PENDAHULUAN
1
2
1 Senin s/d Kamis 07.00 s/d 16.00 WIB 12.00 s/d 13.00 WIB
3
4
pembangunan kembali pada tanggal 3 Juli 2002. Produksi ammonia (first drop)
terjadi pada 18 Februari 2004 dan Proyek PIM-2 dinyatakan selesai pada 15
Agustus 2005.
Tertundanya pembangunan Proyek PIM-2, yang dibangun oleh
konsorsium Toyo Engineering Corporation Japan, PT Rekayasa Industri dan PT
Krakatau Engineering Corporation ini telah berdampak pada peningkatan biaya,
yaitu dari USD 310,2 juta menjadi USD 344,8 juta. PIM-2 telah memakai
teknologi canggih dengan sistem kontrol dan pendektesian menggunakan DCS
(Digital System Control) Centum CS3000 Yokogawa dan PLC serta memakai
Vibration Monitor System 3000 Belty Nevada. Sesuai kebijakan pemerintah pada
tahun 2007 PT Pupuk Iskandar Muda menjadi anak perusahaan PT Pupuk
Indonesia Holding Company (PIHC)
Produk samping yang dihasilkan oleh PT PIM terdiri dari Ammonia, O2,
N2, CO2 cair, dan dry ice atau es kering. Ammonia dingin yang tersimpan dalam
tangki ammonia bisa dijual kepada industri sintesa kimia yang membutuhkannya.
Es kering berfungsi sebagai pendingin untuk mengawetkan makanan, minuman,
buah-buahan, sayuran, dan ikan/udang. Bahan ini berguna untuk meningkatkan
jumlah dan daya tahan bahan makanan yang diawetkan, mengurangi biaya
pengawetan (mengurangi penggunaan balok es), dan memelihara kualitas
makanan yang diawetkan.
a. Dekat dengan sumber bahan baku yang berupa gas alam dari
Lhoksukon dan pengilangannya di PT Perta Arun Gas, serta
MaknaGambar
dari segi2.2 Logo:PT. Pupuk Iskandar Muda
warna
6
e. Kepala Gajah
Menggambarkan kebesaran jiwa dalam dinamika pembangunan.
f. Gajah Putih
Merupakan simbol kebesaran sejarah kesultanan Aceh dimasa Sultan
Iskandar Muda yang telah membawa kemakmuran bangsa.
g. Sepasang Gading
Sepasang gading yang menantang menggambarkan senjata yang
sewaktu-waktu dapat digunakan sebagai pertahanan dari gangguan dan
ancaman dari luar.
h. Dua Puluh Empat Guratan
7
Dua puluh empat guratan pada belalai dan dua garis di pangkal belalai
gajah menggambarkan hari berdirinya PT Pupuk Iskandar Muda pada
tanggal 24 Februari 1982.
i. Tulisan “Pupuk Iskandar Muda”
Menunjukkan nama perusahaan, dan tulisan “Aceh-Indonesia”
menunjukkan lokasi pabrik.
j. Dua Buah Titik
Dua buah titik yang terletak di antara kedua tulisan “Pupuk Iskandar
Muda” dan “Aceh-Indonesia” di atas melambangkan moto karyawan PT
Pupuk Iskandar Muda, yakni “Bertaqwa dan Berprestasi”.
2.4. Visi, Misi, Tata Nilai, Makna dan Tri Tekad Perusahaan
2.4.1 Visi
“Menjadi perusahaan pupuk dan petrokimia yang kompetitif “.
2.4.2. Misi
a. Memproduksi dan memasarkan pupuk dan petrokimia dengan efisien.
b. Memenuhi standar mutu dan berwawasan lingkungan.
c. Memberikan nilai tambah kepada stake holder.
d. Berperan aktif menunjang ketahanan pangan.
2.4.4. Makna
“Berperan aktif dalam ketahanan pangan dan kemakmuran bangsa”.
N2 0,0046
CO2 0,0000
CH4 0,9646
9
C2H6 0,0236
C3H8 0,0050
i-C4H10 0,0009
n-C4H10 0,0011
i-C5H12 0,0002
n-C5H12 0,0000
+
C6H 14 0,0000
(Sumber: Laboratorium Perta Arun Gas, Mei 12, 2016)
Disamping komponen-komponen di atas gas alam juga mengandung
senyawa-senyawa sulfur. Kadar senyawa sulfur yang terdapat dalam gas alam
dapat dilihat pada Tabel 2.2
H2S 80
RSH 0,25
Sulfur Lain 1,35
Hg 160
2.5.1.2 Udara
Udara pada unit ammonia dibutuhkan untuk oksidasi di Secondary
Reformer. Udara proses disuplai dari kompresor udara yang mengambil udara dari
atmosfer dan disaring dengan filter udara untuk menghilangkan debu-debu.
2.5.1.3 Air
Air yang diperlukan adalah air dalam bentuk steam (uap air). Steam di unit
ammonia berasal dari pemanfaatan panas pembakaran yang dihasilkan di
reformer. Adapun sifat fisika dan kimia dari bahan baku pembuatan ammonia
yang meliputi gas alam, udara dan air dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan 2.4 berikut
ini.
Tabel 2.4 Sifat Fisika Bahan Baku
No Komponen Wujud Warna Bau Titik Didih Titik Beku
10
1. Gas Alam
CH4 Gas Tidak Tidak -161oC -182,48oC
CO2 Gas Tidak Tidak -57,5oC -78,4oC
2. Udara
N2 Gas Tidak Tidak -195,8oC -259,2oC
O2 Gas Tidak Tidak 252,7oC -259,1oC
3. Air Cair Tidak Tidak 100oC 0oC
1. Gas Alam
CH4 16 Mudah Terbakar
CO2 44 Tidak Beracun
2. Udara
Zat Pengoksidasi dan
N2 28,02
Pereduksi
O2 32 Reaktif
3. Air 18 Sebagai Pelarut
1:1. CO2 tidak bersifat racun, akan tetapi dapat menimbulkan efek sesak dan
mengganggu keseimbangan tubuh. Sifat fisika dari CO2 disajikan pada Tabel 2.5
Tabel 2.6 Sifat Fisika CO2
Sifat Harga
25oC 33,19
b. Katalis proses
Tabel 2.9 Spesifikasi Katalis pada Pabrik Ammonia
Unit Pemproses Jenis Katalis Dimensi Bentuk Komponen
dalam shift converter bertekanan tinggi dan rendah untuk mengkonversi gas CO
menjadi CO2. Gas-gas oksida dipisahkan dari N2 dan H2 pada unit CO2 removal.
