Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI

Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik


(ETAP)

DISUSUN OLEH:
Kelompok II
Andi Nirwana

A31113037

Nuryadi Winra

A31113039

Ayun Sri Rezkiana

A31113040

Anna Fauziyah

A31113303

Aprianus Pongtiku

A31113302

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhana Wataala karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Seminar Akuntansi berkaitan
dengan Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik (ETAP) ini tepat pada waktu yang telah
ditentukan, yang akan digunakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah wajib untuk
mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin yakni Seminar
Akuntansi.

Tak lupa kami haturkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang membutuhkannya.

Namun kami sadar, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, segala kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan untuk masa yang akan datang.

Makassar, 29 November 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................... ii
Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2

Rumusan Masalah ............................................................................................ 1

1.3

Tujuan .............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1

Latar Belakang Adanya SAK ETAP................................................................. 3

2.2

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Umum.................................................... 3

2.3

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) ETAP..................................................... 4

2.4

Perbedaan antara SAK UMUM dan SAK ETAP.............................................. 5

2.5

Manfaat SAK ETAP......................................................................................... 14

2.6

Kelebihan dan Kekurangan SAK ETAP........................................................... 14

2.7

Isu Krusial SAK ETAP..................................................................................... 14

2.8

ED SAK EMKM............................................................................................... 17

BAB III PENUTUP


3.1

Kesimpulan ...................................................................................................... 19

3.2

Saran................................................................................................................. 19

Daftar Pustaka ................................................................................................................ iv


Lampiran.......................................................................................................................... v

BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Dewasa ini perkembangan pembangunan di Indonesia dalam segala bidang
mulai mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Setelah terjadinya krisis moneter
1998, pemerintah Indonesia mulai berbenah untuk mengatur pembangunan di
Indonesia. Perkembangan pembangunan yang terjadi di segala bidang salah satunya
adalah bidang ekonomi dan industri. Peningkatan pembangunan dalam bidang ekonomi
dan industri tidak terlepas dari peranan perusahaan-perusahaan yang berada di
Indonesia. Perusahaan-perusahaan di Indonesia baik perusahaan besar maupun UMKM
sangat menyumbang kemajuan dalam negeri untuk mengembangkan dunia ekonomi
dan industri dalam negeri.
UMKM memiliki kontribusi besar dalam kemajuan dalam negeri, namun masih
terdapat kelemahan bisnis ini yaitu pada umumnya pengelola usaha kecil tidak
menguasai dan tidak menerapkan sistem keuangan yang memadai. Olehnya, Terkait
dengan kondisi tersebut, untuk mempermudah UMKM dalam penyusunan laporan
keuangan maka pada tahun 2009, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah
mensahkan SAK ETAP. Dalam hal realisasi pun masih terdapat banyak kelemahan.
Disinilah kami akan membahas apa saja kendala yang ada dalam mengimplemantasikan
SAK ETAP dan bagaimana sebelum dan sesudah penerapannya.

1.2RUMUSAN MASALAH
1.

Bagaimana prinsip dasar Standar Akuntansi Keuangan Entitas

2.

Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP).


Bagaimana isu-isu implementasi terkait SAK-ETAP di Indonesia.

1.3TUJUAN
a. Memahami prinsip dasar Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP).
b. Mengetahui isu-isu implementasi terkait SAK-ETAP di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 LATAR BELAKANG ADANYA SAK ETAP
Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 17 Juli lalu telah meluncurkan standar
akuntansi ETAP (SAK-ETAP) bertepatan dalam acara Seminar Nasional Akuntansi Tiga
pilar Standar Akuntansi Indonesia yang dilaksanakan oleh Universitas Brawijaya dan
Ikatan Akuntan Indonesia. Nama standard ini sedikit unik karena exposure draftnya
diberi nama Standar Akuntansi UKM (Usaha Kecil dan Menengah), namun mengingat
definisi UKM sendiri sering berubah, maka untuk menghindari kerancuan, standard ini
diberi nama SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
Ikatan Akuntan Indonesia telah mengesahkan Standar Akuntansi Keuangan untuk
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) pada tanggal 19 Mei 2009. Dengan
diterbitkannya SAK-ETAP ini, Indonesia memiliki tiga pilar standar akuntansi yakni
SAK-ETAP, Standar Akuntansi Syariah dan Standar Akuntansi Umum yang sedang
dalam proses konvergensi dengan IFRS. SAK-ETAP berlaku secara efektif tanggal 1
Januari 2011
Musnandar dalam Kholmi (2011), menyatakan bahwa yang melatar belakangi
diperlukan SAK ETAP ini karena PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) yang
mengadopsi IFRS (International Financial Reporting Standard) terlalu kompleks jika
untuk diterapkan oleh perusahaan kecil menengah (UKM) di Indonesia. Oleh Karena
itu, SAK-ETAP dianggap cocok untuk karakter bisnis UMKM khususnya diindonesia.
(http://keuanganlsm.com/perbedaan-sak-etap-dengan-psak/)
2.2 STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) UMUM
Standar Akuntansi Keuangan menciptakan metode yang seragam untuk
menyajikan informasi, sehingga laporan keuangan dari berbagai perusahaan yang
berbeda dapat dibandingkan dengan lebih mudah kumpulan konsep, standar, prosedur,

