Xeroftalmia PDF
Xeroftalmia PDF
7
Ind
d
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT
DIREKTORAT GIZI MASYARAKAT
2003
617.7
Ind
d
1 XEROFTALMIA
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Pendahuluan .............................................................................................. 1
A. Latar belakang ....................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................... 2
II.
ii
1.
2.
3.
UKK GIZI IDAI = Unit Kerja Koordinasi Gizi Ikatan Dokter Anak Indonesia
4.
5.
6.
7.
8.
Dietetik = praktek dan penerapan ilmu dan seni pengaturan macam dan
jumlah makanan berdasarkan kondisi kesehatan, kebutuhan gizi dan sosial
ekonomi klien.
9.
Konseling gizi = suatu proses komunikasi 2 (dua) arah antara konselor dan
pasien/klien untuk membantu pasien/klien mengenali dan mengatasi masalah
gizi.
10. Nutrisionis = Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik
baik di masyarakat maupun rumah sakit, pada perangkat pemerintah Propinsi,
Kabupaten, Kota dan unit pelaksana kesehatan lainnya.
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
PENDAHULUAN
BAB I
A. LATAR BELAKANG
Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh
dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur
terutama pada masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan
berbagai jenis penyakit yang merupakan Nutrition Related Diseases yang
dapat mengenai berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti
menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit.
Salah satu dampak kurang vitamin A adalah kelainan pada mata yang
umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan - 4 tahun yang menjadi penyebab
utama kebutaan di negara berkembang.
KVA pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang Energi
Protein (KEP) atau Gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi sangat kurang,
termasuk zat gizi mikro dalam hal ini vitamin A. Anak yang menderita KVA
mudah sekali terserang infeksi seperti infeksi saluran pernafasan akut,
campak, cacar air, diare dan infeksi lain karena daya tahan anak tersebut
menurun. Namun masalah KVA dapat juga terjadi pada keluarga dengan
penghasilan cukup. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan orang tua/
ibu tentang gizi yang baik. Gangguan penyerapan pada usus juga dapat
menyebabkan KVA walaupun hal ini sangat jarang terjadi. Kurangnya
konsumsi makanan (< 80 % AKG) yang berkepanjangan akan menyebabkan
anak menderita KVA, yang umumnya terjadi karena kemiskinan, dimana
keluarga tidak mampu memberikan makan yang cukup.
Sampai saat ini masalah KVA di Indonesia masih membutuhkan perhatian
yang serius. Meskipun hasil survei Xeroftalmia (1992) menunjukkan bahwa
berdasarkan kriteria WHO secara Klinis KVA di Indonesia sudah tidak menjadi
masalah kesehatan masyarakat (<0,5%). Namun pada survei yang sama
menunjukkan bahwa 50% balita masih menderita KVA Sub Klinis (serum
retinol < 20 ug/dl). Hal tersebut seyogyanya menjadi perhatian kita bahwa
separuh dari jumlah balita di Indonesia masih terancam kebutaan karena
KVA.
Pada tahun 1994 Pemerintah Indonesia mendapat penghargaan Helen
Keller Award, karena mampu menurunkan prevalensi xeroftalmia sampai
0,3%. Keberhasilan tersebut berkat upaya program penanggulangan KVA
dengan suplemen kapsul vitamin A dosis tinggi 200.000 SI (merah) sebanyak
2 kali setahun pada bulan Februari dan Agustus yang ditujukan kepada anak
balita (1-5 tahun) dan 1 kapsul pada ibu nifas (< 30 hari sehabis melahirkan).
Setelah tahun 1997 kemudian sasaran diperluas kepada bayi umur 6 - 11
bulan dengan pemberian kapsul vitamin A dosis 100.000 SI (biru).
Adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun
1997, dimana terjadi peningkatan kasus gizi buruk di berbagai daerah
DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA
Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan
B. TUJUAN
Program penanggulangan masalah KVA bertujuan untuk menurunkan
prevalensi KVA terutama ditujukan kepada kelompok sasaran rentan yaitu
balita. Program ini sejalan dengan Vision 2020 The Right to Sight yang
bertujuan untuk menurunkan masalah kebutaan di Indonesia. Dari hasil survei
kesehatan indera penglihatan dan pendengaran yang dilaksanakan di 8
propinsi tahun 1993-1996 diperoleh prevalensi kebutaan 1,5 % dengan
penyebab utama adalah katarak 0,78 %, sehingga prioritas ditujukan pada
operasi katarak. Namun penanggulangan kebutaan karena KVA merupakan
program yang harus dilakukan, mengingat dampak Xeroftalmia pada anak
lebih berat karena akan menyebabkan penderitaan seumur hidup. Dampak
kebutaan pada anak, akan sangat membebani bagi keluarga dan masyarakat
sekitarnya, baik secara sosial maupun ekonomi.
Program penanggulangan masalah KVA merupakan salah satu program
perbaikan gizi masyarakat yang dilaksanakan secara promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Kegiatan promotif dapat dilakukan melalui promosi
atau penyuluhan untuk meningkatkan konsumsi makanan kaya vitamin A dan
secara preventif dapat dilakukan dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis
tinggi dan fortifikasi bahan makanan dengan Vitamin A. Deteksi dini dan
pengobatan kasus Xeroftalmia adalah merupakan kegiatan secara kuratif
yang bertujuan rehabilitatif untuk mencegah terjadinya dampak lebih lanjut
KVA kebutaan.
