Anda di halaman 1dari 12

SEMARANG METRO

11 Mei 2010

Hotel dan Restoran Masih Kenakan PPN


Terkait UU No 42 Tahun 2009
SEMARANG - Meski sudah adanya pembebasan Pajak Penambahan Nilai (PPN) pada
kelompok makanan dan minuman, namun hingga Senin (10/5), sejumlah hotel dan restoran di
Kota Semarang masih tetap mengenakan PPN sebesar 10% kepada pelanggannya.
Menurut penuturan, Atika Elfandari, PR Hotel Horison, pihaknya masih tetap mengenakan
pajak yang merupakan pajak servis. Demikian halnya Grand Candi Hotel. Grand Candi masih
mengenakan pajak tersebut termasuk pajak servis, karena memang belum dapat surat edaran
secara resmi mengenai pajak tersebut, jelas Dina Yudhari, PR Manager Grand Candi Hotel.
Padahal, sudah banyak pelanggan yang mengeluhkan masih dikenakannya PPN tersebut.
Adanya keluhan pelanggan mengenai hal tersebut juga diakui oleh Benita Eka Arijani, pemilik
rumah

makan

Seoul

Palace.

Dia mengatakan, justru dapat masukan dari tamu-tamu dan untuk aplikasi selanjutnya masih
menunggu dari pemerintah. Posisi kami ini berada di tengah-tengah, dapat komplain dari
tamu,

tapi

kalau

setor

pajak

masih

diterima,

ujarnya.

Secara terpisah, PPN 10% yang masih dibebankan pada konsumen, menurut Kepala Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Semarang Suseno, bukan termasuk PPn
yang selama ini dikira oleh masyarakat. Pajak tersebut adalah pajak yag dibebankan pada
restoran dan hotel. Memang kemudian pajak tersebut dibebankan pada konsumen. Tapi itu
bukan

PPn.

PPn

sudah

dihilangkan,

katanya.

Dijelaskan, Perda tentang Pajak Restoran dan Hotel yang telah diterapkan sejak 2001 sudah
sesuai

dengan

UU

No

42

tahun

2009,

yang

telah

menghapuskan

PPn.

Perda tersebut, menurutnya, lebih terkait pada penerimaan pajak daerah yang telah diatur pada

UU No 28 tahun 2009 yang berlaku mulai 1 Januari 2009 tentang Perpajakan dan Retribusi
Daerah. Karena itu, untuk menguatkan UU tersebut, Pemkot akan segera mengeluarkan Perda
pada 2011 tentang sebelas jenis pajak daerah. Kami juga akan segera melakukan sosialisasi
agar masyarakat tidak salah paham, ujarnya.(K7,J8-90)

ANALISIS :
Dalam artikel ini menjelaskan adanya keluhan konsumen terhadap kenaan PPN di
sejumlah hotel maupun restoran. Banyak keluhan konsomen karena dikenakan PPN padahal
sudah ada peraturan undang-undang mengenai penghapusan PPN di sejumlah hotel maupun
restoran. Tetapi masih banyak beberapa hotel maupun restoran yang tetap mengenakan PPN
kepada konsumennya.
Pada artikel ini terdapat kasus keluhan konsumen di Seoul Palace, Semarang. Konsumen
mengeluhkan tentang dikenakan pajak. Hal tersebut juga terjadi di Grand Candi Hotel
Semarang, di hotel tersebut masih mengenakan pajak untuk servis dan PPn. Kedua pihak
tersebut berpendapat bahwa belum ada sosialisasi mengenai peraturan penghapusan PPn.
Peraturan tersebut diatur dalam UU No 42 Tahun 2009 dalam pasa 4A, berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 4A
(1) Dihapus.
(2) Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah barang tertentu
dalam kelompok barang sebagai berikut:
a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya;
b. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;
c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung,
dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat
maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa
boga atau katering; dan