metode, konvensi, kebiasaan dan praktik yang dipilih dan dianggap berterima umum
disebut: Generally Accepted Accounting Principles (GAAP).
Pengaturan akuntansi di Indonesia sebelum konvergensi IFRS merupakan
pengaturan yang kebanyakan diambil dari US GAAP (standar akuntansi Amerika). US
GAAP merupakan standar akuntansi yang rule based dan cukup powerful di negaranya.
Hal ini dikarenakan standar ini memang diciptakan dengan tujuan untuk mengatur
berbagai praktik akuntansi dan instrumen keuangan yang muncul di Amerika. Kita tahu
bahwa amerika adalah negara yang perekonomiannya menggunakan liberalisme pasar
(kapitalisme murni) yang mana perekonomiannya dikendalikan oleh pasar (entitas
penjual dan pembeli). Supaya perekonomian dan sumber daya di Amerika dapat dikelola
secara efektif dan efisien, maka entitas-entitas yang menguasai pasar ini harus
dikendalikan. Pengendalian ini menggunakan standar akuntansi. Hal inilah yang
menyebabkan Amerika memiliki pengaturan standar akuntansi yang rigid dan powerful
untuk praktik di negaranya, dan enggan untuk melakukan konvergensi dengan IFRS
(namun Amerika akhirnya setuju untuk konvergensi pada tahun 2014).
SAK yang dikonvergensikan dengan IFRS ini diterapkan pada entitas-entitas
yang memiliki fungsi fidusia (memegang kepentingan orang banyak) atau disebut juga
dengan berakuntabilitas publik. Contoh entitas yang memiliki fungsi fidusia adalah
entitas perbankan, BUMN, dan entitas yang menjual saham di pasar modal.
2.3 STANDAR

AKUNTANSI

KEUANGAN

UNTUK

ENTITAS

TANPA

AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP)

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK


ETAP) adalah standar yang dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa
akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas
yang: (a) tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan (b) menerbitkan laporan
keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna
eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam

pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit. Isi SAK-ETAP berjumlah
30 BAB

Lebih lanjut ruang lingkup standar ini juga menjelaskan bahwa entitas dikatakan
memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:
a. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau entitas dalam proses pengajuan
pernyataan pendaftaran pada otoritas pasar modal (BAPEPAM-LK) atau regulator lain
untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal.
b. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan/atau pedagang efek, dana
pensiun, reksa dana, dan bank investasi.

2.4 PERBEDAAN ANTARA SAK UMUM DENGAN SAK ETAP

Mengingat kebijakan akuntansi SAK ETAP di beberapa aspek lebih ringan


daripada PSAK, maka ketentuan transisi dalam SAK ETAP ini cukup ketat. Pada BAB
29 misalnya disebutkan bahwa pada tahun awal penerapan SAK ETAP, yakni 1 Januari
2011, entitas yang memenuhi persyaratan untuk menerapkan SAK ETAP dapat
menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan SAK ETAP, tetapi berdasarkan PSAK
non-ETAP sepanjang diterapkan secara konsisten. Entitas tersebut tidak diperkenankan
untuk kemudian menerapkan SAK ETAP ini untuk penyusunan laporan keuangan
berikutnya. Oleh sebab itu per 1 Januari 2011, perusahaan yang memenuhi definisi
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik harus memilih apakah akan tetap menyusun laporan
keuangan menggunakan PSAK atau beralih menggunakan SAK-ETAP.

Selanjutnya ketentuan transisi juga menjelaskan bahwa entitas yang menyusun


laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP kemudian tidak memenuhi persyaratan entitas
5

yang boleh menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut tidak diperkenankan untuk
menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP. Hal ini misalnya ada perusahaan
menengah yang memutuskan menggunakan SAK-ETAP pada tahun 2011, namun
kemudian mendaftar menjadi perusahaan publik di tahun berikutnya. Entitas tersebut
wajib menyusun laporan keuangan berdasarkan PSAK non-ETAP dan tidak
diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP ini kembali. Sebaliknya entitas yang
sebelumnya menggunakan PSAK non-ETAP dalam menyusun laporan keuangannya dan
kemudian memenuhi persyaratan entitas yang dapat menggunakan SAK ETAP, maka
entitas tersebut dapat menggunakan SAK ETAP ini dalam menyusun laporan keuangan.
Berikut ini adalah tabel perbandingan PSAK dengan SAK-ETAP.

