1 Biogas
Menurut Wahyuni, (2010: 18) Biogas adalah campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri
metanogonik yang terjadi pada material-material yang dapat terurai secara alami dalam kondisi
anaerob. Pada umumnya biogas terdiri atas gas metana (CH 4) 50% - 70%, gas karbon dioksida
(CO2) 30% - 40%, hidrogen (H2) 5% - 10%, dan gas-gas lainnya dalam jumlah yang sedikit.
2.1.1 Rasio C/N
Hubungan antara jumlah karbon dan nitrogen yang terdapat pada bahan organik yang
dinyatakan dalam terminologi rasio karbon / nitrogen (C/N).
24), apabila rasio C/N sangat rendah, nitrogen akan bebas dan berakumulasi dalam bentuk
amoniak (NH4). NH4 akan meningkatkan pH bahan di dalam biodigester. (Uli Werner dalam
Suyitno, 2010: 3) Mengatakan perbandingan bahan organik C dan N dalam bahan biogas
merupakan faktor penting untuk berkembangnya bakteri yang akan menguraikan bahan organik
tersebut. Pada perbandingan C/N lebih dari 43, akan mengakibatkan kerja bakteri terhambat
(Denis dalam Suyitno, 2010: 3).
(Suyitno dkk, 2010: 3) Mengatakan parameter ini bukan jaminan satu-satunya untuk
kualitas biogas yang tinggi, karena masih terdapat beberapa parameter lain yang harus
diperhatikan khususnya pada reaktor biogas (Biodigester).
Tabel 2.1. Rasio C/N untuk Beberapa Bahan organik.
Jenis Kotoran
Urin
Rasio C/N
0.8
Kotoran sapi
10 20
Kotoran babi
9 13
Kotoran ayam
58
Kotoran kambing
30
Kotoran manusia
Jerami padi
80 140
Jerami jagung
30 65
Rumput hijau
12
Sisa sayuran
35
Kotoran hewan khususnya kotoran sapi, mempunyai mempunyai rata-rata rasio C/N sekitar
24. Limbah pertanian seperti jerami dan limbah gergajian mengandung persentase karbon yang
sangat tinggi. Bahan dengan rasio C/N tinggi di campur dengan bahan rasio C/N nya rendah,
sehingga didapatkan rata-rata rasio campuran input pada tingkat yang dikehendaki.
Tabel 2.2 Spesifikasi Kotoran Sapi dengan Bobot Total 635 kg.
Spesifikasi
Kotoran
Kotoran urin
50.8 kg
51.1 liter
6.35 kg
5.4 kg
Tabel 2.2 menunjukkan spesifikasi kotoran sapi yang dihasilkan dari sapi dengan bobot
waktu hidup 635 kg untuk tiap harinya. Besarnya padatan total (TS) umumnya dapat juga
diperkirakan sekitar 10 15% dari massa kotoran awal
Beberapa peneliti mengusulkan metode lain untuk menentukan jumlah kotoran yang
dihasilkan dari mahluk hidup. Metode yang diusulkan adalah dengan membuat persentasi dari
bobot mahluk hidup tersebut yaitu:
a. Untuk sapi dengan bobot 135 800 kg dan kerbau dengan bobot 340 420 kg dapat
menghasilkan kotoran 5% dan urin 4 5% dari bobot tersebut.
b. Untuk babi dengan bobot 30 75% kg dapat menghasilkan kotoran sebanyak 2% dan
urin 3% dari bobot tersebut.
c. Untuk domba atau kambing dengan bobot 30 100 kg dapat menghasilkan kotoran
sebanyak 3% dan urin 1 1.5% dari bobot tersebut.
d. Untuk ayam dengan bobot 1.5 2 kg dapat menghasilkan kotoran sebanyak 4.5% dari
bobotnya.
e. Untuk manusia dengan bobot 50 80 kg dapat menghasilkan kotoran sebanyak 1% dan
urin 2% dari bobotnya.
Dari jumlah kotoran yang dihasilkan, yang berperan dalam menghasilkan biogas adalah
padatan total (TS). Didalam padatan solid terdapat padatan volatile (VS). Komponen dari
padatan volatile (VS) secara umum terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin, kanji, protein, eter,
amonia dan asam. Komponen terbesar dari VS adalah selulosa sebagaimana dapat dilihat pada
tabel 2.3. Dengan mengingat bahwa TS dari kotoran hewan tidak jauh dari 10%, maka dalam
biodigester perlu ditambahkan beberapa sisa makanan selain yang mengandung C/N tinggi
maupun yang mempunyai potensi produksi biogas yang tinggi karena mengandung TS yang
tinggi.
