Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini energi listrik sudah menjangkau seluruh lapisan masyarakat


di Indonesia. Energi listrik mempunyai peranan yang tidak bisa diabaikan
karena saat ini hampir semua usaha dan kegiatan manusia menggunakan energi
listrik. Alasan pemeliharaan energi adalah praktis, ekonomis, dan energi listrik
dengan mudah dapat dirubah ke dalam bentuk energi lain yang sesuai
kebutuhan. Saat ini ketergantungan kita pada energi listrik sangat besar. Hal
tersebut terbukti bila listrik padam (mati) dalam waktu yang lama ataupun
singkat maka perekonomian menjadi lumpuh, dan tingkat kerugian yang
ditimbulkan bisa mencapai jutaan bahkan miliaran rupiah.

Balai Besar Teknologi Konversi Energi dengan nama singkat B2TKE


adalah suatu unit organisasi yang melaksanakan kegiatan penelitian dan
pengembangan serta pengkajian di bidang teknologi konversi energy, yang akan
diaplikasikan di indonesia, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan
datang.

Perjalanan B2TKE dimulai pada tahun 1979. Pada saat itu Direktorat
Pengembangan Teknologi - suatu satuan kerja eselon 2 di lingkungan BPP
Teknologi (singkatan resmi BPPT pada saat itu), dengan melakukan rintisan
kegiatan yang berkaitan dengan rencana pembentukan Unit Pelaksana Teknis -
Laboratorium Sumber Daya Energi (UPT-LSDE). Kegiatan tersebut dilakukan
oleh Tim Pengembangan Laboratorium Sumber Daya Energi. Pada tahun
tersebut di atas telah dimulai kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi
konversi energi di lingkungan BPPT, terutama di bidang energi terbarukan,
antara lain energi surya dan limbah biomassa (kayu dan sekam padi). Kegiatan
ini dilaksanakan bekerja sama dengan Pemerintah Republik Federal Jerman
(RFJ) melalui Kantor Menteri Riset dan Teknologi (Bundesministerium für
Forschung und Technologie/BMFT). Selanjutnya pada tahun 1980 dimulai

1
penelitian teknologi fotovoltaik, tenaga panas surya, fermentasi, serta gasifikasi
kayu dan sekam padi

Sutrisno Budi (2016), Dari hasil kajian pada Pembangkit Listrik Tenaga
Surya Termal di B2TKE Existing didapatkan bahwa salah satu penyebab tidak
dapat beroperasinya unit penggerak (turbin uap) pada sistem ORC PLTST
adalah tidak tercapainya temperatur air keluar dari kolektor surya sebagai fluida
pemanas penthane. Disain kebutuhan temperature air untuk sistem ORC PLTST
adalah ± 90 oC. Data yang diperoleh bahwa temperature air keluar plan kolektor
surya di bak penampungan air panas adalah ± 80 oC yang hanya bisa dicapai
pada jam 14:00 saat matahari bersinar terang sepanjang hari.

Saputra Winggu (2017), Dan dari hasil pengujian temperatur air yang
dipanaskan menggunakan plan kolektor surya pada Pembangkit Listrik Tenaga
Surya Termal (PLTST) di B2TKE data yang diperoleh bahwa temperatur air
keluar plan kolektor surya di bak penampung air panas adalah 81,5 oC yang bisa
dicapai pada pukul 13:25 pada saat matahari bersinar terang sepanjang hari
dengan menggunakan kolektor surya sebanyak 39 modul kolektor surya.

Dari hasil kajian Pembangkit Listrik Tenaga Surya Termal Pada tahun
2016 dan 2017 temperatur air keluar Plan Kolektor tidak dapat memenuhi
kebutuhan dari unit penggerak (Turbin Uap) pada sistem ORC sebagai fluida
pemanas Penthane. Maka perlu dilakukan suatu penelitian yaitu analisis
Efisiensi Termal Oil Heater menggunakan Burner kapasitas 15 Liter/Jam
sebagai pemanas air tambahan pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya Termal
di Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE).

1.2 Rumusan Masalah

2
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana menganalisa Efisiensi Termal Oil Heater sebagai pemanas air


tambahan dengan menggunakan burner minyak kapasitas 15 liter/jam?
b. Bagaimana unjuk kerja Termal Oil Heater sebagai pemanas Air tambahan
pada PLTST?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui Efisiensi Termal Oil Heater sebagai pemanas air


tambahan dengan menggunakan burner minyak kapasitas 15 liter/jam.
b. Untuk mengetahui unjuk kerja Termal Oil Heater sebagai pemaanas air
tambahan pada PLTST.

1.4 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang


kinerja sistem Pemanas Air Tambahan Termal Oil Heater di B2TKE dan unjuk
kerja Termal Oil Heater sebagai pemanas Air tambahan pada sistem PLTST,
serta peningkatan efisiensi kerja dari Pemanas Air Tambahan Termal Oil
Heater berdasarkan hasil yang telah dianalisa, sehingga perbaikan-perbaikan
sistem yang dibutuhkan dapat segera dilakukan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun batasan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah


hanya pada Analisis Efisiensi Pemanas Air Tambahan Termal Oil Heater dan
unjuk kerja Termal Oil Heater pada pembangkit Listrik Tenaga Surya Termal
di Balai Bersar Teknologi Konversi Energi. Sedangkan asumsi yang digunakan
pada penelitian ini adalah kebijakan perusahaan tidak mengalami perubahan
selama penelitian berlangsung.

