Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

JURUSAN KIMIA
PRODI PENDIDIKAN KIMIA A 2014

I. Judul Percobaan : Inversi Gula


II. Hari/tanggal Percobaan : Rabu, 23 November
2016 pukul 07.00 WIB
III. Selesai Percobaan : Rabu, 23 November 2016 pukul
12.00 WIB
IV. Tujuan Percobaan : Menentukan orde reaksi dan
reaksi inversi gula menggunakan polarimeter
V. Kajian Pustaka
:
Laju Reaksi
Laju Reaksi atau kecepaan reaksi adalah laju atau kecepatan berkurangnya pereaksi
atau terbentuknya produk reaksi yang dapat dinyatakan dalam satuan (konsentrasi per
waktu) mol/L.s (untuk zat berwujud cair dan padat), atau atm/s (untuk zat berwujud gas).
Laju reaksi juga didefinisikan sebagai laju pengurangan konsentrasi zat pereaksi atau
sebagai laju pertambahan konsentrasi zat hasil reaksi. Dari hukum laju reaksi,
stoikiometri reaksi dan kondisi awal reaksi selalu dapat dicari hubungan antara
konsentrasi setiap spesi yang terlibat dalam reaksi terhadap waktu. Dalam kondisi ini,
dari pengukuran konsentrasi setiap saat ditentukan laju reaksi dan hukum laju reaksi serta
dapat diperkirakan mekanisme reaksiya.
Laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi bukan konsentrasi hasil reaksi.
Seperti yang dikemukakan oleh Gulberg dan Wooge dalam hukum Aksi Massa berikut
Laju reaksi dalam suatu sistem pada suatu temperatur tertentu berbanding lurus dengan
konsentrasi dipangkatkan dengan koefisiennya dalam persamaan yang bersangkutan.
Misalnya pada reaksi:
mA + nB pC + qD
Secara teoritis hukum laju reaksi dirumuskan dengan persamaan berikut:
v = k [A]m [B]n
Keterangan:
v = laju reaksi (m/dt)

k = konstanta atau tetapan konsentrasi laju reaksi [L/mol.dt]


[A] = konsentrasi zat A (mol/L)
[B] = konsentrasi zat B (mol/L)
Orde Reaksi
Tingkat reaksi total adalah jumlah total dari tingkat reaksi semua pereaksi. Tingkat
reaksi nol (0) berarti laju reaksi tersebut tidak terpengaruh oleh konsentrasi pereaksi,
tetapi hanya bergantung pada harga tetapan laju reaksi (k). Harga k tergantung pada suhu,
jika suhunya tetap harga k juga tetap. Untuk mengetahui hubungan pereaksi dengan
reaktan, digunakan orde reaksi yang diperoleh dari perhitungan konsentrasi sehingga
grafik yang diperoleh berbentuk grafik perpangkatan. Harga k tergantung pada tingkat
(orde) reaksi totalnya.
Orde reaksi nol merupakan reaksi yang memiliki kecepatan reaksi tetap dan tidak
dipengaruhi konsentrasi reaktan. Kecepatan reaksi dipengaruhi / ditentukan oleh
intensitas katalis.
Orde reaksi nol,
Persamaannya :
v = k [x]0 = k
Orde reaksi satu,
Persamaannya :
v = k [x]1 = k [x]
Orde Reaksi dua,
Persamaannya :
v = k [x]2
Grafik Orde Reaksi
a.

Orde 1

y = kx + b

ln (a-x)

b. Orde 2

1/(a-x)

y = kx + b
t

c. Orde 3

1/(a-x)2

y = kx + b

Untuk dapat menentukan orde dapat kita analisis dari nilai regresi (R 2) pada setiap
persamaan garis linier yang didapat.Orde reaksi ditentukan dari nilai R2 yang paling
mendekati 1.
Sukrosa
Sukrosa yaitu gula biasa. Sukrosa terjadi pada semua tanaman yang mengalami
fotosintesis, yang fungsinya adalah sebagai sumber energy. Gula ini diperoleh dari
tanaman tebu yang menyusun sebanyak 14-20% dari cairannya. Hidrolisis sukrosa
menghasilkan D-Glukosa dan gula keto D-fruktosa dalam jumlah yang sama. Sukrosa tak
dapat bermutarotasi karena tak ada lagi gugus aldehida yang bebas, sukrosa tak dapat
mereduksi pereaksi-pereaksi Tollens, Fehling dan Benedict, karena itu sukrosa
dinamakan gula non pereduksi.
Sukrosa sebagai zat optis aktif, memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan
(dextrorotatory). Tetapi bila dilakukan dalam air, pemutaran ke kanan akan berkurang
dan akhirnya sedikit memutar bidang polarisasi cahaya ke kiri. Proses ini dikenal sebagai
inversi, yaitu reaksi hidrolisa sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Fruktosa lebih kuat
reverotatory daripada glukosa dextrororatory. Bila reaksi dikatalisa oleh ion H+ , waktu
paruh akan menjadi lebih pendek, reaksi menjadi lebih cepat.
Sukrosa mempunyai putaran optik [] = +66 o. Jika sukrosa dihidrolisis terdapat
campuran D-Glukosa dan D-Fruktosa dalam jumlah yang sama, dan rotasi optiknya
berubah tanda menjadi [] = -20 o. Hal ini disebabkan oleh campuran kesetimbangan

anomer D-glikosa ( dan ) mempunyai rotasi +52 o, tetapi anomer fruktosa mempunyai
rotasi negatif yang kuat yaitu [] = -92o. Karena hidrolisis sukrosa menukar (=invert)
tanda rotasi optik, enzim yang melakukan hidrolisisnya adalah invertase, dan hasilnya
berupa campuran sebanding glukosa dan fruktosa dinamakan gula invert.

