Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul Kefir
ini dengan lancar. Penulisan paper ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen matakuliah Praktikum Mikrobiologi, Paper ini ditulis dari hasil penyusunan data-data
sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan kapang, serta infomasi
dari media massa yang berhubungan dengan kapang, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih
kepada pengajar matakuliah Praktikum Mikrobiologi atas bimbingan dan arahan dalam penulisan
paper ini serta kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat
diselesaikannya paper ini. Penulis berharap, dengan membaca paper ini dapat memberi manfaat
bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Kefir, khususnya bagi
penulis. Memang paper ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Jakarta , Juni 2016

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kefir merupakan produk susu yang berasa asam, alkoholik, dan karbonat. Kefir
berasal dari pegunungan Kaukasus di antara Laut Hitam dan Laut Kaspia, Rusia Barat
Daya. Kefir memiliki nama yang berbeda-beda seperti kippe, kepi, khapov, khephir, dan

kiaphir. Jenis susu fermentasi ini telah banyak dikonsumsi di beberapa negara Asia dan
Scandinavia.
Kefir adalah susu fermentasi yang memiliki rasa, warna dan konsistensi yang
menyerupai yogurt dan memiliki aroma khas yeasty (seperti tape). Kefir diperoleh
melalui proses fermentasi susu pasteurisasi menggunakan starter berupa butir atau biji
kefir (kefir grain/kefir granule), yaitu butiran-butiran putih atau krem dari kumpulan
bakteri, antara lain Streptococcus sp., Lactobacilli dan beberapa jenis ragi/ khamir
nonpatogen.
Kefir adalah susu yang difermentasi, sama halnya dengan Yoghurt dan sejenisnya,
tapi kefir jauh lebih baik. Yoghurt hanya terdiri dari beberapa mikoroba, sedangkan Kefir
mengandung sekitar 60 jenis mokro-flora yang berguna (beneficial bacteria/yeast). Yogurt
dan kefir keduanya kaya protein, kalsium, vitamin B dan potasium. Keduanya memiliki
rasa yang sama, rasa kefir sedikit asam. Perbedaannya terletak pada konsistensi dan
jumlah serta jenis bakteri menguntungkan yang dikandungnya. Tidak salah bila Kefir
disebut Yoghurt Super. Masyarakat barat menyebutnya sebagai "Yoghurt For Life" atau
"Champagne of Yoghurt".
Kefir memiliki perbedaan yang tipis dengan Yoghurt namun di indonesia masih
belum membudaya, masih kalangan tertentu saja yaitu yang sudah mengenal Kefir.
Sebenarnya jika masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan Kefir mungkin mereka akan
cenderung lebih memilih Kefir daripada Yoghurt karena khasiatnya yang pasti akan
langsung dapat dirasakan.Karena jumlah probiotik yang lebih tinggi dalam per porsi
Kefir yang berarti potensi manfaatnya lebih besar bagi kesehatan pencernaan dan sistem
kekebalan tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa probiotik dalam usus besar
dapat membantu mencegah alergi dan eksim, mengurangi kembung dan sembelit,
mengobati penyakit radang usus, menurunkan kolesterol tinggi dan tekanan darah, dan
mungkin mencegah kanker usus besar. Yoghurt mengandung Bakteri transisi
mempertahankan kebersihan sistem pencernaan dan menyediakan makanan untuk bakteri
baik, tapi Kefir benar-benar membersihkan saluran usus, sesuatu yang tidak dapat
dilakukan Yoghurt.
Kefir mengandung beberapa strain bakteri yang tidak dapat ditemukan pada
yoghurt. Bakteri tersebut yaituLactobacillus Caucasus, Leuconostoc, spesies Acetobacter
dan species Streptococcus. Kefir juga mengandung ragi yang bermanfaat, seperti
Saccharomyces kefir dan Torula kefir, yang mendominasi, mengontrol dan
menghilangkan ragi patogen yang destruktif dalam tubuh manusia.
Berdasarkan penjelasan tersebut diketahui kefir mempunyai banyak manfaat dan
bisa dikatakan lebih baik dari minuman probiotik lain seperti yoghurt. Cara membuat
kefir juga tergolong mudah dan bisa dibuat oleh siapa saja. Akan tetapi di Indonesia kefir
masih kalah popular dengan yoghurt. Oleh karena itu makalah kami akan membahas
tentang kefir, minuman probiotik yang mudah cara pembuatannya dengan manfaat yang
melimpah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana cara pembuatan kefir?
b. Apa manfaat dari kefir?
c. Apakah kefir dikenal oleh masyarakat luas?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai adalah:
a. Mengetahui cara pembuatan kefir.
b. Mengetahui manfaat yang terkandung dari kefir.
c. Masyarakat luas mengetahui kefir sebagai minuman probiotik murah dan mudah cara
pembuatannya.

