Bentuk preparasi kavitas untuk bahan restorasi estetis umumnya sama, tidak tergantung
dari bahan apa yang digunakan.(Baum, 1997)
Pertama-tama semua jaringan keras harus dibuang. Preparasi yang sempurna harus
mencakup email yang rapuh akibat dekalsifikasi. Preparasi harus memudahkan penempatan
bahan restorasi dan penyelesaiannya. .(Baum, 1997)
Preparasi gigi adalah pembuangan jaringan karies dan jaringan yang telah lemah dari gigi
dan membentuk gigi yang masih sehat sedemikian rupa sehingga dapat menerima restorasi
permanen atau sementara. .(Baum, 1997)
1. Klasifikasi kavitas kelas I
Kavitas kelas I merupakan kavitas atau restorasi pada pit dan fissure gigi posterior.
Restorasi pada kelas I ini paling banyak menggunakan bahan tambal amalgam karena
amalgam merupakan bahan tambal yang paling ekonomis. (Williams, 1979)
Kavitas ini dapat di kelompokkan menjadi 3 bagian yaitu :
a. kavitas/restorasi pada permukaan oklusal gigi premolar atau molar.
b. kavitas/restorasi pada 2/3 oklusal dari permukaan bukal/lingual gigi molar. Umumnya
kavitas ini melibatkan developmental groove gigi molar, baik di bagian bukal atau
lingual.
c. kavitas/restorasi pada permukaan lingual gigi insisif rahang atas.
Berikut contoh skematik pada gigi premolar
f I G 6-13 Schematic
representation (for
descriptive purpose) of Fig.
6-12 illustrating tooth
preparation walls: facial (f),
distal
(d), lingual (I), mesial (m),
and pulpal (p).
f I G . 6-14 Schematic
representation (for descriptive
purpose) of Fig. 6-12 illustrating
tooth preparation line angles and
point angles. Line angles are
faciopulpal (fp), distofacial (df),
distopulpal (dp), distollingual (dl),
linguopulpal (Ip), mesiolingual
(ml), mesiopulpal (mp), and
mesiofacial (mf). Point angles are
distofaciopulpal
(dfp), distolinguopulpal (dlp),
mesiolinguopulpal
(mlp), and mesiofaciopulpal (mfp).
untuk
menghilangkan lesi karies, untuk membuang enamel yang telah undermined oleh proses
karies, untuk memelihara sebanyak mungkin gigi yang masih sehat, dan untuk membuat restorasi
yang kuat dimana meniru struktur gigi normal dan tidak ada atau mungkin ada sedikit marginal
leakage. (Ferracane, 2001)
Biasanya pada preparasi amalgam kelas 1, oklusal fissure atau developmental groove,
juga terkena preparasi meskipun daerah tersebut tidak terkena karies. Suatu kedalaman atau noda
pada fissure bukan merupakan tanda adanya penempatan suatu restorasi. Bila ada kekhawatiran
bahwa dentine di dasar celah bisa menjadi karies , fissure sebaiknya ditutup dengan resin fissure
sealant atau flowable resin composite material. Selain itu, sisa-sisa fissure yang diperkirakan
dapat mudah terkena karies, sebaiknya juga ditutup dengan resin sealant. (Ferracane, 2001)
Pembersihan Karies
Bila hanya ada sejumlah karies yang tidak terlalu besar biasanya pembuatan outline
dasar sudah dapat menghilangkan karies tersebut. Bila karies terlihat dibawah tonjol, tepi kavitas
harus diperluas lebih jauh ke daerah tonjol sampai diperoleh jalan masuk ke seluruh daerah
karies. Bila outline dasar dari kavitas sudah dibuat, sisa karies dapat dibersihkan baik dengan
eskavator atau dengan bur bulat yang berotasi dengan kecepatan rendah. Semua karies
dibersihkan dari bagian tepi kavitas dengan cermat terutama pada pertautan antara email dan
dentine. (Ferracane, 2001)
Desain preparasi
Pada awal dilakukannya preparasi kavitas gigi dibutuhkan suatu outlilne form sebagai
desain awal pada preparasi yang akan dilakukan. Outline form dari gigi yang akan dipreparasi
karena suatu karies berpedoman pada 2 hal,yakni struktur gigi karies harus dihilangkan dan
margin harus ditempatkan pada struktur gigi yang sehat. Enamel pada margin saat preparasi
harus ditopang oleh dentin yang sehat dan email-email yang telah rusak karena karies harus
dihilangkan. Jika fisure noncarious terdapat di dinding suatu preparasi, celah fissure harusnya
ditutup dengan sealed setelah diisi dengan amalgam. Bentuk outline form harus halus untuk
memudahkan undercovering dari margin selama carving amalgam. (Ferracane, 2001)
Sedangkan resistance dan retention form pada desain kavitas ini, Tepi dinding kelas 1