Selanjutnya gas CO2 dikirim ke pabrik urea untuk pembuatan urea
sedangkan gas N2 dan H2 yang disebut gas sistensis dimurnikan dari sisa-sisa CO
dan CO2 pada methanator. Berikutnya gas N2 dan H2 direaksikan dalam ammonia
converter sehingga dihasilkan ammonia. Gas ammonia didinginkan sampai
menjadi cair. Sebagian ammonia cair ini dikirim ke pabrik urea untuk diproses
menjadi urea, sedangkan sebagian lagi disimpan dalam tangki penyimpanan
ammonia sebelum akhirnya dikapalkan. Ammonia dan hydrogen yang terdapat
dalam gas buang diserap kembali pada unit daur ulang tertentu.
2.6.3. Unit Urea
NH3 cair dan CO2 gas dari pabrik ammonia direaksikan sehingga terbentuk
ammonium karbamat. Selanjutnya, ammonium karbamat dihidrolisis menjadi urea
dan air. Urea yang terbentuk dipisahkan dari ammonium karbamat, air dan reaktan
sisa melalui proses flushing. Pada proses ini ammonium karbamat akan terpecah
kembali menjadi ammonia dan CO2 yang akan dikembalikan ke dalam reaktor.
Untuk memisahkan urea dari larutan dilakukan proses pemekatan dengan cara
penguapan. Larutan yang sudah pekat dikirim ke prilling tower (pada pabrik
Urea-1). Urea padat berbentuk prill yang terbentuk sebagian dikirim ke gudang
pupuk curah sebelum dikapalkan dan sisanya dikemas dalam kantong.
2.6.4. Unit Penunjang Produksi PT. Pupuk Iskandar Muda
Pabrik PT Pupuk Iskandar Muda dilengkapi dengan unit penunjang
produksi, diantaranya :
a. Unit Pelabuhan PT Pupuk Iskandar Muda mampu disandari kapal-kapal
curah berbobot mati sampai 25.000 DWT. Kedalaman rata-rata 10,5 meter
pada saat air surut dan dilengkapi dengan sarana untuk memuat pupuk
curah kedalam kapal (ship loader), serta sarana air minum dan sarana
navigasi.
b. Gudang urea terdiri dari:
1. Gudang curah (bulk storage) dengan kapasitas 50.000 ton dan pada
saat ini sedang dalam perluasan untuk PIM-2 dengan kapasitas
17
Unit produksi pada PT Pupuk Iskandar Muda yang mengolah bahan baku
menjadi pupuk urea dibagi menjadi tiga unit yaitu unit Utility, unit Ammonia, dan
unit Urea.
3.1. Unit Utility
Unit utility merupakan sarana penunjang yang menyediakan kebutuhan
operasional pabrik, khususnya yang berkaitan dengan penyediaan bahan baku dan
bahan pembantu lainnya.
Unit utility pabrik PIM-2 tidak berbeda jauh dari utility PIM-1 dimana
perbedaannya terletak pada kapasitas produksinya. Utility PIM-1 memproduksi
polish water, filter water, dan potable water. Kapasitasnya dapat mencukupi
pabrik ammonia, urea PIM-1, dan kompleks perumahan. Sedangkan utility PIM-2
hanya memproduksi polish water untuk kebutuhan pabrik ammonia dan urea
PIM-2. Unit utility sendiri terdiri dari beberapa bagian antara lain:
a. Stasiun pengisian gas alam (gas metering station)
b. Unit pengolahan air (water treatment)
c. Unit penyediaan air bebas mineral (demin plant water)
d. Sistem pendinginan air (cooling water system)
e. Unit penyediaan udara pabrik dan udara instrumen (plant and
instrument air)
f. Sistem pembangkit tenaga listrik (electric power generation system)
g. Sistem pembangkit steam (steam generation system)
Keterkaitan antara unit utilitas dengan unit ammonia dan urea ditampilkan
pada gambar berikut:
IA & PA
N2
GAS BUMI
UNIT AMMONIA
LISTRIK
P W & FW
GAS BUMI
UNIT UTILITY
CO2 NH3
AIR BAKU
P W & FW
LISTRIK
24
IA & PA
UREA ( NH2CONH2 )
25
Gambar 3.3 Keterkaitan Unit Utilitas dengan Pabrik Ammonia dan Urea (Sumber:
3.1.1. Unit Water Intake PT. Pupuk Iskandar Muda)
Sumber air untuk pabrik, perkantoran dan perumahan PT Pupuk Iskandar
Muda diambil dari sungai Peusangan (Kabupaten Bireuen) yang jaraknya sekitar
25 km dari lokasi pabrik. Luas daerah aliran sungai Peusangan adalah 2.260 km2
dan sebagian besar terletak di Kabupaten Aceh Tengah. Air ini dipompa dengan
laju air normalnya sekitar 700-800 ton/jam pada tekanan minimum 2 kg/cm2.G.
Pada unit ini terdapat tiga unit pompa, dimana setiap pompa memiliki kapasitas
1.250 ton/jam.
Pada fasilitas Water Intake terdapat 3 unit pompa, dimana setiap pompa
memiliki kapasitas 1.250 ton/jam dan dilengkapi dengan:
3.1.2.1 Clarifier
Gambar 3.4 Blok Diagram Utility-1 (Sumber: PT. Pupuk Iskandar Muda)
Clarifier (53-FD-1001) berfungsi sebagai tempat pengolahan air tahap
pertama yaitu proses penjernihan air untuk menghilangkan zat padat dalam bentuk
suspensi dengan jalan koagulasi, flokulasi dan pengendapan. Clarifier mempunyai
kapasitas 1330 ton/jam sedangkan kebutuhan air baku masuk clarifier adalah 600-
800 ton/jam (normal). Pada bagian masuk clarifier diinjeksikan bahan-bahan
kimia yaitu alum sulfat, chlorine, caustic soda, sedangkan coagulant aid
ditambahkan sesudahnya karena jika dimasukkan secara bersamaan dapat
menggumpalkan bahan kimia yang diinjeksikan sebelumnya. Adapun fungsi dari
bahan-bahan kimia tersebut adalah:
a. Alum Sulfat (Al2(SO4)3)
Berfungsi untuk membentuk gumpalan dari partikel yang tersuspensi dalam
air. Bila alum dikontakkan dengan air maka akan terjadi hidrolisa yang
menghasilkan alumunium hidroksida (Al2(SO4)3) dan asam sulfat. Reaksi yang
terjadi adalah:
Al2(SO4)3 . 18 H2O + 6 H2O 2 Al(OH)3 + 3H2SO4 + 18 H2O
27
Gumpalan Al(OH)3 yang berupa koloid akan mengendap bersama kotoran lain
yang terikut ke dalam air dan H2SO4 akan mengakibatkan air bersifat asam.