BAB II
PEMBAHASAN

Kefir merupakan produk olahan fermentasi dari susu.Kefir dibuat dengan


menambahkan butiran kefir atau grains kefir ke dalam susu. Kefir merupakan produk
susu fermentasi dapat dibuat dari bahan baku susu sapi, susu kambing atau susu domba
dengan menambahkan bibit kefir (kefir grains) yang terdiri dari bakteri asam laktat dan
khamir (Kosikwoski, 1982). Kefir adalah produk susu fermentasi yang mempunyai rasa
yang spesifik sebagai hasil fermentasi bakteri asam laktat dan khamir (ragi) yang hidup

bersama-sama dan saling menguntungkan. Kefir sangat bermanfaat bagi tubuh selain
memperoleh nilai nutrisi yang baik, kefir juga memberikan manfaat kesehatan yaitu
bermanfaat bagi pencernaan karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri phatogen
(Zakaria, 2009). Pendapat serupa tentang kefir juga diungkapkan oleh Kustiawan (2010)
bahwa Kefir merupakan susu fermentasi menggunakan kefir grain, yang terdiri atas
bakteri dan khamir. Kefir adalah salah satu produk makanan fungsional, yaitu makanan
yang berfungsi sebagai sumber nutrisi dan juga berkhasiat terapeutik (menguntungkan
bagi tubuh) karena mengandung komponen bioaktif, sehingga berpotensi menjaga
kesehatan tubuh
Pembuatan kefir tergolong mudah dan bisa dibuat oleh siapa saja. Murah karena
hanya membutuhkan susu pasteurisasi dan biji kefir. Kefir dihasilkan dari fermentasi susu
yang telah dipasteurisasi kemudian ditambahkan starter berupa butir atau biji kefir (kefir
grains/kefir granule), yaitu butiran-butiran putih atau krem (Usmiati, 2007). Biji kefir
sendiri mengandung 24% polisakarida yang bersifat lengket (antara lain mengandung
amilopektin), Lactobacillus kefiri, spesies dari genus Leuconostoc, Lactococcus dan
Acetobacter yang tumbuh dengan hubungan yang spesifik dan kuat, biji kefir juga
mengandung khamir yang dapat memfermentasi laktosa yaitu Kluyveromyces marxianus
maupun yang tidak dapat memfermentasi laktosa yaitu Saccharomyces unisporus,
Saccharomyces cerevisiae dan Saccharomyces exiguus. Biji kefir berwarna putih
kekuningan dan tidak dapat larut dalam air maupun beberapa pelarut lainnya. Bila biji
kefir dimasukkan dalam susu maka biji tersebut akan mengembang karena menyerap air
dan warnanya berubah menjadi putih. Bibit kefir dapat dipakai ulang beberapa kali dan
bibit ini diperoleh dengan cara pemisahan melalui penyaringan. Kemudian biji kefir
dicuci dan direndam dalam air dingin dan disimpan pada suhu 4C. Penyimpanan dengan
cara basah ini hanya tahan satu minggu. Bila akan disimpan dalam jangka waktu yang
lama, biji kefir harus dikeringkan dengan cara dibungkus kain bersih selama 36 48 jam
pada suhu kamar, kemudian disimpan pada suhu 4C. Biji kefir kering ini dapat
dipertahankan aktivitasnya lebih dari satu tahun.
Susu yang digunakan adalah susu yang telah melalui tahap pasteurisasi.Menurut
Farnworth (2003), fermentasi susu menjadi kefir menghasilkan senyawa metabolit yang
bermanfaat bagi kesehatan yaitu eksopolisakarida dan peptida bioaktif. Kedua senyawa
tersebut akan menstimulasi sistem kekebalan tubuh. Polisakarida yang terbentuk pada
kefir juga berperan sebagai antitumor. Komponen antibakteri juga dihasilkan selama
fermentasi kefir seperti asam organik (asam laktat dan asetat), karbondioksida, hidrogen
peroksida, etanol, diacetil, dan peptida (bakteriosin) yang tidak hanya berguna untuk
menghambat pertumbuhan bakteri patogen dan bakteri pembusuk selama pengolahan dan
penyimpanan makanan, tetapi dapat pula digunakan untuk pencegahan beberapa
gangguan pencernaan dan infeksi.

