Anda di halaman 1dari 11

Diventrikulitis

1. Gejala dan tanda


a. Obstruksi usus (35%)
Gejala ini lebih sering ditemukan pada orang dewasa
dengan prevalensi 26-53% dan pada pediatrik prevalensinya 2540%.Ada beberapa mekanisme yang menyebabkan terjadinya
obstruksi usus yaitu; intususepsi, volvulus, hernia internal melalui
duktus

viteline

yang

masih

ada,

pita

omphalomesenterik

(tersering), obstruksi luminal dari divertikulum yang terinversi,


divertikulits, benda asing yang terganjal di dalam divertikulum,
inklusi dari divertikulum ke dalam hernia, obstruksi neoplastik, dan
prolapse bentuk T darikedua aferen dan eferen lop dari usus
melalui fistula duktus vitelin pada umbilkus pada neonatus. Gejala
yang biasa dikeluhkan oleh pasien adalah vomitus bilous, distensi
abdomen, nyeri periumbilkal, dan konstipasi.3 Dari pemeriksan
fisik akan ditemukan adanya nyeri abdomen, vomitus bilous,
tegang abdomen, distensi, suara peristaltik yang hiperaktif, masa
abdomen yang terpalpasi, jika berlanjut bisa terjadi iskemia atau
infark dan terjadilan tanda peritoneal akut dan perdarahan
gastrointestinal bawah.
b.

Pendarahan (32%)
Gejala ini lebih sering dikeluhkan pada pasien pediatrik
dibandingkan orang dewasa, yaitu berupa hematokezia. Perdarahan
ini disebabkan oleh adanya ulkus peptikum. Mukosa gaster
heterotrofik di dalam divertikulum akan mensekresi asam dan akan
merusak jaringan sekitar, sehinga timbulah erosi jaringan dan
pembuluh

darah.

Pasien

umumnya

mengeluhkan

adanya

perdarahan rektum yang tiba-tiba dan spontan tanpa peringatan dan


tanpa nyeri, namun dapat juga disertai nyeri yang ringan sampai
berat. Perdarahanya berwarna merah cerah (brick red), pelan, dan
mengumpal, namun dapat juga banyak yang diakibatkan oleh
kontraksi fisiologis yang merupakan respon dari hipovolemia.
Terdapat juga gambaran curant jely stols yaitu kotoran yang

terlapisi banyak mukus yag menandakan adanya iskemiadan


intususepsi. Pada pemeriksan fisik perlu dievaluasi adanya tandatanda syok hemorhagik seperti takikardi. Jika kotoran yang
teramati adalah merah cerah atau curant jely berarati perdarahanya
cepat, dan jika hitam maka perdarahanya pelan.
c.

Kelainan Umbilkus (10%)


Kelainan ini meliputi fistula, sinus, kista, dan pita fibrosis.
Gejala yang dapat dikeluhkan oleh pasien dapat berupa discharge
kronis dari sinus umbilkus, infeksi atau ekskoriasi kulit
periumbilkal. Pasien juga dapat mengeluhkan adanya riwayat
infeksi yang berulang, penyembuhan sinus, atau pembentukan
abses dinding abdomen. Jika terdapat fistula, mukosa usus dapat
erlihat diatas kulit.

d.

Hernia Litre
Hernia Litre merupakan sebutan untuk Divertikulum
Meckel yang mengalami herniasi. Awalnya terminologi ini
digunakan untuk mendeskripsikan herniasi Divertikulum Meckel di
daerah femoral oleh Alexis Litre, namun sekarang digunakan untuk
mewakil di lokasi manapun. Regio yang sering adalah di daerah
inguinal yaitu 50%, femoral 20%, umbilcal 20%, dan 10% di
daerah lainya. Gejala klinis yang ditmbulkan adalah perlahan
dibandingkan hernia lainya, dan dapat berupa distensi abdominal,
nyeri, demam, dan vomitus.

e.

Neoplasma
Divertikulum Meckel juga dapat berkembang menjadi
tumor jinak seperti leiomyoma, angioma, neuroma, dan lipoma,
atau dapat berkembang menjadi neoplasma malignan seperti
sarcoma, tumor karsinoma, adenokarsinoma dan limfoma Burkit.