Tabel 2.3 Komponen Padatan Volatil (VS)
Komponen
% TS
Selulosa
31
Hemiselulosa
12
Lignin
12.2
Kanji
12.5
Protein
12.5
Eter
2.6
Amonia
0.5
Asam
0.1
Total
83.4
TS %
VS %
Jerami padi
89
93
Jerami gandum
82
94
Jerami jagung
80
91
Rumput segar
24
89
Bagase
65
78
Sisa sayuran
12
86
Pada tabel 2.4 menunjukkan TS beberapa bahan organik dan penting untuk diperhatikan,
bahwa konsentrasi TS hendaknya dijaga agar tidak lebih dari 15%, karena akan menghambat
metabolisme. Pada saat memasukkan material organik ke dalam biodigester wajib ditambahkan
sejumlah air. Fungsi air di sini selain mempertahankan TS < 15%, juga untuk mempermudah
proses pencampuran dan proses mengalirnya material organik kedalam biodigester. Fungsi
lainnya adalah untuk mempermudah aliran gas yang terbentuk di bagian bawah dapat mengalir
ke bagian atas biodigester.
Dalam kotoran terdapat juga zat yang membantu dalam proses pembentukan gas yaitu
selulosa dan hemiselulosa yang dapat diuraikan oleh bakteri dalam biodigester, sedangkan lignin
tidak dapat diuraikan. Biomassa termasuk bahan organik yang mengandung lignin dalam jumlah
yang besar, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Kadar Selulosa, Hemiselulosa dan Lignin dalam Biomassa
Meterial
Selulosa (%)
Hemiselulosa (%)
Lignin (%)
40 50
15 25
15 - 30
45
35
15
Jerami jagung
32.1
24
18
Bagase
33.4
30
18.9
15 20
80 85
Jerami gandum
30
50
15
Rumput
45
31.4
12
Kayu
Tongkol jagung
Dedaunan
Jika beberapa material organik yang mengandung lignin yang tinggi, maka bahan organik
tersebut,maka akan menghasilkan biogas dalam jumlah rendah.
2.1.2 Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk menjaga total partikel padat, yang akan mengendap pada dasar
biodigester. Jika terlalu pekat, partkel-partikel tersebut menghambat aliran gas yang terbentuk di
bagian bawah digester. Sehingga mengakibatkan produksi gas lebih sedikit. Untuk
mempermudah pemahamnan akan dibahas satu contoh bahan organik yang digunakan, yaitu
kotoran sapi. Sebelum dimasukkan ke dalam biodigester, kotoran sapi dalam keadaan segar
dicampur air dengan perbandingan (1:1). Namun, jika kotoran sapi kering, jumlah air harus
ditambah sampai kekentalan yang diinginkan, perbandingan bervariasi antara (1:1.25 sampai
1:2).
2.1.3 Proses Fermentasi
Menurut Wahyuni (2010: 25) proses fermentasi atau proses percernaan mengacu berbagai
reaksi dan dimasukkan ke dalam pencerna sebagai input. Ini adalah phisio-kimia yang komplek
dan proses biologis yang melibatkan beberapa faktor dan tahapan bentuk. Penghancuran input
yang merupakan bahan organik dicapai dalam tiga tahapan, yaitu hidrolisa, acidification,
methanization.
1. Hidrolisa atau hidrolisis.
Pada tahap hidrolisis, bahanbahan organik yang mengandung selulosa, hemiselulosa dan
bahan yang ekstraktif seperti protein, karbohidrat dan lipida akan terurai menjadi
senyawa dengan rantai yang lebih pendek. Pada tahap hidrolisis, mikroorganisme yang
berperan adalah enzim ekstraseluler seperti, selulose, protese dan lipase.
CH3COOH
CH4
Asam asetat
Metana
CO2
Karbondioksida
30oC. Untuk menghasilkan asam asetat, bakteri tersebut memerlukan oksigen dan karbon
yang diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam larutan. Untuk terjadinya metabolisme
yang merata, diperlukan pencampuran yang baik dengan konsentrasi air > 60%. Selain
itu, bakteri tersebut juga mengubah senyawa yang bermolekul rendah menjadi alkohol,
asam organik, asam amino, CO2, H2S dan sedikit gas CH4.
2CH3CH2OH + CO2
Etanol
Karbondioksida
CH4 + 2CH3COOH
Metana
Asam asetat
masalah, karena selama proses proses fermentasi anaerob, pH dalam biodigester akan
berada angka pH sekitar 7.
Selain itu, derajat keasaman (pH) dalam biodigester sangat dipengaruhi oleh bahan
organik, karena pada tahap awal fermentasi dapat terbentuk asam, maka pH akan turun.
Beberapa peneliti menyarankan untuk menambahkan larutan kapur (CaOH2) atau kapur
(CaCO3) supaya pH kembali naik ke angka sekitar 7.0. Jika pH turun di bawah 6.2, maka
bakteri methanogen akan keracunan dan akibatnya produksi biogas akan turun.
B. Suhu
Tujuan utama dari pembuatan biodigester adalah membuat suatu tempat kedap udara,
supaya bahan organik dapat terurai secara biologi yaitu dengan bantuan bakteri alami.
Bakteri methanogen dalam keadaan tidak aktif pada suhu ekstrim tinggi maupun rendah.
Suhu optimum yaitu 35oC, ketika suhu udara turun sampai 10o C produksi gas menjadi
terhenti. Menurut (Suyitno dkk, 2010: 21) Mengatakan pada saat pembuatan biodigester
perlu diperhitungkan beberapa hal, yaitu
1. Lingkungan anaerob
Biodigester harus tetap dijaga dalam keadaan anaerob yaitu tidak terjadi kontak langsung
dengan oksigen (O2). Udara mengandung O2 sebanyak 21%, sehingga jika memasuki
biodigester dapat menyebabkan penurunan produksi gas metana.
2. Temperatur dalam biodigester
Secara umum terdapat tiga rentang temperatur yang disenangi oleh bakteri,yaitu:
a. Bakteri fermentasi psycrophilic
Bakteri ini hidup pada temperatur 8 25 oC dan biasanya bakteri ini berkembang pada
negara-negara subtropis atau beriklim dingin. Kondisi optimumnya pada temperatur
15 18oC dan waktu penyimpanan (retention time) dalam biodigester adalah lebih
dari 100 hari.
C. Laju Pengumpanan
Laju pengumpanan adalah jumlah bahan yang dimasukkan ke dalam biodigester per unit
perhari. Pada umumnya, 6 kg kotoran sapi per m 3 volume biodigester adalah
direkomendasikan pada pengolahan kotoran sapi. Apabila terjadi pemasukan bahan yang
berlebihan, akan terjadi akumulasi asam dan produksi metana akan terganggu.
Sebaliknya, bila pengumpanan kurang dari kapasitas biodigester, produksi gas juga
menjadi rendah.
D. Waktu Tinggal atau HRT (Hidraulic Retention Time)
Menurut Teodorita Al seadi et all (2008: 28) mengatakan, parameter penting dalam
pengukuran biodigester biogas adalah waktu penyimpanan atau waktu tinggal (HRT).
Hidraulic Retention Time (HRT) adalah rata-rata jarak atau selang waktu ketika bahan
disimpan di dalam tangki biodigester. Waktu tinggal dalam biodigeseter adalah rata-rata
periode waktu saat input masih berada dalam biodigester dan proses fermentasi oleh
bakteri methanogen (Sri Wahyuni, 2013: 27). Waktu penyimpanan harus cukup lama,
untuk memastikan bahwa jumlah mikroorganisme yang keluar dengan kotoran di dalam
digester tidak lebih besar dari pada jumlah reproduksi mikroorganisme. Penggandaan
perbandingan bakteri anaerob biasanya 10 hari atau lebih. HRT yang pendek
mengakibatkan jumlah aliran bahan yang baik, tetapi menghasilkan gas yang lebih
sedikit.
Oleh sebab itu, penting untuk mengubah HRT kedalam proses pembusukan bahan biogas
yang lebih spesifik terhadap rata-rata komposisi bahan. Untuk mengetahui waktu tinggal
(HRT), memasukan bahan setiap hari dan laju pembusukan bahan biogas dengan cara
menghitung volume biodigester.
E. Toxicity
Ion mineral, logam berat dan deterjen adalah beberapa material racun yang
mempengaruhi pertumbuhan normal bakteri potogen di dalam biodigester. Ion mineral
dalam jumlah kecil (sodium, potasium, kalsium, amonium dan belerang) juga
merangsang pertumbuhan bakteri. Namun, bila ion-ion ini dalam konsentrasi tinggi akan
berakibat meracuni. Dalam pembuatan biogas harus diperhatikan tentang konsentrasi
maksimum beberapa zat yang diijinkan dalam biodigester. Pada tabel 2.6 menunjukkan
batasan beberapa zat yang diijinkan dalam biodigester.
Tabel 2.6 Batasan konsentrasi beberapa zat yang diijinkan terdapat dalam biodigester.
Zat
Konsentrasi (mg/l)
Tembaga
10 250
Kalsium
8000
Sodium
8000
Magnesium
3000
Nikel
100 1000
Seng
350 1000
Chromium
200 2000
Sulfur
Cyanide
200
2
F. Slurry
Slurry adalah limbah keluaran berupa lumpur dari lubang pengeluaran biodigester setelah
mengalami proses fermentasi oleh bakteri metana dalam kondisi anaerob. Setelah
ekstraksi biogas, slurry dari biodigester sebagai produk sampingan dari sistem
pencernaan secara aerob. Kondisi ini dapat dikatakan manur dalam keadaan stabil dan
bebas pathogen, serta dapat digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah dan
meningkatkan produksi tanaman.
2.2 Biodigester
Biodigester merupakan komponen utama dalam produksi biogas. Biodigester merupakan
tempat dimana material organik terurai oleh bakteri secara anaerob atau tanpa udara menjadi gas
CH4 dan CO2. Biodigester harus dirancang sedemikian rupa, sehingga proses fermentasi anaerob
dapat berjalan dengan baik. Pada umum biogas dapat terbentuk pada 4 5 hari setelah digester
diisi. Produksi biogas yang banyak umumnya terjadi pada 20 25 hari dan kemudian
produksinya akan turun jika biodigester tidak diisi kembali.
Selama proses penguraian secara anaerob, komponen nitrogen berubah menjadi amoniak,
komponen belerang menjadi H2S, dan komponen fosfor berubah menjadi orthophosphates.
Beberapa komponen lain seperti kalsium, magnesium, sodium berubah menjadi jenis garam
(Dennis dalam Suyitno, 2010: 15)
2.2.1
a. Mengurangi padatan.
Kerena padatan terurai menjadi gas dan tidak semua padatan terurai, maka tujuan dari
proses fermentasi adalah mengurangi jumlah padatan.
b. Membangkitkan energi.
Sebagaimana diketahui, target utama dari proses fermentasi adalah menghasilkan gas
CH4 yang mengandung energi 50 MJ/kg. Semakin besar kandungan CH 4 dalam biogas,
semakin besar kandungan energi dalam biogas.
c. Mengurangi bau dari kotoran.
Biogas dapat ditujukan untuk mengurangi bau dan bukan menghilangkan bau dari
kotoran. Setidaknya dengan pembuatan biodigester, bau yang dihasilkan selama proses
fermentasi dapat diarahkan supaya tidak mengganggu kenyamanan manusia.
d. Menghasilkan air buangan yang bersih. Sebagaian air setelah proses fermentasi harus
dikeluarkan. Bersihnya air buangan ini menjadi sangat penting, jika digunakan untuk
pupuk cair. Sebagian lagi air buangan juga dapat dikembalikan lagi ke dalam digester.
e. Menghasilkan padatan yang mengandung unsur hara sebagai pupuk.
Padatan yang tidak terurai menjadi gas dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, asalkan masih
mengandung bahan gizi yang baik. Padatan yang dihasikan harus dijaga dari zat-zat yang
berbahaya.
2.2.2
Reaktor kubah tetap (fixed dome) disebut juga sebagai reaktor cina. Dinamakan
demikian, karena reaktor ini dibuat pertama kali di Cina sekitar tahun 1930-an. Reaktor
tipe ini ada dua bagian, yaitu biodigester sebagai tempat pencerna material biogas dan
sebagai rumah bagi bakteri, baik untuk pembentukan asam ataupun bakteri pembentuk
gas metan.
b. Reaktor floating drum.
Reaktor jenis terapung (floating) pertama kali dikembangkan di India pada tahun 1937,
sehingga dinamakan dengan reaktor India. Memiliki bagian biodigester yang sama
dengan reaktor kubah, tetapi perbedaanya terletak pada bagian penampung gas yang
menggunakan peralatan bergerak dari drum. Keuntungan dari reaktor ini adalah dapat
dilihat secara langsung volume gas yang tersimpan pada drum karena pergerakkannya.
Sementara itu, kerugiannya adalah biaya material kontruksi dari drum yang lebih mahal
dan faktor korosi pada drum juga menjadi masalah, sehingga bagian penampun gas pada
reaktor ini memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan dengan menggunakan tipe
kubah.
c. Reaktor balon.
Reaktor balon merupakan jenis reaktor yang digunakan pada skala rumah tangga. Reaktor
ini menggunakan bahan plastik, sehingga lebih efisien dalam penanganan dan perubahan
tempat biogas.
d. Reaktor fiberglass.
Fungsi saluran ini adalah untuk mengeluarkan kotoron (slurry) yang telah mengalami
proses fermentasi oleh bakteri. Saluran ini bekerja berdasarkan prinsip kesetimbangan
tekanan hidrostatik. Residu yang pertama kali adalah merupakan lumpur (slurry)
masukan pertama setelah waktu retensi. Lumpur (slurry) yang keluar sangat baik untuk
pupuk, karena mengandung kadar nutrisi yang tinggi.
D. Tangki Penyimpan Biogas
Tujuan dari tangki penyimpan gas adalah untuk menyimpan biogas yang dihasilkan dari
proses digestion. Jenis tangki penyimpan biogas ada 2 jenis, yaitu tangki bersatu dengan
unit reaktor (fixed dome) dan terpisah dengan reaktor (floating drum). Untuk tangki
terpisah, kontruksi dibuat khusus sehingga tidak bocor dan tekanan yang terdapat dalam
tangki seragam.
E. Katup Pengaman Tekanan (Control Valve)
Fungsi dari katup pengaman adalah sebagai pengaman biodigester dari lonjakan tekanan
biogas yang berlebihan. Bila tekanan biogas dalam tabung penampung biogas lebih tinggi
dari tekanan yang diijinkan, maka biogas akan terbuang keluar dan selanjutnya tekanan
biogas akan turun kembali. Katup pengaman tekanan cukup penting dalam reaktor biogas
yang besar dan sistem kontinyu, karena pada umunya biodigester dibuat dari material
yang tidak tahan pada tekanan yang tinggi, supaya biaya pembuatan biodigester tidak
mahal.
F. Saluran Biogas
Tujuan dari saluran gas adalah untuk mengalirkan biogas yang dihasilkan dari
biodigester. Bahan untuk saluran gas disarankan terbuat dari polimer untuk menghindari
korosi, karena korosi bisa mengakibatkan kebocoran gas. Kebocoran biogas dapat
berbahaya, karena dapat menimbulkan kebakaran. Untuk pembakaran gas pada tungku,
pada ujung saluran pipa dapat disambung dengan pipa yang terbuat dari logam, supaya
tahan terhadap temperatur pembakaran yang tinggi.
G. Pengaduk
Tujuan pengadukan adalah untuk mengurangi pengendapan dan penyediaan populasi
bakteri yang seragam, sehingga bakteri tidak mati (Suyitno dkk, 2010: 20). Menurut
Athanasius P Bayuseno (2009: 7), pengadukan bertujuan untuk mengaduk bubur yang
ada dalam reaktor, sehingga terjadi homogenitas pada bubur dan terjadi sirkulasi gas
dalam tabung reaktor.
Pada saat melakukan proses pengadukan, hendaknya dilakukan dengan pelan.
Sebagaimana diketahui bahwa tumbuhnya bakteri membutuhkan media yang cocok.
Media yang cocok sendiri terbentuk dari bahan organik secara alami dan membutuhkan
waktu tertentu (Retention Time), sehingga pengadukan yang terlalu cepat dapat membuat
proses fermentasi terhambat. Tidak ada panduan yang pasti seberapa lambat pengadukan
dilakukan dan bagaimana frekuensinya, karena proses pengadukan sangat tergantung dari
bahan baku yang digunakan. Untuk bahan baku yang larut dengan air dan tidak
membentuk stratifikasi justru tidak diperlukan adanya pengadukan.
2.2.4 Perancangan Biodigseter
Suyitno dkk (2010: 26) melakukan penelitian tentang ukuran biodigester tergantung dari
kuantitas, kualitas bahan organik, jenis bahan organik yang ada dan temperatur proses
fermentasi. Pada pembuatan biodigester skala rumah tangga tipe floating drum banyak hal yang
harus diperhatikan, terutama volume bahan organik dan volume penampung gas. Pada umumnya,
pembuatan biodigester tipe floating drum ini menggunakan drum besi dan membutuhkan biaya
yang cukup mahal. Pada rancang bangun biodigester tipe floating drum skala rumah tangga ini
menggunakan drum yang terbuat dari tong plastik yang tidak mudah korosi dan menggunakan
dudukan biodigester portable yang mudah untuk dipindahkan.
A. Volume Biodigester
Ukuran biodigester dapat dinyatakan dengan volume digester (Vd). Secara umum Vd dapat
dihitung menggunakan rumus:(Suyitno dkk, 2010: 26)
Vd=Sd RT
.2.1
Dimana:
Sd = Jumlah masukan bahan baku setiap hari [m3/hr]
RT = Retention time atau waktu bahan baku berada dalam digester [hari]
Pada umumnya RT dipengaruhi oleh temperatur operasi dari biodigester. Untuk Indonesia
temperatur sepanjang musim hampir stabil, maka banyak biodigester dibuat dan dioperasikan
pada temperatur kamar (unhead biodigester). Sedangkan RT untuk biodigester sederhana tanpa
pemanasan dapat dipilih 40 hari (Uli Werner dalam Suyitno, 2010: 26).
Pemasukan bahan baku tergantung seberapa banyak air harus dimasukan ke dalam
biodigester, sehingga kadar bahan baku padatnya sekitar 4-8 %.
Sd =Padatan Air
2.2
2.3
Dimana:
G
Besarnya G atau produksi biogas per jam, m/jam dihitung dari produksi biogas spesifik (Gy)
dari bahan baku dan pemasukan bahan baku harian (Sd).
m3
hr
G=Gy Sd / 24 1
jam=m3 / jam
hr
24
2.4
Produks
Produks
Produks
Produksi gas
Produksi gas
kotoran
(m3 / hari)
kotoran
(kg/hari)
(m3 / hari)
kotoran
(kg/hari)
RT=60
RT=80
0,3-
0,35-
0,45
0,5
0,35-
0,45-
0,51
0,61
Produksi gas
(m3 / hari)
(kg/hari)
RT=60
RT=80
0,45-
0,3-
0,54
0,62
0,45-
0,54-
0,6
0,71
RT=60
RT=80
2,5-3,0
0,12-
0,15-
0,14
0,18
Hanya
kotoran
(basah),
lantai tidak
berubin
(rugi-rugi
10%)
14-18
9-13
Kotoran
dan
urine,
lantai beton
Kotoran
20-30
30-40
stabil
(kotoran +
2
kg
pakan),
lantai beton
22-32
0,45-
0,53-
0,63
0,73
32-42
0,55-
0,63-
0,74
0,89
Gy
Untuk 1 L
0,02
0,025
0,02
0,024
0,05
0,06
0,022
0,027
0,022
0,026
kotoran/har
i
Untuk 1 kg
kotoran/har
i
lokal,
digunakan kandungan padatan pada media sebesar 50% (Atmojo, Dadang dalam Hardoyo,
(2014: 35).
Volume media di dalam biodigester maksimal 75% dari volume digester dan volume sisa
digunakan untuk menampung dan penyaluran biogas terproduksi. Media diatur dalam digester
dengan waktu tinggal atau Hydraulic Retention Time (HRT) selama 20 30 hari.
Dengan mengetahui volume media di dalam biodigester dan waktu HRT yang dipilih, dapat
dihitung banyaknya media yang harus ditambahkan ke digester setiap harinya. Untuk reaktor
yang baru beroperasi, disarankan untuk membiarkan
ditambahkan setiap harinya dihitung berdasarkan persamaan berikut: (Hardoyo dkk, 2014: 37)
media=
o .25 3.14 D2 h
HRT
..2.5