Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh,
membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Pemahaman tentang anatomi
dan fisiologi kulit akan membantu mempermudah perawatan kulit untuk mendapatkan kulit
wajah yang segar, lembab, halus, lentur dan bersih. Luas kulit pada manusia rata-rata + 2
meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak
atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang.
Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dan
rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis,
seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel
kulit ari yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat
serta pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet.
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti jaringan tubuh
lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih banyak dari aliran darah, begitu pula dalam
pengeluaran karbondioksida. Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran
karbondioksida dari kulit tergantung pada banyak faktor di dalam maupun di luar kulit,
seperti temperatur udara atau suhu, komposisi gas di sekitar kulit, kelembaban udara,
kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas di dalam darah kulit, penyakit-penyakit kulit,
usia, keadaan vitamin dan hormon di kulit, perubahan dalam metabolisme sel kulit dan
pemakaian bahan kimia pada kulit.
Sifat-sifat anatomis dan fisiologis kulit di berbagai daerah tubuh berbeda. Sifat-sifat
anatomis yang khas, berhubungan erat dengan tuntutan-tuntutan faali yang berbeda di
masing-masing daerah tubuh, seperti halnya kulit di telapak tangan, telapak kaki, kelopak
mata, ketiak dan bagian lainnya merupakan pencerminan penyesuaiannya kepada fungsinya
di masing-masing tempat. Kulit di daerah-daerah tersebut berbeda ketebalannya, keeratan
hubungannya dengan lapisan bagian dalam, dan berbeda pula dalam jenis serta banyaknya
andeksa yang ada di dalam lapisan kulitnya. Pada permukaan kulit terlihat adanya alur-alur
atau garis-garis halus yang membentuk pola yang berbeda di berbagai daerah tubuh serta
bersifat khas bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari tangan, telapak tangan dan
telapak kaki atau dikenal dengan pola sidik jari (dermatoglifi).

B.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang , rumusan masalah yang dapat kami angkat yaitu :

1.

Bagaimana anatomi fisiologi kulit?

2.

Apa yang dimaksud dengan dermis?

3.

Apa yang dimaksud dengan epidermis?

4.

Apa yang dimaksud dengan hipodermis?

C.

TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :

1.

Untuk mengetahui bagaimana anatomi fisiologi kulit.

2.

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan dermis.

3.

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan epidermis

4.

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hipodermis.

D.

MANFAAT
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu memahami tentang
dermis yang terdiri dari serabut saraf, pembuluh darah, kelenjar keringat, kelenjar sebasea,
folikel rambut, epidermis yang terdiri dari stratum kornium,melanosit, serta hipodermis
sehingga mahasiswa mampu meningkatkan kemampuan dalam mengkonstrusikan ilmu
tentang konsep anatomi fisiologi kulit. Tidak hanya mampu memahami tetapi juga mampu
menguraikan dan menerapkan konsep anatomi fisiologi kulit saat memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien/klien.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi kulit Kulit
merupakan pembungkus yang elastisk yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan.
Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15% dari berat
tubuh dan luasnya 1,50 1,75 m2 . Rata- rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6 mm)
terdapat di telapak tangan dan kaki dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis.7 Kulit terbagi
atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau korium, dan jaringan subkutan atau
subkutis
Klasifikasi berdasar :
Warna :
1. terang (fair skin), pirang, dan hitam
2. merah muda : pada telapak kaki dan tangan bayi
3. hitam kecokelatan : pada genitalia orang dewasa
Jenisnya :
1.
2.
3.
4.
5.

Elastis dan longgar : pada palpebra, bibir, dan preputium


Tebal dan tegang : pada telapak kaki dan tangan orang dewasa
Tipis : pada wajah
Lembut : pada leher dan badan
Berambut kasar : pada kepala

2. Jenis-Jenis Kulit

Upaya untuk perawatan kulit secara benar dapat dilakukan dengan terlebih dahulu harus
mengenal jenis-jenis kulit dan cirri atau sifat-sifatnya agar dapat menentukan cara-cara
perawatan yang tepat, memilih kosmetik yang sesuai, menentukan warna untuk tata rias serta
untuk menentukan tindakan koreksi baik dalam perawatan maupun dalam tata rias. Kulit
yang sehat memiliki ciri :
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Kulit memiliki kelembaban cukup, sehingga terlihat basah atau berembun


Kulit senantiasa kenyal dan kencang
Menampilkan kecerahan warna kulit yang sesungguhnya
Kulit terlihat mulus, lembut dan bersih dari noda, jerawat atau jamur
Kulit terlihat segar dan bercahaya, dan
Memiliki sedikit kerutan sesuai usia.