Gambar 1. Mekanisme hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa


Enantiomer yang memutar cahaya terpolarisasi tekanan diberi tanda (+) atau d
(dextro), sedangkan yang memutar ke kiri diberi tanda (-) atau l (levo). Besarnya sudut
putar / sudut rotasi () tergantung pada jenis senyawa, suhu, cahaya terpolarisasi dan
banyaknya molekul pada jalan yang dilalui cahaya rotasi spesifik ialah putaran / rotasio
yang dihasilkan oleh 1 gram senyawa dalam mol larutan dalam 1 sel sepanjang 1 dm.

A
e.c

Dimana,
A = sudut rotasi yang diamati
e = panjang (dm)
Gula inversi adalah campuran D-glukosa dan D-fruktosa yang diperoleh dengan
hidrolisis asam dari sukrosa.Berdasarkan teori bahwa mayoritas gula adalah fruktosa dan
fruktosa membelokkan cahaya ke kiri.Gula yang terdiri dari Sukrosa maupun Glukosa
memutar cahaya ke kanan. Sukrosa memiliki rotas i+66,5 (positif) produk yang

dihasilkan glukosa[]= +52,7 dan fruktosa [] = -92o (negatif). Dengan mengetahui


pembelokan cahaya yang dihasilkan oleh larutan gula, dapat di analisa jenis / komposisi
gula yang ada dalam larutan tersebut.
Kinetika reaksi inversi gula merupakan reaksi orde satu terhadap sukrosa. Dalam
larutan gula yang netral (pH=5) reaksi hidrolisa gula mempunyai waktu paruh10 minggu.
Sedangkan didalam larutan asam, dengan adanya katalis ion H+, waktu paruh tersebut
lebih pendek. Hukum laju reaksi inversi gula tersebut dapat diungkapkan sebagai berikut:
R = - d (gula) / dt = k (H+)(H2O)(gula)
Reaksi hidrolisis dari percobaan:
C11H22O11 + H2O C6H12O6 + C6H12O6
Polarisasi
Polarisasi merupakan proses mengurung vibrasi vektor yang menyusun gelombang
transversal menjadi satu arah. Dalam radiasi tak terkutubkan, vektor berosilasi ke semua
arah tegak lurus pada arah perambatan. Polarisasi cahaya merupakan vektor gelombang
cahaya ke satu arah. Dalam cahaya tak terpolarisasi, medan listrik bervibrasi ke semua
arah, tegak lurus pada arah perambatan. Sesudah dipantulkan atau ditransmisikan melalui
zat tertentu, maka medan listrik terkurung ke satu arah dan radiasi dikatakan sebagai
cahaya terkutub-bidang. Bidang cahaya yang terkutub-bidang dapat diputar bila melewati
zat tertentu. Polarisasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu polarisasi konsentrasi yang
disebabkan oleh perubahan konsentrasi di sekitar elektroda dan polarisasi over voltage
atau tegangan lebih yang disebabkan oleh jenis elektroda dan proses yang terjadi di
permukaan. Gelombang cahaya terpolarisasi terletak pada satu bidang yaitu bidang getar
cahaya. Apabila cahaya terpolarisasi dilewatkan pada larutan salah satu enansiomer,
maka bidang getarnya akan mengalami perubahan posisi, yaitu berputar ke arah kanan
atau kiri. Proses pemutaran bidang getar cahaya terpolarisasi atau pemutaran cahaya
terpolarisasi atau disebut juga rotasi optik, sedangkan senyawa yang dapat menyebabkan
terjadinya pemutaran cahaya terpolarisasi itu dikatakan mempunyai aktivitas optik.
Untuk memperoleh cahaya terpolarisasi dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu polarisasi
dengan penyerapan selektif, polarisasi dengan pemantulan, polarisasi dengan pembiasan
cahaya, dan polarisasi dengan hamburan.
Polarimeter

Polarimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya putaran optik
yang dihasilkan oleh suatu zat yang bersifat optis aktif yang terdapat dalam larutan. Jadi
polarimeter ini merupakan alat yang didesain khusus untuk mempolarisasi cahaya oleh
suatu senyawa optis aktif. Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dpat memutar
bidang polarisasi, sedangkan yang dimaksud dengan polarisasi adalah pembatasan arah
getaran (vibrasi) dalam sinar atau radiasi elektromagnetik yang lain. Untuk mengetahui
besarnya polarisasi cahaya oleh suatu senyawa optis aktif, maka besarnya perputaran itu
bergantung pada beberapa faktor yakni struktur molekul, temperatur, panjang gelombag,
banyaknya molekul pada jalan cahaya, jenis zat, ketebalan, konsentrasi dan juga pelarut.

