oleh:
1. SOFIATUL MAFUAH S.Kep
2. UMI WIDOWATI S.Kep
3. INDRA SAROSA S.Kep
(122311101042)
(142311101161)
(122311101073)
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah kumpulan penyakit metabolik dengan
hiperglikemi yang bisa disebabkan oleh kekurangan insulin, kerja insulin yang
menurun, atau keduanya. Diabetes Melitus (DM) ditandai dengan tingginya kadar
glukosa dalam darah yaitu kadar glukosa darah puasa lebih dari 126 mg/dl atau
glukosa darah dua jam setelah makan lebih dari 200 mg/dl, dimana gejala khas
yang timbul dari DM adalah poliuri, polidipsi dan polifagi (Soegondo, 2009).
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit degeneratif yang tidak dapat
disembuhkan namun dapat dikontrol (Smeltzer, 2002).
Hiperglikemi yang berlanjut hingga kronik pada penderita DM akan
menyebabkan kerusakan, disfungsi, maupun kegagalan organ lain, khususnya
mata, ginjal, jantung, dan pembuluh darah (American Diabetes Association,
2011). Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi saat pankreas
tidak memproduksi insulin yang cukup, atau saat tubuh tidak dapat menggunakan
insulin yang dihasilkan secara efektif (WHO, 2015). Global status report on NCD
World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa DM
menduduki peringkat ke-6 di dunia sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta
orang meninggal akibat diabetes dan 4 persen meninggal sebelum usia 70 tahun.
World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penduduk
dunia yang menderita DM pada tahun 2030 diperkirakan akan meningkat paling
sedikit menjadi 366 juta. Indonesia menempati urutan ke - 4 terbesar dalam
jumlah penderita DM dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk. Hal ini
menunjukkan bahwa di Indonesia, penyakit DM merupakan masalah kesehatan
melitus
(DM)
merupakan
gangguan
metabolik
dengan
secara
efektif
diabetes
yang
terjadi
pada
masa kehamilan
dan
insulin sesuai dengan kebutuhan. Hal tersebut menjadikan insulin tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan (PERKENI, 2011).
2.1.4 Manifestasi Klinis dan Komplikasi Diabetes Melitus
PERKENI (2011) menyatakan gejala khas dari penyandang Diabetes
melitus terdiri atas:
a. Poliuria: akibat kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui
membrane dalam sel yang menyebabkan hiperglikemia, sehingga serum
plasma meningkat/ hiperosmolariti.
b. Polidipsi: cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan
intravaskuler sehingga aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari
hiperosmolariti (Misnadiarly, 2006). Akibat meningkatnya difusi cairan
dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan penurunan volume intrasel
sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel, mulut
akan menjadi kering serta sensor haus teraktivasi hal tersebut
menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia)
c. Polifagi: Glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar
insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan
menstimulasi rasa lapar, maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan
lebih banyak makan (polifagia).
Adapun gejala yang tidak khas dari Diabetes melitus diantaranya, lemas,
kesemutan, gatal, luka yang sulit sembuh, mata kabur, disfungsi ereksi (pria), dan
pruritus vulva (wanita). Pada tahap lanjut akan terjadi gangguan berupa kerusakan
sistem saraf.
Kerusakan sistem saraf (neuropati) dapat dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu kerusakan sistem saraf perifer, kerusakan sistem saraf otonom dan kerusakan
sistem saraf motorik. Kerusakan sistem saraf perifer pada umumnya dapat
menyebabkan kesemutan, nyeri pada tangan dan kaki, serta berkurangnya
sensitivitas atau mati rasa. Kaki yang mati rasa (insensitivity) akan berbahaya
karena penderita tidak dapat merasakan apa-apa sekalipun kakinya terluka,
sehingga pada umumnya penderita DM dengan insensitivity terlambat untuk
menyadari bahwa telah terjadi luka pada kakinya. Hal ini semakin diperparah
karena kaki yang terluka tersebut tidak dirawat dan mendapat perhatian serius,
serta ditambah dengan adanya gangguan aliran darah ke perifer kaki yang
disebabkan karena komplikasi makrovaskular, mengakibatkan luka tersebut sukar
untuk sembuh dan akan menjadi borok atau ulkus (Soebardi, 2006).
2.1.3 Pencegahan Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi dari penyakit Diabetes melitus umumnya dapat dicegah.
Namun, kondisi tersebut memerlukan komitmen dari penderita untuk selalu hidup
sehat, menjaga berat badan, olahraga yang teratur, dan pengobatan teratur sesuai
dengan anjuran dokter. Latihan atau olahraga merupakan prinsip utama dalam
mencegah terjadinya penyakit pembuluh darah perifer pada pasien dengan
Diabetes melitus. Salah satu bentuk latihan yang dapat dilakukan oleh penderita
Diabetes melitus adalah latihan Buerger Allen. Latihan Buerger Allen merupakan
latihan pengaturan posisi aktif pada tungkai dan telapak kaki untuk mencegah
masalah gangguan atau penyakit pembuluh darah perifer dan meningkatkan
sirkulasi pada ekstremitas bagian bawah.
2.2 Konsep Buerger Allen Exercise
2.2.1 Definisi Buerger Allen Exercise
Buerger Allen Exercise merupakan latihan perubahan posisi aktif dengan
mekanisme latihan adalah dengan menggunakan gaya gravitasi dalam perubahan
posisi pada jaringan otot dan jaringan perifer untuk mencegah penyakit jaringan
periver dan meningkatkan sirkulasi darah di daerah ekstermitas bagian bawah.
Gaya gravitasi yang digunakan adalah dengan cara mengisi dan mengosongkan
darah dalam pembuluh darah secara bergantian (Melisha, 2013).
b) Duduk pada tepi tempat tidur, turunkan kedua kaki dan gerakkan ke depanbelakang-samping untuk mengalirkan darah ke pembuluh darah kaki sehingga
kedua kaki terlihat pink/memerah (kira-kira 5 menit)
c) Istirahatkan dan biarkan kaki telentang diatas tempat tidur (kira-kira 5 menit)
d) Lakukan latihan selama 5 hari/ sesuai batas kemampuan dengan frekuensi 3x/
hari di waktu yang berbeda.
Keterangan :
Nilai Skala nyeri (kiri ke kanan):
a) No Hurt : Sangat senang karena ia tidak merasa sakit
b)
c)
d)
e)
f)
sama
Hurts
Hurts
Hurts
Hurts
Hurts
sekali
Little Bit : Sakit hanya sedikit.
Little More : Sedikit lebih sakit.
Even More: Jauh lebih sakit.
Whole Lot: Jauh lebih sakit banget.
Worse: Sangat sakit luar biasa sampai-sampai
menangis
BAB 4. PEMBAHASAN
3.1 Analisis Isi Jurnal
Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai dengan kenaikan kadar gula dalam darah (Brunner & Suddarth, 2001).
Peningkatan kadar gula dalam darah merupakan gejala yang umum dari penyakit
DM yang tidak terkontrol dan seringkali mengakibatkan kerusakan yang cukup
serius pada bagian tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah (WHO, 2015).
Diabetes meningkatkan risiko kejadian PAP simptomatik dan asimptomatik
sebesar 1,5-4 kali lipat, dan mengarah pada peningkatan kejadian penyakit
kardiovaskuler dan kematian lebih dini. Risiko terjadinya PAP proporsional
penelitan yang
Buerger Allen
Execise
Peningkatan
aliran darah ke
ekstremitas
Suplai O2 otot
adekuat
Perfusi
jaringan
perifer
adekuat
1. Problem:
Penelitian dilakukan untuk mengetahui keefektifan Buerger Allen Exercise pada
perfusi ekstremitas bawah dan nyeri pada pasien dengan DM Tipe 2. Kelompok
sampel terdiri dari 60 pasien dengan DM tipe 2 yang diambil dari RS Chennai.
Sebanyak 30 responden masuk ke dalam kelompok eksperimen dan 30 lainnya
masuk ke dalam kelompok kontrol
2. Intervention:
Pada kelompok eksperimen, awalnya responden diukur skala nyeri dan
skala pengkajian kaki (Clarke scale). Setelah itu, responden dilatih untuk
melakukan Buerger Allen Exercise sebanyak 3 kali sehari (pukul 08.00, 12.00,
dan 16.00) selama 5 hari dibawah pengawasan peneliti. Pada hari ke 6 dilakukan
pengukuran ulang menggunakan alat pengukuran yang sama.
3.Comparison:
studi yang dipilih untuk dianalisis, 8 dari 9 ditemukan efek dari latihan buergers
pada sirkulasi perifer. Efek positif adalah meningkatkan aliran darah kemampuan
berjalan,
mengurangi
nekrosis,
mengurangi
emboli
vena,
rasa
sakit
pembengkakan, sianosis dan bed-rest. Namun, desain dan kualitas studi kajian ini
ukuran sampelnya kecil. Temuan ini memberikan beberapa bukti berupa manfaat
dari latihan buergers. Hal itu dilihat segi biaya murah dan aktivitas fisik dengan
risiko rendah kebanyakan pasien DM dapat melakukan di rumah. Tinjauan ini
menyoroti suatu kebutuhan penyelidikan lebih lanjut dari standars prosedur
latihan buerger.
4. Out Come: Latihan Buerger allen pada pasien DM tipe 2 dengan keluhan sakit
pada ekstremitas bawah efektif mengurangi rasa sakit/ nyeri pada. Hal tersebut
dikarenakan latihan Buerger allen dapat meningkatkan aliran darah, mengurangi
emboli vena, dan rasa sakit pembengkakan.
BAB 5. KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Diabetes melitus (DM) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan adanya
kenaikan kadar glukosa darah (hiperglikemia), disertai dengan kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang dapat menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah. Salah satu
penyakit pembuluh darah yang dapat muncul sebagai komplikasi Diabetes melitus
adalah penyakit arteri perifer (PAP). PAP dapat terjadi oleh karena adanya
perubahan struktur ataupun fungsi dari pembuluh darah. PAP sering kali
merupakan bagian dari proses penyakit sistemik yang berpengaruh terhadap
kelainan arteri multipel. Keluhan umum PAP adalah kesemuatan dan nyeri bagian
ekstremitas bawah yang terkadang juga dapat terjadi pada luka gangren yang
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. 2012. Diagnosis and Classification of Diabetes
Melitus. Diabetes Care volume 35 Supplement [serial online]
http://www.diabetes.org/diabetes-basics/ [2 Oktober 2015].
Brunner & Suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah , Edisi 8.,
Jakarta: EGC.
Eliopolus, C. 2013. Gerontological Nursing 8th Edition. New York: Lippincott William &
Wilkins.