Pendahuluan
Longsor merupakan perpindahan massa
tanah secara alami, longsor terjadi dalam
waktu yang singkat dan dengan volume yang
besar. Pengangkutan massa tanah terjadi
sekaligus, sehingga tingkat kerusakan yang
ditimbulkan besar. Suatu daerah dinyatakan
memiliki potensi longsor apabila memenuhi
tiga syarat, yaitu: 1) lereng cukup curam, 2)
memiliki bidang luncur berupa lapisan di
bawah permukaan tanah yang semi
permiabel dan lunak, 3) terdapat cukup air
untuk menjenuhi tanah diatas bidang luncur
[1]. Tanah longsor yang banyak terjadi di
Indonesia terjadi pada topografi terjal
dengan sudut lereng 150 450 dan pada
batuan volkanik lapuk dengan curah hujan
tinggi [2]. Pada musim hujan, perubahan
tegangan permukaan dalam pori tanah dan
1 1 1 1
K 2
r1 r2 r3 r4
(3)
maka akan diperoleh persamaan sebagai
berikut [8]:
K a(n)(n 1)(n 2)
(4)
dengan
K
V
I
Pada kedalaman
13,6 m lapisan ini
memiliki perbedaan nilai resistivitas yaitu
3.254 m -10.836 m. Bidang gelincir
diperoleh kontras resistivitas antar dua
batuan yang saling berdekatan. Bila
resistivitas diatasnya jauh lebih rendah,
maka
sangat
memungkinkan
terjadi
longsoran [5].
Pada
kedalaman
antara
9,25
m,
menunjukkan bahwa pada lapisan ini
diperoleh kontras resistivitas antara dua
batuan yang saling berdekatan yaitu 2.917
m-14.494 m dan terletak pada ketinggian
1.190 m1.200 m. Bidang gelincir diperoleh
kontras resistivitas antar dua batuan yang
saling berdekatan. Bila resistivitas diatasnya
jauh
lebih
rendah,
maka
sangat
memungkinkan terjadi longsoran [5].
3. Analisis pada Lintasan 3 (Ketiga)
Hasil pengolahan untuk lintasan ke
tiga, dengan lintasan sepanjang 150 meter,
arah lintasan Utara- Selatan, dimana bagian
utara lebih rendah dari bagain selatan. Pada
titik 0 terletak pada koordinat 0705138.52
LS dan 11202916.03 BT dengan ketinggian
1.199 mdpl, sedangkan pada titik 150
terletak pada koordinat 0705137.14 LS dan
1120 2912.54 BT dengan ketinggian 1.224
mdpl. Data topografi diperoleh dari GPS
Lintasan
Deskripsi
penampang
keempat
lintasan mampu mengidentifikasi potensi
bidang gelincir dengan kemiringan (strike
dan dip) yaitu N1350 E /40,960 SE maka
strike berarah tenggara dan dip sebesar
40,960 berarah timur laut. Potensi longsoran
di wilayah Payung kota Batu pada koordinat
antara 0705139.45LS dan 11202916.16
BT
sampai
0705137.14LS
dan
11202912.54 BT searah dengan bidang
gelincir yaitu mengarah ke timur laut.
Untuk memperkecil kemungkinan longsor
yang dapat menutupi jalan perlu dibuat
dinding penahan di sepanjang jalan Payung
sesuai dengan kedalaman bidang gelincir.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih ditujukan
kepada Bapak Sujito, S.Pd, M.Si dan
Bapak Daeng Achmad Suaidi, S.Si,
M.Kom selaku dosen pembimbing pertama
dan selaku dosen pembimbing kedua,
Kemudian ucapan terima kasih juga
ditujukan kepada Keluarga, Sahabat,
Teman Blackhole, Teman Kost atas
dorongan, bantuan dan pengertiannya selama
kuliah di UM, serta Asisten alat UB atas
bantuan dalam pengambilan data.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anwar, A. 2012. Pemetaan Daerah
Rawan Longsor Di Lahan Pertanian
Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanudin Makassar.
[2] Naryanto, H.S. 2011. Analisis Kondisi
Bawah Permukaan Dan Resiko Bencana
Tanah Longsor Untuk Arahan Penataan
Kawasan
Desa
Tengklik
Keamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
Jawa Tengah. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia.
[3] Supeno, Nurul, P., Gusfan, H. 2008.
Penentuan Struktur Bawah Permukaan