Gambar 2. Alat Polarimeter


Bagian bagian Polarimeter yaitu terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sumber cahaya
Prisma Nicole
Tabung Sampel
Prisma Analisator
Skala Lingkar
Detektor
Prinsip Kerja Polarimeter
Prinsip kerja alat polarimeter adalah sebagai berikut:
Sinar yang datang dari sumber cahaya (misalnya lampu natrium)
akan dilewatkan melalui prisma terpolarisasi (polarizer), kemudian
diteruskan ke sel yang berisi larutan. Dan akhirnya menuju prisma
terpolarisasi kedua (analizer). Polarizer tidak dapat diputar-putar
sedangkan analizer dapat diatur atau di putar sesuai keinginan.

Bila polarizer dan analizer saling tegak lurus (bidang polarisasinya juga tega lurus),
maka sinar tidak ada yang ditransmisikan melalui medium diantara prisma polarisasi.
Pristiwa ini disebut tidak optis aktif. Jika zat yang bersifat optis aktif ditempatkan pada
sel dan ditempatkan diantara prisma terpolarisasi maka sinar akan ditransmisikan.
Putaran optik adalah sudut yang dilalui analizer ketika diputar dari posisi silang ke
posisi baru yang intensitasnya semakin berkurang hingga nol.Untuk menentukan posisi
yang tepat sulit dilakukan, karena itu digunakan apa yang disebut setengah bayangan
(bayangan redup). Untuk mancapai kondisi ini, polarizer diatur sedemikian rupa,
sehingga setengah bidang polarisasi membentuk sudut sekecil mungkin dengan setengah
bidang polarisasi lainnya. Akibatnya memberikan pemadaman pada kedua sisi lain,
sedangkan ditengah terang. Bila analizer diputar terus setengah dari medan menjadi lebih
terang dan yang lainnya redup. Posisi putaran diantara terjadinya pemadaman dan terang
tersebut, adalah posisi yang tepat dimana pada saat itu intensitas kedua medan sama. Jika
zat yang bersifat Optis aktif ditempatkan diantara polarizer dan analizer maka bidang
polarisasi akan berputar sehingga posisi menjadi berubah. Untuk mengembalikan ke
posisi

semula,

analizer

dapat

diputar

sebesar

sudut

putaran

dari

sampel.

Sudut putar jenis ialah besarnya perputaran oleh 1,00 gram zat dalam 1,00 mL larutan
yang barada dalam tabung dengan panjang jalan cahaya 1,00 dm, pada temperatur dan
panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang yang lazim digunakan ialah 589,3 nm,
dimana 1 nm = 10-9m.

VI. ALAT DAN BAHAN


Alat
1. Polarimeter dan komponennya
1 buah
2. Gelas ukur 25 mL
1 buah
3. Gelas kimia
1 buah
4. Stopwatch
1 buah
Bahan
1. Larutan gula 10%
secukupnya
2. Aquades
secukupnya
3. Larutan HCl 2 N
secukupnya
VII.

ALUR PERCOBAAN
1. Pembersihan Kuvet
Kuvet
Dikeluarkan dari bak polarimeter
Dicuci dan dikeringkan
Di bilas dengan pelarut yang akan di gunakan

Kuvet

2. Penentuan titik nol pelarut


Larutan Air
Dimasukkan ke dalam kuvet
Dimasukkan ke dalam bak polarimeter
Dibaca skala

gula
10%
3. Pengukuran sudut Larutan
putar
jenis
sampel
Skala
Dimasukkan dalam kuvet
Dimasukkan kedalam bak
Dibaca skala
Skala

4. Pengukuran sudut putar dari waktu ke waktu


a.
25 mL larutan gula
Ditambah 10 mL HCl 2 N
Dimasukkan ke dalam kuvet
Dimasukkan ke dalam bak
Di baca skala dari waktu ke waktu

Skala

VIII.
No.
Perc
1.

HASIL PENGAMATAN
Prosedur Percobaan

Hasil Pengamatan
Sebelum :
Air = larutan
tidak berwarna
Gula = kristal
tidak berwarna
Larutan HCl =
larutan tidak
berwarna

2.

Penentuan titik nol pelarut

Sesudah :
Penentuan titik
nol pelarut :
Gelap terang
gelap = 5,10
Terang gelap
terang = -2,40
Terang terang
terang = 0
Penentuan
sudut putar
jenis sampel =
sudut putar
larutan gula 10
% = 66,8
Penentuan

Dugaan/Reaksi

Kesimpulan

Hidrolisis sukrosa
Kuvet glukosa dan
C12H22O6 (s) + H2O(l) menghasilkan
fruktosa
C6H12O6(aq) + C6H12O6
Dikeluarkan dari bak polarimeter
(aq)
Dicuci dan dikeringkan
Di bilas dengan pelarut yang akan di gu
H

Sudut putar :
Sukrosa = +66,5

Kuvet

Larutan Air

Dimasukkan ke dalam kuvet


Dimasukkan ke dalam bak polarime
Dibaca skala

Glukosa = +52,7
0

Fruktosa = -92,2

Skala

3.

