Anda di halaman 1dari 5

Ekstraksi Cair Cair

Ekstraksi merupakan proses pemisahan atau pemurnian suatu senyawa dari


campurannya dengan bantuan pelarut yang didasarkan pada perbedaan kelarutan komponenkomponen dalam larutan dengan menggunakan larutan lain sebagai media pemisah.
Komponen yang dipisahkan dengan metode ini adalah komponen-komponen yang
mempunyai perbedaan titik didih yang relatif kecil tetapi mempunyai perbedaan kelarutan
yang cukup besar dengan pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang
diinginkan tanpa melarutkan material bahan lainnya. Ekstraksi pelarut atau disebut juga
ekstraksi cair-cair merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan
utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro.
Pengertian ekstraksi cair - cair
Salah satu metode ekstraksi yang dapat dihandalkan adalah ekstraksi cair-cair.
Ekstraksi caircair merupakan suatu teknik dalam mana suatu larutan (biasanya dalam air)
dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada hakikatnya tak
tercampurkan dengan yang disebut pertama, dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih
zat terlarut (solute ) ke dalam pelarut yang kedua itu (Vogel,1994). Pada ekstraksi cair-cair
terjadi proses pemisahan suatu komponen dari fase cair kefase cair lainnya, dimana larutan
berair biasanya dibuat untuk kontak dengan larutan organik , sehingga terjadi perpindahan
massa dari pelarut yang satu ke yang lain.
Tujuan ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk praperlakuan sampel atau clean-up
sample untuk memisahkan analit-analit dari komponen komponen matrik yang mungkin
mengganggu pada saat kuantifikasi atau deteksi analit. Disamping itu, ekstraksi pelarut juga
digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sample dengan jumlah kecil sehingga
tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau kuantifikasinya ( Gandjar, 2007 ).
Teknik Ekstraksi Cair Cair
Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang
menyatakan bahwa pada konsentrasi dan tekanan yang konstan, analit akan terdistribusi
dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling tidak campur.
Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2 fase disebut dengan koefisien
distribusi atau koefisien partisi (KD) dan diekspresikan dengan:
[S]org
KD = ------------[S]aq
[S]org dan [S]aq masing-masing merupakan konsentrasi analit dalam fase organik dan dalam
fase air; KD merupakan koefisien partisi.
Dalam prakteknya, analit seringkali berada dalam bentuk kimia yang berbeda karena adanya
disosiasi (ionisasi), protonasi, dan juga kompleksasi atau polimerisasi karenanya ekspresi
yang lebih berguna adalah rasio distribusi atau rasio partisi (D) yang diekspresikan dengan:
(Cs)org
D = ------------(Cs)aq
(Cs)org dan (Cs)aq masing-masing merupakan konsentrasi total analit (dalam segala bentuk)
dalam fase organik dan dalam fase air; D merupakan rasio partisi. Jika tidak ada interaksi

antar analit yang terjadi dalam kedua fase maka nilai KD dan D adalah identik. Analit yang
mempunyai rasio distrbusi besar (104 atau lebih) akan mudah terekstraksi ke dalam pelarut
organik meskipun proses kesetimbangan (yang berarti 100% solute terekstraksi atau tertahan)
tidak pernah terjadi.
Kebanyakan ekstraksi dilakukan dengan menggunakan corong pisah dalam waktu
beberapa menit. Akan tetapi untuk efektifitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang
kecil (< 1) hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada larutan sampel secara
terus-menerus. Hal ini dapat dilakuan dengan refluks menggunakan alat yang didisain secara
khusus yaitu suatu alat ekstraktor secara terus-menerus ( Gandjar, 2007 ).
Alat ekstraksi secara terus-menerus :
- pelarut pengekstraksi kurang rapat dibanding dengan larutan yang mengandung
solute yang akan diekstraksi.
- pelarut pengekstraksi lebih rapat dibanding dengan larutan yang mengandung solute
yang akan diekstraksi.
Pelarut organik yang dipilih untuk ekstraksi pelarut yaitu mempunyai kelarutan yang
rendah dalam air (<10%), dapat menguap sehingga memudahkan menghilangkan pelarut
organik setelah dilakukan ekstraksi, dan mempunyai kemurnian yang tinggi untuk
meminimalkan adanya kontaminasi sampel.
Syarat-syarat pelarut
Untuk proses ekstraksi yang baik, pelarut harus memenuhi beberapa kriteria sebagai
berikut:
1. Koefisien distribusi yang besar, sehingga jumlah solvent yang dibutuhkan lebih
sedikit.
2. Selektivitas tinggi.Faktor ini diperlukan jika terdapat lebih dari satu zat terlarut,
karena umumnya hanya diinginkan mengurangi satu zat terlarut saja
3. Mudah diregenerasi
4. Kelarutan dalam larutan umpan rendah
5. Perbedaan densitas dengan umpan cukup besar.
6. Tegangan antar muka menengah.Tegangan antar muka yang terlalu tinggi
menyebabkan kesulitan pembentukan tetes (cairan), sedangkan tegangan antar muka
yang terlalu rendah dapat menyebabkan terbentuknya emulsi.
7. Mudah diperoleh dan harganya cukup murah.
8. Tidak korosif, tidak mudah terbakar dan tidak beracun
(Treybal, 1985).
Efisiensi ekstraksi dan selektifitas
Efesiensi proses ekstraksi tergantung pada nilai distribusinya (D) dan juga tergantung
pada volume relatif kedua fase. Dengan menggunakan ekstraksi, banyaknya analit yang
terekstraksi dapat dihitung dengan rumus berikut:

Vorg dan Vaq masing-masing merupakan banyaknya volume fase organik dan fase air yang
digunakan; D merupakan rasio distribusi. Analit dengan nilai D yang kecil maka ekstraksi
berulang akan meningkatkan efisiensi ekstraksi. Rumus yang digunakan untuk ektraksi
bertingkat adalah :

Keterangan :
Caq : banyaknya analit dalam fase air mula-mula
(Caq)n : banyaknya analit dalam fase air setelah n kali ekstraksi
Vorg : banyaknya volume fase organik
Vaq : banyaknya volume fase air
N
: banyaknya (frekuensi) ekstraksi
Efisiensi ekstraksi meningkat jika digunakan jumlah larutan ekstraksi yang lebih besar
atau dengan melakukan beberapa kali ekstraksi dengan volume yang sama.
Mekanisme Ekstraksi Cair Cair
Ekstraksi dapat dilakukan secara kontinyu atau bertahap, ekstraksi bertahap cukup
dilakukan dengan corong pisah. Campuran dua pelarut dimasukkan dengan corong pemisah,
lapisan dengan berat jenis yang lebih ringan berada pada lapisan atas.
Dengan jalan pengocokan proses ekstraksi berlangsung, mengingat bahwa proses ekstraksi
merupakan proses kesetimbangan maka pemisahan salah satu lapisan pelarut dapat dilakukan
setelah kedua jenis pelarut dalam keadaan diam. Lapisan yang ada dibagian bawah
dikeluarkan dari corong dengan jalan membuka kran corong dan dijaga agar jangan sampai
lapisan atas ikut mengalir keluar. Untuk tujuan kuantitatif, sebaiknya ekstraksi dilakukan
lebih dari satu kali.
Analisis lebih lanjut setelah proses ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai metode
seperti volumetri, spektrofotometri dan sebagainya. Jika sebagai metode analisis digunakan
metode spekttrofotometri, tidak perlu dilakukan pelepasan karena konsentrasi gugus yang
bersangkutan dapat ditentukan langsung dalam lapisan organik. Metode spektrofotometri
dapat digunakan untuk pelarut air maupun organik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:
Tipe persiapan sampel
Waktu ekstraksi
Kuantitas pelarut
Suhu pelarut
Tipe pelarut
Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut yang lebih
kecil daripada jumlah pelarutnya banyak tetapi ekstraksinya hanya sekali (Arsyad, 2001).
Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi kontinyu dan
ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana. Caranya
cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut
semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi yang
akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan
(Khopkar, 1990).
Faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi
1. Pengaruh temperatur dan sifat pelarut
Koefisien partisi tidak dipengaruhi oleh temperatur pada dua solven yang tidak dapat
tercampur dan pada konsentrasi yang sangat rendah pada kedua fase, sehingga
pengaruh temperatur terhadap koefisien partisi dapat diduga dari kelarutan suatu zat
dalam kedua solven. Pelarut inert seperti MgCl, CaCl2, dan sukrosa dapat dipakai

untuk memecahkan ekstraksi yang sulit sehingga memudahkan ekstraksi dari air ke
dalam solven pelarut organik yang dapat bercampur dengan air tanpa adanya garam.
2. Pengaruh pH
(sigma) yang terekstraksi tergantung pada kesetimbangan asam basa dan pH larutan
yang dihasilkan sehingga penting untuk menentukan pH yang tepat pada ekstraksi
untuk menghasilkan hasil ekstraksi yang maksimum.
3. Pengaruh pasangan ion
Pasangan ion dalam ekstraksi merupakan asosiasi kation dengan anion yang berada
pada pelarut polar dan nonpolar. Pasangan ion disusun dari gabungan sejumlah besar
anion dengan sejumlah kecil kation yang memilki kelarutan yang cukup baik dalam
pelarut polar.
4. Pengaruh ekstraksi sinergis
Dua reagen yang berbeda dipakai bersama dalam ekstraksi ion metal memberikan
hasil sangat baik dibandingkan jika digunakan secara individual.
Kelebihan dan kelemahan ekstraksi cair-cair
Kelebihan dari ekstraksi ini antara lain:
-

