Kelarutan Obat
Kelarutan Obat
(PO.713251141051)
(PO.713251141052)
(PO.713251141053)
(PO.713251141055)
(PO.713251141056)
(PO.713251141057)
(PO.713251141058)
(PO.713251141059)
(PO.713251141060)
(PO.713251141061)
(PO.713251141062)
(PO.713251141063)
KELOMPOK
KELAS
HARI PRAKTIKUM
PEMBIMBING
:1
: 1B
: JUMAT, 10.00-12.00
: ARISANTY. S.Si.,M.Si.,
Apt
MAKASSAR 2015
BAB I
PENDAHULUAN
tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetik, dan lebih jauh
lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kemurnian. Pengetahuan yang lebih
mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan dengan itu juga
memberikan informasi mengenai struktur obat dan gaya antarmolekul obat.
Selain itu, pelepasan zat dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat
kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya.Pada prinsipnya obat baru dapat
diabsorbsi setelah zat aktifnya telarut dalam cairan usus, sehingga salah satu
usaha untuk mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan
menaikkan kelarutan zat aktifnya.Kelarutan adalah kemampuan suatu zat telarut
melarut pada suatu pelarut. Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif
sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature tertentu,
dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih
zat untuk membentuk disperse molekular homogen. Kelarutan suatu senyawa
bargantung pada sifat fisika, dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung
pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang kecil,
bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.
Pada percobaan ini, akan ditentukan kelarutan zat secara kuantitas, pengaruh
pelarut campur yakni air, alkohol, dan gliserin ; dan penambahan surfaktan
yakni tween 80 terhadap kelarutan suatu zat yakni Asam benzoat.
I.2 Maksud Percobaan
Menentukan kelarutan zat secara kuantitas dan pengaruh pelarut campuran
antara air : etanol : propilenglikol.
propilenglikol.
2.
Mengetahui pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat asam benzoate.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori
Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat
terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan
dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat.
Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air. Kelarutan juga
dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen.
Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat
kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya obat baru dapat
di absorpsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu
usaha untuk mempertinggi efek Farmakologi dari sediaaan adalah dengan
menaikkan kelarutan zat aktifnya.
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol
di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya
disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa
zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain,
atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga
sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering
diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada
sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam
beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk
menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang
metastabil.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain
adalah :
a.
pH
b.
Temperatur
c.
Jenis pelarut
d.
e.
Sebutir kristal gula pasir merupakan gabungan dari beberapa molekul gula.
Jika kristal gula itu dimasukkan ke dalam air, maka molekul-molekul gula akan
memisah dari permukaan kristal gula menuju ke dalam air (disebut melarut).
Molekul gula itu bergerak secara acak seperti gerakan molekul air, sehingga
pada suatu saat dapat menumbuk permukaan kristal gula atau molekul gula
yang lain. Sebagian molekul gula akan terikat kembali dengan kristalnya atau
saling bergabung dengan molekul gula yang lain sehingga kembali membentuk
kristal (mengkristal ulang). Jika laju pelarutan gula sama dengan laju
pengkristalan ulang, maka proses itu berada dalam kesetimbangan dan
larutannya disebut jenuh.
Kristal gula + air larutan gula
Sifat Larutan.
Sifat fisik zat dapat dikelmpokkan dalam sifat koligatif, aditif dan konstitutif.
Dalam bidang termodinamika, sifat termodinamika dari sistem digolongkan,
dalam sifatekstensif, bergantung pada jumah zat dalam sistem (misalnya massa
dan volume) dan sifatintensif , yang tidak bergantung jumlah zat dalam sistem
(misalnya temperatur, tekanan kerapatan, tegangan permukaan, dan viskositas
dari cairan murni).
Sifat koligatif terutama bergantung pada jumlah partikel dalam larutan. Sifat
koligatif larutan adalah tekanan osmosis, penurunan tekanan uap, penurunan
titik beku, dan kenaikan titik didih. Harga sifat koligatif kira-kira sama untuk
konsentrasi yang setara dari berbagai zat nonelektrolit dalam larutan tanpa
mengindahkan jenis atau sifat kimiawi dari konstituen. Dalam menetapkan sifat
koligatif dari larutan zat padat dalam cairan, dianggap zat padat tidak menguap
dan tekanan uap di atas larutan seluruhnya berasal dari pelarut.
