Anda di halaman 1dari 8

JETri, Volume 4, Nomor 1, Agustus 2004, Halaman 21-28, ISSN 1412-0372

PENGUJIAN KABEL TEGANGAN TINGGI XLPE


DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK
AFTER LAYING
Syamsir Abduh
Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti
Abstract
Power system equipment must withstand not only the rated voltage which corresponds to the
highest voltage of a particular system but also over-voltages. Accordingly, it is necessary to
test high voltage equipment stage and prior to commissioning. The magnitude and type of
test voltage varies with the rated voltage of particular apparatus. The standard methods of
measurement of high voltage and the basic techniques for application to all type of
apparatus for alternating voltage, direct voltage, partial discharge (well known as afterlaying test) are aid down in the relevant application such as XLPE underground cable.
Keywords: After Laying, XLPE Cable

1. Pendahuluan
Untuk memastikan kualitas, keandalan, dan faktor keamanan instalasi
kabel, maka dilakanakan beberapa pengujian terhadap komponenkomponen yang dipasang. Pengujian tersebut berupa pengujian selama
proses manufaktur, dan pengujian rutin untuk tiap komponen. Pengujian
dilaksanakan untuk mencari produk yang cacat atau tidak memenuhi
persyaratan (Abduh, 2001: 10).
Oleh sebab itu, pada kabel terisolasi tipe XLPE harus dilakukan
serangkaian pengujian AC (Henningsen et.al, 1998: 21) setelah pemasangan
dan pada saat yang sama dilakukan pengukuran pelepasan muatan sebagian
dengan sensitifitas yang tinggi (high sensitive partial discharge disingkat
PD) terhadap seluruh aksesori kabel XLPE. Serangkaian pengujian
semcam ini dikenal dengan teknik after laying (Schufft, 1995: 50).

2. Sistem Pengujian Resonan Dengan Pengaturan Frekuensi


2.1. Prinsip Pembangkitan Tegangan
Pengujian tegangan tinggi dengan frekuensi yang diatur (25-300Hz)
lebih disukai daripada metode pengujian yang lain (Schufft, 1995: 63),

JETri, Tahun Volume 4, Nomor 1, Agustus 2004, Halaman 21-28, ISSN 1412-0372

karena lebih banyak keuntungannya dan simulasinya mendekati dengan


keadaan sebenarnya. Keuntungannya adalah:
a. Massa yang lebih ringan (hanya 1 kg/kVA) dibandingkan rangkaian
resonan dengan induktansi yang dapat diubah-ubah (sekitar 5 kg/KVA),
maupun pengujian dengan trafo ditambah kompensasinya (sekitar 10
kg/kVA).
b. Daya feeding yang lebih rendah (setidaknya skala 2 dibandingkan
dengan rangkaian resonan dengan induktansi yang dapat diubah-ubah).
c. Sumber daya tiga fasa.
d. Konstruksi mekanik yang sederhana, terutama reaktor resonan tidak
memiliki bagian yang dapat digerakkan.
Sistem pengujian resonan dengan pengaturan frekuensi berfungsi
seperti sebuah rangkaian resonan seri. Titik resonan dicapai setelah
dilakukan pengubahan konverter frekuensi menjadi frekuensi natural
rangkaian dari rangkaian resonansi seri (reaktor resonan dan beban
kapasitif).
Besar frekuensi yang digunakan antara 30 hingga 300 Hz (1:10) yang
berarti perbandingan yang diizinkan ketika pengujian objektif adalah 1:100.
Perbandingan beban dapat dicapai 1:44 jika frekuensi minimum yang
digunakan sebesar 25 Hz. Sedangkan pengujian dengan rangkaian resonan
dengan induktansi yang dapat diubah-ubah hanya memiliki perbandingan
beban 1:20 (Pommerenke et. al, 1997: 25).
Selain itu karakteristik yang penting adalah faktor kualitas
berdasarkan frekuensi yang dapat ditulis sebagai perbandingan daya uji
kapasitif dengan daya aktif. rugi-rugi daya biasanya berasal dari rugi-rugi
reaktor ditambah rugi-rugi trafo. Dengan menggunakan konstruksi reaktor
resnonan yang tepat, harga faktor Q dapat mencapai 100. Dalam masalah
ini, daya feedling lebih kecil dari satu persen daya uji.

