Larutan Penyangga (Buffer)
Larutan Penyangga (Buffer)
Daftar isi
5 Pranala luar
Asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-), campuran ini menghasilkan larutan
bersifat asam.
Basa lemah (B) dan asam konjugasinya (BH+), campuran ini menghasilkan larutan
bersifat basa.
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini
dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya.
Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana
asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang
digunakan seperti natriumNa), kalium, barium, kalsium, dan lain-lain.
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini
dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara
lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa
lemahnya dicampurkan berlebih.
Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H+ yang
ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH.
CH3COO-(aq) + H+(aq) CH3COOH(aq)
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu akan bereaksi dengan ion
H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga
konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya
komponen asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan
asam CH3COOH membentuk ion CH3COO- dan air.
CH3COOH(aq) + OH-(aq) CH3COO-(aq) + H2O(l)
Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion OH-. Hal tersebut
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH- dapat
dipertahankan. Disamping itu penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen basa
(NH3), bukannya ion OH-. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion
NH4+.
NH3 (aq) + H+(aq) NH4+ (aq)
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga
konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu bereaksi dengan komponen
asam (NH4+), membentuk komponen basa (NH3) dan air.
NH4+ (aq) + OH-(aq) NH3 (aq) + H2O(l)
Berdasarkan Gambar 6a, Larutan penyangga HNO2/NO2 dapat dibuat dari campuran HNO2 dan
NaNO2. Berarti dalam larutan ini terkandung molekul HNO2, ion H+, Na+ dan NO2. Penambahan
sedikit asam kuat akan menambah konsentrasi H+ dalam larutan (6b), namun kelebihan ini
dinetralisasi oleh NO2, membentuk HNO2 sehingga kesetimbangan bergeser ke arah HNO2. Hal
ini membuat jumlah H+ dalam larutan menjadi tetap. Akibatnya (6c) nilai pH tetap
b. Apabila ditambahkan sedikit basa kuat (Misal: NaOH)
Berdasarkan Gambar 7b, penambahan sedikit basa kuat akan memunculkan ion baru dalam
larutan penyangga HNO2/NO2 yaitu OH, namun ion tersebut dinetralisasi oleh HNO2,
membentuk NO2 sehingga kesetimbangan bergeser ke arah NO2. Hal ini membuat OH tidak
mengganggu H+ dalam larutan. Akibatnya (7c) nilai pH tetap.
c. Apabila dilakukan pengenceran dengan H2O
Berdasarkan Gambar 8, jika dilakukan pengenceran dengan H2O maka derajat ionisasi () asam
lemah akan naik (Hukum Pengenceran Ostwald) yang berarti menambah jumlah ion H+ dan NO2
dari ionisasi asam lemah (8b). Akan tetapi karena volume larutan juga bertambah maka
penambahan konsentrasi H+ menjadi tidak berarti. Akibatnya (8c) nilai pH tetap.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan prinsip kerja larutan penyangga asam
dalam mempertahankan pH adalah sebagai berikut:
1. Setiap penambahan H+ akan dinetralisasi oleh basa konjugasi.
2.
3.
+
Setiap pengenceran dengan H2O berarti memperbesar jumlah ion H dan basa konjugasi dari ionisasi asam lemah namun
+
penambahan konsentrasi H menjadi tidak berarti karena volume larutan juga bertambah.
Berdasarkan Gambar 9a, Larutan penyangga NH3/NH4+ dapat dibuat dari campuran
NH4OH(bentuk NH3 dalam air) dan NH4Cl. Berarti dalam larutan ini terkandung molekul
NH4OH, ion NH4+, ion OH dan Cl. Penambahan sedikit asam kuat akan memunculkan ion baru
dalam larutan (9b) yaitu H+, namun ion tersebut dinetralisasi oleh NH4OH, membentuk
NH4+ sehingga kesetimbangan bergeser ke arah NH4+. Hal ini membuat H+ tidak mengganggu
OH dalam larutan. Akibatnya (9c) nilai pH tetap.
b. Apabila ditambahkan sedikit basa kuat (Misal: NaOH)
Berdasarkan Gambar 10, Penambahan sedikit basa kuat akan menambah konsentrasi
OH dalam larutan, namun kelebihan ini dinetralisasi oleh NH4+, membentuk NH4OH sehingga
kesetimbangan bergeser ke arah NH4OH. Hal ini membuat jumlah OH dalam larutan menjadi
tetap. Akibatnya (10c) nilai pH tetap.
c. Apabila dilakukan pengenceran dengan H2O
Berdasarkan Gambar 11, jika dilakukan pengenceran dengan H2O maka derajat ionisasi () basa
lemah akan naik/turun*(29) (Hukum Pengenceran Ostwald) yang berarti menambah jumlah ion
OH dan NH4+ dari ionisasi basa lemah (11b). Akan tetapi karena volume larutan juga bertambah
maka penambahan konsentrasi OH menjadi tidak berarti. Hal ini (11c) membuat nilai pH tetap.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan prinsip kerja larutan penyangga basa
dalam mempertahankan pH adalah sebagai berikut:
1. Setiap penambahan H+akan dinetralisasi oleh basa lemah.
2.
3.
Setiap pengenceran dengan H2O berarti memperbesar jumlah ion OH dan asam konjugasi dari ionisasi basa lemah, namun
penambahan konsentrasi OH menjadi tidak berarti karena volume larutan juga bertambah.