Selain dari alasan pengujian tersebut, terdapat juga tujuan pengujian tegangan tinggi sebagai berikut:
• Mengidentifikasi kecacatan pada seluruh komponen (kecatatan dapat berupa deteriorasi
material maupun kesalahan dalam instalasi)
• Melakukan pengujian untuk memastikan bahwa setiap bagian dari system dapat bekerja pada
tegangan kerjanya untuk waktu yang tak hingga
• Melakukan pengujian untuk memastikan bahwa isolasi dari setiap bagian system dapat bekerja
dalam taraf tegangan yang berlebih untuk waktu yang terbatas
Pengujian ketahanan waktu pengoperasian terhadap taraf tegangan yang berlebih memiliki hubungan yang
digambarkan oleh Gambar 1.
Pada umumnya, kegagalan sistem tenaga listrik pada saat pengoperasiannya terletak pada sistem isolasi
tegangan tinggi. Kegagalan isolasi disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti kerusakan akibat umur
komponen, kerusakan mekanis, dan karena kerusakan isolasi akibat overvoltage. Pengujian suatu sistem tenaga
listrik bertegangan tinggi dapat bersifat merusak maupun tidak merusak alat yang diuji. Pengujian yang
sifatnya tidak merusak adalah pengukuran yang mengukur besaran yang dimiliki komponen seperti
pengukuran factor daya dielektrik, tahanan isolasi, pengukuran koroan, dan sebagainya. Pengujian yang
bersifat merusak merupakan jenis pengujian yang mensimulasikan pemakaian alat dan melakukan uji apakah
peralatan tersebut dapat berkerja sesuai dengan yang diinginkan. Pengujian destruktif terbagi menjadi tiga
bagian dengan taraf tegangan yang berbeda-beda yaitu:
1. Pengujian ketahanan (withstand test) : pengujian dilakukan dengan tegangan nominal peralatan
tersebut dan jika objek uji tidak menunjukkan kegagalan atau kerusakan maka pengujian dianggap
memuaskan
2. Pengujian pelepasan (discharge test) : pengujian dilakukan dengan menggunakan tegangan yang lebih
tinggi daripada tegangan nominalnya.
3. Pengujian kegagalan (breakdown test) : pengujian dilakukan dengan meningkatkan tegangan sampai
objek yang diuji mengalami kegagalan
Konstruksi dari trafo penguji berbeda dengan trafo tenaga umum. Hal ini dikarenakan karakteristik
aktivitas pengujian yang berbeda dengan trafo distribusi maupun transmisi. Hampir semua trafo penguji
mempunyai sistem isolasi minyak dan memiliki inti yang sederhana. Trafo pengujian tidak memerlukan sistem
pendinginan yang kompleks karena durasi pemakaian trafo penguji sangat singkat dibandingkan dengan trafo
tenaga (30 menit hingga satu jam).
Setiap trafo memiliki konstruksi yang berbeda-beda sesuai dengan taraf tegangan ujinya.
Trafo dengan tegangan 50-60 kV menggunakan tipe konstruksi “polylayer polyline wound disc winding”.
Konstruksi ini memiliki lilitan primer yang digulung pada intinya, sedangkan lilitan sekunder digulung diluar
lilitan primer. Trafo penguji 100kV atau lebih menggunakan metode Fortesque yang menggunakan metode
pelilitan seperti bushing jenis kapasitor. Gulungan pada inti tersebut dililit dengan konfigurasi yang semakin
menjauh dari intinya. Semakin banyak lilitan maka tegangannya akan semakin meningkat. Trafo dengan
metode Fortesque ini menggunakan bahan penghantar seperti timah untuk mendapatkan gradien potential yang
seragam pada tabung isolasi antara gulungan primer dan sekunder.
Dalam konstruksi trafo penguji, meningkatknya tegangan berarti meningkatkan tebal isolasi dari trafo
tersebut. Maka dari itu, ada scenario dimana untuk mencapai tegangan yang sangat tinggi diperlukan beberapa
transformator yang disusun secara kaskade untuk mencapai tegangan uji yang sangat tinggi.