2.1 Rating Sistem Pengujian


Data teknik dan desain mekanik reaktor resonan mempengaruhi
parameter dan kaerakteristik sistem pengujian instalasi kabel 200 kV
(Haushcheld, 1997: 78) yang ditentukan melalui parameter nominal berikut:
Vtest
C

22

= 1,53 Uo = 200 kV
= 2,5 F

Syamsir Abduh, Pengujian Kabel Tegangan Tinggi XLPE Dengan Menggunakan Teknik After

fmin
I
P

= 50 Hz
= 30 A, 8 h ON/16h OFF
= 20 MVA

Sistem pengujian tambahan dilakukan terhadap kebel transmisi


berisolasi gas 440 kV dengan faktor 80% dari level pengujian rutin
sehingga Vtest = 0,8. 630kV = 504 kV. Sistem pengujian tambahan tersebut
merupakan sistem pengujian yang juga sesuai terhadap kabel dengan rating
110 kV hingga 220 kV. Karena reaktor resonan sekunder diinstal dengan
konstruksi isolasi yang memiliki rating 254 kV maka hasil pengujian yang
diharapkan dapat memenuhi standar.
Reaktor resonan dengan isolasi minyak dibuat khusus untuk bekerja
di luar ruangan. Reaktor tersebut di lengkapi penampung dari logam dan
cincin minyak di udara yang terbuat dari isolasi komposit Kapasitas
induktansinya terbentuk secara magnetisasi linear. Faktor rugi-rugi dapat
diperkecil sekecil mungkin. Selama satu jam pengujian, penghamburan
panas dapat dibantu dengan sistem pendinginan sendiri melalui permukaan
radiator.
Faktor kualitas minimum yang digunakan terbatas hingga lebih dari
100 dengan f = 50 Hz dimana diperlukan daya feeding sebesar 200 kVA
untuk pengujian daya sebesar 50 MVA. Hal ini sama dengan daya yang dirating konverter frekuensi. Untuk itu terdapat dua buah konverter frekuensi
yang bekerja sebagai master dan slave (status master berarti lebih berperan
ketimbang status slave) di dalam dua buah reaktor resonan yang terhubung
seri dan paralel. Penambahan trafo exiter dipasang di sisi primer jika
dirangkai parallel.

3. Pengujian
Pengujian dilaksanakan di Laboratorium Tegangan Tinggi Jurusan
Teknik Elektro Universitas Trisakti
3.1. Tata Cara dan Rangkaian Pengujian
Reaktor resonan digunakan untuk menguji tegangan sehingga 254
kV. Alat ini diletakkan di trailer. Di antara reaktor resonan dan terminal
kabel dipasang suatu impedansi penahanan yang berguna untuk mengurangi
interferensi terhadap pengukuran PD. Selain itu impedansi penahanan juga
berfungsi melindungi reaktor resonan terhadap gejala transien yang cepat,

23

JETri, Tahun Volume 4, Nomor 1, Agustus 2004, Halaman 21-28, ISSN 1412-0372

jika sewaktu-waktu terjadi kerusakan, impedansi penahanan tersebut


dipasang di dua sisi, yaitu diletakkan di sebuah pembagi tegangan kapasitif
dan diletakkan di sebuah pendukung.
Unit kontrol dan suplai pengatur tegangan mengatur sinyal tegangan
yang dikeluarkan pembagi tegangan untuk digunakan dalam pengaturan
tegangan dan pengukuran. Pengujian tegangan juga dilakukan dengan
penambahan kapasitif terintegrasi di cincin saluran keluar (outgoing
bushing) reaktor resonan.
Untuk mendukung faktor keamanan dalam pengujian kabel,
digunakan saklar pemutus sekunder yang dapat bekerja sendiri. Untuk
sinkronisasi sistem pengukuran PD untuk pengujian tegangan fasa, sinyal
AC ditransmisikan melalui hubungan optik menuju ruang kontrol.
Rangkaian Pengujian secara lengkap ditampillkan seperti Gambar 1.
RSS
220

