Anda di halaman 1dari 30

MODUL PERKULIAHAN

Perpindahan
Panas
Dasar-Dasar Alat Penukar
Kalor
Fakultas
Teknik

Program
Studi

Teknik Mesin

Tatap
Muka

08

Kode MK

Disusun Oleh

13029

Chandrasa Soekardi, Prof.Dr.Ir

Abstract

Kompetensi

Peralatan penukar kalor sangat


dibutuhkan pada banyak instalasi
industri, tidak saja pada instalasi
industri energi, industri kimia,
industri minyak dan gas, industri
makanan, minuman, tetapi juga
pada instalasi industri manufaktur
untuk keperluan proses
pemanasan, pendinginan,
penguapan, atau pengembunan
bagi beragam fluida.
Upaya perekayasaan untuk
memperbaiki rancangannya atau

Mahasiswa mampu :
- menerapkan prinsip pertukaran
energy panas di dalam alat
penukar kalor
- menjelaskan konsep luas
permukaan perpindahan panas
- menerapkan konsep beda
temperature rata-rata
logaritmik
- menerapkan konsep tahanan
termal alat penukar kalor

performancenya bertujuan agar


peralatan penukar kalor dapat
bekerja secara efektif dan efisien.

MODUL - 8

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Latar Belakang
Anda mungkin telah banyak mendengar tentang beberapa jenis alat penukar kalor
seperti : boiler, kondensor mesin AC, evaporator, cooling tower, water heater, radiator, oil
cooler, dan masih banyak lagi. Peralatan-peralatan tersebut sangat dibutuhkan pada
banyak instalasi industri, tidak saja pada instalasi industri energi, industri kimia, industri
minyak dan gas, industri makanan, minuman, tetapi juga pada instalasi industri
manufaktur untuk keperluan proses pemanasan, pendinginan, penguapan, atau
pengembunan bagi beragam fluida. Di dalam peralatan tersebut energy panas (kalor)
dipertukarkan dari suatu fluida yang mengalir di dalamnya ke fluida lainnya yang
bertemperatur lebih rendah untuk berbagai keperluan. Untuk memudahkan pembahasan
di dalam materi ini mesin-mesin tersebut kita sebut saja sebagai alat penukar kalor
(Heat Exchanger), dan kita singkat saja menjadi APK.
Beragam instalasi industri membutuhkan sumber energi bahan bakar, yang kebanyakan
masih bersumber dari bahan bakar jenis fosil seperti bahan bakar minyak, gas, dan
batubara. Energi bahan bakar tersebut sebelum dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
terlebih dahulu mengalami proses pembakaran untuk menghasilkan gas panas
pembakaran. Kemudian, gas panas tersebut dipergunakan untuk berbagai keperluan
pemanasan atau penguapan. Setelah itu sisanya dibuang ke lingkungan melalui
beragam peralatan penukar kalor.
Konsumsi energi di Indonesia saat ini, termasukk di sektor industri, telah demikian tinggi
dan akan semakin meningkat lagi pada tahun-tahun mendatang. Bagian terbesar dari
energi yang dikonsumsi oleh instalasi industri, setelah dimanfaatkan untuk berbagai
proses, kemudian akhirnya dibuang ke lingkungan. Sumber energi bahan bakar yang
biasa dikonsumsi oleh banyak industri di Indonesia masih berasal dari bahan bakar fosil,
seperti bahan bakar minyak (BBM), batubara, dan gas. Dengan semakin mahalnya
harga bahan bakar maka penghematan energi menjadi sangat penting untuk terus
dilakukan.

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Penghematan energi pada beragam instalasi industri pada prinsipnya dapat dilakukan
dengan dua cara utama. Pertama, dengan meningkatkan efisiensi konversi energi pada
beragam mesin-mesin termal yang dipergunakannya. Kedua adalah meningkatkan
efektifitas pemanfaatannya, yaitu dengan meningkatkan efektivitas proses perpindahan
energi panas pada beragam peralatan penukar kalor yang dipergunakannya. Prinsip
pemanfaatan energi yang efektif dan efisien adalah dengan melakukan berbagai upaya
agar energi bahan bakar yang dikonsumsi oleh suatu sistem atau instalasi industri dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya, dan sisa energi yang terbuang dapat dibuat serendahrendahnya.
Untuk berkontribusi pada penghematan energi di sektor industri maka upaya
perekayasaan design dan/atau operasional peralatan penukar kalor agar peralatan
tersebut memiliki kemampuan yang optimal dalam memproses dan mengkonversi
energy panas menjadi hal yang sangat penting. Oleh karena itu tidaklah berlebihan
apabila kita katakan bahwa peralatan penukar kalor memiliki peranan yang sangat
startegis bagi pemanfaatan energi secara efektif dan efisien pada beragam instalasi
indutri.
Upaya

secara

terus

menerus

untuk

memperbaiki

rancangannya

dan/ataupun

performancenya peralatan penukar kalor, melalui pengembangan teknologi ataupun


perekayasaan, pada dasarnya bertujuan agar peralatan penukar kalor dapat bekerja
secara efektif dan efisien. Upaya-upaya tersebut memerlukan kontribusi dari semua
pihak, tidak saja dari para perancang dan operator peralatan penukar kalor. Dan untuk
keperluan tersebut pemahaman yang lebih baik terhadap prinsip-prinsip konversi energy
di dalam peralatan penukar kalor menjadi modal yang sangat penting.
Pada modul ini kita akan membahas dasar-dasar perpindahan anargi panas pada
peralatan penukar kalor. Tujuan pokoknya adalah agar anda mampu menerapkan
konsep tersebut untuk merancang atau mengevaluasi kinerja alat penukar kalor.