BAB II

3
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya Termal (PLTST)

Pembangkit listrik tenaga surya termal merupakan sebuah pembangkit


listrik yang sumber energinya berasal dari panas matahari/surya. konversi
energy radiasi matahari menjadi energy panas/termal dengan menggunakan alat
pegumpul panas atau dikenal sebagai “kolektor surya”. Kolektor surya
merupakan piranti utama dalam system surya termal yang berfungsi
mengumpulkan dan menyerap radiasi sinar matahari yang kemudian
mengkonversikan menjadi energy panas.

Evavorator

Pump condensor

Pump

Gambar 2.1. Skema PLTST (sumber : Sutrisno Budi)

2.2 Komponen-komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya Termal (PLTST)


2.2.1 Kolektor Surya.
Kolektor surya pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya Termal
merupakan alat yang berfungsi untuk menghasilkan air panas dengan
menggunakan energi dari sinar matahari. Pemanas air tenaga surya
menggunakan metode yang efektif dan ramah lingkungan untuk
memanaskan air. Meskipun ada beberapa jenis sistem pemanas air tenaga
surya, masing-masing bekerja dengan cara menyerap panas dari matahari
dan mentransfer panas tersebut ke air.

4
Saat ini ada tiga jenis kolektor surya yang sering digunakan pada
pemanas air tenaga asurya, yaitu :
a. Kolektor Batch

Gambar 2.2.1 Kolektor Batch

(sumber : https://www.google.co.id/search?q=gambar+kolektor+surya)

Kolektor Batch, juga disebut sistem Kolektor-Penyimpan


Terpadu (ICS), air dipanaskan dalam tangki gelap atau tabung di dalam
sebuah kotak terisolasi, menyimpan air domestik. Air dapat tetap berada
di kolektor untuk jangka waktu yang lama jika permintaan rendah,
sehingga air bisa nejadi sangat panas. Sebuah katup penyeimbang
diperlukan untuk memberi perlindungan agar air tidak mendidih di keran.
Katup penyeimbang mencampur air dingin untuk menurunkan suhu air
sebelum dikirim ke keran. Kolektor Batch tidak kompatibel dengan
sistem sirkulasi loop tertutup. Dengan demikian, mereka umumnya tidak
dianjurkan untuk iklim dingin.

b. Kolektor Pelat Datar

Gambar 2.2.2 kolektor pelat datar

(http://id.sidite-energy.asia/news/the-types-of-solar-collectors-are-
becoming-mor-9568179.html)

5
Kolektor Pelat Datar biasanya terdiri dari tabung tembaga yang
dipasang di pelat absorber datar. Konfigurasi yang paling umum adalah
serangkaian tabung paralel yang terhubung pada setiap ujungnya oleh
dua pipa, inlet dan outlet air. Pelat datar diletakkan dalam sebuah kotak
terisolasi, dan ditutupi dengan kaca. Kolektor plat datar biasanya bisa
menampung 40 galon air. Dua buah kolektor bisa menyediakan sekitar
setengah dari air panas yang dibutuhkan oleh keluarga beranggotakan
empat orang.

c. Kolektor Evacuated-tube.

Gambar 2.2.3 Kolektor Evacuated-tube.

(http://ismantoalpha.blogspot.co.id/2009/12/macam-macam-kolektor-
surya.html)

Kolektor Evacuated-tube adalah kolektor yang paling efisien.


Setiap tabung memiliki pelindung panas mirip dengan prinsip pada
termos. Sebuah tabung kaca atau logam yang menampung air atau fluida
perpindahan panas dikelilingi oleh tabung gelas yang lebih besar. Ruang
antara mereka merupakan ruang vakum, sehingga sangat sedikit panas
yang hilang dari cairan. Kolektor ini bahkan dapat bekerja dengan baik
dalam kondisi mendung dan beroperasi pada temperatur serendah -40 °
F. Masing-masing tabung bisa diganti sesuai kebutuhan. Kolektor
evacuated-tube dapat dua kali lebih mahal per kaki persegi dibandingkan
kolektor pelat datar.

6
2.2.2 Evaporator
Evaporator pada pembangkit listrik tenaga solar termal berfungsi
sebagai tempat memanaskan fluida kerja (penthane) pada system
Organic Rankine Cycle (ORC), sehingga perubahan temperature dan
volume fluida kerja penthane tersebut akan merubah penthane dari fasa
cair menjadi fasa gas/uap.

Ada beberapa jenis-jenis evaporator antara lain:

a. Horizontal Tube Evaporator

Jenis ini merupakan evaporator yang paling klasik dan banyak


diaplikasikan pada berbagai bidang industri. Umumnya, jenis ini
digunakan untuk keperluan-keperluan skala kecil dengan
penggunaan teknologi sederhana.

b. Standard Vertical-Tube Evaporator

Prinsip kerja pada standard vertical-tube evaporator yakni,


cairan akan mengalir di dalam pipa sementara uap (steam) mengalir
di dalam shell. Di dalam tabung, cairan akan mendidih dan uap yang
timbul bergerak membawa cairan ke atas. Pada tahap ini, akan terjadi
sirkulasi cairan yang disebabkan oleh perbedaan fasa antara fluida
yang terdiri dari campuran uap-cair dengan cairan yang berada di
bagian luar pipa.
Pada bagian atas pipa terdapat ruang (bejana uap) yang
berperan memisahkan cairan dengan uap. Proses pemisahan antar uap
dengan cairan dalam ruang uap dimana uap akan keluar melalui
saluran atas sementara cairan akan keluar melalui saluran di bagian
bawah bejana, selanjutnya akan bersirkulasi kembali melalui pipa-
pipa.
Jenis evaporator ini memiliki keunggulan yakni, perpindahan
panas berlangsung dengan baik karena perpindahan panas terjadi
secara natural convection (konveksi alami). Selain itu, endapan juga