Pengukuran sudut putar jenis


sampel

sudut putar dari


waktuke waktu :
t 14 = 81,9
t 28 = 66,1
t 42 = 56,2
t 56 = 53,6
t 70 = 52,8
t 84 = 51,9

(Fessenden, Fessenden
1982)
Hidrolisis sukrosa
menghasilkan glukosa dan
fruktosa
Larutan gula 10%
Sudut putar nilainya
semakin Dimasukkan
turun dengan dalam kuvet
bertambahnya
waktu
Dimasukkan
kedalam bak
inversi gula
merupakan
Dibaca
skala
reaksi berorde 1
Skala

4.
Pengukuran sudut putar dari waktu ke
waktu
25 mL larutan gula

Ditambah 10 mL HCl 2 N
Dimasukkan ke dalam kuvet
Dimasukkan ke dalam bak
Di baca skala dari waktu ke waktu

Skala

IX.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Pada percobaan kali ini, dengan judul Inversi Gula yang bertujuan untuk

menentukan orde reaksi dan reaksi inversi gula menggunakan polarimeter.Sebelum


melakukan percobaan, disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu membuat larutan gula 10% (10 gram gula
dalam 100 mL air) dengan cara menimbang 10 gram gula tebu (sukrosa) berbentuk
kristal berwarna putih menggunakan neraca analitik kemudian dilarutkan dalam 100 mL
aquades tidak berwarna menghasilkanlarutan gula tidak berwarna.
Gula merupakan zat optik aktif. Bila cahaya terpolarisasi linier jatuhpada bahan
optik aktif, maka cahaya yang keluar bahan akan tetap terpolarisasi linier dengan arah
bidang getar terputar terhadap arah bidang getar semula. Sifat optik aktif zat
dispesifikasikan dengan sudut putar jenis.Sudutputar bidang polarisasi sebanding
dengan sudut putar jenis dan konsentrasibila sudut putar jenis diketahui dan sudut putar
bidang polarisasi dapat diukur,maka konsentrasi (kadar) zat optik aktif dapat ditentukan
(hal ini merupakan prinsip yang digunakan untuk menentukan kadar zat optik
menggunakan polarimeter).
Suatu senyawa optis aktif akan memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan
(dextrorotatory). Namun ketika dilarutkan di dalam air, pemutaran ke kanan ini dapat
berkurang dan dapat mengakibatkan bidang polarisasi cahaya berputar sedikit ke kiri.
Proses inilah yang disebut inversi. Pada percobaan ini dilakukan inversi terhadap gula
sukrosadan dilakukan pengamatan terhadap reaksi inversi sukrosa. Sukrosa adalah
disakarida yang tersusun dari glukosa dan fruktosa.Persamaan reaksi sebagai berikut :

Hidrolisis sukrosa dengan katalis asam aka menghasilkan D-glukosa dan Dfruktosa. Secara teori, sukrosa memiliki putaran optik yaitu +66,5, jika dihidrolisis
maka akan ada dua campuran yang dihasilkan D-glukosa dan D-fruktosa dengan
perbandingan campuran yang sama, dan akan mengalami perubahan putaran optik.
Glukosa mempunyai sifat dextrorotatoty sebesar +52,5 sedangkan fruktosa mempunyai
sifat levorotatory sebesar -92. Campuran keduanya dalam gula invert mempunyai sifat
memutar bidang polarisasi ke kiri sebesar -20. Hal ini disebabkan karena adanya
pencampuran anomer glukosa, namun dalam hal ini fruktosa lebih kuat dalam sifat
levorotatory(polarisasi cahaya ke kiri).
Setelah menyiapkan larutan gula 10%, kemudian kuvet dikeluarkan dari dalam
bak polarimeter untuk dilakukan pencucian dengan cara dibilas dengan pelarut atau
larutan yang akan dipakai sebagai pelarut zat optik aktif yang akan dianalisisatau di uji
sudut polarisasinya. Kemudian untuk menentukan titik nol pelarut, dimana dalam
percobaan ini pelarutnya adalah aquades. Setelah itu, isi kuvet dengan aquades sampai
penuh dan jangan sampai ada gelembung, karena adanya gelembung akan mengganggu
proses pengamatan sehingga dapat mengakibatkan hasil pengamatan yang diperoleh
tidak akurat. Diamati skala pada polarimeter untuk menentukan sudut putar awal, sudut
putar yang diamati jika pada polarimeter terlihat posisi terang, terang, terang. Dari
pengukuran awal diperoleh sudut putar awal pelarut (aquades) adalah 0.
Kemudian aquades dikeluarkan dari dalam kuvet dan setelah itu kuvet di isi
dengan larutan gula 10% sampai penuh dan jangan sampai ada gelembung, karena
adanya