Proses pasteurisasi pada susu adalah suatu proses pemanasan pada suhu di
bawah 1000C dalam jangka waktu tertentu yang dapat mematikan mikroba patogen yang
ada dalam susu. Proses pasteurisasi susu dikenal dengan 2 metode, yaitu LTLT (Low
Temperature Long Time) dan HTST (High Temperature Short Time) (Luthfianto, 2013).
Pasteurisasi LTLT artinya, produk dipanaskan pada suhu 63 oC selama 30 menit.
Sedangkan pasteurisasi HTST adalah memanaskan produk dalam kemasan pada 72 oC
selama 16 detik, setelah itu produk yang sudah dikemas didinginkan hingga 4 oC. Produk
yang telah melalui proses pasteurisasi dapat bertahan selama 12 sampai 16 hari dari
tanggal atau hari pemrosesan, jika disimpan pada suhu yang ideal, yaitu 3oC 6 oC.
Karenanya, produk yang telah melaui proses pasteurisasi harus disimpan dalam lemari es.
Sebagai catatan, umur simpan selama itu (sampai 16 hari) hanya untuk produk yang telah
melaui proses pasteurisasi yang belum dibuka. Setelah kemasan dibuka, maka harus
segera dihabiskan. Pasteurisasi efektif membunuh bakteri-bakteri yang berpotensi
patogenik. Namun proses ini ternyata tidak dapat mematikan sporanya, terutama spora
bakteri yang bersifat termoresisten alias tahan terhadap suhu tinggi.
Susu yang biasa digunakan dalam pembuatan kefir adalah susu sapi karena
produksinya yang melimpah di peternakan serta berbagai faktor lain yang mempengaruhi.
Sawitri (2011) mengungkapkan sebenarnya susu kambing dapat digunakan sebagai bahan
baku dalam pengolahan kefir tetapi mempunyai beberapa kekurangan karena kandungan
laktosa dalam susu kambing lebih sedikit dibandingkan susu sapi serta mengandung asam
lemak jenuh 64,36 persen. Sawitri juga menambahkan bahwa susu kambing juga
memiliki kelebihan dibandingkan susu sapi yaitu susu kambing lebih cepatterdispersi dan
campurannya lebihhomogen serta mudah dicerna karenamolekul butiran lemaknya lebih
kecilyaitu 3,49 mm sedangkan susu sapi4,55 mm dan terdiri dari asam lemakberantai
pendek dan sedang, tidakmengandung - laktoglobulin yaitupenyebab terjadinya alergi
yang sering ditimbulkan oleh susu sapi. Susu kerbau menurut Sunarlim (2009) bisa
digunakan untuk bahan baku susu fermentasi serta kandungan protein dan lemaknya lebih
tinggi dibandingkan susu sapi. Akan tetapi susu kerbau masih kurang populer karena
terbatasnya populasi ternak yang dapat diperah dan produksi susunya yang hanya sekitar
- 1 l/individu. Komposisi susu kambing, susu domba, susu kerbau, susu sapi dan susu
Ibu (ASI) menurut Sunarlim (2009) adalah sebagai berikut