Tujuan Pembelajaran
Setelah memahami materi yang disajikan pada modul ini diharapkan anda mampu :

menerapkan prinsip pertukaran energy panas di dalam alat penukar kalor

menjelaskan konsep luas permukaan perpindahan panas

menerapkan konsep beda temperature rata-rata logaritmik

menerapkan konsep tahanan termal alat penukar kalor

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Sistematika Pembahasan
Pada bagian pertama kita akan membahas beberapa type alat penukar kalor yang banyak
dipergunakan pada instalasi industri. Kemudian di bagian kedua kita akan membahas
prinsip pertukaran energy panas di dalam alat penukar kalor. Selanjutnya dibahas konsep
luas permukaan perpindahan panas. konsep beda temperature rata-rata logaritmik, dan
tahanan termal di dalam alat penukar kalor. Untuk memberikan kemudahan pemahaman
maka beberapa contoh soal penerapan praktis juga diberikan pada bagian akhir setiap
pembahasan.

1.

Jenis Alat Penukar Kalor

Alat penukar kalor (APK) yang dipergunakan pada beragam instalasi industri sangatlah
beragam jenis dan ukurannya. Masing-masing dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang
tertentu. Namun demikian APK jenis shell & tube merupakan jenis APK yang paling banyak
dipergunakan berkat kesederhanaan konstruksinya dan kemampuannya yang flexibel dalam
memproses beragam karakteristik fluida kerja.

Gambar 8.1. skema sederhana alat penukar kalor shell & tube
Pada bagian ini kita akan membahas lebih banyak tentang jenis APK ini. Bagi pembaca
yang ingin mempelajari dan mendalami jenis APK yang lain anda dipersilahkan
mempelajarinya dari sumber-sumber lainnya. Pada APK jenis lain tersebut, prinsip dasar

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

dan konsep-konsep pertukaran energi panas adalah sama dengan yang dibahas di bagian
ini.
Skema sederhana APK jenis shell & tube diperlihatkan pada Gambar 8.1. dan gambar 8.2.
Sedangkan gambar 8.3. memperlihatkan skema sederhana APK jenis pelat. Seperti
diperlihatkan pada gambar 8.1. komponen utama alat tersebut adalah sejumlah tertentu
tube atau pipa-pipa yang terpasang di dalam sebuah selubung yang dinamakan shell. Di
dalam tube mengalir aliran fluida tertentu, dan pada saat yang bersamaan di bagian
permukaan luar tube mengalir fluida kerja lainnya yang bertemperatur berbeda. Proses
peprpindahan energi panas di antara kedua fluida tersebut berlangsung melalui perantaraan
dinding-dinding tube yang memiliki ketebalan dan panjang tertentu.

Gambar 8.2. skema sederhana alat penukar kalor shell & tube
Alat penukar kalor dapat berfungsi sebagai sebuah alat pendingin atau alat pemanas bagi
media atau aliran fluida lainnya yang akan didinginkan atau dipanaskan. Sebagai alat
pendingin bagi suatu aliran fluida kerja proses tertentu misalnya, alat penukar kalor menjadi
tempat atau media bagi aliran suatu fluida panas bertemperatur tinggi yang ingin didinginkan
untuk mencapai temperatur tertentu yang lebih rendah dibandingkan dengan saat aliran
fluida tersebut memasuki alat penukar kalor.
Untuk keperluan tersebut maka musti disediakan suatu aliran fluida kerja pendingin, yaitu
aliran fluida lain yang pada saat bersirkulasi di dalam alat penukar kalor (APK) memiliki
temperatur rata-rata yang lebih rendah sehingga memungkinkan untuk menyerap sejumlah

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

tertentu energi panas dari aliran fluida panas yang akan didinginkan. Pada alat penukar
kalor yang berfungsi sebagai pemanas musti disediakan suatu aliran fluida yang lebih panas
yang temperaturnya lebih tinggi untuk memanaskan aliran fluida proses yang akan
dipanaskan agar temperaturnya meningkat ke harga tertentu yang diinginkan.

Gambar 8.3. skema sederhana alat penukar kalor jenis pelat


Sedangkan pada Gambar 8.3. diperlihatkan skema sederhana alat penukar jenis pelat.
Pada APK jenis ini proses pertukaran energi panas di antara kedua aliran fluida berlangsung
melalui perantaraan tebal pelat yang memiliki dimensi tertentu.
Pada alat tersebut aliran fluida panas mengalir pada sisi permukaan pelat tertentu dan pada
saat yang bersamaan aliran fluida pendingin mengalir melalui permukaan pelat sisi
sebelahnya. APK jenis ini terkenal sangat kompak, artinya memiliki dimensi yang lebih kecil
dengan kemampuan yang sama dibandingkan dengan APK shell & tube, namun lebih
kompleks dalam pembuatannya.

2.
Prinsip Pertukaran Energi
Panas di dalam APK
Pada bagian ini kita akan membahas bagaimana energi panas dipertukarkan untuk
memanaskan atau mendinginkan suatu aliran fluida tertentu di dalam sebuah APK jenis tube

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

yang skema sederhananya diperlihatkan pada gambar 8.4. Dalam hal ini APK tersebut
berfungsi sebagai alat pemanas bagi aliran fluida yang dialirkan di dalam bagian shell.

Gambar 8.4. skema sederhana alat penukar kalor jenis tube


Proses pertukaran energi panas dari aliran fluida yang panas ke aliran fluida yang lebih
dingin berlangsung melalui perantaraan dinding tube yang memiliki ketebalan dan panjang
tertentu. Gambar 8.5. memperlihatkan skema sederhana pertukaran energi panas melalui
salah satu dinding pemisah tube yang terdapat di dalam APK.

Gambar 8.5. skema sederhana pertukaran energi panas di dalam APK

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Prinsip kesetimbangan energi panas bagi kedua fluida kerja tersebut yang berlangsung di
dalam APK diperlihatkan pada gambar 8.6. Prinsip dasar pertukaran energi panas di dalam
APK adalah bahwa, dalam keadaan di mana tidak ada energi panas yang terbuang ke
sekeliling APK, maka jumlah energi panas yang dilepaskan oleh aliran fluida panas di dalam
APK haruslah sama dengan jumlah energi panas yang diterima oleh aliran fluida dingin yang
mengalir di dalam alat yang sama yang mengalami pemanasan.