gelembung

akan

mengganggu

proses

pengamatan

sehingga

dapat

mengakibatkan hasil pengamatan yang diperoleh tidak akurat. Diamati skala pada
polarimeter untuk menentukan sudut putar awal larutan gula dalam hal ini sukrosa yang
diamati jika pada polarimeter terlihat posisi terang, terang, terang. Dari pengukuran
awal diperoleh sudut putar awal larutan gula (sukrosa) adalah 86,6.
Langkah selanjutnya, menyiapkan sampel yang akan digunakan untuk pengukuran
sudut putar sampel dari waktu ke waktu dengan cara mencampurkan 25 mL larutan gula
tidak berwarna dan 10 mL larutan HCl 2 N tidak berwarna menghasilkan larutan tidak
berwarna. Kemudian dilakukan pengukuran sudut putar sampel dari waktu ke waktu
(mulai menit ke-14 hingga menit ke-84) dengan cara mengisi kuvet dengan larutan
tersebutsampai penuh dan jangan sampai ada gelembung, karena adanya gelembung
akan mengganggu proses pengamatan, sehingga dapat mengakibatkan ketidak akuratan

pengamatan. Larutan HCl 2 N yang digunakan dalam hal ini berfungsi sebagai katalis
asam yang digunakan untuk mempercepat reaksi inversi gula ( perputaran cahaya ke
kiri/levorotatory) dan mempercepat hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
Selain itu, kondisi asam dapat menyebabkan putusnya ikatan glikosida yang terjadi
antara glukosa dan fruktosa sehingga dengan adanya bantuan asam sukrosa lebih cepat
terurai menjadi glukosa dan fruktosa.Proses inversi dengan asam pekat akan
menghasilkan gula invert yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan asam
encer.
Berdasarkan pengukuran sudut putar sampel dari waktu ke waktu, diperoleh data
sebagai berikut :
Waktu
Skala yang
Menit
Detik
Terbaca
0
0
86,6
14
840
81,9
28
1680
66,1
42
2520
56,2
56
3360
53,6
70
4200
52,8
84
5040
51,9
Dari data diperoleh semakin bertambahnya waktu, semakin kecil pula skala yang
ditunjukkan polarimeter hal ini menunjukkan semakin banyak sukrosa yang terhidrolisis
menjadi glukosa dan fruktosa.
Dari data tersebut maka dapat dihitung nilai sudut putar menggunakan rumus :

[ ]=

putaranyangdiamati
panjangtabung ( dm ) Xkadar (

Waktu
Menit
Detik
0
0
14
840
28
1680
42
2520
56
3360
70
4200
84
5040

Skala yang
Terbaca
86,6
81,9
66,1
56,2
53,6
52,8
51,9

gram
)
mL
[] sebagai a-x
433
409,5
330,5
281
268
264
259,5

Dari data tersebut kemudian ditentukan orde reaksi inversi gula dengan
menggunakan metode grafik dan non-grafik, pada metode grafik diperoleh grafik pada
orde 1, 2 dan 3
Waktu
(sekon)
0

a-x

(a-x)2

ln(a-x)

1/(a-x)

1/(a-x)2

433

433

187489

409.5

433

1680

330.5

433

2520

281

433

167690.
3
109230.
3
78961

3360

268

433

71824

4200

264

433

69696

5040

259.5

433

67340.2
5

0.00230
9
0.00244
2
0.00302
6
0.00355
9
0.00373
1
0.00378
8
0.00385
4

5.33365E-06

840

6.07073
8
6.01493
7
5.80060
7
5.63835
5
5.59098
7
5.57594
9
5.55875
7

5.96338E-06
9.15497E-06
1.26645E-05
1.39229E-05
1.4348E-05
1.485E-05

Metode Grafik
Berdasarkan perhitungan yag telah terlampir dalam lampiran perhitungan
diperoleh grafik reaksi orde 1 dengan R2 sebesar 0,8035 sebagai berikut :

Orde Satu
6.1
6
5.9
5.8
5.7
ln(a-x)
5.6
5.5
5.4
5.3

f(x) = - 0x + 6
R = 0.8
Linear ()

1000 2000 3000 4000 5000 6000


waktu(s)

Grafik reaksi orde 2 dengan R2sebesar 0,8353 sebagai berikut :

Orde Dua
0
0
0
0
0
1/(a-x) 0
0
0
0
0

f(x) = 0x + 0
R = 0.84

Linear ()

1000

2000

3000

4000

5000

6000

waktu(s)

Grafik reaksi orde 3 dengan R2sebesar 0,8635 sebagai berikut :

Orde Tiga
0

f(x) = 0x + 0
R = 0.86

0
0
0
1/(a-x)2

Linear ()

0
0
0
0
0

1000

2000

3000

4000

waktu (s)

5000

6000

Sedangkan dengan metode non-grafik diperoleh nilai konstanta laju (k)


sebagai berikut :
t (s)

Konstanta Laju (K)