Susu yang telah dipasteurisasi didinginkan (22 23C) dan ditambahkan biji
kefir, diinkubasi pada suhu 22 230C selama kurang lebih 20 jam atau pada suhu kurang
dari 100C selama 1 3 hari. Proses inkubasi lebih baik dilakukan dilakukan dalam suhu
dibawah 100C karena menurut Kosikowski (1982) menyatakan penyimpanan pada suhu
40C dapat membuat body dan tekstur kefir lebih stabil. Brewer (1994) menyatakan lama
simpan kefir pada suhu rendah sekitar 10 hari,jika berlebih maka kualitasnya akan
menurun.Pada akhir fermentasi produk mengandung alkohol 0,5 1,0 % dan asam laktat
0,9 1,1 % dan gas CO2. Biji kefir dipisahkan dari produk, dicuci dan dipersiapkan
untuk produksi selanjutnya. Untuk meningkatkan stabilitas maka kefir didinginkan pada
suhu 5 C selama beberapa jam untuk pematangan sehingga diperoleh kefir yang baik
mutunya.Berbagai hal yang perlu diperhatikan saat menangani biji kefir adalah sebagai
berikut :
a. Sebelum membuat kefir, semua peralatan yang digunakan termasuk tangan harus
dalam keadaan bersih.
b. Susu yang digunakan sebaiknya susu (kambing atau sapi) segar atau susu pasteurisasi.
Penggunaan susu yang telah disterilkan (susu UHT) tidah dianjurkan.
c. Biji kefir tidak boleh dibiarkan dalam susu lebih dari 10-14 hari pada temperatur
ruang.
d. Biji kefir tidak boleh dicuci dengan air panas, karena mikroorgansime dapat mati.
e. Tempat berlangsungnya fermentasi sebaiknya tidak berdekatan dengan sumber panas.
f. Biji kefir tidak boleh terkontaminasi oleh bahan yang bisa merusaknya, seperti
pemutih atau detergen.
g. Proses penyaringan kefir harus dilakukan dengan hati-hati. Penyaringan jangan
dilakukan di atas wastefel langsung, karena biji kefir dapat ikut dan terbuang.
Gunakan wadah mangkuk untuk menampung gumpalan kefir sambil teliti dan
pisahkan biji kefirnya.

h. Bila tidak sedang digunakan untuk membuat kefir, biji kefir dapat ditidurkan
(kondisi dorman) dengan dimasukan dalam susu segar dan disimpan dalam lemari
pendingin.
Kefir yang telah diinkubasi pada akhirnya akan terjadi pemisahan bagian antara
biji kefir / grains kefir, bagian pekat / kefir prima dan bagian bening / kefir bening.
Menurut Stepaniak (2002) kefir mempunyai dua wujud, bewarna putih keruh dan yang
bening. Algae kristal yang berwarna putih keruh digunakan pada fermentasi kefir susu,
sedangkan algae kristal yang bening adalah algae kristal yang digunakan pada fermentasi
air. Biji kefir terkumpul di bagian permukaan dari kefir dan berwujud butiran berwarna
kuning. Biji kefir tersebut bisa digunakan lagi untuk pembuatan kefir. Bagian pekat /
kefir prima terletak di bawah grains kefir dan diatas kefir bening. Ciri khas dari kefir
prima adalah cairannya berwarna putih dan cukup kental. Kefir prima mempunyai fungsi
untuk penanggulangan masalah pencernaan, menjaga fungsi liver, diet standard penderita
diabetes, dan peningkatan kebugaran. Lapisan kefir yang paling bawah adalah kefir
bening dengan ciri warna yang lebih bening dibandingkan kefir prima. Kefir bening
terbuat dari whey / hasil sampingan dari susu yang terbentuk pada saat proses pembuatan
kefir. Kefir bening bisa digunakan untuk obat diabetes dan minuman isotonik.Pemisahan
whey atau synerisis tidak dikehendaki dalam pembuatan yogurt (susu fermentasi) karena
dapat menyebabkan koagulan (curd) yang terbentuk tidak stabil atau mudah rusak.
Syneresis dapat terjadi karena tingginya suhu penyimpanan, rendah-nya total solid dalam
susu, ada getaran selama transportasi atau selama penyimpanan (Zakaria,2009).
Selain memiliki banyak kelebihan kefir juga mempunyai sedikit kekurangan.
Kekurangannya seperti banyak orang yang tidak terlalu suka rasa asam. Rasa asam
menurut Murti (2007) pada proses fermentasi terjadi hidrolisis laktosa menjadiglukosa
dan galaktosa secara teori akan memunculkan kemanisan susu fermentasi yang lebih
tinggikhususnya pada awal inkubasi. Selanjutnya diikutisecara dominan kemunculan rasa
asam dari prosesglikolisis glukosa atau galaktosa dan kemudian dalampersepsi rasa
tempatnya akan digantikan oleh cita rasaasam yang muncul pada jam inkubasi kemudian.
Selain itu karena kefir merupakan salah satu produk olahan dari susu, tidak semua orang
dapat menikmati susu. Menurut Widodo (2002) susu dapat menyebabkan terjadinya
intolerance, baik berupa lactose intolerancemaupun protein intolerance. Lactose
intolerance adalah suatu keadaan tidak adanya atau tidak cukupnya jumlah enzim laktase
di dalam tubuh seseorang. Enzim laktase berfungsi mengurai gula laktosa menjadi gulagula yang lebih sederhana seperti glukosa dan galaktosa. Sementara protein intolerance
adalah keadaan ketika seseorang mengalami alergi.
Produk minuman kefir sangat jarang diketahui oleh masyarakat luas di Indonesia
karena kurangnya promosi produk kefir. Selama ini yang gencar dipromosikan di media
masa adalah minuman probiotik seperti Yakult dan yoghurt. Sebenarnya kefir merupakan
salah satu produk probiotik. Aplikasi kefir sendiri di dalam kehidupan sehari-hari