Gambar 8.6. Prinsip kesetimbangan energi panas di dalam APK


Kesetimbangan energi pana aliran fluida panas
Pada bagian pertama ini kita tinjau prinsip kesetimbangan energi yang terjadi pada aliran
fluida panas yang mengalir di dalam tube.
Aliran fluida pemanas dialirkan di dalam tube, sewaktu memasuki tube kita anggap mengalir
dengan mengangkut sejumlah energi sebesar E1. Kemudian setelah mengalir di dalam tube
sambil memanaskan fluida yang mengalir di permukaan bagian luar tube energi total yang
diangkutnya telah terpakai untuk memanaskan sehingga menurun menjadi sebesar E2.
Besarnya energi pana syang dilepaskannya kita anggap adalah sebesar Q. Selama
berlangsungnya proses pemanasan di dalam APK, energi yang terkandung di dalam aliran
fluida panas di dalam sistem berubah-ubah besarnya fungsi waktu, dan besarnya
perubahan energi panas tersebut kita anggap sebesar dE/dt.

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Kemudian, pada saat yang bersamaan, selama mengalir di dalam tube, karena adanya
perbedaan temperatur dengan udara yang ada di sekitar APK maka bisa saja terjadi adanya
sejumlah energi panas yang hilang melalui dinding APK. Besarnya energi yang hilang ini kita
anggap sebesar dq.
Kemudian, juga pada saat yang bersamaan, selama aliran fluida panas mengalir di dalam
tube terdapat kerugian energi karena gesekan dengan permukan bagian dalam tube yang
memiliki kekasaran permukaan tertentu. Besarnya kerugian energi gesekan ini kita anggap
sebesar dEf.

Prinsip kesetimbangan energi


Selanjutnya, pada bagian ini kita akan menerapkan prinsip kekekalan energi atau prinsip
kesetimbangan energi, di mana prinsipnya adalah sebagai berikut :
(jumlah energi yang masuk ke dalam sistem) = (perubahan energi di dalam sistem) +
(jumlah energi yang keluar dari sistem)
Sekarang apabila kita tinjau prinsip kesetimbangan energi pada bagian sistem aliran fluida
panasnya saja (gambar 8.6) maka kita memiliki :
(jumlah energi yang masuk ke dalam sistem) = E1
(perubahan energi di dalam sistem) = dE/dt
(jumlah energi yang keluar dari sistem) = Q + E2 + dq + dEf
Oleh karena itu bagi sistem aliran fluida panas tersebut di atas kita memiliki persamaan :
E1 = ( dE/dt ) + Q + E2 + dq + dEf

(8.1)

Untuk menerapkan persamaan (8.1) di atas dalam bentuk yang lebih sederhana agar dapat
dipergunakan di dalam perhitunga-perhitungan praktis maka kita tinjau terlebih dahulu
prinsip-prinsip termodinamika di bawah ini.
Secara termodinamika, energi yang terangkut di dalam suatu aliran fluida (E) adalah
gabungan dari energi dalam (u), energi tekanan (p ), energi kinetik (v2/2) , dan energi
potensialnya (gZ) :
E u p

v2
gZ
2

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

(8.2)

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Di sini P adalah tekanan fluida, volume jenis fluida, v kecepatan rata-rata aliran fluida, g
percepatan gravitasi, Z ketinggian aliran fluida terhadap suatu referensi tertentu.
Jumlah dari energi dalam dan energi tekanan atau kerja aliran biasa disebut Enthalpi (h),
sehingga :
E h

v2
gZ
2

(8.3)

Perbedaan antar energi aliran fluida saat masuk dan saat meninggalkan APK dapat
dituliskan sebagai berikut :

v
v
E1 E 2 h1 1 gZ1 h2 2 gZ 2
2
2

(8.4)

Atau,

v12 v2 2
g ( Z1 Z 2 )
E1 E 2 h1 h2

2
2

(8.5)

Penerapan beberapa asumsi :


Sekarang kita kembali ke persamaan (8.1). Kita akan menerapkan beberapa asumsi atau
anggapan-anggapan yang biasanya lazim diterapkan bagi kondisi aliran fluida di dalam APK
dan beberapa dampak dari penerapan asumsi-asumsi tersebut.
Asumsi pertama, aliran fluida panas yang masuk dan keluar APK kita anggap stasioner atau
steady sehingga kita dapat menganggap ( dE/dt ) = 0
Asumsi kedua, kehilangan energi panas ke sekeliling APK kita anggap jauh lebih kecil
besarnya dibandingkan dengan laju pertukaran energi panas sehingga kita dapat
menganggap : dq = 0
Asumsi kedua, kehilangan energi karena gesekan aliran fluida dengan permukaan dalam
tube kita anggap juga kecil besarnya sehingga kita dapat menganggap : dEf = 0
Dalam keadaan seperti itu maka persamaan kesetimbangan energi bagi aliran fluida panas
menjadi :
Q = E1 - E2

(8.6)

Di mana besarnya ( E1 E2 ) dapat dihitung menggunakan persamaan (8.5).

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Selanjutnya, apabila beda energi kinetik dan beda energi potensial di antara aliran fluida
panas saat masuk dan saat meninggalkan APK dianggap kecil maka :
Q = h1 - h2

(8.7)

Persamaan (8.7) tersebut dapat dipergunakan untuk memperkirakan besarnya jumlah


energi panas yang dilepaskan oleh aliran fluida panas (dalam satuan J/kg) di dalam APK
apabila fluida panas tersebut mengalami perubahan fasa dari uap menjadi cair misalnya.
Sedangkan apabila aliran fluida panas yang mengalir di dalam APK tidak mengalami
perubahan fasa maka :
Q12 = cp ( T1 - T2 )

(8.8)