restorasi oklusal harus paralel satu sama lain atau harus berkumpul secara oklusi . Enamel rods di
sebagian besar permukaan oklusal dibuat kira-kira sejajar dengan sumbu panjang gigi. Untuk
menghindari terjadinya fraktur, margin enamel harus dibuat dengan sudut yang sedikit tumpul
(90 derajat atau lebih besar), hal ini dikarenakan margin enamel yang kurang dari 90 derajat jauh
lebih rentan terhadap fraktur. Bahkan pada preparasi yang kecil sekalipun, cups yang sudah
retak harus dihilangkan untuk menghindari fraktur. Pada restorasi amalgam, oklusal harus
memiliki ketebalan occlusoginggival minimal 1,5 mm atau lebih baik lagi jika ketebalannya 2,0
mm, untuk mencegah fraktur pada saat restorasi, karena fraktur biasanya akan menimbulkan
marginal gaps, atau celah antara amalgam dan email. (Ferracane, 2001)
17-4 A, Enter pit with punch cut to a depth of 1.5 to 2 mm or one half to two thirds the head
length of bur. (The 1.5 mm depth is measured at central fissure; the measurement of same entry
cut [but of prepared external wall] is up to 2.0 mm.) B, Incline bur distally to establish proper
occlusal divergence to distal wall to prevent removal of
dentin supporting marginal ridge enamel when pulpal floor is in dentin and distal extension is
necessary to include a fissure or caries. For such an extension on premolars, the distance from
margin to proximal surface (i.e., imaginary projection) must not be less than 1.6 mm (i.e., two
diameters of end of bur). C, Occlusal view of initial tooth preparation that has mesial and distal
walls that diverge occlusally. D, Distofacial and distolingual fissures that radiate from pit are
included before extending along central fissure. E, Mesiodistal longitudinal
section. Pulpal floors are generally flat but may follow the rise and fall of occlusal surface.
Gambar 2.21. kavitas
Gambaran lebih jelas untuk desain agar tambalan amalgam efektif dan email di dekatnya bisa
dipertahankan dapat dilihat pada prinsip desain kavitas sebagai berikut:
1. Kedalaman kavitas dijaga keseragamannya dalam setiap gigi : lebih dalam pada gigi
dengan email tebal (molar), dangkal pada gigi dengan email tipis (premolar).
Kedalaman biasanya tepat berada dibawah pertautan dentin-email.
Gambar 2.24: Ragangan oklusal dari 2 molar kanan (A) dan 2 premolar kanan
(B). Linggir tepi membentuk sudut serta batas proksimal dari preparasi
1. Kontur linggir alami pada email sehat biasanya memisahkan kavitas ceruk dan fisura. Linggir
email alami yang bebas dari kerusakan alur (linggir oblik pada molar atas dan linggir
melintang pada premolar pertama bawah) biasanya dipertahankan dan tidak dimasukkan pada
preparasi. (gambar 1.3)
2. Dinding mesial dan distal yang berdekatan dengan linggir tepi harus sedikit meruncing keluar
dan tidak meluas dibawah email. (Gambar 2.23)
3. Biasanya dasar pulpa dipotong tegak lurus terhadap sumbu panjang gigi karena kebanyakan
tonjol tingginya hampir setara. Bila sebuah tonjol lebih rendah dari yang lain, dasar kamar
pulpa dimiringkan untuk mensejajarkan tinggi tonjol dan posisi tangkai bur membagi dua
sudut yang dibentuk oleh kemiringan yang berdekatan.
Gambar 2.25: Posisi tangkai bur membagi dua sudut oleh kemiringan email yang berdekatan
4. Kavitas pada permukaan fasial dan lingual di preparasi sampai dinding-dinding dalamnya
sejajar dengan permukaan luar gigi. (Ferracane, 2001)
2. Klasifikasi kavitas kelas II
Kavitas yang terdapat pada permukaan aproksimal gigi posterior termasuk kategori Klas
II. Alasan mengapa lesi permukaan proksimal mempunyai klasifikasi khusus tersendiri adalah
karena lesi terjadi pada gigi-gigi molar dan premolar yang saling berdekatan, dan sulit untuk
menjaga kebersihan di daerah bawah titik kontak. Menurut definisi Dr. Black, karies Klas II
dapat mengenai permukaan mesial dan distal atau hanya salah satu permukaan proksimal dari
gigi sehingga dalam praktiknya kavitas ini digolongkan menjadi kavitas MO (mesio-oklusal),
DO (disto-oklusal), dan MOD (mesio-oklusal-distal). Dilihat dari definisinya, kavitas ini adalah
lesi proksimal dan tidak selalu mencakup permukaan oklusal (Baum et al., 1997).
Pada preparasi kavitas ini, kekuatan dan keutuhan bagian tepi merupakan dua kriteria
penting untuk memutuskan apakah cusp akan dipertahankan atau dikorbankan dengan harapan
tumpatan dapat menahan fraktur selama pengunyahan. Beberapa contoh desain kavitas
digambarkan dengan nomenklatur kavitas. (Ferracane, 2001)
1. Klasifikasi kavitas kelas I
Kavitas kelas I merupakan kavitas atau restorasi pada pit dan fissure gigi posterior.
Restorasi pada kelas I ini paling banyak menggunakan bahan tambal amalgam karena
amalgam merupakan bahan tambal yang paling ekonomis. Tambalan amalgam kelas I yang
besar bisa merestorasi permukaan restorasi permukaan oklusal email dan dentine yang
hilang atau rusak pada proses karies. Tambalan amalgam akan sangat efektif dan email di
dekatnya bisa dipertahankan bila prinsip-prinsip tertentu diikuti dalam desain kavitas.
Kavitas ini dapat di kelompokkan menjadi 3 bagian yaitu :
d. kavitas/restorasi pada permukaan oklusal gigi premolar atau molar.
e. kavitas/restorasi pada 2/3 oklusal dari permukaan bukal/lingual gigi molar. Umumnya
kavitas ini melibatkan developmental groove gigi molar, baik di bagian bukal atau
lingual.
f. kavitas/restorasi pada permukaan lingual gigi insisif rahang atas.
Berikut contoh skematik pada gigi premolar
f I G 6-13 Schematic
representation (for
descriptive purpose) of Fig.
6-12 illustrating tooth
f I G . 6-14 Schematic
representation (for descriptive
purpose) of Fig. 6-12 illustrating
tooth preparation line angles and
untuk
menghilangkan lesi karies, untuk membuang enamel yang telah undermined oleh proses
karies, untuk memelihara sebanyak mungkin gigi yang masih sehat, dan untuk membuat restorasi
yang kuat dimana meniru struktur gigi normal dan tidak ada atau mungkin ada sedikit marginal
leakage. (Ferracane, 2001)
Biasanya pada preparasi amalgam kelas 1, oklusal fissure atau developmental groove,
juga terkena preparasi meskipun daerah tersebut tidak terkena karies. Suatu kedalaman atau noda
pada fissure bukan merupakan tanda adanya penempatan suatu restorasi. Bila ada kekhawatiran
bahwa dentine di dasar celah bisa menjadi karies , fissure sebaiknya ditutup dengan resin fissure
sealant atau flowable resin composite material. Selain itu, sisa-sisa fissure yang diperkirakan
dapat mudah terkena karies, sebaiknya juga ditutup dengan resin sealant. (Ferracane, 2001)
Pembersihan Karies
Bila hanya ada sejumlah karies yang tidak terlalu besar biasanya pembuatan outline dasar sudah
dapat menghilangkan karies tersebut. Bila karies terlihat dibawah tonjol, tepi kavitas harus
diperluas lebih jauh ke daerah tonjol sampai diperoleh jalan masuk ke seluruh daerah karies. Bila
outline dasar dari kavitas sudah dibuat, sisa karies dapat dibersihkan baik dengan eskavator atau
dengan bur bulat yang berotasi dengan kecepatan rendah. Semua karies dibersihkan dari bagian
tepi kavitas dengan cermat terutama pada pertautan antara email dan dentine. (Ferracane, 2001)
Desain preparasi
Pada awal dilakukannya preparasi kavitas gigi dibutuhkan suatu outlilne form sebagai
desain awal pada preparasi yang akan dilakukan. Outline form dari gigi yang akan dipreparasi
karena suatu karies berpedoman pada 2 hal,yakni struktur gigi karies harus dihilangkan dan
margin harus ditempatkan pada struktur gigi yang sehat. Enamel pada margin saat preparasi
harus ditopang oleh dentin yang sehat dan email-email yang telah rusak karena karies harus
dihilangkan. Jika fisure noncarious terdapat di dinding suatu preparasi, celah fissure harusnya
ditutup dengan sealed setelah diisi dengan amalgam. Bentuk outline form harus halus untuk
memudahkan undercovering dari margin selama carving amalgam. (Ferracane, 2001)
Sedangkan resistance dan retention form pada desain kavitas ini, Tepi dinding kelas 1
restorasi oklusal harus paralel satu sama lain atau harus berkumpul secara oklusi . Enamel rods di
sebagian besar permukaan oklusal dibuat kira-kira sejajar dengan sumbu panjang gigi. Untuk
menghindari terjadinya fraktur, margin enamel harus dibuat dengan sudut yang sedikit tumpul
(90 derajat atau lebih besar), hal ini dikarenakan margin enamel yang kurang dari 90 derajat jauh
lebih rentan terhadap fraktur. Bahkan pada preparasi yang kecil sekalipun, cups yang sudah
retak harus dihilangkan untuk menghindari fraktur. Pada restorasi amalgam, oklusal harus
memiliki ketebalan occlusoginggival minimal 1,5 mm atau lebih baik lagi jika ketebalannya 2,0
mm, untuk mencegah fraktur pada saat restorasi, karena fraktur biasanya akan menimbulkan
marginal gaps, atau celah antara amalgam dan email. (Ferracane, 2001)
17-4 A, Enter pit with punch cut to a depth of 1.5 to 2 mm or one half to two thirds the head
length of bur. (The 1.5 mm depth is measured at central fissure; the measurement of same entry
cut [but of prepared external wall] is up to 2.0 mm.) B, Incline bur distally to establish proper
occlusal divergence to distal wall to prevent removal of
dentin supporting marginal ridge enamel when pulpal floor is in dentin and distal extension is
necessary to include a fissure or caries. For such an extension on premolars, the distance from
margin to proximal surface (i.e., imaginary projection) must not be less than 1.6 mm (i.e., two
diameters of end of bur). C, Occlusal view of initial tooth preparation that has mesial and distal
walls that diverge occlusally. D, Distofacial and distolingual fissures that radiate from pit are
included before extending along central fissure. E, Mesiodistal longitudinal
section. Pulpal floors are generally flat but may follow the rise and fall of occlusal surface.
Gambaran lebih jelas untuk desain agar tambalan amalgam efektif dan email di dekatnya bisa
dipertahankan dapat dilihat pada prinsip desain kavitas sebagai berikut(Ferracane, 2001):
5. Kedalaman kavitas dijaga keseragamannya dalam setiap gigi : lebih dalam pada gigi
dengan email tebal (molar), dangkal pada gigi dengan email tipis (premolar). Kedalaman
biasanya tepat berada dibawah pertautan dentin-email.
Gambar 2.24: Ragangan oklusal dari 2 molar kanan (A) dan 2 premolar kanan (B). Linggir tepi
membentuk sudut serta batas proksimal dari preparasi
9. Kontur linggir alami pada email sehat biasanya memisahkan kavitas ceruk dan fisura. Linggir
email alami yang bebas dari kerusakan alur (linggir oblik pada molar atas dan linggir
melintang pada premolar pertama bawah) biasanya dipertahankan dan tidak dimasukkan pada
preparasi. (gambar 1.3)
10. Dinding mesial dan distal yang berdekatan dengan linggir tepi harus sedikit meruncing keluar
dan tidak meluas dibawah email. (Gambar 2.23)
11. Biasanya dasar pulpa dipotong tegak lurus terhadap sumbu panjang gigi karena kebanyakan
tonjol tingginya hampir setara. Bila sebuah tonjol lebih rendah dari yang lain, dasar kamar
pulpa dimiringkan untuk mensejajarkan tinggi tonjol dan posisi tangkai bur membagi dua
sudut yang dibentuk oleh kemiringan yang berdekatan.
12. Kavitas pada permukaan fasial dan lingual di preparasi sampai dinding-dinding dalamnya
sejajar dengan permukaan luar gigi.
Gambar 2.25: Posisi tangkai bur membagi dua sudut oleh kemiringan email yang berdekatan
1. Preparasi dimulai di bagian palatal / lingual dengan round bur arah tegak lurus
bidang palatal/ lingual gigi.
2. Dengan bur fisur kavitas dibentuk sesuai dengan outline.
3. Dinding aksial terletak 0,5 mm dari email ke dentin dan variasinya tergantung
pada perluasan kariesnya. Pada daerah palatal / labial biasanya melibatkan bagian
titik kontak terhadap gigi sebelahnya, sehingga tepi labial terletak pada embrasure
gigi. Perluasan ke arah gingiva dipengaruhi perluasan kariesnya.
4. Retensi diperoleh dengan membuat undercut berupa alur retensi pada axio
gingival line angle, axio incical line angle dengan menggunakan round bur kecil.
Kedalaman alurnya minimal. Semua line angle dihaluskan.
5. Pada kelas III dianjurkan membuat bevel email selebar 0,2-0,5 mm sebagai tahap
akhir preparasi dengan menggunakan fisurre bur. Lebar bevel dibatasi untuk
menghindari kesulitan dalam menyelesaikan restorasi resin
Tahapan preparasi karies klas III
Tahapan preparasi karies klas III
Daftar pustaka : Baum, Lioyd. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarata : EGC
Williams, D.F and J. Cunningham. 1979. Materials in Clinical Dentistry. Oxford.
Ferracane, Jack L. (2001). Materials in Dentistry: Principles and Applications. Lippincott Williams &
Wilkins. pp. 3. ISBN 0-7817-2733-2.