Gambar 2 : Tabel perbandingan PSAK dengan SAK-ETAP.

N
o
1

Elemen
Penyajian

PSAK

SAK ETAP
Sama

Laporan

Laporan posisi keuangan

Keuangan

Informasi

yang

disajikan

laporan posisi keuangan

dengan

PSAK, kecuali

informasi

dalam yang disajikan


neraca, yang

dalam

menghilangkan pos:

Pembedaan aset lancar dan tidak


lancar dan laibilitas jangka pendek Aset keuangan
dan jangka panjang

Properti

investasi

yang

diukur pada nilai wajar

Aset lancar

(ED PSAK 1)

Laibilitas jangka pendek


Aset biolojik yang diukur

Informasi

yang

disajikan

dalam

laporan posisi keuangan atau catatan

pada biaya perolehan dan


nilai wajar (ED PSAK 1)

atas laporan keuangan


Kewajiban
6

berbunga

(Perubahan
1: Neraca

istilah

di

menjadi

ED

PSAK

Laporan

Posisi

jangka panjang

Keuangan, Kewajiban (liability menjadi


Aset dan kewajiban pajak
liabilitas)
tangguhan
Kepentingan
2

nonpengendalian
Tidak sama dengan PSAK

Laporan Laba Laporan laba rugi komprehensif


Rugi

Informasi

yang

disajikan

dalam yang

laporan Laba Rugi Komprehensif

menggunakan

istilah laporan

laba

rugi komprehensif,

Laba rugi selama periode

ETAP

Pendapatan komprehensif lain selama

SAK

menggunakan

istilah laporan laba rugi.

periode

Informasi

yang

disajikan

dalam

laporan laba rugi komprehensif atau


catatan atas laporan keuangan
3

Penyajian

Sama

dengan

Perubahan

PSAK, kecuali

Ekuitas

beberapa hal yang terkait

untuk

pendapatan komprehensif
4

lain.
Sama

Catatan Atas
Laporan Keu
angan

Catatan atas laporan keuangan

dengan

PSAK, kecuali
pengungkapan modal.

Struktur

Pengungkapan kebijakan Akuntansi

Sumber estimasi ketidakpastian

Modal (ED PSAK 1)

Pengungkapan lain

Laporan Arus

Sama

Kas

dengan

Arus kas aktivitas operasi: metode PSAK kecuali:


langsung dan tidak langsung
Arus
kas
operasi:

Arus kas aktivitas investasi

Arus kas aktivitas pendanaan

Arus kas mata uang asing

Arus kas bunga dan dividen, pajak

aktivitas

metode

tidak

langsung

Arus

kas

mata

uang

asing, tidak diatur.

penghasilan, transaksi non-kas


6

Laporan
keuangan kon

Persyaratan

solidasi

keuangan konsolidasi

dan

terpisah

penyajian

Entitas bertujuan khusus

Prosedur konsolidasi

Lap keu tersendiri

Lap keu gabungan

Tidak diatur (Lihat Bab


laporan 12).

Kebijakan

PSAK 25 (Laba atau Rugi Bersih untuk SAK ETAP sudah maju

akuntansi, est

periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, satu langkah dibandingkan

imasi,
kesalahan

dan dan Perubahan Kebijakan Akuntansi)

PSAK

(tidak

ada

Laba atau rugi bersih untuk Periode kesalahan mendasar dan


laba

berjalan

biasa).

Kesalahan Mendasar
Perubahan kebijakan Akuntansi

atau

rugi

luar

Pemilihan

dan

penerapan

kebijakan akuntansi
Konsistensi dan perubahan kebijakan
akuntansi
Perubahan Estimasi akuntansi
Kesalahan.
Pos luar biasa
Laba atau rugi dari aktivitas normal
Operasi yang tidak dilanjutkan
Perubahan estimasi Akuntansi
Penerapan suatu standar Akuntansi
keuangan
Perubahan kebijakan Akuntansi yang
lain
8

Instrumen
Keuangan

PSAK 50 (1998).

Ruang

lingkup:

aset

dan

kewajiban keuangan

Dasar

Instrumen keuangan dasar:

Diklasifikasikan pada nilai wajar


melalui

laporan

dimiliki

hingga

laba

rugi,

jatuh tempo,

tersedia untuk dijual, pinjaman


dan pinjaman yang diberikan

Impairment

menggunakan
9

incurred loss concept

Derecognition

Hedging dan derivatif

Ruang lingkup: investasi pada


efek tertentu

Klasifikasi

trading,

held

to

maturity, dan available for sale.