Sifat Aditif bergantung pada andil atom total dalam molekul atau pada
jumlah sifat konstituen dalam larutan. Contoh sifat aditif dari suatu senyawa
adalah berat molekul, yaitu jumlah massa atom konstituen. Massa dari
komponen suatu larutan juga bersifat aditif, massa total dari larutan adalah
jumlah massa masing-masing komponen.
Sifat Konstitutif bergantung pada penyusunan dan untuk jumlah yang lebih
sedikit, pada jenis dan jumlah atom dalam suatu molekul. Sifat ini memberikan
petunjuk terhadap aturan senyawa tunggal, dan kelompok molekul dalam
sistem. Banyak sifat fisik yang sebagian aditif dan sebagian konstitutif.
Pembiasan cahaya, sifat listrik, sifat permukaan dan antarpermukaan dan
kelarutan obat setidak-tidaknya sebagian berupa sifat konstitutif dan sebagian
sifat aditif.
Tipe LarutanLarutan dapat digolongkan sesuai dengan keadaan terjadinya
zat terlarut dan pelarut, dan karena tiga wujud zat (gas, cair, padat kristal), ada
sembilan kemungkinan sifat campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut.
Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam
Zat Terlarut
Pelarut
Contoh
Gas
Gas
Udara
Zat Cair
Gas
Zat Padat
Gas
Gas
Zat Cair
Air berkarbonat
Zat Cair
Zat Cair
Zat Padat
Zat Cair
Gas
Zat Padat
Zat Cair
Zat Padat
Zat Padat
Zat Padat
kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut).Larutan tidak jenuh atau hampir
jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di
bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada
temperatur tertentu.Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung
zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada
temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut.
Disamping itu, kelarutan adalah fungsi sebuah parameter molekul.Pengionan
struktur dan ukuran molekul stereokimia dan struktur elektronik. Semuanya
akan mempengaruhi antar aksi pelarut dan terlarut, seperti pada bagian
terdahulu, air membentuk ikatan hydrogen dengan ion atau dengan senyawa non
ionik, sedangkan polar melalui gugus OH, -NH, atau dengan pasangan
elektron tak mengikat pada atom oksigen atau nitrogen. Ion atau molekul akan
memperoleh sampel hidrat dan akan memisah dari bongkahan zat padat dan
artinya melarut.(Thomas Nagrady, 1992).
Kelarutan dalam Farmakope Indonesia, diartikan dengan kelarutan pada suhu
200C (FI III) atau 250C (FI IV) dinyatakan dalam satu bagian bobot zatpadat
atau 1 bagian volume zat cair dalam bagian volume tertentu pelarut, kecuali
dinyatakan lain.
Kelarutan yang tanpa angka adalah kelarutan pada suhu kamar (25 0C)
pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 gram zat padat atau 1 mL
zat cair dalam sejumlah mL pelarut.
Jumlah bagian pelarut yang
Istilah Kelarutan
diperlukan untuk melarutkan 1
bagian zat
Sangat mudah larut
Kurang dari 1
Mudah larut
1 10
Larut
10 30
Agak sukar larut
30 100
Sukar larut
100 1.000
Sangat sukar larut
1.000 10.000
Praktis tidak larut
Lebih dari 10.000
Larutan yang mengandung zat terlarut dengan konsentrasi maksimum sama
dengan kelarutan yang disebut larutan jenuh. Pada suatu larutan jenuh, zat
terlarut berada dalamkesetimbangan antara fase padat dengan ion-ionnya.
MX(s) M+(aq) + X-(aq)
Karena reaksi merupakan kesetimbangan, maka dalam suatu larutan jenuh
terdapat suatu tetapan kesetimbangan yang disebut tetapan hasil kali
kesetimbangan (Ksp).
Penetapan blanko, jika dalam pengujian dikehendaki penetapan blanko ,
dimadsudkan bahwa pengujian dilakukan dengan cara sama menggunakan
pereaksi yang sama dan jumlah sama.(Anonim, 1979)
11. 2 Uraian Bahan
1.