Transformator penguji yang memiliki tingkat perbandingan kumparan yang tinggi sehingga akan
terbentuk kapaistansi tersebar pada trafo penguji yang sangat besar diantara kumparan dan inti. Oleh sebab itu,
meskipun trafo sedang tidak berbeban, akan muncul arus yang mengalir didalamnya. Fenomena ini akan
memunculkan arus leading yang mengalir di dalam trafo atau objek yang diuji. Fenomena ini juga akan
menyebabkan tegangan yang lebih tinggi dari tegangan yang semestinya. Untuk mengkompensasi karakteristik
transformator tersebut, diperlukan sela udara dalam inti dan membesarkan arus yang disalurkan ke
pembangkit.
Akibat adanya kapasitansi dan reaktansi pada trafo uji, muncullah resonansi dengan frekuensi yang
berbeda-beda. Resonansi tersebut akan menghasilkan output tegangan trafo yang berbeda-beda sehingga tidak
sesuai dengan yang diinginkan. Keadaan tersebut dapat dihindari dengan memakai pembangkit gelombang
sinus atau meredam resonansi menggunakan filter. Reaktor digunakan di antara sumber tenaga dan gulungan
primer untuk menghilangkan resonansi sehingga ada perubahan frekuensi resonansi. Resistansi juga dapat
dipasang diantara sumber tenaga dan terminal tegangan rendah untuk meredam frekuensi resonansi.
Dalam pengujian menggunakan trafo penguji, diperlukannya variabilitas yang tinggi. Maka dari itu,
tegangan yang dihasilkan harus dapat diatur secara kontinu mulai dari nol hingga tegangan nominal atau
tegangan paling tingii dari trafo penguji. Aspek variabilitas penting dalam trafo penguji karena dalam proses
pengujian, kita harus menguji ketahanan alat dalam tingkat-tingkat tertentu yang berubah-ubah dengan
perubahan tegangan yang berbeda-beda.
Gulungan Tesla
Gulungan Tesla digunakan untuk menghasilkan listrik bertegangan tinggi dengan frekuensi tinggi.
Sirkuit dasar dari gulungan tesla tersebut adalah sebagai berikut :
Switch S berfungsi untuk menutup sirkuit primer apabila C1 mendapat tenaga dengan tegangan yang
tertentu. Dengan demikian, akan timbul osilasi dalam sirkuit primer yang kemudian akan diteruskan ke sirkuit
dua. Akibat pemidnahan tenaga tersebut, tegangan primer pun akan menurun dan tegangan sekunder akan
naik. Akibat sistem coupling, proses tersebut diulangi dengan arah yang berlawanan.
Gulungan Tesla umumnya dipasang dalam sebuah tabung porselen untuk alasan keamanan akibat
tegangan nominal yang tinggi. Sela udaranya terdapat pada dua bola yang berputar untuk menghindarkan
kerusakan yang terpusat pada satu titik. Contoh konstruksi transformator Tesla 1500kV dengan frekuensi 50
kHz terdapat pada gambar dibawah
Pada trafo ini dihubungkan Induction Voltage Regulator 1 fasa dengan tegangan primer 220 Volt dan
kapasitas 20kVA pada tegangan maksimum 440 Volt. Dengan regulator ini, kita dapat memvariasikan input
tegangan dari trafo pengujian sehingga kita bisa mendapatkan tegangan output dari trafo dari 0 hingga 110kV.
Pengaturan tegangan output dari trafo dapat diatur dengan secara manual maupun otomatis melalui panel
control untuk menjaga keselamatan dalam pengoperasiannya.
Gambar 4 merupakan rangkaian dari trafo pengujian. Hambatan R merupakan hambatan yang
berfungsi untuk melindungi dari terjadinya arus besar pada waktu terjadi pelepasan pada specimen yang diuji.
Besarnya tahanan R bervariasi sesuai dengan tegangan operasi dari rangkaian tersebut yaitu sebesar
1Ohm/Volt. Selain itu, untuk menghindarkan adanya lompatan pada tahanan itu sendiri, jarak antara terminal
tahanan juga divariasikan sesuai dengan tegangan yang akan dipakai yaitu sebesar 0.7-1.1cm/kV. Pengukuran
tidak dapat dilakukan hanya dengan voltmeter, melainkan harus dibantu dengan sela bola atau sphere-gap
yang memiliki galat sebesar 3% dan PT dari kelas 0.2%. Pengukuran dengan sela bola tersebut dilakukan
sehingga tegangan percikan dapat dihitung akibat diameter dari sela bola sudah diketahui.
