Sosiologi Hukum
Sosiologi Hukum
MUHAMAD ZAHROWI
S310409017
KATA PENGANTAR
Surakarta,
Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
ii
DAFTAR ISI................................................................................................
iii
A. PENDAHULUAN.................................................................................
B. PEMBAHASAN....................................................................................
C. PENUTUP..............................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
13
Judul
A. PENDAHULUAN
Penyadapan telepon, baik dengan pertimbangan penegakan hukum
maupun pertimbangan lain, merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok, institusi, badan, dan sebagainya untuk mendengar
percakapan seseorang dengan lawan bicaranya melalui telepon, tanpa harus
memintai ijin terlebih dahulu. Berkaitan dengan adanya aktivitas penyadapan
telepon,
banyak
sekali
pertimbangan
yang
dapat
digunakan
untuk
menganggap bahwa tidakan tersebut merupakan suatu tindakan yang sah dan
tidak dilarang, tetapi juga dapat sebagai tindakan yang etis dan suatu
pelanggaran hukum. Dalam hal ini, hanya pertimbangan-pertimbangan yang
masuk akal dan memenuhi unsur legalitas sajalah yang dapat digunakan dalam
menganalisis tentang kasus penyadapan telepon.
Beberapa hari terakhir, publik dipenuhi dengan berita-berita tentang
kasus penyelidikan korupsi oleh KPK dan kasus Bank Century, yang di
dalamnya terdapat aktivitas penyadapan telepon para koruptor oleh KPK.
Seperti yang dapat diketahui, penyadapan telepon para koruptor yang
dilakukan KPK tersebut telah menjadi cara yang ternyata efektif menjaring
bukti-bukti kejahatan para koruptor, yang selama ini nyaris tak terjangkau.
Para tersangka, termasuk dari lingkungan Kejaksaan Agung dan DPR, dapat
dikenakan tuduhan dan dakwaan ketika di pengadilan diperdengarkan hasil
rekaman percakapan mereka, yang isinya berkaitan dengan hal-hal yang
bersifat negosiasi koruptif atau berisi skenario penyelamatan.
Masalah sadap-menyadap telepon kini menjadi hal krusial yang
menjadi magnet perhatian utama publik sejak dilakukan penguakan kepada
publik kasus korupsi tingkat tinggi dengan pelaku utama percakapan
Anggodo, adik kandung Anggoro yang pemilik PT Masaro dan terlibat kasus
Bank Century. Dalam percakapan telepon genggam yang direkam KPK dan
diperdengarkan kepada publik oleh Mahkamah Konstitusi, masyarakat
disuguhkan lalu-lintas pembicaraan dan pengaturan arus kasus korupsi
yang diduga melibatkan unsur pimpinan KPK, Kepolisian RI, dan elit
nasional.
Untuk Indonesia, itulah saat pertama dalam sejarah praktik hukum,
rekaman hasil penyadapan telepon diperdengarkan kepada publik dalam satu
kesempatan resmi. Alhasil, berbagai reaksipun terjadi sebagai akibat
pengungkapan hasil penyadapan telepon itu. Berbagai reaksi muncul atas
penyampaian rekaman hasil penyadapan telepon kepada publik tersebut.
Terdapat beberapa pihak, yang dengan alasan etika dan perlindungan hak asasi
manusia, menganggap bahwa penyadapan telepon termasuk perbuatan yang
keji dan pelanggaran hak asasi manusia. Di pihak lain, yang cenderung
mendukung berbagai aktivitas pemberantasan korupsi, menganggap bahwa
penyadapan telepon yang dilakukan terhadap para koruptor adalah sah-sah
saja dan dianggap lebih menguntungkan, dalam arti dapat segera mengungkap
kasus korupsi dan menyeret para pelakunya ke persidangan.
Polemik tentang penyadapan telepon yang hangat dibicarakan publik,
mulai mendekati titik antiklimaks dengan munculnya rencana pengesahan
rancangan peraturan pemerintah (RPP) tentang Penyadapan. Berkaitan dengan
hal tersebut di atas, dalam kesempatan ini penulis akan membahas dan
menganalisis tentang kasus penyadapan telepon dan rencana pengesahan RPP
Penyadapan ditinjau dari sisi sosiologi hukum. Seperti diketahui bersama
bahwa Sosiologi Hukum merupakan ilmu pengetahuan yang teoritis-analitis
dan empiris yang senantiasa menyoroti pengaruh gejala-gejala sosial terhadap
keberlakuan hukum dalam tubuh masyarakat (dan sebaliknya). Sosiologi
hukum berguna untuk dapat memberikan pemahaman hukum dalam setiap
kontak sosial.1
Soerjono Soekanto. Peranan Ilmu Hukum dalam Pembangunan Indonesia, Makalah Pada
Simposium Peranan Ilmu Hukum Dalam Pembangunan Indonesia, Lustrum VI Fakultas Hukum
Universitas Airlangga, 17 November 1984, Surabaya.
tentang
kenyataan,
yang
menyoroti
hukum
sebagai
Satjipto Rahardjo. 1982. Masalah Penegakan Hukum, Suatu Tinjauan Sosiologis. Bandung:
BPHN Depkeh dan Sinar Baru . hal. 9.
yang
efektif
berhubungan
erat
dengan
proses
bagi
masyarakat,
maka
perlu
diperhatikan
proses
pada
kebutuhan,
yaitu
adanya
kesebandingan
dalam
terhadap
konsep-konsep
sosiologi
hukum
dapat
perekaman
informasi,
disampaikan
bahwa
Beberapa
analisis
normatif
di
bawah
ini,
tampaknya,
patut
dipertimbangkan.
Pasal 17 Konvenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik
(1966) memang mengatur, tidak seorang pun dapat sewenang-wenang atau
secara tidak sah dicampuri masalah pribadi, keluarga, rumah, atau
korespondensinya.
Atas
dasar
itulah,
sebagian
pihak
bersikeras
perkembangan
sosiologi
hukum,
pengesampingan
keadilan
publik,
hak
individual
harus
dikesampingkan.
dapat
dikecualikan/diperbolehkan
demi
kepentingan
C. PENUTUP
Pemberantasan
korupsi,
mau
tidak
mau,
penting
DAFTAR PUSTAKA
Satjipto Rahardjo. 1982. Masalah Penegakan Hukum, Suatu Tinjauan Sosiologis.
Bandung: BPHN Depkeh dan Sinar Baru.
Soerjono Soekanto. Peranan Ilmu Hukum dalam Pembangunan Indonesia,
Makalah Pada Simposium Peranan Ilmu Hukum Dalam Pembangunan
Indonesia, Lustrum VI Fakultas Hukum Universitas Airlangga, 17
November 1984, Surabaya.
______. 1986. Sosiologi Hukum. Jakarta: Gramedia.
Soetandyo Wignyosiebroto, Sosiologi Hukum: Perannya Dalam Pengembangan
Ilmu Hukum dan Studi Tentang Hukum, Makalah pada seminar tentang
Pendayagunaan Sosiologi Hukum Dalam Masa Pembangunan dan
Restrukturisasi Global dan Pembentukan ASHI di Semarang, 12-13
November 1996.
Soetikno. 1988. Filsafat Hukum. Bagian I. Jakarta: Pradnya Pramamita.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.