Kesetimbangan energi pada aliran fluida dingin


Pada bagian yang kedua di bawah ini kita akan tinjau prinsip kesetimbangan energi yang
terjadi pada aliran fluida dingin yang mengalir di bagian luar tube, atau di bagian dalam shell
(lihat gambar 8.6).
Pada aliran fluida dingin, sewaktu memasuki bagian shell kita anggap aliran fluida ini
mengangkut sejumlah energi sebesar E3. Kemudian setelah mengalir di dalam shell sambil
dipanaskan atau menerima sejumlah energi panas sebesar Q, energi totalnya meningkat
menjadi sebesar E4.
Selama berlangsungnya proses pemanasan di dalam APK, energi yang terkandung di
dalamnya berubah-ubah besarnya fungsi waktu, dan besarnya perubahan energi panas
tersebut kita anggap sebesar dE/dt. Kemudian, pada saat yang bersamaan, selama
mengalir di dalam shell, karena adanya perbedaan temperatur dengan udara yang ada di
sekitar APK maka bisa saja terjadi adanya sejumlah energi panas yang hilang melalui
dinding APK. Besarnya energi yang hilang ini kita anggap sebesar dq. Kemudian, juga pada
saat yang bersamaan, selama aliran fluida panas mengalir di dalam tube terdapat kerugian
energi karena gesekan dengan permukan bagian dalam tube yang memiliki kekasaran
permukaan tertentu. Besarnya kerugian energi gesekan ini kita anggap sebesar dEf.
Sekarang apabila kita tinjau prinsip kesetimbangan energi pada bagian sistem aliran fluida
dingin maka kita memiliki :
(jumlah energi yang masuk ke dalam sistem) = E3 + Q

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

(perubahan energi di dalam sistem) = dE/dt


(jumlah energi yang keluar dari sistem) = E4 + dq + dEf
Oleh karena itu bagi sistem aliran fluida panas tersebut di atas kita memiliki persamaan :
E3 + Q = ( dE/dt ) + E4 + dq + dEf

(8.9)

Kemudian, apabila kita terapkan beberapa asumsi seperti yang kita terapkan terhadap aliran
fluida panas di mana, aliran fluida dingin yang masuk dan keluar APK kita anggap stasioner
atau steady maka ( dE/dt ) = 0
Asumsi kedua, kehilangan energi panas ke sekeliling APK kita anggap jauh lebih kecil
besarnya dibandingkan dengan laju pertukaran energi panas sehingga kita dapat
menganggap : dq = 0
Asumsi kedua, kehilangan energi karena gesekan aliran fluida dengan permukaan dalam
tube kita anggap juga kecil besarnya sehingga kita dapat menganggap : dEf = 0
Dalam keadaan seperti itu maka persamaan kesetimbangan energi bagi aliran fluida dingin
menjadi :
Q = E4 - E 3

(8.10)

Selanjutnya, apabila beda energi kinetik dan beda energi potensial di antara aliran fluida
dingin saat masuk dan saat meninggalkan APK dianggap kecil maka :
Q = h4 - h3

(8.11)

Persamaan (8.11) tersebut dapat dipergunakan untuk memperkirakan besarnya jumlah


energi panas yang diterima oleh aliran fluida (dalam satuan J/kg) di dalam APK apabila
fluida tersebut mengalami perubahan fasa.
Sedangkan apabila aliran fluida dingin yang mengalir di dalam APK tidak mengalami
perubahan fasa maka :
Q34 = cp ( T4 - T3 )

(8.12)

Untuk lebih memahami konsep dan prinsip-prinsip yang telah kita bahas di atas, maka
marilah kita bahas contoh ilustrasi di bawah ini.
Ilustrasi :

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Sebuah APK jenis double pipe bertugas sebagai alat untuk mendinginkan 0,1 kg/s aliran
minyak pelumas panas 100 oC yang berasal dari mesin turbin gas menjadi 60 oC. (panas
jenis minyak pelumas tersebut diketahui, cp = 2131 J/kgK).
Pendinginan dilakukan dengan menggunakan media air pendingin yang dialirkan ke dalam
pipa-pipa di dalam APK tersebut. Temperatur air pendingin masuk APK diketahui sebesar 30
o

C, dan laju aliran massanya 0,2 kg/s (panas jenis air pendingin diketahui sebesar 4178

J/kgK). Persoalannya adalah berapa besar temperatur air pendingin saat mengalir
meninggalkan APK.
Gambar sistem :

Pembahasan :
Pertama-tama kita evaluasi terlebih dahulu kesetimbangan energi pada aliran fluida panas,
yaitu pada aliran minyak pelumas.
a) Kesetimbangan energi pada aliran fluida minyak pelumas
Beberapa asumsi yang kita terapkan adalah sebagai berikut :
- aliran fluida panas yang masuk dan keluar APK kita anggap stasioner atau steady
sehingga kita dapat menganggap ( dE/dt ) = 0

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

- kehilangan energi panas ke sekeliling APK kita anggap jauh lebih kecil besarnya
dibandingkan dengan laju pertukaran energi panas sehingga kita dapat menganggap : dq =
0
- kehilangan energi karena gesekan aliran fluida dengan permukaan dalam tube kita anggap
juga kecil besarnya sehingga kita dapat menganggap : dEf = 0
- beda energi kinetik dan beda energi potensial di antara aliran fluida panas saat masuk dan
saat meninggalkan APK dianggap kecil
- aliran fluida panas yang mengalir di dalam APK tidak mengalami perubahan fasa
Oleh karena itu bagi aliran fluida panas minyak pelumas kita dapat menerapkan persamaan
(8.8) :
Q12 = cph ( T1 - T2 )
Di sini :
Q : besarnya energi panas yang dilepaskan di dalam APK oleh aliran minyak pelumas,
dalam satuan energi per satauan massa (J/kg)
cph : panas jenis pada tekanan konstan bagi fluida minyak pelumas, diketahui = 2131 J/kgK
T1 : temperatur rata-rata minyak pelumas saat masuk APK = 100 oC = 373 K
T2 : temperatur rata-rata oli saat keluar APK = 60 oC = 333 K
Dengan menggunakan data tersebut di atas sekarang kita dapat menghitung besarnya
energi panas yang dilepaskan di dalam APK oleh aliran minyak pelumas :
Q12 = cph ( T1 - T2 )
Q12 = (2131 J/kgK) (373 K - 333 K )