Penambahan alum tergantung pada kekeruhan (turbidity) dan laju alir air
umpan baku. Musim hujan kekeruhan air lebih tinggi dibandingkan musim
kemarau.
b. Caustik Soda (NaOH)
Berfungsi untuk menetralkan asam akibat reaksi pada proses sebelumnya,
Konsentrasi caustik soda yang ditambahkan bergantung pada keasaman
larutan. pH diharapkan antara 6-8. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
H2SO4 + 2 NaOH Na2SO4 + 2 H2O
c. Clorine (Cl2)
Tujuan penambahan clorine adalah untuk mematikan mikroorganisme dalam
air, di samping itu juga untuk mencegah tumbuhnya lumut pada dinding
clarifier yang dapat mengganggu proses selanjutnya.
(jenuh), dilakukan pencucian (back wash) dan selama back wash proses dialihkan
pada unit stand by, proses ini dilakukan terus menerus secara berkala.
3.1.2.5 Demineralizer
Unit ini berfungsi untuk membebaskan air dari unsur-unsur silika, sulfat,
chloride (klorida) dan karbonat dengan menggunakan resin. Unit ini terdiri dari :
a. Cation Tower (53-DA-1001)
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur logam yang berupa
ion-ion positif yang terdapat dalam air dengan menggunakan resin kation R-
SO3H (tipe Dowex Upcore Mono A-500). Proses ini dilakukan dengan
melewatkan air melalui bagian bawah, dimana akan terjadi pengikatan logam-
logam tersebut oleh resin. Resin R-SO 3H ini bersifat asam kuat, karena itu
disebut asam kuat cation exchanger resin.
Reaksi yang terjadi adalah:
CaCl + 2R – SO3H (R – SO3)2Ca + 2 HCl
MgCl + 2R – SO3H (R – SO3)2Mg + 2 HCl
NaCl + 2R – SO3H (R – SO3)2Na + 2 HCl
CaSO4+ 2R – SO3H (R – SO3)2Ca + 2 H2SO4
MgSO4+ 2R – SO3H (R – SO3)4Mg + 2 H2SO4
NaSO4+ 2R – SO3H (R – SO3)4Na + 2 H2SO4
Na2SiO4+ 2R – SO3H (R – SO3)4Na + 2 H2SiO4
CaCO3+ 2R – SO3H (R – SO3)4Ca + 2 H2CO3
Dan untuk memperoleh resin yang aktif kembali dilakukan regenerasi
dengan menambahkan H2SO4 pada resin tersebut, sedangkan back wash pada resin
dilakukan 1 bulan sekali dan Back Wash for Cation Resin Tank (FA-1017).
b. Degasifier (53-DA-1002)
Degasifier berfungsi untuk menghilangkan gas CO2 yang terbentuk dari asam
karbonat pada proses sebelumnya, dengan reaksi sebagai berikut:
H2CO3 H2O + CO2
Proses Degasifier ini berlangsung pada tekanan vakum 740 mmHg dengan
menggunakan steam ejektor, tangki ini terdapat netting ring sebagai media
untuk memperluas bidang kontak antara air yang masuk dengan steam
bertekanan rendah yang diinjeksikan. Sedangkan keluaran steam ejector
30
53-DA-1003A-C 53-DA-1004A/B
53-FD-1003A-D Anion Tower
P-28
Mix Bed Polisher
A/C Filter
P-35
53-FB-1004A/B To PIM-2
Polished Water Tank
P-33
P-21
P-30 To Ammonia-1
Filtered Water From Recycle Tank P-32
P-36
Gambar 3.5 Demineralized Water Unit Utilitas-1 (Sumber: PT. Pupuk Iskandar
3.1.3 Unit Pembangkit Steam 53-GA-1003 A-C
Muda
Steam sangat diperlukan untuk operasi pabrik. Kegunaan steam
diantaranya adalah:
Daya : 350 KW
Tegangan : 480 V
Gambar 3.6 Diagram Alir NG Metering Station Unit (Sumber: PT. Pupuk
Iskandar Muda)
3.1.8 Unit Pengolahan Air Buangan
Menghindari pencemaran terhadap lingkungan, buangan dari proses
produksi diolah terlebih dahulu. Unit penampung air limbah ini terdiri dari Waste
Water Pond (WWP) dan Kolam Penampung dan Pengendalian Limbah (KPPL).
3.1.8.1 Kolam Air Limbah (WWP)
Kolam air limbah ini merupakan unit penampungan limbah yang berasal
dari :
a. Tangki netralisasi pada unit demineralizer
b. Tangki slurry pada unit pengolahan air
36
c. Pabrik Ammonia
d. Pabrik Urea
Air limbah tersebut dinetralkan dengan menambah acid atau caustic soda
sampai mencapai pH 6 sampai 8. Setelah pH air buangan netral kemudian
dialirkan ke laut.
1. Primary Reforming
2. Secondary Reforming
3. Shift Converter
c. Unit Pemurnian Gas Sintesa (Syn gas purification)
teradsorbsi oleh air dan kemudian bereaksi dengan Fe2O3, sedangkan kondisi basa
diperlukan karena sponge iron bersifat basa. Untuk mencapai keadaan tersebut
maka diinjeksikan Na2CO3 sebanyak 4 sampai 10 % wt secara berkala seperti pada
Gambar 3.5.
Primary Reformer (61-101-B) terdiri dari dua seksi, yaitu seksi radiasi dan
seksi konveksi. Pada seksi radian merupakan ruang pembakaran dimana terdapat
tube katalis dan burner. Tekanan di Primary Reformer dijaga -7 mmH2O supaya
perpindahan panas lebih efektif dan api tidak keluar. Untuk menjaga kevakuman,
dipakai Induct Draft Fan (61-101-BJ1T). Sedangkan udara pembakaran untuk
burner disuplai dari oleh Force Draft Fan (61-101-BJ2T). Seksi konveksi
merupakan ruang pemanfaatan panas dari gas buang hasil pembakaran di radian
oleh beberapa coil, yaitu:
a. Mix feed coil (61-101-BCX)
b. Process air preheat coil (61-101-BCA)
c. HP steam superheat coil (61-101-BCS1)
d. HP steam superheat coil (61-101-BCS2)
e. Feed gas preheat coil (61-101-BCF)
f. BFW preheat coil (61-101-BCB)
g. Burner fuel heater coil (61-101-BCP)
h. Combution air preheat coil (61-101-BLI)
Secondary Reformer setelah didinginkan oleh dua buah Waste Heat Exchanger
tersebut suhunya menjadi 371oC.
