee Flowing System adalah sistem hidroponik tanpa
media, berupa kolam atau kontainer yang panjang dan dangkal diisi dengan
larutan hara dan diberi aerasi. Pada sistem ini tanaman ditanam diatas panel tray
(flat tray) yang terbuat dari bahan sterofoam mengapung di atas kolam dan
perakaran berkembang di dalam larutan hara.
b.)Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST) adalah hasil modifikasi dari
Deep Flowing System yang dikembangkan di Bagian Produksi Tanaman,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Perbedaan
utama adalah dalam THST tidak digunakan aerator, sehinga teknologi ini reltif
lebih effisien dalam penggunaan energi listrik. Pembahasan ditail dari THST
disajikan dalam sub bab Kultur Air.
c. ) Aeroponics adalah sistem hidroponik tanpa media tanam, namun
menggunakan kabut larutan hara yang kaya oksigen dan disemprotkan pada
zona perakaran tanaman. Perakaran tanaman diletakkan menggantung di udara
dalam kondisi gelap, dan secara periodik disemprotkan larutan hara. Teknologi
ini memerlukan ketergantungan terhadap ketersediaan energi listrik yang lebih
besar.
d. Nutrient Film Tecnics (NFT) adalah sistem hidroponik tanpa media tanam.
Tanaman ditanam dalam sikrulasi hara tipis pada talang-talang yang memanjang.
Persemaian biasanya dilakukan di atas blok rockwool yang dibungkus plastik.
Sistem NFT pertama kali diperkenalkan oleh peneliti bernama Dr. Allen Cooper.
Sirkulasi larutan hara diperlukan dalam teknologi ini dalam periode waktu
tertentu. Hal ini dapat memisahkan komponen lingkungan perakaran yang
aqueous dan gaseous yang dapat meningkatkan serapan hara tanaman.
e.) Mixed System Ein-Gedi System disebut juga Mixed system adalan teknologi
hidroponik yang mennggabungkan aeroponics dandeep flow technics.Bagian atas
perakaran tanaman terbenam pada kabut hara yang disemprotkan, sedangkan
bagian bawah perakaran terendam dalam larutan hara. Sistem inilebih aman dari

63

pad aeroponics sebab bila terjadi listrik padam tanaman masih bisa mendapatkan
hara dari larutan hara di bawah area kabut.
Cara Menanam Tanaman Hidroponik Sederhana
Salah satu cara untuk mendapatkan sayuran segar tanpa pestisida adalah
dengan menanam sendiri sayuran. Yang jadi masalah adalah tidak semua
orang mempunyai lahan untuk menanam sayuran. Oleh karena itu ada cara
dimana anda bisa menanam sayuran dengan memanfaatkan air sebagai
media pengganti tanahnya atau yang disebut juga dengan hidroponik.
Bagi

yang

mempunyai

menghilangkan

stress.

hobi
Tapi

berkebun,
bagaimana

cara hidroponik
ya cara

ini

membuat

dapat

tanaman

hidroponik? Jangan khawatir, pada artikel ini akan dibahas cara menanam
hidroponik sehingga hasilnya bisa dikonsumsi oleh keluarga.
Sesuai namanya, hidroponik adalah cara bertanam menggunakan media air
sehingga tidak memerlukan tanah atau area yang luas. Secara sederhana,
hidroponik adalah metode budidaya tanaman dengan menggunakan air yang
diperkaya dengan nutrisi, bukan tanah. Hal ini membuat parameter seperti
nutrisi, pengendalian hama, dan pencahayaan lebih mudah dikelola.
Hidroponik tidak memerlukan pemakaian herbisida dan pestisida beracun
sehingga lebih ramah lingkungan dan sayuran yang dihasilkan pun akan lebih
sehat. Bertanam dengan hidroponik akan menghasilkan tanaman berkualitas
baik dan bebas kimia. yang pastinya sehat buat kita semua dan anak-anak.
Laju pertumbuhan tanaman hidroponik bisa mencapai 50% lebih cepat
dibanding tanaman yang ditanam di tanah pada kondisi yang sama. Alasan
untuk ini adalah karena tanaman hidroponik langsung mendapatkan makanan
dari air yang kaya nutrisi. Kondisi ini juga membuat tanaman tidak perlu akar
besar untuk mencari nutrisi. Dan karena energi yang diperlukan untuk
pertumbuhan akar lebih sedikit, sisa energi bisa disalurkan ke bagian lain dari
tanaman.
Tanaman hidroponik tumbuh sehat, kuat, dan bersih. Hidroponik juga ramah
lingkungan karena tidak membutuhkan air sebanyak berkebun secara
konvensional. Ini karena hidroponik tidak memerlukan penyiraman sama
sekali.
Berikut cara menanam tanaman hidroponik dengan cara paling sederhana:

64

Alat:
1.

Botol plastik air mineral bekas,

2.

Gelas plastik bekas air mineral,

3.

Jerigen plastik bekas minyak goreng,

4.

Kain untuk sumbu (kain panel lebih bagus)

5.

Nutrisi hidroponik.

6.

Media tanam (rocwool, arang sekam, kerikil, pasir malang, pecahan


bata merah). Pilih yang paling mudah didapat.

Kita bisa melihat betapa sederhananya bahan yang dibutuhkan. Bahkan


kebanyakan besar dari barang bekas. Jadi menanam model hidroponik
sederhana ini selain kita bisa mendapatkan tanaman sayuran yang sehat dan
subur, kita juga bisa memanfaatkan barang barang bekas. Sehingga botol
bekas, jerigen bekas dan gelas plastik bekas yang mestinya dibuang dan
menjadi limbah ternyata masih bisa diambil manfaatnya.
Langkah-langkah cara membuat tanaman hidroponik
Hidroponik Wick dengan botol bekas :
1. Potong botol menjadi 2 bagian. (atas dan bawah)

65

2. Lubangi bagian atas (daerah leher botol) untuk pemasangan sumbu


dan aliran udara
3. Pasang sumbu pada bagian bawah botol

4. Masukkan bagian atas botol ke bagian bawah botol dengan cara


dibalik.

66

5. Isi bagian atas botol dengan media tanam (bisa rockwool, spon, sekam
bakar atau pecahan bata merah). Pilih saja mana yang paling mudah
didapat. Karena fungsi media ini hanya untuk pijakan akar agar tidak
rebah.
6. Tanam bibit atau taburkan 2-3 biji bibit tanaman ke dalam media
tanam.

7. Siram dengan larutan nutrisi hidroponik.


8. Simpan di tempat yang tidak terkena hujan tetapi masih bisa mendapat
sinar matahari.
Membuat Larutan Nutrisi Hidroponik
Bahan:
Pupuk Urea.1000 gr.

Pupuk KCL 1000 gr.

Pupuk NPK 1000 gr.

Pupuk daun Gandasil ( Growmore ) . 50 gr.

Peralatan:

Ember bervolume 20 Liter.

Drum plastik bervolume 100 liter

Timbangan digital

Alat pengaduk

Air sumur, air sungai,

67

Air PAM tidak diperkenankan kecuali yang sudah diendapkan selama 7


10 hari.

Cara membuat:

Masukkan semua bahan yang telah ditimbang ke dalam ember volume 20


liter.

Tuangkan air sumur sebanyak 20 ltr ke dalam ember tersebut sedikit


demi sedikit sambil diaduk aduk lanjutkan pengadukan hingga air
mencapai volume 20 liter dan tidak ada lagi pupuk yang masih
mengkristal (tidak ada endapan)

Tuangkan larutan pekatan tadi ke dalam bak penampungan volume 100


liter.

Kucurkan air sumur kedalam bak penampungan sambil diaduk aduk


hingga penuh (mencapai volume 100 liter).

Larutan Nutrisi siap digunakan.

68

C. PENUTUP
Beberapa hal yang harus dipertimbangankan dalam pengembangan
teknologi budidaya tanaman secara hidroponik di Indonesia adalah:
Sistem yang dibagunag harus sederhana dan tidak rumit
Sistem yang dibangun harus murah
Sistem yang dibangun harus melibatkan bahan-bahan yang ramah
lingkungan
Komponen bahan dan alat yang digunakan mudah di dapatkan
Sistem tidak tergantung terhadap energi listrik
Digunakan komoditas yang bernilai komersial yang tinggi.

69

Dengan demikian maka pengusahaan budidaya tanaman secaa hidroponik


akan dapat memberikan margin keuntungan yang tinggi dan layak untuk
dikembangka hidroponik.
Sumber:
Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi, 2013, sistem hidroponik, modul v bahan ajar mata
kuliah dasar dasar hortikultura. departemen agronomi dan hortukultura
fakultas pertanian institut pertanian bogor
http://ustmyhobby.wordpress.com/2014/02/19/cara-menanam-tanamanhidroponik- sederhana/ uploads/24/05/214.