Orde 1
Orde 2
840
0,000664295
1,578 x 10-7
1680
0.000160792
4,263 x 10-7
2520
0.000171581
4,957 x 10-7
3360
0.000142783
4,232 x 10-7
4200
0.000117807
3,520 x 10-7
5040
0.000101584
2,132 x 10-7
Inversi gula dalam hal ini sukrosa mengikuti hukum laju reaksi sebagai berikut
:
+
H

d [ sukrosa ]
=k
dt
Berdasarkan hukum laju diatas, dapat diketahui bahwa seharusnya inversi
sukrosa merupakan reaksi orde tiga. Pada beberapa kasus reaksi orde dua,
konsentrasi salah satu pereaksinya jauh lebih besar dibandingkan dengan
konsentrasi pereaksi lainnyasehingga dapat dianggap tetap selama reaksi
berlangsung.Dalam percobaan ini, konsentrasi air sangat besar [H 2O] >>> sehingga
dapat dianggap tetap atau diabaikan. [H+] dari HCl berfungsi sebagai katalis maka
[H+] dianggap tetap selama reaksi berlangsung karena akan terbentuk kembali
diakhir reaksi. Konsentrasi ion H+ dan H2O tetap selama reaksi berlangsung, maka
nilai k, [H+], dan [H2O] dapat menjadi sebuah konstanta yang baru sehingga hukum
laju menjadi mengikuti hukum laju orde pertama. Oleh karena itu, reaksi ini menjadi
reaksi orde pertama semu, yaitu reaksi yang berasal dari orde kedua atau lebih
(dalam hal ini reaksi orde 3) tetapi mengikuti reaksi orde pertama.
Pada percobaan ini digunakan alat polarimeter untuk mengukur perubahan
rotasi optik yang terjadi. Polarimeter adalah alat yang didesain untuk
mempolarisasikan cahayadan kemudian mengatur sudut rotasi bidang polarisasi
cahaya oleh suatu senyawaoptik aktif yang prinsip kerjanya didasarkan pada

pemutaran bidang polarisasi. Jadi polarimeter ini merupakan alat yang didesain
khusus untuk mempolarisasi cahaya oleh suatu senyawa optik aktif. Senyawa optik
aktif adalahsenyawa yang dapat memutar bidang polarisasi.
Prinsip kerjaalat polarimeter adalah sebagai berikut, sinar yang datang dari
sumbercahaya

(misalnya

lampu

natrium)

akan

dilewatkan

melalui

prismaterpolarisasi (polarizer), kemudian diteruskan ke sel yang berisi larutan.


Danakhirnya menuju prisma terpolarisasi kedua (analizer). Polarizer tidak
dapatdiputar-putar sedangkan analizer dapat diatur atau di putar sesuai
keinginan.Bila polarizer dan analizer saling tegak lurus (bidang polarisasinya juga
tegak lurus), maka sinar tidak ada yang ditransmisikan melalui medium
diantaraprisma polarisasi. Peristiwa ini disebut tidak optik aktif. Jika zat yang
bersifat

optik

aktif

ditempatkan

pada

sel

dan

ditempatkan

diantara

prismaterpolarisasi maka sinar akan ditransmisikan. Putaran optik adalah sudutyang


dilalui analizer ketika diputar dari posisi silang ke posisi baru yangintensitasnya
semakin berkurang hingga nol. Untuk menentukan posisi yan tepat sulit dilakukan,
karena itu digunakan apa yang disebut setengah bayangan (bayangan redup).
Untuk mancapai kondisi ini, polarizer diatur sedemikian rupa sehingga setengah
bidang polarisasi membentuk sudutsekecil mungkin dengan setengah bidang
polarisasi lainnya. Akibatnyamemberikan pemadaman pada kedua sisi lain,
sedangkan ditengah terang.
Bila analizer diputar terus setengah dari medan menjadi lebih terang danyang
lainnya redup. Posisi putaran diantara terjadinya pemadaman danterang tersebut
adalah posisi yang tepat dimana pada saat itu intensitaskedua medan sama. Jika zat
yang bersifat optik aktif ditempatkan diantarapolarizer dan analizer maka bidang
polarisasi akan berputar sehingga posisimenjadi berubah. Untuk mengembalikan ke
posisi semula, analizer dapatdiputar sebesar sudut putaran dari sampel. Sudut putar
jenis ialah besarnya.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diketahui orde reaksi dari inversi
gula

dengan

metode

non-grafik

(membandingkan

nilai

yang

saling

mendekati)adalah reaksi orde 1namundengan metode grafik adalah reaksi orde 3 dan
mengetahui bagaimana reaksi inversi gula dengan menggunakan polarimeter.
X. DISKUSI

Menurut beberapa literatur hidrolisis sukrosa akan menghasilkan D-glukosa


dan D-fruktosa. Sukrosa memiliki putaran optikyaitu +66,5o, jika dihidrolisis maka
akan ada campuran D-Glukosa dan D-Fruktosa dengan campuran yang sama, dan
akan mengalami perubahan putaran optik. Campuran keduanya dalam gula invert
mempunyai sifat memutar bidang polarisasi ke kiri. Hal ini disebabkan karena
adanya pencampuran anomer D-glukosa, sedangkan fruktosa lebih kuat dalam
levorotatory (pemutaran bidang cahaya ke kiri). Jadi semakin lama variasi waktu
yang digunakan dalam percobaan, sudut putar optik yang dihasilkan seharusnya
semakin menurun. Akan tetapi, hasil sudut putar yang dihasilkan dari percobaan
tidak sesuai dengan teoritis.
Kesalahan dalam percobaan ini, dapat dikarenakan praktikan salah dalam
membaca skala sudut putar larutan sukrosa. Dimana menurut beberapa literatur,
untuk menentukan posisi yang tepatdengan menggunakan polarimeter sulit
dilakukan, karena itu digunakan apa yang disebut setengah bayangan (bayangan
redup). Untuk mancapai kondisi ini, polarizer diatur sedemikian rupa, sehingga
setengah bidang polarisasi membentuk sudut sekecil mungkin dengan setengah
bidang polarisasi lainnya. Akibatnya skala lingkar pada polarimeter memberikan
pemadaman pada kedua sisi lain, sedangkan ditengah terang. Posisi putaran diantara
terjadinya pemadaman danterang tersebut, adalah posisi yang tepat dimana pada saat
itu intensitaskedua medan sama.
Akan tetapi, dari percobaan yang telah dilakukan, skala putar yang diamati
bukan skala lingkar yang membentuk pemadaman pada kedua sisi (posisi gelap
terang gelap), melainkan skala lingkar yang membentuk terang terang terang
sehingga hal ini menimbulkan pembacaan skala yang tidak sesuai dengan teori.
Dalam proses pembacaan skala juga tidak disesuai dengan arah putar
analyzernya sehingga tidak diketahui dengan pasti skala yang terbaca itu
perputarannya negatif ataukah positif. Selain itu, hal tersebut dapat dikarenakan
kesalahan dalam melakukan pengukuran putaran rotasi optik dan lamanya
pembacaan untuk mencari keadaan. Pengukuran dilakukan tiap 14 menit sekali,
namun ketika akan dilakukan pengukuran tidak bisa ditentukan dengan mudah
sehingga melebihi waktu yang seharusya, sedangkan apabila waktu terus berjalan
maka putaran optik akan terus terjadi karena reaksi terus berlangsung.
XI. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada


percobaan inversi gula (sukrosa) diketahui orde reaksi dari inversi gula adalah reaksi
orde 1. Sukrosa dalam hal ini larutan gula dapat terhidrolisis menjadi glukosa dan
fruktosa dengan menggunakan HCl 2 N sebagai katalis.

XII.

JAWABAN PERTANYAAN
1. Apa fungsi penambahan larutan HCl?
Jawab :
Penambahan larutan HCl adalah sebagai katalis yang dapat mempercepat reaksi
terurainya sukrosa menjadi glukosadan fruktosa, dimana pada akhir reaksi akan
terbentuk kembali.
2. Berikan sedikitnya 3 contoh zat optis selain gula dan berapa sudut putarnya
berdasarkan kajian pustaka dan pengamatan anda?
Jawab :
contoh zat optis selain gula adalah Alkaloid, komponen minyak atsiri,
antibiotika.
3. Berapa sudut putar larutan sukrosa, larutan glukosa, dan larutan fruktosa
berdasarkan kajian pustaka anda?
Jawab :

Sukrosa memiliki rotasi +66,5 (positif) produk yang dihasilkan glukosa []=
+52,7 dan fruktosa [] = -92o (negatif).
XIII. DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 2001. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Atkins, PW. 1999. Kimia Fisika. Jilid 2. Jakarta : PT Erlangga.
Bird,Tony.1987.Kimia Fisika Untuk Universitas. Gramedia: Jakarta.
Keenan,C.W. 1999. Kimia Untuk Universitas Jilid 2 .Erlangga : Jakarta.
Lailatul. 2011. Paper Laporan Praktikum Kimia Fisika III Inversi Gula. (online),
http://www.scribd.com/doc/73241057/Paper-Inversi-Gula-2003. Diakses pada 1
Desember 2016.
Sonny.

2011.

Laju

Inversi

Gula.

(online),

http://www.scribd.com/doc/69515637/Laporan-KF-03. Diakses pada 1 Desember


2016.
Trianita, Kartika. 2012. Laporan Kimia Fisika III Inversi Gula. (online),
https://id.scribd.com/doc/121759681/laju-inversi-gula. Diakses pada 30 Desember
2016
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Menentukan Sudut Putar Sampel dari waktu ke waktu
Rumus :

[ ]=

putaran yang diamati

panjang tabung ( dm ) kadar


Diketahui :
Sudut putar sukrosa
= 86,6o
Panjang tabung kuvet
= 20 cm = 2 dm
Kadar gula
= 10% = 0,1
Ditanya :
[ = .?