3.2.3.2 Methanator
Fungsi dari Methanator (61-106-D) adalah untuk merubah gas CO dan
CO2 yang masih lolos dari Main CO2 Removal (MCR) menjadi CH4 yang bersifat
inert (tidak bereaksi). Methanator merupakan suatu bejana yang diisi dengan
katalis nikel terkalsinasi. Reaksi yang terjadi adalah:
CO + 3H2 CH4 + H2O + Q
CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O + Q
Methanator beroperasi pada tekanan 26,7 kg/cm2G dan suhu 330oC.
Karena panas yang dihasilkan dari reaksi ini, maka temperatur gas sintesa naik
menjadi 366oC. Gas sintesa yang keluar dari methanator mempunyai batasan
kandungan CO dan CO2 maksimum 10 ppm.
44
pada interstage compressor gas sintesa. Sistem pendinginan dilakukan dalam tiga
tahap yaitu:
Gambar 3.7 Diagram DCS Ammonia Refrigerant System Unit (Sumber: PT.
Pupuk Iskandar Muda)
46
menjaga temperatur ammonia keluar dari top column di spray ammonia cair dari
produk panas melalui inlet sparger di top column. Untuk memberi panas ke
column digunakan Ammonia Stripper Reboiler (61-140-C) dengan menggunakan
steam.
Gambar 3.8 Diagram DCS Pure Gas dan Condensate Recovery Unit (Sumber:
PT. Pupuk Iskandar Muda)
Ship loader
6
49
dengan tujuan menyuplai tambahan panas untuk menjaga temperatur top reactor
(52-DC-101) sekitar 200°C. Laju alir ammonia cair dikontrol untuk menjaga
perbandingan mol yang tepat antara ammonia dan CO2. Di samping CO2 dan NH3,
ke dalam reaktor juga dimasukkan recycle carbamat dari High Pressure Absorber
(52-DA-401).
Reaksi yang terjadi dalam reaktor adalah:
2NH3 + CO2 NH2COONH4 + Q (1)
NH2 COONH4 NH2CONH2 + H2O - Q (2)
Selama proses sintesa, selain reaksi di atas juga terjadi reaksi samping,
yaitu terbentuknya biuret dari urea. Reaksi tersebut adalah:
2NH2 CONH2 NH2CONHCONH2 + N2
Reaksi tersebut di atas adalah reaksi reversible, variabel utama yang
mempengaruhi reaksi adalah temperatur, tekanan, komposisi feed dan waktu
reaksi.
Konversi ammonium karbamat menjadi urea berlangsung pada fase cair,
sehingga dibutuhkan temperatur dan tekanan tinggi. Temperatur dan tekanan
tinggi menambah konversi pembentukan urea, apabila temperatur rendah
menyebabkan konversi ammonia karbamat menjadi urea akan berkurang, yang
akhirnya akan menaikkan larutan Recycle Carbamate. Kenaikan Recycle
Carbamate ini akan meyebabkan kenaikan beban dekomposisi dan penyerapan di
Unit Recovery yang selanjutnya mengurangi konversi.
Sintesa urea ini berlangsung dalam bejana bertekanan tinggi yaitu Reaktor
Urea. Waktu tinggal (Residence Time) dalam reaktor adalah 25 menit pada
kapasitas design. Kondisi reaksi yang optimum pada temperatur 200oC dan
tekanan 250 kg/cm2G. Baik reaktan maupun produk dari reaksi ini bersifat
korosif. Oleh karena itu bagian reaktor yang bersentuhan dengan campuran
larutan dilindungi dengan lining yang terbuat dari titanium. Namun dengan
menambahkan sejumlah kecil oksigen akan membuat permukaan stainless steel
dan titanium menjadi pasif, sehingga pemakaian lining dapat menjadi lebih lama.
Pada sisi lain bila temperatur pada reaktor melebihi 200oC, akan mempercepat laju
korosif pada reaktor. Dan juga tekanan kesetimbangan dari campuran reaksi
melebihi tekanan aktual di reaktor. Kondisi ini juga akan menyebabkan turunnya
konversi carbamate menjadi urea.
51
To. HPD
Urea
P < 250Kg/cm2.G
Ammonia
T 200 oC
H2O
Biuret
CO2
UREA
SYNTHESIS
REACTOR
Ø = 2170 mm
H = 29700 mm
Titanium Linning
NH3
From HPAC
Biuret
CO2
AC NH3
CO2 Urea
H2O
3.3.2 Unit Purifikasi 7
Produk dari hasil reaksi sintesa terdiri dari urea, biuret, air, ammonia
carbamate dan ammonia berlebih (excess ammonia). Proses selanjutnya
Gambar 3.10 PFD Unit Sintesa
diperlukan untuk memisahkan urea dan produk reaksi yang lain. Pemindahan
dilakukan dengan menurunkan tekanan sehingga ammonium carbamate terurai
menjadi gas-gas ammonia dan CO2.
52
sedangkan cairan mengalir kebawah melalui empat buah sieve tray pada HPD.
Pada sieve tray, cairan yang mengalir kebawah kontak dengan gas bertemperatur
tinggi yang berasal dari Reboiler (52-EA-201) dan Falling Film Heater. Panas
sensibel dan panas kondensasi uap air digunakan untuk menguapkan ammonia
berlebih dan menguraikan ammonium carbamate. Melalui proses ini penguapan
menjadi minimal, sehingga konsumsi steam menjadi rendah dan memungkinkan
untuk menjaga kandungan minimum air didalam larutan Recycle Carbamat.
Selanjutnya, cairan dipanaskan di Reboiler HPD (52-EA-210) yang
menggunakan steam bertekanan sedang (12 kg/cm2G) sebagai media pemanas.
Disini sebagian besar sisa ammonia berlebih dan ammonium carbamate
dilepaskan sebagai gas. Temperatur pada bagian tengan HPD dikontrol pada
151oC. Kemudian larutan mendapat tambahan panas dari Falling Film Heater
sehingga temperaturnya naik menjadi 165oC. Temperatur dikontrol pada 165oC
dan dikontrol levelnya. Penggunaan Falling Film Heater dimaksudkan untuk
meminimalkan residence time larutan di heater, untuk mengurangi pembentukan
biuret dan hidrolisa urea. Pada sisi lain, tekanan dikontrol pada 17 kg/cm2G yang
terletak pada top Ammonia Recovery Absorber (52-EA-405) melalui Ammonia
Condenser dan High Pressure Absorber (52-DA-401).