9

Persediaan

Sama dengan PSAK


Pengukuran persediaan
Biaya persediaan
Biaya pembelian
Biaya konversi
Biaya lain-lain
Biaya persediaan pemberian jasa
Teknik pengukuran biaya
Rumus biaya
Nilai realisasi bersih
Pengakuan sebagai beban
Pengungkapan

10

Investasi

Metode Ekuitas

pada perusah
aan

asosiasi

Ruang lingkup: entitas asosiasi


Metode akuntansi
10

dan entitas
anak

Metode biaya

Metode ekuitas

Model nilai wajar (ED PSAK 15)

Ruang lingkup: entitas asosiasi dan


entitas anak

11

Metode akuntansi

Entitas asosiasi : metode biaya

Entitas anak

Investasi

Sama

pada perusah
aan

asosiasi

dan entitas
anak

12

13

dengan

PSAK

Jointly controlled operation, asset, and kecuali metode akuntansi


entity
hanya
menggunakan
metode biaya.

Metode akuntansi

Metode konsolidasi proporsional

Metode ekuitas

Model nilai wajar (ED PSAK 12 :

Property

PBA/PBO/PBE)
Metode akuntansi

Metode akuntansi: model

Investasi

Model nilai wajar

biaya

Aset Tetap

Model biaya
Menggunakan

pendekatan Sama
PSAK kecuali:

komponenisasi

Pengukuran

dengan

menggunakan

biaya atau model revaluasi

model

Tidak

menggunakan

pendekatan
komponenisasi.

Pengukuran biaya perolehan


11

Pengakuan pengeluaran selanjutnya

Penyusutan

Tidak perlu review nilai residu,


metode

penyusutan,

manfaat

setiap

dan

akhir

Revaluasi diijinkan jika


dilakukan

berdasarkan

Peraturan

Pemerintah.

Hal

ini

mengacu

ke

PSAK 16 (1994)

umur
periode

pelaporan, tetapi jika ada indikasi

Tidak perlu review nilai


residu.

perubahan saja\
14

Asset

Tidak

Berwujud

Sama

Prinsip umum untuk pengakuan

Pengakuan

awal,

PSAK, kecuali aset tidak


berwujud yang diperoleh

pengukuran

dari penggabungan usaha.

selanjutnya

Amortisasi

selama

dengan

Tidak diatur

umur

manfaat atau 10 tahun


Penurunan nilai

15

Sewa

Menggunakan metode pembelian

Goodwill dimaortisasi 5 tahun atau 20

tahun dengan justifikasi manajemen


Mengatur
perjanjian
yang
mengandung sewa

Klasifikasi bersifat principle based

Laporan keuangan lessee dan

Tidak

mengatur

perjanjian

yang

mengandung sewa (ISAK)

Lessor

Klasifikasi
kombinasi

12

sewa:
IFRS

for

SMEs dan SFAS 13

Laporan keuangan lessee


dan lessor menggunakan
PSAK

30

(1990):

Akuntansi Sewa Guna


Usaha
Sama dengan PSAK
Kewajiban diestimasi
Kewajiban kontinjensi
Aset kontinjensi
16

Ekuitas

Sama

Penjelasan

Akuntasi ekuitas untuk badan usaha

PSAK, kecuali :
Reorganisasi
Selisih penilaian kembali

bukan PT

dengan

Akuntansi ekuitas untuk badan usaha


berbentuk PT

17

Reorganisasi

Selisih penilaian kembali

Pendapatan

Sama dengan PSAK.

Penjualan barang

Penjualan jasa

Kontrak konstruksi

Bunga, dividen dan royalti

Lampiran

kasus
13

pengakuan pendapatan (ED PSAK 23)


18

Biaya
Pinjaman

Biaya pinjaman langsung

Komponen biaya pinjaman

Pengakuan dan kapitalisasi biaya

dibebankan

pinjaman
19

Penurunan
Nilai Aset

Sama

Penurunan nilai persediaan

Penurunan nilai non-persediaan

Penurunan nilai goodwill

dengan

PSAK, kecuali:

Ruang

lingkup

yang

semua

jenis

meliputi
aset.

Tidak

mengatur

penurunan nilai goodwill

Ada

tambahan

penurunan nilai untuk


pinjaman yang diberikan
dan

piutang

yang

menggunakan PSAK 31:


Akuntansi

Perbankan

paragraf 16 dan 17.