7
akan terbentuk di permukaan dalam pipa sehingga mempermudah
pembersihannya. Sementara kekurangannya yaitu, perpindahan
panas yang terjadi secara berulang kali sehingga kurang ideal
digunakan terhadap jenis cairan yang tidak tahan terhadap panas,
contohnya jus, susu dan sebagainya.
c. Basket Evaporator

Sirkulasi cairan berlangsung natural (natural circulation) dan


terjadi dengan baik sehingga transfer panas secara konveksi akan
berlangsung secara efektif dalam jumlah besar. Natural circulation
disebabkan oleh adanya perbedaan rapat massa karena pebedaan fasa
antara cairan yang terdapat di dalam pipa dengan cairan yang berada
di luar pipa. Selain itu, kerak yang terbentuk di bagian luar pipa
mempersulit proses pembersihan, jenis ini hampir mirip dengan
horizontal tube evaporator.
d. Vertical Tube Evaporator With Forced Circulation

Evaporator jenis ini menggunakan pompa untuk membantu


proses sirkulasi sehingga memperbesar koefisien perpindahan panas.
Perpindahan panas dilakukan secara paksa atau konveksi paksa,
tujuannya untuk mempercepat laju perpindahan panas antar fluida.
Selain itu, penggunaan pompa juga bertujuan untuk mencegah
terjadinya penyumbatan di dalam pipa, mengapa demikian? karena
dengan menggunakan pompa maka tentu arus aliran akan tinggi
sehingga meminimalkan timbulnya endapan penyebab kerak. Selain
itu, aliran yang cepat akan membuat larutan lerutan menjadi/lebih
homogen.
Jenis evaporator ini masih digolongkan dalam dua jenis sesuai
dengan jenis tube yang digunakan, yakni submerged tube type dan
boiling tube type. Cara kerja dari submerged tube tipe yaitu,
keseluruhan pipa pemanas berada di bawah cairan (tercelub), cairan
akan masuk melalui suatu saluran ke dalam bejana pemisah uap-cair.

8
Sementara boiling tube tipe, pipa pemanas tidak seluruhnya tercelup
ke dalam larutan, cairan umpan seluruhnya akan masuk ke seksi
pemanas. Evaporator ini umumnya memiliki harga yang relatif
mahal, baik itu dari segi harga, perawatan dan pengoperasiannya.
Terlebih karena dilengkapi dengan pompa.
e. Long Tube Vertical Evaporator

Long tube vertical evaporator memiliki ukuran tube transfer


panas yang lebih panjang bila dibandingkan dengan ukuran tube pada
jenis evaporator lainnya. Tujuannya yakni untuk memperbesar serta
mempercepat sirkulasi cairan agar proses perpindahan panas lebih
besar. Setelah aliran memasuki ruang uap untuk dipisahkan dari uap
yang telah terbentuk, selanjutnya akan mengalir ke bawah melalui
pipa luar evaporator.

Keunggulan jenis evaporator ini yakni koefisien perpindahan


panas jauh lebih besar, sehingga panas yang diserap oleh cairan jauh
lebih besar. Sementara kekurangannya adalah besarnya jumlah cairan
yang menguap karena tube transfer panas yang jauh lebih panjang.

2.2.3 Turbin Uap


Turbin uap adalah mesin pengerak yang merubah secara langsung
energy yang terkandung dalam uap menjadi gerak putar pada poros.
Fungsi kerja turbin uap secara umum adalah suatu peralatan yang
digunakan untuk memutar generator, dimana media yang digunakan
untuk memutar turbin adalah uap panas lanjut (uap kering).
Ada beberapa jenis-jenis turbin antara lain:
a. Turbin air.
Turbin air adalah alat untuk mengubah energi potensial air m
enjadi menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini kemudian di ubah
menjadi energy listrik oleh generator..
b. Turbin angin.

9
Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk
membangkitkan tenaga listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat
untuk mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan
penggilingan padi, keperluan irigasi, dll. Turbin angin terdahulu banyak
dibangun di Denmark, Belanda, dan negara-negara Eropa lainnya dan
lebih dikenal dengan Windmill.
c. Turbin gas.
Turbin gas adalah suatu penggerak mula yang memanfaatkan gas
sebagai fluida kerja. Didalam turbin gas energi kinetik dikonversikan
menjadi energi mekanik berupa putaran yang menggerakkan roda
turbin sehingga menghasilkan daya.
2.2.4 Generator 2 KW
Generator adalah sumber tegangan listrik yang diperoleh melalui
perubahan energi mekanik menjadi energi listrik.
Ada dua jenis generator pembangkit listrik, yaitu:
a. Generator AC
Generator AC adalah generator yang menghasilkan gaya gerak listrik
induksi bolak-balik.
b. Generator DC
Generator AC adalah generator yang menghasilkan gaya
gerak listrik induksi searah.
2.2.5 Kondensor
Kondensor pada pembangkit listrik tenaga surya termal berfungsi
untuk mengubah fluida uap menjadi fluida cair kembali dan dialirkan ke
dalam evaporator untuk dipanaskan menjadi fluida uap sehingga
menghasilkan suatu siklus.
2.2.6 Cooling Tower
Cooling tower adalah suatu sistem refrigerasi yang melepaskan
kalor ke udara. cooling tower merupakan bagian dari utilitas yang banyak
digunakan. Dimana cooling tower memproses air yang panas menjadi air
dingin yang digunakan kembali dan bisa dirotasikan. Cooling tower juga

10
salah satu alat yang berfungsi mengolah air untuk mengatasi masalah
polusi lingkungan.
2.2.7 Pompa air
Pompa adalah suatu mesin yang menambahkan energi ke cairan
dengan tujuan untuk meningkatkan tekanannya atau memindahkan
cairan tersebut melalui sebuah media hantar.
2.2.8 Tangki
Tangki merupakan salah satu komponen yang digunakan sebagai
tempat penyimpanan air panas pada Pembangkit Listrik Tenaga Solar
Termal.
2.2.9 Solenoid valve air.
Solenoid valve merupakan kran otomatis dengan gerakan
membuka atau menutup kran (valve) yang diatur oleh sistem control.
Secara garis besar Solenoid Valve adalah suatu alat kontrol yang
berfungsi untuk membuka dan menutup valve/katup/kran secara
otomatis. Kapan solenoid valve membuka dan menutup kran ini
tergantung dari sensor yang menghubungkan sumber penggeraknya.
2.2.10 Sistem control.

Kontrol sistem PLTST diperuntukan untuk mengontrol :

 Pompa air dingin, pompa ini berfungsi untuk mengalirkan air dari
bak penampung air dingin ke plan kolektor menuju unit pembangkit
panas kemudian masuk ke bak penampung air panas secara terus
menerus.
 Pompa Air panas, Pompa ini berfungsi untuk mengalirkan air panas
dari bak penampung menuju evaporator pada sistem ORC PLTST
kemudian air kembali lagi menuju bak penampung air dingin yang
kemudian oleh pompa air dingin dipompakan lagi secara terus
menerus seperti pada point diatas.
 Selenoid valve air, Kontrol mengendalikan kerja solenoid valve,
yaitu ketika temperature air pada bak penampung air panas dibawah

11
setting/disain temperature air kebutuhan sistem ORC PLTST yaitu
± 95oC, maka selenoide valve yang terpasang pada pipa air masuk
ke HE secara otomatis akan terbuka dan slenoide bypass akan
menutup, sehingga air keluar plan kolektor akan dipanaskan oleh HE
sesuai setting temperaturnya. Namun apabila temperature air yang
keluar plan kolektor surya atau pada bak penampung air panas sudah
sama atau lebih dari settingnya maka selenoig valve pada pipa
masuk HE akan menutup dan selenoide bypass akan membuka.
Demikian seterusnya secara otomatis control sistem ini bekerja.
Kontrol sistem didisain dengan 2 cara kerja yaitu secara otomatis
(melalui setting) maupun secara manual, yaitu dengan melihat
langsung indicator temperature yang telah terpasang pada pipa plan
unit pembangkit panas. Kontrol ini juga dilengkapi dengan tombol
emergency untuk kondisi darurat.

2.3 Prinsip Kerja PLTST system Organic Rankine Cycle (ORC)

Prinsip kerja PLTST system organik rankine cycle (ORC). pertama Air
dipanaskan oleh unit plan kolektor surya kemudian air panas keluar dari
kolektor surya tersebut dimanfaatkan untuk memanaskan fluida kerja
(penthane) melalui evaporator pada unit penggerak turbin pada Organic
Rankine Cycle (ORC), sehingga perubahan temperature dan volume fluida kerja
penthane tersebut akan merubah penthane dari fasa cair menjadi fasa gas/uap
yang mengakibatkan tekanannya naik akibat membesarnya volume. Hal ini
dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin uap pada sistem ORC tersebut.
Putaran turbin uap dikopel dengan generator 2 KW yang selanjutnya akan
menghasilkan listrik. Siklus Rankine organik adalah siklus termodinamika yang
mengubah panas menjadi kerja.

Control System

12
Seenoid valve

tangki HE 1

HE 2
Pump oil

Tangki minyak
Oilburner
Heater

Gambar 2.3.1 Process Flow Diagram Sistem PLTST

Sedangkan fluida air keluar dari unit evaporator pada Sistem ORC
setelah digunakan untuk memanaskan penthane, dipompa kembali ke unit plan
kolektor surya untuk dipanaskan ulang, demikian seterusnya siklus pemanasan
air selama energi panas surya masih mencukupi.

2.4 Pembangkit Pemanas Tambahan Termal Oil Heater.

Pembangkit panas tambahan dibuat dengan pertimbangan sebagai


berikut :

a. Untuk menjaga temperatur air pada hot water storage yang diperlukan unit
penggerak turbin uap pada sistem ORC PLTST dibutuhkan pembangkit
panas tambahan yang ditempatkan setelah air keluar plan kolektor surya,

b. Pembangkit panas tambahan menggunakan teknologi thermal oil yaitu oil


heater dengan oli sebagai media pemindah panas dan burner minyak
sebagai pembangkit panasnya, Kapasitas pembangkit panas tambahan (oil
heater) yaitu ± 50 kW.

c. Pembangkit panas tambahan didesain tipe horisontal dengan pemindah panas


pada ruang bakar terbuat dari pipa 1,5 in yang diroll spiral dengan dua
lintasan dan dikover dengan keramik fiber tipe isolasi tahan panas.

13
d. Untuk memanaskan air yang keluar dari plan kolektor surya digunakan
pemindah panas (heat exchanger) yang panasnya diambil dari media fluida
oil heater.

e. Heat exchanger dibuat dua unit dengan susunan 16 pipa 1,5 in panjang 3
meter sebagai pemindah panas dari media oli yang dihasilkan oil heater dan
diameter selongsong 40 cm yang dibungkus keramik fiber sebagai isolator
panas.

f. Pompa minyak panas dengan kapasitas : 37 liter/menit

g. Oil burner kapasitas s/d 15 liter/jam

h. Spesifikasi thermal oil adalah : Heat transfer oil ”termo ISO VG 150”.

Titik didih atau masa perubahan fase cair menjadi fase uap dari Oil ”termo
ISO VG 150” , yaitu 3500C s/d 5000C.

Berikut adalah Lay-out desain dari Unit pembangkit panas tambahan


dengan media oil termal :
T Minyak

Cerobong
Burner
Oil Heater

Kontrol Sistem

Oil Expantion
Thermal oil Pump

H.E (2)

H.E (1)

Air Keluar kolektor

Tangki Air panas


Untuk PLTST

Gambar 2.4.1 Layout Disain dari Unit Pembangkit Panas

2.5 Komponen-komponen Pada Termal Oil Heater.


2.5.1 Burner kapasitas s/d 15 liter/jam.

14
Burner berfungsi untuk membakar minyak pada ruang bakar
sehingga menghasilkan api untuk memanaskan termal oil yang ada pada
pipa-pipa.

Gambar 2.5.1 Burner kapasitas 15 liter/jam

2.5.2 Pompa oli panas kapasitas s/d 38 liter/jam.

Pompa oli merupakan alat untuk memompa dan mensirkulasikan


oli panas pada Termal Oil Heater.

Gambar 2.5.2 pompa oli panas.

2.5.3 Unit Oil Heater.

15
Unit oil heater merupakan alat untuk memanaskan Termal Oil
yang akan digunakan untuk memanaskan air yang keluar dari kolektor
pada HE.

Berikut desain Oil Heater pembangkit panas tambahan dengan


media Termal Oil :
DISAIN OIL HEATER

Thermal oil Keluar


Thermal oil dari 20
HE masuk
Menuju HE

70
Burner minyak

Pipa panas 1,5 in


10

150
60
76
15
88 Tampak Samping
95

Tampak Depan

Gambar 2.5.3 Detail Oil Heater

2.5.4 Heat Exchanger.

Heat Exchanger merupakan suatu komponen atau peralatan


untuk memanaskan air menggunakan oli panas dari oil heater yang
mengalir melalui pipa-pipa.

Berikut desain heat exchanger pembangkit panas tambahan


dengan media oil termal :
Termal oil out
Hot Water in
Pipa 1,5 in
40

Water in
Termal oil in
25 300 25

Gambar 2.5.4 Detail Disain heat exchanger

16
Jumlah HE pada pemanas tampahan Termal Oil Heater ada dua
unit dan pipa didalam masing-masing HE 16 batang (pipa 1.5 inc),
panjang tempat pertukaran kalor 3 m dengan deameter 0.4 m, volume
pipa keseluruhan yang terisi oli di dalam HE 0,2344 m3 atau 234,3 liter,
sedangkan volume keseluruhan HE yang terisi air 0,6523 m3 atau 652,2
liter. Untuk mengisi air didalam HE dibutuhkan waktu sekitar 12,9 menit
dengan kecepatan pompa air 50,4 liter/menit.

2.5.5 Sistem Kontrol.


Kontrol sistem pada unit pembangkit panas diperuntukan untuk
mengontrol :
a. Pompa oli, pompa oli tidak boleh berhenti (selalu kondisi “on”)
dalam pengoperasian oil heater, hal ini dimaksudkan agar tidak
terjadi pemanasan berlebih pada oli tersebut yang akan
mengakibatkan terjadinya boiling karena pemanasannya melebihi
titik didih dari fluida oli tersebut.
b. Burner minyak, burner minyak bekerja (kondisi “on”) apabila
temperature keluar fluida oli yang keluar dari oil heater,
temperaturnya dibawah atau sama dengan setting temperature.
Setting temperature diatur melalui sebuah termokopel yang dipasang
pada saluran pipa oli keluar dari oil heater. Setting temperature
disesuaikan dengan kebutuhan energy panas pada Heat Exchanger
(HE) guna memperoleh temperature air keluar dari HE tersebut yaitu
± 95oC.
Namun demikian, walaupun temperature air keluar dari HE belum
memenuhi setingnya, untuk keamanan dari fluida oli, setting kerja
burner tetap dibawah titik didihnya.
Kontrol sistem didisain dengan 2 cara kerja yaitu secara otomatis
(melalui setting) maupun secara manual, yaitu dengan melihat
langsung indikator temperature yang telah terpasang pada pipa plan

17
unit pembangkit panas. Kontrol ini juga dilengkapi dengan tombol
emergency untuk kondisi darurat.
2.6 Jenis-jenis Alat Ukur Suhu.
2.5.1 Termometer Bimetal Mekanik

Termometer bimetal mekanik adalah sebuah termometer yang


terbuat dari dua buah kepingan logam yang punya koefisien muai
berbeda yang dikeling (dipelat) menjadi 1. Kata bimetal sendiri
mempunyai arti yaitu bibertanda dua sedangkan kata material berarti
logam, sehingga bimetal berarti “dua logam”.

2.5.2 Termometer Galilleo

Termometer Galileo (atau termometer Galilea), dinamai


fisikawan Italia, Galileo Galilei, adalah termometer yang terbuat dari
gelas silinder tertutup berisi cairan bening dan serangkaian benda yang
kerapatannya sedemikian rupa sehingga mereka naik atau turun sesuai
perubahan suhu.

2.5.3 Termometer Termistor

Termistor (adalah alat atau komponen atau sensor elektronika


yang dipakai untuk mengukur suhu. Prinsip dasar dari termistor adalah
perubahan nilai tahanan (atau hambatan atau werstan atau resistance),
jika suhu atau temperatur yang mengenai termistor ini berubah.
Termistor ini merupakan gabungan antara kata termo (suhu) dan resistor
(alat pengukur tahanan).

2.5.4 Termometer Inframerah

Termometer Infra Merah adalah untuk mendeteksi temperatur


secara optik – selama objek diamati, radiasi energi sinar infra merah
diukur, dan disajikan sebagai suhu.

18
2.5.5 Termometer Telinga Digital

Termometer telinga digital atau bisa juga disebut termometer


‘tympanic’ menggunakan sinar infra merah untuk mengukur suhu tubuh
didalam lubang telinga.

2.5.6 Termokopel

Pada dunia elektronika, Termokopel adalah sensor suhu yang


banyak digunakan untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda
menjadi perubahan tegangan listrik (voltase). Termokopel yang
sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis konektor standar yang
sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang
cukup besar dengan batas kesalahan pengukuran kurang dari 1 °C.

Contoh Penggunaan Termokopel yang umum antara lain :

 Industri besi dan baja


 Pengaman pada alat-alat pemanas
 Untuk termopile sensor radiasi
 Pembangkit listrik tenaga panas.

2.7 Proses Perpindahan Kalor

Perpindahan kalor dapat didefinisikan sebagai suatu proses


berpindahnya suatu energi (kalor) dari satu daerah ke daerah lain akibat adanya
perbedaan temperatur pada daerah tersebut. Ada tiga bentuk mekanisme
perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.

2.8.1 Perpindahan Kalor Secara Konduksi

Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses perpindahan


kalor dimana kalor mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah
yang bertemperatur rendah dalam suatu medium (padat, cair atau gas) atau

19
antara medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara
langsung sehingga terjadi pertukaran energi dan momentum.

2.8.2 Perpindahan Kalor secara Konveksi

Konveksi adalah perpindahan panas karena adanya


gerakan/aliran/ pencampuran dari bagian panas ke bagian yang dingin.
Contohnya adalah kehilangan panas dari radiator mobil, pendinginan dari
secangkir kopi dll. Menurut cara menggerakkan alirannya, perpindahan
panas konveksi diklasifikasikan menjadi dua, yakni konveksi bebas (free
convection) dan konveksi paksa (forced convection).

Bila gerakan fluida disebabkan karena adanya perbedaan


kerapatan karena perbedaan suhu, maka perpindahan panasnya disebut
sebagai konveksi bebas (free / natural convection). Bila gerakan fluida
disebabkan oleh gaya pemaksa / eksitasi dari luar, misalkan dengan
pompa atau kipas yang menggerakkan fluida sehingga fluida mengalir di
atas permukaan, maka perpindahan panasnya disebut sebagai konveksi
paksa (forced convection).

2.8.3 Perpindahan Panas Radiasi

Perpindahan panas radiasi adalah proses di mana panas mengalir


dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-
benda itu terpisah di dalam ruang, bahkan jika terdapat ruang hampa di
antara benda - benda tersebut.

2.8 Alat Penukar Kalor ( Heat Exchanger)

Proses perpindahan panas tersebut dapat terjadi secara langsung maupun


tidak langsung. Maksudnya adalah :
a. Pada alat penukar kalor yang langsung, fluida yang panas akan bercampur
secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu
bejana atau ruangan tertentu. Contohnya adalah clinker cooler dimana
antara clinker yang panas dengan udara pendingin berkontak langsung.

20
Contoh yang lain adalah cooling tower untuk mendinginkan air pendingin
kondenser pada instalasi mesin pendingin sentral atau PLTU, dimana antara
air hangat yang didinginkan oleh udara sekitar saling berkontak seperti
layaknya air mancur.
b. Pada alat penukar kalor yang tidak langsung, fluida panas tidak
berhubungan langsung dengan fluida dingin. Jadi proses perpindahan panas
itu mempunyai media perantara, seperti pipa, pelat atau peralatan jenis
lainnnya. Untuk meningkatkan efektivitas pertukaran energi, biasanya
bahan permukaan pemisah dipilih dari bahan-bahan yang memiliki
konduktivitas termal yang tinggi seperti tembaga dan aluminium. Contoh
dari penukar kalor seperti ini sering kita jumpai antara lain radiator mobil,
evaporator AC.
Pertukaran panas secara tidak langsung terdapat dalam beberapa tipe
dari penukar kalor diantaranya tipe plat, shell and tube, spiral dll. Pada
kebanyakan kasus penukar kalor tipe plat mempunyai efektivitas
perpindahan panas yang lebih bagus.

2.9 Klasifikasi Alat Penukar Kalor

Adapun klasifikasi dari alat penukar kalor dapat dibagi dalam


beberapa kelompok yaitu :
a. Berdsarkan konstruksinya
 Tabung (tubular)
 Plate-Type
 Extended Surface
 Regenerative
b. Berdasarkan pengaturan aliran
 Single Pass
 Multi Pass
c. Bedasarkan jenis aliran
 Aliran Berlawanan Arah (Counter Flow)
 Alira Sejajar (Parallel Flow)

21
 Aliran Silang (Cross Flow)
 Aliran Terpisah (Split Flow)
 Aliran Bercabang (Divide Flow)
d. Berdasarkan banyaknya laluan
 Seluruh Cross-counter flow
 Seluruh cross-parallel flow
 Parallel counter flow
e. Berdasarkan mekanisme perpindahan panas
 Konveksi satu fasa (dengan konveksi paksa atau alamiah)
 Konveksi dua fasa (dengan konveksi paksa atau alamiah)
 Kombinasi perpindahan panas
f. Berdasarkan fungsinya dapat digolongkan pada beberapa nama:
 Exchanger: Memanfaatkan perpindahan kalor diantara dua fluida
proses (steam dan air pendingin tidak termasuk sebagai fluida
proses, tetapi merupakan utilitas).
 Heater: Berfungsi memanaskan fluida proses, dan sebagai bahan
pemanas alat ini menggunakan steam.
 Cooler: Berfungsi mendinginkan fluida proses, dan sebagai bahan
pendingin digunakan air.
 Condenser: Berfungsi untuk mengembunkan uap atau menyerap
kalor laten penguapan
 Boiler : Berfungsi untuk membangkitkan uap.
 Reboiler : Berfungsi sebagai pensuplai kalor yang diperlukan
bottom produk pada distilasi. Steam biasanya digunakan sebagai
media pemanas.
 Evaporator: Berfungsi memekatkan suatu larutan dengan cara
menguapkan airnya.
 Vaporizer: Berfungsi memekatkan cairan selain dari air.
2.10 Persamaan Perhitungan Energi Dan Efisiensi
2.10.1 Energi Oil Heater

22
Perhitungan energi yang dibutuhkan oleh Oil Heater (qin) :

Daya pompa minyak burner (q1), Daya motor pompa oli (q2), Daya
pompa air (q3), Dan total bahan bakar minyak yang dipakai (q4).

diperoleh dari prsamaan : (1)

𝑄𝑖𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑞1 + 𝑞2 + 𝑞3 + 𝑞4

q1 = P burner x h

q2 = P pompa oli x h

q3 = P pompa air x h

Dimana : P = daya [kw]

h = waktu [jam]

Perhitungan energi yang dihasilkan bahan bakar solar diberikan


persamaan : (2)

𝑞4 = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑜𝑙𝑎𝑟 [liter] x 9240 [kkal] x 4.184 [kj]

2.10.2 Energi Heat Exchanger

Perhitungan energi yang dihasilkan (Qout) pada Heat Exchanger


(HE), perhitungan diperoleh dari persamaan (3)

𝑄𝑜𝑢𝑡 = ṁ . 𝐶𝑝 . ∆𝑇

Dimana :

Qout = energy yang dihasilkan HE [kj]

ṁ = massa aliran fluida [kg]

Cp = panas spesifik [kj/kg.0C]

∆𝑇 = perubahan temperatur [0C]

23
2.10.3 Efisiensi Sistem

Untuk perhitungan efisiensi system diberikan persamaan :

𝑄𝑜𝑢𝑡
η = ∑𝑄𝑖𝑛 x 100 % (4)

Dimana :

𝜂 = Efisiensi sistem [%]

Qout = Energy yang dihasilkan HE [kj]

Qin = Total energy masuk/yang digunakan [kj]

BAB III
METODE PENELITIAN

24
3.1 Waktu Dan Tempat
3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Teknologi Konversi Energi


(B2TKE) - (BPPT) Kawasan Puspitek Gd.620-622 Setu, Tangerang Selatan
15314 Banten Indonesia. Tempat penelitian ini dipilih karena Balai Besar
Teknologi Konversi Energi adalah suatu unit organisasi yang melaksanakan
kegiatan penelitian dan pengembangan serta pengkajian di bidang teknologi
konversi energy, salah satunya PLTST yang akan diaplikasikan di
indonesia, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.

3.2.1 Waktu Penelitian

Waktu yang ditempuh dalam melakukan penelitian ini adalah


selama ± 4 bulan (April-Juli 2018).

3.2 Alat Dan Bahan

Objek yang dilakukan kinerja pada penelitian ini adalah Pemanas air
tambahan Termal Oil Heater di B2TKE yaitu Heat Exchanger, burner, turbin,
kondensor dan generator. Alat ukur yang dipergunakan pada penelitian ini
adalah semua alat ukur untuk mengukur suhu dan alat ukur yang terpasang
dilapangan. Bahan yang digunakan dalam penelitian uji kinerja ini adalah solar,
oli, dan air.

3.3 Parameter Pengukuran

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah :

3.3.1 Variabel Bebas


a. Burner kapasitas 15 liter/jam
b. Variasi setting Thermal Oil Out 1250C, 1500C,dan 1750C
3.3.2 Variabel Terikat
a. Temperatur air masuk HE
b. Temperatur air keluar HE
c. Unjuk kerja HE

25
d. Efisiensi sistem Thermal Oil

3.4 Skema Pembangkit Panas Air Tambahan TerPada PLTST

Gambar. 3.1 Skema PLTST Dan Pemanas air Tambahan Termal Oil Heater.