d. uang, emas batanga, dan surat berharga


Menurut saya, dalam kasus ada dua pihak yang harus betanggung jawab dan
mebenahi untuk menegakan peraturan perundang-undangan tersebut. Pemerintah harus
menegakkan peraturan tersebut kepada semua pihak yang menangani perpajakan. Kemudian
peraturan tersebut disosialisasikan kepada semua usaha jasa sesuai yang ada di UU No 42
Tahun 2009 pasal 4A tersebut. Selain itu, perusahaan yang bersangkutan seperti penyedia jasa
akomodasi dan makanan atau minuman menjalankan pengahapusan pajak di tempat masingmasing. Hal tersebut akan berdampak baik bagi ketiga pihak yaitu pemerintah, perusahaan
jasa, dan juga konsumen. Akan menurunkan tingkat keluhan konsumen kepada sejumlah
hotel maupun restoran mengenai pengenaan pengahpusan pajak.

Hotel Tidak Tahu Soal Belatung


Sabtu, 24 November 2012 09:17 WIB

@IrfanBachdim10/Twitter
ada ulat di dalam soup yg mereka santap di Palace of the golden horses hotel, Malaysia. Jum
at (23/11/2012) We found a dirty maggot in the soup. They call this a international 5 star
hotel? I smell sabotage @TonnieCusell dan IEHHHLLLL ada belatung di dalam soup
@MinesPGH palace of the golden horses hotel!!@IrfanBachdim10.
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR - Pihak Palace of the Golden Horses mengaku
tidak mengetahui penemuan belatung di sup pemain Indonesia, Jumat (23/11/2012).
Kemarin, Irfan Bachdim dan Tonnie Cussel memposting foto dan kekecewaan mereka atas
belatung yang berada di dalam sup mereka. Rumor mengenai sabotase pun beredar.
Namun, pihak hotel berbintang 5 tersebut mengaku tidak mengetahui apa pun mengenai
kejadian tidak menyenangkan tersebut. Palace of the Golden Horses mengklaim tidak
menerima keluhan dari tim nasional Indoneesia.
"Saya baru tahu itu. Kami tidak menerima kabar apa pun mengenai belatung tersebut. Mereka
tidak menyampaikan keluhan kepada kami,' papar Assistant Director Sales, Jayarendran John
kepada Tribun.
Kejadian tersebut sangat disayangkan. Pasalnya, pihak hotel telah memberikan perlakuan
khusus kepada tim-tim yang menginap di tempat mereka, termasuk menyediakan makanan
yang diminta sesuai permintaan tim.

Sebagai bentuk pertanggungjawaban, pihak hotel akan melakukan investigasi atas kejadian
tersebut.
"Tidak hanya untuk tim Indonesia tapi, semua tim yang menginap di sini," jelas Jaya.
Jaya pun membantah adanya isu sabotase kepada tim Indonesia dan mengatakan mereka
semua adalah tamu yang harus disambut dengan baik.

http://www.tribunnews.com/piala-aff-2012/2012/11/24/hotel-tidak-tahu-soal-belatung

ANALISIS :
Pada kasus ini, telah terjadi keluhan konsumen dengan diketahui adanya ulat di sup
yang dimakan oleh Irfan Bachdim dan Tonnie Cusse kepada Palace of the Golden Horses
Hotel Malaysia. Kejadian tersebut bermula saat kedua TimNas Indonesia sedang makan sup
dan kemudia memposting foto dan mngatakan kekecewaannya telah ditemukan belatung di
sup yang mereka makan.
Menurut pihak hotel tidak mengetahui mengenai hal tersebut. Palace of the Golden
Horses mengklaim tidak menerima keluhan dari tim nasional Indoneesia. Kemudia muncul
issue adanya sabotase kepada tim Indonesia, tetapi pihak hotel membantaha, mereka
mengatakan semua adalah tamu yang harus disambut dengan baik.
Dalam kasus ini pihak hotel melanggar hak konsumen bagian (a) yang terdapat dalam
UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang berbunyi sebagai berikut :
Hak konsumen adalah :
a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa;
b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa;

d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;
f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
i. hakhak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya.