Metoda yang digunakan sederhana


Waktu ekstraksi singkat
Volume solvent yang diperlukan sedikit
Kemampuan memisahkan senyawa cukup tinggi

Kelemahan :
-

Selektivitas terbatas
Pilihan pelarut pemartisinya terbatas
Volume pelarut yang dibutuhkan besar
(Watson, 2005).

Permasalahan dalam ekstraksi cair-cair


Beberapa masalah sering dijumpai ketika melakukan ekstraksi pelarut yaitu:
terbentuknya emulsi; analit terikat kuat pada partikulat; analit terserap oleh partikulat yang
mungkin ada; analit terikat pada senyawa yang mempunyai berat molekul tinggi; dan adanya
kelarutan analit secara bersama-sama dalam kedua fase. Emulsi merupakan sistem dispersi
yang terdiri dari minimal dua fase cair yang tidak dapat bercampur. Ekstraksi zat terlarut
yang efektif hampir dipastikan tidak efektif jika terbentuk emulsi pada proses ekstraksi
sehingga pemisahan dua fase menjadi sulit. Emulsi merupakan masalah serius yang paling
sering terjadi pada ekstraksi obat dari materi biologi dan sediaan farmasi, oleh karena itu jika
emulsi antara kedua fase ini tidak dirusak maka recovery yang diperoleh kurang bagus.
Emulsi dapat dipecah dengan beberapa cara antara lain :
1. Penambahan garam ke dalam fase cair
2. Pemanasan atau pendinginan corong pisah yang digunakan
3. Penyaringan melalui glass wool
4. Penyaringan dengan menggunakan kertas saring
5. Penambahan sedikit pelarut organik yang berbeda
6. Sentrifugasi

Jika senyawa- senyawa yang akan dilakukan ekstraksi pelarut dan berasal dari plasma
maka ada kemungkinan senyawa tersebut terikat pada protein sehingga recovery yang
dihasilkan rendah. Adapun teknik yang dapat digunakan untuk memisahkan senyawa yang
terikat pada protein meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.

Penambahan deterjen
Penambahan pelarut organik yang lain
Penambahan asam kuat
Pengenceran dengan air
Penggantian dengan senyawa yang mempu mengikat lebih kuat.
(Gandjar,2007)

Emulsi yang terbentuk pada ekstraksi sangat sulit untuk dipecah sehingga emulsi
dapat dicegah dengan cara:
1. Pengocokan dengan hati-hati dan memakai larutan secukupnya sehingga mendapatkan
ekstrasi yang baik, khususnya saat terbentuk 2 lapisan terpisah dengan luas
permukaan kontak besar, mudah meledak
2. Penghilangan bahan halus yang tidak larut dalam fase liquid, sebaiknya dilakukan
penyaringan sebelum diekstrasi.
3. Disarankan agar menggunakan pelarut yang memiliki perbedaan berat jenis dan
tekanan interfacial besar/tinggi. Misalnya air dan hexana. Berbeda halnya dengan
pelarut air dan benzena tidak disarankan digunakan dalam ekstraksi.
4. Pada beberapa kasus emulsi dengan penukar anion seperti alumina atau silica gel,
digunakan metode spesifik untuk memecahkan emulsi yang terjadi dengan menyerap
agen pengemulsi.
Emulsi yang terjadi dapat diatasi dengan beberapa cara antara lain:
1. Koalesensi secara mekanik yang dilakukan dengan menciptakan pengadukan pada
permukaan droplet.
2. Dengan sentrifugasi
3. Penambahan sejumlah ion monovalen (sodium klorida) dan divalen (CaCl2,
MgCl2).
4. Penambahan sejumlah etanol
5. Penambahan bahan silicon
6. Pendinginan emulsi secara tiba-tiba (thermal shock )akan meningkatkan tekanan
interfacial diantara dua fase tidak saling campur.
7. Mengubah rasio solven dengan penguapan sebagian solven.

Anda mungkin juga menyukai