70

Lampiran 2. Materi Pelatihan


1. PENGGUNAAN PESTISIDA NABATI UNTUK MEMPERTAHANKAN
KESEHATAN SAYURAN PEKARANGAN
Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif
sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buahbuahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan; serta bahan
pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan. Manfaat yang
akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat : memenuhi kebutuhan
konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan
tambahan pendapatan bagi keluarga.
Pada pelaksanaannya, ada beberapa kendala yang dihadapi diantaranya adalah
adanya Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). OPT merupakan salah satu faktor
pembatas penting dalam upaya peningkatan produksi sayuran. Serangan OPT terjadi di
semua tahap pengelolaan agribisnis sayuran dimulai dari sebelum masa tanam, di
pertanaman, sampai penyimpanan dan pengangkutan produk. Masyarakat sudah tidak
asing dengan nama-nama OPT sayuran, seperti ulat daun kubis, lalat pengorok daun,
kutu daun, penyakit hawar daun, penyakit layu bakteri, penyakit bengkak akar,
nematoda sista kentang (NSK) dan masih banyak lagi.
Untuk menanggulangi serangan hama dan penyakit tanaman petani
menggunakan pestisida kimia. Pestisida kimia merupakan bahan beracun yang
sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, hal ini disebabkan pestisida
bersifat polutan dan menyebarkan radikal bebas yang dapat menyebabkan
kerusakan organ tubuh seperti mutasi gen dan gangguan syaraf pusat.
Disamping itu residu kimia yang beracun tertinggal pada produk pertanian dapat
memicu kerusakan sel, penuaan dini dan munculnya penyakit degeneratif.
Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia lainnya adalah:
1. Hama menjadi kebal (resisten)
2. Peledakan hama baru (resurjensi)
3. Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen
4. Terbunuhnya musuh alami

71

Untuk

mengurangi

dampak

negatif

penggunaan

pestisida

kimia,

dianjurkan untuk menggunakan pestisida nabati. Pestisida nabati adalah


pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan yang
sebenarnya yang ada di sekitar kita. Penggunaan pestisida nabati selain dapat
mengurangi

pencemaran

lingkungan,

harganya

relatif

murah

apabila

dibandingkan dengan pestisida kimia.


pestisida nabati merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuh-tumbuhan dengan mekanisme kerja yang unik terhadap hama sasaran.
Kata unik ini merujuk pada sebuah efek yang tidak berarti harus membunuh
hama sasaran. Unik bisa berarti mengusir, memperangkap, menghambat
perkembangan serangga/hama, mengganggu proses cerna, mengurangi nafsu
makan, bersifat sebagai penolak, bahkan memandulkan hama sasaran.
Keunggulan Pestisida nabati adalah :
murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani
relatif aman terhadap lingkungan
menyebabkan keracunan pada tanaman
sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama
kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain.
Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu :
1. merusak perkembangan telur, larva dan pupa
2. menghambat pergantian kulit
3. mengganggu komunikasi serangga
4. menyebabkan serangga menolak makan
5. menghambat reproduksi serangga betina
6. mengurangi nafsu makan
7. memblokir kemampuan makan serangga
8. mengusir serangga
9. menghambat perkembangan patogen penyakit.
Pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot
(sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada umumnya. Supaya penyemprotan
pestisida nabati memberikan hasil yang baik, butiran semprot harus diarahkan ke

72

bagian tanaman dimana jasad sasaran berada. Apabila sudah tersedia ambang
kendali hama, penyemprotan pestisida nabati sebaiknya berdasarkan ambang
kendali. Untuk menentukan ambang kendali, perlu dilakukan pengamatan hama
seteliti mungkin. Pengamatan yang tidak teliti dapat mengakibatkan hama sudah
terlanjur besar pada pengamatan berikutnya dan akhirnya sulit dilakukan
pengendalian.
1. Bawang ( Allium cepa)
Klasifikasi :
Divisi

Spermatophyta

Sub divisi :

Angiospermae

Kelas

Monocotyledonae

Bangsa

Liliales

Suku

Aliaceae

Warga

Allium

Jenis

Allium cepa L.

Deskripsi:
Herba, semusim, tinggi 40-60 cm, tidak berbatang, berumbi lapis, merah
keputih- putihan, berlobang, bentuk lurus, ujung runcing, tapi rata, panjang 50
cm, lebar 0,5 cm, menebal dan berdaging sefta mengandung persediaan
makanan yang terdiri atas subang yang dilapisi daun sehingga menjadl umbi
lapis, hijau. Tunggal, memeluk umbi lapis. Daun majemuk, bentuk bongkol,
bertangkai silindris, panjang 40 cm, hijau, benang sari enam, tangkai sari
putih, kepala sari hijau, putik menancap pada dasar bunga, mahkota bentuk
bulat telur, ujung runcing, tengahnya bergaris putih. Batu, bulat, hijau. Bunga
Segi tiga, riitam. Akar Serabut, bentuk seperti benang, berwarna putih
Kandungan kimia :
Bawang merah mengandung minyak atsiri, sikloaliin, metilaliin, dihidroaliin,
lavonglikosida, saponin, peptida, fitohormon, kuersetin
Bagian tanaman yang digunakan adalah umbi lapis.

73

Cara kerja :
1. Bersifat sebagai insektisida
2. Penolak (repellent)
Khasiat lain :
Bawang merah dapat digunakan untuk obet demam pada anak, perut kembung,
muntah-muntah, masuk angin, kerokan,

batuk, disentri, hipertensi, diabetes,

kutu air/kakirangen, bisul/luka, payudara bengkak /mastitis, melancarkan air seni


pada anak disertai demam dan sariawan.
Metode pembuatan :
Bahan dan Alat

Cara
Pembuatan
Tumbuk halus
bawang merah
kemudian
campurkan
dengan minyak
sayur. Biarkan
selama 24 jam.
Tambahkan air
dan sabun. Aduk
hingga rata.

Cara
OPT Sasaran
Penggunaan
Campurkan larutan Kutu kebul
dengan air dengan
perbandingan 1 :
19
atau 50 ml larutan
dengan 950 ml air.
Kocok sebelum
digunakan.
Semprotkan
ke seluruh bagian
tanaman yang
terserang pada
pagi
hari

Ekstrak bawang
merah
1 kg bawang
merah
1 liter air
Panci
Ember
Alat penyaring

Didihkan air dalam


panci, hancurkan
bawang merah
dan masukkan ke
dalam air
mendidih. Biarkan
selama 24 jam
dan kemudian
disaring

Tambahkan 1 liter
larutan dengan 10
liter air.
Semprotkan
ke seluruh bagian
tanaman yang
terserang pada
pagi
atau sore hari.

Semut, tungau
dan
trips

Ekstrak bawang
merah
50 g bawang
merah
1 liter air
Ember
Alat penyaring

Hancurkan
bawang merah
tambahkan air.
Aduk sampai rata
dan kemudian
disaring

Semprotkan ke
seluruh bagian
tanaman yang
terserang OPT
pada
pagi atau sore hari

Alternaria,
antraknos,
Fusarium,
busuk daun

Ekstrak bawang
merah
85 g bawang
merah
50 ml minyak
sayur
10 ml
deterjen/sabun
950 ml air
Alat penyaring
Botol

74

2. Bawang putih (Allium sativum L)


Klasifikasi :
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Subkelas
: Lillidae
Ordo
: Liliales
Famili
: Liliaceae
Genus
: Allium L.
Spesies
: Allium sativum L.
Deskripsi:
Herba, semusim, tinggi 50-60 cm. Berakar serabut kecil berjumlah banyak.
Batang semu, beralur, hijau. Daun

tunggal, berupa reset akar bentuk lanset,

tepi rata, ujung runcing, beralur, panjang 60 cm, lebar 1,5 cm, menebal dan
berdaging serta mengandung persediaan makanan yang terdiri atas subang yang
dilapisi daun sehingga menjadi umbi lapis, berwarna hijau. Bunga memiliki 3
daun kelopak, dan 3 daun mahkota serta 6 benang sari.

Buah tidak berdaging.

Biji berbentuk kecil dan berwarna hitam.


Kandungan kimia :
Senyawa kimia yang terkandung dalam bawang putih antara lain tanin, minyak
atsiri, dialilsulfi da, aliin, alisin, enzim aliinase
Bagian tanaman yang digunakan : Seluruh bagian tanaman, umbi, daun dan
bunga
Cara Kerja :
1. Penolak (repellent )
2. Bersifat sebagai insektisida, nematisida, fungisida dan antibiotik
Khasiat lain :
Bawang merah berguna juga untuk obat hipertensi, asma, batuk, masuk angin,
sakit kepala, sakit kuning; sesak nafas, busung air, ambeien, sembelit, luka
memar, abses; luka benda tajam, digigit serangga, cacingan, sulit tidur
(insomnia).