( gram
mL )

A
e.c

Pada t 14, 28, 42, 56, 70, dan 84


Penyelesaian:

t = 0 menit

[ ]=

86,6
=433
gram
2 dm 0,1
mL

t = 14 menit

[ ]=

t = 70 menit

66,1
=330.5
gram
2 dm 0,1
mL

t = 42 menit

[ ]=

52,8
=264
gram
2 dm 0,1
mL

t = 28 menit

81,9
[ ]=
=409.5
gram
2 dm 0,1
mL

[ ]=

56,2
=281
gram
2 dm 0,1
mL

t = 56 menit

[ ]=

53,6
=268
gram
2 dm 0,1
mL

t = 84 menit

[ ]=

51,9
=259.5
gram
2 dm 0,1
mL

Data yang diperoleh :


s
e
k
o
n

S
k
a
l
a

k
a
d
a
r

g
u
l
a

0
8
4
0
1
6
8
0
2
5
2
0
3
3
6
0
4
2
0
0
5
0
4
0

8
6
.
6
8
1
.
9
6
6
.
1
5
6
.
2
5
3
.
6
5
2
.
8
5
1
.
9

0
.
1
0
.
1
0
.
1
0
.
1
0
.
1
0
.
1
0
.
1

P
a
n
j
a
n
g
k
u
v
e
t

43

a
x

4
3
3
4
0
9
.
5
3
3
0
.
5

43

43

43

2
8
1

43

2
6
8

43

2
6
4
2
5
9
.
5

43


sek

Sk

k
a
d
a
r

g
u
l
a

P
a
n
j
a
n
g

a-x

84

0
.
1

433

4
3
3

81.

0
.
1

409

4
3
3

16

66.

0
.
1

330

4
3
3

1
8
7
4
8
9
1
6
7
6
9
0
.
3
1
0
9
2
3
0
.
3

25

l
n
(
a
x
)

1
/
(
a
x
)

6
.
0
7
0
7
3
8
6
.
0
1
4
9
3
7
5
.
8
0
0
6
0
7
5
.
6
3
8
3
5
5
5
.
5
9

0
.
0
0
2
3
0
9
0
.
0
0
2
4
4
2
0
.
0
0
3
0
2
6
0
.
0
0
3
5
5
9
0
.
0
0

33

56.

53.

0
.
1
0
.
1

1/(ax)2

5.3336
5E-06

5.9633
8E-06

9.1549
7E-06

1.2664
5E-05
1.3922
9E-05

k
u
v
e
t

86.

(
a
x
)
2

2
2

281

268

4
3
3
4
3
3

7
8
9
6
1
7
1
8
2

42

52.

0
.
1

264

4
3
3

50

51.

0
.
1

259

4
3
3

6
9
6
9
6
6
7
3
4
0
.
2
5

0
9
8
7
5
.
5
7
5
9
4
9
5
.
5
5
8
7
5
7

3
7
3
1
0
.
0
0
3
7
8
8
0
.
0
0
3
8
5
4

Metode Integral Grafik

ORDE 1: Hubungan antara ln(a-x) terhadap waktu

Orde Satu
f(x) = - 0x + 6
R = 0.8
ln(a-x)

Linear ()

1000 2000 3000 4000 5000 6000


waktu(s)

ORDE 2: Hubungan antara 1/(a-x) terhadap waktu

1.4348
E-05

1.485E
-05

Orde Dua
0.01
0

f(x) = 0x + 0
R = 0.84

0
1/(a-x)

Linear ()

0
0
0
0

1000 2000 3000 4000 5000 6000


waktu(s)

ORDE 3: Hubungan antara 1/(a-x)2 terhadap waktu

Orde Tiga
0
0
1/(a-x)2

f(x) = 0x + 0
R = 0.86

Linear ()

0
0
0

1000 2000 3000 4000 5000 6000


waktu (s)

1. METODE INTEGRAL NON GRAFIK

Orde 1. Untuk mencari harga k dapat digunakan rumus :

t = 14 menit
433
ln
409.5
k=
480

433
ln
330.5
k=
1680

= 6.64296E-05

t = 28 menit

0.000160792

433
ln
281
k=
2520

t = 42 menit

0.000171581

t = 56 menit
433
268
k=
3360
ln

= 0.000142783

t = 70 menit
433
264
k=
4200
ln

ln
k=

433
259.5
5040

0.000117807

t = 84 menit

0.000101584

Orde 2. Untuk mencari harga k dapat digunakan rumus :


1
1

( ax ) a
k=
t

t = 14 menit
1
1

409.5 433
k=
840

k =1.57778E-07

t = 28 menit

t = 42 menit

1
1

330.5 433
k=
1680

k = 4.26339E-07

1
1

281 433
k=
2520
k = 4.95734E-

07

t = 56 menit
1
1

268 433
k=
3360

t = 70 menit

k = 4.23177E-07

1
1

264 433
k=
4200

k = 3.52002E-07

t = 8 menit
1
1

259.5 433
k=
5040

k = 3.06368E-07

LAMPIRAN FOTO

Gambar

Keterangan

Alat dan Bahan

Pembuatan Larutan gula

10%

diisi

kuvet

dengan

larutan

dimasukkan
polarimeter

kedalam

Hasil

tampak

pada

polarimeter

Pembacaan skala pada


polarimeter

Anda mungkin juga menyukai