0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
29 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas beberapa kesalahan yang sering dilakukan dalam penulisan EYD (ejaan yang disebut baik dan benar), seperti penulisan kata sambung di- dan ke-, penulisan kata (ku), bentuk pun yang sudah dianggap padu, penggunaan tanda baca seperti elipsis dan tanda petik, penggunaan dialog tag, serta penulisan kata penunjuk kekerabatan.
Dokumen tersebut membahas beberapa kesalahan yang sering dilakukan dalam penulisan EYD (ejaan yang disebut baik dan benar), seperti penulisan kata sambung di- dan ke-, penulisan kata (ku), bentuk pun yang sudah dianggap padu, penggunaan tanda baca seperti elipsis dan tanda petik, penggunaan dialog tag, serta penulisan kata penunjuk kekerabatan.
Dokumen tersebut membahas beberapa kesalahan yang sering dilakukan dalam penulisan EYD (ejaan yang disebut baik dan benar), seperti penulisan kata sambung di- dan ke-, penulisan kata (ku), bentuk pun yang sudah dianggap padu, penggunaan tanda baca seperti elipsis dan tanda petik, penggunaan dialog tag, serta penulisan kata penunjuk kekerabatan.
1. Kata sambung di- dan ke- penulisannya dipisah jika diikuti
kata yang menunjukkan tempat, selain itu disambung. Ex: Di = di mana, di antara, di sana, di rumah, di pasar, di situ, di sini, etc Ke = Ke mana, ke sana, ke sini, ke mana-mana, ke kantor, etc 2. Penulisan kata (ku) disambung dengan kata sesudahnya. Ex: Kuikuti, kubawa, kuhadapi, etc 3. 12 bentuk pun yang sudah dianggap padu harus ditulis serangkai: Adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun. Khusus untuk adapun dan maupun, dapat ditulis terpisah jika bermakna walau ada/ walau mau. Misal pada kalimat: Mau pun, ia sudah tidak bisa lagi. Ada pun, aku tidak akan memberikannya padamu. Khusus pada sekalipun dapat ditulis terpisah jika bermakna satu kali juga/meski satu kali. Misal pada kalimat: Orang baik sekali pun terkadang berbuat jahat.
Meminta dengan baik-baik sekali
pun, kalau dia tidak mau, tidak akan diizinkan. 4. Tanda elipsis, diketik titik tiga (...) sebagai pengganti koma, dan titik empat (....) sebagai pengganti titik. 5. Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog, berfungsi untuk menginformasikan identitas si pengucap dialog pada pembaca. Dialog tag biasanya ditandai dengan katakata seperti: ujar, kata, pekik, tukas, sambung, etc. Dialog tag bisa sebelum atau sesudah kalimat percakapan, dan penulisannya diakhiri dengan tanda koma jika sebelum dialog, diawali tanda koma jika mengikuti dialog. Misal: 1) Budi berkata, Rina akan membawa kue buatannya. 2) Rina akan membawa kue buatannya, kata Rina. (perhatikan tanda komanya) 6. Kalimat percakapan tidak melulu berhubungan dengan dialog tag. Perhatikan contoh di bawah: 1) Oke, aku mengerti. Damar tersenyum jenaka. 2) Damar tersenyum jenaka. Oke, aku mengerti, ujarnya kemudian. Pada contoh no 1, kalimat yang mengikuti dialog, bukan disebut dialog tag, kalimat tersebut hanya kalimat yang dipakai untuk mendeskripsikan aktifitas Damar yang lain ketika mengatakan dialog tersebut. (Aku tidak tahu sebutannya apa, tapi biar gampang kita sebut saja dialog narasi)
Dialog yang diikuti dialog narasi, harus diakhiri tanda titik
(.) sebelum tanda petik () Begitu pun jika di awal kalimat, harus diakhiri tanda titik (.) sebelum dialog. Perhatikan contoh no 2. Dialog tersebut dimulai dengan dialog narasi, dan diakhiri dengan dialog tag. Perhatikan tanda titik dan komanya. 7. Kata penunjuk kekerabatan yang bermaksud dalam penyapaan penulisannya diawali dengan huruf kapital. Misal: Kenapa aku harus pergi, Paman? Aku sedih melihat Ibu yang menangisi kepergian Ayah. Tolong mengerti aku, Kak, kataku memelas. Sebaliknya, kata penunjuk kekerabatan yang tidak bermaksud sebagai penyapaan, penulisannya tidak diawali dengan huruf kapital. Misal: Dia menangisi kematian ibunya. Meski memiliki seorang kakak, dia merasa menjadi anak tunggal. Kata penunjuk kekerabatan yang tidak bermaksud sebagai penyapaan, tapi diikuti nama orang tersebut, penulisannya diawali dengan huruf kapital. Misal: Mengapa Pak Atmo harus marah? Aku akan menghancurkanmu! ucap Bibi Mariam begitu mendengar pengakuan adiknya. (Nama si bibi adalah Mariam) Bandingkan dengan contoh berikut: Aku menunduk, tidak berani menatap bibi Anna, sementara Anna hanya
menangis menyesali perbuatannya. (Di sini huruf awal
katabibi tidak memakai huruf kapital karena yang dimaksud dengan bibi Anna adalah bibinya Anna. Bukan bibi yang bernama Anna.)