Pada umumnya jenis kulit manusia dapat dikelompokkan menjadi :


2.1. Kulit Normal
Kulit normal cenderung mudah dirawat. Kelenjar minyak (sebaceous gland) pada
kulit normal biasanya tidak bandel, karena minyak (sebum) yang dikeluarkan seimbang,
tidak berlebihan ataupun kekurangan. Meski demikian, kulit normal tetap harus dirawat
agar senantiasa bersih, kencang, lembut Dan segar. Jika tidak segera dibersihkan, kotoran
pada kulit normal dapat menjadi jerawat. Selain itu kulit yang tidak terawat akan mudah
mengalami penuaan dini seperti keriput dan tampilannya pun tampak lelah. Ciri-ciri kulit
normal adalah kulit lembut, lembab berembun, segar, bercahaya, halus dan mulus, tanpa
jerawat, elastis, serta tidak terlihat minyak yang berlebihan juga tidak terlihat kering.
2.2. Kulit Kering
Kulit kering memiliki ciri-ciri : kulit halus tetapi mudah menjadi kasar, mudah
merekah dan terlihat kusam karena gangguan proses keratinisasi kulit ari, tidak terlihat
minyak berlebihan di daerah T yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi kelenjar
keringat dan kelenjar palit atau kelenjar minyak. Ciri lainnya yaitu mudah timbul
kerutan yang disebabkan oleh menurunnya elastisitas kulit Dan berkurangnya daya kerut
otot-otot, mudah timbul noda hitam, mudah bersisik, riasan yang dikenakan tidak mudah
luntur, reaktivitas dan kepekaan dinding pembuluh darah terhadap rangsanganrangsangan berkurang sehingga peredaran darah tidak sempurna dan kulit akan tampak
pucat, suram dan lelah.

2.3. Kulit Berminyak

Kulit berminyak banyak dialami oleh wanita di daerah tropis. Karena pengaruh
hormonal, kulit berminyak biasa dijumpai pada remaja puteri usia sekitar 20 tahunan,
meski ada juga pada wanita usia 30-40 tahun yang mengalaminya. Penyebab kulit
berminyak adalah karena kelenjar minyak (sebaceous gland) sangat produktif, hingga
tidak mampu mengontrol jumlah minyak (sebum) yang harus dikeluarkan. Sebaceaous
gland pada kulit berminyak yang biasanya terletak di lapisan dermis, mudah terpicu
untuk bekerja lebih aktif. Pemicunya dapat berupa faktor internal atau faktor eksternal,
yaitu :
A. Faktor internal meliputi :
Faktor genetis : anak dari orang tua yang memiliki jenis kulit berminyak, cenderung
akan memiliki kulit berminyak pula.
Faktor hormonal: hormon manusia sangat mempengaruhi produksi keringat. Karena
itulah pada wanita yang sedang menstruasi atau hamil akan lebih sering berkeringat.
Selain itu stres dan banyak gerak juga dapat menjadi pemicu keringat berlebihan.
B. Faktor eksternal meliputi :
Udara panas atau lembab
Makanan yang dapat merangsang keluarnya keringat seperti makanan yang terlalu
pedas baik karena cabai atau merica, makanan yang terlalu asin, makanan yang
berbumbu
menyengat seperti bawang putih, makanan yang terlalu berminyak serta
makanan dan minuman yang terlalu panas.
2.4. Kulit sensitif
Diagnosis kulit sensitif didasarkan atas gejala-gejala penambahan warna, dan
reaksi cepat terhadap rangsangan. Kulit sensitif biasanya lebih tipis dari jenis kulit lain
sehingga sangat peka terhadap hal-hal yang bisa menimbulkan alergi (allergen).
Pembuluh darah kapiler dan ujung saraf pada kulit sensitif terletak sangat dekat dengan
permukaan
kulit. Jika terkena allergen, reaksinya pun sangat cepat. Bentuk-bentuk
reaksi pada kulit sensitif biasanya berupa bercak merah, gatal, iritasi hingga luka yang
jika tidak dirawat secara baik dan benar akan berdampak serius.
2.5. Kulit campuran atau kulit kombinasi
Kulit kombinasi terjadi jika kadar minyak di wajah tidak merata. Pada bagian
tertentu kelenjar keringat sangat aktif sedangkan daerah lain tidak, karena itu perawatan
kulit kombinasi memerlukan perhatian khusus. Area kulit berminyak dirawat dengan
perawatan untuk kulit berminyak dan di area kulit kering atau normal dirawat sesuai
dengan jenis kulit tersebut. Kulit campuran memiliki ciri-ciri : kulit di daerah T
berminyak sedangkan di daerah lain tergolong normal atau justru kering atau juga
sebaliknya. Di samping itu tekstur kulit sesuai jenisnya yakni di area kulit berminyak
akan terjadi penebalan dan di area normal atau kering akan lebih tipis.

3. Anatomi kulit secara histopatologik


3.1 Lapisan Epidermis (kutikel)

Stratum Korneum (lapisan tanduk)


=> lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak berinti,
protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk)
Stratum Lusidum
=> terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti, protoplasmanya
berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini lebih jelas tampak pada
telapak tangan dan kaki.
Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)
=> merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat
inti di antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin. Mukosa biasanya tidak
mempunyai lapisan ini.
Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan akanta )
=> terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih karena banyak
mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin dekat ke
permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat jembatan antar sel (intercellular
bridges) yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar
jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di
antara sel spinosum juga terdapat pula sel Langerhans.
Stratum Basalis
=> terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan dermoepidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel basal bermitosis dan berfungsi
reproduktif.
o Sel kolumnar => protoplasma basofilik inti lonjong besar, di hubungkan oleh
jembatan antar sel.
o Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell => sel berwarna muda,
sitoplasma basofilik dan inti gelap, mengandung pigmen (melanosomes)

3.2. Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin) => terdiri dari lapisan elastik dan
fibrosa pada dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.

Pars Papilare => bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah.
Pars Retikulare => bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari serabut
penunjang seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri
dari cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula
fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, selanjutnya membentuk ikatan
(bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat
elastin, seiring bertambahnya usia, menjadi kurang larut dan makin stabil. Retikulin
mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf, dan
mudah mengembang serta lebih elastis.

3.3. Lapisan Subkutis (hipodermis)


Lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel lemak yang
bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel
ini berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak
disebut dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan
ini terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan lemak berfungsi
juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa kulit. Di kelopak mata
dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3 cm).

Vaskularisasi di kuli diatur pleksus superfisialis (terletak di bagian atas dermis) dan pleksus
profunda (terletak di subkutis)
Adneksa Kulit
1.
Kelenjar
o

Kulit

=>

terdapat

pada

lapisan

dermis

Kelenjar
Keringat
(glandula
sudorifera)
Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa. pH nya sekitar 4-6,8.

Kelenjar Ekrin => kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan secret

encer.
Kelenjar Ekrin terbentuk sempurna pada minggu ke 28 kehamilan dan berfungsi
40 minggu setelah kelahiran. Salurannya berbentuk spiral dan bermuara langsung
pada kulit dan terbanyak pada telapak tangan, kaki, dahi, dan aksila. Sekresi
tergantung beberapa faktor dan saraf kolinergik, faktor panas, stress emosional.

Kelenjar Apokrin => lebih besar, terletak lebih dalam, secretnya lebih
kental.
Dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, aerola mammae, pubis,
labia minora, saluran telinga. Fungsinya belum diketahui, waktu lahir ukurannya
kecil, saat dewasa menjadi lebih besar dan mengeluarkan secret
o
Kelenjar
Palit
(glandula
sebasea)
Terletak di seluruh permukaan kuli manusia kecuali telapak tangan dan kaki. Disebut
juga dengan kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal
dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar
rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum
mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol.
Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen. Pada anak-anak, jumlahnya sedikit. Pada
dewasa menjadi lebih banyak dan berfungsi secara aktif.

4. FUNGSI KULIT
4.1.Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat
melindungi tubuh dari gangguan :
o fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.
o kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat

o panas : radiasi, sengatan sinar UV


o infeksi luar : bakteri, jamur
Proteksi rangsangan kimia Dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeable
terhadap berbagai zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang
melindungi kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil
ekskresi keringat dan sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara pH 5- 6,5. Ini
merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan selsel kulit yang telah mati
melepaskan diri secara teratur.
4.2. Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan
yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut Universitas
Sumatera Utara mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit
dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan dan metabolisme. Penyerapan dapat
berlangsung melalui celah di antara sel, menembus selsel epidermis, atau melalui
saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui selsel epidermis.
4.3. Pengatur panas
Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini karena
adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas, medulla
oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu visceral 36-37,5 derajat untuk suhu kulit
lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada dua cara
yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas dipancarkan
ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh) dan
vasokonstriksi (pembuluh darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, hilangnya
keringat dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).
4.4. Ekskresi
kelanjar kulit mengeluarkan zatzat yang tidak berguna lagi atau zat sisa metabolisme
dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang diproduksi oleh
kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan berminyak yang
melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.
Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada kulit
4.5. Persepsi
Kulit mengandung ujungujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons
terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, Universitas Sumatera
Utara terhadap dingin diperankan oleh dermis, peradaban diperankan oleh papila dermis
dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik
lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.

4.6. Pembentukan Pigmen


Pembentukan pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan sel ini berasal dari
rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosum dibentuk oleh alat golgi
dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O2 terhadap sinar matahari memengaruhi
melanosum. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan tangan dendrit sedangkan
lapisan di bawahnya dibawa oleh melanofag. Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi
oleh pigmen kulit melainkan juga oleh tebaltipisnya kulit, reduksi Hb dan karoten.
4.7. Keratinisasi Keratinosit
Kerarinisasi keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel
basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin
ke atas sel ini semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Semakin lama
intinya menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini
berlangsung terus menerus seumur hidup. Keratinosit melalui proses sintasis dan
degenerasi menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kirakira 14-21 hari dan
memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
4.8. Pembentukan vitamin D
Pembentukan vitamin D Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan pertolongan
sinar matahari. Tetapi kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses
tersebut.
5. Modalitas Rasa Kulit
Rasa mekanik, rasa suhu dan rasa nyeri berbeda dengan alat indra yang lain.
Reseptornya tergabungdalam satu organ tertentu. Masingmasing reseptor modalitas rasa ini
berdiri sendiri secara terpisah dan tersebar hampir diseluruh bagian tubuh. Serat aferennya
tidak membentuk berkas saraf khusus tetapi tersebar pada banyak saraf perifer dan jaringan
saraf di pusat. Dengan demikian modalitas rasa ini tidak membentuk alat indra tertentu yang
khas.
Rasa mekanik mempunyai beberapa modalitas (kualitas) yaitu rasa tekan, rasa raba,
dan rasa geli yang berbeda di setiap bagian tubuh tetentu. Dengan menggunakan
aestesiometer dapat diketahui bagian kulit yang paling peka terhadap rangsangan. Pada
permukaan kulit yang peka, titik tekan lebih padat dibandingkan dengan kulit lain. Titik rasa
tekan tersebut merupakan manifestasi adanya reseptor tekan pada bagian kulit di bawahnya.
Rasa suhu mempunyai dua submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas. Reseptor
dingin/panas berfungsi mengindrai rasa dingin/rasa panas dan refleks pengaturan suhu
tubuh. Reseptor ini dibantu oleh reseptor yang terdapat di dalam sistem saraf pusat. Dengan
pengukuran waktu reaksi, dapat dinyatakan bahwa kecepatan hantaran rasa panas. Dengan
anastesi blok rasa dingin/panas dapat diblok sehingga objektif maupun subjektif rasa dingin
dan panas dapat dipisahkan.

Rasa propriosepsi berasal dari dalam tubuh sendiri atau disebut juga rasa dalam.
Reseptor tidak terdapat pada kulit tetapi dibagian lebih dalam yaitu di dalam otot, tendo,
dan sendi. Informasi propriosepsi dihantarkan ke medulla spinalis melalui kolom dorsal
masuk ke serebelum. Sebagian berjalan ke Universitas Sumatera Utara laminikus medial
dan thalamus ke korteks. Impuls berasal dari komparan otot, organ sensorik di dalam, dan
sekitar sendi. Neuron dalam korteks sensoris berespons terhadap gerakangerakan tertentu.
Rasa nyeri timbul oleh rangsangan yang merusak.
Rasa nyeri ini terutama berfungsi untuk pelindungi, mencegah kerusakan lebih lanjut
dari jaringan yang terkena. Modalitas rasa nyeri dibagi atas submodalitas nyeri somatik dan
nyeri visera. Nyeri somatik dibagi menjadi submodalitas nyeri permukaan dan nyeri dalam.
Zat kimia pada kadar tertentu dapat menimbulkan nyeri (misalnya : asetilkoin, serotonin,
histamine yang juga menimbulkan rasa gatal). Rasa nyeri terdiri dari nyeri proyeksi. nyeri
alih, hiperalgesia, hipalgesia dan nyeri kronis.
Rasa gatal merupakan bentuk khusus rasa nyeri yang timbul pada kondisi
perangsangan tertentu. Perangsangan yang berurutan dengan rangsangan makin kuat. Suatu
saat rasa gatal yang timbul diganti dengan rasa nyeri. Bila rangsangannya mencapai
intensitas yang tinggi, rasa gatal yang dialami dapat hilang. Bila jaras spinotalamatik yang
sedang dilewati rasa gatal. Rasa nyeri dengan cara tertentu jika titik gatal sama dengan titik
nyeri. Reseptor gatal terletak pada bagian kulit permukaan sedangkan reseptor nyeri
terdapat lebih dalam dari kulit.12vitamin D sistemik masih tetap diperlukan

5.1. Gejala dan Jenis Gangguan Kulit


Gangguan pada kulit sering terjadi karena berbagai faktor penyebab, antara lain yaitu
iklim, lingkungan tempat tinggal, kebiasaan hidup yang kurang sehat, alergi, dan lain-lain.
Adapun gejala gangguan kulit antara lain :
1. Gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari) Universitas
Sumatera Utara
2. Muncul bintik-bintik merah (kemerahan), kehitaman, bercak keputihan,
bentol-bentol, berair dan bengkak.
3. Timbul ruam-ruam, bersisik.
4. Kadang disertai demam.

Beberapa jenis gangguan kulit antara lain yaitu :


A. Gatal
Gatal adalah sejenis sensasi, yang sebenarnya merupakan sejenis rasa nyeri yang
sangat ringan. Gatal dapat ditimbulkan oleh macammacam sebab dan tidak selalu
menunjukkan kelainan kulit.

B. Eksim
Merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan kulit kemerah-merahan, bersisik,
pecah-pecah, terasa gatal terutama pada malam hari (eksim kering), timbul
gelembung-gelembung kecil yang mengandung air atau nanah, bengkak, melepuh,
tampak merah, sangat gatal dan terasa panas dan dingin yang berlebihan pada kulit
(eksim basah). Bagian tubuh yang sering diserang eksim yaitu tangan, kaki, lipatan
paha, dan telinga. Eksim disebabkan karena alergi terhadap rangsangan zat kimia
tertentu seperti yang terdapat dalam detergen, sabun, obat-obatan dan kosmetik,
kepekaan terhadap jenis makanan tertentu seperti udang, ikan laut, telur, daging ayam,
alkohol, vetsin (MSG), dan lain-lain. Eksim juga dapat disebabkan karena alergi
serbuk sari tanaman, debu, rangangan iklim, bahkan gangguan emosi. Eksim lebih
sering menyerang pada orang-orang yang berbakat alergi. Penyakit ini sering terjadi
berulang-ulang atau kambuh. Universitas Sumatera Utara Oleh karena itu harus
diperhatikan untuk menghindari hal-hal atau bahanbahan yang dapat menimbulkan
alergi (alergen).
C. Kudis
Merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit/tungau yang gatal yaitu
Sarcoptes scabiei var hominis. Kudis lebih sering terjadi di daerah yang higienisnya
buruk dan menyerang orang yang kurang menjaga kebersihan tubuhnya. Gejala yang
timbul antara lain : timbul gatal yang hebat pada malam hari, gatal yang terjadi
terutama di bagian sela-sela jari tangan, di bawah ketiak, pinggang, alat kelamin,
sekeliling siku, aerola (area sekeliling puting susu), dan permukaan depan
pergelangan. Penyakit ini mudah sekali menular ke orang lain secara langsung
misalnya bersentuhan dengan penderita, atau tidak langsung misalnya melalui handuk
atau pakaian.
D. Kurap
Merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur. Gejalanya antara lain yaitu :
kulit menjadi tebal dan timbul lingkaran-lingkaran, bersisik, lembab, berair, dan terasa
gatal, kemudian timbul bercak keputih-putihan. Kurap biasanya timbul karena kurang
menjaga kebersihan kulit. Bagian tubuh yang biasanya terserang kurap yaitu tengkuk,
leher, dan kulit kepala

E. Bisul
Bisul merupakan infeksi kulit berupa benjolan, tampak memerah, yang akan
membesar, berisi nanah dan terasa panas, dapat tumbuh di semua bagian tubuh,
namun biasanya tumbuh pada bagian tubuh yang lembab, seperti : leher, lipatan
lengan, atau lipatan paha, kulit kepala. Bisul Universitas Sumatera Utara disebabkan
karena adanya infeksi bakteri Stafilokokus aureus pada kulit melalui folikel rambut,
kelenjar minyak, kelenjar keringat yang kemudian menimbulkan infeksi lokal. Faktor

yang meningkatkan risiko terkena bisul antara lain kebersihan yang buruk, luka yang
terinfeksi, pelemahan diabetes, kosmetika yang menyumbat pori, dan pemakaian
bahan kimia.
F. Dundruff (ketombe)
Yaitu sejenis eksim (Seborrheic Dermatitis) yang mengenai kulit kepala dan ditandai
dengan terbentuknya sisik halus yang mudah lepas dari kulit.
G. Urtica atau Kaligata
Yaitu sejenis kelainan pada kulit yang ditandai rasa gatal hampir diseluruh tubuh yang
disertai munculnya penonjolan pada kulit tubuh, sebagai akibat sifat alergi terhadap
sesuatu yang dimakan, atau mengenai tubuh orang yang bersangkutan. Kadang
kadang gejala ini muncul juga karena tekanan psikis.
H. Panu (Pytiriasis versicolor)
Penyakit kulit akibat infeksi jamur. Infeksi jamur dapat bermacam macam,
pengobatannya biasanya membutuhkan waktu lama, paling sedikit 30 hari dengan
obat khusus jamur. Obat eksim biasa, bila diberikan pada penderita infeksi jamur,
dapat memperhebat infeksi itu.
I. Jerawat (Acne vulgaris)
Penyakit yang terjadi akibat terganggunya aliran sebum oleh benda asing sehingga
terbentuk pimple yang di ikuti infeksi ringan. Benda asing itu juga dinamakan
komedo. Dengan demikian, pangkal penyakit ini adalah adanya sebum yang banyak
diproduksi. Universitas Sumatera Utara
J. Vitiligo
Merupakan kelainan pada kulit yang ditandai dengan hilangnya pigmen melanin
sehingga bagian kulit itu menjadi putih. Kelainan ini yang bersifat bawaan dan
sebagai akibat penyakit auto-imunne, tetapi pada sebagian besar penderita
penyebabnya tidak jelas. Vitiligo ini harus dibedakan dengan perubhan kulit yang
menjadi lebih putih sebagai akibat infeksi jamur.

5.2. Etiologi Lingkungan


kerja sering mengandung bermacam-macam bahaya kesehatan yang bisa bersifat
fisik, biologis, kimia dan psikologis. Terdapat 3 faktor penting sebagai penyebab
dermatitis akibat kerja yaitu : lingkungan fisik, lingkungan kimia, dan lingkungan
biologi.
5.2.1 Lingkungan Fisik

Lingkungan kerja fisik memiliki pengaruh yang besar dalam menciptakan


kenyamanan dan keamanan tempat kerja selain tentunya lingkungan kerja yang lain.
Lingkungan fisik mempengaruhi penampilan seseorang. Hampir semua manusia dapat
bekerja secara efisien pada setiap variabel lingkungan dengan kisaran yang relatif
terbatas. Pada umumnya disetujui orang bekerja sangat baik di suatu lingkungan fisik
yang baik.
Lingkungan fisik memiliki pengaruh yang besar bagi pekerja antara lain sinar
ultraviolet, kondisi cuaca, kelembapan dan panas. Agenagen fisik menyebabkan
trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan langsung
merusak kulit dengan cara mengubah pH nya, bereaksi dengan proteinproteinnya,
mengekstraksi lemak dari lapisan luarnya Universitas Sumatera Utara atau
merendahkan daya tahan kulit. Sedangkan yang menimbulkan alergi kulit umumnya
adalah hipersensitivitas tipe lambat.
5.2.2. Lingkungan Kimia
Lingkungan kimia juga berpengaruh terhadap timbulnya penyakit kulit.
Misalnya air, asam, basa, garam logam berat, aldehid, alkohol dan sebagainya. Ada 2
cara bahanbahan kimia ini menimbulkan dermatosis, yaitu dengan jalan
perangsangan atau iritasi disebut perangsangan primer, sedangkan penyebab sesitisasi
disebut pemeka (sensitizer). Perangsangan primer mengadakan rangsangan kepada
kulit dengan jalan melarutkan lemak kulit, dengan mengambil air dari lapisan kulit,
dengan oksidasi atau reduksi, sehingga keseimbangan kulit terganggu dan timbullah
dermatosis. Sensitisasi biasanya disebabkan oleh bahan bahan organik dengan
struktur molekul lebih sederhana, untuk membentuk antigen.
Perangsangan primer adalah bahan yang akan menimbulkan dermatosis oleh
kerjanya yang langsung kepada kulit yang normal pada tempat terjadinya kontak
dengan kulit itu dalam jumlah dan kekuatan yang cukup untuk waktu cukup pula.
Pemeka kulit adalah bahan yang tidak usah menimbulkan perubahan-perubahan pada
kulit ketika kontak yang pertama dengan kulit, tetapi akan menyebabkan perubahan
khas di kulit, setelah 5 atau 7 hari sejak kontak yang pertama, maupun di tempat lain
di kulit.

5.2.3. Lingkungan Biologi


Lingkungan biologi terdiri dari bakteri, jamur dan artropoda.
A. Infeksi Bakteri
Pada kulit manusia terdapat 2 jenis bakteri yaitu bakteri parasit yang
menimbulkan penyakit dan bakteri komensal yang merupakan flora normal

kulit. Floral normal dapat dibedakan lagi atas floral penghuni sementara
(transient) dan flora penghuni (resident). Flora penghuni sementara terdiri atas
berbagai jenis mikroorganisme yang hidup di permukaan kulit dan berasal dari
lingkungan sekitar kita. Bakteri ini tidak berproliferasi di permukaan kulit dan
akan segera meninggalkan kulit karena beberapa garutan saja. Flora penghuni
terdiri atas sejumlah kecil mikroorganisme. Bakteri ini berlipat ganda di
permukaan kulit oleh garutan, contoh penyakit kulit oleh karena infeksi
bakteri yaitu paronikia, merupakan suatu reaksi peradangan mengenai lipatan
kulit dan jaringan disekitar kuku. Paronikia akut paling seringdi akibatkan
oleh infeksi bakteri, umumnya Stapylococcus aureus atau Pseudomonus
aeruginosa, sedangkan paronikia kronis disebabkan oleh jamur Candida
albicans.
Paronikia ditandai dengan jaringan kuku menjadi lembut dan
membengkak serta dapat mengeluarkan pus (nanah), kuku bertambah tebal,
berubah warna dan membentuk garis punggung melintang. Bila infeksi telah
kronis, maka terdapat cerah horizontal pada dasar kuku biasanya menyerang
satu sampai tiga jari. Penyakit ini berkembang pada orang-orang yang
tangannya lama terendam air kalau jari terluka sedikit saja, maka basil atu
jamur akan merusak jaringan sekitar kuku. Penderita diabetes atau kekurangan
gizi lebih mudah diserangnya.
B. Infeksi Jamur
Adalah negara tropis yang beriklim panas dan lembab. Dalam keadaan
demikian ditambah hygiene yang kurang sempurna, infestasi jamur kulit
cukup banyak. Terminology dan pembagian penyakit jamur kulit disebut
mikosis superfisialis atau dermatomikosis. Dermatomikosis adalah penyakit
pada kulit dan adneksa yang disebabkan jamur. Pada umumnya golongan
penyakit ini dibagi atas infeksi superfisialis dan infeksi kutan. Sedangkan
infeksi subkutis juga termasuk dermatomikosis. Otomikosis dan keratitis
mikotika juga sebetulnya termasuk dermatomikosis. Penyakit Jamur Kulit
terbagi atas :

1. Pitriasis versikolor
Pitiriasis versikolor atau panu, kadang-kadang disebut kromofitosis,
tinea flava, liver spots dan terakhir disebut pitirosporosis/pitiriasis. Penyakit
ini adalah dermatomikosis superfisialis yang disebabkan oleh Malassezia
furfur atau Pityrossporum orbiculare yang bersifat ringan, menahun, biasanya
tanpa keluhan gatal.
2. Dermatofitosis (Ring-worm infection)

Dermatofitosis adalah golongan penyakit jamur superfisialis yang


disebabkan oleh jamur dermatofita yaitu Trichopyton spp (T), Microsporum
spp (M), Epidermophyton spp (E). Penyakit ini menyerang jaringan yang
mengandung zat tanduk, yakni pada epidermis, rambut dan kuku. Klasifikasi
Dermatofitosis (Ring-worm infection):
a) Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah kelainan kulit pada daerah kepala
berambut yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita,
dan sering terjadi pada anak-anak.
Kadang-kadang penyakit ini ditularkan dari hewan peliharaan,
misalnya kucing, anjing dan sebagainya, berwarna putih
kelabu. Infeksi Trichopyton spp, biasanya menimbulkan bercak
kecil-kecil di kepala dengan rambut yang putus-putus tepat di
permukan kulit. Sehingga terlihat bintik-bintik hitam pada
bercak tersebut yang disebut black dots.
b) Tinea barbe
Tinea barbe adalah penyakit yang disebabkan infeksi jamur
dermatofita di daerah janggut, jambang dan kumis, sering pada
orang-orang dewasa yang banyak kontak dengan hewan atau
tanah. Keluhan penderita adalah gatal pada beberapa tempat di
janggut, kumis atau jambang disertai putusnya rambut di
tempat tersebut.
c). Tinea korporis Tinea
korporis adalah penyakit karena infeksi jamur dermatofita pada
kulit halus (glabrous skin) di daerah muka, leher, badan, lengan
dan gluteal. Penyebab tersering kelainan ini adalah
Trychopyton rubrum dan Trychopyton mentagrophytes.
Penderita mengeluh rasa gatal yang kadang-kadang meningkat
waktu berkeringat.

d). Tinea kruris


Tinea kruris adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
jamur dermatofita di daerah genitokrusal. Faktor yang
berpengaruh di sini adalah lembab oleh karena keringat dan
obesitas. Keluhan penderita adalah rasa gatal di daerah lipatan
paha, sekitar anogenital, dan dapat meluas ke bokong dan perut
bagian bawah.
e). Tinea unguium

Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh


infeksi jamur dermatofita. Keluhan penderita berupa kuku
menjadi rusak, warnanya menjadi suram. Bergantung jamur
penyebabnya, destruksi kuku mulai dari distal, lateral
proksimal ataupun keseluruhan. Bila disertai paronikia maka
sekitar kuku akan terasa nyeri dan gatal.
f). Tinea imbrikata
Kelainan kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur
T.concentcum dimana terjadi gambaran klinis yang khas.
Penyakit ini banyak didapatkan di bagian timur kepulauan kita,
sering disebut pula penyakit cascade, tokelau, ringworm dan
sebagainya. Keluhan berupa rasa gatal pada daerah yang
terkena kulit jadi bersisik dengan sisik yang melingkar-lingkar.
C. Artropoda
Penyakit kulit disebabkan artropoda yaitu penyakit kulit yang disebabkan oleh
kutu. Contoh penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu seperti scabies mengenai pada
sela jari tangan, pergelangan tangan, sisi tangan dan kaki, lipat paha, areola,
permukaan ekstensor siku dan lutut.
5.3. Penyakit Kulit Akibat Kerja
Definisi penyakit kulit akibat kerja adalah semua keadaan patologis kulit
dengan pajanan pada pekerjaan sebagai faktor penyebab utama atau hanya sebagai
faktor penunjang.
Menurut Evita Halim dan Retno Widowati dalam buku Pedoman Diagnosis
Penilaian Cacat karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja, penyakit kulit akibat
kerja adalah setiap penyakit kulit yang disebabkan oleh pekerja atau Universitas
Sumatera Utara lingkungan kerja. Meliputi penyakit kulit baru yang timbul karena
pekerjaan atau lingkungan kerja dan penyakit kulit lama yang kambuh karena
pekerjaan atau lingkungan kerja.
Sejak dahulu diseluruh dunia telah dikenal adanya reaksi tubuh terhadap bahan
atau material yang ada di lingkungan kerja. Dalam Ilmu Kesehatan Kulit dikenal,
pada individu atau pekerja tertentu baik yang berada di negara berkembang maupun di
negara maju, dapat mengalami kelainan kulit akibat pekerjaannya. Penyakit Kulit
Akibat Kerja (PKAK) dikenal secara populer karena berdampak langsung terhadap
pekerja yang secara ekonomis masih produktif. Istilah PKAK dapat diartikan sebagai
kelainan kulit yang terbukti diperberat oleh jenis pekerjaannya, atau penyakit kulit
yang lebih mudah terjadi karena pekerjaan yang dilakukan.
Apabila ditinjau lebih lanjut, penyakit kulit akibat kerja (PKAK) sebagai salah
satu bentuk penyakit akibat kerja, merupakan jenis penyakit akibat kerja terbanyak

yang kedua setelah penyakit muskoloskeletal, berjumlah sekitar 22% dari seluruh
penyakit akibat kerja. Data di Inggris menunjukkan 1,29 kasus per 1000 pekerja
merupakan dermatitis akibat kerja. Apabila ditinjau dari jenis penyakit kulit akibat
kerja, maka lebih dari 95% merupakan dermatitis kontak, sedangkan yang lain
merupakan penyakit kulit lain seperti akne, urtikaria kontak, dan tumor kulit.
5.4. Pencegahan Penyakit Kulit Akibat Kerja
Untuk mencegah terjangkitnya penyakit kulit akibat kerja (dermatitis kontak
akibat kerja) maka perawatan dan perlindungan kulit sangat penting. Program
perlindungan ini tidak hanya melibatkan pekerja tapi juga pemberi kerja sebagai
penyedia sarana. Yang juga penting adalah keterlibatan peraturan atau
perundangundangan.
Program perawatan kulit sebaiknya diikutsertakan dalam program pendidikan,
memuat informasi tentang kulit sehat dan penyakit kulit yang terkait dengan
pekerjaan. Juga pengenalan diri penyakit kulit dan kegunan prosedur perlindungan,
sebagai contoh program perlindungan kulit pada pekerja di pekerjaan basah, yaitu
mencuci tangan dengan air biasa, lalu bilas dan keringkan tangan dengan sempurna
setelah mencuci, karena kulit yang tidak dilindungi lebih mudah terkena iritasi, maka
disarankan memakai sarung tangan untuk melindungi kulit terhadap air, kotoran,
deterjen, sampo, dan bahan makanan.
Yang juga penting diperhatikan, hindari pemakaian cincin selagi bekerja,
karena dermatitis umumnya dimulai pada jari yang memakai cincin sebagai reaksi
terhadap iritan yang terjebak dibawah cincin. Pemakaian disinfektan sebaiknya
disesuaikan dengan kebutuhan tempat kerja. Sebab, umumnya disinfektan bersifat
iritan dan turut berperan terhadap perkembangan menjadi dermatitis kontak di tangan.
Cara lainnya gunakan pelembab sewaktu bekerja atau setelah bekerja. Pilih
pelembab yang banyak mengandung lemak dan bebas parfum, serta bahan pengawet
berpotensi alergenik terendah. Pelembab terbukti dapat mempermudah regenerasi
fungsi sawar kulit dan kandungan lemak berhubungan dengan kecepatan proses
regenerasi tersebut. Pelembab sebaiknya dipakai diseluruh tangan, termasuk sela jari,
ujung jari, dan punggung tangan. Pekerja yang mempunyai riwayat alergi pada kulit
cenderung terkena dermatosis daripada yang tidak mempunyai riwayat alergi kulit.
Pekerja yang kebersihan perorangannya buruk lebih banyak yang dermatosis daripada
yang kebersihan perorangannya baik atau sedang.
Pengaruh sinar matahari yang menahun/kronik dapat menyebabkan kerusakan
kulit akibat efek fotobiologik sinar UV yang menghasilkan radikal bebas, akan
menimbulkan kerusakan protein dan asam amino yang merupakan struktur utama
kolagen dan elastin, kerusakan pembuluh darah kulit dan menimbulkan kelainan
pigmentasi kulit. Pekerja yang terpapar dengan sinar ultraviolet langsung memakai
baju yang dapat melindungi dari sinar matahari. Alat Pelindung Diri (APD) yang

berhubungan dengan gangguan kulit yaitu pakaian lengan panjang (baju pelindung),
sarng tangan dan sepatu boot.
5.5. Nelayan
Menurut Undangundang Republik Indonesia No. 31 tahun 2004, Nelayan adalah
orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Sebagian besar nelayan di
Indonesia adalah nelayan kecil, nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya
melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari.
Nelayan merupakan pekerjaan yang bergerak di sektor Informal yang kegiatan
ekonominya secara tradisional, usahausaha diluar sektor modern/formal yang mempunyai
ciriciri sebagai berikut yaitu sederhana, skala usaha relative kecil, umumnya belum
terorganisir dengan baik.
Setiap pekerja yang bekerja di dalam hubungan kerja sektor informal dan diluar
hubungan kerja berhak memperoleh jaminan sosial tenaga kerja dan keselamatan kerja
dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan Universitas Sumatera
Utara perundang- undangan yang berlaku. Pembinaan dan pengembangan tenaga kerja di
arahkan untuk perlindungan dan peningkatan kesejahteraaan tenaga kerja yang
bersangkutan.
Nelayan masih banyak yang belum memperoleh kesehatan dan perekonomian yang
baik, dikarenakan tingkat pendidikan nelayan, rendahnya penguasaan teknologi
penangkapan, kecilnya skala usaha, belum efisiennya sistem pemasaran hasil laut, dan
sebagian besar nelayan berstatus sebagai buruh serta pola kehidupan nelayan itu sendiri.
Penyakit kulit pada nelayan akibat pengaruh sinar ultraviolet dan pengaruh air laut
yang karena kepekatannya menarik air dari kulit, dalam hal ini air laut merupakan
penyebab dermatitis kulit kronis dengan sifat rangsangan primer. Tapi penyakit kulit
mungkin pula disebabkan oleh jamur-jamur atau binatang-binatang laut. Pekerjaan basah
merupakan tempat berkembanganya penyakit jamur, misalnya moniliasis, Swimmers
itch mungkin menghinggapi nelayan-nelayan yang hidup di pantai dengan keadaan
sanitasi kurang baik, sebabnya ialah larva sejenis cacing. Beberapa jenis ikan dapat
menyebabkan kelainan kulit, biasanya nelayan-nelayan mengetahui ikan-ikan yang
mendatangkan gatal demikian.

6. Beberapa macam perlindungan :


o Melanosit => lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning
(penggelapan kulit)
o Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
o Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum => perlindungan kimiawo
terhadap infeksi bakteri maupun jamur

o Proses keratinisasi => sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan
diri secara teratur.
1. Fungsi Absorpsi => permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan
kulit ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada
ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan
dapat melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran
kelenjar.
2. Fungsi Ekskresi => mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl,
urea, asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon
androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan
amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai Vernix Caseosa.
3. Fungsi Persepsi => kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis.
Saraf sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
o
o
o
o
o

Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas


Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin
Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan
Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan
Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan

4. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi) => dengan cara mengeluarkan


keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya
pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi
oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna
sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa
(banyak mengandung air dan Na)
5. Fungsi Pembentukan Pigmen => karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen)
yang terdiri dari butiran pigmen (melanosomes)
6. Fungsi Keratinisasi => Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan
pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya
menjadi sel spinosum, makin ke atas sel makin menjadi gepeng dan bergranula
menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin menghilang dan keratinosit menjadi
sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan
kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
7. Fungsi Pembentukan Vitamin D => kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan
pertolongan sinar matahari. Tapi kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari hal
tersebut. Pemberian vit D sistemik masih tetap diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai