Anda di halaman 1dari 40

PENENTUAN EFISIENSI PENYERAPAN SULFUR OLEH

SPONGE IRON VESSEL (61- 201- DA) UNIT DESULFURIZER


PADA AMMONIA PLANT- II PT. PUPUK ISKANDAR MUDALHOKSEUMAWE

KARYA ILMIAH

RICKY HIDAYAT
062409024

PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA INDUSTRI


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

PENENTUAN EFISIENSI PENYERAPAN SULFUR OLEH


SPONGE IRON VESSEL (61- 201- DA) UNIT DESULFURIZER
PADA AMMONIA PLANT- II PT. PUPUK ISKANDAR MUDALHOKSEUMAWE

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

RICKY HIDAYAT
062409024

PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA INDUSTRI


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

PERSETUJUAN

Judul

Kategori
Nama
Nomor Induk Mahasiswa
Program Studi
Departemen
Fakultas

: PENENTUAN EFISIENSI PENYERAPAN SULFUR


OLEH SPONGE IRON VESSEL (61- 201- DA) UNIT
DESULFURIZER PADA AMMONIA PLANT- II
PT.PUPUK ISKANDAR MUDA- LHOKSEUMAWE
: KARYA ILMIAH
: RICKY HIDAYAT
: 062409024
: D-3 KIMIA INDUSTRI
: KIMIA
: MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA

Disetujui di
Medan,

Juli 2009

Diketahui / Disetujui Oleh


Departemen Kimia FMIPA USU

Pembimbing

Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS


NIP 131 459 466

Drs. Pina Barus, MS


NIP 130872292

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

PERNYATAAN

PENENTUAN EFISIENSI PENYERAPAN SULFUR OLEH SPONGE IRON


VESSEL (61- 201- DA) UNIT DESULFURIZER PADA AMMONIA PLANT- II PT.
PUPUK ISKANDAR MUDA- LHOKSEUMAWE

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan,

Juli 2009

RICKY HIDAYAT
062409024

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, maha
Pengasih dan Maha Penyayang, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.
Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa untuk
menyelesaikan program studi D-3 Kimia Industri F.MIPA USU.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Ilmiah ini banyak kekurangan
maupun kekeliruan baik dari segi isi maupun penyusunan kata. Oleh karena itu,
penulis dengan rendah hati mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun
untuk menyempurnakan karya ilmiah ini.
Penyusunan karya ilmiah ini dilakukan berdasarkan pengamatan penulis selama
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Pupuk IskandarMuda Aceh Utara
dengan judul PENENTUAN EFISIENSI PENYERAPAN SULFUR OLEH SPONGE
IRON VESSEL (61- 201- DA) UNIT DESULFURIZER PADA AMMONIA PLANTII PT. PUPUK ISKANDAR MUDA.

Selama penulisan karya ilmiah ini penulis banyak mendapatkan dorongan,


bantuan dan petunjuk dari semua pihak, maka pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs.Pina Barus, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak


memberikan arahan dan bimbingan untuk meyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Bapak Prof.Dr.Eddy Marlianto, M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Ibu DR.Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
4. Bapak Prof.Dr.Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil, selaku Ketua Program Studi
Kimia Industri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
5. Ayahanda Nur Akyan dan Ibunda Seniarti tercinta yang telah bersusah payah
tanpa pamrih berbuat yang terbaik demi kemajuan anak-anaknya baik material
maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
6. Abangda tercinta Eko Akyan yang telah banyak sekali membantu dalam hal
materi sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
7. Abangda M. Zulham Effendy yang telah banyak sekali membantu dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini.
8. Abangda Katuwo dan Kakanda Enyak, yang telah banyak memberikan
dukungan baik material maupun spiritual dalam peulisan karya ilmiah ini.
9. Kepada rekan satu PKL, Awaluddin Nainggolan, Indra Nugraha, Faisal, serta
kepada Rembezz communty, Adens, Gatot, Atenk, Mbunks, Yasin (Tukang
teh poci di MIPA), Bolon, Opunk, Kincup, Dilla, juga kepada Jackson, terima

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

kasih untuk contekannya, dan rekan-rekan Kimia Industri angkatan 2006 yang
telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
10. Seluruh dosen khusus dosen-dosen kimia industri serta para staf tata usaha
kimia industri.
11. Seluruh pihak PT. Pupuk Iskandar Muda yang telah membantu, dan
mengarahkan penulis selama pengerjaan karya ilmiah ini.
12. Dan semua pihak yang terlibat didalamnya yang tidak bisa disebutkan satu
persatu dan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata- kata.

Akhir kata, penulis mengharapkan karya ilmiah ini bermanfaat bagi para
pembaca dalam meningkatkan wawasan pengetahuan di bidang Ilmu Pengetahuan
Alam.

Medan,

Juni 2009
Penulis

Ricky Hidayat

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

CALCULATION OF SULPHUR ADSORPTION EFFICIENCY OF SPONGE


IRON VESSEL (61-201-DA) DESULFURIZER UNIT ON AMMONIA
PLANT- II IN PT. PUPUK ISKANDAR MUDA

ABSTRACT

Observations have been made on the sponge iron life-time data for iron vessel 61-201
DA- charge 10 sponge. Sulphur adsorption efficiency may be calculated based on the
data observation result conducted on sponge iron vessel 61-201-DA which count as
232,6% and life time spans for 144 days.

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

ABSTRAK

Telah dilakukan pengamatan data life time sponge iron pada sponge iron vessel 61201-DA charge 10. Dari pengamatan data dapat dhitung efisiensi penyerapan sulfur
oleh sponge iron vessel 61-201-DA sebesar 232,6% dengan life time selama 144 hari.

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

DAFTAR ISI

Halaman
PERSETUJUAN ............................................................................................
i
PERNYATAAN..............................................................................................
ii
PENGHARGAAN ..........................................................................................
iii
ABSTRAK ......................................................................................................
v
ABSTRACT ....................................................................................................
vi
DAFTAR ISI................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
ix

BAB 1

BAB 2

BAB 3

PENDAHULUAN
1.1. Karakteristik Sponge iron ....................................................
1.2. Perumusan Masalah ..............................................................
1.3. Tujuan ...................................................................................
1.4. Manfaat .................................................................................

1
2
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Adsorbsi .......................................................................
2.1.1Adsorbsi fisik ................................................................
2.1.2 Adsorbsi Kimia ( Chemisrption)...................................
2.2. Zat Adsorben ..........................................................................
2.3. Metode- Metode Penyerapan Sulfur ......................................
2.4. Karakteristik Sponge Iron ......................................................
2.5. Mekanisme Penyerapan Sponge Iron.....................................
2.6. Proses Shell- Paques Untuk Bio- Desilfurizer Aliran Gas.....
2.7. Sponge Iron Vessel Desain ....................................................
2.8. Regenerasi Sponge Iron .........................................................

5
5
6
7
8
9
10
12
15
15

METODOLOGI PENELITIAN ..................................................

18

3.1

Alat Dan Bahan ......................................................................

18

3.1..1 Alat .........................................................................................

18

3.1.2 Bahan .....................................................................................

18

3.2

Prosedur Penelitian ................................................................

19

3.3

Perhitungan ............................................................................

19

3.4

Hasil .......................................................................................

20

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

BAB 4

BAB 4

PEMBAHASAN
4.1. Data Sulfur Pick Up Sponge IronVessel ................................
4.2 Pembahasan............................................................................

21
22

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan ...............................................................................
5.2. Saran .........................................................................................

26
26

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Karakteristik Sponge Iron


Adsorben sponge iron adalah serbuk kayu yang berbentuk chip yang telah dijenuhkan
dengan ferri (III) hidroksida, serbuk sponge iron memiliki porous yang sangat halus dari besi
yang dibuat dengan cara mereduksi (oksigen removal) besi oksida pada temperatur tepat
dibawah titik leleh dari besi disebut Direct Reduce Iron (DRI).
Pada pemaksimalan proses penyerapan kandungan sulfur (hidrogen sulfida) oleh
sponge iron adsorbent maka sangatlah penting untuk menjaga kondisi operasi prosesnya,
namun terdapat hal yang lebih penting dari kondisi operasi proses yaitu pengontrolan produk
sponge iron itu sendiri, sehingga sangatlah perlu mengetahui spesifikasi dari sponge iron.
Tabel 1.2 Spesifikasi kimia sponge iron
No

Karakteristik

Kebutuhan

% Non- magnetic

1,0 Max

% Metalic Fe

81 Max

% Total Fe

91 Max

Metallisation

88 Min

% Phosphorous

0,05 Max

% Sulphur

0,03%

% Carbon

0,3 Max

% SiO2 + Al2O3

5 Max

% moisture

30,6

http://www.jindalsteelpower.com/sponge-iron.html

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

1.2 Perumusan Masalah


Bahan baku gas alam yang berasal dari PT.EXXON MOBIL selain komposisi utama
gas methane, juga mengandung beberapa unsure yang tidak diinginkan berupa zat pegotor
(impurities) yaitu hidrokarbon fraksi berat, air, sulfur dalam bentuk senyawa anorganik dan
senyawa organic, merkuri, dan karbondioksida. Oleh karena itu zat- zat pengotor diatas harus
dipisahkan terlebih dahulu di seksi feed treating (persiapan umpan baku) sebelum gas alam
dikirim ke seksi reforming.

Sulfur (dalam bentuk sulfur organik dan sulfur anorganik) merupakan racun bagi
katalis di primary reformer, secondary reformer, Low Temperatur Shift Converter (LTSC),
methanator, dan ammonia Converter.

Sensitivitas katalis terhadap peracunan sulfur meningkat bila temperatur pada


reforming menurun atau pada kondisi temperature yang rendah, dengan batas sulfur yang
rendah didalam umpan ke reformer berarti aktifitas yang hilang hanya terlihat jelas stelah
berjalan dalam waktu yang lama. Dalam waktu belakangan ini banyak pabrik telah berusaha
mengurangi efek keracunan sulfur dengan merubah umpan yang bebas sulfur atau dengan
memanaskan (dengan memakai steam) katalis dalam beberapa jam.

Apabila sulfur masuk dengan gas umpan dalam jmlah yang besar sulfur akan
menumpuk didalam unggun katalis sehingga reaksi pembakaran gas umpan tidak berjalan
sempurna dan membentuk deposit karbon pada katalis dan tube, dimana deposit karbon ini
sendiri sukar dihilangkan dari seluruh tube pada shift converter, dan methanator dengan
merusak katalis yang terdapat didalam unit tersebut. Untuk menghindari hal- hal yang tidak
baik ini maka digunakan sponge iron vessel sebagai unit pemisah sulfur sebelum gas umpan
masuk ke uit reformer.

Proses desulfurizer dibutuhkan untuk memurnikan gas umpan dari H2S dengan
menggunakan adsorben sponge iron, dalam peongoperasiannya sponge iron vessel bergantung

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

pada beberapa faktor antara lain kelembaban, tingkat keasaman (pH), dan temperature,
sehingga apabila kondisi operasi tersebut tidak terkontrol dengan bai maka mengakibatkan
penurunan efisiensi penyerapan sulfur oleh adsorben sponge iron.

Vessel sponge iron pada ammonia plant-II terdiri dari tiga vessel yaitu 61-201DA/DB/DC yang dapat dioperasikan secara tunggal, seri, dan parallel. Ketiga mode ini telah
dilakukan dan masing- masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sehingga mampu
menghasilkan gas umpan yang bebas dari kandungan sulfur.

1.3 Tujuan
-

Untuk mengetahui berapa besar efisiensi penyerapan sulfur yang terkandung


dalam gas alam yang berasal dari PT. EXXON MOBIL yang digunakan
sebagai bahan baku pembuatan urea di PT.Pupuk Iskandar Muda

Untuk mengetahui apakah yang mempengaruhi life time dari sponge iron
vessel (61-201-DA) sehingga efisiensi penyerapan sulfur oleh sponge iron
tersebut menjadi maksimum.

1.4. Manfaat
-

Untuk melihat secara langsung penerapan ilmu yang diperoleh dibangku


Kuliah terhadap variabel-variabel yang berkaitan dengan proses produksi
dalam skala besar

Untuk mengetahui life timesponge iron sehingga efisiensi penyerapan sulfur


oleh sponge iron maksimum.

Sebagai masukan untuk pengembangan proses produksi pabrik.

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

PT. Pupuk Iskandar Muda menggunakan gas alam sebagai bahan baku utama
untuk memproduksi pupuk urea prill dan urea granul, gas alam ini berasal dari PT.
Arun NGL yang kandungannya masih memiliki bahan pengotor (impuritis) dalam
jumlah yang besar untuk memenuhi syarat dalam proses produksi urea. Bahan- bahan
pengotor ini dapat menganggu proses dengan merusak dan meracuni katalis pada
beberapa peralatan lain di pabrik Ammonia- 2, disamping itu terdapat juga bahanbahan yang bersifat korosif, sebagai contoh H2S, gas alam yang memiliki kandungan
sulfur yang tinggi dapat meracuni dan merusak katalis pada peralatan proses seperti
Primary Reformer, Secondary Reformer, Ammonia Converter, dan lain- lain. Berikut
adalah komposisi bahan baku gass alam yang dikirim dari PT. Arun NGL :
Tabel 2.1 Komposisi gas alam
Komponen

Komposisi (%
volume)

N2

0,38

CO2

21,49

CH4

74,40

C2H6

2,44

C3H8

0,70

i-C4H10

0,22

n-C4H10

0,16

i-C5H12

0,09

n-C5H12

0,04

C6H14+

0,08

Sumber: Laboraturium Ammonia PT. PIM

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

2.1 Teori Adsorbsi


Adsorpsi adalah proses pemisahan komponen tertentu dari suatu fluida
berpindah kepermukaan zat padat yang menyerap adsorben, supaya pemisahan
sempurna, zat yang teradsorpsi harus diambil oleh zat padat, fasa fluida dapat berupa
gas atau cairan. Jika beberapa zat teradsorpsi, sering kali dapat juga memisahkan
menjadi komponen- komponen yang relatif murni. (Suhendrayatna, 2005)
Pada umumnya partikel- partikel kecil penyerap ditempatkan di dalam
hamparan tetap, kemudian fluida dialirkan melalui hamparan tersebut sampai
adsorben yang dilalui mendekati jenuh dan pemiahan yang dikehendaki tidak dapat
lagi berlangsung. Aliran tersebut lalu dipindahkan ke hamparan kedua melalui reaksi
dengan zat padat dapat dilakukan didalam hamparan tetap, seperti yang cukup dikenal
adalah pemisahan H2S dari gas sintesa dengan pellet- pellet ZnO. Pemisahan terjadi
karena bobot molekul atau perbedaan polaritas yang menyebabkan sebagian molekul
melekat pada permukaan itu lebih erat daripada moleku- molekul lainnya. Dalam
banyak hal komponen yang diadsorpsi melekat sedemikia n kuat sehingga
memungkinkan pemisahan komponen itu secara menyeluruh dari fluida tanpa terlalu
banyak adsorpsi terhadap komponen lainnya. (Mc Cabe, 1994)
2.1.1

Adsorbsi fisik
Pada adsorpsi fisik gaya yang menarik moleku fluida kepermukaan zat padat

relatif lemah dan panas yang dibebaskan selama terjadi proses adsorpsi sama dengan
panas kondensasi sebesar 0,5- 5 kkal/gmol. Kesetimbangan antara zat padat dan
molekul- molekul gas biasanya cepat tercapai dan reversible, karena energi yang
dibutuhkan sangat kecil. Energi aktivasi dari proses adsorpsi fisik biasanya tidak lebih
dari 1 kkal/gmol, karena gaya yang dilibatkan dalam proses adsorpsi lemah.

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

Sejumlah adsorpsi fisik menurun kinerjanya dengan cepat begitu temperatur


dinaikkan sedikit diatas temperatur kritis komponen adsorbat. Adsorpsi fisik tidak
terlalu tergantung pada permukaan adsorben yang tidak beraturan, namun secara
proporsional tergantung pada luas adsorben. (Smith, 1981)
2.1.2

Adsorbsi Kimia (Chemisorption)


Adsorpsi kimia melibatkan gaya menarik yang lebih besar dibandingkan

adsorpsi fisika. Berdasarkan kerja awal Langmuir molekul yang teradsorbsi tertarik ke
permukaan oleh gaya valensi yang sama dengan yang terjadi pada gaya tarik menarik
antara atom lainnya didalam molekul. Salah satu bukti ditimbulkan sekitar 5- 100
kkal/gmol, sama dengan panas yang dihasilkan sebuah reaksi kimia. (Smith, 1981)
Adsorpsi kimia atau sering disebut sebagai adsorpsi aktivasi adalah hasil dari
interaktif secara kimia antara zat padat dengan bahan yang teradsorpsi adalah
kekuatan adhesi, kekuatan adhesi dari adsorpsi kimia lebih besar dari adhesi pada
adsorpsi fisika sehingga seringkali menyebabkan terjadinya perubahan struktur kimia
pada adsorben yang meperpendek umur dari adsorben tersebut. (Treyball, 1981)
2.2 Zat Absorben
Zat absorben adalah suatu zat yang bentuk fisiknya mempunyai pori- pori.
Bahan berpori ini mempunyai daya untuk mengurangi tekanan dengan memberi
kesempatan kepada molekul- molekul dari uap air untuk masuk ke dalam pori- pori
dari bahan absorben dan memberi hambatan untuk mengeluarkannya. Zat absorben
padat yang biasa di pakai adalah klorida- klorida dari Kalsium (Ca), Barium (Ba),
Strontium (Sr), Amina, Metil, dan Etil, arang kayu yang diaktifkan, silica gel yang
terbuat dari silica natrium dan asam belerang. Zat- zat lembam lain yang mempunyai
permukaan yang besar dapat juga dipakai seperti hidroksida ferri, oksida titanium,
oksida timah putih dan gel- gel lainnya. Zat- zat absorben padat yang paling baik

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

adalah zat yang tidak dapat dirusak oleh karena adanya proses pendinginan. Untuk zat
absorben silica gel diameter pada pori- porinya adalah kurang lebih 4x107 cm sebab
isi bagian dalam adalah kurang lebih 50% dari bagian luar, dari hitungan dengan
diketahui reduksi penurunan dari tekanan uap dari zat cair, sedang kebanyakan dari
zat- zat diduga mempunyai diameter molekuler sebesar 3x108 cm. Jadi pori- pori
adalah demikian kecilnya sehingga yang masuk ke dalam gel adalah kurang lebih 10
molekul dalam jajaran satu garis. Molekul- molekul yang mempunyai kecepatan lebih
besar dari pada kecepatan rata- rata dalam zat cair akan berjalan dengan memecah zat
cair dari molekul- moleku masuk terdalam miniskus disisi lain dari pori. (Achiruddin,
2004)
Banyak adsorben yang telah dikembangkan untuk penggunaan secara luas
dalam berbagai proses pemisahan. Pada umumnya adsorben berbentuk pellet kecil,
bead atau biji- bijian (granular), ukurannya berkisar antara 0,1-12 mm. adsorben
dengan ukuran partikel yang besar sering digunakan dalam industri pada packed bed
adsorber vessel. Adsorben memiliki permukaan yang berpori dengan ukuran pori yang
sangat kecil sehingga volume pori- pori mencapai 50% dari total volume partikel.
Pada adsorben terjadi suatu lapisan monolayer pada permukaan pori- pori, dan sering
juga terjadi lapisan multilayer pada permukaan adsorben yang terjadi antara moleku
adsorbat dengan permukaan dalam pori- pori adsorben. (Geankoplis, 1983)
Proses pemisahan adsorpsi terjadi dalam beberapa tahapan proses, tahap
pertama adalah fluida mengalir melalui unggun menuju bed adsorben, kemudian zat
terlarut berdifusi pada permukaan luar adsorben, dan menuju ke dalam pori- pori
adsorben, sehingga terserap pada permukaan pori- pori.

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

Pada proses perpindahan massa fluida ke dalam zat padat (adsorbent) terjadi
dua fenomena penting yaitu mekanisme perpindahan intrapartikel dan mekanisme
perpindahan dan disperse ekstrapartikel
2.3 Metode- Metode Penyerapan Sulfur
Bahan baku utama yang digunakan dalam proses pembuatan pupuk urea
adalah gas alam, sebagaimana yang telah kita ketahui gas alam mengandung
Impurities yang sangat banyak, salah satunya adalah kandungan sulfur dalam hidrogen
sulfida dan sulfur organik, sehingga untuk mendapatkan konversi produk yang
maksimum diperlukan gas umpan yang bebas dari sulfur, sehingga pengolahan awal
umpan (feed treatment). Metode- metode yang digunakan untuk menghilangkan
kandungan sulfur dari gas alam adalah sebagai berikut:
a. Adsorbsi dengan larutan penyerap K2CO3
Pada metode ini gas H2S diserap oleh larutan Benfield pada unggun absorber
dan larutan yang mengandung sulfur dilucuti pada stripper, sehingga larutan
Benfield dan H2S terpisah kembali. Mekanisme penyerapannya adalah sebagai
berikut:
K2CO3 + H2S

KHCO3 + KHS

b. Adsorbsi dengan adsorben ZnO


ZnO berfungsi sebagai zat penyerap yang pada umumnya berbentuk pellet,
mekanisme penyerapannya adalah sebagai berikut:
ZnO + H2S

ZnS + H2O

c. Adsorbsi dengan sponge iron


Adsorbsi sponge iron adalah serpihan kayu yang telah di impregnasi dengan
Fe2O3.6H2O. Penyerapan terjadi pada permukaan adsorben saat terjadinya

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

kontak antara gas dengan padatan, sehingga terjadi reaksi antara ferri oksida
dengan sulfur, menurut reaksinya adalah:
Fe2O3.6H2O + 3H2S

Fe2S3.6H2O + 3H2O

2.4 Karakteristik Sponge Iron


Adsorben sponge iron adalah kayu loak yang berbentuk chip yang telah
dijenuhkan dengan ferri (III) hidroksida, serbuk sponge iron memiliki porous yang
sangat halus dari besi yang dibuat dengan cara mereduksi (oksigen removal) besi
oksida pada temperatur tepat dibawah titik leleh dari besi disebut Direct Reduce Iron
(DRI).
Pada pemaksimalan proses penyerapan kandungan sulfur (hidrogen sulfida)
oleh sponge iron adsorbent maka sangatlah penting untuk menjaga kondisi operasi
prosesnya, namun terdapat hal yang lebih penting dari kondisi operasi proses yaitu
pengontrolan produk sponge iron itu sendiri, sehingga sangatlah perlu mengetahui
spesifikasi dari sponge iron.
Tabel 2.2. Spesifikasi kimia sponge iron
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Karakteristik
% Non- magnetic
% Metalic Fe
% Total Fe
Metallisation
% Phosphorous
% Sulphur
% Carbon
% SiO2 + Al2O3
% moisture

Kebutuhan
1,0 Max
81 Max
91 Max
88 Min
0,05 Max
0,03%
0,3 Max
5 Max
30,6

http://www.jindalsteelpower.com/sponge-iron.html

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

2.5 Mekanisme Penyerapan Sponge Iron


Gas bumi yang menjadi bahan mentah utama pembuatan NH3 dan CO2, perlu
melewati tahap pemurnian terlebih dahulu karena mengandung beberapa pengotor,
diantaranya adalah senyawa sulfur (berupa H2S, RSH dan RSSH). Sebagai contoh,
kadarnya dalam gas bumi yang dimanfaatkan PT PIM adalah sekitar 100 ppm. Proses
desulfurisasi tahap pertama adalah penyingkiran H2S dengan adsorben berbasis Fe2O3
berupa Sponge atau Mixed Iron Oxide yaitu adsorben yang mengandung Fe2O3.H2O
atau hamparan serbuk Fe2O3.H2O pada serpihan kayu (Ferro Sweet - 15 Physichem).
PT. Pupuk Iskandar Muda mengkonsumsi adsorben sebanyak 240 m3/tahun dan
mengeluarkan biaya 400 juta rupiah per tahun (komponen biaya transportasi paling
besar) untuk mengimpornya dari Amerika Serikat, karena tak dapat diperoleh di dalam
negeri dan dari negeri lain yang lebih dekat. Jadi, penghematan devisa yang tidak
sedikit dapat dicapai jika Indonesia dan khususnya PT. Pupuk Iskandar Muda dapat
memproduksi sendiri adsorben ini.
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-s2-2000-nurul-968adsorben

Sponge iron yang digunakan sebagai adsorben pada unit desulfurizer akan
mengikat sulfur yang terkandung dalam gas umpan dalam bentuk hydrogen sulfida.
Sempurna. Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut
Fe2O3.6H2O + 3H2S

Fe2S3.6H2O + 3H2O

Reaksi diatas harus berlangsung dalam kondisi basa (pH 8,0 9,0), karenaH2S
akan bereaksi dengan besi oksida membentuk ferro sulfida pada kondisi asam, dan
ferro sulfide tersebut sangat sulit untuk diregenerasi.
Fe2O3.3H2O + 3H2S

2FeS + S + 4H2O

(kondisi pH asam)

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

Panas yang dihasilkan dari radiasi sponge iron dengan H2S akan membuat
ferro sulfide (FeS) bereaksi dengan sulfur bebas membentuk ferro disulfide (FeS2).
FeS + S

FeS2

Ferro disulfida adalah senyawa inert yang sulit untuk diregenerasi kembali
menjadi sponge iron. Pada suhu 100oF, FeS dapat teroksidasi menjadi ferro sulfat,
berdasarkan reaksi:
FeS + 2O2

FeSO4

Ferro sulfat akan bereaksi dengan air yang terbentuk dari reaksi
penyerapan sulfur pada kondisi asam. Hal ini menyebabkan kondisi dalam vessel
semakin asam. Sehingga akan mempengaruhi life time sponge iron itu sendiri. Untuk
menjaga agar pH tetap berkisar antara 7,5-9 dilakukan penambahan soda ash
(Na2CO3). Soda ash juga berfungsi menjaga kelembaban sponge iron.
Kelembaban dari sponge iron menjadi factor yang sangat penting karena
apabila uap air didalam gas umpan masuk dengan tekanan lebih besar dari tekanan
yang ada dalam sponge iron, menyebabkan pengikatan uap air oleh spomge iron.
Begitu pula pada kondisi sebaliknya menyebabkan sponge iron kehilangan
kelembaban 30% - 40% wt. Kelembaban dapat dimonitor melalui jumlah tetesan air
diindikasikan sebagai kondisi kering (dry), kelembaban yang terlalu tinggi (lebih dari
45% wt) mengakibatkan pengurangan umur adsorben.(Duckworth, 1965)

2.6 Proses Shell-Paques Untuk Bio-Desulfurisasi Aliran Gas

Salah satu lisensi proses bio-desulfurisasi untuk aliran gas adalah Shell Paques
dari Shell Global Solutions International dan Paques Bio-Systems. Proses ini sudah
diterapkan secara komersial sejak tahun 1993, dan saat ini kurang lebih terdapat
sekitar 35 unit bio-desulfurisasi dengan lisensi Shell-Paques beroperasi di seluruh

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

dunia.
Proses ini dapat menyingkirkan sulfur dari aliran gas dan menghasilkan hidrogen
sulfida dengan kapasitas mulai dari 100 kg/hari sampai dengan 50 ton/hari,
menggunakan mikroorganisme Thiobacillus yang sekaligus bertindak sebagai katalis
proses bio-desulfurisasi. Dalam proses ini, aliran gas yang mengandung hidrogen
sulfida dilewatkan pada absorber dan dikontakkan pada larutan soda yang
mengandung mikroorganisme. Senyawa soda mengabsorbi hidrogen sulfida, dan
kemudian dialirkan ke bioreaktor THIOPAQ berupa tangki atmosferik teraerasi
dimana mikroorganisme mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur elementer secara
biologis dalam kondisi pH 8,2-9. Sulfur hasil reaksi kemudian melalui proses
dekantasi untuk memisahkan dengan cairan soda. Cairan soda dikembalikan ke
absorber, sedangkan sulfur diperoleh sebagai cake atau sebagai sulfur cair murni.
Karena sifatnya yang hidrofilik sehingga mudah diabsorpsi oleh tanah, maka sulfur
yang dihasilkan dari proses ini dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan baku
pupuk.Tahapan reaksi bio-desulfurisasi dapat digambarkan sebagai berikut :

Absorpsi H2S oleh senyawa soda

Pembentukan sulfur elementer oleh mikroorganisme

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

Keunggulan dari proses Shell-Paques adalah :

dapat menyingkirkan sulfur dalam jumlah besar (efisiensi penyingkiran


hidrogen sulfida dapat mencapai 99,8%) hingga menyisakan kandungan
hidrogen sulfida yang sangat rendah dalam aliran gas (kurang dari 4 ppmvolume)

pemurnian gas dan pengambilan kembali (recovery) sulfur terintegrasi dalam 1


proses- gas buang (flash gas/vent gas) dari proses ini tidak mengandung gas
berbahaya, sehingga sebelum dilepas ke lingkungan tidak perlu dibakar di
flare. Hal ini membuat proses ini ideal untuk lokasi-lokasi dimana proses yang
memerlukan

pembakaran

(misalnya

flare

atau

incinerator)

tidak

dimungkinkan.

menghilangkan potensi bahaya dari penanganan solvent yang biasa digunakan


untuk melarutkan hidrogen sulfida dalam proses ekstraksi

sifat sulfur biologis yang hidrofilik menghilangkan resiko penyumbatan


(plugging atau blocking) pada pipa

Bio-katalis yang digunakan bersifat self-sustaining dan mampu beradaptasi


pada berbagai kondisi proses

Konfigurasi proses yang sederhana, handal dan aman (antara lain beroperasi
pada suhu dan tekanan rendah) sehingga mudah untuk dioperasikan

Proses Shell-Paques ini dapat diterapkan pada gas alam, gas buang regenerator
amine, fuel gas, synthesis gas, serta aliran oksigen yang mengandung gas
limbah yang tidak dapat diproses dengan pelarut.

http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Riski%20Septiadevana%2006
06249_IE6.0/halaman_15.html

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

2.7 Sponge Iron Vessel Desain


Pada Ammonia Plant-II volume sponge iron yang digunakan 68,8 m3, dengan
desain pressure 44 Kg/cm2G, dan temperature 70oC
2.8 Regenerasi Sponge Iron
Selama masa service sponge iron akan mengikat sulfur yang terdapat dalam
senyawa hydrogen sulfide dan menyerap sebagian kecil mercaptan, dalam selang
waktu tertentu ini akan mengalami kejenuhan sehingga tidak mampu lagi megikat
sulfur yang ada dalam gas umpan. Tingkat kejenuhan sponge iron bervariasi, namun
operasi dibatasi oleh kandungan sulfur yang terdapat pada gas yang keluar dari sponge
iron tersebut. Apabila telah mencapai batas kandugan yang ditentukan, maka sponge
iron tersebut harus diregenerasi atau diganti.
Regenerasi sponge iron adalah suatu prose kimia yang dimaksudkan unutk
mengubah besi sulfide yang terbentuk selama service menjadi besi oksida kembali.
Secara teori proses kimia yang terjadi pada regenerasi sponge iron denan persamaan
reaksi:
2Fe2S3 + 3O2

2Fe2O3.5H2O + 6S + Heat

Panas yang ditimbulkan akan menyebabkan kenaikan temperature pada sponge


iron, Karena pada suhu 40oC sponge iron akan mengalami dehidrasi yang berakibat
pada pengurangan aktifitas penyerapan pada service kembali, maka panas tersebut
harus dikeluarkan melalui vent dengan menggunakan gas inert sebagai gas
carrier.(Andriano, 1985)
Menurut Hall, 1985 terdapat beberapa cara dalam meregenerasi sponge iron, yaitu:

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

a. Regenerasi di dalam vessel


Regenerasi didalam bejana ( continous revivifaction) dilakukan dengan
menginjeksikan sedikit demi sedikit udara ke dalam gas umpan sampai kandungan
oksigen 3% yang menuju sponge iron. Oksigen bereaksi dengan ferri sulfide
menjadi ferri oksida teroksidasi.
2Fe2S3 + 3O2

2Fe2O3.5H2O + 6S + Heat

Kelebihan metode ini adalah peralatan dapat berjalan seperti keadaan normal
operasi, akan tetapi sisa- sisa oksigen uang diinjeksikan dapat bereaksi dengan
keadaan hidrokarbon berat mmbentuk deposit karbon pada adsorben yang
mengakibatkan pengurangan umur pemakaiannya.
Panas yang tinggi juga mengakibatkan pengurangan kadar air pada sponge iron
dan merusak lapisan epoxy di dinding bejana. Regenerasi dengan cara ini juga
mengakibatkan korosi karena dalam kondisi basah dan gas sulfur yang terperangkap
didalam bejana. Waktu yang dibutuhkan apabila pengontrolan dan penanganan
dilakukan dengan baik adalah kurang dari 24 jam.
b.

Regenerasi diluar vessel


Regenerasi diluar bejana atau regenerasi secara periodik dilakukan denga

cara pengeluaran sponge iron yang telah jenuh dari vessel untuk dihamparkan di udara
bebas membentuk ferri oksida kembali. Reaksi ini berlangsung secara eksoterm
sehingga sponge iron disemprot dengan air agar mengurangi efek panas dan menjaga
kelembaban. (Hall, 1985)

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat Dan Bahan


3.1.1

Alat

Knock-Out Drum (51-116-F)

Sponge Iron Vessel (61-201-DA)


FI-1028
FRC

burner

DA

DB

DC

KO.Dru
m

FIQ-1872

Gambar 3.1

Pengoperasian sponge iron vessel 61-201-DA/DB/DC secara seri

Keterangan:
FIQ- 1872

: volume laju gas dari PT. EXXON MOBIL (Nm3/H)

FI- 1028

: volume laju gas pada burner (Nm3/H)

FRC Actual

: volume laju gas sponge iron vessel 61- 201- DA(Nm3/H)

3.1.2

Bahan

- Gas alam
- Sponge iron (Fe2O3)

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

3.2

Prosedur Penelitian
- Gas alam sebagai bahan baku pembuatan ammonia yang berasal dari PT.
EXXON MOBIL dimasukkan ke dalam Knock-Out Drum ( 51-116-F) yang
berfungsi memisahkan senyawa hidrokarbon berat.
- Dari Knock-Out Drum sebagian gas alam digunakan sebagai bahan bakar dan
sebagian lagi digunakan sebagai gas umpan pembuatan ammonia.
- Gas alam yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan ammonia dialirkan
ke sponge iron vessel (61-201-DA) yang dioperasikan secara seri untuk
dihilangkan kandungan sulfur yang terdapat pada gas alam dari 300 ppm
setelah melewati sponge iron vessel menjadi 0,05 ppm

3.3

Perhitungan

A. Menghitung laju masuk gas alam (FRC)


FRC

= FIQ1872 (Nm3/H) FI1028 (Nm3/H)


= 18000 (Nm3/H) 8000 (Nm3/H)
= 10000 Nm3/H

Berdasarkan table 4.1


B. Menghitung Sulfur P/U
Sulfur P/U (Kg/Day) =

=
= 0,02 Kg/ Day

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

C. Menghitung efisiensi penyerapan sponge iron


Efisiensi

=
=
= 232,6%

Dengan cara yang sama dilakukan perhitungan sulfur pick-up dapat dilihat pada table
4.1

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel 4.1 . Data sulfur pick up sponge iron vessel 61-201-DA charge 10
H2S In

Sulfur

Life

FIQ-

FI-

FRC

H2S

Time

1872

1028

Actual

Out

(hari)

Nm3/H

Nm3/H

Nm3/H

ppm

pH

Sulfur P/U

P/U

( Kg/ Day )

Akumula

ppm
tif

18000

8000

10000

0.24

7.8

0.18

0.02

0.02

33200

11800

21400

0.62

6.8

0.13

0.36

0.38

40100

14300

25800

3.49

6.8

0.1

3.02

3.40

39900

13790

26110

5.18

7.1

0.15

4.53

7.93

40100

13020

27080

7.85

7.0

0.15

7.19

15.12

36100

12410

23690

3.58

7.3

0.05

2.88

18.00

33200

11510

21690

4.1

7.3

0.01

3.06

21.06

34500

12040

22460

3.7

7.2

0.17

2.73

23.79

39000

12850

26150

4.52

7.9

0.15

3.94

27.73

10

40000

12290

27710

5.52

7.6

0.18

5.10

32.83

11

40800

12870

27930

3.85

7.5

0.15

3.56

36.40

12

42500

14060

28440

4.13

7.7

0.1

3.95

40.35

13

42600

14110

28490

4.71

7.5

0.15

4.48

44.83

14

42200

13920

28280

3.26

7.5

0.17

3.01

47.84

144

43800

14830

28970

365.56

7.6

237.17

128.24

18873.68

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

Keterangan:
FIQ- 1872

: volume laju gas dari PT. EXXON MOBIL (Nm3/H)

FI- 1028

: volume laju gas pada burner (Nm3/H)

FRC Actual

: volume laju gas sponge iron vessel 61- 201- DA(Nm3/H)

H2S in

: konsentrasi sulfur pada gas alam sebelum masuk ke


desulfurizer (ppm)

H2S out

: konsentrasi sulfur pada gas alam sesudah masuk ke


desulfurizer (ppm)

Sulfur P/U

: jumlah sulfur yang diserap (Kg/ Day)

Sulfur P/U akumulatif : akumulasi jumlah sulfur pick up yang terserap (Kg)
4.2

Pembahasan
Gas alam sebagai bahan baku proses dialirkan ke dalam Desulfurizer (61-

201-DA/DB/DC) yang berisikan sponge iron, yang berfungsi menyerap sulfur yang
ada dalam gass alam. Masing- masing Desulfurizer mempunyai volume 68,8 M3.
Umur operasinya diperkirakan 90 hari untuk kandungan H2S didalam gas alam
maksimum 80 ppm dan keluar dari Desulfurizer diharapkan kandungan H2S dalam gas
menjadi 5 ppm.
Penyerapan sulfur oleh sponge iron terjadi pada permukaan sponge iron saat
terjadi kontak antara gas dengan padatan, sehingga reaksi yang terjadi
Fe2O3.6H2O + 3H2S

Fe2S3.6H2O + 3H2O

Proses penyerapan diharapkan agar semua Fe2O3.6H2O (58,7%) dapat


bereaksi dengan H2S, sehingga gas alam yang masuk pada seksi reforming dan
converter bebas dari kandungan sulfur.
Selama masa operasi berlangsung sponge iron vessel 61-201-DA telah
dioperasikan dengan baik. Pada table 5.1 dapat kita lihat pH berkisar 7,5 -8. Namun

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

pada life time tertentu, sponge iron mengalami kondisi dry, dimana sponge iron
mengalami dehidrasi sehingga mempengaruhi aktifitas penyerapan. Sponge iron
vessel 61-201-DA mampu bekerja lebih dari life time desainnya yaitu mencapai 144
hari dan efisiensi penyerapan mencapai 232,6%. Faktor- factor yang mempengaruhi
efisiensi penyerapan sponge iron adalah sebagai berikut:
1.

pH
Agar sponge iron bekerja secara optimal sponge iron harus dalam kondisi

basa dimana pH berkisar 7,5-9. Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut:


Fe2O3.6H2O + 3H2S

Fe2S3.6H2O + 3H2O

Pada kondisi asam H2S akan bereaksi dengan iron oxide membentuk ferro
sulfide dan ferro sulfide ini sangat sulit diregenerasi.
Fe2O3.3H2O + 3H2S

2FeS + S + 4H2O ferro sulfida

Panas yang dihasilkan dari radiasi sponge iron dengan H2S akan membuat
ferro sulfide (FeS) bereaksi dengan sulfur bebas membentuk ferro disulfide (FeS2).
FeS + S

FeS2

Ferro disulfide adalah senyawa inert yang sulit diregenarasi menjadi sponge
iron. Pada suhu 100oF, FeS akan teroksidasi menjadi ferro sulfat.
FeS + 2O2

FeSO4

Ferro sulfat akan bereaksi dengan air yang terbentuk dari reaksi penyerapan
sulfur pada kondisi asam. Hal ini menyebabkan kondisi dalam vessel semakin
asam. Sehingga akan mempengaruhi life time sponge iron itu sendiri. Untuk
menjaga agar pH tetap berkisar antara 7,5-9 dilakukan penambahan soda ash
(Na2CO3). Soda ash juga berfungsi menjaga kelembaban sponge iron. Hal ini
dilakukan agar sponge iron tidak mengalami kondisi dry yang diakibatkan karena

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

reaksi berlangsung merupakan reakis eksoterm. Sehingga panas yang dihasilkan


dapat menguapkan kandungan air dari sponge iron.
2.

Volume laju masuk gas


Efisiensi penyerapan sponge iron juga dipengaruhi oleh volume laju gas

masuk ke dalam sponge iron vessel. Dengan mengurangi volume laju masuk gas
ke dalam sponge iron vessel menjadi 85% dari kapasitas desainnya maka akan
memperpanjag life time dari sponge iron tersebut. Hal ini disebabkan karena
dengan mengurangi volume laju masuk gas ke dalam sponge iron vessel maka
semakin sedikit sulfur yang akan di serap oleh sponge iron.
3.

Metode pengoperasian sponge iron vessel secara seri


Pengoperasian sponge iron vessel secara seri dilakukan dimana setiap

adsorben dengan charge baru akan dioperasikan sebagai vessel ketiga, kemudian
akan switch vessel kedua apabila salah satu charge telah offline, dan apabila
charge yang telah offline tersebut dioperasikan kembali dengan charge berikutya
maka charge sebelumnya berada pada vessel kedua akan bmenjadi vessel pertama,
dan begitu seterusnya. Pola pengoperasian ini terbukti mampu menambah life time
sponge iron karena batas akumulasi maksimum sulfur dicapai dalam waktu yang
lama akibat sulfur yang terserap dimulai dari yang kandungannya paling kecil.
FI-1028
FRC

DA
FIQ-1872

Gambar 4.1

DB

DC

KO.Dru
m

Pengoperasian sponge iron vessel 61-201-DA/DB/DC secara seri

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian- uraian yang telah dibahas pada Sub Bab Pembahasan,
dapat

diambil

beberapa

kesimpulan

mengenai

penyerapan

sulfur

dengan

menggunakan sponge iron pada unit Desulfurizer Ammonia Plant-II yaitu


1. Adsorben sponge iron adalah serpihan kayu yang telah diimpregnasi
Fe2O3.6H2O. Fungsi bahan ini adalah sebagai penyerap H2S yang terdapat
didalam gas alam.
Fe2O3.6H2O + 3H2S

Fe2S3.6H2O + 3H2O

2. Sponge iron vessel Ammonia Plant-II

memiliki desain volume 68,8 m3,

dengan life time selama 90 hari untuk kandungan sulfur maksimum 80 ppm.
3. Jumlah Sulfur yang diserap oleh sponge iron vessel 61-201-DA sebanyak
18873,68 Kg selama 144 hari service dengan efisiensi penyerapan 232,6%.
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi efisiensi penyerapan sulfur oleh sponge
iron adalah: pH, Volume laju masuk gas, dan pengoperasian sponge iron
vessel secara seri.
5.2. Saran
Kepada para peneliti selanjutnya, disarankan agar lebihdapat mengamati pH
jangan sampai pH dibawah range sehingga didapat efisiensi sponge iron yang lebih
maksimum.

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

DAFTAR PUSTAKA

Achiruddin, 2004, Penggunaan Zat Adsorber Silica Gell Pada Mesin Pendingin, eUSU Repository.
Andriano,1985, Regenerasi Sponge Iron Di dalam Vessel, PT. Pupuk Iskandar Muda :
Lhokseumawe.
Duckworth, G.L and J.H Geddes, 1965, Natural Gas Desulfurizer by The Iron Sponge
Process. Cooely-GPM Inc, USA.
Geankoplis, C.J.,1983, Transport Process and Unit Operation, Second edition, Allyn
and Bacon, Inc: Boston.
Hall, H.Jhon, 1985, Iron Sponge, Connely-GPM Inc, New Jersey
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-s2-2000nurul-968-adsorben. Diakses pada 20 mei 2009
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Riski%20Septiadevana%2006
06249_IE6.0/halaman_15.html. Diakses pada 20 mei 2009
http://www.jindalsteelpower.com/sponge-iron.html. Diakses pada 20 mei 2009
McCabe,W.L and J.E, Smith, 1994, Operasi Teknik Kimia, Jilid 1, Edisi Keempat,
Erlangga, Jakarta.
Smith, J.M., 1981.Chemical Engineering Kinetics, 3rd ed., McGraw-Hill Companies
Inc.
Suhendrayatna, 2005, Operasi Teknik kimia 2, 1st ed., Jurusan Teknik Kimia Unsyiah,
Banda Aceh.
Taylor, D.K., 1956, How To Desulfurizer Natural Gas, The Oil and Gas Journal.
Treyball, E.R., 1981, Mass Transfer Operation, McGraw- Hill Companies Inc.

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

Lampiran I
Diagram Sederhana Desulfurizer

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

LAMPIRAN II
Diagram alir sederhana pembuatan amonia pada PIM-2
PROCESS FLOW DIAGRAM AMMONIA-2
Pretreatment
Mercury
PT. PUPUK ISKANDAR MUDA
HT Shift Converter HTS Eff. Stream
Guard Pretreatme Feed gas Cooler
(61-201-C)
nt CO2
Generation
(61-104-D1)
Chamber
Secondary
Feed Gas
Steam Drum
(61-103-C1/C2)
(61-202-D) Absorber
Reformer
Compressor
(61-101-F)
(61-201-E) Pretreatment
LT Shift Converter
(61-103-B)
(61-102-J)
Primary
Sponge Pretreatment
CO2 Stripper
Start up
LTS Eff./BFW
(61-104-D2)
NG KO
Reformer
Iron Vessel LP Flash
Reboiler
Cooler
Exchanger
Desulfurizer
Secondary Reformer
Drum
Pretreatm
(61-101-B)
(61-201(61-105-C)
(61-131-C)
vessel
Waste Heat Boiler
Column ent Rich (61-205-C Feed Gas
(61-200DA/B/C) (61-202-E)
61(61-108-D)
(61-101-C) HP Steam Superheater
F)
KO Drum
sol.Heater
HTS Eff./LP BFW
202-C
(61-102-C)
to fuel
(61-144-F)
(61-201-C)
Convection
radiant
Exchanger
101-F
section
section
(61-106-C)
Air from
101-J

cw

NATURAL
GAS

108-D
200-F

201-DA/DB/DC 202-D

201E

to burn
pit
vent to atm

from 131-C
104-D1

103-D

103-C1/C2

144-F
102-J

To burn
pit

61-201-C

101-C

104-D2

102-C

61-131-C

steam
61-205-C

109-DA/
DB

123-C1/
C2

61106-C
104-F

61-167-C 61-128-C

steam
CO2 to Urea Plant

61-172-C

61-127-C

To Ammonia
Recovery

105-C

to 101-BCS2

202-E

105-J

cw
To Ammonia
Recovery

105-D

124-C

121-C

106-D
To Water
Treatment
61-114-C

107-F

101-E

61-115-C

109-F

CF1 CF2 CF3 CF4

102-E

61-107-JA/JB/JC 61-109-C
61-110-C

61-112-C

NH3 to Urea Plant

To 103-J

113-J/JA
106-F

NH3 to Storage
124-J/JA

Cold NH3
NH3 Let Down NH3
Ammonia
Drum Separator Product Pump Unitized Chiller
(61-107-F) (61-106-F) (61-124-J/JA) (61-120-C)

Refrigerant
Receiver
(61-109-F)
Warm NH3
Product Pump
(61-113-J)

Ammonia Synthesis
Converter
(61-105-D)

Methanator
Preheater
Lean Sol.
(61-172-C)
Cooler CO Stripper
Molecular Sieve Syn. Gas Comp.
2
(61-110-C) (61-102-E)
Methanator
Dryer (61-109-DA/ Suct. Drum
(61-104-F)
(61-106-D)
DB)
CO2
Lean Sol. Pump
Methanator Absorber (61-107-JA/JB/JC)
Syn. Gas
(61-101Feed/Eff.
Compressor
Methanator Eff.
E) Lean Sol. BFW Lean/Semi Lean
Exchanger
(61-103-J)
Cooler
Sol. Exchanger
Exchanger
(61-114-C)
(61-115-C)
(61-112-C)
(61-109-C)

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

LAMPIRAN III
Diagram alir sederhana pembuatan urea pada PIM-1

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

LAMPIRAN IV
Data Sulfur Pick-Up Oleh Sponge IRON Vessel 61-201-DA
H2S In
Life
Time

FIQ1872

FI1028

FRC

ppm

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46

18000
33200
40100
39900
40100
36100
33200
34500
39000
40000
40800
42500
42600
42200
42400
42400
42600
42600
42300
42000
41100
41100
40600
40700
40600
40600
40200
40200
41300
41500
41500
41400
41300
41300
41200
41300
41400
41300
41200
41200
41300
41400
41000
41100
40400
41300

8000
11800
14300
13790
13020
12410
11510
12040
12850
12290
12870
14060
14110
13920
14030
14230
14330
14290
14280
14330
14360
14330
14290
14200
14180
14190
14060
14060
14520
14550
14550
14520
14520
14550
14500
14540
14590
14440
14450
14480
14470
14450
14370
14370
14330
14510

10000
21400
25800
26110
27080
23690
21690
22460
26150
27710
27930
28440
28490
28280
28370
28170
28270
28310
28020
27670
26740
26770
26310
26500
26420
26410
26140
26140
26780
26950
26950
26880
26780
26750
26700
26760
26810
26860
26750
26720
26830
26950
26630
26730
26070
26790

0.24
0.62
3.49
5.18
7.85
3.58
4.1
3.7
4.52
5.52
3.85
4.13
4.71
3.26
3.94
4.59
4.38
4.31
4.95
4.68
4.26
4.68
6.53
6.67
7.26
6.16
6.33
7.84
5.28
11.41
12.91
18.24
20.84
20.25
20.43
19.3
22.05
24.87
24.33
14.47
23.29
31.87
39.22
29.33
39.22
37.97

pH

H2S
Out

Sulfur P/U
( Kg )

7.8
6.8
6.8
7.1
7.0
7.3
7.3
7.2
7.9
7.6
7.5
7.7
7.5
7.5
7.4
7.0
Dry
Dry
Dry
Dry
Dry
Dry
Dry
Dry
Dry
7.8
7.4
7.3
7.4
dry
Dry
Dry
Dry
Dry
Dry
7.6
Dry
Dry
Dry
Dry
Dry
Dry
Dry
Dry
7.3
Dry

0.18
0.13
0.1
0.15
0.15
0.05
0.01
0.17
0.15
0.18
0.15
0.1
0.15
0.17
0.19
0.31
0.08
0.09
0.19
0.15
0.09
0.13
0.2
0.4
0.37
0.3
0.18
0.24
0.18
0.36
0.43
0.72
0.47
0.82
0.77
0.8
0.75
1.11
1.14
1.51
1.71
1.13
1.29
1.47
2.21
1.91

0.02
0.36
3.02
4.53
7.19
2.88
3.06
2.73
3.94
5.10
3.56
3.95
4.48
3.01
3.67
4.16
4.19
4.12
4.60
4.32
3.84
4.20
5.74
5.73
6.28
5.34
5.54
6.85
4.71
10.27
11.60
16.24
18.81
17.92
18.10
17.07
19.69
22.00
21.39
11.94
19.96
28.56
34.83
25.68
33.27
33.31

Sulfur
P/U
Akumula
tif
0.02
0.38
3.40
7.93
15.12
18.00
21.06
23.79
27.73
32.83
36.40
40.35
44.83
47.84
51.51
55.66
59.86
63.97
68.57
72.90
76.74
80.94
86.68
92.41
98.69
104.02
109.57
116.41
121.12
131.39
142.99
159.22
178.03
195.95
214.05
231.12
250.81
272.81
294.20
306.14
326.10
354.67
389.49
415.17
448.44
481.74