Udara diinjeksikan sebanyak 2500 ppm ke bagian bawah Reboiler HPD
dan HPD sebagai anti korosi dengan menggunakan Air Compressor (52-GB-201).
Gas yang keluar pada bagian atas HPD mengalir ke High Pressure Absorber
Coler (HPAC) (52-EA-401). Sedangkan larutan yang keluar pada bagian bawah
masuk ke bagian atas Low Pressure Decomposser (LPD) (52-DA-202), setelah
terlebih dahulu didinginkan di Exchanger LPD (52-EA-203).
LPD terdiri dari empat sieve tray dan package bed. Flashing lanjutan
terjadi pada saat tekanan turun dari 17 kg/cm2G ke 2,5 kg/cm2G sewaktu
memasuki bagian atas LPD. Pada bagian ini juga dimasukkan larutan dari Off Gas
Absorber (52-DA-402) melalui LPA Pump (52-GA-403). Proses pada sieve tray
sama dengan proses yang terjadi pada bagian atas HPD. Pada bagian bawah
package bed diinjeksikan CO2 dari Booster Compressor (52-GB-101) untuk
membuang sisa ammonia.
54
GS
DA-203
HPD
DA-201 LPD
steam DA-202 steam
steam
NH3 vapor
SC SC SC
To Crystallizer
HPA. Liquid ammonia dicampur dengan larutan recycle di mixing cooler yang
berperan sebagai media pendingin di absorber.
Konsentrasi CO2 dalam larutan dianalisa dan dijaga sekitar 16 % berat. Di
HPAC dan HPA semua CO2 dari HPD diserap sebagai ammonium carbamate oleh
larutan recycle dari LPA dan larutan aqua ammonia dari Ammonia Recovery
Absorber (52-EA-405). Penyerapan dilakukan dalam tiga tahap berikut:
a. Gas dari HPD dibubling melalui pipa sparger di HPAC
dimana 65% CO2 diserap.
b. Gas dari cooler mengalir ke HPA didinginkan oleh inter
cooler dan mengalir keatas melalui package colomn, dimana sisa CO2
yang 35% diserap kedalam campuran larutan dari LPA dan cairan
ammonia.
c. Gas ammonia dari package colomn di scrap dengan larutan
aqua ammonia yang mengalir keatas melalui Bubble Cap Tray untuk
membuang secara sempurna semua CO2 yang tertinggal. Uap dari gas
ammonia dari top absorber dipisahkan oleh Drain Separator (bagian
atas HPA (52-DA-401)).
Banyaknya gas ammonia sama dengan jumlah ammonia berlebih yang
akan di-recycle ke reaktor dan cairan ammonia yang akan diumpankan ke HPA.
Gas ammonia tersebut dikondensasikan di Ammonia Condenser dan dikembalikan
ke Ammonia Reservoir. Temperatur top HPA di kontrol dibawah 50°C dengan
menguapkan cairan ammonia pada Bubble Cap Tray dengan menggunakan
ammonia sebagai reflux. Temperatur gas dari package colomn dikontrol sekitar
60°C dengan menguapkan cairan ammonia yang ditambahkan ke larutan recycle
pada Mixing Cooler. Temperatur HPAC (52-EA-401) dikontrol pada 100°C
dengan mengatur flow Cooling Water dengan urea slurry yang disirkulasikan dari
Crystalizer (52-FA-201) dan dengan sirkulasi air panas dari Hot Water Tank (52-
FA-703).
Hampir 63% panas pembentukan ammonium carbamate pada cooler
diserap oleh slurry yang disirkulasikan untuk penyediaan panas untuk penguapan
air pada Crystalizer. Kira-kira sebanyak 28 % dari panas yang diserap oleh hot
water untuk pemanasan awal cairan ammonia di Ammonia Preheater (52-EA-
101). Sisanya sekitar 9 % panas yang diserap oleh Cooling Water. Konsentrasi
57
CO2 dalam larutan harus dijaga sebesar 30 sampai 35 % dengan mengatur jumlah
larutan dari LPA. Gas ammonia dari HPA mengalir ke Ammonia Condenser untuk
dikondesasikan. Gas-gas yang tidak terkondensasi, kebanyakan innerty gas dari
gas CO2, cairan ammonia dan udara yang diinjeksikan ke dalam reaktor dan HPD
dikeluarkan dari Ammonia Condenser dan mengalir ke Ammonia Recovery
Absorber (52-EA-405).
Ammonia Recovery Absorber (52-EA-405) terdiri dari empat buah
absorber yang disusun secara seri. Inert gas bersama sejumlah gas ammonia
masuk melalui pipa sparger yang berada dibawah permukaan cairan dibagian
paling bawah dari absorber dan di-vent ke atmosfer di top Final Absorber.
Sejumlah gas ammonia dari Ammonia Converter diserap ke dalam aqua ammonia
yang didinginkan oleh Cooling Water. Gas yang tidak diserap, masuk ke absorber
berikutnya dan terjadi proses washing penyerapan yang sama. Steam condensate
yang dingin dari Steam Condensate Tank (52-FA-702) melalui Condensate Cooler
(52-EA-701) diumpankan ke top absorber dengan menggunakan Water Pump (52-
GA-406).
Slurry Urea
HPA From Cryst LPA
HW
HPAC
CW CW
Aq.NH3
to Cryst From MLT
Mix Gas
From LPD
Amm. Carbamate Mix Gas
to Reactor From HPD PICA-403
Gambar 3.12 PFD Unit Recovery (Sumber: PT. Pupuk Iskandar Muda)
NH3.Condenser Inert Gas
3.3.4 Unit Kristalisasi dan Pembutiran
Liq.NH3 to Reactor
Larutan urea yang keluar dari dekomposer dikristalkan secara vakum dan
selanjutnya kristal urea dipisahkan dengan Centrifuge (52-GF-201). Untuk
memanfaatkan panas kristalisasi secara efisien dan untuk menguapkan air pada
temperatur rendah digunakan Vacuum Crystallizer. Kristal urea yang terbentuk di
Crystallizer (52-FA-201), kemudian dipisahkan di centrifuge (52-GF-201) dan
selanjutnya dikeringkan sampai kandungan moisture kurang dari 0,3 % dengan
menggunakan udara panas. Untuk menjaga kandungan biuret sekitar 0,1 % di
dalam kristal urea, sejumlah kecil mother liquor (larutan induk) yang
mengandung biuret paling banyak dikembalikan ke unit recovery sebagai larutan
absorbent untuk ammonia dan CO2. Mother liquor yang telah menyerap ammonia
dan CO2 selanjutnya dikembalikan ke reaktor, dimana biuret dengan adanya
kelebihan ammonia diubah kembali menjadi urea.