RSS

RSS

EW

R6

RNI
CS

RCK

ES

CK

TSM
TR
F

RSM

SM1

RSL 1, 2, 3
RPS
RPS

T.O

SV

ZG

Gambar 1. Rangkaian Pengujian


Keterangan Gambar:
TH
= Transformator Tegangan Tinggi
D
= Diode Tegangan Tinggi
CS
= Kapasitor Impuls
RM1 = Tahanan Pengukuran Dengan Jack Pengujian
EW
= Tahanan Pentanahan
ES
= Saklar Pentanahan
TSM = Sistem Pengukur Arus Sekunder Transformator TH

24

RD
SSS

Syamsir Abduh, Pengujian Kabel Tegangan Tinggi XLPE Dengan Menggunakan Teknik After

RSM
SM1
ZG
RSS
CK
RCK
RPS
RSL1
RD
SSS
SV
TO
R6
F

= Sistem Pengukuran Arus dc Sekunder Shunt


= Sistem Pengukuran Tegangan dc
= Penguat Impuls
= Tahanan muka tegangan impuls surja hubung
= Kapasitor kopling impuls
= Tahanan kopling
= Tahanan ekor tegangan impuls surja hubung
= Tahanan muka tegangan impuls kilat
= Tahanan peredam impuls kilat
= Bagian sekunder pembagi tegangan
= Volt meter puncak impuls ( Impuls Peak Voltmeter )
= Obyek pengujian ( Test Object )
= Tahanan peredam tegangan ac
= Arrester.

3.2. Pengujian Tegangan AC


Sejak pengujian yang mengikutsertakan observasi level PD
dilakukan, pengujian tegangan meningkat hingga 50 kV/5 menit hingga
pengujian tegangan final dicapai.
Dalam pengujian bagian pertama, tiap fasa dari masing-masing
sistem diuji berurutan. Pengujian ini sesuai dengan yang diminta oleh
Bewag, menggunakan tegangan 254 kV selama 15 menit kemudian
menggunakan tegangan 230 kV selama 45 menit. Dengan kapasitansi kabel
sebesar 0,190 F/km, maka fekuensi resonan yang dihasilkan sebesar 37
Hz.
Bagian kedua dari pengujian merupakan sebuah pengujian beban
yang menggunakan arus sebesar 1685 hingga 1900 A terhadap jalur kabel.
Lebih dari 20 hari, berbagai beban digunakan untuk mengetahui kondisi
diluar dugaan yang kemungkinan dapat terjadi di masa depan. Lebih dari
itu, pengujian juga dilakukan untuk memeriksa efektifitas sistem pendingin
untuk instalasi kabel.
Bagian terakhir pengujian, adalah dengan diterapkannya tegangan uji
sebesar 1,73 Uo yaitu tegangan mencapai 200 kV selama 15 menit, dan
tegangan sebesar 400 kV selama 45 menit. Frekuensi resonan yang
dihasilkan sebesar 26 Hz. Hasil dari pengujian dapat dilihat di Gambar 2.
pada halaman berikut ini.

25

JETri, Tahun Volume 4, Nomor 1, Agustus 2004, Halaman 21-28, ISSN 1412-0372

kV
200
200

100

t (menit)
15.00

Gambar 2. Karakteristik Waktu Pengujian


3.3. Pengukuran PD
Pengukuran PD hanya ditujukan untuk aksesori, karena semua kabel
telah diuji selama pengujian rutin. Instalasi tiap fasa dari kedua sistem
kabel tiga-fasa sepanjang 10 m, mengikutsertakan 2 sambungan dan 2 buah
isolasi bagian ujung (GIS sealing end). Semua penghubung pengarah
aksesoris (accessories directional couplers, lihat referensi nomor 4) ini
digunakan untuk menghubungkan hubungan impuls PD (decoupling of PD
impulses).
Kabel XLPE membutuhkan pengukuran PD secara bersamaan
terhadap semua aksesori tersebut untuk pendeteksi dini terhadap PD yang
terjadi. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan kerusakan
(breakdown). Sensor-sensor kapasitif digunakan untuk isolasi bagian ujung
salah satu dari dua sistem kabel tiga fasa. Walaupun sensor-sensor ini tidak
begitu selektif seperti penghubung pengarah, namun ketidakhalusan yang
terjadi dapat diperkecil di titik ujung isolasi.
3.4. Hasil pengujian
Tidak ada kerusakan yang terjadi selama pengujian berlangsung.
Pengukuran PD terhadap 6 aksesori (2 ujung GIS dan 2 sambungan)
menunjukkan hanya terjadi satu buah masalah PD. Berdasarkan level PD

