Makalah Dangdut
Makalah Dangdut
Asal istilah
Penyebutan nama "dangdut" merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam
dunia dangdut disebut gendang saja) musik India. Putu Wijaya awalnya menyebut dalam majalah
Tempo edisi 27 Mei 1972 bahwa lagu Boneka dari India adalah campuran lagu Melayu, irama
padang pasir, dan "dang-ding-dut" India. Sebutan ini selanjutnya diringkas menjadi "dangdut"
saja, dan oleh majalah tersebut digunakan untuk menyebut bentuk lagu Melayu yang terpengaruh
oleh lagu India.
Dari musik Melayu ke Dangdut
Dangdut kontemporer telah berbeda dari akarnya, musik Melayu, meskipun orang masih
dapat merasakan sentuhannya. Orkes Melayu (biasa disingkat OM, sebutan yang masih sering
dipakai untuk suatu grup musik dangdut) yang asli menggunakan alat musik seperti gitar akustik,
akordeon, rebana, gambus, dan suling, bahkan gong. Pada tahun 1950-an dan 1960-an banyak
berkembang orkes-orkes Melayu di Jakarta yang memainkan lagu-lagu Melayu Deli dari
Sumatera (sekitar Medan). Pada masa ini mulai masuk eksperimen masuknya unsur India dalam
musik Melayu. Perkembangan dunia sinema pada masa itu dan politik anti-Barat dari Presiden
Sukarno menjadi pupuk bagi grup-grup ini. Dari masa ini dapat dicatat nama-nama seperti P.
Ramlee (dari Malaya), Said Effendi (dengan lagu Seroja), Ellya (dengan gaya panggung seperti
penari India, sang pencipta Boneka dari India), Husein Bawafie (salah seorang penulis lagu
Ratapan Anak Tiri), Munif Bahaswan (pencipta Beban Asmara), serta M. Mashabi (pencipta skor
film "Ratapan Anak Tiri" yang sangat populer di tahun 1970-an).
Gaya bermusik masa ini masih terus bertahan hingga 1970-an, walaupun pada saat itu juga
terjadi perubahan besar di kancah musik Melayu yang dimotori oleh Soneta Group pimpinan
Rhoma Irama. Beberapa nama dari masa 1970-an yang dapat disebut adalah Mansyur S., Ida
Laila, A. Rafiq, serta Muchsin Alatas. Populernya musik Melayu dapat dilihat dari keluarnya
beberapa album pop Melayu oleh kelompok musik pop Koes Plus di masa jayanya.
Gendang atau tabla, salah satu alat musik utama dangdut.
Dangdut modern, yang berkembang pada awal tahun 1970-an sejalan dengan politik
Indonesia yang ramah terhadap budaya Barat, memasukkan alat-alat musik modern Barat seperti
gitar listrik, organ elektrik, perkusi, trompet, saksofon, obo, dan lain-lain untuk meningkatkan
variasi dan sebagai lahan kreativitas pemusik-pemusiknya. Mandolin juga masuk sebagai unsur
penting.
Pengaruh rock (terutama pada permainan gitar) sangat kental terasa pada musik dangdut.
Tahun 1970-an menjadi ajang 'pertempuran' bagi musik dangdut dan musik rock dalam merebut
pasar musik Indonesia, hingga pernah diadakan konser 'duel' antara Soneta Group dan God
Bless. Praktis sejak masa ini musik Melayu telah berubah, termasuk dalam pola bisnis
bermusiknya.
Pada paruh akhir dekade 1970-an juga berkembang variasi "dangdut humor" yang dimotori oleh
OM Pancaran Sinar Petromaks (PSP). Orkes ini, yang berangkat dari gaya musik melayu deli,
membantu diseminasi dangdut di kalangan mahasiswa. Subgenre ini diteruskan, misalnya, oleh
OM Pengantar Minum Racun (PMR) dan, pada awal tahun 2000-an, oleh Orkes Pemuda
Harapan Bangsa (PHB).