NH2CONHCONH2 + NH3 2 NH2CONH2
Selanjutnya, kristal-kristal kering dibawa ke Prilling Tower melalui
Fluidizing Dryer. Kemudian dilelehkan di dalam Melter (52-EA-301) yang
menggunakan steam sebagai pemanas. Urea yang meleleh kemudian mengalir ke
distributor. Untuk mengurangi biuret, unit Prilling dirancang agar urea meleleh
dengan resident time yang minimum. Kadar air dalam urea harus serendah
mungkin agar butiran menjadi keras dan menghindari pengeringan lebih lanjut
59
yang dapat melunakkan butiran kembali atau merusak permukaan yang mengkilat.
Kristal urea dikeringkan sampai kandungan air 0,2% sampai 0,3% sebelum masuk
ke Melter (52-EA-301). Urea Prill yang datang dari Prilling Tower bawah diayak
untuk memisahkan produk yang over size dan kemudian dikirim ke gudang (Bulk
Storage). Udara dari dryer dan produk dari sistem pendinginan dihilangkan
debunya dengan Dedusting System yang terdiri dari Spray Nozzle dan Packed Bed
Filter. Udara yang keluar dari Dedusting System dikeluarkan ke atmosphere
melalui induce fan.
Larutan urea dari Gas Separator yang dipompakan dengan Urea Solution
Pump (52-GA-205) ke bagian bawah Crystallizer. Crystallizer terdiri dari dua
bagian, bagian atas adalah Vacuum Concentrator yang terdiri dari Vacuum
Generator (52-EE-201) yang mempunyai dua tingkat barometric condenser dan
dua tingkat steam ejector. Di bagian bawah adalah Crystallizer yang dilengkapi
dengan agitator, dimana kristal urea disuspensikan dalam urea slurry. Pada
vacuum generator yang beroperasi pada tekanan 72,5 mmHg absolut dan
temperatur 60°C, air diuapkan dan larutan urea super jenuh mengalir kebawah
melalui barometric leg masuk ke Crystallizer. Kristal urea terbentuk pada waktu
terjadi kontak dengan laruan urea super jenuh. Panas yang diperlukan unutk
menguapkan air berasal dari panas sensible larutan urea yang masuk, panas
kristalisasi urea dan panas yang diserap urea slurry dari HPAC. Crystallizer
dioperasikan pada tekanan atmosfir dan temperatur 60°C. Vacuum Concentrator
dioperasikan sedemikian rupa agar slurry yang keluar dari bagian bawah (bottom)
Crystallizer mengandung 30 sampai 35% kristal urea. Slurry dari bottom
Crystallizer disirkulasikan ke HPAC dengan menggunakan Circulation Pump for
Crystallizer. Untuk mencegah penumpukan kristal urea pada vessel atau pipa yang
dapat menyebebkan kebuntuan, maka vessel dan perpipaan dilengkapi dengan
jaket air panas.
Urea slurry dipompakan dari Crystallizer ke Centriguge menggunakan
Slurry Feed Pump (52-GA-202) melalui Prethickner (52-FD-201). Sebagian
slurry disirkulasikan kembali ke Crystallizer unutk mencegah kebuntuan line. Di
centrifuge, kristal urea dipisahkan dari mother liquor. Kristal urea dengan sekitar
1,9% moisture dimasukkan ke Fluidizing Dryer (52-FF-301). Mother liquor yang
60
Belt Conveyer. Butiran urea yang over size dilarutkan di dalam disolving tank
dengan menggunakan larutan dari Dust Chamber. Selanjutnya dikirim ke
Crystalizer dan sebagian lagi dikirim ke recovery. Debu urea dan udara bersih
yang tidak terserap dibuang ke atmosfir melalui Urethane Foam Filter. Butiran
urea yang dihasilkan berkadar air yang relatif rendah yaitu 0,3% berat maksimum.
Urea yang dihasilkan oleh PT. PIM harus memenuhi spesifikasi sebagai
berikut:
a. Kadar nitrogen 46 % berat minimum
b. Kadar air 0,3 % berat maksimum
c. Kadar biuret 0,5 % Berat maksimum
d. Kadar besi 0,1 ppm maksimum
e. Ammonia bebas 150 ppm maksimum
f. Abu 15 ppm maksimum
g. Fe (Iron) 1,0 ppm maksimum
68
69
ion untuk menghilangkan mineral dari air dapat menghasilkan air hampir murni
tanpa mineral terlarut.
Pada pabrik pengolahan air, yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
Resin adalah tingkat kejenuhannya. Karakter utama Resin adalah cepet sekali
terjadi kejenuhan dalam hitungan hari atau minggu tergantung dari tingkat
kesadahan air bakunya. Jika Resin .tersebut sudah jenuh, maka perlu dilakukan
regenerasi menggunakan larutan HCl encer (33%) untuk Resin kation yang
difungsikan sebagai Cation Exchanger (menukar semua kation dengan ion H+)
atau menggunakan larutan NaCl encer jika Resin kation difungsikan sebagai
softener yang hanya menukar ion Ca dan Mg dengan ion Na +. Jika Resin yang
digunakan jenis Resin anion maka dapat diregenerasi dengan larutan NaOH encer
(40%). Kombinasi antara ion Hydrogen dan hidroksida akan menghasilkan
molekul air.
Cara kerja Demint Plant adalah sebagai berikut:
a. Kation menukar ion-ion positif dalam air seperti Ca, Mg, Na dengan
ion H+.
b. Air yang keluar dari kation bersifat asam.
c. Anion menukar ion-ion negatif dalam air seperti Cl, SO 4, SiO2 dengan
ion H−.
d. Jika kadar hardness dalam kation > q ppm atau Ph > 5 dikatakan unit
sudah jenuh.
e. Jika kadar silica dalam anion > 5 ppm tan pH > 5 dikatakan unit sudah
jenuh.
f. Jika unit sudah jenuh, perlu regenerasi agar proses pertukaran ion tetap
berlangsung dengan baik.
