JURUSAN KIMIA
PRODI PENDIDIKAN KIMIA A 2014
Orde 1
y = kx + b
ln (a-x)
b. Orde 2
1/(a-x)
y = kx + b
t
c. Orde 3
1/(a-x)2
y = kx + b
Untuk dapat menentukan orde dapat kita analisis dari nilai regresi (R 2) pada setiap
persamaan garis linier yang didapat.Orde reaksi ditentukan dari nilai R2 yang paling
mendekati 1.
Sukrosa
Sukrosa yaitu gula biasa. Sukrosa terjadi pada semua tanaman yang mengalami
fotosintesis, yang fungsinya adalah sebagai sumber energy. Gula ini diperoleh dari
tanaman tebu yang menyusun sebanyak 14-20% dari cairannya. Hidrolisis sukrosa
menghasilkan D-Glukosa dan gula keto D-fruktosa dalam jumlah yang sama. Sukrosa tak
dapat bermutarotasi karena tak ada lagi gugus aldehida yang bebas, sukrosa tak dapat
mereduksi pereaksi-pereaksi Tollens, Fehling dan Benedict, karena itu sukrosa
dinamakan gula non pereduksi.
Sukrosa sebagai zat optis aktif, memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan
(dextrorotatory). Tetapi bila dilakukan dalam air, pemutaran ke kanan akan berkurang
dan akhirnya sedikit memutar bidang polarisasi cahaya ke kiri. Proses ini dikenal sebagai
inversi, yaitu reaksi hidrolisa sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Fruktosa lebih kuat
reverotatory daripada glukosa dextrororatory. Bila reaksi dikatalisa oleh ion H+ , waktu
paruh akan menjadi lebih pendek, reaksi menjadi lebih cepat.
Sukrosa mempunyai putaran optik [] = +66 o. Jika sukrosa dihidrolisis terdapat
campuran D-Glukosa dan D-Fruktosa dalam jumlah yang sama, dan rotasi optiknya
berubah tanda menjadi [] = -20 o. Hal ini disebabkan oleh campuran kesetimbangan
anomer D-glikosa ( dan ) mempunyai rotasi +52 o, tetapi anomer fruktosa mempunyai
rotasi negatif yang kuat yaitu [] = -92o. Karena hidrolisis sukrosa menukar (=invert)
tanda rotasi optik, enzim yang melakukan hidrolisisnya adalah invertase, dan hasilnya
berupa campuran sebanding glukosa dan fruktosa dinamakan gula invert.
A
e.c
Dimana,
A = sudut rotasi yang diamati
e = panjang (dm)
Gula inversi adalah campuran D-glukosa dan D-fruktosa yang diperoleh dengan
hidrolisis asam dari sukrosa.Berdasarkan teori bahwa mayoritas gula adalah fruktosa dan
fruktosa membelokkan cahaya ke kiri.Gula yang terdiri dari Sukrosa maupun Glukosa
memutar cahaya ke kanan. Sukrosa memiliki rotas i+66,5 (positif) produk yang
Polarimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya putaran optik
yang dihasilkan oleh suatu zat yang bersifat optis aktif yang terdapat dalam larutan. Jadi
polarimeter ini merupakan alat yang didesain khusus untuk mempolarisasi cahaya oleh
suatu senyawa optis aktif. Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dpat memutar
bidang polarisasi, sedangkan yang dimaksud dengan polarisasi adalah pembatasan arah
getaran (vibrasi) dalam sinar atau radiasi elektromagnetik yang lain. Untuk mengetahui
besarnya polarisasi cahaya oleh suatu senyawa optis aktif, maka besarnya perputaran itu
bergantung pada beberapa faktor yakni struktur molekul, temperatur, panjang gelombag,
banyaknya molekul pada jalan cahaya, jenis zat, ketebalan, konsentrasi dan juga pelarut.