2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Tes Laboratorium

Pemeriksan darah lengkap, elektrolit gula darah, BUN,


serum kreatinin, dan koagulasi tidak dapat membantu untuk
menegakan diagnosis namun penting untuk menangani perdarahan
dari sistem pencernan. Hemoglobin dan hematokrit akan menurun
pada anemia atau pendarahan dan 58% dari anak-anak dengan
Divertikulum Meckel memilki Hb di bawah 8.8 g/dL. Anemia yang
dapat ditmbulkan adalah anemia defisiensi besi namun dapat juga
anemia megaloblastik akibat defisiensi folat dan vitamin B12. Jika
terdapat

albumin

dan

feritn

yang

rendah

hal

ini

bisa

mengindikasikan adanya penyakit inflamasi usus (inflammatory


bowel disease).
b.

Imaging
Pengunan plain foto radiografi untuk kelainan ini memilki
keuntangan yang terbatas, namun untuk komplikasi yang bersifat
non-pendarahan dapat diteksi seperti enterolit, obstruksi ataupun
perforasi dengan gambaran air-fluid levels. Jika terdapat gejala
perdarahan dari saluran cerna dengan klinis mengarah ke
Divertikulum Meckel, evaluasi diagnosis harus fokus dengan
skaning Meckel, yaitu skintiskan technetium-9m pertechnetate.
Isotope dinjeksi secara intravena, kemudian mukosa gaster akan
mensekresikan isotope ini, dan jika divertikulum terdapat jaringan
gaster ektopik maka akan nampak gambaran hot spot. Pemeriksan
ini lebih noninvasif dan akurat dibandingkan studi uper GI dan
smal bowel folow-through. Pada anak- anak sensitvitasnya adalah
80-90%, spesifisitas 95% dan akurasi 90%. Namun pada orang
dewasa tanpa pendarahan, sensitvitasnya rendah yaitu 62.5%,
spesifisitas 9% dan akurasi 46%. False positve dapat ditemukan
pada mukosa gaster ektopik, ulkus duodenum, obstruksi usus kecil,
duplikasi usus, obstruksi ureter, aneurisma, dan angioma. False
negative ditemukan pada jika mukosa gaster pada divertikulum
sangat minim atau absen, nekrosis divertikulum, atau jika
bertumpuk dnegan versika urinaria. Akurasi dari Skaning Meckel

ini dapat ditngkatkan dengan pemberian cimetidine, glukagon adan


pentagastrin. Jika studi barium dan skintigrafi negatif, pemeriksan
arteriografi selektif dapat dindikasikan. Hal ini biasanya terjadi
pada keadan pendarahan yang intermiten atau perbaikan yang
komplit. Pemeriksan jenis lama yaitu serial usus kecil dengan
barium dapat digunakan untuk menemukan kondisi penyerta pada
Divertikulum Meckel. Enteroklisis digunakan untuk mendeteksi
Divertikulum Meckel dengan gambaran berupa kantung pada sisi1
antimesenterik pada distal ileum, dan jika kantung tersebut berisi
kemungkinan terdapat tumor. Tanda-tanda radiologisnya dapat
berupa gambaran lipatan triradiat atau plateau triangular mucosal,
kadang-kadang terdapat gambaran rugal gaster dalam Divertikulum
Meckel. Studi barium enema dapat digunakan untuk mencari
adanya intususepsi jika ada kecurigan. CT skan abdomen biasanya
sulit digunakan untuk membedakan Divertikulum Meckel dengan
lop usus kecil. Akan tetapi struktur blind-ending fluid-filed
dan/atau gas-filed dalam usus kecil dapat ervisualisasi. Pemeriksan
dapat menunjukan adanya enterolit, intususepsi, atau divertikulits.
Pemeriksan imaging dengan ultrasonografi digunakan lebih untuk
memeriksa keadan anatomi daripada komplikasinya.
c.

Histologi
Pada pemeriksan histologi, 62% kasus terdapat heterotrofik
mukosa gaster, 6% jaringan pankreas, 5% jaringan pankreas dan
mukosa gaster, 2% mukosa jejunum, 2% jaringan Bruner, dan 2%
terdiri dari mukosa gaster dan duodenum. Mukosa gaster yang
ditemukan dapat berupa fundus, bodi, antrum, ataupun pilori.
Mukosa fundus dan bodi terdapat kelenjar oxintik dengan parietal,
chief, dan sel-sel mucous neck. Pada Divertikulum Meckel dengan
jaringan pankreas heterotrofik, dapat ditemukan acini pankreas,
duktus, atau islet, ataupun kombinasi diantara ketiganya. Jaringan