Demint Plant umumnya terdiri atas 4 komponen sebagai berikut :
1. Penukar Ion
Penukar ion ini menggantikan semua ion positif dalam air dengan ion
H+, ion positif dalam air akan ditukarkan dengan ion H+ yang terdapat pada
permukaan Resin. Proses pertukaran akan berlangsung sampai ion hydrogen yang
terdapat pada permukaan resin kation habis. Kedua ini disebut penukar ion sudah
dalam keadaan jenuh. Ion hardness atau sodium akan terdeteksi pada air yng
keluar dari penukar kation pada saat penukar kation telah jenuh. Untuk
mengembalikan kemampuan mengikat ion positif, penukar kation perlu
73
diregenerasi dengan asam. Asam yang sering digunakan adalah HCl dan H 2SO4−.
Ion H+ dalam asam dipertukarkan dengan ion positif yang sudah terikat pada
Resin kation.
2. Proses Regenerasi
Proses ini dilakukan untuk menginjek regeneran pada masing-masing
unit. Regeneran untuk kation adalah HCl dan untuk anion naOH. Kebutuhan asam
untuk regenerasi penukaran kation adalah 65-125 kg/m3. Konsentrasi asam yang
digunakan tergantung jenis asam yang digunakan. Jika menggunakan HCl
konsntrasi asam yang kontak dengan Resin adalah 4-5%. Jika menggunakan
H2SO4 asam yang digunakan bertahap mulai dari 2% kemudian 4% dan terakhir
6%. Proses regenerasi meliputi :
a. Backwash, yaitu mengalirkan air bersih kea rah berlawanan tapi
melalui tangka kation atau anion sampai air keluarannya bersih.
b. Melakukan Slow Rinse, yaitu mengalirkan air pelan-pelan untuk
menghilangkan sisa regeneran dalam Resin.
c. Fast Rinse, yaitu membilas unit dengan laju yang lebih cepat untuk
menghilangkan sisa regeneran sebelum operasi.
Jika keseluruhan molekul resin telah mengikat ion sasarannya, maka
Resin dikatakan telah mencapai titik jenuhnya. Untuk dapat menggunakan
kembali Resin terseut perluy dilakukan proses regenerasi. Berikut adalah tahapan
umum proses regenerasi Resin Single Bed atau anion :
1. Dilakukan pencucian Resin Backwash dengan mengalirkan air
berlawanan arah dengan aliran normal Treatment. Tahap ini bertujuan
untuk menghilagkan kotoran yang mungkin mengendap didalam
kolom.
2. Diinjeksi Reagenerant (H2SO4 atau NaOH) yang telah dilarutkan
dengan air berkualitas, kedalam kolom resin. Reagenerant harus
mengalir pada kecepatan yang cukup sehingga waktu kontak dengan
resin adalah 20 hingga 40 menit.
3. Dialirkan air murni kedalam kolom dengan kecepatan yang sama
dengan tahap sebelumnya.
4. Dibilas resin dengan mengalirkan air demin dengan kecepatan sama
dengan proses Treatment, sampai air output dari resin ini sesuai
dengan kualitas yang diinginkan.
74
jumlah Caustic yang diperlukan adalah 65-125 kg/m3. Konsentrasi Caustic yang
kontak dengan resin adalah 4-5%. Tahap regenerasi lainnya sama dengan tahap
regenerasi pada penukar kation.
Demin Plant yang dioperasikan dengan baik akan menghasilkan air
umpan boiler yang berkualitas baik, yang selanjutnya akan berpengaruh pada
beberapa aspek dalam pengoperasian boiler, antara lain :
a. Penghilangan ion-ion atau padatan pembentuk kerak akan
berdampak pada operasi boiler yang lebih bersih dan lebih aman.
Pencegahan kerak berarti penghilangan ion-ion atau padatan yang
membentuk kerak akan berdampak pada operasi boiler yang lebih
dan lebih aman. Pencegahan kerak berarti boiler akan beroperasi
lebih efisien dan tanpa resiko Shut Down karena pipa boiler pecah.
b. Penghilangan garam dalam air umpan boiler akan mengurangi
pembentukan kerak dalam boiler pada tekanan dan temperature
tinggi.
c. Pengurangan ion dalam air umpan boiler akan mengurangi jumlah
blowdown yang berarti penghematan energi.
d. Penghilangan karbonat dan bikarbonat air baku akan menghasilkan
kondensat yang relatif kurang korosif dan menghemat pemakaian
bahan kimia untuk Condensat Treatment.
e. Pengurangan konsentrasi silika yang rendah akan mengurangi
kemungkinan pembentukan deposit silika pada turbin.
Sistem damineralisasi ini memiliki beberapa kelebihan dan juga
kekurangan, diantaranya adalah sebagai berikut :
Kelebihan Sistem Demineralisasi
a. Investasi awal yang dibutuhkan untuk proses ini lebih murah jika
dibandingkan dengan aplikasi sistem pengolahan air lainnya seperti
Reverse Osmosis.
b. Aplikasi ini tidak membutuhkan terlalu banyak tempat untuk
pemasangan.
c. Selektif dalam menghilangkan ion.
Kelemahan Sistem Demineralisasi
a. Limbah penukar ion memiliki konsentrasi yang tinggi dan
membutuhkan tempat pembuangan khusus.
76
b. Proses tidak berjalan mudah jika kadar zat terlarut dalam airnya
tinggi.
c. Dibutuhkan pengolahan awal untuk sebagian besar air permukaan.
d. Biaya yang dibutuhkan untuk proses regenerasi ataupun pergantian
media resin jika dikalkulasikan untuk jangka waktu satu tahun cukup
besar meskipun membutuhkan anggaran yang bersifat rutin atau
regular.
Penukar ion dapat digunakan baik dalam bentuk granulat atau butiran-
butiran kecil. Bahan ini tidak larut dalam air, tetapi akan mengembung jika
dimasukkan kedalam air (pengambilan air sampai 50%). Agar bahan tersebut
selalu dalam keadaan siap pakai, penyimpanannya harus dalam keadaan lembab
(dalam kondisi menggembung). Sifat –sifat pentring yang diharapkan dari
penukar ion adalah daya pengambilan (kapasitas) yang benar, selektivitas yang
benar, kecepatan pertukaran yang besar, ketahanan terhadap suhu, ketahanan
terhadap pengaruh kimia maupun ketahanan terhadap pengikisan.