= 85240 J/kg

Selanjutnya, karena aliran minyak pelumas memiliki laju aliran massa sebesar, m h = 0,1 kg/s
maka kita dapat menghitung besarnya laju pelepasan energi panas dari aliran fluida minyak
pelumas (Qh) :
Qh = mh Q12
Qh = mh Q12 = (0,1 kg/s) (85240 J/kg) = 8524 J/s = 8524 W

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Hal tersebut berarti : aliran oli panas tersebut setiap detik melepaskan energi panas sebesar
8524 Joule, dan kemudian energi panas tersebut ditransfer ke aliran air pendingin.
Pada sisi yang lain, aliran air pendingin menerima sejumlah 8524 W energi panas yang akan
mengakibatkan temperatur air pendingin meningkat saat keluar meninggalkan APK.

b) Kesetimbangan energi pada aliran fluida air pendingin


Seperti telah disebutkan di atas bahwa setiap detik aliran air pendingin di dalam APK akan
menerima sejumlah 8524 Joule energi panas yang berasal dari aliran fluida panas. Atau
dapat dikatakan juga bahwa laju energi panas yang diterima oleh aliran air pendingin (Q c)
adalah sebesar 8524 J/s.
Dalam hal ini, tentu saja kita asumsikan bahwa semua energi panas yang dilepaskan oleh
aliran fluida panas 100% diterima oleh aliran fluida dingin (sistem dianggap adiabatik), atau
tidak terdapat energi panas yang hilang ke sekeliling APK.
Energi panas yang diterima tersebut akan mengakibatkan temperatur air pendingin yang
semula 30 oC saat masuk APK dan kemudian meningkat saat keluar meninggalkan APK.
Hal tersebut berarti :
Qc = Qh = 8524 J/s
Sementara itu :
Qc = mc Q34
atau
Qc = mc cpc ( T4 - T3 )

Selanjutnya, dengan menggunakan data :


Qc = Qh = 8524 W = 8524 J/s
mc : laju aliran massa air pendingin, diketahui = 0,2 kg/s
cpc : panas jenis air pada tekanan konstan, diketahui = 4178 J/kgK
T3 : temperatur rata-rata air saat masuk APK, diketahui = 30 oC = 303 K

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Maka kita dapat menghitung besarnya temperatur air pendingin saat keluar APK :

T4

Qc
8524 J / s
T3
303K = 313,2 K
mc c pc
(0,2kg / s )(4178 J / kgK )

Atau
T4 = (313,2 - 273) oC = 40,2 oC
Hal tersebut berarti, energi panas sejumlah 8524 W yang diserap oleh air pendingin pada
kondisi di atas menyebabkan temperatur air meningkat, dari temperatur 30 oC saat masuk
APK menjadi 40,2 oC saat keluar meninggalkan APK.

3.

Tahanan termal di dalam APK

Pada bagian di bawah ini kita akan membahas mekanisme proses perpindahan energy
panas dari fluida panas ke fluida yang lebih dingin di dalam APK tubular, di mana
perpindahan panasnya melalui perantaraan permukaan dinding pipa. Setelah itu dibahas
tentang konsep tahanan termal atau koefisien perpindahan panas global di dalam APK.
Di dalam APK berlangsung proses pertukaran energy panas dari fluida panas ke fluida yang
lebih dingin melalui permukaan dinding pemisah. Apabila aliran fluida panas mengalir di
dalam permukaan pipa, dan aliran fluida dingin mengalir di permukaaan luar pipa maka
perpindahan panas dari aliran fluida panas ke permukaan bagian dalam pipa berlangsung
secara konveksi. Kemudian, dari permukaan bagian dalam pipa ke permukaan bagian luar
pipa perpindahan panasnya berlangsung secara konduksi dengan laju yang sama dengan
perpindahan panas konveksi. kemudian, dengan laju perpindahan panas yang sama energi
panas akan ditransmisikan dari permukaan luar pipa ke aliran fluida dingin yang berkontak
dengan permukaan luar pipa secara konveksi.
Perpindahan panas dari aliran fluida panas ke permukaan bagian dalam pipa berlangsung
secara konveksi, dan laju transmisi energi panasnya dapat diperkirakan besarnya
menggunakan persamaan berikut :
qi hi Ai (Th Tw,i )

(8.13)

Di sini,
hi : koefisien perpindahan panas konveksi aliran di dalam pipa (W/m2K)

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Ai : luas permukaan perpindahan panas di bagian dalam pipa (m2)


Th : temperatur rata-rata aliran fluida di dalam pipa (K)
Tw,i : temperature permukaan bagian dalam pipa (K)
Kemudian, energi panas tersebut akan ditransmisikan dari permukaan bagian dalam pipa ke
permukaan bagian luar pipa secara konduksi dengan laju perpindahan panas yang sama
dengan perpindahan panas konveksi.
Laju perpindahan panas konduksi secara radial dari permukaan bagian dalam pipa ke
permukaan bagian luar pipa melewati ketebalan pipa (qk) dapat dinyatakan dengan
persamaan:
qk

2kL
(Tw,i Tw ,o )
ln(d o / d i )

(8.14)

dimana,
k : konduktifitas termal bahan pipa (W/mK)
L : panjang pipa (m)
do : diameter permukaan luar pipa (m)
di : diameter permukaan dalam pipa (m)
Tw,o : temperature permukaan luar pipa (K)
Selanjutnya, energi panas dengan laju yang sama akan ditransmisikan secara konveksi ke
aliran fluida yang berkontak dengan permukaan luar pipa secara konveksi, dan laju
perpindahan panasnya (qo) dapat dinyatakan dengan persamaan :
qo ho Ao (Tw ,o Tc )

(8.15)

dimana,
ho : koefisien perpindahan panas konveksi aliran fluida di luar pipa (W/m2K)
Ao : luas permukaan perpindahan panas di luar pipa (m2)
Tc : temperature rata-rata aliran fluida di luar pipa (K)
Apabila sistemnya kita anggap adiabatic, artinya tidak ada energi panas yang hilang ke
sekeliling, maka qi = qk = qo = q