20

Imbalan
Kerja

Sama

Imbalan kerja jangka pendek

Imbalan pasca kerja, untuk manfaat


pasti menggunakan PUC

Imbalan jangka panjang lainnya

dengan

PSAK, kecuali

untuk

manfaat pasti
menggunakan PUC dan
jika

tidak

menggunakan

bisa,
metode

yang disederhanakan
Pesangon pemutusan kerja

21

Pajak
Penghasilan

Menggunakan deferred tax concept

14

Pengakuan dan pengukuran pajak kini

Pengakuan dan pengukuran pajak


tangguhan

Menggunakan tax payable concept

Tidak ada pengakuan dan pengukuran


pajak tangguhan

22

Mata

Uang

Pelaporan

Sama dengan PSAK Mata


Mata uang pencatatan dan pelaporan

Mata uang fungsional

Penentuan saldo awal

Uang Pelaporan

Mata uang fungsional

Pelaporan transaksi mata


uang asing dalam mata
uang fungsional

Penyajian komparatif

Perubahan mata uang pencatatan dan

Perubahan

mata

fungsional

uang
(Pada

prinsipnya sama)

pelaporan
23

Peristiwa
setelah

Sama dengan PSAK

yang

memerlukan

penyesuaian

akhir periode
pelaporan

Peristiwa

Peristiwa yang tidak memerlukan


penyesuaian

24

Pengungkapa

Sama dengan PSAK 7

n pihak-pihak

Pengertian

yang

mempunyai hubungan istimewa

mempunyai h
ubungan

pihak-pihak

yang

Pengungkapan

istimewa
25

Aktivitas
Khusus

Tidak diatur

Akuntansi perkoperasian
15

26

Akuntansi minyak dan gas bumi

Akuntansi pertambangan umum

Akuntansi perusahaan efek

Akuntansi reksa dana

Akuntansi perbankan dan asuransi

Ketentuan

Transisi

Retrospektif
prospektif

atau
(jika

tidak

praktis) yang diterapkan


secara
catchup

prospective
(dampak

ke

saldo laba)

Perpindahan dari dan ke


SAK ETAP

27

Tanggal

Berlaku

Efektif

untuk laporan

efektif
keuangan

yang dimulai pada tanggal


1 Januari 2011, penerapan
dini 1 Januari 2010
Sumber : Majalah Akuntan Indonesia; Edisi No.19/Tahun III/Agustus 2009, Roy Iman
Wirahardja (Anggota DSAK) dan Ersa Tri Wahyuni (Direktur Teknis IAI)

2.5 MANFAAT SAK ETAP

16

1. Diharapkan dengan adanya SAK ETAP, perusahaan kecil, menengah, mampu untuk :
Menyusun laporan keuangannya sendiri.
Dapat diaudit dan mendapatkan opini audit.

2. Lebih sederhana dibandingkan dengan PSAK IFRS sehingga lebih mudah dalam
implementasinya.
3. Tetap memberikan informasi yang handal dalam penyajian laporan keuangan.

2.6 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SAK-ETAP


Adapun kelebihan dari SAK-ETAP ini yaitu :
1. Lebih sederhana dibandingkan dengan SAK-UMUM,
2. Mudah digunakan bagi UKM di Indonesia,
3. Standar-standar dalam SAK-ETAP juga tidak mengalami perubahan dalam jangka
waktu yang panjang, sehingga SAK-ETAP bisa relatif konsisten.
4. Karena SAK-ETAP relative konsisten, maka proses penyusunan pun akan hemat
biaya dan tenaga.
Sedangkan kekurangan SAK-ETAP adalah :
1. Kesederhanaan penyajian laporan keuangan dapat mengabaikan hal yang tidak
relevan, artinya banyak pula informasi yang tidak diungkapkan secara wajar.
2.7 ISU KRUSIAL TERKINI SAK-ETAP
Kendala pemanfaatan SAK-ETAP pada UMKM
Jurnal: Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK-ETAP) pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) perajin mebel desa