75

Metode pembuatan :
Bahan dan Alat

Cara Pembuatan

Cara Penggunaan

Ekstrak bawang
putih
85 gram bawang
putih
50 ml minyak sayur
10 ml
deterjen/sabun
950 ml air
Alat penyaring
Botol

Campurkan
bawang putih yang
telah dihaluskan
dengan minyak
sayur. Biarkan
selama 24 jam.
Tambahkan air
dan sabun. Aduk
hingga rata.
Simpan dalam
botol paling lama 3
hari.
Hancurkan bawang
putih, rendam
dalam air selama
24 jam.
Tambahkan air dan
sabun. Saring.
Masukkan dalam
botol

Campurkan larutan
dengan air dengan
perbandingan 1 : 19
atau 50 ml larutan
dengan 950 ml air.
Kocok sebelum
digunakan.
Semprotkan ke
seluruh bagian
tanaman yang
terserang OPT pada
pagi hari
Tambahkan larutan
dengan air dengan
perbandingan 1 : 9
air. Kocok sebelum
digunakan.
Semprotkan ke
seluruh bagian
tanaman yang
terserang pada pagi
hari

Hancurkan bawang
putih. Rendam
dalam minyak
sayur selama 24
jam. Tambahkan
liter air dan
deterjen. Aduk
hingga rata.
Saring
Tambahkan sabun
ke dalam minyak
bawang putih.
Aduk hingga rata.
Tambahkan air.
Aduk

Tambahkan 10 liter
air kedalam larutan.
Aduk hingga merata.
Semprotkan ke
seluruh bagian
tanaman yang
terserang OPT pada
pagi hari

Hama kubis,
belalang dan
kutudaun

Semprotkan ke
seluruh bagian
tanaman yang
terserang pada pagi
atau sore hari

Ulat buah
tomat
Ulat
penggerek
umbi
kentang
Wereng padi
Nematoda

Ekstrak bawang
putih
2 siung bawang
putih
10 ml
Deterjen/sabun
4 cangkir air
Alat
penumbuk/blender
Alat penyaring
Botol
Ekstrak minyak
bawang putih
100 gram
bawang putih
2 sendok makan
minyak sayur
10.5 liter air
10 ml
deterjen/sabun
Minyak bawang
putih
50 ml minyak
bawang putih
950 ml air
1 ml deterjen/sabun

76

OPT
Sasaran
Ulat, hama
pengisap,
nematoda,
bakteri,
antraknos,
embun
tepung

Cendawan

2.

PELATIHAN PEMBUATAN PAKAN IKAN LELE, MAS DAN NILA

PENDAHULUAN
Usaha budidaya ikan air tawar merupakan usaha yang menjadi pilihan
banyak petani ikan. Permintaan akan konsumsi ikan air tawar selalu meningkat
setiap tahun. Ikan air tawar yang permintaannya diantaranya ikan lele, mas dan
nila. Hal ini menjadi daya tarik untuk mengembangkan budidaya ikan air tawar.
Pilihan dari budidaya air tawar diantaranya pada usaha perbibitan dan
pembesaran ikan dengan ukuran sesuai dengan permintaan konsumen. Usaha
budidaya ikan air tawar telah mampu menjadi tumpuan hidup banyak
masyarakat karena memberikan keuntungan yang tinggi sehingga bukan lagi
menjadi usaha sampingan tetapi menjadi usaha pokok.
Pakan merupakan unsur penting dalam menunjang pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan. Usaha pengembangan budidaya perikanan khususnya
pada ikan nila, mas dan lele sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang
cukup dalam jumlah dan kualitasnya untuk mendukung produksi yang lebih
maksimal.

Dalam budidaya ikan faktor pakan merupakan komponen biaya

terbesar, sekitar 60 70% biaya untuk budidaya pembesaran ikan berasal dari
pakan sehingga perlu pengelolaan yang efektif dan efesiesn salah satu upaya
untuk meningkatkan produksi adalah dengan penyediaan pakan berkualitas baik
dan murah dari segi ekonomi maupun kualitasnya.
Beberapa upaya untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan dimasa yang
akan datang dan meningkatnya harga pakan serta bahan baku pembuat pakan
akibat pesatnya perkebangan budidaya ikan di masyarakat maka petani ikan
perlu ada upaya untuk membuat pakan sendiri dengan memanfaatkan potensi
yang ada di sekitar lokasi usaha sehingga pakan yang diberikan ikan menjadi
murah dan biaya produksi menurun. Pakan buatan bagi ikan dapat diartikan
sebagai pakan yang dibuat dalam skala industry dengan komposisi nutrisi dan
gizi sesuai dengan kebutuhan ikan dan diberikan untuk menyuplai makanan pada
kolam dengan tingkat ketersediaan pakan alaminya yang telah menipis atau
habis sama sekali. Perlu dilirik beberapa alternatif yang dapat dijadikan bahan
baku pakan ikan seperti beberapa bahan limbah yang masih memiliki sumber

77

protein hewani yang tinggi sehingga tidak menutup kemungkinan bagi petani
ikan untuk memproduksi pakan buatan sendiri yang mememiliki nilai ekonomis
dan tingkat kualitas yang baik sehingga dapat menekan biaya produksi dan
keuntungan pun dapat di tingkatkan.
Nutrien pakan ikan
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Untuk dapat tumbuh dengan
baik, ikan pada umumnya membutuhkan nutrien/gizi yang lengkap. Aspek
kebutuhan gizi pada ikan adalah sama dengan makhluk hidup lain, yaitu :
protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral agar dapat melakukan proses
fisiologi dan biokimia selama hidupnya. Pakan untuk benih ikan harus
mengandung gizi yang lebih tinggi sekitar 50% sedangkan nutrisi pakan yang
baik untuk pembesaran ikan lele pada umumnya berkisar antara 25-35% protein.
4-18% lemak dan 10-20% karbohidrat
Sumber Karbohidrat :
Fungsi utama dari karbohidrat adalah sebagai sumber energi. Selain
berfungsi sebagai nutrisi, karbohidrat juga dapat menjadi bahan perekat.
Contoh sumber karbohidrat antara lain dedak halus; dapat diperoleh dari
mesin penggilingan padi atau dibeli di poultry shop. Tepung jagung, dapat juga
digunakan jagung giling yang tidak terlalu halus selain sebagai sumber
karbohidrat tepung jagung ini juga mengandung protein nabati. Harga tepung
jagung memang cukup mahal jadi bias juga dicari alternative lain seperti tepung
sagu.
Sumber Protein :
Nutrien yang paling penting untuk menunjang pertumbuhan ikan adalah
kandungan protein. Sumber protein pakan antara lain tepung ikan, tepung
kedelai, tepung cacing dan lain-lain.

78

Sumber Mineral :
Mineral memainkan peran penting dalam membangun struktur tulang
ikan dan dalam fungsi metabolisme. Mineral terdiri dari makromineral dan
mikromineral. Makromineral ada dalam konsentrasi tinggi dalam tubuh ikand
iantaranya kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (K), fosfor (K),
klorida (CI), Dan sulfur (S). Sedangkan Mikormineral antara lain adalah besi (Fe),
seng (Zn), mangan (Mn), tembaga (Cu), iodium (I), kobalt (Co), nikel (Ni), fluor
(F), krom (Cr), silikon (Si), selenium (Se). Contohnya mineral yang bisa diperoleh
di poultry shop
Sumber Vitamin :
Vitamin merupakan zat organik yang di butuhkan ikan dalam jumlahkecil,
namun perannya sangat vital, Peranya untuk mempertahankan kondisi dan daya
tahan tubuh. Vitamin pada umumnya tidak dapat disintesis oleh tubuh ikan. Jadi
haruslah dipenuhi dari luar atau pakan kebutuhan vitamin akan menurun seiring
dengan pertumbuhan besar ikan. Contohnya minyak ikan yang bisa diperoleh di
poultry shop. Vitamin A dibutuhkan untuk pertumbuhan dan Vitamin C untuk
menambah nafsu makan.

CONTOH MEMBUAT PAKAN IKAN


Bahan :
1. Tepung ikan 38 kg.
2. Tepung kedelai 10 kg .
3. Tepung jagung 25 kg .
4. Dedak halus 15 kg.
5. Tepung tapioka 10 kg.
6. Minyak ikan 1 kg.
7. Mineral 1 kg.