Bangunan lagu
Meskipun lagu-lagu dangdut dapat menerima berbagai unsur musik lain secara mudah, bangunan
sebagian besar lagu dangdut sangat konservatif, sebagian besar tersusun dari satuan delapan
birama 4/4. Jarang sekali ditemukan lagu dangdut dengan birama 3/4, kecuali pada beberapa lagu
masa 1960-an seperti Burung Nuri dan Seroja. Lagu dangdut juga miskin improvisasi, baik
melodi maupun harmoni. Sebagai musik pengiring tarian, dangdut sangat mengandalkan ketukan
tabla dan sinkop. Bentuk bangunan lagu dangdut secara umum adalah: A - A - B -A,
namun dalam aplikasi kebanyakan memiliki urutan menjadi seperti ini:
Intro - A - A - Interlude - B (Reffrain) - A - Interlude - B (Reffrain) - A
Intro dapat berupa vokal tanpa iringan atau berupa permainan seruling, selebihnya merupakan
permainan gitar atau mandolin. Panjang intro dapat mencapai delapan birama.
Bagian awal tersusun dari delapan birama, dengan atau tanpa pengulangan. Jika terdapat
pengulangan, dapat disela dengan suatu baris permainan jeda (interlude). Bagian ini biasanya
berlirik pengantar tentang isi lagu, situasi yang dihadapi sang penyanyi.
Lagu dangdut standar tidak memiliki refrain, namun memiliki bagian kedua dengan bangunan
melodi yang berbeda dengan bagian pertama. Sebelum memasuki bagian kedua biasanya
terdapat dua kali delapan birama jeda tanpa lirik (interlude). Bagian kedua biasanya sepanjang
dari dua kali delapan birama dengan disela satu baris jeda tanpa lirik. Di akhir bagian kedua
kadang-kadang terdapat koda sepanjang empat birama. Lirik bagian kedua biasanya berisi
konsekuensi dari situasi yang digambarkan bagian pertama atau tindakan yang diambil si
penyanyi untuk menjawab situasi itu. Setelah bagian kedua, lagu diulang penuh dari awal hingga
akhir. Lagu dangdut diakhiri pada pengulangan bagian pertama. Jarang sekali lagu dangdut
diakhiri dengan fade away.
Interaksi dengan musik lain
Dangdut sangat elastis dalam menghadapi dan memengaruhi bentuk musik yang lain.
Lagu-lagu barat populer pada tahun 1960-an dan 1970-an banyak yang didangdutkan. Genre
musik gambus dan kasidah perlahan-lahan hanyut dalam arus cara bermusik dangdut. Hal yang
sama terjadi pada musik tarling dari Cirebon sehingga yang masih eksis pada saat ini adalah
bentuk campurannya: tarlingdut. Musik rock, pop, disko, house bersenyawa dengan baik dalam
musik dangdut. Aliran campuran antara musik dangdut & rock secara tidak resmi dinamakan
Rockdut. Demikian pula yang terjadi dengan musik-musik daerah seperti jaipongan, degung,
tarling, keroncong, langgam Jawa (dikenal sebagai suatu bentuk musik campur sari yang
dinamakan congdut, dengan tokohnya Didi Kempot), atau zapin. Mudahnya dangdut menerima
unsur 'asing' menjadikannya rentan terhadap bentuk-bentuk pembajakan, seperti yang banyak
terjadi terhadap lagu-lagu dari film ala Bollywood dan lagu-lagu latin. Kopi Dangdut, misalnya,
adalah "bajakan" lagu yang populer dari Venezuela.
Husein Bawafie
Munif Bahaswan
Ellya
A. Harris
M. Mashabi
Said Effendi
Johana Satar
Hasnah Tahar
1970-an
A. Rafiq
Rhoma Irama
Elvy Sukaesih
Mansyur S.