Sumber cahaya
Prisma Nicole
Tabung Sampel
Prisma Analisator
Skala Lingkar
Detektor
Prinsip Kerja Polarimeter
Prinsip kerja alat polarimeter adalah sebagai berikut:
Sinar yang datang dari sumber cahaya (misalnya lampu natrium)
akan dilewatkan melalui prisma terpolarisasi (polarizer), kemudian
diteruskan ke sel yang berisi larutan. Dan akhirnya menuju prisma
terpolarisasi kedua (analizer). Polarizer tidak dapat diputar-putar
sedangkan analizer dapat diatur atau di putar sesuai keinginan.
Bila polarizer dan analizer saling tegak lurus (bidang polarisasinya juga tega lurus),
maka sinar tidak ada yang ditransmisikan melalui medium diantara prisma polarisasi.
Pristiwa ini disebut tidak optis aktif. Jika zat yang bersifat optis aktif ditempatkan pada
sel dan ditempatkan diantara prisma terpolarisasi maka sinar akan ditransmisikan.
Putaran optik adalah sudut yang dilalui analizer ketika diputar dari posisi silang ke
posisi baru yang intensitasnya semakin berkurang hingga nol.Untuk menentukan posisi
yang tepat sulit dilakukan, karena itu digunakan apa yang disebut setengah bayangan
(bayangan redup). Untuk mancapai kondisi ini, polarizer diatur sedemikian rupa,
sehingga setengah bidang polarisasi membentuk sudut sekecil mungkin dengan setengah
bidang polarisasi lainnya. Akibatnya memberikan pemadaman pada kedua sisi lain,
sedangkan ditengah terang. Bila analizer diputar terus setengah dari medan menjadi lebih
terang dan yang lainnya redup. Posisi putaran diantara terjadinya pemadaman dan terang
tersebut, adalah posisi yang tepat dimana pada saat itu intensitas kedua medan sama. Jika
zat yang bersifat Optis aktif ditempatkan diantara polarizer dan analizer maka bidang
polarisasi akan berputar sehingga posisi menjadi berubah. Untuk mengembalikan ke
posisi
semula,
analizer
dapat
diputar
sebesar
sudut
putaran
dari
sampel.
Sudut putar jenis ialah besarnya perputaran oleh 1,00 gram zat dalam 1,00 mL larutan
yang barada dalam tabung dengan panjang jalan cahaya 1,00 dm, pada temperatur dan
panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang yang lazim digunakan ialah 589,3 nm,
dimana 1 nm = 10-9m.
ALUR PERCOBAAN
1. Pembersihan Kuvet
Kuvet
Dikeluarkan dari bak polarimeter
Dicuci dan dikeringkan
Di bilas dengan pelarut yang akan di gunakan
Kuvet
gula
10%
3. Pengukuran sudut Larutan
putar
jenis
sampel
Skala
Dimasukkan dalam kuvet
Dimasukkan kedalam bak
Dibaca skala
Skala
Skala
VIII.
No.
Perc
1.
HASIL PENGAMATAN
Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan
Sebelum :
Air = larutan
tidak berwarna
Gula = kristal
tidak berwarna
Larutan HCl =
larutan tidak
berwarna
2.
Sesudah :
Penentuan titik
nol pelarut :
Gelap terang
gelap = 5,10
Terang gelap
terang = -2,40
Terang terang
terang = 0
Penentuan
sudut putar
jenis sampel =
sudut putar
larutan gula 10
% = 66,8
Penentuan
Dugaan/Reaksi
Kesimpulan
Hidrolisis sukrosa
Kuvet glukosa dan
C12H22O6 (s) + H2O(l) menghasilkan
fruktosa
C6H12O6(aq) + C6H12O6
Dikeluarkan dari bak polarimeter
(aq)
Dicuci dan dikeringkan
Di bilas dengan pelarut yang akan di gu
H
Sudut putar :
Sukrosa = +66,5
Kuvet
Larutan Air
Glukosa = +52,7
0
Fruktosa = -92,2
Skala
3.
(Fessenden, Fessenden
1982)
Hidrolisis sukrosa
menghasilkan glukosa dan
fruktosa
Larutan gula 10%
Sudut putar nilainya
semakin Dimasukkan
turun dengan dalam kuvet
bertambahnya
waktu
Dimasukkan
kedalam bak
inversi gula
merupakan
Dibaca
skala
reaksi berorde 1
Skala
4.
Pengukuran sudut putar dari waktu ke
waktu
25 mL larutan gula
Ditambah 10 mL HCl 2 N
Dimasukkan ke dalam kuvet
Dimasukkan ke dalam bak
Di baca skala dari waktu ke waktu
Skala
IX.
Hidrolisis sukrosa dengan katalis asam aka menghasilkan D-glukosa dan Dfruktosa. Secara teori, sukrosa memiliki putaran optik yaitu +66,5, jika dihidrolisis
maka akan ada dua campuran yang dihasilkan D-glukosa dan D-fruktosa dengan
perbandingan campuran yang sama, dan akan mengalami perubahan putaran optik.
Glukosa mempunyai sifat dextrorotatoty sebesar +52,5 sedangkan fruktosa mempunyai
sifat levorotatory sebesar -92. Campuran keduanya dalam gula invert mempunyai sifat
memutar bidang polarisasi ke kiri sebesar -20. Hal ini disebabkan karena adanya
pencampuran anomer glukosa, namun dalam hal ini fruktosa lebih kuat dalam sifat
levorotatory(polarisasi cahaya ke kiri).
Setelah menyiapkan larutan gula 10%, kemudian kuvet dikeluarkan dari dalam
bak polarimeter untuk dilakukan pencucian dengan cara dibilas dengan pelarut atau
larutan yang akan dipakai sebagai pelarut zat optik aktif yang akan dianalisisatau di uji
sudut polarisasinya. Kemudian untuk menentukan titik nol pelarut, dimana dalam
percobaan ini pelarutnya adalah aquades. Setelah itu, isi kuvet dengan aquades sampai
penuh dan jangan sampai ada gelembung, karena adanya gelembung akan mengganggu
proses pengamatan sehingga dapat mengakibatkan hasil pengamatan yang diperoleh
tidak akurat. Diamati skala pada polarimeter untuk menentukan sudut putar awal, sudut
putar yang diamati jika pada polarimeter terlihat posisi terang, terang, terang. Dari
pengukuran awal diperoleh sudut putar awal pelarut (aquades) adalah 0.
Kemudian aquades dikeluarkan dari dalam kuvet dan setelah itu kuvet di isi
dengan larutan gula 10% sampai penuh dan jangan sampai ada gelembung, karena
adanya
gelembung
akan
mengganggu
proses
pengamatan
sehingga
dapat
mengakibatkan hasil pengamatan yang diperoleh tidak akurat. Diamati skala pada
polarimeter untuk menentukan sudut putar awal larutan gula dalam hal ini sukrosa yang
diamati jika pada polarimeter terlihat posisi terang, terang, terang. Dari pengukuran
awal diperoleh sudut putar awal larutan gula (sukrosa) adalah 86,6.
Langkah selanjutnya, menyiapkan sampel yang akan digunakan untuk pengukuran
sudut putar sampel dari waktu ke waktu dengan cara mencampurkan 25 mL larutan gula
tidak berwarna dan 10 mL larutan HCl 2 N tidak berwarna menghasilkan larutan tidak
berwarna. Kemudian dilakukan pengukuran sudut putar sampel dari waktu ke waktu
(mulai menit ke-14 hingga menit ke-84) dengan cara mengisi kuvet dengan larutan
tersebutsampai penuh dan jangan sampai ada gelembung, karena adanya gelembung
akan mengganggu proses pengamatan, sehingga dapat mengakibatkan ketidak akuratan
pengamatan. Larutan HCl 2 N yang digunakan dalam hal ini berfungsi sebagai katalis
asam yang digunakan untuk mempercepat reaksi inversi gula ( perputaran cahaya ke
kiri/levorotatory) dan mempercepat hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
Selain itu, kondisi asam dapat menyebabkan putusnya ikatan glikosida yang terjadi
antara glukosa dan fruktosa sehingga dengan adanya bantuan asam sukrosa lebih cepat
terurai menjadi glukosa dan fruktosa.Proses inversi dengan asam pekat akan
menghasilkan gula invert yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan asam
encer.