Cara membuat :
1. Timbang bahan baku yang digunakan.
2. Campurkan bahan baku di lantai menggunakan skop, supaya tercampur
rata beri air secukupnya.

79

3. Masukkan bahan yang telah tercampur dalam mesin pencetak pelet.


4. Keringkan dengan cara dioven atau dijemur kurang lebih 5 6 jam
dengan sinar matahari sampai kering.
5. Kemas

pelet-pelet

tersebut

dengan

menggunakan

karung

plastik

berukuran 30 kg.
Kandungan nitrien :
KANDUNGAN FORMULA
LEMAK

LEMAK

PK (%)

(%)

KOMPOSISI (%)

PK (%)

(%)

52

10

38

19,76

3,8

45

10

4,5

0,3

JAGUNG

8,6

3,6

25

2,15

0,9

DEDAK HALUS

11

16

15

1,65

2,4

2,6

2,6

10

0,26

0,26

MINYAK IKAN

MINERAL

100

28,32

7,66

TEPUNG IKAN
TEPUNG
KEDELAI
TEPUNG

TEPUNG
TAPIOKA

Jenis pellet :
1. Pellet terapung
Pellet terapung merupakan pellet yang dibuat untuk bisa terapung diatas
air kolam. Untuk bisa terapung di atas air kolam, maka pellet dibuat
ringan dengan membuat kadar air rendah (10-15%). Kelebihan pellet ini
dapat disimpan lama karena sangat kering.
2. Pellet tenggelam
Pellet tenggelam merupakan pellet yang dibuat untuk tenggelam di
bawah air kolam. Untuk bisa tenggelamdi bawah air kolam, maka pellet
dibuat berat dengan membuat kadar air tinggi (20%). kekurangan pellet
ini tidak dapat disimpan lama karena mengandung air yang tinggi.

80

PAKAN IKAN ALTERNATIF


Pakan alternatif adalah pakan buatan yang dibuat dengan berbagai
bahan-bahan alternatif yang ada disekitar wilayah kegiatan budidaya ikan
dikembangkan, dan cara pembuatan pakan yang menggunakan peralatan serta
teknik yang sederhana.
Meskipun konsepnya murah dan sederhana namun bukan berarti
pembuataannya tidak memperhitungkan nilai gizi yang dikandung oleh bahanbahan limbah yang akan dijadikan sebagai bahan baku nantinya, karena bahan
penyusun pakan harus memenuhi kebutuhan kandungan nutrisi yang kaya
protein dan dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan ikan.
Beberapa jenis pakan alternatif diantaranya :
1. Maggot
2. Bekicot
3. Ikan Rucah
4. Cacing
5. Azzola

Cara membuat maggot :

1. Masukkan ampas tahu sebagai bahan utama kedalam ember


2. Tambahkan air bersih lalu aduk hingga rata.
3. Tambahkan ikan asin dan kotoran ayam .
4. Tutup permukaanya dengan daun pisang kering agar lalat black soldier fly
mau bertelur.
5. Tempatkan ember ditempat teduh yang terlindung dari air hujan.

81

6. Kira-kira selama 3 minggu atau kurang lebih, belatung telah siap di


panen.
7. Caranya, campurkan air pada media kultur, kemudan saring untuk
memisahkan media kultur dari belatung.
8. Belatung siap di berikan sebagai pakan lele.
9. Bahan baku media kultur sebanyak 100 kg, akan menghasilkanbelatung
60 kg.
10. Belatung segar jangan disimpan terlalu lama, karena bisa berubahmenjadi
Lalat.

Membuat tepung keong mas :

1. Keong mas dibersihkan.


2. Keong mas direbus dan dikeluarkan isinya
3. Dijemur di bawah sinar matahari.
4. Diiris kecing-kecil.
5. Dibuat tepung dengan menggunakan penggiling tepung.
6. Tepung keong mas ditimbang dan siap digunakan.

82

Membuat tepung ikan rucah:

1. Ikan rucah dibersihkan.


2. Ikan rucah direbus.
3. Dijemur di bawah sinar matahari.
4. Dibuat tepung dengan menggunakan penggiling tepung.
5. Tepung ikan rucah ditimbang dan siap digunakan.

Membuat tepung cacing :

1. Cacing segar dipisahkan dari medianya.


2. Cacing segar dicuci, dibilas dg air bersih, lalu ditimbang.
3. Cacing segar dijemur pada panas matahari (diatas seng) selama 24 jam
(suhu udara 32 - 35C).
4. Cacing yang sudah kering kemudian dibuat tepung dengan menggunakan
penggiling tepung.
5. Tepung cacing ditimbang dan siap digunakan.

83

AZZOLA

Salah satu pakan alami ikan yang saat ini mulai banyak dilirik oleh para
pembudidaya ikan adalah Azolla Microphylla. Merupakan tumbuhan paku air
sejenis kiyambang, tapi azolla memiliki keistimewaan dibanding dengan jenis
tumbuhan paku yang lain. Azolla memiliki pertumbuhan yang termasuk cepat
sehingga sangat baik untuk dibudidayakan sebagai pakan ikan. Yang sangat
penting dari azolla adalah kandungan protein nya cukup besar yakni sekitar 25 35% berat kering.
Azolla sudah banyak digunakan sebagai pakan alami ikan nila dan lele.
Ikan nila sangat suka memakan azolla dalam keadaan segar yang terapung di
kolam. Selain pakan ikan, azolla juga digunakan sebagai pupuk hidup di
persawahan. Hal ini karena azolla dapat membantu penyerapan Nitrogen dari
udara dan melepaskannya ke tanah, sehingga tanah persawahan yang ditutupi
azolla kaya dengan kandungan Nitrogen.Azolla digunakan sebagai pupuk hidup
dan organik pada persawahan sudah berabad abad diterapkan di negara China
dan Vietnam.

84

NAFSU MAKAN IKAN MENINGKAT

Untuk meningkatkan safsu makan ikan, maka kita bisa memanfaatkan


berbagai tumbuhan di sekitar kita, salah satunya adalah temulawak. Berikut ini
salah satu formula yang bisa dibeikan pada ikan.
Bahan :
1. 0.2 kg temulawak,
2. 0,25 kg air (di usahakan air hangat) dengan keadaan hangat sari
temulawak akan terangkat secara maksimaL)
3. 1 kg pakan / pelet.
Pembuatan :
1. Parut temulawak
2. Campur dengan air hangat 0.25
3. Peras dan saring parutan temulawak
4. Campurkan air perasan temulawak tadi dengan pellet sebanyak 1 kg.
5. Diamkan selama 10 menit.

85

Lampiran 3. Dokumentasi

Pelatihan pembuatan pestisida nabati Pelatihan pembuatan pestisida nabati


di Kabupaten Seluma
di Kabupaten Seluma

Demplot di Kabupaten Seluma

Demplot di Kabupaten Seluma

Demplot di Kabupaten Bengkulu Utara

KBD di Kabupaten Bengkulu Utara

86

Pendampingan
di
Desa
Kabupaten Bengkulu Tengah

Bukit Demplot di Desa Bukit Kabupaten


Bengkulu Tengah

Demplot di Kota Bengkulu

KBD Kota Bengkulu

Display di Kantor BPTP

Stand bazar BPTP bekerja sama


dengan BKP pada kegiatan HPN

87

Demplot di Kabupaten Seluma

Kunjungan Kerja Wamen di Desa BP I


Kabupaten Seluma

KBI ayam KUB di BPTP Bengkulu

KBI ayam KUB di BPTP Bengkulu

Pelatihan
pengolahan
Kabupaten Lebong

hasil

di Demplot
Tengah

88

di

Kabupaten

Bengkulu

Inovasi teknologi vertiminaponik

Konsumen memanen sendiri sayuran


yang dibeli di Kelurahan Sukaraja
Kabupaten Seluma

Petani penjual sayuran dengan sistem Sosialisasi KRPL di Kabupaten Rejang


panen langsung di demplot Kelurahan Lebong
Sukaraja Kabupaten Seluma

Demplot di Desa Tebing


Kabupaten Bengkulu Utara

Kaning Inovasi
teknologi
Hydroponik)

89

NFT

(Rumah

Gelar teknologi pemanfaatan lahan Bazar olahan pasca panen pada


pekarangan dan pengolahan hasil di kegiatan gelar teknologi pemanfaatan
Kabupaten Bengkulu Selatan
lahan pekarangan dan pengolahan
hasil di Kabupaten Bengkulu Selatan

Stakeholders sebagai tamu undangan


pada
kegiatan
gelar
teknologi
pemanfaatan lahan pekarangan dan
pengolahan hasil di Kabupaten Bengkulu
Selatan