Mukhsin Alatas
Meggy Z
Herlina Effendi
Reynold Panggabean
Camelia Malik
Ida Laila
Rita Sugiarto
Noer Halimah
Setelah 1970-an
Penyanyi dangdut Inul Daratista
Vetty Vera
Nur Halimah
Hamdan ATT
Iis Dahlia
Itje Tresnawaty
Evie Tamala
Ikke Nurjanah
Kristina
Cici Paramida
Dewi Persik
Inul Daratista
Ridho Rhoma
Iyeth Bustami
Ine Shintya
Saiful Jamil
Erie Suzan
Beniqno Aquino
Alam
Trio Macan
Shamila
Akhsay
Irvan Mansyur
Melinda
Ira Swara
Bab I
Pendahuluan
1.
2.
Tujuan
a.
b.
c.
d.
3.
Manfaat
a.
Bab II
Kajian Pustaka
1.
Tinjauan teori
Musik Dangdut adalah aliran musik yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia, Dangdut
kita ketahui merupakan musik yang sangat Merakyat bagi bangsa Indonesia sejak jaman
berdirinya negara Indonesia.
Pada dasarnya, bentuk musik dangdut berakar dari musik melayu pada tahun 1940-an. Irama
melayu sangat kental dengan unsur aliran musik dari India dan gabungan dengan irama musik
dari arab. Unsur Tabuhan Gendang yang merupakan bagian unsur dari Musik India digabungkan
dengan Unsur Cengkok Penyanyi dan harmonisasi dengan irama musiknya merupakan suatu ciri
khas dari Irama Melayu merupakan awal dari mutasi dari Irama Melayu ke Dangdut. Dalam
evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India
(terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi).
Pada tahun 1960 an Musik melayu mulai dipengaruhi oleh banyak unsur mulai dari gambus,
degung, keroncong, langgam. Dan mulai jaman ini lah sebutan untuk Irama Melayu mulai
berubah menjadi terkenal dengan Sebutan Musik Dangdut. Sebutan Dangdut ini merupakan
Onomatope atau sebutan yang sesuai dengan bunyi suara bunyi, yaitu bunyi dari Bunyi alat
musik Tabla atau yang biasa disebut Gendang. Dan karena bunyi gendang tersebut lebih
didominasi dengan Bunyi Dang dan Dut, maka sejak itulah Irama Melayu berubah sebutanya
menjadi suatu aliran Musik baru yang lebih terkenal
dengan Irama Musik dangdut .
Aliran Musik Dangdut yang merupakan seni kontemporer terus berkembang dan berkembang,
pada awal mulanya Irama Dangdut Identik dengan Seni Musik kalangan Kelas Bawah dan
memang aliran seni Musik Dangdut ini merupakan cerminan dari aspirasi dari kalangan
Masyarakat kelas bawah yang mempunyai ciri khas kelugasan dan Kesederhaan nya.
Pada masa 2000 an juga, musik dangdut tidak dapat dipandang lagi sebagai musik kampungan.
Berbagai peristiwa dan acara terhormat mulai menampilkan musik dangdut. Tayangan utama di
stasiun televisi menampilkan musik dangdut. Kafe-kafe terkenal tidak
segan menampilkan musik dangdut.
Dan saat ini Musik dangdut sudah menjangkau segala kalangan Masyarakat dari kalangan kelas
bawah samapai kalangan menengah dan kelas ataspun sudah mulai ketagihan dengan Seni Musik
Dangdut ini.
Maka tidak bisa dipungkiri Irama Musik dangdut ini bisa dibanggakan menjadi Musik Asli
Indonesia. Dan akhirnya Musik Asli Dangdut Indoensia sudah merambah ke Dunia Internasional
antara lain Musik dangdut ini sudah masuk ke negara Jepang yang mulai gandrung dengan
Musik Dangdut ini yang menwa kebanggaan kita akan Musik Dangdut Musik Asli Indonesia kita
tercinta ini.