Tujuan utama dari deteksi dan tatalaksana kasus Xeroftalmia adalah agar
tenaga kesehatan melakukan pemeriksaan mata khususnya pada balita gizi
buruk untuk mengetahui apakah telah terjadi kelainan pada mata akibat KVA
(Xeroftalmia), memberikan pengobatan dan melakukan rehabilitasi pada
kasus yang sudah lanjut. Buku pedoman ini dilengkapi dengan buku saku
serta mini poster Deteksi Dini Xeroftalmia yang dapat menjadi acuan bagi
tenaga kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit.
BAB II
2. KONJUNGTIVA
1. KELOPAK MATA
6. IRIS
7. RETINA
3. KORNEA
4. PUPIL
5. Lensa mata
- Merupakan bagian mata yang bening, tembus cahaya, berbentuk
cembung, terletak tepat di belakang orang-orangan mata (pupil). Dalam
keadaan baik lensa tidak tampak dari luar, sehingga orang-orangan
mata tampak benar-benar hitam.
- Gunanya untuk memusatkan cahaya yang memasuki mata melalui
kornea sehingga kita dapat melihat benda-benda dengan jelas.
6. Iris (selaput pelangi)
- Adalah membran yang dapat membesar dan mengecil, membatasi bilik
mata depan dan bilik mata belakang.
- Gunanya mengatur masuknya cahaya kedalam bola mata dengan
mengatur besar pembukaan pupil.
7. Retina (selaput jala)
- Selaput jala adalah bagian mata yang yang mengandung reseptor saraf
penglihatan.
- Retina mata berbatasan dengan koroid
- Gunanya menerima rangsangan cahaya.
MENGENAL XEROFTALMIA
BAB III
A. Pengertian
Xeroftalmia adalah istilah yang menerangkan gangguan kekurangan vitamin
A pada mata, termasuk terjadinya kelainan anatomi bola mata dan gangguan
fungsi sel retina yang berakibat kebutaan.
Kata Xeroftalmia (bahasa Latin) berarti mata kering, karena terjadi
kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea)
mata.
B. Penyebab
Xeroftalmia terjadi akibat tubuh kekurangan vitamin A. Bila ditinjau dari
konsumsi makanan sehari-hari kekurangan vitamin A disebabkan oleh :
1. Konsumsi makanan yg tidak mengandung cukup vitamin A atau provitamin A untuk jangka waktu yang lama.
2. Bayi tidak diberikan ASI Eksklusif
3. Menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, seng/Zn atau
zat gizi lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan
penggunaan vitamin A dalam tubuh.
4. Adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin A seperti pada
penyakit-penyakit antara lain penyakit pankreas, diare kronik, Kurang
Energi Protein (KEP) dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A
meningkat.
5. Adanya kerusakan hati, seperti pada kwashiorkor dan hepatitis kronik,
menyebabkan gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein) dan
pre-albumin yang penting untuk penyerapan vitamin A.
Gejala klinis KVA pada mata akan timbul bila tubuh mengalami KVA yang telah
berlangsung lama. Gejala tersebut akan lebih cepat timbul bila anak menderita
penyakit campak, diare, ISPA dan penyakit infeksi lainnya.
Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO/USAID
UNICEF/HKI/ IVACG, 1996 sebagai berikut :
XN
XIA
XIB
X2
X3A
X3B
XS
XF
:
:
:
:
:
:
:
:
XN, XIA, XIB, X2 biasanya dapat sembuh kembali normal dengan pengobatan
yang baik.
Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat darurat yang harus segera diobati
karena dalam beberapa hari bias berubah menjadi X3.
X3A dan X3B bila diobati dapat sembuh tetapi dengan meninggalkan cacat yang
bahkan dapat menyebabkan kebutaan total bila lesi (kelainan) pada kornea cukup
luas sehingga menutupi seluruh kornea (optic zone cornea).
Tanda-tanda :
Tanda-tanda :
Selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat atau terlihat sedikit kering,
berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan kusam.
Orang tua sering mengeluh mata anak tampak kering atau berubah warna
kecoklatan.
Tanda-tanda :
Bercak ini merupakan penumpukan keratin dan sel epitel yang merupakan
tanda khas pada penderita xeroftalmia, sehingga dipakai sebagai kriteria
penentuan prevalensi kurang vitamin A dalam masyarakat.
4. Xerosis kornea = X2
Tanda-tanda :
X3A
X3B
Tanda-tanda :
Keratomalasia dan tukak kornea dapat berakhir dengan perforasi dan prolaps
jaringan isi bola mata dan membentuk cacat tetap yang dapat menyebabkan
kebutaan.
Keadaan umum yang cepat memburuk dapat mengakibatkan keratomalasia dan
ulkus kornea tanpa harus melalui tahap-tahap awal xeroftalmia.
Kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengecil. Bila luka
pada kornea telah sembuh akan meninggalkan bekas berupa sikatrik atau jaringan
parut.
Penderita menjadi buta yang sudah tidak dapat disembuhkan walaupun dengan
operasi cangkok kornea.
BAB IV
A. DETEKSI DINI
Masalah KVA diibaratkan sebagai fenomena gunung es dimana kasus
xeroftalmia yang tampak dipermukaan hanya sedikit, sedangkan KVA sub klinis
ditemukan banyak di masyarakat. Bila masalah ini tidak diatasi dengan segera,
akan menyebabkan jumlah kasus bertambah banyak dan dapat terjadi ledakan
kasus yang berakibat makin sulit untuk ditanggulangi.
Untuk menjaring lebih dini kasus xeroftalmia, perlu diperhatikan berbagai faktor
antara lain :
1. Faktor Sosial budaya dan lingkungan dan pelayanan kesehatan
a.
b.
c.
d.
10
B. PELACAKAN KASUS
Untuk melakukan pelacakan ke daerah diperlukan peran serta masyarakat dan
kerja sama lintas program yang baik dengan memanfaatkan data surveilance,
antara lain dengan melakukan :
Pengambilan riwayat (anamnesis) pola makan dan gejala awal KVA (buta
senja) serta pemeriksaan fisik secara keseluruhan (termasuk pemeriksaan
mata) pada semua anak dengan keadaan BGM atau yang menderita penyakit
infeksi tersebut diatas.
11
BAB IV
A. Diagnosis
Untuk mendiagnosis xeroftalmia dilakukan :
1. Anamnesa, dilakukan untuk mengetahui faktor risiko tinggi yang
menyebabkan anak rentan menderita xeroftalmia
a. Identitas penderita
Nama anak
Umur anak
Jenis kelamin
Jumlah anak dalam keluarga
Jumlah anak balita dalam keluarga
Anak ke berapa
Berat Lahir : Normal/BBLR
b. Identitas Orangtua
Nama ayah/ibu
Alamat/tempat tinggal
Pendidikan
Pekerjaan
Status Perkawinan
2. Keluhan Penderita
a. Keluhan Utama
Ibu mengeluh anaknya tidak bisa melihat pada sore hari (buta senja)
atau ada kelainan pada matanya. Kadang-kadang keluhan utama tidak
berhubungan dengan kelainan pada mata seperti demam.
b. Keluhan Tambahan
Tanyakan keluhan lain pada mata tersebut dan kapan terjadinya ?
Upaya apa yang telah dilakukan untuk pengobatannya ?
3. Riwayat penyakit yang diderita sebelumnya
12
13
7. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnosa
kekurangan vitamin A, bila secara klinis tidak ditemukan tanda-tanda khas
KVA, namun hasil pemeriksaan lain menunjukkan bahwa anak tersebut
risiko tinggi untuk menderita KVA.
Peneriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan serum retinol. Bila
ditemukan serum retinol < 20 ug/dl, berarti anak tersebut menderita KVA
sub klinis.
Pemeriksaan laboratorium lain dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit
lain yang dapat memperparah seperti pada :
pemeriksaan darah malaria
pemeriksaan darah lengkap
pemeriksaan fungsi hati
pemeriksaan radiologi untuk mengetahui apakah ada pneumonia atau
TBC
pemeriksaan tinja untuk mengetahui apakah ada infeksi cacing serta
pemeriksaan darah yang diperlukan untuk diagnosa penyakit penyerta.
Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan di Puskesmas, Rumah Sakit/
Labkesda atau BKMM, sesuai dengan ketersediaan sarana laboratorium.
B. PENGOBATAN
1. Jadwal dan Dosis Pemberian Kapsul Vitamin A pada anak penderita
Xeroftalmia
Gejala
Hari 1
Hari 2
Hari ke 15
(minggu ke II)
Umur
Dosis
< 6 bulan
6 11 bulan
15
14
15
d. Vitamin A
Diberikan tinggi untuk mengoreksi defisiensi. Sumber vitamin A yaitu ikan,
hati, susu, telur terutama kuning telur, sayuran hijau (bayam, daun
singkong, daun katuk, kangkung), buah berwarna merah, kuning, jingga
(pepaya, mangga dan pisang raja ), waluh kuning, ubi jalar kuning, Jagung
kuning.
e. Bentuk makanan
Mengingat kemungkinan kondisi sel epitel saluran cerna juga telah
mengalami gangguan, maka bentuk makanan diupayakan mudah cerna.
f.
Bahan
makanan
Satuan
URT
7 12 bln
1 3 th
4 6 th
7 9 th
gr
Urt
Gr
urt
gr
urt
Gr
urt
Nasi
gelas
75
125
3/4
175
11/4
200
11/3
Telur
butir
25
5.0
50
50
Hati
potong kecil
25
25
50
50
Daging sapi
potong
25
25
50
50
Tempe
sedang
25
50
50
50
Tahu
buah besar
100
Kacang hijau
sd. makan
25
21/2
25
21/2
Bayam
gelas
30
1/3
25
50
21/2
50
Wortel
gelas
30
1/3
25
50
50
Buncis
gelas
25
50
50
Pepaya
potong
100
100
100
100
Pisang
buah sedang
50
50
Biscuit
potong
20
20
20
20
Susu bayi/formula
60
30
30
30
Gula
sd.mkn peres
30
30
30
Minyak
sd. Makan
1/2
10
15
11/2
15
11/2
Catatan :
Untuk pemasakan sayuran dan lauk pauk dianjurkan selalu dengan cara
menggoreng/menumis.
Contoh menu terlampir dengan modifikasi sesuai kebiasaan setempat dan
kemampuan keluarga
4. Pengobatan penyakit infeksi atau sistemik yang menyertai
Anak-anak yang menderita xeroftalmia biasanya disertai penyakit berat antara
lain: infeksi saluran nafas, pnemonia, campak, cacingan, tuberkulosis (TBC),
diare dan mungkin dehidrasi. Untuk semua kasus ini diberikan terapi
disesuaikan dengan penyakit yang diderita (lihat Pedoman Tatalaksana Balita
Gizi Buruk)
16
X2
C. RUJUKAN
Anak segera dirujuk ke puskesmas bila ditemukan tanda-tanda
kelainan XN, X1A, X1B, X2
Anak segera dirujuk ke dokter Rumah Sakit/ Spesialis Mata/BKMM bila
ditemukan tanda-tanda kelainan mata X3A, X3B, XS
17
Untuk lebih jelas dapat dilihat bagan alur rujukan pelayanan kesehatan.
ALUR PELAYANAN
Pasien datang ke
Posyandu/Puskesmas/Petugas kesehatan
Dokter/Perawat/ Bidan
Keluhan Penglihatan
DITEMUKAN GEJALA-GEJALA
Xeroftalmia
Tindak lanjut : 2-3 hari tidak ada perbaikan rujuk ke Rumah Sakit/Dokter spesialis mata 2-3 hari ada
perbaikan lanjutkan s/d 2 minggu untuk pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi.
Perlu diingat : X2,X3A dan X3B cenderung berakhir dengan kebutaan.
18
BAB VI
19
2. Sasaran
Dalam melaksanakan kegiatan KIE atau promosi sasaran dibedakan menjadi
a. Sasaran primer (Ibu balita, keluarga dan masyarakat umum)
c. Sasaran sekunder (pengelola program)
d. Sasaran tertier ( penentu kebijakan, pengambil keputusan dan pemerintah
daerah)
3. Strategi
Strategi KIE pencegahan Xeroftalmia dapat dilakukan melalui pendekatan
sebagai berikut :
a. Advokasi :
Berupa lobi, pendekatan dan lain-lain bentuk yang disertai dengan
penyebarluasan informasi. Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan
kepedulian dan tanggung jawab para pengambil keputusan dan penentu
kebijakan dan pemerintah daerah mengenai masalah KVA dan
dampaknya.
b. Sosialisasi :
Sosialisasi program penanggulangan xeroftalmia perlu dilakukan terhadap
petugas kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit atau institusi pelayanan
kesehatan lainnya agar terjalin kerjasama lintas program maupun lintas
sektoral dalam pelaksanaan deteksi dan tatalaksana kasus Xeroftalmia.
c. Bina Suasana :
Dilakukan melalui forum komunikasi. Forum komunikasi ini bermanfaat
sebagai wahana yang mendukung terlaksananya kegiatan KIE di berbagai
sector yang terkait dalam kegiatan deteksi dan tatalaksana kasus
Xeroftalmia.
d. Gerakan Masyarakat :
Dilakukan melalui kampanye. Kegiatan ini dilakukan guna
memberdayakan keluarga dan masyarakat dalam program
penanggulangan KVA/deteksi dan tatalaksana kasus Xeroftalmia.
e. Konseling/konsultasi gizi :
Kegiatan konseling/konsultasi gizi dilakukan oleh tenaga kesehatan di
Puskesmas dan Rumah Sakit pada sasaran ibu anak. Kegiatan ini
dilakukan agar ibu balita dapat memahami masalah xeroftalmia pada
anaknya, cara pencegahan dan penanggulangannya.
20
B. SUPLEMENTASI :
Dalam upaya pencegahan kasus xeroftalmia melalui suplementasi vitamin A
diperlukan perbaikan manajemen distribusi melalui program dan pengembangan
swadaya masyarakat dalam wujud kemandirian penyediaan kapsul vitamin A yang
dibutuhkan.
Melalui penyediaan vitamin A mandiri nantinya diharapkan akan dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap masalah KVA khususnya
xeroftalmia yang ada di masyarakat. Disamping itu hal tersebut akan dapat
mengurangi beban keuangan pemerintah untuk penyediaan kapsul vitamin A.
C. FORTIFIKASI
Kegiatan fortifikasi dapat dilakukan oleh pemerintah maupun swasta melalui upaya
memproduksi bahan makanan kaya vitamin A yang dikonsumsi masyarakat luas.
Pemerintah dalam hal ini perlu menyediakan sarana yang memadai dan perangkat
peraturan perundangan yang dapat mendorong produsen bahan makanan
berperan aktif dalam kegiatan fotifikasi vitamin A. Disamping itu adanya kesadaran
masyarakat untuk mengkonsumsi bahan makanan alami dan produk bahan
makanan sumber vitamin A akan sangat membantu kegiatan fortifikasi vitamin A
dan secara tidak langsung berpartisipasi dalam pencegahan xeroftalmia di
masyarakat.
21
BAB VII
22
PELAPORAN
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah telah terjadi perubahan kebijakan
dalam hal sistem pencatatan dan pelaporan program kesehatan yang
memungkinkan terjadinya perbedaan antar daerah. Perbedaan tersebut dalam
bentuk format dan mekanisme pelaporan. Dengan berpedoman pada ketentuan
pelaporan Puskesmas dan Rumah sakit yang masih berlaku hingga saat ini, maka
di Puskesmas kasus Xeroftalmia dapat dilaporkan dalam SP2 Puskesmas dan di
Rumah Sakit dapat dimasukkan dalam laporan SP2RS. Adapun jalur pelaporan
yang akan digunakan oleh tiap daerah dapat mengacu pada bagan jalur pelaporan
pada buku pedoman ini, namun sepenuhnya hal ini diserahkan pada kebijakan
masing-masing daerah. Agar kegiatan deteksi dan tatalaksana kasus dapat
dilakukan monitoring dan evaluasi, maka variable Xeroftalmia supaya dimasukkan
dalam format Pencatatan Pelaporan masing-masing daerah.
CONTOH JALUR PELAPORAN
DINAS
KESEHATAN
PROPINSI
------
------
RUMAH SAKIT
PROPINSI
BALAI
KESEHATAN
MATA
MASYARAKAT
(BKMM)
------
------
RUMAH SAKIT
KABUPATEN /
SWASTA
DINAS
KESEHATAN
KABUPATEN /
SWASTA
-----PUSKESMAS
-----POSYANDU
LAPORAN
----------
UMPAN BALIK
23
PENUTUP
BAB VIII
24
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Prof. dr. Sidarta Ilyas dan Dr. Ramatjandra, Penyakit Mata Ringkasan
dan Istilah, Jakarta, 1988
13.
25
Lampiran 1
HARI II
HARI III
Makan Pagi
Makan Pagi
Makan Pagi
Selingan Pagi
Selingan Pagi
Selingan Pagi
- Dadar gulung
Makan Siang
Makan Siang
Makan Siang
Bubur/Tim nasi
Semur daging giling
Oseng tempe
Sayur Lodeh (kc.panjang
+ daun melinjo)
- Pepaya
Selingan Sore
Selingan Sore
Selingan Sore
- Cake wortel
Makan Malam
Makan Malam
Makan Malam
Lontong
Telur bumbu opor
Tumis buncis
Pisang ambon
Bubur/Tim nasi
Ayam goreng
Sop kacang merah
Semangka
Bubur/Tim nasi
Ikan bumbu kuning
Sate tempe
Cah kangkung + bakso
Pisang raja
Tim Nasi
Sate daging
Perkedel kentang
Sop tomat + kapri
Jeruk
Bubur/Tim nasi
Daging bumbu serundeng
Perkedel tahu
Bening bayam + labu
kuning
- Jus mangga
Selingan Malam
Selingan Malam
Selingan Malam
- Susu
- Susu
- Susu
Catatan : Ganti dengan bahan makanan lokal sesuaikan dengan daerah dan musim
26
Lampiran 2
HARI II
HARI III
Makan Pagi
Makan Pagi
Makan Pagi
- Nasi goreng
- Telur ceplok (mata sapi)
Selingan Pagi
Selingan Pagi
Selingan Pagi
- Puding buah
- Bakwan sayur
Makan Siang
Makan Siang
Makan Siang
- Nasi
- Sambel kering teri +
kacang tanah
- Bumbu tomat isi tempe
- Urapan
- Jeruk
Nasi
Bistik daging giling
Perkedel tahu
Gulai daun singkong
Pepaya
Nasi
Goreng ayam mentega
Tumis kacang merah
Cah wortel + caisim
Semangka
Selingan Sore
Selingan Sore
Selingan Sore
- Arem-arem mie
Makan Malam
Makan Malam
Makan Malam
Nasi
Tumis telur puyuh + kapri
Kering tempe
Gulai daun singkong
Pisang raja
Nasi
Pesmol ikan
Bakwan jagung kuning
Pecel sayur
Pisang susu
Nasi
Gulai ikan
Tahu telur
Tumis kangkung
Stup nenas
Selingan Malam
Selingan Malam
Selingan Malam
- Susu
- Susu
- Susu
Catatan : Ganti dengan bahan makanan lokal sesuaikan dengan daerah dan musim
27
Lampiran 3a
No.
Nama anak
Nama Orang Tua
: .
: .
: .
b. Tidak
b. Tidak
3. Bila tidak, apakah makanan lain yang diberikan kepada bayi dan
kapan mulai diberikan (termasuk susu kaleng) ?
28
Umur
........................................
........................................................................
........................................
........................................................................
........................................
........................................................................
........................................
........................................................................
........................................
........................................................................
Lampiran 3b
Nama Bahan
1-3 x
4-7 x
1-3 x
2-3 x
Tidak
Makanan
/hari
/minggu
/minggu
/bulan
Pernah
Nasi/Bubur
Jagung Kuning
Ubi Kuning
Daging
Hati sapi/ayam
Ayam
Telur ayam/bebek
Ikan
Ikan asin
10
Bakso
11
Tahu/tempe
12
Kacang kering
13
Oncom
14
Bayam
15
Daun singkong
16
Kangkung
17
Wortel
18
Labu Kuning
19
Tomat
20
Pisang kuning
21
Jeruk
22
Mangga
23
Pepaya
24
Susu segar
25
Susu bubuk
26
27
Minyak/gorengan
28
Margarin
29
Gula
Catatan : Nama bahan makanan dapat ditambah dengan bahan makanan lokal kaya vitamin A
dari Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
29
Lampiran 4
Panjang
-4S
- 3 SD
- 2 SD
- 1 SD Median
(60%)
(70%)
(80%)
(90%)
1.8
2.1
2.5
2.8
3.1
49
1.8
2.2
2.5
2.9
3.3
50
1.8
2.2
2.6
3.1
3.5
1.9
2.3
2.8
3.2
1.9
2.4
2.9
3.4
2.0
2.6
3.1
2.2
2.7
2.3
- 2 SD
- 3 SD
(90%)
(80%)
(70%) (60%)
3.3
2.9
2.6
2.2
1.8
3.4
3.0
2.6
2.3
1.9
51
3.5
3.1
2.7
2.3
1.9
3.7
52
3.7
3.3
2.8
2.4
2.0
3.9
53
3.9
3.4
3.0
2.5
2.1
3.6
4.1
54
4.1
3.6
3.1
2.7
2.2
3.3
3.8
4.3
55
4.3
3.8
3.3
2.8
2.3
2.9
3.5
4.0
4.6
56
4.5
4.0
3.5
3.0
2.4
2.5
3.1
3.7
4.3
4.8
57
4.8
4.2
3.7
3.1
2.6
2.7
3.3
3.9
4.5
5.1
58
5.0
4.4
3.9
3.3
2.7
2.9
3.5
4.1
4.8
5.4
59
5.3
4.7
4.1
3.5
2.9
3.1
3.7
4.4
5.0
5.7
60
5.5
4.9
4.3
3.7
3.1
3.3
4.0
4.6
5.3
5.9
61
5.8
5.2
4.6
3.9
3.3
3.5
4.2
4.9
5.6
6.2
62
6.1
5.4
4.8
4.1
3.5
3.8
4.5
5.2
5.8
6.5
63
6.4
5.7
5.0
4.4
3.7
4.0
4.7
5.4
6.1
6.8
64
6.7
6.0
5.3
4.6
3.9
4.3
5.0
5.7
6.4
7.1
65
7.0
6.3
5.5
4.8
4.1
4.5
5.3
6.0
6.7
7.4
66
7.3
6.5
5.8
5.1
4.3
4.8
5.5
6.2
7.0
7.7
67
7.5
6.8
6.0
5.3
4.5
5.1
5.8
6.5
7.3
8.0
68
7.8
7.1
6.3
5.5
4.8
5.3
6.0
6.8
7.5
8.3
69
8.1
7.3
6.5
5.8
5.0
5.5
6.3
7.0
7.8
8.5
70
8.4
7.6
6.8
6.0
5.2
5.8
6.5
7.3
8.1
8.8
71
8.6
7.8
7.0
6.2
5.4
6.0
6.8
7.5
8.3
9.1
72
8.9
8.1
7.2
6.4
5.6
6.2
7.0
7.8
8.6
9.3
73
9.1
8.3
7.5
6.6
5.8
6.4
7.2
8.0
8.8
9.6
74
9.4
8.5
7.7
6.8
6.0
6.6
7.4
8.2
9.0
9.8
75
9.6
8.7
7.9
7.0
6.2
6.8
7.6
8.4
9.2
10.0
76
9.8
8.9
8.1
7.2
6.4
7.0
7.8
8.6
9.4
10.3
77
10.0
9.1
8.3
7.4
6.6
7.1
8.0
8.8
9.7
10.5
78
10.2
9.3
8.5
7.6
6.7
7.3
8.2
9.0
9.9
10.7
79
10.4
9.5
8.7
7.8
6.9
7.5
8.3
9.2
10.1
10.9
80
10.6
9.7
8.8
8.0
7.1
7.6
8.5
9.4
10.2
11.1
81
10.8
9.9
9.0
8.1
7.2
7.8
8.7
9.6
104
11.3
82
11.0
10.1
9.2
8.3
7.4
7.9
8.8
9.7
10.6
11.5
83
11.2
10.3
9.4
8.5
7.6
8.1
9.0
9.9
10.8
11.7
84
11.4
10.5
9.6
8.7
7.7
30
(cm)
- 4 SD
Lampiran 4
Panjang
-4S
- 3 SD
- 2 SD
- 1 SD Median
(60%)
(70%)
(80%)
(90%)
7.8
7.9
8.1
8.3
8.4
8.6
8.8
8.9
9.1
9.2
9.4
9.6
9.7
9.9
10.1
10.3
10.4
10.6
10.8
11.0
11.2
11.4
11.6
11.8
12.0
12.2
12.5
12.7
12.9
13.2
13.5
13.7
14.0
14.3
14.6
14.9
15.2
15.5
15.8
16.1
16.4
16.7
17.0
17.3
17.6
17.9
8.9
9.0
9.2
9.4
9.6
9.8
9.9
10.1
10.3
10.5
10.7
10.9
11.0
11.2
11.4
11.6
11.8
12.0
12.2
12.4
12.7
12.9
13.1
13.4
13.6
13.8
14.1
14.4
14.6
14.9
15.2
15.5
15.8
16.1
16.4
16.7
17.0
17.4
17.7
18.0
18.4
18.7
19.1
19.4
19.8
20.1
9.9
10.1
10.3
10.5
10.7
10.9
11.1
11.3
11.5
11.7
11.9
12.1
12.4
12.6
12.8
13.0
13.2
13.4
13.7
13.9
14.2
14.4
14.7
14.9
15.2
15.4
15.7
16.0
16.3
16.6
16.9
17.2
17.5
17.9
18.2
18.5
18.9
19.2
19.6
20.0
20.4
20.7
21.1
21.5
21.9
22.3
11.0
11.2
11.5
11.7
11.9
12.1
12.3
12.5
12.8
13.0
13.2
13.4
13.7
13.9
14.1
14.4
14.6
14.9
15.1
15.4
15.6
15.9
16.2
16.5
16.8
17.1
17.4
17.7
18.0
18.3
18.6
18.9
19.3
19.6
20.0
20.4
20.7
21.1
21.5
21.9
22.3
22.8
23.2
23.6
24.1
24.5
12.1
12.3
12.6
12.8
13.0
13.3
13.5
13.7
14.0
14.2
14.5
14.7
15.0
15.2
15.5
15.7
16.0
16.3
16.6
16.9
17.1
17.4
17.7
18.0
18.3
18.7
19.0
19.3
19.6
20.0
20.3
20.7
21.1
21.4
21.8
22.2
22.6
23.0
23.4
23.9
24.3
24.8
25.2
25.7
26.2
26.8
(cm)
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
- 2 SD
- 3 SD
(90%)
(80%)
(70%) (60%)
10.8
11.0
11.2
11.4
11.6
11.8
12.0
12.2
12.4
12.6
12.9
13.1
13.3
13.5
13.8
14.0
14.3
14.5
14.7
15.0
15.3
15.5
15.8
16.1
16.4
16.6
16.9
17.2
17.5
17.9
18.2
18.5
18.9
19.2
19.6
20.0
20.3
20.7
21.1
21.6
22.0
22.4
22.9
23.3
23.8
24.3
9.7
9.9
10.1
10.3
10.5
10.7
10.8
11.0
11.2
11.4
11.6
11.8
12.0
12.2
12.4
12.7
12.9
13.1
13.3
13.5
13.8
14.0
14.3
14.5
14.8
15.0
15.3
15.6
15.9
16.2
16.5
16.8
17.1
17.4
17.7
18.1
18.4
18.8
19.1
19.5
19.9
20.2
20.6
21.0
21.4
21.8
11.8
12.0
12.3
12.5
12.7
12.9
13.2
13.4
13.6
13.9
14.1
14.3
14.6
14.9
15.1
15.4
15.6
15.9
16.2
16.5
16.7
17.0
17.3
17.6
17.9
18.2
18.6
18.9
19.2
19.5
19.9
20.3
20.6
21.0
21.4
21.8
22.2
22.7
23.1
23.6
24.1
24.6
25.1
25.7
26.2
26.8
8.6
8.8
9.0
9.2
9.3
9.5
9.7
9.9
10.0
10.2
10.4
10.6
10.7
10.9
11.1
11.3
11.5
11.7
11.9
12.1
12.3
12.5
12.7
13.0
13.2
13.4
13.7
14.0
14.2
14.5
14.8
15.0
15.3
15.6
15.9
16.2
16.5
16.8
17.1
17.4
17.8
18.1
18.4
18.7
19.0
19.4
- 4 SD
7.6
7.7
7.9
8.1
8.2
8.4
8.5
8.7
8.8
9.0
9.1
9.3
9.5
9.6
9.8
9.9
10.1
10.3
10.5
10.6
10.8
11.0
11.2
11.4
11.6
11.9
12.1
12.3
12.6
12.8
13.0
13.3
13.6
13.8
14.1
14.3
14.6
14.9
15.1
15.4
15.6
15.9
16.2
16.4
16.7
16.9
31
Lampiran 5
PUSKESMAS
KECAMATAN
KABUPATEN
TANGGAL PEMERIKSAAN
TENAGA KESEHATAN
I.
IDENTITAS PENDERITA
NAMA PENDERITA
ANAK KEBERAPA
DARI BERAPA
BERSAUDARA
NAMA AYAH
PEKERJAAN
NAMA IBU
PEKERJAAN
ALAMAT
KMS BALITA/BUKU KIA
: UMUR
: JENIS KELAMIN : L / P
: PENDIDIKAN :
:
:
:
:
:
SAAT LAHIR
TB :..Cm
BB :
Kg
SAAT KINI
UMUR :Bln
BB :
Kg
TB/PB :
Kg
II.
TANDA-TANDA KLINIS
1.
Sering Panas
(1 bulan berapa kali)
Kecacingan
b. Tempat tinggal pasien di daerah kantong endemis, jika ya, beri tanda ( )
Malaria
Campak
TBC
GAKY
apatis
rewel
tungkai saja
seluruh tubuh
wajah
- Otot-otot mengecil
- Kelainan kulit
- Rambut tipis mudah dicabut
- Pembesaran hati
32
Gejala ISPA
Gejala telinga
keluar air
- Gejala lainnya
b. Gizi Buruk dengan Marasmus
- Kurus dengan tulang terbungkus kulit
- Perut cekung
- Iga gambang
- Status mental
cengeng
apatis
Gejala campak
- Gejala diare
Gejala ISPA
Gejala telinga keluar air
- Gejala lainnya
c. Gizi Buruk dengan Marasmus - Kwashiokor
(diisi sesuai dengan gejala utama yang tampak pada penderita)
.
.
.
d. Gejala Mata
- Buta Senja /XN
- Xerosis Konjungtiva /X1A
- Xerosis Konjungtiva disertai bercak bitot /X1B
- Xerosis Kornea /X2
- Keratomalasia atau
Userasi kornea kurang dari 1/3 permukaan kornea /X3B
- Keratomalasia atau
Ulserasi kornea sama atau lebih dari 1/3 permukaan kornea /X3B
- Cacad kornea (Sikatriks/Scar) /XS
- Fundus Xeroftalmia dengan gambaran seperti cendol /XF
III. FAKTOR GIZI
1.
orang tua
keluarga lainnya (disebutkan)
nenek
tidak pernah
33
h.
i.
j.
k.
l.
2.
HASIL PEMERIKSAAN :
1. Diagnosa Klinis dan Tindakan Klinis : ...
..
..
...
2. KESIMPULAN
: ...
..
..
MENGETAHUI
KEPALA PUSKESMAS
34
TENAGA KESEHATAN
Lampiran 6
Bulan
: .
Tahun
: .
Puskesmas/Rumah Sakit
: .
Kecamatan
: .
Kabupaten/Kota
: .
Propinsi
: .
: ....anak
: ..... anak
: ..... anak
: ..... anak
: ..... anak
: .... anak
: ..... anak
: ..... anak
:
. anak
:
:
:
. anak
.. anak
.. anak
. anak
...............,..
Pelapor
(.)
35
Lampiran 7
PROVINSI
BAHASA
ISTILAH
Indonesia
Rabun senja
Rabun ayam
1.
Aceh
Aceh
Sapu manok
2.
Sumatera Utara
Batak Toba
Rambonon
3.
Sumatera Barat
Minang
Mandailing
Rabun sanjo
Rabun ayam
Rabun ayam
4.
Riau
Riau
Buta senja
5.
Jambi
Jambi
Rabun ayam
6.
Sumatera Selatan
Palembang
Buto ayaman
7.
Bangka Belitung
Melayu Bangka
Bute ayam
8.
Bengkulu
Bengkulu
Rabun malam
Buta senja
9.
Lampung
Melayu
Lampung
Buta senja
Rabun manuk
10.
DKI Jakarta
Indonesia
Rabun senja
Rabun ayam
11.
Banten
Sunda
Kotokeun
12.
Jawa Barat
Sunda
Kotokeun
Sisikeun
Kotok ayam
Cirebon
13.
Jawa Tengah
Jawa
Kotok ayam
Cado
14.
Yogyakarta
Jawa
Rabun ayam
15.
Jawa Timur
Jawa
Madura
Rabun ayam
Rabun ajem
16.
Kalimantan Barat
Melayu
Buta ayam
Rabun ayam
17.
Kalimantan Tengah
Dayak Kapuas
Haur manuk
18.
Kalimantan Selatan
Banjar
Buta ayaman
19.
Kalimantan Timur
Dayak
Kutai
Buta ayam
Buta manok
20.
Sulawesi Utara
Manado
Rabun senja
21.
Gorontalo
Indonesia
Buta senja
22.
Sulawesi Tengah
Kaili
Navundo
36
Lampiran 7b
No.
PROVINSI
BAHASA
ISTILAH
23.
Sulawesi Selatan
Bugis
Makasar
Mandar
Toraja
Buta-buta manu
Buta-buta jangang
Buta rarang
Buta rarangan
24.
Sulawesi Tenggara
Tolaki
Buton
Muna
Pedole manu
Morawu
Mata manu
25.
Bali
Bali
Buta siap
26.
NTB
Sasak
Bima
Samawa
Rundam manuk
Rundam kebian-bian
Buta jangga
Buta rarang
27.
NTT
(terbanyak dipakai)
Buta ayam
28.
Maluku
Indonesia
Buta ayam
29.
Maluku Utara
Indonesia
Buta ayam
30.
Papua
Melayu
Buta senja
37
TIM PENYUSUN
EDITOR
38