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Apabila kita tinjau perpindahan panas secara keseluruhan dari fluida panas yang mengalir di
dalam pipa ke arah fluida dingin yang mengalir di permukaan luar pipa, karena adanya
perbedaan temperatur di antara kedua fluida kerja tersebut, maka laju perpindahan panas
global atau keseluruhan antara aliran fluida panas di dalam pipa dengan aliran fluida dingin
di luar pipa pada system tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan :

Th Tc
ln(d o / d i )
1
1

hi Ai
2kL
ho Ao

(8.16)

Selanjutnya, persamaan (8.16) tersebut di atas diubah menjadi berbentuk :


q UA(Th Tc )

(8.17)

Maka kita memiliki :

ln(d o / d i )
1
1
1

UA hi Ai
2kL
ho Ao

(8.18)

di sini,
1/UA : tahanan termal perpindahan panas di dalam APK (K/W)
U : koefisien global perpindahan panas di dalam APK (W/m2K)
A : luas permukaan perpindahan panas reference, yang dapat dipilih berlandaskan Ai atau Ao
sesuai dengan kebutuhan :
Namun demikian, kebanyakan para praktisi yang merancang peralatan penukar kalor jenis
shell & tube lebih memilih luas permukaan perpindahan panas reference, Ao sehingga
tahanan termal perpindahan panas di dalam APK dapat dinyatakan sebagai berikut :

ln(d o / d i )
1
1
1
1

UA UAo hi Ai
2kL
ho Ao

(8.19)

Selanjutnya, dari persamaan (8.16), karena beda temperatur rata-rata antara aliran fluida
panas dan aliran fluida dingin di dalam APK tidak selalu tetap tetapi berubah-ubah maka
adalah lebih baik kita menggunakan parameter beda temperatur rata-rata logaritmik
sehingga laju pertukaran energi panas di dalam APK dapat dinyatakan dengan persamaan :
q U . A.Tm
1

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

(8.20)

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Di sini,
Tm adalah beda temperatur rata-rata logaritmik sehingga laju pertukaran energi panas di
dalam APK.

4.
Beda Temperatur rata-rata di
dalam APK
Pada bagian ini diulas secara singkat tentang konsep beda temperature rata-rata di dalam
APK yang merupakan hasil penurunan berbagai persamaan yang terkait dengan besaran
beda temperature rata-rata logaritmik. Apabila anda bermaksud mempelajarinya lebih detail
lagi anda dipersilahkan mengunjungi berbagai literature terkait.
Pada APK jenis shell & tube, beda temperatur rata-rata di antara kedua fluida kerja yang
mengalir di dalam APK dievaluasi berdasarkan konsep beda temperatur rata-rata logarithmik
dua

aliran

dengan

konfigurasi

cpunter

flow

(aliran

berlawanan

arah).

Untuk

memperhitungkan adanya perbedaan karakteristik aliran maka para praktisi lebih memilih
menggunakan faktor koreksi yang harganya tertentu untuk suatu konfigurasi aliran di dalam
APK shell & tube. Namun demikian pada kebanyakan persoalan perancangan APK, harga
faktor koreksi sebesar 0,9 adalah lazim dipergunakan sebagai pendekatan bagi APK shell &
tube.

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Gambar 8.7. skema distribusi temperatur kedua aliran fluida di dalam APK counter flow
Gambaran tentang distribusi temperature aliran fluida panas dan aliran fluida dingin di dalam
APK untuk konfigurasi counter flow diberikan pada gambar 8.6. Pada APK tersebut, laju
perpindahan panas pada suatu elemen permukaan tube dA dapat dinyatakan dengan
persamaan:
q U .T .dA

(8.21)

di sini,
T : beda temperature local fluida panas dan fluida dingin pada elemen permukaan dA.
Kemudian, apabila persamaan tersebut diintegrasikan sepanjang permukaan dA maka
dapat diperoleh persamaan :
q UA.Tm

(8.22)

Di mana Tm adalah beda temperature rata-rata logaritmik yang diberikan oleh persamaan:

Tm

T1 T2
T2 T1

ln( T1 / T2 ) ln( T2 / T1 )

(8.23)

Di sini, berdasarkan konfigurasi aliran fluida counter flow seperti yang diperlihatkan pada
gambar 8.7 :
T1 : beda antara temperatur fluida panas masuk APK dengan temperatur fluida pendingin
keluar APK
T2 : beda antara temperatur fluida panas keluar APK dengan temperatur fluida pendingin
masuk APK

Contoh soal 1.
Untuk mengilustrasikan konsep beda temperatur rata-rata logarithmik di dalam sebuah APK
maka mari kita tinjau soal berikut.
Sebuah APK doble tube counter flow bekerja untuk memanaskan aliran air yang dilewatkan
di dalam tube dari 15 oC menjadi 85 oC. Proses pemanasan dilakukan dengan melewatkan
aliran oil panas yang masuk ke dalam bagian shell alat tersebut pada temperatur 160 oC.

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Setelah proses pemanasan berlangsung, aliran oil tersebut keluar APK pada temperatur 100
o

C. Berapa besarnya beda temperatur rata-rata kedua fluida kerja tersebut di dalam APK.

Gambar 8.8. diagram temperatur kedua aliran fluida di dalam APK counter flow
Pada aliran fluida oli panas :
oil panas yang masuk ke dalam APK pada temperatur 160 oC, Thi = 160 oC
aliran oil keluar APK pada temperatur 100 oC, Tho = 100 oC

Pada aliran air pendingin :


aliran air masuk APK pada temperatur 15 oC, Tci = 15 oC
aliran air pendingin kelaur APK pada temperatur 85 oC, Tco = 85 oC

Pada kasus ini :


T1 : beda antara temperatur fluida panas masuk APK dengan temperatur fluida pendingin
keluar APK
T1 = ( Thi - Tco ) = 75 oC
T2 : beda antara temperatur fluida panas keluar APK dengan temperatur fluida pendingin
masuk APK
T2 = ( Tho - Tci ) = 85 oC
Sehingga, besarnya beda temperatur rata-rata logarithmiknya menjadi :

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Tm

T1 T2
79,9
ln(T1 / T2 )

Contoh soal 2.
Aliran air yang dilewatkan di dalam tube dipanaskan dari 20 oC menjadi 70 oC di dalam
sebuah APK shell & tube.

Proses pemanasan dilakukan dengan melewatkan aliran oil

panas yang masuk ke dalam bagian shell alat tersebut pada temperatur 120 oC. Setelah
proses pemanasan berlangsung, aliran oil tersebut keluar APK pada temperatur 85 oC.
Berapa besarnya beda temperatur rata-rata kedua fluida kerja tersebut di dalam APK,
apabila faktor koreksinya adalah sebesar 0,87.
Bagi sebuah APK shell & tube, besarnya beda temperatur rata-rata logarithmik di dalam APK
adalah sama dengan beda temperatur rata-rata logaritmik APK dengan kondisi temperatur
yang sama tetapi dengan konfigurasi aliran berlawanan (counter flow), namun perlu
dikalikan dengan sebuah faktor koreksi untuk memperhitungkan perbedaan karakteristik
alirannya.
Jadi untuk keperluan tersebut, pertama-tama kita hitung terlebih dahulu besarnya beda
temperatur rata-rata logaritmik APK dengan konfigurasi aliran berlawanan dengan
menggunakan persamaan (8.22) :

Tm ,CF

T1 T2
ln(T1 / T2 )

Kemudian besarnya beda temperatur rata-rata logaritmik APK shell & tube yang sebenarnya
dihitung menggunakan persamaan berikut :
Tm ,ST Tm ,CF .Fc

Di mana Fc adalah faktor koreksi


Selanjutnya, dengan menggunakan skema diagram temperatur yang diberikan pada gambar
8.8 maka kita memiliki data sebagai berikut.
Pada kasus ini, aliran fluida oli panas :
oil panas yang masuk ke dalam APK pada temperatur 120 oC, Thi = 120 oC
aliran oil keluar APK pada temperatur 85 oC, Tho = 85 oC

Pada aliran air pendingin :


1

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

aliran air masuk APK pada temperatur 15 oC, Tci = 20 oC


aliran air pendingin kelaur APK pada temperatur 70 oC, Tco = 70 oC

Pada kasus ini :


T1 : beda antara temperatur fluida panas masuk APK dengan temperatur fluida pendingin
keluar APK
T1 = ( Thi - Tco ) = 50 oC
T2 : beda antara temperatur fluida panas keluar APK dengan temperatur fluida pendingin
masuk APK
T2 = ( Tho - Tci ) = 65 oC
Sehingga, besarnya beda temperatur rata-rata logarithmik counter flow menjadi :

Tm ,CF

T1 T2
57,2
ln(T1 / T2 )

Dan dengan menggunakan faktor koreksi Fc = 0,87 maka besarnya beda temperatur ratarata logaritmik APK shell & tube yang sebenarnya adalah :
Tm ,ST Tm ,CF .Fc

= ( 57,2 oC ) .( 0.87 ) = 49,7 oC

Dampak pemilihan konfigurasi aliran pada APK double pipe terhadap dimensi utama APK
Studi kasus :
Sebuah APK double pipe perlu dirancang untuk berfungsi sebagai alat pendingin bagi aliran
oli panas dari temperatur 100oC menjadi 60oC dengan laju aliran massa 0,30 kg/s. Untuk
keperluan pendinginan tersedia aliran air pendingin yang bertemperatur 28oC dengan laju
aliran massa 0,20 kg/s. Aliran oli panas dilewatkan ke dalam pipa kecil yang berada di
bagian dalam pipa yang besar, sementara itu aliran air pendingin dilewatkan di bagian pipa
yang besar (bagian annulus). Pipa kecil di bagian dalam adalah pipa tipis berdiameter luar
25 mm. Koefisien perpindahan panas global di dalam alat tersebut dianggap sama dengan
230 W/m2K.
Konstanta panas oil dianggap sama dengan 2131 J/kgK, sedangkan konstanta panas air
pendingin 4178 J/kgK.
Tentukan berapa panjang pipa yang diperlukan bagi alat tersebut, apabila kita pilih :
1

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

a) konfigurasi aliran counter flow


b) konfigurasi aliran parallel flow

Pembahasan pada bagian pertama adalah apabila kita memilih konfigurasi aliran counter
flow pada APK double pipe.
Pada kasus ini, aliran fluida oli panas :
oil panas yang masuk ke dalam APK pada temperatur 100 oC, Thi = 100 oC
aliran oil keluar APK pada temperatur 60 oC, Tho = 60 oC

Pada aliran air pendingin :


aliran air masuk APK pada temperatur 15 oC, Tci = 28 oC
aliran air pendingin kelaur APK pada temperatur .. oC, Tco = . oC (belum

diketahui)

Balans energi pada aliran fluida panas :

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Aliran fluida oli panas yang mengalir di dalam APK kita anggap tidak mengalami perubahan
fasa sehingga besarnya laju pelepasan energi panasnya dapat dihitung menggunakan
persamaan (8.8) :
Q12 = cp ( T1 - T2 )

(J/kg)

Atau,
Qh = mh cph ( Thi - Tho )

(J/s)

Dalam persoalan ini diketahui :


Laju aliran massa oli panas, mh = 0,30 kg/s.
Konstanta panas oil, cph = 2131 J/kgK
Temperatur fluida panas masuk APK, Thi = 100oC = 373 K
Temperatur fluida panas keluar APK, Tho = 60oC = 333 K
Sehingga kita dapat menghitung besarnya laju pelepasan energi panas oleh aliran oli, Qh :
Qh = (0,30 kg/s.) (2131 J/kgK) ( 373 K - 333 K ) = 25572 J/s
Atau,
Qh = 25572 J/s = 25572 W

Balans energi pada aliran fluida pendingin :


Aliran air pendingin yang mengalir di dalam APK kita anggap tidak mengalami perubahan
fasa sehingga besarnya laju penerimaan energi panasnya dapat dihitung menggunakan
persamaan (8.12) :
Q34 = cp ( T4 - T3 )

(J/kg)

Atau,
Qc = mc cpc ( Tco - Tci )

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

(J/s)