terletak di ujung dari Divertikulum Meckel dan merupakan daerah


tempat yang sering terjadi ntususepsi.
Megakolon toksik
1. Anamnesis
a. Adanya keterlambatan pengeluaran mekonium yang pertama, biasanya
keluar >24 jam.
b. Adanya muntah berwarna hijau.
c. Adanya obstipasi masa neonatus, jika terjadi pada anak yang lebih
besar obstipasi semakin sering, perut kembung, dan pertumbuhan
2. Pemeriksaan Fisik.
Bila dilakukan colok dubur maka sewaktu jari ditarik keluar maka
feses akan menyemprot keluar dalam jumlah yang banyak dan kemudian
tampak perut anak sudah kempes lagi.
3. Pemeriksaan penunjang.
a. Biopsi
Biopsi yang dilakukan dapat dengan dua cara yaitu biopsy rectal
dengan pengambilan sample yang tebal dan biopsy rectal dengan
penyedotan sederhana. Keuntungan cara yang pertama adalah hasil PA
yang didapatkan mempunyai gambaran yang khas namun cara ini agak
rumit karena sebelum biopsy dilakukan prosedur seperti operasi
dengan anastesi umum, serta resiko perdarahan lebih besar. Cara yang
kedua mempunyai keuntungan berupa prosedurnya yang tidak rumit,
resiko perdarahan lebih sedikit, akan tetapi gambaran PA tidak khas.
Hasil PA penyakit Hirschprung pada umumnya didapatkan dinding
rectum dari lapisan mukosa sampai muskularis tidak didapatkan
adanya ganglion Meissner dan Aurbachii.
b. Foto Rontgent
Pemeriksaan yang merupakan standard dalam menegakkan diagnosa
Hirschsprung adalah barium enema, dimana akan dijumpai 3 tanda
khas :
a) Tampak daerah penyempitan di bagian rektum ke proksimal
yang panjangnya bervariasi;
b) Terdapat daerah transisi, terlihat
penyempitan ke arah daerah dilatasi;

di

proksimal

daerah

c) Terdapat daerah pelebaran lumen di proksimal daerah transisi


Ca Kolorektal
1. Anamnesis
a. keluhan utama dan keluhan-keluhan penyerta, serta lamanya
keluhan tersebut timbul
b. Riwayat penyakit atau progresifitas penyakit
c. Faktor etiologi dan faktor resiko
2. Pemeriksaan fisik :
Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut, bila teraba
menunjukkan keadaanyang sudah lanjut. Massa di dalam sigmoid lebih
jelas teraba daripada massa di bagian lain kolon. Pemeriksaan colok
dubur (Rectal Toucher) merupakan keharusan dan dapat disusul
dengan pemeriksaan rektosigmoidoskopi. Foto kolon dengan barium
kontras merupakan kelengkapan dalam menegakkan diagnosis.
3. Pemeriksaan Penunjang :
Prosedur deteksi dini pada karsinoma kolorektal

yang

direkomendasikan oleh American Cancer Society (ACS) diantaranya


adalah : annual rectal digital examination (dimulai sejak usia 40
tahun), annual fecal hemoccult screening (dimulai sejak usia 50 tahun),
dan sigmoidoskopi setiap 3-5 tahun (dimulai sejak usia 50 tahun pada
penderita yang sudah menunjukkan gejala, tetapi tanpa riwayat faktor
resiko tinggi terhadap karsinoma kolorektal). Oleh karena itu deteksi
dini pada penderita yang memiliki riwayat faktor resiko sebaiknya
dilakukan lebih sering dan dilakukan pada usia yang lebih awal,
tergantung pada perkembangan dari faktor resiko tersebut. Sangat jelas
bahwa metode deteksi dini lebih baik digunakan hanya pada 38%
kasus karsinoma kolorektal yang terlokalisir pada saat diagnosis
ditetapkan. Diagnosis karsinoma kolorektal tergantung pada jenis
metodenya. Antara lain :
1. Barium enema
Barium enema merupakan suspensi barium yang di masukkan ke
dalam usus sebagai bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi
saluran pencernaan khususnya usus bagian bawah (usus besar).
Dapat berupa pemeriksaan kontras ganda (double contrast barium