Menurut peraturan yang ada didalam UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan


Konsumen. Pihak hotel tidak menerapkan Hak Konsumen dengan baik sesuai pasal terkait.
Oleh karena itu, pihak hotel harus memberikan kompensasi kepada konsumen sesuai pada
Pasal 7 UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, terdapat Kewajiban sebagai
pelaku usaha yang berbunyi memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas
kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan.

Senin 29 Jul 2013, 14:18 WIB

Grandmas@Seminyak dan Agoda Mengecewakan


- detikNews
Tangerang - Beberapa waktu lalu saya membuat pemesanan hotel di Bali melalui agoda.com
selama 1 malam di Grandmas Hotel@Seminyak untuk check in tanggal 16 Juli 2013 dan
check

out

keesokan

harimya.

Namun ketika waktunya menginap, saya merasa kecewa dengan kondisi, kualitas, dan
pelayanan

hotel,

baik

dari

pihak

manajemen

hotel

maupun

Agoda.

Air Conditioning (AC) mati mendadak saat tengah malam tanpa adanya timer-setting dan
membutuhkan

waktu

20

menit

untuk

kembali

menyala.

Air panas hanya sekedar panas dengan suhu 40 derajat celcius pada kondisi maksimal.
Disebutkan bahwa disediakan air panas namun kenyataannya hanya air hangat yang ada.
Koneksi Internet sama sekali tidak berfungsi padahal di kartu visitor dijanjikan \\\"HighSpeed Internet connection.\\\" Bahkan untuk login ke hotspot juga tidak bisa.
Saat pagi hari, ditemukan adanya kebocoran jet-shower yang mengakibatkan banjir di kamar
mandi, juga air minum yang disediakan hanya botol ukuran kecil (330 ml) dan tamu tidak
diizinkan

untuk

mengisi

kembali.

Pagi harinya saya menyampaikan keluhan saya kepada teknisi kemudian diteruskan kepada
manager hotel. Keduanya menyarankan agar saya membuat komplain dan minta refund
kepada

Agoda.com

karena

pembayaran

saya

lakukan

melalui

agen

tersebut.

Namun hingga saat ini, tidak ada refund yang diberikan. Hanya berupa diskon 15% untuk
pemesanan

berikutnya

di

Agoda.

ANALISIS :
Keluhan konsumen terhadap pelayanan Agoda da juga Grandmas Hotel di Seminyak.
Keluhan tersebut bermula saat salah satu tamu tersebut melakukan reserfasi kamar di
Grandmas Hotel Seminyak melalui Agoda. Kemudian saat menginap di hotel tersebut tidak
sesuai yang dijanjikan oleh Agoda. Fasilitas kamar seperti AC yang sering mati, air panas
yang tidak menyala dengan maksimal, koneksi internet yang tidak sesuai apa yang dijanjikan,
dan adanya kebocoran jet-shower.
Setelah adanya kejadian tersebut, tamu menyampaikan keluhannya kepada pihak
Grandmas Hotel Seminyak tetapi tidak ada tanggapan yang baik atas keluhan tersebut. Pihak
hotel malah melempar keluhan tersebut kepada pihak Agoda karena tamu tersebut reserfasi
penuh kepada pihak Agoda. Kemudian dari pihak Agoda sama hal nya tidak bertanggung
jawab atas keluhan konsumennya, konsumen tersebut hanya mendapatkan refund 15% di
pemsanan berikutnya.
Dalam kasus keluhan konsumen ini, pihak Grandmas Hotel Seminyak dan Agoda
tidak melakukan tanggung jawab dalam menangani keluhan konsumen sesuai peraturan UU
No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang berbunyi :
TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA
Pasal 19
(1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan
atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan.
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau
penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan
dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
(3) Pemberian gantirugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal
transaksi.

(4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut
mengenai adanya unsur kesalahan.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku
usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.
Jika tidak ada etikad baik dari pihak Grandmas Hotel Seminyak dan Agoda
maka tamu tersebut dapat melakukan hak nya sesuai yang tertera dalam :
Pasal 23
Pelaku usaha yang menolak dan atau tidak memberi tanggapan dan atau tidak memenuhi
ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1),ayat (2),
ayat (3), dan ayat (4), dapat digugat melalui badan penyelesaian sengketa konsumen atau
mengajukan ke badan peradilan di tempat kedudukan konsumen.