Keterangan :

A1 = kolektor Surya

A2 = Selenuid Valve 1

A3 = Alat ukur suhu Temperatur masuk HE

A4 = Heat Exchanger 1

A5 = Heat Exchanger 2

A6 = Tangki oli

A7 = Pompa oli panas

A8 = Oil Heater (Ruang bakar)

A9 = Burner kapasitas 15/jam

A10 = Tangki minyak

A11 = Selenuid Valve 2

26
A12 = Alat ukur suhu air keluar kollektor

A13 = Tangki air 1

A14 = Tangki air 2

A15 = ORC

A16 = Alat ukur flow air

A17 = Control sistem

Prinsip kerja pembangkit peanas Termal Oil Heater adalah : Air keluar
dari kolektor masuk kedalam HE 2 untuk dipanaskan menggunakan oli yang
sudah di panaskan terlebih dahulu didalam Oil Heater (Ruang Bakar)
menggunakan burner dengan bahan bakar solar, setelah itu dipanaskan kembali
ke HE 1, kemudian air keluar dari HE yang sudah panas langsung mengalir
ketangki penyimpanan air panas untuk digunakan pada PLTST.

3.5 Metode Pengambilan Data


1. Tahap pendahuluan

Pada tahap ini dilakukan pengelompokan sumber data yang


diperlukan seperti pengambilan data temperatur air keluar dari Heat
Exchanger dan mengidentifikasi data-data tersebut. Setelah itu dilakukan
analisis data untuk menentukan metode pengambilan data sampai terbentuk
data yang berpola. Sehingga data tersebut dapat dievaluasi pada tahap
pemeriksaan menyeluruh.

2. Pemeriksaan menyeluruh

Setelah ditemukan metode pengambilan data, selanjutnya dilakukan


pemeriksaan menyeluruh dengan melakukan pengamatan terhadap alat
ukur yang digunakan dan melakukan analisa, baik terhadap alat yang

27
digunakan secara kontinu maupun alat yang bersifat tidak tetap. Tahapan
selanjutnya dari pemeriksaan menyeluruh ini adalah melakukan
pemeriksaan dan pencacatan atau pengambilan data. Pengumpulan data
dilakukan dengan pengumpulan data primer dengan cara mengumpulkan
dan menganalisa data-data yang dibutuhkan untuk setiap parameter pada
setiap sistem dengan menggunakan berbagai alat ukur yang terdapat di
lapangan.

3.6 Analisis Data

Pada tahap analisis data ini, dilakukan analisis pada aspek berikut:

2.10.4 Energi Oil Heater

Merupakan energi yang dibutuhkan pada pemanas air tambahan


Termal Oil Heater seperti daya pompa minyak burner, daya motor pompa
oli, daya pompa air, dan bahan bakar minyak yang dipakai. Pada
perhitungan energi yang dibuthkan pemanas air tambahan Termal Oil
Heater, satuan yang digunakan adalah (kj).

2.10.5 Energi Heat Exchanger

Merupakan energi yang dihasilkan Heat Exchanger pada pemanas


air tambahan Termal Oil Heater. Pada perhitungan energi yang dihasilkan
Heat Exchanger, satuan yang digunakan adalah (kj).

2.10.6 Efisiensi Sistem

Merupakan efisiensi penggunaan energi dalam proses produksi air


panas pada Pemanas Air tambahan Termal Oil Heater. pada perhitungan
efisiensi sistem, satuan yang digunakan adalah (kj).

3.7 Diagram Alir Penelitian

Dari paparan metodelogi seperti yang telah disampaikan di atas,


ditunjukkan diagram alir penelitian pada Gambar 3.7.1.

28
Mulai

Tahap Identifikasi - Penetapan tujuan penelitian


- Studi literature
Awal
- Penyusunan proposal
-

Proses Pengambilan Variasi setting Thermal Oil Out


Data 125, 150, dan 175

- Temperatur air masuk HE


Perolehan Data - Temperatur air keluar HE
- Temperatur oli masuk Heater
- Temperatur oli keluar Heater

Analisis Dan
Pembahasan - Energi yang dibutuhkan
- Energi yang dihasilkan
- Efisiensi sistem

Kesimpulan Dan Saran

selesai

Gambar 3.7.1 Diagram Alir Penelitian

3.8 Jadwal Penelitian

29
Penyusunan jadwal penelitian digunakan sebagai sarana pengendalian
proses pengerjaan Tugas Akhir. Adapun jadwal penelitian yang digunakan
ditunjukkan pada Tabel 3.8.1

N Kegiatan Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan Ke-4


o 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penentuan
topic
2 Penyusunan
proposal TA
3 Penelitian
(pengumpula
n data)
4 Analisis data
5 Rekomendasi
perbaikan
6 Penyusunan
laporan TA

DAFTAR PUSTAKA

30
Aziz. (2005). “Desain Evaporator Jenis Shell And Tube Pada Mesin Refrigerasi
Siklus Kompresi Uap Hebrida” Jurusan Teknik Mesin, Universitas Riau.

Nico. Jenis-jenis Turbin Dan Fungsinya. http://blogbirink.blogspot.co.id. (Diakses


Tanggal 20 Novenber 2015)

Raharjo dan Ekadewi. (1999). “Jenis-jenis Kolektor Surya” Jurusan Teknik Mesin,
Universitas Kristen Petra.

Sutrisno, Budi. (2016).”Pembangkit Listrik Tenaga Surya Termal” Balai Besar


Teknologi Konversi Energi.

Safitra, Dan Ary. (2013). “Studi Variasi Beban Pendingin Di Evaporator” Jurusan
Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS).

Saputra Winggu, (2017). Pengujian Kolektor Surya Pada Pembangkit Listrik


Tenaga Surya. Jurusan teknik Mesin Universitas Teknologi Sumbawa.

31

Anda mungkin juga menyukai