enema). Antusiasme terhadap penggunaan kontras barium enema


ganda dalam kolonoskopi telah mengalami penurunan beberapa
tahun terakhir, meskipun biaya penggunaannya lebih murah.
Adapun alasan dari penurunan penggunaan bahan ini sebagai alat
pendiagnosis yakni karena kurangnya sensitifitas dari tes tersebut
dalam mendeteksi polyp dengan ukuran kurang dari 1 cm serta
dalam mendeteksi polyp yang terletak pada satu lumen yang sulit
untuk di deteksi misalnya : sigmoid, recto sigmoid, hepar, dan
cekungan pada limpa. Meskipun barium enema memiliki
keterbatasan namun ketika kolonoskopi tidak memungkinkan
untuk dilakukan, maka kontras barium enema ganda dapat menjadi
alternatif bila di kombinasikan dengan sigmoidoskopi fleksibel
kecuali pada keluarga dengan riwayat polyp, riwayat kanker kolon
serta serta riwayat penyakit radang usus besar (inflammatory bowel
disease), oleh karena pada keadaan-keadaan tersebut dibutuhkan
perhatian secara intensif berkaitan dengan mukosa kolon serta
tindakan biopsi atau pengangkatan polyp yang meningkat.
2. Kolonoskopi
Kolonoskopi merupakan pemeriksaan endoskopi kolon, baik secara
transabdominal selama laparatomi atau transanal menggunakan
endoskopi serat fiber. Kolonoskopi tetap menjadi gold standar
dalam memberikan gambaran pada biopsi dan pengangkatan polyp
kolon. Pengangkatan dari semua polyp dengan menggunakan
kolonoskopi telah banyak dilakukan untuk mengurangi resiko
kanker kolon sekitar 76 hingga 90%. Pada tahun 1994, lebih dari
2.000.000 tindakan kolonoskopi dilakukan di US dan lebih dari
650.000 diantaranya menjalani poypectomy (eksisi polip). Adapun
indikasi dari kolonoskopi antara lain : positif FOBT (fecal occult
blood testing), polyp adenomatous pada sigmoidoskopi fleksibel
atau pada kontras barium enema, anemia defisiensi besi yang tidak
dapat dijelaskan penyebabnya pada pria atau post menopause pada
wanita, perdarahan rektum yang tidak tampak keluar dari anus atau
melena yang tidak tampak keluar dari traktus gastrointestinal

bagian atas, gambaran colotis ulseratif kronik pada fleksibel


sigmoidoskopi yang meluas, barium enema atau sigmoidoskopi
fleksibel yang menunjukkan kanker kolon non obstruksi, kanker
kolorektal atau polyp yang besar, diare yang bermakna secara
klinis namun tidak diketahui secara jelas penyebabnya, identifikasi
intraoperatif terhadap tempat lesi yang tidak dapat dideteksi
dengan inspeksi luar saja maupun palpasi pada saat pembedahan.
3. Sigmoidoskopi fleksibel
4. Sigmoidoskopi merupakan pemeriksaan langsung kedalam kolon
sigmoid. Sigmoidoskopi fleksibel dapat mencapai setinggi kolon
descenden dan dapat dilakukan oleh seorang dokter umum yang
terlatih.Sigmoidoskopi telah terbukti mengurangi angka insidensi
dan angka kematian dari kanker kolon secara langsung dengan
deteksi dini. Bagaimanapun juga sigmoidoskopi fleksibel bukanlah
metode yang adekuat dalam menyaring kanker kolon yang
diturunkan dan merupakan 2/3 dari lesi yang tumbuh pada
cekungan limpa bagian proksimal. Dalam kasus ini kolonoskopi
sebaiknya dilakukan. Sigmoidoskopi fleksibel yang dilakukan
tanpa pemberian obat penenang biasanya dilakukan di tempat
praktek dokter umum. Sigmoidoskopi fleksibel dapat mendeteksi
sekitar 65%-75% polyp dan 40%-65% kanker kolorektal.
4.

Tes

immunologi

CEA

(carcino

embryonic

antigen)

CEA merupakan petanda tumor (tumor marker). Petanda tumor


sendiri adalah molekul protein berupa antigen, enzim, hormon,
protein, dsb yang dalam keadaan normal tidak atau hanya sedikit
sekali diproduksi oleh sel tubuh. CEA merupakan petanda tumor
pada kanker mamma dan kanker kolorektal. Penyaringan pasien
kanker

kolorektal

dengan

menggunakan

tes

CEA,

tidak

direkombinasikan oleh karena CEA umumnya muncul setelah


tumor membesar dan telah menyebar. CEA tidak spesifik untuk
kanker kolon dan CEA dapat muncul pada perokok meski tidak
menderita kanker.

5. Diagnosis
Diagnosis
anamnesis,

karsinoma

kolorektal

pemeriksaan

fisik,

ditegakkan
colok

berdasarkan
dubur,

dan

rektosigmoidoskopi atau foto kolon dengan kontras ganda.


Pemeriksaan tambahan ditujukan pada jalan kemih untuk
kemungkinan tekanan ureter kiri, atau infiltrasi ke vesica urinaria,
serta hati dan paru untuk metastase.
Ca Pankreas
1. Gejala
Penemuan kanker pankreas sering tertunda karena gejalanya seperti
penyakit lain. Masalah lain dari kanker pankreas adalah karena organ itu
tersembunyi dan kanker biasanya tidak menimbulkan gejala apapun
sampai tahap lanjut. Tanda yang paling jelas adalah penyakit kuning.
Penyakit kuning ditandai dengan kulit yang berwarna kekuningan, urin
gelap dan tinja pucat. Tanda lain dari kanker pankreas adalah nyeri perut
yang memancar ke belakang, dan tidak hilang oleh obat analgesik
konvensional. Kelelahan tanpa sebab, kehilangan nafsu makan dan
penurunan berat badan adalah tanda-tanda umum kanker yang tidak
spesifik pada kanker pankreas.
Gangguan fungsional lain dari tumor pankreas adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Muntah
masalah usus
intoleransi makanan
diare kronis
hipoglikemia
tukak lambung
flebitis
radang saluran empedu
pankreatitis (radang pankreas) akut

2. pemeriksaan penunjang
a. Tes skrining darah
Tidak ada tes darah yang dapat diandalkan untuk kanker pankreas.
Banyak orang tahu bahwa pankreas adalah tempat di mana insulin
dibuat, tetapi sel-sel yang melakukannya biasanya tidak terlibat

dalam kanker. Sebaliknya, kanker terjadi pada sel-sel pembuat


enzim yang membantu Anda mencerna lemak, protein, dan
karbohidrat dalam makanan yang Anda makan. Sebagian besar
kanker pankreas menyerang bagian yang memproduksi enzim
tersebut. Kanker pankreas bisa ditandai oleh peningkatan penanda
tumor pada darah (zat yang dihasilkan oleh sel-sel kanker): CA
19-9 pada kanker kelenjar eksokrin dan chromogranin A pada
kanker kelenjar endokrin. Namun, metode skrining ini tidak selalu
dapat diandalkan. Tanda-tanda tersebut bisa tetap stabil meskipun
ada

kanker.

Sebaliknya,

penyakit

lain

dapat

menyebabkan peningkatan tinggi, seperti batu empedu atau


pankreatitis. Akibatnya, dokter tidak hanya menggunakan tes darah
untuk mendeteksi penyakit ini. Mereka melengkapi hasil tes darah
dengan pemeriksaan medis lain.
b. Pencitraan perut
Tumor pankreas mungkin ditemukan selama USG atau CT-scan.
USG dan CT-scan dapat memvisualisasikan tumor pankreas dan
kemungkinan konsekuensinya, seperti kompresi saluran empedu.
Jika ada kanker di kepala pankreas, saluran empedu dapat tertekan.
Tes ini juga bertujuan untuk mengeksplorasi kemungkinan
keterlibatan organ, atau pembuluh getah bening di dekat pankreas.
Hasil penyelidikan ini menentukan tahapan tumor. Pengujian
tambahan dapat dilakukan, seperti endoskopi pankreas. Dilakukan
dengan anestesi umum, tes ini mengamati saluran empedu dan
pankreas dengan menyuntikkan agen kontras (radiopak).
c. Biopsi
Setiap

hipotesis

kanker

harus

dikonfirmasi

dengan

studi

laboratorium sampel kecil (biopsi) jaringan pankreas yang diambil


oleh dokter selama USG khusus, dilakukan di bawah anestesi
umum

dan

disebut

echo-endoskopi.

Penelitian

fungsi

hormonal (hipoglikemia, diabetes, dll) juga akan sangat berguna.


Kadang-kadang bedah eksplorasi pankreas diperlukan untuk

menyimpulkan secara pasti kehadiran kanker pankreas. (sudoyo


aru, dkk. 2011)
Daftar pustaka
Sudoyo Aru W. Dkk. 2011. Ilmu penyakit dalam. Interna publishing. jakarta

Anda mungkin juga menyukai