Gubernur Provinsi Bengkulu memberikan


sambutan sekaligus membuka acara gelar
teknologi pemanfaatan lahan pekarangan
dan pengolahan hasil di Kabupaten
Bengkulu Selatan

Gubernur mengunjugi stand bazar Pelatihan pengolahan hasil di Desa


olahan pasca panen pada kegiatan Sulau Kabupaten Bengkulu Selatan
gelar teknologi pemanfaatan lahan
pekarangan dan pengolahan hasil di
Kabupaten Bengkulu Selatan

90

Gelar teknologi pemanfaatan lahan Bazar olahan pasca panen pada


pekarangan dan pengolahan hasil di kegiatan gelar teknologi pemanfaatan
Kabupaten Bengkulu Selatan
lahan pekarangan dan pengolahan
hasil di Kabupaten Bengkulu Selatan

Stakeholders sebagai tamu undangan


pada
kegiatan
gelar
teknologi
pemanfaatan lahan pekarangan dan
pengolahan hasil di Kabupaten Bengkulu
Selatan

Gubernur Provinsi Bengkulu memberikan


sambutan sekaligus membuka acara gelar
teknologi pemanfaatan lahan pekarangan
dan pengolahan hasil di Kabupaten
Bengkulu Selatan

Gubernur mengunjugi stand bazar Pelatihan pengolahan hasil di Desa


olahan pasca panen pada kegiatan Sulau Kabupaten Bengkulu Selatan
gelar teknologi pemanfaatan lahan
pekarangan dan pengolahan hasil di
Kabupaten Bengkulu Selatan

91

Pemusnahan ayam KUB yang terserang flu burung berdasarkan hasil


rapidolehDinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kota Bengkulu

92

Lampiran 4. Kuesioner

KUISIONER
PENGEMBANGAN MODEL MEDIA KOMUNIKASI UNTUK PERCEPATAN ADOPSI
INOVASI AYAM KUB DI PROPINSI BENGKULU

I.

Identitas Responden :

1. N a m a

...............................................................................................

2. Nama Kelompok Tani : ..


3. A l amat

Dusun

: , RT/RW : ./

Desa

...............................................................................................

Kecamatan

...............................................................................................

Kabupaten

...............................................................................................

4. U m u r/tgl lahir

.................... tahun/ ...............................................................

5. Jenis kelamin

a. Laki-laki, b. Perempuan.

6. Pekerjaan

pokok : .........................., sambilan : ....................

7. Pendidikan

( SD, SLTP, SLTA, D1 - D3, S1/sederajat )

8. Jumlah tanggungan keluarga : .........................orang


No

Nama

Jenis
kelamin

Umur
(umur)

Status

Pekerjaan

1.
2.
3.
4.
II.
1.
a.
b.
c.
2.

Usaha Ternak Ayam


:
Jumlah ternak ayam kampung, sekarang
Induk betina (babon)
Pejantan (Jago)
Umur kurang 5 bulan
Pengalaman beternak ayam kampung

III.

Penguasaan lahan

No
1.
2.
3.

Macam lahan
Pekarangan
Tegalan
Sawah

: ........................ ekor
: ........................ ekor
: ........................ ekor
: ........................ ekor
: ........................ tahun

:
Luas (m2 /ha)

A. VARIABEL PENGETAHUAN

93

Jenis Tanaman Saat ini

Pilihlah jawaban yang dianggap paling tepat dengan cara melingkari atau
memberi tanda pada huruf di depan jawaban tsb
No.

Pertanyaan

1.

Apakah singkatan dari ayam KUB


a. Tidak tahu
b. KUB singkatan dari Kelompok usaha bersama
c. KUB singkatan dari Koperasi Usaha bersama
d. KUB singkatan dari Kampung Unggul Bersama
e. KUB singkatan dari Kampung Unggul Badan Litbang Pertanian
Apakah ayam KUB juga merupakan ayam kampung?
a. Tidak tahu
b. Tidak benar
c. Mungkin benar
d. Ada benarnya
e. Benar
Apakah mengetahui keunggulan Ayam KUB ?
a. Tidak tahu
b. Tahu, yaitu sifat mengeram yang rendah
c. Tahu, yaitu sifat mengeram yang rendah dan produksi telur tinggi
d. Tahu yaitu sifat mengeram rendah, produksi telur tinggi dan tahan
penyakit
e. Tahu yaitu sifat mengeram rendah, produksi telur tinggi, tahan penyakit
dan sifat saling mematuk rendah

3.

4.

Apakah mengetahui tipe-tipe usaha dalam peternakan ayam KUB?


a.
b.
c.
d.
e.

5.

Apakah mengetahui kapan ayam KUB mulai bertelur?


a.
b.
c.
d.
e.

6.

Tidak tahu
Tahu, yaitu umur dewasa
Tahu, yaitu umur 3 bulan
Tahu, yaitu umur 6 bulan ke atas
Tahu, yaitu umur 4-5 bulan

Darimanakah sebaiknya bibit ayam KUB dibeli ?


a.
b.
c.
d.
e.

7.

Tidak tahu
Tahu, yaitu tipe penghasil daging/ayam potong
Tahu, yaitu tipe penghasil telur konsumsi
Tahu, yaitu tipe pembibitan/penghasil anak ayam
Tahu, yaitu tipe penghasil daging, penghasil telur, dan pembibitan ayam

Tidak tahu
Dibeli di pasar hewan
Dibeli di peternakan tetangga/kenalan
Dari pembibitan milik sendiri
Dibeli di Pusat pembibitan ayam KUB (PT AKI)

Bahan pakan apakah yang dapat diberikan pada ternak ayam KUB?

94

Skor

a.
b.
c.
d.
e.
8.

Bagaimanacara pemberian pakan ayam KUB yang baik?


a.
b.
c.
d.
e.

9.

Tidak tahu
Satu kali, tidak teratur
Satu kali, teratur
Dua kali, tidak teratur
Dua kali, teratur

Berapa banyak pakan yang diberikan untuk ayam KUB?


a.
b.
c.
d.
e.

10

Tidak tahu
Diberikan sedikit
Diberikan seadanya
Diberikan sebanyak-banyaknya
Diberikan sesuai dengan kebutuhan

Apakah dalam pemeliharaan ayam KUB perlu disuntik vaksin?


a.
b.
c.
d.
e.

11

Tidak tahu.
Perlu, yaitu pada umur 4 bulan
Perlu, yaitu pada umur 4 minggu
Perlu, yaitu pada umur 4 hari
Perlu, yaitu pada umur 4 hari, 4 minggu dan 4 bulan

Bagaimana cara pemeliharaan ayam KUB dewasa yang baik?


.

12

a.
b.
c.
d.
e.

Tidak tahu
Ayam dipelihara secara diliarkan
Ayam diumbar dalam pagar
Ayam dipelihara di dalam kandang tanpa umbaran.
Ayam dipelihara di dalam kandang yang ada umbarannya.

Apa saja hasil yang dapat dijual dari usaha beternak ayam KUB?
a.
b.
c.
d.
e.

13

Tidak tahu
Bekatul
Bekatul dan jagung
Bekatul atau jagung dan Konsentrat
Jagung, bekatul dan konsentrat

Tidak tahu.
Dapat dijual daging (ayam potong)
Dapat dijual telurnya
Dapat dijual anak ayamnya hasil penetasan
Dapat dijual ayam potong, telur dan anak ayam

Apakah bulu ayam KUB berwarna warni, seperti ayam kampung


. umumnya?
a.
b.
c.
d.
e.

14

Tidak tahu
Bulu ayam KUB memiliki warna seragam
Bulu ayam KUB memiliki warna teratur
Bulu ayam KUB ada yang memiliki warna seragam, ada yang tidak
Bulu ayam KUB berwarna warni atau tidak seragam

Apakah telur ayam KUB dapat ditetaskan?


.

a.

Tidak tahu

95

b.
c.
d.
e.
15

Apakah induk betina ayam KUB suka mengerami telurnya?


.

16

Telur ayam KUB tidak dapat ditetaskan


Telur ayam KUB hanya menetas bila dierami
Telur ayam KUB harus ditetaskan dengan mesin penetas
Telur ayam KUB dapat ditetaskan dengan mesin penetas atau
menggunakan ayam induk (dierami)

a.
b.
c.
d.
e.

Tidak tahu
Induk betina ayam KUB suka mengerami telurnya
Induk betina ayam KUB mempunyai sifat mengeram yang tinggi
Induk betina ayam KUB tidak suka mengerami telurnya
Induk betina ayam KUB mempunyai sifat mengeram yang rendah

Bagaimanakah produksi telur ayam KUB dibandingkan dengan produksi


. telur ayam kampung umumnya?
a.
b.
c.
d.
e.

17

Tidak tahu
Produksi telur ayam KUB lebih rendah dari produksi ayam kampung
umumnya
Produksi telur ayam KUB sama dengan produksi telur ayam kampung
umumnya
Produksi telur ayam KUB sedikit lebih tinggi dari produksi telur ayam
kampung umumnya
Produksi telur ayam KUB 2 (dua) kali produksi telur ayam kampung
umumnya

Apakah ayam KUB sudah dikembangkan di wilayah Propinsi Bengkulu?


a.
b.
c.
d.
e.

18

Tidak tahu
Ayam KUB tidak ada di Propinsi Bengkulu
Ayam KUB belum dikembangkan di Propinsi Bengkulu
Ayam KUB baru akan dikembangkan di Propinsi Bengkulu
Ayam KUB sudah dikembangkan di Propinsi Bengkulu

Bagaimanakah pertumbuhan ayam KUB?


.

a.
b.
c.
d.
e.

19

Tidak tahu
Pertumbuhan ayam KUB lambat
Pertumbuhan ayam KUB hampir sama dengan pertumbuhan ayam
kampung umumnya
Pertumbuhan ayam KUB kadang kadang lebih cepat, kadang kadang
sama dengan pertumbuhan ayam kampung umumnya
Pertumbuhan ayam KUB lebih cepat dari pertumbuhan ayam kampung
pada umumnya

Apakah ayam KUB bisa dikembangbiakkan?


.

a.
b.

Tidak tahu
Ayam KUB tidak bisa dikembangbiakkan

96

c.
d.
e.
20

Ayam KUB tidak baik untuk dikembangbiakkan


Ayam KUB bisa dikembangbiakkan, namun sulit
Ayam KUB bisa dikembangbiakkan dengan mudah

Dari mana asal usul ayam KUB?


a.
b.
c.
d.
e.

Tidak tahu
Ayam KUB merupakan ayam broiler atau ayam ras
Ayam KUB merupakan hasil persilangan ayam ras
Ayam KUB merupakan hasil persilangan ayam ras dengan ayam
kampong
Ayam KUB bukan ayam broiler atau ras namun merupakan persilangan
ayam-ayam kampung unggul

B. VARIABEL SIKAP
Bagi yang sudah memelihara ayam KUB.
Pilihan jawaban SS = Sangat setuju, S = setuju, RR= ragu-ragu, TS = Tidak
setuju, STS = sangat tidak setuju dengan cara memberi tanda pada kolom
yang tersedia.
No
.

Pernyataan

ST
S

Dengan mengusahakan ayam KUB jumlah hasil telur ayam


kampung akan meningkat

Dengan melakukan tatacara pemeliharaan ayam KUB yang baik


maka lingkungan kandang akan tetap sehat

Dengan memberikan pakan sesuai kebutuhan maka ayam KUB


akan cepat tumbuh

Dengan memelihara ayam jantan : betina dengan perbandingan


1: 5 akan mengefisienkan biaya

5.

Dengan menjual ayam KUB umur sehari hasil dari penetasan


akan mendapatkan keuntungan lebih tinggi dibandingkan dengan
menjual telurnya

6.

Dalam pemeliharaan ayam KUB dibutuhkan tenaga dan waktu


lebih banyak dibandingkan dengan pemeliharaan ayam kampung
umumnya

7.

Saya senang memelihara ayam KUB karena pertumbuhannya


cepat

Saya senang memelihara ayam KUB karena pendapatan


keluarga akan meningkat

Saya senang memelihara ayam KUB karena lingkungan tetap


bersih

10

Saya senang memelihara ayam KUB karena produksi telurnya


tinggi

11

Saya senang memelihara ayam KUB karena tidak bisa diliarkan

12

Saya tidak senang dengan ayam KUB karena pemeliharaannya


lebih sulit
Saya tidak senang dengan ayam KUB karena harus membeli
bibitnya
Saya akan mencari lebih banyak lagi informasi tentang ayam

13
14.

97

Sikap
R
TS
S
R

SS

15.
16.
17.
18.
19.
20.

KUB
Saya akan menyebarluaskan informasi tentang ayam KUB
Saya akan belajar memelihara ayam KUB
Saya akan mendatangi pusat pengembangan ayam KUB di
Berbah
Saya akan memelihara ayam KUB
Saya akan memelihara ayam KUB dicampur dengan ayam
kampung saya yang sudah ada
Saya tidak akan mencari modal untuk memelihara ayam KUB

C. VARIABEL MOTIVASI
Bagi yang sudah memelihara ayam KUB.
Pilihan jawaban SI = Sangat ingin, I = ingin , RR= ragu-ragu, TI = Tidak ingin,
STI = sangat tidak ingin dengan cara memberi tanda pada kolom yang
tersedia.
No
.

Motivasi
Pertanyaan

ST
I

Apakah dengan memelihara ayam KUB, Bapak/Ibu ingin


agar gizi keluarga akan tercukupi?

Apakah dengan memelihara ayam KUB, Bapak/Ibu ingin


agar tabungan keluarga akan meningkat?

Apakah dengan memelihara ayam KUB, Bapak/Ibu ingin


agar dapat meningkatkan pendapatan keluarga?

Apakah dengan memelihara ayam KUB, Bapak/Ibu ingin


agar pendapatan tidak hanya tergantung dari hasil sawah?

Apakah dengan memelihara ayam KUB, Bapak/Ibu ingin


agar dapat memanfaatkan pekarangan secara lebih produktif?

Apakah dengan memelihara ayam KUB, Bapak/Ibu ingin


agar semua kebutuhan keluargaku akan tercukupi?

Apakah dengan memelihara ayam KUB, Bapak/Ibu ingin


agar modal saya akan bertambah?

Apakah dengan memelihara ayam KUB, Bapak/Ibu ingin


agar mendapat banyak teman?

Apakah dengan memelihara ayam KUB, Bapak/Ibu ingin


agar banyak didatangi pedagang?

10

Apakah dengan memelihara ayam KUB, Bapak/Ibu ingin


agar berteman baik dengan tetangga?

11

Apakah dengan memelihara ayam KUB di dalam kandang,


Bapak/Ibu ingin agar dikatakan lumrah (biasa) oleh
tetangga?

98

TI

R
R

SI

12

Apakah dengan memelihara ayam KUB, Bapak/Ibu ingin


agar kerjasama dalam keluarga meningkat?

13

Apakah dengan memelihara ayam KUB, Bapak/Ibu ingin


agar sering bertemu dalam kelompok tani?

14

Dengan memelihara ayam KUB, apakah Bapak/Ibu ingin


menjadi peternak maju?

15

Dengan memelihara ayam KUB , apakah Bapak/Ibu ingin


agar dikenal sebagai pelopor pemelihara ayam KUB di
daerah?

16

Dengan memelihara ayam KUB, apakah Bapak/Ibu ingin


pendapatan ternak ayam meningkat?

17

Dengan memelihara ayam KUB , apakah Bapak/Ibu ingin


dikenal sebagai orang berhasil karena ayam KUB?

18

Dengan memelihara ayam KUB, apakah Bapak/Ibu ingin


agar usaha peternak berkembang?

19

Dengan memelihara ayam KUB, apakah Bapak/Ibu ingin


agar dapat meningkatkan modal usaha?

20

Dengan memelihara ayam KUB, apakah Bapak/Ibu ingin


agar dapat membagikan ilmu ternak ayam kepada orang lain?

================terima kasih================

KUESIONER PELATIHANPENGOLAHAN HASIL


Data Responden
Nama

99

Umur

Pendidikan

Jenis Kelamin

Alamat

Pekerjaan

:
Petani/penyuluh/swasta/lainnya

Berilah tanda (X) pada jawaban yang benar!


Tepung Singkong
1.

Singkong merupakan salah satu jenis tanaman.


a. Sayuran

2.

b. Gelas

c. Ayakan

b. Oven

c. Kipas

Suhu oven yang digunakan untuk mengeringkan sawutan adalah.


a. 40OC

6.

c. Vitamin A

Untuk mengeringkan sawutan dapat digunakan cara berikut, kecuali.


a. Jemur

5.

b. Magnesium

Alat yang digunakan untuk membuat tepung singkong adalah.


a. Gunting

4.

c. Biofarmaka

Nutrisi yang terkandung dalam singkong adalah.


a. Karbohidrat

3.

b. Umbi-umbian

b. 50OC

c. 60OC

Tepung singkong dikemas pada wadah yang.


a. Tertutup rapat

b. Terbuka

c. basah

Stick Putri Salju


7.

Telur yang digunakan pada pembuatan stick putri salju adalah bagian.
a. Kuningnya saja

8.

b. Putihnya saja

c. Kuning dan putih

Bahan yang dikocok hingga lembut adalah.


a. Gula halus dan kuning telur
b. Gula halus dan mentega
c. Kuning Telur dan mentega

9.

Panas oven yang digunakan adalah.


a. 160OC

b. 170OC

c. 180OC

10. Lamanya pemanggangan adalah.


100

a. 15 menit

b. 30 menit

c. 45 menit

11. Waktu yang tepat untuk mencelupkan kue ke dalam coklat leleh adalah saat
kue.
a. Panas

b. Hangat

c. Dingin

b. Gula halus

c. Gula yang

12. Icing sugar adalah.


a. Gula kasar
dilelehkan
Cake Singkong
13. Bahan yang digunakan untuk membuat cake singkong adalah.
a. Margarin

b. Telur

c. Gula aren

14. Tepung yang digunakan adalah tepung.


a. Terigu

b. Tapioka

c. Singkong

15. Bagian telur yang dikocok hingga mengembang adalah.


a. Kuningnya saja

b. Putihnya saja

c. Kuning dan putih

B. VARIABEL MOTIVASI
Pilihan jawaban SI = Sangat ingin, I = ingin , RR= ragu-ragu, TI = Tidak ingin,
STI = sangat tidak ingin dengan cara memberi tanda pada kolom yang
tersedia.
101

No
.
1

2
3
4
5

6
7
8
9
10

11
12
13
14
15

16

17
18

Pertanyaan

SI

Motivasi
R
I
TI
R

Apakah dengan adanya pelatihan pengolahan hasil , Bapak/Ibu


ingin memperbanyak pengetahuan pengolahan hasil secara
berkelanjutan?
Apakah dengan adanya pelatihan pengolahan hasil , Bapak/Ibu
ingin menambah jumlah jenis tanaman yang diolah?
Apakah dengan adanya pelatihan pengolahan hasil , Bapak/Ibu
ingin menanam dengan baik?
Apakah Bapak/Ibu ingin membuat variasi pengolahan hasil
sehingga memberikan berbagai macam olahan?
Apakah dengan adanya pelatihan pengolahan hasil , Bapak/Ibu
ingin menjual hasil pengolahan ke anggota dan pelaku rumah
pangan lestari?
Apakah Bapak/Ibu ingin mengelola pengolahan hasil secara
professional dengan model bisnis?
Apakah Bapak/Ibu ingin mengelola pelatihan pengolahan hasil
menggunakan prinsip lezat, bergizi dan menarik?
Apakah Bapak/Ibu ingin menerapkan teknologi terbaru sesuai
dengan bimbingan petugas dalam mengelola pengolahan hasil ?
Apakah Bapak/Ibu ingin memanfaatkan tanaman lokal yang
unggul untuk diolah sebagai pengolahan hasil ?
Apakah Bapak/Ibu ingin memanfaatkan pelatihan pengolahan
hasil untuk kepentingan masyarakat sesuai dengan kesepakatan
kelompok?
Apakah Bapak/Ibu ingin mencatat/mendokumentasikan setiap
kegiatan yang dilakukan di pelatihan pengolahan hasil ?
Apakah Bapak/Ibu ingin mencatat/mendokumentasikan setiap
hasil pengolahan di desa?
Apakah Bapak/Ibu ingin mencatat/mendokumentasikan setiap
kegiatan yang dilakukan saat memproduksi hasil olahan?
Apakah Bapak/Ibu ingin membuat kesepakatan dalam
memproduksi dan menjual produk olahan ke kelompok?
Apakah dengan adanya pelatihan pengolahan hasil , Bapak/Ibu
ingin berkomunikasi dengan baik dengan pengguna
(masyarakat)?
Apakah dengan adanya pelatihan pengolahan hasil , Bapak/Ibu
ingin melakukan promosi agar berkembang menjadi modal
usaha komersial?
Apakah dengan adanya pelatihan pengolahan hasil , Bapak/Ibu
ingin berbagi pengalaman ke masyarakat yang lain?
Apakah dengan adanya pelatihan pengolahan hasil , Bapak/Ibu
ingin membangun jejaring dengan daerahsekitar atau pengguna?

KUISIONER
PENDAMPINGAN KRPL DI PROVINSI BENGKULU

102

STI

IV. Identitas Responden :


9. N a m a

...............................................................................................
10.Nama Kelompok Tani :
..
11.A l amat

Dusun

: , RT/RW : ./

Desa

:
...............................................................................................

Kecamatan

...............................................................................................
Kabupaten

...............................................................................................
12.U m u r

13.Jenis kelamin

14.Pekerjaan

.................... tahun
a. Laki-laki, b. Perempuan.
pokok : .........................., sambilan :

......................
15.Pendidikan

( SD, SLTP, SLTA, D1 - D3, S1/sederajat )

16.Jumlah tanggungan keluarga : .........................orang


No

Nama

Jenis
kelamin

Umur
(umur)

Status

1.
2.
3.
4.

V.

Usaha Pekarangan :
3. Luas lahan pekarangan saat ini
: ........................ ha
d. Berapa jenis tanaman yang ibu tanam di pekarangan saat ini
: ........................ jenis
4. Dari mana bapak/ibu mendapatkan bibit untuk ditanam di pekarangan ?
a. KBD
b. luar KBD

103

Pekerjaan

A. VARIABEL PENGETAHUAN
Pilihlah jawaban yang dianggap paling tepat dengan cara melingkari atau
memberi tanda pada huruf di depan jawaban tsb

No.
1.

3.

4.

5.

Pertanyaan
Apakah singkatan dari KRPL
a. Tidak tahu
b. KRPL singkatan dari Kelompok Rumah Pangan Lingkungan
c. KRPL singkatan dari Kawasan Rumah Pangan Lestari
d. KRPL singkatan dari Kelompok Rumah Pangan Lestari
e. KRPL singkatan dari Kawasan Rumah Pangan Lestari
Apakah singkatan dari KBD
a. Tidak tahu
b. KBD singkatan dari Kelompok Bibit Desa
c. KBD singkatan dari Kebun Bersama Desa
d. KBD singkatan dari Kelopok Bersama Desa Unggul Bersama
e. KUB singkatan dari Kebun Bibit Desa
Apakah pengertian KBD?
a. Tidak tahu
b. Tahu, yaitu kebun tempat produksi dan membagi benih untuk warga
c. Tahu, yaitu kebun tempat produksi dan membagi benih milik kelompok
dan untuk kelompok
d. Tahu yaitu kebun tempat produksi dan menjual benih untuk kelompok
e. Tahu yaitu kebun tempat produksi dan menjual benih untuk warga
Apakah fungsi KBD?
a. Tidak tahu
b. Tahu, ada 6 fungsi yaitu fungsi produksi dan distribusi, fungsi
keberagaman, fungsi estestika, fungsi lingkungan, fungsi pelayanan,
fungsi keberlanjutan
c. Tahu, yaitu berfungsi untuk memproduksi dan membagi benih benih
untuk kelompok
d. Tahu, yaitu tempat pembibitan sayuran dan buah-buahan
e. Tahu, yaitu kebun bibit yang dikelola secara professional untuk
mendapatkan modal
Apakah mengetahui persyaratan sarana di KBD?
a. Tidak tahu
b. Tahu, yaitu lokasi harus terbuka/tidak terlindung, ada rumah bibit,
c. Tahu, yaitu lokasi harus terbuka/tidak terlindung, ada rumah bibit
menghadap arah timur-barat, ada kotak bibit
d. Tahu, lokasi harus terbuka/tidak terlindung, ada rumah bibit menghadap
arah timur-barat, ada kotak bibit, tersedia pupuk kandang dan media
tanam
e. Tahu, yaitu lokasi harus terbuka/tidak terlindung, ada rumah bibit
menghadap arah timur-barat, ada kotak bibit, tersedia pupuk kandang
dan media tanam, cangkul dan peralatan tanam, dekat dengan sumber

104

Skor

air
6.

Bagaimana Prinsip Pengelolaan KBD?


a. Tidak tahu
b. Dibangun untuk kepentingan individu
c. Dibangun untuk kepentingan individu dan kelompok
d. Dibangun dari, oleh dan untuk kepentingan masyarakat dalam kawasan
tertentu sesuai dengan kesepakatan komunitas/kelompok
e. Dibangun dari, oleh dan untuk kepentingan masyarakat dalam kawasan
tertentu sesuai dengan kesepakatan komunitas/kelompok serta
berorientasi pada keuntungan ekonomi untuk menjamin keberlanjutan
dan perkembangan KBD

7.

Dari manakah sumber benih dan bibit di KBD?


a.
b.
c.
d.
e.