Gambar 6.a merupakan metode yang menggunakan sebuah ammeter dipasang seri dengan kapasitor C
sehingga tegangan yang diukur dapat dihitung dengan persamaan berikut :
𝐼
𝑉=
2𝜋𝑓𝐶
Dimana I adalah arus pemuat (charging current).
Metode kedua pada gambar 6.b menunjukkan konfigurasi dimana voltmeter dipasang seri dengan kapasitor C.
Nilai tegangan tersebut dapat dihitung dengan persamaan berikut :
𝐶 + 𝐶𝑠
𝑉=𝑣
𝐶
Dimana V = tegangan yang diukur oleh Voltmeter
Cs = kapasitansi dari voltmeter; harganya berubah sedikit bila penunjukan meter berubah
Metode ketiga pada gambar 6.c menunjukkan konfigurasi dimana voltmeter dipasang ke kapasitor Co dan
diserikan dengan kapasitor C. Nilai tegangan dapat diperoleh menggunakan persamaan berikut:
𝐶 + 𝐶𝑠 + 𝐶𝑜
𝑉=𝑣
𝐶
Dimana Co dirangkai secara paralel dengan electrostatic Voltmeter sehingga mengurangi tegangan yang
diterapkan pada voltmeter.
Pembagi Tahanan
Selain pembagi kapasitor, konsep yang sama dapat dilakukan namun dengan menggunakan hambatan
atau sering disebut voltage divider. Pembagi tahanan memiliki kelemahan dalam konstuksinya dimana adanya
batasan dari arus yang dapat dialirkan. Selain itu, hambatan memiliki nilai stray capacitance dan induktansi
yang harus diperhitungkan nilainya untuk memastikan hasil pengukuran yang akurat. Maka dari itu
pengukuran tegangan tinggi menggunakan pembagi kapasitor lebih sering dipakai.
Voltmeter Elektrostatik
Voltmeter elektrostatik merupakan voltmeter yang paling umum digunakan pada pengukuran
tegangan tinggi. Prinsip umum dari voltmeter elektrostatik adalah menggunakan kapasitor plat dimana terdapat
dua plat dengan konfigurasi satu plat bersifat tetap dan plat lainnya bergerak. Kapasitansi dari plat ini dapat
dihitung sebagai berikut:
∈0 𝐴
𝐶= −
𝑙
Disaat kedua plat ini diberi muatan dan memiliki perbedaan potensial, akan muncul gaya pada plat yang dapat
bergerak. Gaya Tarik menarik tersebut dapat dikalibrasi sehingga proporsional terhadap tegangan sehingga
pengukuran dapat dilakukan menggunakan voltmeter ini.
Voltmeter Puncak
Voltmeter puncak merupakan voltmeter yang dapat digunakan untuk pengukuran tegangan tinggi.
Voltmeter puncak umumnya digunakan untuk pengukuran tegagangan tertinggi pada sistem tenaga listrik.
Rangkaian voltmeter puncak atau crest Voltmeter menggunakan rangkaian penyearah sesuai pada gambar
dibawah.
Kesimpulan
Teknik pembangkitan dan pengujian tegangan tinggi dengan arus bolak balik memiliki metode-metode yang
khusus. Transformator pembangkitan untuk pengujian tegangan tinggi harus menghasilkan output tegangan
yang tinggi sehingga membutuhkan rasio lilitan yang besar. Fungsi utama pengujian adalah untuk memastikan
sistem tenaga listrik memiliki keandalan yang tinggi. Pengujian tegangan tinggi dilakukan untuk menguji
apakah objek uji dapat bekerja dalam tegangan nominalnya dalam waktu yang tak hingga dan tegangan diatas/
over voltage dalam waktu yang sementara. Kegagalan dalam suatu sistem tenaga listrik bertegangan tinggi
umumnya terjadi akibat kegagalan dari isolator. Dimana isolator tersebut dapat rusak akibat pecah atau terjadi
deteriorasi pada material mekanis.
Referensi
• High-Voltage Test and Measuring Techniques – Wolfgang Hauschild dan Eberhard Lemke Chapter
1,2, and 6
• Teknik Tegangan Tinggi oleh Artono Arismunandar BAB 1
• IEEE Recommended Practice for Insulation Testing of AC Electric Machinery with High Voltage at
Very Low Frequency," in IEEE Std 433-2009