Ciri-Ciri Aliran Musik Dangdut
1. Alat musiknya akustik, dengan standarisasi melayu, seperti akordion, suling, gendang,
madolin, dan dalam perkembangan di era ini adalah organ mekanik serta biola.
2. Lagunya, mudah dicerna sehingga tidak susah untuk diterima masyarakat.
3. Iramanya terbagi dalam tiga bagian yaitu senandung (sangat lambat), lagu dua (i
ramanyaagak cepat) dan makinang (lebih cepat).
4. Liriknya masih lekat pada pantun.
5. Irama musiknya sangat melankolik.
6. Bangunan sebagian besar lagu dangdut sangat konservatif,
7. Sebagian besar tersusun dari satuan delapan birama 4/4 (jarang sekali ditemukan lagu
dangdut dengan birama 3/4, kecuali pada lagu-lagu masa Melayu Deli (contoh: Burung
Nuri)).
8. Miskin improvisasi, baik melodi maupun harmoni.
9. Sangat mengandalkan ketukan tabla dan sinkop.
10. Pada umumnya tidak memiliki refrain, namun memiliki bagian kedua dengan bangunan
melodi yang berbeda dengan bagian pertama.
Profil Rhoma Irama
Raden Haji Oma Irama yang populer dengan nama Rhoma Irama (lahir di Tasikmalaya, 11
Desember 1946; umur 66 tahun) adalah musisi dangdut dari Indonesia yang berjulukan "Raja
Dangdut"
Pada tahun tujuh puluhan, Rhoma sudah menjadi penyanyi dan musisi ternama setelah jatuh
bangun dalam mendirikan band musik, mulai dari band Gayhand tahun 1963.
Menjelang 1970, Rhoma Irama mulai menunjukkan kemampuan bermusiknya di irama dangdut.
Rasa tidak puas dan keinginan terkenal mendorong Rhoma Irama menciptakan irama musik
baru. Irama musik Melayu dikombinasikan dengan aliran musik rock, pop, dan irama lain. Hasil
yang diciptakan adalah irama dangdut. Semenjak masa itu, istilah dangdut semakin populer di
Indonesia. Lagu-lagu yang diciptakan Rhoma Irama tidak sekedar menampilkan keindahan.
Lirik-lirik yang bermakna dakwah merupakan isi lagu-lagunya. Beberapa nama dari masa 1970an yang dapat disebut adalah Mansyur S., Ida Laila, A. Rafiq, serta Muchsin Alatas. Populernya
musik Melayu dapat dilihat dari keluarnya beberapa album pop Melayu oleh kelompok musik
pop Koes Plus di masa jayanya. Tak lama kemudian, ia pindah masuk Orkes Chandra Leka,
sampai akhirnya membentuk band sendiri bernama Soneta yang sejak 13 Oktober 1973 mulai
berkibar.
Bersama grup Soneta yang dipimpinnya, Rhoma tercatat pernah memperoleh 11 Golden Record
dari kaset-kasetnya. Rhoma irama bukan hanya memadukan music rock dengan music melayu,
tetapi musik pop, India, dan orkestra juga serta melakukan improvisasi atas aransemen, syair,
lirik, kostum, dan penampilan di atas panggung. inilah yang menyebabkan setiap lagu Rhoma
memiiki cita rasa yang berbeda.
Bagi para penyanyi dangdut lagu Rhoma mewakili semua suasana ada nuansa agama, cinta
remaja, cinta kepada orang tua, kepada bangsa, kritik sosial, dan lain-lain.
Sebagai musisi, pencipta lagu, dan bintang layar lebar, Rhoma selama kariernya, seperti yang
diungkapkan, telah menciptakan 685 buah lagu dan bermain di lebih 10 film.