Berdasarkan pengukuran sudut putar sampel dari waktu ke waktu, diperoleh data
sebagai berikut :
Waktu
Skala yang
Menit
Detik
Terbaca
0
0
86,6
14
840
81,9
28
1680
66,1
42
2520
56,2
56
3360
53,6
70
4200
52,8
84
5040
51,9
Dari data diperoleh semakin bertambahnya waktu, semakin kecil pula skala yang
ditunjukkan polarimeter hal ini menunjukkan semakin banyak sukrosa yang terhidrolisis
menjadi glukosa dan fruktosa.
Dari data tersebut maka dapat dihitung nilai sudut putar menggunakan rumus :
[ ]=
putaranyangdiamati
panjangtabung ( dm ) Xkadar (
Waktu
Menit
Detik
0
0
14
840
28
1680
42
2520
56
3360
70
4200
84
5040
Skala yang
Terbaca
86,6
81,9
66,1
56,2
53,6
52,8
51,9
gram
)
mL
[] sebagai a-x
433
409,5
330,5
281
268
264
259,5
Dari data tersebut kemudian ditentukan orde reaksi inversi gula dengan
menggunakan metode grafik dan non-grafik, pada metode grafik diperoleh grafik pada
orde 1, 2 dan 3
Waktu
(sekon)
0
a-x
(a-x)2
ln(a-x)
1/(a-x)
1/(a-x)2
433
433
187489
409.5
433
1680
330.5
433
2520
281
433
167690.
3
109230.
3
78961
3360
268
433
71824
4200
264
433
69696
5040
259.5
433
67340.2
5
0.00230
9
0.00244
2
0.00302
6
0.00355
9
0.00373
1
0.00378
8
0.00385
4
5.33365E-06
840
6.07073
8
6.01493
7
5.80060
7
5.63835
5
5.59098
7
5.57594
9
5.55875
7
5.96338E-06
9.15497E-06
1.26645E-05
1.39229E-05
1.4348E-05
1.485E-05
Metode Grafik
Berdasarkan perhitungan yag telah terlampir dalam lampiran perhitungan
diperoleh grafik reaksi orde 1 dengan R2 sebesar 0,8035 sebagai berikut :
Orde Satu
6.1
6
5.9
5.8
5.7
ln(a-x)
5.6
5.5
5.4
5.3
f(x) = - 0x + 6
R = 0.8
Linear ()
Orde Dua
0
0
0
0
0
1/(a-x) 0
0
0
0
0
f(x) = 0x + 0
R = 0.84
Linear ()
1000
2000
3000
4000
5000
6000
waktu(s)
Orde Tiga
0
f(x) = 0x + 0
R = 0.86
0
0
0
1/(a-x)2
Linear ()
0
0
0
0
0
1000
2000
3000
4000
waktu (s)
5000
6000
d [ sukrosa ]
=k
dt
Berdasarkan hukum laju diatas, dapat diketahui bahwa seharusnya inversi
sukrosa merupakan reaksi orde tiga. Pada beberapa kasus reaksi orde dua,
konsentrasi salah satu pereaksinya jauh lebih besar dibandingkan dengan
konsentrasi pereaksi lainnyasehingga dapat dianggap tetap selama reaksi
berlangsung.Dalam percobaan ini, konsentrasi air sangat besar [H 2O] >>> sehingga
dapat dianggap tetap atau diabaikan. [H+] dari HCl berfungsi sebagai katalis maka
[H+] dianggap tetap selama reaksi berlangsung karena akan terbentuk kembali
diakhir reaksi. Konsentrasi ion H+ dan H2O tetap selama reaksi berlangsung, maka
nilai k, [H+], dan [H2O] dapat menjadi sebuah konstanta yang baru sehingga hukum
laju menjadi mengikuti hukum laju orde pertama. Oleh karena itu, reaksi ini menjadi
reaksi orde pertama semu, yaitu reaksi yang berasal dari orde kedua atau lebih
(dalam hal ini reaksi orde 3) tetapi mengikuti reaksi orde pertama.