4.3.2 Faktor Resin Penukar Ion
Beberapa faktor yang harus dipenuhi dalam resin penukar ion adalah
sebagai berikut :
a. Partikel yang sama dengan tahanan terobosan relative kecil.
b. Stabilitas mekanik yang tinggi.
c. Tidak larut dalam air dan pelarut yang digunakan.
d. Tahan terhadap asam dan basa yang mengoksidasi.
e. Tahan terhadap suhu
f. Dapat digunakan dalam suatu daerah pH yang luas.
g. Tidak mempunyai daya adsorpsi terhadap ion lawan yang bergerak
bebas.
h. Dapat diregenerasi.
i. Kapasitas penukaran dan aktifitas penukaran sudah tertentu.
secara eksperimen. Dalam percobaan diketahui sejumlah tertentu resin dan larutan
dikocok bersama-sama sampai kesetimbangan tercapai,
Bila resin penukar itu sudah selesai meningkatkan 346 sebagian besar ion
kalsium dan magnesium sampai batas kapasitasnya. Resin itu di kemudian
diregenerasi kembali ke dalam bentuk natriumnya dengan menggunakan larutan
garam dengan pH antara 6 sampai 8. Kapasitas pertukaran resin polistirena
besarnya 650 kg/m3 bila diregenerasikan dengan 250 gram per kg kesadahan yang
dibuang.
c. Kapasitas kolom
81
85
86
Gambar 5.1 Skema Kolom Resin Ion Exchange Pada Proses Demineralisasi
(Anonim, 2019)
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kation
Tipe Dowex
1 4.438,896 2659,2 576,48 1 8
Upcore Mono
C-600
Anion
Tipe Dowex
2 10.324,8 1886,4 1376,64 1 7
Upcore Mono
A-500
6.2 Pembahasan
Unit demin plant berfungsi untuk menghilangkan mineral-mineral yang
terkandung dalam air sehingga produk demin yang berupa air bebas mineral dapat
digunakan untuk umpan boiler. Secara umum, air yang akan digunakan sebagai
air umpan boiler adalah air yang tidak mengandung unsur yang dapat
menyebabkan terjadinya endapan yang dapat membentuk kerak pada boiler, air
yang tidak mengandung unsur yang dapat menyebabkan korosi terhadap boiler
dan sistem penunjangnya juga tidak mengandung unsur yang dapat menyebabkan
terjadinya pembusaan terhadap air boiler. Oleh karena itu, untuk dapat digunakan
sebagai air umpan boiler, maka air baku dari sumber air harus dilakukan
pengolahan terlebih dahulu, karena air umpan boiler harus memenuhi persyaratan
tertentu seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6.2
87
88
design, total ion yang diperoleh sebesar 2659,2 eq/hari. Sedangkan beban ion
aktual diperoleh sebesar 576.48 eq/hari. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada
Gambar 6.1
1.2 1.11
1
beban ion (eq)
0.8
0.6
design
0.4 aktual
0.24
0.2
resin kation
B. Anion Exchanger
Pada tahap Anion Exchanger ini, dilakukan proses penghilangan kadar ion
negatif yang terkandung didalam air seperti CO 2,Cl−, SO42−, NO3−, SiO2 dan PO4−.
Pada Anion Exchanger, ion akan diserap dengan bantuan Resin Anion Exchanger.
Dimana resin yang digunakan adalah resin tipe Dowex Upcore Mono A-500.
Regenerasi resin penukar anion sama dengan regenerasi kation, jika sudah jenuh
maka dapat dikembalikan ke keadaan dengan menggunakan alkali. Soda kaustik
(NaOH) dipakai sebagai penukar anion dari basa kuat. Dimana dengan volume
resin 7,7 m3, resin ini mampu mempertukarkan ion aktual sebesar 9.842,976 eq.
Kemudian dengan beban ion design, total ion yang diperoleh sebesar 1886,4
90
eq/hari. Sedangkan beban ion aktual diperoleh sebesar 1376,64 eq/hari. Hal
tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 6.2
0.9
0.79
0.8
0.7
Beban Ion (eq)
0.6 0.57
0.5
0.4 design
0.3 aktual
0.2
0.1
0
Resin Anion
Gambar 6.2 Perbandingan Beban Ion terhadap Resin Anion Aktual dan Resin
Anion Desain
Berdasarkan Gambar 6.2 menunjukkan bahwa dengan beban ion design
anion sebesar 0,786 eq, total liter disetting sebesar 2.400 m3 atau 1 hari online
train. Sedangkan menurut perhitungan secara aktual, diperoleh beban ion sebesar
0,5736 eq dengan total liter yang diperoleh 17.160 m3, sehingga resin anion
mampu mempertukarkan ion selama 7 hari dengan flow 100 m3/h.
Dari kedua grafik diatas, terjadi perbedaan antara resin kation dan resin
anion. Dikarenakan resin anion lebih cepat jenuh daripada resin kation, dan sistem
regen pada Demin Plant dilakukan secara bersamaan (Cation dan Anion), maka
ditentukan berdasarkan hari yang paling rendah yaitu 7 hari.
Oleh sebab itu, dengan beban ion yang ada di dalam air umpan (Filter
Water) diperlukan kapasitas resin yang sesuai agar ion-ion tersebut mampu
diserap atau dipertukarkan seluruhnya oleh resin, baik itu resin kation maupun
anion. Hal yang paling utama dilakukan untuk menentukann jumlah resin yang
sesuai adalah dengan menghitung jumlah ion (ion load) dalam air umpan,
kemudian membandingkan dengan kinerja Resin Design untuk Total Exchange
Capacity (TEC), artinya berapa ekivalen ion yang mampu diserap per total liter
resin dengan sejumlah flow air umpan.
BAB VII
PENUTUP
7. 1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan jumlah resin yang tetap, semakin besar beban ion maka resin
semakin cepat jenuh.
2. Dengan Total Exchange Capacity Aktual sebesar 4.438,896 eq, diperoleh
beban ion positif aktual sebesar 576,48 eq/hari dengan flow 100 m 3/h resin
mampu mempertukarkan ion selama 8 hari.
3. Dengan Total Exchange Capacity Aktual sebesar 9.842,976 eq, diperoleh
beban ion negatif aktual sebesar 1376,64 eq/hari dengan flow 100 m 3/h
resin mampu mempertukarkan ion selama 7 hari.
7. 2 Saran
Dikarenakan sistem regenerasi di PT Pupuk Iskandar Muda dilakukan
secara bersamaan (Cation dan Anion) maka hal ini kurang efisien. Seharusnya
regenarasi dilakukan satu – persatu. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian
ulang untuk total liter.
92
68