17

gondangsari kecamatan juwiring kabupaten klaten (Arri Alfitri, Ngadiman,


Sohidin, 2014)
Masalah:
a. Bagaimana pemahaman Perajin mebel di UMKM Desa Gondangsari Kecamatan
Juwiring Kabupaten Klaten tetntang Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP)?
b. Bagaimana pencatatan dan penyusunan laporan keuangan yang dilakukan di UMKM
Desa Gondangsari Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten? Apakah pencatatan dan
penyusunan laporan keuangan yang dilakukan Perajin mebel sudah mengacu pada
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAKETAP)?
c. Apakah kendala-kendala Perajin mebel di UMKM Desa Gondangsari Kecamatan
Juwiring Kabupaten Klaten dalam melakukan pencatatan dan penyusunan laporan
keuangan yang mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP)?
Hasil Penelitian:
1) Pemahaman perajin mebel tentang Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) masih rendah.
2) (a) Pencatatan keuangan yang dilakukan perajin mebel hanya sebatas laporan bisnis
yang dibuat sesuai dengan pemahaman dan kebutuhan masing-masing perajin mebel.
(b) Perajin mebel tidak menerapkan SAK-ETAP dalam menyusun laporan keuangan,
karena perajin mebel kurang memahami SAK-ETAP.
3) Kendala-kendala perajin mebel dalam menerapkan SAK-ETAP, sebagai berikut:
kurangnya pengetahuan perajin mebel tentang SAK-ETAP, belum adanya tenaga
akuntansi yang profesional pada perajin mebel, perajin mebel kurang memahami
pentingnya pencatatan dan penyusunan laporan keuangan, dan kurang efektifnya
sosialisasi dari pihak yang berkompeten tentang SAK-ETAP.
Kajian:
Berdasarkan permasalahan diatas, maka:
Pertama, Kami melihat penggunaan SAK-ETAP di Indonesia khususnya bagi UMKM
masih sangat rendah. Kebanyakan masyarakat yang memilih UMKM menganggap
18

penggunaan standar ini tidaklah penting. Akar permasalahannya terletak pada


pemahaman mereka terkait standar ini padahal telah memasuki tahun ke-6 semenjak
ditetapkan tanggal berlaku efektifnya. Olehnya, dibutuhkan pengadaan sosialisasi dari
pemerintah ataupun yang ditugaskan terkait standar ini agar masyarakat pelaku bisnis
khususnya UMKM memiliki pemahaman dan belajar untuk mengimplementasikan SAKETAP. Di kemudian hari, SAK-ETAP tidak lagi menjadi sekedar buku dengan sejumlah
penjelasan tertulis namun tanpa realisasi dalam bentuk prakteknya.
Kedua, Modal utama pembangunan perekonomian Indonesia bergantung pada
keberadaan UMKM yang handal dan kuat, Namun, selama ini UMKM masih memiliki
banyak keterbatasan dan kendala terutama kendala yang terdapat antara UMKM dan
perbankan selaku penyalur kredit bagi UMKM. Beberapa hasil penelitian (Pinasti,
Hariyanto, Idrus, Marbun) dalam Pinasti (2007) menunjukkan bahwa kelemahan usaha
kecil di Indonesia adalah pada umumnya pengelola usaha kecil tidak menguasai dan
tidak menerapkan sistem keuangan yang memadai. Usaha kecil tidak atau belum
memiliki dan menerapkan catatan akuntansi dengan ketat dan disiplin dengan
pembukuan yang sistematis dan teratur. Pengusaha kecil secara umum menganggap
bahwa informasi akuntansi tersebut tidak penting, selain sulit diterapkan juga membuang
waktu dan biaya. Hal terpenting bagi pengelola usaha kecil adalah bagaimana cara
menghasilkan laba yang banyak tanpa repot menerapkan akuntansi.
Kendala terkait bantuan pembiayaan dari pihak lainnya seperti bank atau investor
maupun kreditor dapat diatasi dengan cara menerapkan SAK ETAP yang dapat
memberikan kemudahan bantuan pembiayaan karena dengan dilakukannya pembukuan
akuntansi maka menyajikan laporan keuangan keuangan yang lebih informatif.

19

2.8 EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO,


KECIL, DAN MENENGAH (ED SAK EMKM)

Dalam rangka mewujudkan UMKM Indonesia yang maju, mandiri, dan modern,
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI telah mengesahkan Exposure
Draft Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (ED SAK
EMKM) dalam rapatnya pada tanggal 18 Mei 2016.

Dengan disahkannya ED SAK EMKM ini, maka standar akuntansi keuangan di


Indonesia nantinya akan menjadi lengkap dengan tiga pilar standar akuntansi keuangan.
Masing-masing pilar utama tersebut merupakan dukungan infrastruktur dalam konteks
standar akuntansi keuangan yang dapat mencerminkan esensi dari entitas dunia usaha di
Indonesia, yaitu:
1. SAK Umum yang berbasis IFRS merupakan standar akuntansi keuangan yang
mengatur perlakuan akuntansi untuk transaksi-transaksi yang dilakukan oleh entitas
dengan akuntabilitas publik signifikan;
2. SAK ETAP merupakan standar akuntansi keuangan yang dimaksudkan untuk
digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan namun menerbitkan
laporan keuangan untuk tujuan umum bagi penggunanya; dan
3. ED SAK EMKM yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan
entitas mikro, kecil, dan menengah.

ED SAK EMKM ini diharapkan dapat membantu sekitar 57,9 juta pelaku UMKM
di Indonesia dalam menyusun laporan keuangannya dengan tepat tanpa harus terjebak
dalam kerumitan standar akuntansi keuangan yang ada saat ini. ED SAK EMKM ini
merupakan standar akuntansi keuangan yang jauh lebih sederhana bila dibandingkan
dengan SAK ETAP. Misalnya, dari sisi teknikal, ED SAK EMKM murni menggunakan
20

dasar pengukuran biaya historis sehingga UMKM cukup mencatat aset dan liabilitasnya
sebesar biaya perolehannya.

ED SAK EMKM ditujukan untuk digunakan oleh entitas yang tidak atau belum
mampu memenuhi persyaratan akuntansi yang diatur dalam SAK ETAP. ED SAK
EMKM tidak memberikan definisi dan kriteria kuantitatif entitas mikro, kecil, maupun
menengah. Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah dapat digunakan sebagai acuan dalam mendefinisikan dan memberikan
rentang kuantitatif.
ED SAK EMKM disusun berdasarkan topik dan dinyatakan dalam Bab 1 sampai
dengan Bab 18. Jika referensi silang ke bab atau paragraf lain dilakukan, maka referensi
silang tersebut hanya berlaku di antara bab-bab di dalam ED SAK EMKM ini. Dalam ED
SAK EMKM, laporan keuangan entitas disusun menggunakan asumsi dasar akrual dan
kelangsungan usaha, sebagaimana yang digunakan oleh entitas selain entitas mikro, kecil,
maupun menengah, serta menggunakan konsep entitas bisnis. Laporan keuangan entitas
terdiri dari: (a) laporan posisi keuangan, (b) laporan laba rugi, dan (c) catatan atas laporan
keuangan.
ED SAK EMKM dilengkapi dengan Contoh Ilustratif Laporan Keuangan. Entitas
dapat menggunakan Contoh Ilustratif Laporan Keuangan sebagai panduan untuk
mempermudah dan mendapatkan pemahaman dalam penyusunan laporan keuangannya.
ED SAK EMKM berlaku efektif tanggal 1 Januari 2018, namun penerapan dini
dianjurkan.

21

BAB III
PENUTUP
3.1KESIMPULAN
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP) adalah standar akuntansi yang disusun sebagai acuan dan dimaksudkan untuk
digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik yang dimaksudkan agar semua unit usaha
menyusun laporang keuangan sesuai dengan standard yang telah ditetapkan.
Laporan keuangan yang dipersiapkan sesuai dengan SAK ETAP adalah laporan
yang

menyediakan

informasi

mengenai posisi

keuangan,

kinerja

dan

arus

kas perusahaanyang berguna bagi pengguna laporan keuangan tersebut. Laporan


keuangan SAK ETAP tidak jauh berbeda dengan PSAK. Yang berbeda adalah istilahnya
dan macam laporan keuangnnya.

3.2SARAN
Saran yang dapat kami berikan dari pembahasan diatas adalah:
1. Pemerintah dapat segera mengadakan sosialisasi terkait penggunaan SAK-ETAP dan
penerapannya kepada masyarakat untuk membuat laporan keuangan yang mampu
memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan.
2. sebagai mahasiswa yang menuntut ilmu dibidang akuntansi diharapkan dapat turut
serta membantu pemerintah untuk membagikan ilmunya kepada masyarakat melalui
apa yang telah dipelajari selama dibangku kuliah khususnya terkait SAK ETAP.
3. Kepada masyarakat dan khususnya pelaku bisnis UMKM di Indonesia memiliki
kemauan yang kuat dengan terus belajar agar mampu membuat laporan keuangannya
berdasarkan SAK ETAP.

22

DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas tanpa Akuntabilitas
Publik. Jakarta.
Dr. Mediaty, SE, M.Si. Ak. CA. Bahan Ajar IV : Mata Kuliah Seminar Akuntansi (Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik), 20 November 2016
Arri Alfitri, Ngadiman, Sohidin. 2014. Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) Pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Perajin Mebel Desa Gondangsari Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten. Jupe UNS, Vol
2, No 2, Hal 135 s/d 147.
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/ekonomi/article/view/4183, 21 November 2016
Andriani Lily, Tungga Anantawikrama, Sinarwati Kadek Ni. 2014. Analisis Penerapan
Pencatatan Keuangan Berbasis SAK ETAP Pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
(Sebuah Studi Intrepetatif Pada Peggy Salon). UNDIKSHA e-Journal, Vol: 2 No: 1.
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/S1ak/article/view/2254 , 21 November 2016
Syanne Gracetine (2013). Materi SAK ETAP.
http://syannegracetine.blogspot.co.id/2013/11/materi-sak-etap_14.html,