Pada percobaan ini digunakan alat polarimeter untuk mengukur perubahan
rotasi optik yang terjadi. Polarimeter adalah alat yang didesain untuk
mempolarisasikan cahayadan kemudian mengatur sudut rotasi bidang polarisasi
cahaya oleh suatu senyawaoptik aktif yang prinsip kerjanya didasarkan pada
pemutaran bidang polarisasi. Jadi polarimeter ini merupakan alat yang didesain
khusus untuk mempolarisasi cahaya oleh suatu senyawa optik aktif. Senyawa optik
aktif adalahsenyawa yang dapat memutar bidang polarisasi.
Prinsip kerjaalat polarimeter adalah sebagai berikut, sinar yang datang dari
sumbercahaya
(misalnya
lampu
natrium)
akan
dilewatkan
melalui
optik
aktif
ditempatkan
pada
sel
dan
ditempatkan
diantara
dengan
metode
non-grafik
(membandingkan
nilai
yang
saling
mendekati)adalah reaksi orde 1namundengan metode grafik adalah reaksi orde 3 dan
mengetahui bagaimana reaksi inversi gula dengan menggunakan polarimeter.
X. DISKUSI
XII.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Apa fungsi penambahan larutan HCl?
Jawab :
Penambahan larutan HCl adalah sebagai katalis yang dapat mempercepat reaksi
terurainya sukrosa menjadi glukosadan fruktosa, dimana pada akhir reaksi akan
terbentuk kembali.
2. Berikan sedikitnya 3 contoh zat optis selain gula dan berapa sudut putarnya
berdasarkan kajian pustaka dan pengamatan anda?
Jawab :
contoh zat optis selain gula adalah Alkaloid, komponen minyak atsiri,
antibiotika.
3. Berapa sudut putar larutan sukrosa, larutan glukosa, dan larutan fruktosa
berdasarkan kajian pustaka anda?
Jawab :
Sukrosa memiliki rotasi +66,5 (positif) produk yang dihasilkan glukosa []=
+52,7 dan fruktosa [] = -92o (negatif).
XIII. DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 2001. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Atkins, PW. 1999. Kimia Fisika. Jilid 2. Jakarta : PT Erlangga.
Bird,Tony.1987.Kimia Fisika Untuk Universitas. Gramedia: Jakarta.
Keenan,C.W. 1999. Kimia Untuk Universitas Jilid 2 .Erlangga : Jakarta.
Lailatul. 2011. Paper Laporan Praktikum Kimia Fisika III Inversi Gula. (online),
http://www.scribd.com/doc/73241057/Paper-Inversi-Gula-2003. Diakses pada 1
Desember 2016.
Sonny.
2011.
Laju
Inversi
Gula.
(online),
[ ]=
( gram
mL )
A
e.c
t = 0 menit
[ ]=
86,6
=433
gram
2 dm 0,1
mL
t = 14 menit
[ ]=
t = 70 menit
66,1
=330.5
gram
2 dm 0,1
mL
t = 42 menit
[ ]=
52,8
=264
gram
2 dm 0,1
mL
t = 28 menit
81,9
[ ]=
=409.5
gram
2 dm 0,1
mL
[ ]=
56,2
=281
gram
2 dm 0,1
mL
t = 56 menit
[ ]=
53,6
=268
gram
2 dm 0,1
mL
t = 84 menit
[ ]=
51,9
=259.5
gram
2 dm 0,1
mL
S
k
a
l
a
k
a
d
a
r
g
u
l
a
0
8
4
0
1
6
8
0
2
5
2
0
3
3
6
0
4
2
0
0
5
0
4
0
8
6
.
6
8
1
.
9
6
6
.
1
5
6
.
2
5
3
.
6
5
2
.
8
5
1
.
9
0
.
1
0
.
1
0
.
1
0
.
1
0
.
1
0
.
1
0
.
1
P
a
n
j
a
n
g
k
u
v
e
t
43
a
x
4
3
3
4
0
9
.
5
3
3
0
.
5
43
43
43
2
8
1
43
2
6
8
43
2
6
4
2
5
9
.
5
43
sek
Sk
k
a
d
a
r
g
u
l
a
P
a
n
j
a
n
g
a-x
84
0
.
1
433
4
3
3
81.
0
.
1
409
4
3
3
16
66.
0
.
1
330
4
3
3
1
8
7
4
8
9
1
6
7
6
9
0
.
3
1
0
9
2
3
0
.
3
25
l
n
(
a
x
)
1
/
(
a
x
)
6
.
0
7
0
7
3
8
6
.
0
1
4
9
3
7
5
.
8
0
0
6
0
7
5
.
6
3
8
3
5
5
5
.
5
9
0
.
0
0
2
3
0
9
0
.
0
0
2
4
4
2
0
.
0
0
3
0
2
6
0
.
0
0
3
5
5
9
0
.
0
0
33
56.
53.
0
.
1
0
.
1
1/(ax)2
5.3336
5E-06
5.9633
8E-06
9.1549
7E-06
1.2664
5E-05
1.3922
9E-05
k
u
v
e
t
86.
(
a
x
)
2
2
2
281
268
4
3
3
4
3
3
7
8
9
6
1
7
1
8
2
42
52.
0
.
1
264
4
3
3
50
51.
0
.
1
259
4
3
3
6
9
6
9
6
6
7
3
4
0
.
2
5
0
9
8
7
5
.
5
7
5
9
4
9
5
.
5
5
8
7
5
7
3
7
3
1
0
.
0
0
3
7
8
8
0
.
0
0
3
8
5
4
Orde Satu
f(x) = - 0x + 6
R = 0.8
ln(a-x)
Linear ()
1.4348
E-05
1.485E
-05
Orde Dua
0.01
0
f(x) = 0x + 0
R = 0.84
0
1/(a-x)
Linear ()
0
0
0
0
Orde Tiga
0
0
1/(a-x)2
f(x) = 0x + 0
R = 0.86
Linear ()
0
0
0
t = 14 menit
433
ln
409.5
k=
480
433
ln
330.5
k=
1680
= 6.64296E-05
t = 28 menit
0.000160792
433
ln
281
k=
2520
t = 42 menit
0.000171581
t = 56 menit
433
268
k=
3360
ln
= 0.000142783
t = 70 menit
433
264
k=
4200
ln
ln
k=
433
259.5
5040
0.000117807
t = 84 menit
0.000101584
( ax ) a
k=
t
t = 14 menit
1
1
409.5 433
k=
840
k =1.57778E-07
t = 28 menit
t = 42 menit
1
1
330.5 433
k=
1680
k = 4.26339E-07
1
1
281 433
k=
2520
k = 4.95734E-
07
t = 56 menit
1
1
268 433
k=
3360
t = 70 menit
k = 4.23177E-07
1
1
264 433
k=
4200
k = 3.52002E-07
t = 8 menit
1
1
259.5 433
k=
5040
k = 3.06368E-07
LAMPIRAN FOTO
Gambar
Keterangan
10%
diisi
kuvet
dengan
larutan
dimasukkan
polarimeter
kedalam
Hasil
tampak
pada
polarimeter