Kemudian, pada persoalan ini APK kita anggap adiabatik, artinya semua energi panas yang
dilepaskan oleh aliran oli panas diterima 100% oleh aliran air pendingin, sehingga :
Qc = Qh = Qh = 25572 J/s
Dalam persoalan ini juga diketahui :
Laju aliran massa air pendingin, mc = 0,20 kg/s.
Konstanta panas air pendingin, cpc = 4178 J/kgK
Temperatur fluida air pendingin masuk APK, Tci = 28oC = 301 K
Sehingga :

Tco

Qc
25572 J / s
Tci
301K = 331,6 K
mc c pc
(0,20kg / s )(4178 J / kgK )

Tco = 331,6 K = 58,6 oC

Atau,

Beda temperatur rata-rata counter flow :


Pada kasus ini :
T1 : beda antara temperatur fluida panas masuk APK dengan temperatur fluida pendingin
keluar APK
T1 = ( Thi - Tco ) = 32 oC
T2 : beda antara temperatur fluida panas keluar APK dengan temperatur fluida pendingin
masuk APK
T2 = ( Tho - Tci ) = 41,4 oC
Sehingga, besarnya beda temperatur rata-rata logarithmik counter flow menjadi :

Tm ,CF

T1 T2
36,5 oC
ln(T1 / T2 )

Beda temperatur rata-rata parallel flow :


Pada kasus ini :

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

T1 : beda antara temperatur fluida panas kelaur APK dengan temperatur fluida pendingin
keluar APK
T1 = ( Tho - Tco ) = 1,4 oC
T2 : beda antara temperatur fluida panas masuk APK dengan temperatur fluida pendingin
masuk APK
T2 = ( Thi - Tci ) = 72 oC
Sehingga, besarnya beda temperatur rata-rata logarithmik parallel flow menjadi :

Tm , PF

T1 T2
17,9 oC
ln(T1 / T2 )

Perkiraan dimensi utama APK


Dimensi utama APK double tube terkait dengan ukuran pipa yang dipergunakannya,
terutama pipa atau tube yang berada di bagian dalam. Apabila tube tersebut memiliki
ukuran: diameter luar, do dan panjangnya, L maka luas permukaan tempat berlangsungnya
perpindahan energi panas di antar kedua aliran fluida adalah :
A = do L
Sementara itu, besarnya luas permukaan perpindahan panas yang diperlukan bagi APK
bergantung kepada laju perpindahan energi panas, beda temperatur rata-rata, dan koefisien
perpindahan panas global di dalam APK. Hubungan di antara parameter-parameter tersebut
diberikan oleh persamaan (8.20) :
Q U . A.Tm

Atau,
A

Q
U .Tm

Atau, panjang tube yang diperlukan bagi APK dapat dihitung menggunakan persamaan :
L

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Q
.d o .U .Tm

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Dalam persoalan ini, diketahui :


Laju pertukaran energi panas di dalam APK, Q = Qc = Qh = 25572 J/s
Koefisien perpindahan panas global di dalam APK, U = 230 W/m2K
Diameter luar tube, do = 25 mm = 0,025 m
Apabila konfigurasi alirannya dipilih counter flow, maka Tm = 36,5 oC sehingga akan
diperoleh panjang tube, L = 35,70 m
Sedangkan apabila konfigurasi alirannya dipilih parallel flow, maka T m = 17,9 oC sehingga
akan diperoleh panjang tube, L = 72,76 m (hampir dua kali lebih panjang, sehingga lebih
mahal).

Soal Latihan :
Sebuah APK shell & tube akan dirancang untuk berfungsi memanaskan aliran air (panas
jenisnya 4179 J/kgK) dengan laju aliran massa 30 000 kg/h dari temperatur 20 oC menjadi
45oC. Tube yang dipergunakan berbahan baja (konduktivitas termalnya 60 W/mK),
berukuran diameter dalam 16 mm, diameter luar 19 mm, dan panjangnya 3 m. Sebagai
media pemanas adalah aliran oli panas yang tersedia pada temperatur 160 oC, dan harus
meninggalkan APK pada temperatur 90 oC.
Koefisien perpindahan konveksi aliran air di dalam tube diketahui sebesar 4000 W/m2K, dan
koefisien perpindahan konveksi aliran oli panas di bagian shell 5000 W/m2K.
Perkirakan besarnya :
a)
b)
c)
d)

daya pemanasan yang diperlukan bagi keperluan tersebut


laju aliran massa oli panas yang diperlukan
jumlah tube yang diperlukan
selanjutnya apabila kita memperhitungkan akan adanya pengotoran permukaan dan
tahanan termal fouling untuk aliran air kita anggap = 0,000176 m 2K/W dan tahanan
termal fouling untuk aliran oli panas = 0,000352 m2K/W, sekarang dengan antisipasi
tersebut berapa jumlah tube yang diperlukan

Ringkasan
1

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Pada modul ini anda telah mempelajari beberapa type alat penukar kalor yang banyak
dipergunakan pada instalasi industri. Setelah itu anda juga telah memperoleh gambaran
bagaimana menerapkan prinsip pertukaran energy panas di dalam alat penukar kalor untuk
mengevaluasi kinerjanya. Anda juga telah mempelajari konsep beda temperature rata-rata
logaritmik,

dan

tahanan

termal

di

dalam

alat

penukar

kalor,

serta

bagaimana

menerapkannya untuk memprediksi performance alat penukar kalor yang bekerja dengan
kondisi termal tertentu.

Daftar Pustaka
1. http://www.kamui.co.jp/english/products/shell_and_tube/shell_and_tube_img02.jpg
2. Incropera, F.P and De Witt, D.P, 1990, Fundamentals of Heat & Mass Transfer, 3th ed., John
Wiley & Sons, New York
3. Cengel, Yunus A. & Boles, Michael A., 2007, Thermodynamics: An Engineering Approach,
New York, McGraw-Hill
4. Arthur P. Fraas, 1989, Heat Exchanger Design Handbook, 2 nd edition, John Wiley & Sons,
New York

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Dasar-dasar Alat Penukar Kalor


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai