Review Jurnal Aswin
Review Jurnal Aswin
NAMA
NPM
DOSEN
OLEH
: ASWIN GUMELAR RAMDANI
: A 124 015
: SENO ARDIANSYAH M. Si., APT.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunianya kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada nabi
Muhammad S.A.W . Salah satu karunia-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan
makalah
hasil
review
jurnal INFLUENCE
OF
VERAPAMIL
ON
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....i
DAFTAR ISI.. i i
BAB I PENDAHULUAN i i i
1.1. Latar Belakang.1
BAB II RINGKASAN...2
2.1 Abstrak.2
2.2 Kajian teori..2
2.3 Bahan dan metodologi penelitian3
2.3.1 Bahan..4
2.3.2 Hewan uji4
2.3.3 Pemilihan dosis dalam studi4
2.3.4 Studi Farmakokinetik dosis tunggal dan dosis ganda pada tikus
normal dan sehat.4
2.3.4 Studi Farmakokinetik dosis tunggal dan dosis ganda pada tikus
diabetes...4
2.3.5 Koleksi sampel darah..5
2.3.5 Metode Bioanalytical..5
2.3.6 Analisis farmakokinetik..5
2.3.7 Analisis statistic5
2.4
Hasil.7
2.5
Pembahasan.....8
2.6
Kesimpulan..9
BAB III PEMBAHASAN...10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penelitian dalam
jurnal
INFLUENCE
OF
VERAPAMIL
ON
BAB II
RINGKASAN JURNAL
JUDUL
INFLUENCE
OF
PHARMACOKINETICS
NAMA PENULIS
VERAPAMIL
OF
ON
PIOGLITAZONE
Gadiko,
IN
Bhikku
INTERNATIONAL
JOURNAL
OF
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui farmakokinetik interaksi
obat dari verapamil pada pioglitazone pada tikus normal dan tikus diabetes
yang diinduksi aloksan dengan pengobatan dosis tunggal dan dosis ganda.
Dosis oral manusia pioglitazone dan verapamil di konversikan ke tikus
berdasarkan luas permukaan tubuh. Konsentrasi serum pioglitazone
diperkirakan dengan metode sensitive reverse phase HPLC.Dalam studi
dosis tunggal dan ganda, verapamil secara signifikan meningkatkan eksposur
pioglitazone (AUC, Cmax) dan penurunan eliminasi akibat perpanjangan t1/2
2.2
KAJIAN TEORI
Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolism kronis yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah yang disebabkan oleh
gangguan sekresi insulin , sensitivitas insulin, atau kombinasi dari kedua
factor tersebut. Pengobatan diberikan untuk periode jangka panjang dan
mungkin pada umumnya berlangsung seumur hidup.
Pasien diabetes mellitus mungkin terkait dengan beberapa gangguan
seperti hipertensi, dyslipidemias, aritmia, angina pectoris, infeksi jamur,
danpeningkatan kadar glukosa dalam jangka panjang dapat memicu beberapa
gangguan seperti diabetes neuropati, retinopati, dll. Hal ini dapat melibatkan
penggunaan lebih dari satu obat untk mengobati gangguan kronis seperti
diabetes mellitus atau untuk mengobati beberapa gangguan lainnya pada
penderita diabetes mellitus yang mungkin terdapat masalah interaksi obat.
2.3.3
Hewan uji
Hewam uji menggunakan tikus wistar dari kedua jenis kelamin
dengan berat antara 180 sampai 210 gms.
Pemilihan dosis dalam studi
Pioglitazone dan verapamil diberikan secara oral pada dosis
terapi sebagai antidiabetes dan antihipertensi. Dosis terapi oral
manusia dikonversikan ke tikus berdasarkan luas permukaan tubuh.
2.3.4
2.3.4
menit.
Studi Farmakokinetik dosis tunggal dan dosis ganda pada tikus
diabetes
Tikus diinduksi larutan aloksan monohydrate yang dilarutkan
dalam larutansteril salin (i.p) dalam 2 dosis yakni 100 mg dan 29
mg/kg berat badan, selama 2 hari berurutan. Pada jam ke 72 sampel
darah diambil dari semua tikus yang masih hidup untuk melihat kadar
glukosa dalam darah.
Tikus dengan kadar glukosa darah 250 mg/dL dianggap
sebagai diabetes dan dipilih untuk penelitian ini.
2.3.5
2.3.5
2.3.6
RP-HPLC
Analisis farmakokinetik
Parameter farmasetika dihitung dengan alat WinNonlin, versi
2.3.7
HASIL
Dalam penelitian ini, tingkat pioglitazone dalam serum meningkat
dengan parameter farmakokinetik nya yaitu AUC, Cmax, tmax t1 / 2, CL dan
MRT yang berubah secara signifikan dengan pemberian dosis ganda tunggal
dan dengan verapamil pada tikus yang normal. Parameter farmakokinetik
pioglitazone saja, pengobatan dosis tunggal, SDT [verapamil (9 mg / kg b.wt)
diberikan 30 menit sebelum pioglitazone (3.6mg / kg) dan pengobatan dengan
beberapa dosis MDT [verapamil sekali sehari selama berturut-turut 7 hari dan
pada hari ke- 8 verapamil (9 mg / kg b.wt) diikuti oleh pioglitazone (10 mg /
kg), 30 menit kemudian] pada tikus yang sehat ditunjukkan pada Tabel 1.
kenaikan
persentase
parameter
farmakokinetik
2.5
Pembahasan
Kesimpulan
BAB III
PEMBAHASAN
Tujuan dari riset jurnal tersebut untuk mengetahui interaksi atau pengaruh
obat verapamil terhadap pioglitazone dan untuk mengetahui mekanisme yang
bertanggung jawab atas interaksi antr verpmil dengn pioglitazone tersebut dengan
melakukan percobaan pemberian obat tersebut terhadap model pengujian
menggunakan hewan uji tikus
Alasan yang menarik penulis memilih masalah tersebut berkaitan dengan
penggunaan obat polifarmasi yang melibatkan penggunaan lebih dari satu obat untuk
mengobati penyakit kronis diabetes mellitus yang dapat memicu masalah interaksi
obat, penelitian ini merupakan sala satu reaksi dari bentuk kekhawatiran akibat dari
masalah tersebut, karena interaksi obat dapat memicu kerusakan lebih lanjut dalam
segala aspek baik itu aspek farmakokinetik, toksisitas, dll. Yang berimbas pada
masalah keselamatan pasien
Penelitian ini memakai metode yang sudah ada untuk memecahkan masalah
satu aplikasi baru yang menarik dan yang ingin diperoleh oleh penulis adalah, apakah
ada interaksi farmakkinetik antara verapamil dengan pioglitazone.
Untuk mengetahui ada tidaknya interaksi farmakokinetik verapamil dengan
pioglitazone, penulis melakukan sebuah percobaan dengan menggunakan model
hewan uji dalam memahami interaksi farmakokinetik. Penulis mendesain eksperimen
untuk mempelajari pengaruh verapamil dengan pioglitazone dengan dosis terapi pada
tikus sehat dan tikus diabetes yang diinduksi dengan aloksan, tikus sehat digunakan
untuk mengidentifikasi interaksi dan tikus diabetes digunakan untuk memvalidasi
respon yang sama apabila digunakan dengan kondisi sakit.
3.1 Metode
Pada pemilihan dosis, dosis yang digunakan adalah dosis terapi oral yang di
konversikan ke tikus berdasarkan luas permukaan tubuh dengan mengambil factor
konversi antara tikus dengan manusia.
Percobaan dilakukan dengan rancangan acak yaitu rancangan dengan
beberapa perlakuan yang dilakukan secara random untuk seluruh unit percobaan.
Perlakuan yang digunakan adalah pemberian Pioglitazone 10mg/kg pada kelompok
I,verapamil 9mg/kg yang selanjutnya diberikan pioglitazone setelah 30 menit pada
kelompok II (SDT), diberikan verapamil dengaan sekali dosis setiap hari selama 7
hari dan pada hari ke 8 tikus di puasakan selama 14 jam kemudian diberi verapamil
9mg/kg selanjutnya diberikan pioglitazone 10mg/kg setelah 30 menit (MDT). Metode
percobaan tersebut digunakan untuk membandingkan hasil percobaan antara
bermacam-macam waktu pemberian obat tersebut.
Untuk metode Bioanalytical ditentukan dengan menggunakan RP-HPLC
untuk mengetahui konsentrasi pioglitazone didalam serum hewan uji, prinsipnya
Pioglitazone dipisahkan terlebih dahulu dari serum yang kemudian dideteksi dengan
detector UV
Analisis Farmakokinetik pioglitazone dihitung dengan menggunakan aplikasi
WinNonlin versi 4.1 parameter yang dihitung ialah Area dibawah curva (AUC)
parameter tersebutpermukaan dibawah grafik yang menggambarkan naik turunnya
kadar plasma sebagai fungsi dari waktu, Puncak paparak (Cmax) adalah puncak kadar
obat dalam plasma,Tmax adalah waktu untuk mencapai kadar puncak, paruh T1/2
adalah waktu paruh eliminasi waktu yang diperlukan obat untuk meluruh
setengahnya, Clearance (Cl) adalah volume plasma yang dibersihkan oleh seluruh
tubuh dari obat per satuan waktu, dan MRT merupakan waktu keberadaan obat
didalam tubuh. Data-data tersebut dinyatakan sebagai rata standar deviasi (SD) untuk
menentukan signifikan tidaknya data dengan menggunakan ANOVA.
3.2 Hasil
Pada tikus sehat bila dibandingkan dengan kelompok perlakuan pemberian
pioglitazone saja kelompok perlakuan SDT terjadi peningkatan pada semua
parameter farmakokinetik AUC (3,1%), Cmax (4,3%), T1/2(4,7%), MRT (13,7%)
dan penurunan terjadi pada parameter CL ( 6,5 %), T max (3,0%). Untuk kelompok
perlakuan MDT terjadi peningkatan pada semua parameter farmakokinetik AUC
(10,3%), Cmax (4,3%), T1/2(39,8%), MRT (32,8%) dan penurunan terjadi pada
parameter CL ( 12,7 %), T max (2,99%).
Pada tikus diabetes bila dibandingkan dengan kelompok perlakuan pemberian
pioglitazone saja kelompok perlakuan SDT terjadi peningkatan pada semua
parameter farmakokinetik AUC (7,8%), Cmax (4,3%), T1/2(19%), MRT (1.4%) dan
penurunan terjadi pada parameter CL ( 2,1 %), T max (4.2%). Untuk kelompok
Peningkatan kadar obat dalam darah dipicu karena penghambatan PGlikoprotein yang berfungsi untuk menurunkan penyerapan sejumlah obat akibat dari
pemberian verapamil dan penurunan CYP 3A yang berfungsi untuk mengkodekan
monoosigenase yang mengkatalisis reaksi pada metabolism dan sintesis obat.
3.2
Kesimpulan
SARAN
Ada beberapa saran yang akan saya berikan pada peneliti, yaitu:
1. Penyampaian data sebaiknya dilampirkan kembali dalam bentuk grafik atau
diagram agar pembaca lebih mudah memahami isi dari data tersebut
2. Pada kesimpulan tidak terdapat kesimpulan tentang mekanisme terjadinya
pengaruh verapamil terhadap farmakokinetik obat pioglitazone
3. Data-data referensi sebaiknya diambil referensi yang paling terbaru.