digunakan sebagai produk berbentuk minuman. Proses pembuatan kefir sebenarnya


sangat mudah, cukup dengan mendiamkan susu yang telah ditambah dengan biji kefir
selama 20-24 jam.
Kefir menurut Ardiansyah (2005), dimasukan dalam kelompok makanan
fungisional dan probiotik. Pengertian pangan fungisonal menurut Codex FAO, adalah
makanan yang dikonsumsi sebagai bagian dari pola makan yang berdampak positif secara
psikologis dan atau menurunkan resiko penyakit kronis, di luar fungsi gizi inti dalam
makanan tersebut. Pengertian probiotik sendiri menurut Codex adalah mikroorganisme
hidup yang tercatat dalam jumlah yang cukup dan memberikan nilai yang positif bagi
kesehatan dalam tubuh.Sedangkan kefir adalah suatu kultur dengan stater berupa biji
kefir yang terdiri atas mikroorganisme seperti Lactobacillus kefiri dan spesies lain,
seperti Leuconostoc, Lactococcus dan Acetobacter yang hidup serta memiliki kaitan erat
yang khusus. Kefir, di dalamnya terdapat kontribusi kelompok ragi atau yeast, yang
memfermentasi laktosa (Saccharomyces unisporus, Saccharomyces cerevisiae dan
Saccharomyces exigus).
Kefir lebih nikmat bila diminum dalam keadaan dingin. Selain kaya manfaat,
pembuatan susu menjadi kefir merupakan salah satu cara mengawetkan susu agar tidak
cepat rusak. Kefir juga dapat diaplikasikan sebagai obat karena khasiatnya yang nyata
dalam mengobati penyakit seperti penyakit di pencernaan, diabetes, hipertensi dan masih
banyak lagi penyakit yang dapat disembuhkan setelah mengkonsumsi kefir. Kefir juga
dapat dinikmati dengan berbagai rasa. Kefir yang dijual di berbagai tempat terkadang
dicampur dengan rasa buah agar rasa kefir lebih enak dikarenakan beberapa orang kurang
terlalu rasa asli kefir yang asam.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kefir adalah minuman hasil fermentasi dari susu. Cara pembuatan kefir cukup
mudah, yaitu susu yang telah dipasteurisasi diberi biji kefir diinkubasi selama 1-3 hari
sampai terjadi perlapisan pada kefir. Lapisan yang terbentuk pada akhir inkubasi kefir
yaitu lapisan biji kefir di bagian paling atas, kefir prima yang terletak di bawah lapisan
biji kefir dengan ciri khas cairan berwarna putih dan kental, serta lapisan paling bawah
yaitu kefir bening dengan karakteristik lebih encer dan lebih bening dari lapisan di
atasnya.
Kefir juga dapat diaplikasikan sebagai obat karena khasiatnya yang nyata dalam
mengobati penyakit seperti penyakit di pencernaan, diabetes, hipertensi dan masih
banyak lagi penyakit yang dapat disembuhkan setelah mengkonsumsi kefir.. Saat ini kefir
masih kurang populer di kalangan masyarakat luas. Penyebab kefir kurang populer di
masyarakat adalah kurangnya pengetahuan tentang kefir di masyarakat dan kurangnya
promosi produk olahan kefir. Bisa dibandingkan dengan produk yang gencar promosinya
seperti yoghurt atau minuman probiotik seperti Yakult. Berbagai daerah juga masih
kesulitan mendapatkan biji kefir sehingga masyarakat harus membeli biji kefir dari
tempat yang lumayan jauh. Masalah ketersedian biji kefir mulai bisa teratasi karena saat
ini di berbagai kota mulai dibuka gerai-gerai khusus yang menyediakan biji kefir.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah. 2005. Daun Beluntas sebagai Bahan Antibakteri dan Antioksidan. Artikel IPTEK
Bidang Biologi, Pangan dan Kesehatan.