Bab III
Kesimpulan dan Saran
1.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa suatu estetika seni bersifat relatif tergantung dari sudut mana si
penikmat seni melihatnya. Jadi pelanggaran suatu etika dalam kesenian khusunya estetika dari
seni musik dangdut itu ada tapi pelanggaran itu juga merupakan suatu keindahan dan seni musik
dangdut itu sendiri.
2.
Saran
1.
2.
3.
Daftar Pusaka
http://www.websejarah.com/2012/10/sejarah-awal-berdiri-adanya-musik.html
http://forum.viva.co.id/sejarah/102739-asal-usul-sejarah-musik-dangdut.html
http://pusbangkol.pnri.go.id/resensi-1.html
BAB II
PEMBAHASAN
OM Pengantar Minum Racun (PMR) dan, pada awal tahun 2000-an, oleh Orkes Pemuda
Harapan Bangsa (PHB).
Interaksi dengan musik lain
Dangdut sangat elastis dalam menghadapi dan memengaruhi bentuk musik yang lain. Lagu-lagu
barat populer pada tahun 1960-an dan 1970-an banyak yang didangdutkan. Genre musik gambus
dan kasidah perlahan-lahan hanyut dalam arus cara bermusik dangdut. Hal yang sama terjadi
pada musik tarling dari Cirebon sehingga yang masih eksis pada saat ini adalah bentuk
campurannya: tarlingdut. Musik rock, pop, disko, house bersenyawa dengan baik dalam musik
dangdut. Aliran campuran antara musik dangdut & rock secara tidak resmi dinamakan Rockdut.
Demikian pula yang terjadi dengan musik-musik daerah seperti jaipongan, degung, tarling,
keroncong, langgam Jawa (dikenal sebagai suatu bentuk musik campur sari yang dinamakan
congdut, dengan tokohnya Didi Kempot), atau zapin. Mudahnya dangdut menerima unsur 'asing'
menjadikannya rentan terhadap bentuk-bentuk pembajakan, seperti yang banyak terjadi terhadap
lagu-lagu dari film ala Bollywood dan lagu-lagu latin. Kopi Dangdut, misalnya, adalah "bajakan"
lagu yang populer dari Venezuela.
Bangunan lagu
Lagu-lagu dangdut dapat menerima berbagai unsur musik lain secara mudah, meskipun demikian
bangunan sebagian besar lagu dangdut sangat konservatif. Sebagian besar lagu dangdut tersusun
dari satuan delapan birama 4/4. Jarang sekali ditemukan lagu dangdut dengan birama 3/4, kecuali
pada beberapa lagu masa 1960-an seperti Burung Nuri dan Seroja.
Bentuk bangunan lagu dangdut secara umum adalah: A - A - B - A, namun dalam aplikasi
kebanyakan memiliki urutan menjadi seperti ini [7] :
ada (tidak boleh ditiadakan) dan sebagai penghubung Verse A dengan Verse B,
juga instrumental bergantian antara organ, suling, gitar, atau sitar dan
mandolin.
Biasanya berupa melodi dengan nada tinggi dan berapi-api menjelaskan lebih
lanjut isi lagu, atau juga riposta terhadap Verse A. Lirik bagian kedua biasanya
Verse B
berisi konsekuensi dari situasi yang digambarkan bagian pertama atau tindakan
yang diambil si penyanyi untuk menjawab situasi itu.
Diulang lagi, berupa sajian yang ketiga instrumental kebolehan band, dan
Eksposisi II atau Tampilan II harus ada (tidak boleh ditiadakan) dan sebagai penghubung Verse
Tampilan II
A dengan Verse B, juga instrumental bergantian antara organ, suling, gitar, atau
sitar dan mandolin.
Mengulang dari Verse B sebelumnya, isinya sama persis dengan Verse B
Verse B
sebelumnya.
Disajikan sekali lagi untuk menutup lagu, sama persis dengan Verse A
Verse A
sebelumnya.