20

2016
Keuangan LSM (2014). Perbedaan SAK ETAP dengan PSAK.
http://keuanganlsm.com/perbedaan-sak-etap-dengan-psak/ , 20 November 2016
Emy Rosiana (2013). About SAK ETAP.
http://meyylife.blogspot.co.id/2013/03/about-sak-etap.html , 20 November 2016

November

LAMPIRAN
A. SAMPUL SAK-ETAP DAN ED SAK EMKM

B. TOPIK PEMBAHASAN SAK ETAP DAN ED SAK EMKM


1. SAK ETAP

2. ED SAK EMKM

C. DISKUSI KELAS
Pertanyaan:
1. Jelaskan perbedaan mendasar terkait penyajian akun berdasarkan SAK ETAP dan ED
SAK EMKM terutama pada laporan posisi keuangan?
2. Bagaimana pendapat anda terkait dengan kepatuhan koperasi terhadap penerapan
SAK ETAP?
3. Mengapa dalam SAK ETAP tidak diatur pajak penghasilan (table perbandingan SAK
UMUM dan SAK ETAP)?
4. Bagaimana persyaratan untuk transisi dari penerapan SAK ETAP sebelumnya ke ED
SAK EMKM?
6

5. Apakah terdapat upaya lain dari pemerintah untuk memotivasi UMKM untuk
membuat laporan keuangannya selain mengesahkan ED SAK EMKM?
Jawaban:
1. Laporan posisi keuangan (neraca) yang ditetapkan dalam ED SAK EMKM lebih
sederhana dibanding dengan SAK ETAP. Berikut adalah ilustratif laporan posisi
keuangan berdasarkan ED SAK EMKM:

2. Sebagian besar koperasi di Indonesia belum mampu menyusun laporan keuangannya


berdasarkan SAK ETAP berdasarkan hasil penelitian dari beberapa jurnal yang
diterbitkan. Hal ini menunjukkan tingkat kepatuhan koperasi yang masih rendah,
maka perlu adanya tindakan dari pihak regulator untuk membenahi hal tersebut yaitu
bertujuan agar seluruh koperasi taat dengan SAK ETAP, adanya ketidakpatuhan dari
koperasi bisa disebabkan berbagai hal misalkan:
a. Belum adanya sosialisasi yang baik sehingga ada koperasi belum mengetahuinya
7

b. Belum adanya pelatihan kepada koperasi, karena ada aturan tetapi tidak ada upaya
agar bisa mampu mengaplikasikan aturan tersebut tentunya tidak akan berhasil.
c. Tidak adanya sangsi yang berat bagi koperasi yang tidak mematuhi ketentuan
tersebut.
3. Karena tabel SAK ETAP kosong maka dianggap tidak diatur, mungkin disini ada
sedikit kesalahan karena entitas manapun pasti dikenakan pajak penghasilan. jadi
pajak penghasilan di SAK ETAP sama dengan SAK UMUM.

4. Proses transisi dari penerapan SAK ETAP ke SAK EMKM sebagai berikut.
Jika entitas menerapkan secara prospektif dan sebelumnya telah menyusun laporan
keuangan, maka entitas:
mengakui seluruh aset dan liabilitas yang pengakuannya disyaratkan oleh ED SAK
EMKM;
a) tidak mengakui akun-akun sebagai aset atau liabilitas jika ED SAK EMKM tidak
mengizinkan pengakuan tersebut;
b) mereklasifikasikan akun-akun dalam kelompok aset, liabilitas, atau komponen
ekuitas berdasarkan rerangka pelaporan sebelumnya agar sesuai dengan aset,
liabilitas, atau komponen ekuitas berdasarkan ED SAK EMKM;
c) menerapkan ED SAK EMKM dalam pengukuran seluruh aset dan liabilitas yang
diakui.
5. Diharapkan dengan disahkannya ED SAK EMKM maka UMKM di Indonesia yang
belum dapat menyusun laporan keuangannya berdasarkan SAK ETAP akan lebih
8

mudah memahami cara penyusunannya dan mau belajar untuk menyusunnya. Lain
halnya dengan UMKM yang sama sekali tidak menyusun laporan keuangannya saat
ini akan termotivasi untuk menyusunnya. Olehnya, upaya dari pemerintah untuk
pengadaan sosialisasi yang lebih efektif terkait standar ini sangat diperlukan agar
nantinya seluruh UMKM di Indonesia mampu menggunakan standar ini yang
memberikan manfaat pada usahanya dan dapat berkontribusi terhadap perkembangan
ekonomi negara.

Anda mungkin juga menyukai