0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
20 tayangan2 halaman
Praktikum ini menguji efektivitas beberapa obat anti diare seperti entrostop, diapet, lodia, dan diatabs terhadap mencit yang diinduksi diare dengan oleum ricini. Hasilnya menunjukkan bahwa diatabs dan diapet paling efektif mengurangi frekuensi dan bobot feses. Analisis statistik menunjukkan perbedaan signifikan antar kelompok untuk frekuensi feses tetapi tidak untuk bobot feses.
Praktikum ini menguji efektivitas beberapa obat anti diare seperti entrostop, diapet, lodia, dan diatabs terhadap mencit yang diinduksi diare dengan oleum ricini. Hasilnya menunjukkan bahwa diatabs dan diapet paling efektif mengurangi frekuensi dan bobot feses. Analisis statistik menunjukkan perbedaan signifikan antar kelompok untuk frekuensi feses tetapi tidak untuk bobot feses.
Praktikum ini menguji efektivitas beberapa obat anti diare seperti entrostop, diapet, lodia, dan diatabs terhadap mencit yang diinduksi diare dengan oleum ricini. Hasilnya menunjukkan bahwa diatabs dan diapet paling efektif mengurangi frekuensi dan bobot feses. Analisis statistik menunjukkan perbedaan signifikan antar kelompok untuk frekuensi feses tetapi tidak untuk bobot feses.
Praktikum ini bertujuan mengenal dan mempraktekkan uji anti diare
menggunakan metode proteksi terhadap diare oleh oleum ricini. Obat anti diare yang digunakan adalah diapet, diatabs, entrostop, dan lodia sedangkan larutan NaCMC 0,5% digunakan sebagai kontrol negatif. Dan hewan uji yang digunakan adalah mencit. Percobaan ini dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok 1, 2, 3, 4, dan 5. Secara berturut turut menggunakan larutan obat entrostop, diapet, lodia, diatabs, dan larutan kontrol negatif Na-CMC 0,05% dengan mengamati konsistensi feses, frekuensi diare, bobot feses dan durasi obat. Mencit yang akan diberikan obat anti diare sebelumnya di timbang untuk menentukan dosis dan volume yang diberikan berdasarkan bobot agar tidak terjadi kesalahan dosis pada saat pemberian obat. Percobaan yang pertama diberikan adalah oleum ricini yang merupakan zat penginduksi terjadinya diare pada mencit. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan selama 4x15 menit pada pemberian Na-CMC sebagai kontrol negatif untuk mencit 1 dan 2 didapat frekuensi feses sebanyak 17 kali dengan bobot feses 3,38 gram. Pada pemberian diatabs didapat frekuensi feses sebanyak 3 kali dengan bobot feses 0,21 gram. Pada pemberian lodia untuk mencit 1 dan 2 didapat frekuensi feses sebanyak 33 kali dengan bobot feses 1,84 gram. Pada pemberian diapet untuk mencit 1 dan 2 didapat frekuensi feses sebanyak 4 kali dengan bobot feses 0,25 gram. Dan pada pemberian entrostop untuk mencit 1 dan 2 didapat frekuensi feses sebanyak 17 kali dengan bobot feses 1,06 gram. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dilihat bahwa obat yang memiliki efek antidiare paling kuat secara berturut-turut adalah diatabs, diapet, entrostop, Na-CMC (kontrol negatif), dan lodia. Dari hasil data analisis pada uji Kruskal-Wallis maka diperoleh data dari Asymp. Sig. Asymp. Sig merupakan nilai P yang dihasilkan dari uji hipotesis nol yang berbunyi jika P lebih besar dari 0,05 maka tidak ada perbedaan secara identik sedangkan jika P kurang dari 0,05 maka ada perbedaan secara identik dari setiap perlakuan antar kelompok. Maka dapat disimpulkan pada hasil data analisis uji Kruskal-Wallis yaitu Asymp. Sig pada frekuensi adalah 0,094 (<0,05) yang berarti ada perbedaan secara identik sedangkan pada bobot di dapat Asymp. Sig
yaitu 0,106 (>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan secara identik dari setiap perlakuan antar kelompok.