Coda (optional, Di akhir lagu kadang-kadang terdapat koda sepanjang empat birama, namun
boleh
juga bisa ditiadakan langsung berhenti, atau diakhiri dengan fade away (jarang
dihilangkan)
terjadi).
Lagu dangdut umumnya juga miskin improvisasi, baik melodi maupun harmoni. Sebagai musik
pengiring tarian, dangdut sangat mengandalkan ketukan tabla dan sinkop.
Tampilan II
Di tahun-tahun inilah, musik dangdut mengalami banyak sekali pengaruh unsur luar, beberapa
seniman bahkan ada yang memasukkan unsur Cha-Cha, sehingga muncul aliran dangdut ChaCha atau Cha Dut.
Selain itu, muncul pula nama Fazal Dath yang menciptakan lagu-lagu dangdut yang bercampur
unsur India modern dengan hitsnya Aku Bukan Hidangan yang dinyanyikan Hetty Soendjaya.
Ada pula Fahmi Shahab dengan hitsnya Kopi Dangdut yang mana unsur Arab banyak
mendominasi dalam lagu ini.
Disamping musik dangdut yang sudah tercampur dengan unsur jenis musik yang lain, masih
banyak juga seniman dangdut yang eksis dengan lagu-lagu dangdut yang asli tanpa pengaruh
luar.
Sebutlah nama Evie Tamala, Elvy Sukaesih, Rita Sugiarto, Ine Cynthia, Imam S.Arifin,
Meggy.Z, Hamdan ATT, Itje Trisnawati, Ikke Nurjannah, Camelia Malik, iis Dahlia dan lain-lain
dengan single-single dangdut yang tidak kalah booming dengan lagu-lagu dangdut dengan
campuran unsur musik lain.
Disamping penyanyi-penyanyi solo, bermunculan pula grup-grup vocal yang terinpirasi dari
grup-grup vocal luar seperti, Spice Girl ataupun Boyzone.
Muncullah nama Manis Manja Grup, Trio BAM, Trio Sakera, Sekar Langit dan lain-lain.
Dangdut Etnik pun turut mewarnai dunia musik dangdut pada tahun-tahun tersebut, sebutlah
nama Doel Sumbang dengan unsur Sunda, yang hits dengan tembang Kalau Bulan Bisa
Ngomong yang dibawakan bersama pasangan duetnya, Nini Karlina.
Ada juga nama Yus Yunus yang memasukkan unsur etnik Madura dalam lagunya yang berjudul
Sapu Tangan Merah.
Disco Dangdut, Dangdut Campur dan Dangdut Koplo
Memasuki akhir 90-an, musik dangdut kembali merambah jenis aliran musik yang lain, yakni
disco.
Muncullah Disco dangdut yang mengusung nama Ade Irma dengan hitsnya Kumbang-Kumbang,
Ratna Anjani dengan hitsnya Padang Bulan yang sebelumnya pernah juga mencetak hits dan
dibawakan oleh Ikke Nurjannah.
Dangdut Campur, dinamakan demikian karena dalam satu lagu terkandung berbagai jenis unsur
musik.
Sebutlah lagu Rekayasa Cinta yang dinyanyikan oleh Camelia Malik, ataupun Biarlah Merana
yang dinyanyikan oleh Rita Sugiarto, yang mengandung unsur Latin.
Dalam perkembangan selanjutnya, muncullah House Dangdut, yang dimotori oleh Neneng
Anjarwati dan Amri Palu. Mereka mendaur ulang lagu-lagu dangdut yang pernah hits kemudian
mencampurnya dengan unsur musik house.
Sekitar tahun 2002, Indonesia dihebohkan dengan munculnya Inul Daratista, penyanyi asal
Pasuruan, yang kontroversi dengan goyang ngebor nya. Dalam lagu yang dibawakan, musik
dangdutnya diaransemen sedemikian rupa dengan variasi gendang yang tidak hanya berbunyi
dang dan dut serta cenderung dengan beat cepat. Muncullah nama Dangdut Koplo karena
membuat setiap yang mendengar beatnya ingin bergoyang gila-gilaan.