Sabtu, 17/10/2015 10:10 WIB

Ketika Pelayan Restoran Curhat Soal


Kejorokan Makanan dan Alat Makan
Trans Ningsih - detikFood
Setiap makan di restoran Anda melihat peralatan makan yang rapi dan makanan yang lezat.
Tapi siapa sangka banyak hal jorok dilakukan pelayannya. Apa saja isi curhat mereka?
Beberapa pelayan restoran menumpahkan pengalaman dan cerita selama mereka bekerja
dalam mobile aplikasi Whisper. Aplikasi yang berisi curahan isi hati orang tentang banyak hal
ini memang populer dengan topik-topik menarik termasuk soal pelayan restoran. Mereka
mengunggah mulai dari keluhan hingga hal-hal buruk yang sebenarnya pembeli tidak
mengetahuinya.
Seperti diungkap The Independent (02/10) salah seorang pelayan mengatakan bahwa ia sering
menjatuhkan roti, bukan hanya sekali tetapi beberapa kali dan tetap menjualnya kepada
pembeli. Tidak jarang jika mereka menyentuh makanan pembeli dengan tangan kotor dan
bekas memegang piring kotor. Juga memegang gagang pintu hingga mengelap lantai tanpa
harus

mencuci

tangan

terlebih

dahulu.

Dalam satu postingan, ada yang menyebutkan kalau di restoran tempat Ia bekerja menjual
makanan meski telah berjamur dan tanpa ragu menyuguhkan kepada pembeli
Soal higienis, mereka menyebutkan bahwa tidak semua hal yang mereka lakukan untuk
pembeli benar-benar menggunakan peralatan yang bersih. Misalnya alat makan seperti
sendok, garpu dan pisau makan hanya disiram air hingga kotoran sisa makanan hilang
kemudian dilap dengan serbet tanpa dicuci.

Mereka juga menggunakan pakaian yang digunakan setiap hari tanpa dicuci, mengelap toilet
menggunakan serbet yang sama yang digunakan untuk mengelap meja makan. Ada juga yang
menceritakan bahwa ia memasukkan lidah ke dalam gelas untuk mencicipi apakah minuman
terasa

enak

atau

tidak,

sebelum

diberikan

pada

tamu.

Ini hanya sebagian dari curahan cerita dari beberapa pelayan. Tentunya masih banyak hal-hal
lain yang tidak diungkapkan oleh mereka. Ingin ikutan curhat? Anda bisa donlot Whisper atau
intip

curhatan

pata

netizen

tentang

berbagai

hal.

(odi/lus)
http://food.detik.com/read/2015/10/17/101020/3046237/297/ketika-pelayan-restoran-curhatsoal-kejorokan-makanan-dan-alat-makan

ANALISIS :
Artikel ini tidak ada keluhan dari konsumen, tetapi menunjukan apa yang terjadi sebenarnya
dalam tingkat kebersihan yang terjadi didalam pelayanan restoran. Diungkap oleh The
Independent salah satu pelayan restoran membuka rahasia apa yang terjadi sebenarnya. Salah
seorang pelayan mengatakan sering menjatuhkan roti, tetapi roti tersebut tidak diganti dengan
yang baru atau dibuang. Kemudian menyentuh makanan pembeli dengan tangan kotor,
menjual makanan yang sudah berjamur, dan alat makan yang digunakan harnya dilap saja
tanpa dicuci.
Hal tersebut sangatlah mengejutkan bagi para konsumen yang membacanya. Tidak ada
peraturan tegas tentang standart kebersihan di restoran tersebut. Oleh karena itu, pihak
restoran harus membuat SOP tentang kebersihan mengenai kebersihan karyawan, alat makan,
dan sebagainya. Dengan adanya berita mengenai hal tersebut, restoran melanggar pasal 7 UU
No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan kosumen yang berbunyi :
Kewajiban pelaku usaha adalah :
a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;

d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan


berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang
dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat
dan/atau yang diperdagangkan;
f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa
yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Anda mungkin juga menyukai