Pemerian
Kelarutan
Sinonim
:Asam benzoat
Pemerian
:Larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam lebih kurang 3 bagian etanol
(95%) P ; dalam 8 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P
Penyimpanan
Khasiat
3.
Pemerian
:Etanol, Alkohol
:Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak ; bau khas ;
rasa panas ; mudah terbakar ; dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan :Sangat mudah larut dalam air ; dalamkloroform P dan eter P
Penyimpanan
:Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya ; di tempat sejuk ;
jauh dari nyala api.
Khasiat
4.
:Zat tambahan
Propilenglikol
Nama latin :Propylenglycolum
Sinonim
:propilenglikol
NaOH
Nama latin :Natrii Hydroxydum
Sinonim
:Natrium Hidroksida
Pemerian
:Mengandung tidak kurang dari 97,5% alkali jumlah dihitung sebagai NaOH,
Pemerian
Penyimpanan
Khasiat
6.
:zat tambahan.
Phenolptalein
Nama latin :Penolphtaleein
Kelarutan
Nama lain
:Fenolftalein
Pemerian
:sukar larutdalam air, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter
Penyimpanan
Kegunaan
7.
:Larutanindicator
: Kalium Hidrogenftalat
Nama Lain
: Kalium Biftalat
Rumus Moleku
: CO2H.C6H4.CO2K
Berat Molekul
: 204,2
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Alat
Buret
Erlenmeyer
Pipet Volume 10 Ml
Gelas Ukur
Corong
Gelas Beaker
g.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Kertas Saring
Bahan
Aquadest
Asam Benzoat
Alcohol
Propilenglikol
Larutan NaOH 0,1 N
Indicator Phenolptalein
Kalium Hidrogenftalat
III.2 Procedure Kerja
a.
b.
c.
d.
ocok larutan dengan orbital shaker selam 2 jam, jika ada endapan yang larut
selama pengocokan tambahkan lagi asam benzoat sampai didapat larutan yang
jenuh kembali.
e.
Saring larutan.
f.
g.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
a.
Volume
ditimbang
Titik awal
Titik akhir
titrasi
1.
0,210 mg
12 ml
12 ml
2.
0,200 mg
12,4 ml
12,4 ml
b.
N NaOH
Volume
Kadar
(gram)
0,156
O
1.
Air
30
Etanol
0
propilenglikol
20
0,082
Titrasi (mL)
15,6
2.
30
2,5
17,5
0,082
15,8
0,158
3.
30
15
0,082
18,7
0,187
4.
30
10
12,5
0,082
18,5
0,185
5.
30
12,5
10
0,082
28,9
0,289
6.
30
15
0,082
26,5
0,265
7.
30
17,5
2,5
0,082
24
0,240
8.
30
20
0,082
34
0,340
IV.2 Pembahasan
Kelarutan adalah suatu kemampuan suatu zat yang dapat larut dalam pelarut
tertentu.Hasil dari zat yang tersebut ini disebut larutan jenuh. Suatu zat yang
akan mengalami kelarutan harus disesuaikan dengan zat pelarut yang dapat
melarutkan zat yang akan dilarutkan. Pada keadaan ini, suhu dan ukuran
permukaan sangat berpengaruh, semakin tinggi suhu semakin cepat suatu zat
akanlarut. Semakin kecil luas permukaan, semakin cepat pula suatu zat itu larut.
Pada percobaan ini, Asam Benzoat akan dilarutkan dalam volume air, alkohol
dan propilenglikol yang berbeda volume. Pada percobaan pertama, 30 ml air
dan 20 ml propilenglikol dicampurkan kemudian ditambahkan Asam Benzoat,
semua campuran itu dikocok selama dua jam hingga larutan jenuh dan timbul
endapan, jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi asam
benzoat sampai didapat larutan yang jenuh kembali. Dilakukan juga dengan
campuran :