8.

Bagaimana macam model kelembagaan KBD?


a.
b.
c.
d.
e.

9.

Tidak tahu
bergabung dengan kelembagaan pengelola m-KRPL dan tidak
dirangkap oleh pengelola m-KRPL
terpisah dengan kelembagaan pengelola m-KRPL dan tidak dirangkap
oleh pengelola m-KRPL
Dikelola oleh dua orang anggota kelompok, bergabung dengan
kelembagaan pengelola m-KRPL dan dirangkap oleh pengelola m-KRPL
Dikelola oleh seorang anggota kelompok, bergabung dengan
kelembagaan pengelola m-KRPL dan dirangkap oleh pengelola m-KRPL

Bagaimana cara mencapai tujuan dalam pengembangan KBD agar tepat


jumlah, tepat mutu, dan tepat waktu?
a.
b.
c.
d.
e.

10

Tidak tahu
Penyemaian/pembibitan dari buah yang dibeli di pasar
Benih unggul varietas local
Benih unggul beli di kios saprodi
Varietas unggul hasil Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Tidak tahu
Dengan menerapkan teknologi budidaya seadanya
Dengan komunikasi yang baik dengan masyarakat tanpa menyusun
kalender semai
Dengan komunikasi yang baik dengan masyarakat, penyusunan
kalender semai, dan teknologi budidaya seadanya
Dengan komunikasi yang baik dengan masyarakat, penyusunan
kalender semai, dan teknologi budidaya sesuai anjuran

Bagaimana cara mencapaitujuan pengembangan KBD agar memperoleh


keuntungan ekonomi dan menjadi usaha komersial?
a.
Tidak tahu.
b.
Dengan penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan
c.
Dengan menerapkan pembukuan yang baik tanpa melakukan promosi
d.
Dengan melakukan promosi dan pembukuan yang baik
e.
Dengan melakukan promosi, pembukuan yang baik, dan membangun
jejaring kerjasama dengan daerah sekitarnya

105

11
.

Jenis benih dan bibit apa saja yang dapat dihasilkan dan didistribusikan
KBD?
a.
b.
c.
d.
e.

12

Tidak tahu
Tanaman sayuran saja
Tanaman sayuran dan buah-buahan
Tanaman sayuran, buahan, dan biofarmaka (obat, bumbu)
Tanaman sayuran, buahan, biofarmaka (obat, bumbu), dan ternak

Apakah yang dimaksud dengan benih?


a.
b.
c.
d.
e.

Tidak tahu.
Bahan tanaman hasil perbanyakan tanaman yang sudah memiliki
batang dan daun
Bahan tanaman hasil perbanyakan tanaman yang sudah berkecambah
Bahan tanaman hasil perbanyakan tanaman yang masih berupa biji
Bahan tanaman hasil perbanyakan tanaman yang telah siap tanam

B. VARIABEL MOTIVASI
Pilihan jawaban SI = Sangat ingin, I = ingin , RR= ragu-ragu, TI = Tidak ingin,
STI = sangat tidak ingin dengan cara memberi tanda pada kolom yang
tersedia.
No
.
1

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Pertanyaan

ST
I

Apakah dengan adanya KBD, Bapak/Ibu ingin


menyemai/memperbanyak berbagai jenis tanaman secara
berkelanjutan?
Apakah dengan adanya KBD, Bapak/Ibu ingin menambah
jumlah jenis tanaman yang disemai?
Apakah dengan adanya KBD, Bapak/Ibu ingin memelihara bibit
dengan baik?
Apakah Bapak/Ibu ingin menata tanaman di sekitar KBD
sehingga memberikan pemandangan yang indah dan teratur?
Apakah dengan adanya KBD, Bapak/Ibu ingin melayani
kebutuhan bibit untuk anggota dan pelaku rumah pangan lestari?
Apakah Bapak/Ibu ingin mengelola KBD secara professional
dengan model bisnis?
Apakah Bapak/Ibu ingin mengelola KBD menggunakan prinsip
ramah lingkungan,efisien, dan indah?
Apakah Bapak/Ibu ingin menerapkan teknologi terbaru sesuai
dengan bimbingan petugas dalam mengelola KBD?
Apakah Bapak/Ibu ingin memanfaatkan tanaman lokal yang
unggul untuk diperbanyak di KBD?
Apakah Bapak/Ibu ingin memanfaatkan KBD untuk kepentingan
masyarakat sesuai dengan kesepakatan kelompok?
Apakah Bapak/Ibu ingin mencatat/mendokumentasikan setiap
kegiatan yang dilakukan di KBD?
Apakah Bapak/Ibu ingin membuat kalender semai sebagai acuan
jadwal pembibitan di KBD?
Apakah Bapak/Ibu ingin mencatat/mendokumentasikan setiap
kebutuhan bibit anggota di desa?
Apakah Bapak/Ibu ingin mencatat/mendokumentasikan setiap
kegiatan yang dilakukan di KBD?

106

Motivasi
R
TI
I
R

SI

15
16
17
18
19
20

Apakah Bapak/Ibu ingin membuat kesepakatan dalam


memproduksi dan mendistribusikan bibit ke kelompok?
Apakah dengan adanya KBD, Bapak/Ibu ingin berkomunikasi
dengan baik dengan pengguna (masyarakat)?
Apakah dengan adanya KBD, Bapak/Ibu ingin melakukan
promosi agar berkembang menjadi modal usaha komersial?
Apakah dengan adanya KBD, Bapak/Ibu ingin meningkatkan
pengetahuan tentang penyemaian yang baik?
Apakah dengan adanya KBD, Bapak/Ibu ingin berbagi
pengalaman ke masyarakat yang lain?
Apakah dengan adanya KBD, Bapak/Ibu ingin membangun
jejaring dengan daerahsekitar atau pengguna?

================terima kasih================

107

Lampiran 5. Hasil Analisis Kompos

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU


Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu, 38119
Telepon :(0736) 23030, 27465Faximile :(0736) 345568
Website :http://www.bengkulu.litbang.litbang.deptan.go.id

HASIL ANALISIS PUPUK KOMPOS


Nomor Pendaftaran
Permintaan
Tgl Penerimaan
Tgl Pengujian
Jumlah

pH
No

:
:
:
:
:

54/P/11/2014
MKRPL
13 November 2014
13-24 November 2014
4 Sampel

Kadar Air

N-Total

P205

K20

Kode
H2O

01.

Kompos pak Said

6.96

49.80

5.44

2.87

0.48

02.

Solid

7.95

23.60

2.26

1.82

0.41

03.

Biogas

5.89

45.20

3.99

1.51

0.21

04.

Kotoran puyuh

6.72

2.40

2.15

0.02

0.29

Bengkulu, 24 November 2014


Koordinator
Laboratorium Tanah BPTP

Irma Calista Siagian, S.T


NIP. 198107162005012002

108

Lampiran 6. Berita Acara Pemusnahan Ayam KUB

109

BERITA ACARA
KEMATIAN AYAM KAMPUNG UNGGUL BADAN LITBANG (KUB)
DI KEBUN BIBIT INTI (KBI)
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) BENGKULU
Nomor:
/KU.210/I.12.4/11/2014
Pada hari Senin tanggal Satu bulan Desember tahun Dua Ribu Empat Belas
dilaporkan kematian Ayam KUB di Kebun Bibit Inti (KBI) Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu dengan kronologis kematian sebagai
berikut:
1) Ayam KUB umur 7 bulan
Hari/Tanggal
Sabtu/15 November 2014
Minggu/16 November 2014
Senin/17 November 2014
Rabu/19 November 2014

Kematian Ayam (ekor)


Jantan
Betina
5
6
8
3
14
1
-

Jumlah
11
11
15
8

Sisa (ekor)
Jantan
Betina
49
6
41
3
27
2
-

2) Hasil pemeriksaan secara rapid oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kota Bengkulu dinyatakan bahwa Ayam KUB positifterserang Flu Burung
sehingga ayam parent stock di kandang bagian dalam dimusnahkan (Berita
Acara terlampir).

3) Ayam KUB umur 3 bulan


No.
1.
2.
3.
4.
5.

Hari/Tanggal

Jumlah (ekor)

Selasa /25 November 2014


Rabu/26 November 2014
Kamis/27 November 2014
Jumat/28 November 2014
Sabtu/29 November 2014

10
10
50
10
15

Demikian surat Berita Acara ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

110

Mengetahui.
Kepala BPTP Bengkulu

Penanggung Jawab Kegiatan,

Dr. Dedi Sugandi, MP


NIP. 19590206 198603 1 002

Dr. Umi Pudji Astuti, MP


NIP. 19610531 199003 2 001

111

Anda mungkin juga menyukai