26

Syamsir Abduh, Pengujian Kabel Tegangan Tinggi XLPE Dengan Menggunakan Teknik After

yang rendah (5 pC hingg 7 pC) pengukuran tambahan dilaksanakan terlebih


dahulu untuk memberi keyakinan sebelum membuka sambungan. Setelah
pelindung sambungan dibuka, ditemukan PD (nilai PD>2) yang
menyebabkan kegagalan. Kesalahan tersebut terjadi karena kesalahan
tempat (displacement) sambungan, kira-kira sebesar 2 cm. Hal ini
dikonfirmasikan dengan teknik pengukuran dengan menggunakan UHF.
Setelah diperbaiki, sambungan dipasang di tempat semula.
Tabel 1. Hasil Pengujian
Sistem
Rating
Daya
Tegangan Uji Kapasitansi Panjang PD
Pengujian Tegangan
Uji
(kv AC)
(F)
Kabel (m) (pC)
Kabel
(kv AC)
(MVA)
a)

100
150
175
200

110 (2,5 Uo)


160
185
200 (2,0 Uo)

3,5
3,5
3,1
3,6

2,5
5,0
7,5
10

1,2
1,2
1,5
1,7

10,0
10,3
15,4
18,5

b)

100
150
175
200

110(2,5 Uo)
160
185
200( Uo)

4,0
5,0
6,2
7,2

2,5
5,0
7,5
10

1,1
1,6
1,6
2,2*

17,2
18,6
19,2
20,0

Catatan:
*70 n F/Km; a) Sistem pengujian tunggal. b) Sistem pengujian rangkaian
paralel.

4. Kesimpulan
Pengujian dengan metode after laying terhadap kabel 200 kV
XLPE dengan sistem pengujian resonan dengan frekuensi tinggi merupakan
sistem yang dapat dibangun di tempat instalasi, mudah pengoperasiannya,
dan tinggi keandalannya. Sistem pengujian ini dapat digunakan untuk
menguji tegangan mencapai 500 kV dan untuk menguji daya hingga 40
MVA. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kualitas keseluruhan kabel 200
kV XLPE adalah dalam kategori baik (lulus uji). Meskipun telah
dilaksanakan pengujian rutin kabel XLPE sebelum diinstal dan pengujian
aksesori, masih tersisa risiko di bagian perakitan di lapangan. Oleh sebab
itu untuk memperkecil risiko yang ada maka dilaksanakan pengujian AC
dan pengukuran PD.

27

JETri, Tahun Volume 4, Nomor 1, Agustus 2004, Halaman 21-28, ISSN 1412-0372

Daftar Pustaka
1. Abduh, Syamsir. 2001. Teknik Tegangan Tinggi: Dasar Pembangkitan
dan Pengukuran, Jakarta: Salemba Teknika.
2. Henningsen, C. H., Polster, K., Muller, K. B., Schroth, R. G. 1998. New
200 kV XLPE long distance cable systems, their first application for the
power supply of Berlin. Disertasi. Berlin: CIGRE Session.
3. Schufft, W. 1995. Powerful frequency-tuned resonant test systems for
after-laying test of 110 kV XLPE cables. 9th ISH Graz, paper 49.86
4. Hauschild, W., Schufft, W., Spielberg, J. Vol 4, 1997. Alternate voltage
on-site testing of XLPE cables: The parameter selection of frequency
tuned resonant test systems. 10th ISH Montreal, , pp. 75-78
5. Pommerenke, D., Strehl, T., Kalkner, W. 1997. Directional coupler
sensor for partial discharge recognition in high voltage cable systems 10.
ISH Montreal. pp. 20-27.

28

Anda mungkin juga menyukai