1. Asam Benzoat dan air 30 ml, 2,5 ml alkohol dan 17,5 mlpropilenglikol.
2. Asam Benzoat dan air 30 ml, 5 ml alkohol dan 15 ml propilenglikol.
3. Asam Benzoat dan air 30 ml, 10 ml alkohol dan 12,5 ml propilenglikol.
4. Asam Benzoat dan air 30 ml, 12,5 ml alkohol dan 10 ml propilenglikol.
5. Asam Benzoat dan air 30 ml, 15 ml alkohol dan 5 ml propilenglikol.
6. Asam Benzoat dan air 30 ml, 17,5 ml alkohol dan 2,5 ml propilenglikol.
7. Asam Benzoat dan air 30 ml, 20 ml alkohol dan 0 ml propilenglikol.
Sebelum dilakukan titrasi Asam Benzoat, lakukan pembakuan NaOH
terlebih dahulu, dengan mentitrasi KHP 210 mg ditambahkan dengan 10 ml air
dan 2 tetes phenofthalien. Pembakuan dilakukan selama dua kali dengan KHP
200 mg.
Setelah delapan campuran diatas dikocok selama 2 jam, kemudian
disaring dan dilakukan titrasi dengan NaOH, masing-masing campuran
ditambahkan dengan 2-3 tetes indikator phenofthalien sampai terjadi perubahan
warna merah muda. Pada titik ekivalen atau perubahan warna dititik akhir titrasi
sangat penting untuk diperhatikan, jika sudah timbul perubahan warna, titrasi
harus segera dihentikan, jika tidak, pH dalam larutan tersebut akan berubah dan
melampaui pH yang seharusnya. Dan dari praktikum ini, perbandingan antara
campuran kelarutan air: etanol : propilenglikol yang paling berpengaruh yaitu
banyaknya etanol yang ditambahkan. Karna, semakin besar konsentrasi pelarut
yang di uji cobakan maka semakin tinggi pula volume titrasi yang didiperoleh
sehingga menghasilkan kadar yang tinggi pula.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari data pengamatan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
Semakin banyak % alkohol dan 0% propilenglikol dengan % air yang konstan
maka konsentrasi Asam benzoat semakin banyak.Namun sebaliknya, jika
semakin banyak % propilenglikol dan 0% alkohol dengan % air yang konstan
maka konsentrasi Asam benzoat semakin sedikit atau berkurang. Jadi, pelarut
campur sangat mempengaruhi kelarutan suatu zat.
V.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum, praktikan harus lebih teliti dalam
penambahan larutan pp dan melakukan titrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anief. Moh, 2007, Farmasetika, UGM Press, Jakarta
Atkins' Physical Chemistry, 7th Ed. by Julio De Paula, P.W. Atkins
http://id.wikipedia.org/wiki/Kelarutan
Diaskes 27 Maret 2015 Pukul. 20 : 00 WIB
http://ahmad-my-farmasi07.blogspot.com/2009/09/laporan-kelarutanfarfis.htmlDiaskes 27 Maret 2015 Pukul. 20 : 00 WIB
http://formulasisteril.blogspot.com/2008/05/preformulasi-ampul.html
Diaskes 27 Maret 2015 Pukul. 20 : 00 WIB
Martin, A., (1990), Farmasi Fisika, Buku I, UI Press, Jakarta.
Martin. A, 1991, Farmasi Fisika Jilid 1, Universitas Indonesia Press, Jakarta
Rusdiaman, dkk . 2015. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. D III Farmasi,
Politeknik Kemenkes Makassar.
Tungadi, Robert. (2009).Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Jurusan Farmasi
Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo
Voight, R. 1994. Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM press
LAMPIRAN
A.
Grafik
Gambar kurva titrasi:
Kadar (gram)
0,340
0,289
0,265
0,240
0,187
0,185
0,158
0,156
A
D
Keterangan:
A= Asam Benzoat 1
B= Asam Benzoat 2
C= Asam Benzoat 3
D= Asam Benzoat 4
E= Asam Benzoat 5
F= Asam Benzoat 6
G= Asam Benzoat 7
H= Asam Benzoat 8
2.
Pembakuan NaOH
Pembakuan NaOH dengan KHP 1 =
210,00 mg
KHP 2 =
BE KHP
N NaOH
200,00 mg
204,23 mg
a. N NaOH
= 0,0856 N
b. N NaOH
= 0,0789 N
N NaOH =
3.
= 0,08225 N
Berlangganan
Entri [Atom]