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97

41100
40600
41300
41300
41400
41400
41300
41300
40700
41400
41100
41200
41300
41200
41300
41300
41200
41200
41100
41100
41200
41300
41300
41100
41500
41100
41200
29100
14000
34500
39300
40700
40600
40900
40900
40700
40400
41800
42600
42900
43200
43500
44100
44600
44500
44700
44700
44400
44400
43600
42700

14420
14090
14520
14510
14500
14480
14440
4420
14270
14350
14370
13830
14350
14410
14380
14440
14420
14390
14420
14350
14480
14470
14340
14410
14430
14300
14370
10370
5860
12760
13450
14300
14210
14250
14300
14300
13890
14390
14520
14510
14500
14530
14750
14860
14770
14770
14780
14800
14750
14670
14620

26680
26510
26780
26790
26900
26920
26860
36880
26430
27050
26730
27370
26950
26790
26920
26860
26780
26810
26680
26750
26720
26830
26960
26690
27070
26800
26830
18730
8140
21740
25850
26400
26390
26650
26600
26400
26510
27410
28080
28390
28700
28970
29350
29740
29730
29930
29920
29600
29650
28930
28080

42.19
45.96
47.44
50.03
47.66
51.21
51.41
57.88
62.9
62.07
76.67
77.46
72.04
73.91
81.91
91.9
79.34
91.62
86.74
95.72
94.29
89.85
97.4
101.98
125.52
111.9
110.13
110.13
430.57
430.57
430.57
430.57
430.57
331.25
331.25
331.25
379.6
379.6
379.6
331.91
331.91
331.91
331.91
331.91
331.91
331.91
331.91
331.91
331.91
331.91
331.91

Dry
Dry
Dry
Dry
Dry
Dry
Dry
7.5
Dry
Dry
Dry
Dry
Dry
Dry
Dry
Dry
Dry
7.6
Dry
Dry
Bnt
Bnt
Bnt
Bnt
Bnt
Bnt
7.8
7.8
Dry
Dry
Dry
Dry
Dry
Bnt
Bnt
Bnt
7.7
7.7
7.5
7.4
7.4
8.2
7.4
7.4
7.5
7.5
7.6
7.4
7.4
7.3
7.2

1.67
1.76
2.06
1.65
3.48
2.25
2.19
2.41
2.47
3.14
3.4
3.88
3.27
3.55
3.86
3.31
4.32
5.46
5.06
5.66
5.02
7.1
8.76
8.22
5.79
8.72
9.85
9.85
0.44
4.03
6.28
16.77
18.03
22.02
23.59
22.04
27.77
25.81
28.75
28.97
30.27
29.24
30.77
43.61
44.1
40.83
40.51
54.06
43.61
51.07
55.14

37.27
40.40
41.90
44.69
40.98
45.44
45.58
70.53
55.07
54.96
67.53
69.44
63.90
64.99
72.44
82.04
69.27
79.64
75.14
83.06
82.24
76.55
82.39
86.28
111.75
110.10
92.76
64.76
120.72
319.72
378.16
376.65
375.36
284.14
282.16
281.45
321.58
334.35
339.68
296.53
298.48
302.32
304.74
295.62
295.02
300.38
300.61
283.56
294.73
280.13
267.96

519.02
559.42
601.32
646.01
686.98
732.42
778.01
848.54
903.61
958.57
1026.09
1095.53
1159.43
1224.42
1296.86
1378.91
1448.17
1527.82
1602.95
1686.02
1768.26
1844.81
1927.20
2013.48
2125.23
2235.33
2328.09
2392.85
2513.57
2833.29
3211.45
3588.10
3963.46
4247.60
4529.76
4811.22
5132.80
5467.15
5806.82
6103.35
6401.84
6704.16
7008.89
7304.51
7599.53
7899.91
8200.51
8484.08
8778.80
9058.93
9326.89

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144

43000
42900
42500
42000
42400
42700
42100
42600
42500
42400
42300
42100
41900
42700
42900
42800
42900
43100
42900
43200
43000
42900
43000
43300
42700
43500
43700
43300
43300
43300
43200
43500
43400
43600
43500
43500
43500
43500
43600
43500
43500
43600
43400
43500
43500
43800
43800

14710
14710
14700
14510
14670
14660
14470
14580
14520
14390
14290
14280
14240
14310
14410
14490
14440
14450
14600
14720
14660
14490
14670
14750
14620
14800
14780
14680
14800
14800
14720
14720
14730
14770
14810
14820
14770
14810
14800
14830
14700
14770
14750
14750
14810
14890
14830

28290
28190
27800
27490
27730
28040
27630
28020
27980
28010
28010
27820
27660
28390
28490
28310
28460
28650
28300
28480
28340
28410
28330
28550
28080
28700
28920
28620
28500
28500
28480
28780
28670
28830
28690
28680
28730
28690
28800
28670
28800
28830
28650
28750
28690
28910
28970

331.91
331.91
331.91
332.89
332.89
332.89
332.89
332.89
332.89
332.89
332.89
332.89
332.89
332.89
332.89
332.89
332.89
367.89
367.85
367.89
367.85
367.85
367.85
367.85
366.91
366.91
366.91
366.91
366.91
366.91
366.91
365.58
365.58
365.58
365.58
365.58
365.58
365.58
355.76
355.76
355.76
365.56
365.56
365.56
365.56
365.56
365.56

7.3
7.3
Dry
8.9
7.5
7.7
7.8
Dry
7.5
7.5
7.4
7.4
7.4
7.4
7.3
7.8
7.4
7.4
7.4
7.5
7.5
Dry
7.7
7.6
Dry
7.5
Dry
7.5
7.5
7.6
7.6
7.6
Dry
7.5
Dry
Dry
7.6
Dry
7.4
7.6
7.6
7.5
7.9
7.5
7.5
7.5
7.6

65.12
60.44
67.95
74.48
78.08
73.18
90.16
97.51
101.3
101.38
107.48
118.04
116.14
130.67
145.06
131.82
131.62
133.45
133.9
126.86
128.28
163.67
173.47
177.39
169.22
150.93
165.63
119.64
125.88
181.63
157.46
187.19
186.21
194.05
190.13
206.14
161.71
180
161.38
209.75
153.21
183.27
193.4
210.38
195.03
211.69
237.17

260.23
263.85
253.01
244.92
243.62
251.08
231.23
227.40
223.42
223.58
217.69
206.08
206.71
197.94
184.50
196.26
197.50
231.58
228.27
236.68
234.09
200.00
189.87
187.48
191.39
213.72
200.70
244.00
236.84
182.06
205.67
177.01
177.31
170.50
173.55
157.66
201.95
183.57
193.02
144.33
201.13
181.20
170.06
153.82
168.69
153.37
128.24

9587.11
9850.97
10103.97
10348.90
10592.52
10843.60
11074.83
11302.23
11525.65
11749.23
11966.91
12173.00
12379.70
12577.65
12762.15
12958.41
13155.91
13387.49
13615.76
13852.44
14086.53
14286.53
14476.40
14663.88
14855.27
15068.99
15269.69
15513.69
15750.54
15932.60
16138.27
16315.28
16492.59
16663.09
16836.65
16994.31
17196.25
17379.83
17572.84
17717.17
17918.30
18099.50
18269.56
18423.38
18592.07
18745.44
18873.68

Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel (61-201-DA) Unit Desulfurizer Pada Ammonia
Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009.

Anda mungkin juga menyukai