Famworth dalam Rosiana, Ema. 2013. Kadar Asam Laktat dan Derajat Asam Kefir Susu
Kambing yang Difermentasi dengan Penambahan Gula dan Lama Inkubasi yang Berbeda Jurnal
Medika Veterinaria, Vol. 7, No. 2.

Kosikwoski dan Brewer dalam Sawitri, Manik Eirry. 2012. Kajian Konsentrasi Kefir Grain dan
Lama Simpan dalam Refrigerator Terhadap Kualitas Kimiawi Kefir Rendah Lemak. Jurnal
Ilmu-Ilmu Peternakan. Vol. 21, No. 01:24-30.

Kosikwoski dalam Sawitri, M.E. 2011. Kajian Penggunaan Ekstrak Susu Kedelai Terhadap
Kualitas Kefir Susu Kambing. Jurnal Ternak Tropika, Vol. 12, No. 1: 15-21.

Kustiawan, Erfan. Hari Purnomo dan Lilik Eka Radiati. 2010 Pengaruh Pemanasan Dan Lama
Penyimpanan Pasca Fermentasi Terhadap Konsentrasi Laktoferin Susu Kambing Dan Kefir.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Vol. 5, No. 2: 1-8.

Luthfianto, Akbar Kresnamargi. R. Singgih Sugeng Santosa dan Triana Setyawardani. 2013.
Pengaruh Penambahan Level Ekstrak Jagung Manis (Zea mays saccharata) Pada Pembuatan
Susu Pasteurisasi Terhadap Kadar Beta Karoten Dan Kesukaan. Jurnal Ilmiah Peternakan, Vol.
1, No. 2: 634-638.

Stepaniak dalam Lidia, Lina dan Neneng Sugiharti. 2013. Karakteristik Kimia dan
Mikrobiologi Kefir Air pada Berbagai Suhu dan Kerapatan Fermentasi. BIMGI, Vol 2, No. 1:
9-18.

Sunarlim, Roswita. 2009. Protein Lactobacillus, sp Asal Dari Dadih Sebagai Starter Pada
Pembuatan Susu Fermentasi Khas Indonesia. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian, Vol. 5:
69-76.

Usmiwati dalam Agustina, Linda. Triana Setyawardani dan Triana Yuni Astuti. 2013.
Penggunaan Starter Biji Kefir Dengan Konsentrasi Yang Berbeda Pada Susu Sapi Terhadap pH
Dan Kadar Asam Laktat. Jurnal Ilmiah Peternakan. Vol. 1, No. 1: 254-259.

Widodo, Wahyu. 2002. Bioteknologi fermentasi Susu. Skripsi. Universitas Muhammadiyah


Malang.

Zakaria, Yusdar. 2009. Pengaruh Jenis Susu dan Persentase Starter Yang Berbeda Terhadap
Kualitas Kefir. Agripet, Vol. 9, No. 1: 26-30.

Anda mungkin juga menyukai