Sebenarnya jenis musik ini sudah mewabah di daerah Jawa Timur sebelumnya, dimana disana
sering diadakan pertunjukan musik dangdut dengan aransemen dangdut koplo yang nyatanya
menarik minat masyarakat untuk ikut bergoyang mengikuti beat lagunya hingga saat ini.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kehadiran musik dangdut dalam deretan jenis musik pop di Indonesia cukup meyakinkan untuk
mendapat tempat sejajar dengan jenis musik yang lain. Potensinya sebagai jenis musik yang
dapat mengemban misi, kehadirannya sering diinginkan pada setiap kesempatan, pendukungnya
melimpah dan dampak positifnya dapat dilihat dari aspek sosial ekonomi. Khususnya bagi
mereka yang secara langsung terkait dengan produk budaya ini.
Pengetengahan musik dangdut dalam tulisan ini kiranya dapat mengubah perhatian dan minat
para pakar serta pengamat musik untuk meneliti lebih jauh sehingga dapat menempatkan musik
dangdut yang ada pada taraf perkembangannya saat ini, sesuai dengan kenyataan yang ada.
Bahkan tidak menutup kemungkinan melalui tayangan Salam Dangdut MTV, ia lebih
diperkenalkan kepada dunia internasional; walaupun masih terbatas pada kalangan kaum muda.
Dengan demikian penilaian yang menganggap musik dangdut adalah musik kampungan
ataupun musik orang yang tidak terpelajar, lama kelamaan menjadi kabur. Musik dangdut saat ini
telah mempunyai dukungan yang mapan dan dapat diartikan sebagai mass music atau musik
yang digemari orang banyak yang berbeda dari musik rakyat atau folk music yang masih
mengandung unsur-unsur tradisional.
Keadaan yang menunjukkan bahwa musik dangdut dapat diterima oleh orang banyak, bahkan
sekarang ini oleh bagian terbesar penduduk Indonesia adalah suatu gejala dan kenyataan yang
tidak mungkin kita ingkari. Dengan demikian semua langkah yang kita ambil untuk musik
dangdut tentulah berdasarkan kenyataan yang ada, dimulai dari kenyataan dan kita semua dapat
menerimanya sebagai kenyataan, sehingga dapat diharapkan tidak akan ada lagi rasa ragu, rasa
rendah diri, rasa takut dinilai kampungan dan sebagainya dalam usaha untuk mencari identitas
musik dangdut.
Di samping penelitian, usaha peningkatannya pun perlu terus dilakukan. Rhoma Irama telah
berhasil membuktikan kemampuan musik dangdut dalam meningatkan diri setaraf dengan jenis
musik pop yang lain dengan merintis pencampuran pengaruh berbagai beat Barat, seperti rock
dan jazz ke dalam ritme dangdut.
SARAN
Sebagai generasi muda, khususnya pemuda bangsa Indonesia, hendaklah kita mengetahui dan
memahami tentang music tradisional yang berasal dari Negara tanah air kita ini. Karena music
sangatlah penting untuk kehidupan kita. Musik tradisional adalah musik yang hidup di
masyarakat secara turun temurun, dipertahankan sebagai sarana hiburan. Tiga komponen yang
saling mempengaruhi di antaranya Seniman, musik itu sendiri dan masyarakat penikmatnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Dangdut
http://dotuku.com/7d3dc5b554c59cb6543e8d6cf7b603c2/artikel/pengertian-musik-dangdut-danperkembangannya
http://www.pelajarzone.com/2012/05/makalah-musik-tradisional-daerah.html
http://mtssiraman.blogspot.com/2010/08/makalah-seni-musik.html
http://id.pdfsb.com/makalah+tentang+pengertian+musik+dangdut
http://fannyelektoon.blogspot.com/2013/02/pengertian-musik-dangdut.html