Anda di halaman 1dari 27

TEKNIK TEGANGAN TINGGI

Tegangan tinggi dalam dunia teknik tenaga listrik(electric power engineering) ialah semua
tegangan yang dianggap cukup tinggi oleh para tenisi listrik sehingga diperlukan pengujian dan
pengukuran dengan tegangan tinggi yang semuannya bersifat khusus dan memerlukan teknik-
teknik tertentu (subyektif), atau dimana gejala-gejala tegangan tinggi mulai terjadi (obyektif).
Berdasarkan atas kebiasaan yang dipakai dalam beberapa buku maka disini yang dicakup
dalam bidang teknik tegangan tinggi adalah permasalahan pokok sebagai berikut:

1. teknik pembangkit dan pengujian tegangan tinggi, termasuk antara laen klasifikasi
pengujian H.V. dalam laboratorium,pembangkit dan pengujian dengan tegangan AC.
pembangkitan dan pengujian dengan tegangan DC, pembangkit dan pengujian dengan
tegangan impuls.
2. koordinasi isolasi, yang menyangkutr persoalan-persoalan koordinasi isolasi antara
peralatan listrik di satu pihak dan alat-alat pelindung di lain pihak.
3. beberapa gejala tegangan tinggi, dimana antara laen akan dibahas soal-soal
korona(corona), gangguan radio(radio interfence),gangguan televise(television
interference) dan gangguan berisik(audible noise).
4. Beberapa komponen peralatan tegangan tinggi, misalnnya isolator, bahan-bahan
dielectric,bushing, dan sebagainnya
5. Instrumentasi tegangan tinggi , misalnnya osilograf dan meter-meter khusus untuk
pengukuran tegangan tinggi
6. Surya hubung, yang berhubungan dengan naiknnya tegangan sejalan dengan kenaikan
tenaga yang harus disalurkan, memegang peranan yang menentukan dalam penetapan
isolasi.

Project terpenting dalam teknik tegangan tinggi adalah INSULATION, yang berarti to
insulate dan to separate. insulator ini terpasang pada tiang tiang transmisi atau distribusi dengan
jalan agar arus tidak mengalir ke tanah melalui tiang atau arus bocor, melainkan menuju ke
konsumen. insulator ini terbuat dari bahan isolator. Perbedaan antara isolator dan konduktor
adalah, bahwa konduktor adalah sangat mudah mengalirkan elektron sedangkan isolator sangat
susah mengalirkan elektron. Hal ini lah yang menjadikan bahan dasar pembuatan isolator.
Suspension isolator : merupakan isolator yang digantung pada tiang distribusi, berbentuk
suatu lempengan keramik yang diapit oleh logam. satu logam unutk tempat bergantung suspensi
ini dan logam lain untuk menggatung kabel transmisi atau distribusi. jadi keramik digunakan
unutk mengisolasi arus, agar tidak bocor ke tanah lewat tiang. penggunaan isolator ini menganut
type tegangannya, misalnya pada tegangan 20 Kv menggunakan 2 suspensi isolator, sedangkan
pada 150 Kv menggunakan 11 suspensi dan 500 Kv menggunakan 33 suspensi.

High Voltage Engineering


Fungsi nya adalah :

1. Untuk mengetes material insulator yang baru


2. Untuk mengetahui tingkat tegangan yang dapat digunakan oleh insulation
material
3. Untuk mengetes exiciting komponen yang ada dalam komponen power system
pada trafo terdapat minyak yang berfungsi sebagai pendingin kumparan dan
mengisolasi tegangan agar tidak bocor ke luar.

Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu
penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan diukur
dalam pengujian tegangan tinggi, yaitu tegangan tinggi bolak-balik, tegangan tinggi searah, dan
tegangan tinggi impuls. Pengujian tegangan tinggi pada umumnya diperlukan untuk mengetahui
apakah peralatan tegangan tinggi yang diuji masih memenuhi standar kualitas dan kebutuhan
yang dispesifikasikan pada peralatan tersebut.
Lingkup studi teknik tegangan tinggi mencakup semua masalah seperti studi tentang korona,
teknik isolasi, tegangan lebih pada sistem tenaga listrik, proteksi tegangan lebih, dan lain-lain.
Dengan begitu banyaknya masalah yang mencakup tegangan tinggi, maka dibutuhkanlah
pengujian tegangan tinggi dengan maksud sebagai berikut:

1. Untuk meneliti sifat-sifat listrik dielektrik yang baru ditemukan, sebagai usaha dalam
menemukan bahan isolasi yang lebih murah.
2. Untuk verifikasi hasil rancangan isolasi baru, yaitu hasil rancangan yang telah dikurangi
volume isolasinya.
3. Untuk memeriksa kualitas peralatan sebelum terpasang, hal ini dilakukan untuk
menghindarkan kerugian bagi pemakai peralatan.
4. Untuk memeriksa kualitas peralatan setelah beroperasi dalam rangka mengurangi
kerugian semasa pemeliharaan.

Perlunya pengujian tegangan tinggi seperti diuraikan di atas menuntut adanya cabang studi
tegangan tinggi yang membahas khusus pengujian tegangan tinggi. Studi ini akan mempelajari
cara kerja dan karakteristik peralatan-peralatan uji tegangan tinggi dan prosedur pengujian yang
telah distandarisasi. Adapun peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk pengujian tegangan
tinggi adalah:

1. Pembangkit tegangan tinggi yang terdiri atas: pembangkit tegangan tinggi AC,
pembangkit tegangan tinggi DC, dan pembangkit tegangan tinggi impuls.
2. Alat ukur tegangan tinggi yang terdiri atas alat ukur tegangan tinggi DC, alat ukur
tegangan tinggi AC, dan alat ukur tegangan tinggi impuls.
3. Alat pengukur sifat listrik dielektrik, antara lain alat ukur rugi-rugi dielektrik, alat ukur
tahanan isolasi, alat ukur konduktivitas, dan alat ukur peluahan parsial.

A. Tegangan Tinggi AC

Dalam laboratorium diperlukan tegangan tinggi bolak-balik untuk percobaan dan pengujian
dengan arus bolak-balik serta untuk membangkitkan tegangan tinggi searah dan pulsa. Trafo uji
yang biasa digunakan untuk keperluan tersebut memiliki daya yang lebih rendah serta
perbandingan belitan yang jauh lebih besar daripada trafo daya. Arus primer biasanya disulang
dengan ototrafo sedangkan untuk kasus khusus disulang dengan pembangkit sinkron.
Hampir semua pengujian dan percobaan dengan tegangan tinggi bolak-balik mensyaratkan
nilai tegangan yang teliti. Hal tersebut umumnya hanya akan terpenuhi jika pengukuran
dilakukan pada sisi tegangan tinggi; untuk itu telah disusun berbagai cara dalam mengukur
tegangan tinggi bolak-balik.
Bentuk V(t) untuk tegangan tinggi bolak-balik sering menyimpang dari bentuk sinus. Dalam
teknik tegangan tinggi, nilai puncak dan nilai efektif Vef memiliki arti yang sangat penting :
Vrms = 1T0TV2 t dt

Mekanisme Terjadinya Tegangan Tembus Listrik


Suatu dielektrik tidak mempunyai elektron-elektron bebas, melainkan elektron-elektron yang
terikat pada inti atom unsur yang membentuk dielektrik tersebut. Setiap dielektrik mempunyai
batas kekuatan untuk memikul terpaan elektrik. Pada gambar 2.1 ditunjukkan suatu bahan
dielektrik yang ditempatkan di antara dua elektroda piring sejajar. Bila elektroda diberi tegangan
searah V, maka timbul medan elektrik (E) di dalam dielektrik. Medan elektrik ini memberi gaya
kepada electron-elektron agar terlepas dari ikatannya dan menjadi electron bebas. Dengan kata
lain, medan elektrik merupakan suatu beban yang menekan dielektrik agar berubah sifat menjadi
konduktor.
Jika terpaan elektrik yang dipikulnya melebihi batas tersebut dan terpaan berlangsung cukup
lama, maka dielektrik akan menghantar arus atau gagal melaksanakan fungsinya sebagai isolator.
Dalam hal ini dielektrik disebut tembus listrik atau “breakdown”. Terpaan elektrik tertinggi
yang dapat dipikul suatu dielektrik tanpa menimbulkan dielektrik tembus listrik disebut kekuatan
dielektrik. Jika suatu dielektrik mempunyai kekuatan dielektrik , maka terpaan elektrik yang
dapat dipikulnya adalah . Ek≤ Ek
Jika terpaan elektrik yang dipikul dielektrik melebihi , maka di dalam dielektrik akan terjadi
proses ionisasi berantai yang akhirnya dapat membuat dielektrik mengalami tembus listrik.
Proses ini membutuhkan waktu dan lamanya tidak tentu tetapi bersifat statistik. Waktu yang
dibutuhkan sejak mulai terjadi ionisasi sampai terjadi tembus listrik disebut waktu tunda tembus
(time lag). Jadi tidak selamanya terpaan elektrik dapat menimbulkan tembus listrik, tetapi ada
dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu: (1) terpaan elektrik yang dipikul dielektrik harus lebih
besar atau sama dengan Ek yaitu kekuatan dielektriknya dan (2) lama terpaan elektrik
berlangsung lebih besar atau sama dengan waktu tunda tembus.
Tegangan yang menyebabkan dielektrik tersebut tembus listrik disebut tegangan tembus atau
breakdown voltage. Tegangan tembus adalah besar tegangan yang menimbulkan terpaan elektrik
pada dielektrik sama dengan atau lebih besar daripada kekuatan dielektriknya.
GENERATOR AC (ALTERNATOR)
Hampir semua tenaga listrik yang dipergunakan saat ini bekerja pada sumber tegangan bolak
balik (ac), karenanya, generator ac adalah alat yang paling penting untuk menghasilkan tenaga
listrik. Generator ac, umumnya disebut alternator, bervariasi ukurannya sesuai dengan beban
yang akan disuplai. Sebagai contoh, alternator pada PLTA mempunyai ukuran yang sangat besar,
membangkitkan ribuan kilowatt pada tegangan yang sangat tinggi. Contoh lainnya adalah
alternator di mobil, yang sangat kecil sebagai perbandingannya. Beratnya hanya beberapa
kilogram dan menghasilkan daya sekitar 100 hingga 200 watt, biasanya pada tegangan 12 volt.

Dasar-dasar Generator AC
Berapapun ukurannya, semua generator listrik, baik ac maupun dc, bergantung kepada
prinsip induksi magnet. EMF diinduksikan dalam sebuah kumparan sebagai hasil dari (1)
kumparan yang memotong medan magnet, atau (2) medan magnet yang memotong sebuah
kumparan. Sepanjang ada gerak relative antara sebuah konduktor dan medan magnet, tegangan
akan diinduksikan dalam konduktor. Bagian generator yang mendapat induksi tegangan adalah
armature. Agar gerak relative terjadi antara konduktor dan medan magnet, semua generator
haruslah mempunyai dua bagian mekanis yaitu rotor dan stator.

ROTATING-ARMATURE ALTERNATOR
Alternator armature bergerak (rotating-armature alternator) mempunyai konstruksi yang
sama dengan generator dc yang mana armature berputar dalam sebuah medan magnet stasioner.
Pada generator dc, emf dibangkitkan dalam belitan armature dan dikonversikan dari ac ke dc
dengan menggunakan komutator (sebagai penyearah). Pada alternator, tegangan ac yang
dibangkitkan tidak diubah menjadi dc dan diteruskan kepada beban dengan menggunakan slip
ring. Armature yang bergerak dapat dijumpai pada alternator untuk daya rendah dan umumnya
tidak digunakan untuk daya listrik dalam jumlah besar.
ROTATING-FIELD ALTERNATORS
Alternator medan berputar mempunyai belitan armature yang stasioner dan sebuah belitan
medan yang berputar. Keuntungan menggunakan system belitan armature stasioner adalah
bahwa tegangan yang dihasilkan dapat dihubungkan langsung ke beban.
Jenis armature berputar memerlukan slip ring dan sikat untuk menghantarkan arus dari
armature ke beban. Armature, sikat dan slip ring sangat sulit untuk diisolasi, dan percikan bunga
api dan hubung singkat dapat terjadi pada tegangan tinggi. Karenanya, alternator tegangan tinggi
biasanya menggunakan jenis medan berputar. Karena tegangan yang dikenakan pada medan
berputar adalah tegangan searah yang rendah, problem yang dijumpai pada tegangan tinggi tidak
terjadi.
Armature stasioner, atau stator, pada alternator jenis ini mempunyai belitan yang dipotong
oleh medan putar (rotating magnetic field). Tegangan yang dibangkitkan pada armature sebagai
hasil dari aksi potong ini adalah tegangan ac yang akan dikirimkan kepada beban. Stator terdiri
dari inti besi yang dilaminasi dengan belitan armature yang melekat pada inti ini.
Tegangan tinggi adalah semua tegangan yang dianggap cukup tinggi oleh teknisi listrik,
sehingga dibutuhkan pengujian dan pengukuran. Standar tegangan tinggi di dunia umumnya
berbeda-beda, tergantung kemajuan negaranya masing-masing. Di Indonesia, level tegangan
dibagi menjadi 4 macam, yakni: Tegangan Rendah (220-380 V), Tegangan Menengah (7-20 kV),
Tegangan Tinggi (30-150 kV), dan Tegangan Extra Tinggi (500 kV). Untuk transmisi biasa
digunakan Tegangan Tinggi dan Extra Tinggi sedangkan untuk distribusi menggunakan

Tegangan Rendah dan Menengah.


Pengujian tegangan tinggi perlu dilakukan untuk beberapa tujuan, diantaranya:

1. Menemukan bahan (di dalam atau yang menjadi komponen suatu alat tegangan tinggi)
yang kurang baik kualitasnya, atau cara pembuatannya salah.
2. Memberikan jaminan bahwa alat-alat listrik dapat dipakai pada tegangan normalnya
dalam jangka waktu yang tidak terbatas.
3. Memberikan jaminan bahwa isolasi alat-alat dapat tahan terhadap tegangan lebih (yang
didapati dalam praktek operasi sehari-hari) untuk waktu terbatas.
Pengujian tegangan tinggi dibagi menjadi dua jenis berdasarkan pengaruhnya terhadap bahan
yang diujikan, yakni destruktif (merusak) dan non destruktif. Pengujian destruktif terdiri dari tiga
tahap.

1. Withstand Test (Uji Ketahanan). Pada tes ini, alat/bahan akan diberikan tegangan dalam
jangka waktu tertentu. Jika tidak terjadi lompatan api, maka pengujian dianggap
memuaskan.
2. Discharge Test (Uji Pelepasan). Pada tes ini, alat/bahan diberikan tegangan yang lebih
tinggi daripada tegangan sebelumnya. Tegangan terus dinaikkan hingga terjadi pelepasan
pada benda yang diujikan.
3. Breakdown Test (Uji Kegagalan). Pada tes ini, tegangan yang diberikan terus dinaikkan
hingga terjadi kegagalan pada bahan/alat yang diujikan.

Pengujian non destruktif adalah pengujian yang tidak merusak bahan. Contohnya Uji tahanan
isolasi, faktor rugi-rugi dielektrik, korona, konduktivitas, medan elektrik, dan lain-lain.
Berdasarkan jenis tegangannya, pengujian tegangan tinggi dibagi menjadi dua jenis,
pengujian tegangan tinggi AC dan pengujian tegangan tinggi DC. Untuk tegangan AC,
dibedakan berdasarkan frekuensi tinggi atau rendah.
Pengujian tegangan tinggi AC frekuensi rendah dilakukan untuk menyelidiki apakah
peralatan listrik yang terpasang pada jaringan tegangan tinggi dapat menahan tegangan yang
melebihi tegangan operasinya untuk waktu yang terbatas. Hal ini dilakukan karena tidak
selamanya tegangan yang diberikan ke peralatan tersebut stabil. Ada kalanya tegangan yang
diberikan melebihi batas nominalnya karena putusnya kawat saluran atau hal lainnya.
Pengujian tegangan tinggi AC frekuensi tinggi dilakukan untuk berbagai menguji adanya
kerusakan-kerusakan mekanis (keretakan, kantong udara, dan lain-lain) pada isolator, terutama
isolator porselen. Tegangan tinggi ini memungkinkan adanya lompatan api pada isolator
tersebut. Frekuensi tinggi memungkinkan terjadinya rambatan pada kulit isolator yang diuji.
Apabila isolator yang diuji tidak terdapat kerusakan mekanis, maka arus akan merambat melalui
permukaan isolator. Apabila isolator yang diuji mengalami kerusakan mekanis, tidak akan
terlihat percikan api pada bagian kulit karena arus merambat melalui bagian dalam isolator yang
mengalami keretakan (adanya rongga udara).
Tegangan tinggi DC juga perlu diuji. Meskipun tegangan ini tidak banyak digunakan pada
sistem transmisi karena mahal dan sulit mentransformasikan level tegangannya, tegangan ini
memiliki kelebihan jika digunakan pada sistem transmisi, antara lain:

1. Dengan tegangan puncak dan rugi daya yang sama kapasitas penyaluran dengan tegangan
searah lebih tinggi diibandingkan dengan tegangan bolak balik
2. Pengisolasian tegangan searah lebih sederhana
3. Daya guna (efisiensi) lebih tinggi karena faktor dayanya = 1
4. Pada penyaluran jarak jauh dengan tegangan searah tidak ada persoalan perubahan
frekuensi dan stabilitas
5. Untuk rugi korona dan radio interferensi tertentu tegangan searah dapat dinaikkan lebih
tinggi daripada tegangan bolak balik

Pada tegangan tinggi, terdapat berbagai fenomena-fenomena yang terjadi, diantaranya:

1. Sparkover, merupakan peristiwa pelepasan benda akibat tegangan tinggi yang tidak
melalui permukaan. Contohnya pada isolasi cair.
2. Flashover, merupakan peristiwa pelepasan benda akibat tegangan tinggi yang melalui
permukaan.
3. Korona, merupakan peristiwa ionisasi molekul-molekul udara diantara dua kawat sejajar
bertegangan tinggi, karena medan listrik yang kuat. Medan listrik itu akan mempercepat
elektron, sehingga menumbuk molekul-molekul lain dan mengakibatkan terlepasnya
ikatan muatan positif dan muatan negatif.
4. Skin effect, merupakan peristiwa mengalirnya arus di kulit konduktor, akibat tegangan
dengan frekuensi tinggi.

Salah satu peralatan yang digunakan untuk pengujian ini adalah transformator penguji. Trafo
ini berbeda dengan trafo daya. Ciri-ciri trafo penguji antara lain: perbandingan jumlah lilitan
lebih besar dibandingkan dengan trafo daya, kapasitas kVA-nya kecil dibandingkan dengan
kapasitas trafo daya. Biasanya dipakai transformator satu fasa, karena pengujian dilakukan fasa
demi fasa.
Karena udara merupakan media isolasi yang paling banyak digunakan dalam teknik tegangan
tinggi, perlu diteliti bagaimana karakteristik udara akibat kenaikan tegangan yang diberikan. Hal
ini berguna untuk perencanaan instalasi listrik. Kegagalan yang terjadi pada isolasi disebabkan
oleh beberapa hal, seperti kerusakan mekanis, isolator yang sudah lama dipakai sehingga
berkurang kekuatan dielektriknya, atau karena tegangan lebih. Tegangan tembus dari isolasi
udara ini dipengaruhi bentuk elektroda dan juga jarak antar dua elektroda tersebut.
Nilai tegangan tembus akan semakin tinggi apabila jarak antar elektroda semakin besar.
Tegangan tembus juga lebih besar saat elektroda yang digunakan bertipe bola-flat. Pada tipe
bola-flat, tegangan tembusnya lebih besar karena bentuk geometris elektroda bola. Bentuknya
yang seperti itu menyebabkan distribusi muatan tersebar di seluruh permukaan bola. Elektron
akan sulit terlepas dari elektroda ini. Dan untuk melepaskan elektronnya (menyebabkan
terjadinya lompatan api), dibutuhkan energi yang besar. Oleh sebab itulah tegangan tembusnya
juga semakin besar.
Pada tipe jarum-flat, tegangan tembusnya lebih kecil karena bentuk geometrisnya. Elektron-
elektron memiliki kecenderungan untuk berkumpul di titik sudut. Karenanya, tipe jarum ini
sangat memungkin elektron-elektron berkumpul di bagian ujung elektrodanya. Elektron akan
lebih mudah terlepas dari elektroda dan menimbulkan lompatan api. Sehingga energi yang dapat
menyebabkan terjadinya lompatan api tidak terlalu besar dibandingkan bentuk bola, tegangan
tembusnya pun lebih kecil.
Untuk pengaruh jarak antar elektroda dan tegangan tembus, berkaitan dengan medan listrik
yang berada diantara elektroda. Seperti yang diketahui, medan listrik secara matematis
merupakan perbandingan antara tegangan antar elektoda dengan jaraknya. Nilai medan listrik
yang menyebabkan terjadinya lompatan api, dipengaruhi oleh karakteristik suhu dan kerapatan
udara, sehingga nilainya cenderung tetap. Oleh karena itu, apabila jarak antar elektroda semakin
kecil, maka tegangan tembusnya juga semakin kecil. Apabila jarak antar elektroda semakin
besar, maka tegangan tembusnya juga besar.
Penjelasan lain adalah, apabila jarak antar elektroda kecil, energi yang diperlukan untuk
mendorong terjadinya ionisasi diantara dua elektroda itu kecil. Jadi hanya dibutuhkan tegangan
tembus yang kecil agar bisa menyebabkan terjadi lompatan api. Sebaliknya jika jarak antar
elektroda besar, molekul-molekul udara yang harus diionisasi agar bisa menciptakan lompatan
api sangat banyak, membutuhkan energi besar untuk mengionisasinya. Sehingga tegangan
tembusnya tinggi.

Pembangkit Tegangan Tinggi DC


Pembangkit tegangan tinggi DC umumnya banyak digunakan dalam fisika terapan seperti
instrumen dalam bidang nuklir (akselerator, mikroskop elektron), peralatan elektromedik (x-ray),
peralatan industri (presipitat dan penyaringan gas buang di pembangkit listrik, industri semen,
pengecatan elektrostatik dan pelapisan serbuk) atau eletronika komunikasi (televisi). Kebutuhan
bentuk tegangan, tingkat tegangan dan besar arus serta kestabilan dari pembangkit tegangan
tinggi tersebut akan berbeda satu aplikasi dengan lainnya. Salah satu prinsip untuk
membangkitkan tegangan tinggi menggunakan n-tingkat sirkuit bertingkat satu fasa Cockcroft –
Walton atau Greinacher. Prinsip ini digambarkan pada gambar di bawah ini.

Dari rangkaian diatas, tegangan pada titik 1’, 2’ sampai titik ke-n’ terjadi osilasi dari
tegangan V(t). Tegangan pada titik 1’, 2’ sampai titik ke-n’ tetap konstan terhadap ground.
Tegangan yang melintas seluruh kapasitor merupakan sinyal DC dengan besar tegangannya
2Vmax untuk setiap tingkatan kapasitor, kecuali pada kapasitor C’n yang maksimumnya hanya
Vmax. Tegangan pada penyearah D1, D’1 sampai D’n sebesar 2Vmax atau dua kali puncak
tegangan AC dan keluaran HV akan mencapai maksimum 2nVmax. Jumlah tingkat pada rangkaian ini
sangat terbatas pada arus yang akan melewati beban. Prinsip lainnya pelipat tegangan menggunakan tranformator.
Penggunaan transformator sebagai pelipat teganganpun dapat dilakukan secara bertingkat. Prinsip ini digambarkan
pada gambar di bawah ini :

Pada setiap tingkat, transformator memiliki low voltage pada lilitan primernya (1) dan high
voltage pada lilitan sekundernya (2) dan low voltage pada lilitan tersiernya (3) yang terhubung
dengan lilitan primer pada tingkat berikutnya. Para rangkaan ini, transformator terendah harus
mencatu energi ke transformator ditingkat berikutnya. Pada Gambar 3b ditunjukkan skematik
rangkaian didalam flyback transformator yang menggunakan prinsip rangkaian induktor seperti
yang ditunjukkan pada pada rangkaian transformator bertingkat pada Gambar 2a.
PERANCANGAN PEMBANGKIT TEGANGAN TINGGI DC
Adapun diagram blok untuk pembangkit tegangan tinggi DC untuk sistem electrospinning
pada gambar di bawah ini :

PEMELIHARAAN PERALATAN LISTRIK TEGANGAN TINGGI


Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian tindakan atau proses
kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah terjadinya gangguan yang menyebabkan
kerusakan.
Tujuan pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah untuk menjamin kontinyunitas
penyaluran tenaga listrik dan menjamin keandalan, antara lain :

a. Untuk meningkatkan reliability, availability dan effiency.


b. Untuk memperpanjang umur peralatan.
c. Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan peralatan.
d. Meningkatkan Safety peralatan.
e. Mengurangi lama waktu padam akibat sering gangguan.

Faktor yang paling dominan dalam pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah
pada sistem isolasi. Isolasi disini meliputi isolasi keras (padat) dan isolasi minyak (cair). Suatu
peralatan akan sangat mahal bila isolasinya sangat bagus, dari demikian isolasi merupakan
bagian yang terpenting dan sangat menentukan umur dari peralatan.
Untuk itu kita harus memperhatikan / memelihara sistem isolasi sebaik mungkin, baik
terhadap isolasinya maupun penyebab kerusakan isolasi. Dalam pemeliharaan peralatan listrik
tegangan tinggi kita membedakan antara pemeriksaan / monitoring (melihat, mencatat, meraba
serta mendengar) dalam keadaan operasi dan memelihara (kalibrasi / pengujian, koreksi /
resetting serta memperbaiki / membersihkan ) dalam keadaan padam.
Persoalan-persoalan dalam teknik tegangan tinggi merupakan persoalan yang menyangkut
segala hal yang ditimbulkan oleh adanya tegangan tinggi atau oleh adanya perubahan dari
tegangan yang relatif rendah ke tegangan tinggi dan persoalan-persoalan teknis yang timbul
karena adanya tegangan tinggi tersebut.Persoalannya cukup luas sehingga kadang-kadang sukar
diketahui batasnya dimana persoalan transmisi berhenti dan persoalan teknik tegangan tinggi
mulai atau sebaliknya. Karena luasnya persoalan tegangan tinggi ini maka persoalan dibatasi
pada hal-hal sebagai berikut :
Medan Listrik dan kekuatan listrik, dengan semakin tingginya tegangan yang dipakai, maka
bahan isolasi semakin sulit untuk dibuat, isolasi dapat tembus dan membuat peralatan rusak atau
harus diperbaiki. Medan listrik E perlu diperhatikan karena akibat medan listrik E ini partikel
media isolasi mendapat energi ekstra (kinetic energy) dan kalau energi ini cukup besar maka
bahan isolasi menjadi rusak dan menghantarkan arus listrik. Kekuatan listrik suatu bahan bisa
dianggap sebagai batas dimana bahan bila dikenai tegangan yang lebih dari itu akan rusak.
Kelihatannya ini tidak menimbulkan masalah tetapi kekuatan listrik ini untuk tegangan tinggi
dipengaruhi oleh tekanan, suhu, kuat medan, bentuk tegangan, adanya ketidak murnian dalam
isolasi (impuirities), gelembung udara dan lain-lain faktor, untuk mengetahui parameter atau
faktor-faktor inilah kita perlu mempelajari bagaimana proses breakdown atau tembus suatu
media isolasi.
Untuk mentest peralatan tegangan tinggi diperlukan peralatan-peralatan dan teknik yang
khusus.Perlu dipelajari bagaimana mensimulasikan keadaan yang sebenarnya, misalnya akibat
petir atau tegangan surja hubung (switching surge).Pengujian tegangan tinggi meliputi tegangan
AC, DC dan impulse yaitu untuk surja hubung dan petir.
Masalah yang lain adalah koordinasi isolasi. Tegangan lebih tidak dapat dihindarkan untuk
ini perlu ada pengaman-pengaman dan juga koordinasi peralatan (isolasi) sehingga peralatan
yang ada tidak rusak akibat pulsa-pulsa tegangan lebih (impuls).
Timbul juga gangguan-gangguan pada keadaan di sekitar transmisi tegangan tinggi misalnya
gangguan radio (radio interference) dan suara yang berisik.
Desain dari peralatan-peralatan tegangan tinggi harus diperhatikan agar tidak terjadi medan
listrik yang terlalu besar sehingga media isolasi tidak sanggup untuk menahannya, Instrumentasi
atau alat ukur. Ini juga dapat membuat masalah tersendiri karena harus cukup aman dan cukup
cermat.
PENGUJIAN TEGANGAN TINGGI

         Pengujian tegangan tinggi bertujuan untuk meneliti sifat-sifat listrik dielektrik menyangkut
kualitas sistem isolasi peralatan tenaga, yaitu memeriksa kualitas peralatan sebelum terpasang
ataupun setelah operasi, untuk menghindarkan kerugian bagi pemakai peralatan dan mengurangi
kerugian semasa pemeliharaannya. Kualitas isolasi berperan pentung dalam menentukan mutu
suatu peralatan listrik, terutama dalam bidang penyaluran transmisi dan distribusi tenaga. Di
antara peralatan tenaga tersebut adalah kabel dan panel switchgear. Kabel merupakan materi inti
dalam transmisi dan distribusi. Sedangkan switchgear memainkan peranan penting pada gardu-
gardu induk sebagai media gabungan penyalur daya sekaligus pengaman sistem tenaga. Karena
itu, dibutuhkan kualitas sistem isolasi yang baik pada kedua peralatan tenaga tersebut untuk
mendukung stabilitas sistem. Maka dibutuhkan pengujian-pengujian tegangan tinggi yang dapat
menentukan kualitas sistem isolasi peralatan-peralatan tenaga listrik, sehingga dapat diperoleh
rancangan yang memiliki ketahanan tinggi, yaitu dengan pengujian tegangan tinggi impuls
maupun pengujian tan δ.
Tujuan

Pengujian tegangan tinggi dimaksudkan untuk :

a. Menemukan bahan (di dalam atau yang menjadi komponen suatu alat tegangan tinggi) yang
kwalitasnya tidak baik atau yang cara membuatnya salah.
b. Memberikan jaminan bahwa alat-alat listrik dapat dipakai pada tegangan normalnya untuk waktu
yang tak terbatas.
c. Memberikan jaminan bahwa isolasi alat-alat listrik dapat tahan terhadap tegangan lebih (yang
didapati dalam praktek operasi sehari-hari) untuk waktu terbatas.
- PENGUJIAN TEGANGAN TINGGI
Dikelompokkan kedalam :
a. Pengujian sifat-sifat dielektrik temuan baru.
b. Pengujian untuk memeriksa kualitas isolasi peralatan listrik.
c. Mengetahui ketahanan isolasi peralatan dalam memikul tegangan lebih yang terjadi
- JENIS-JENIS PENGUJIAN
Pengujian tidak merusak meliputi :
• Pengukuran tahanan isolasi
• Pengukuran faktor rugi-rugi dielektrik
• Pengukuran korona
• Pengukuran konduktivitas
• Pemetaan medan elektrik, dsb
Pengujian bersifat merusak meliputi :
• Pengujian ketahanan (Withstand Test)
• Pengujian Peluahan (Discharge Test)
• Pengujian Kegagalan (Breakdown Test)
- Pengujian ketahanan (Withstand Test) : tegangan diberikan pada benda uji bertahap sampai suatu
nilai diatas tegangan normalnya. Kemudian tegangan dipertahankan tetap dalam waktu terbatas,
jika isolasi peralatan tidak tahan memikul tegangan lebih tersebut,akan terjadi arus bocor yang
besar.
- Pengujian Peluahan (Discharge Test) : mengukur tegangan yang membuat terjadinya peluahan
pada benda uji. tegangan uji diberikan diatas tegangan pengujian ketahanan dan dinaikkan secara
bertahap sampai terjadi peluahan, hasil pengukuran dinyatakan dalam keadaan standar.
- Pengujian kegagalan (Breakdown Test) : mengukur tegangan tembus benda uji, tegangan ini lebih
tinggi dari tegangan peluahan dan dinaikkan secara bertahap sampai benda uji tembus listrik.
- Pengujian Tembus listrik dielektrik padat
- Pengujian waktu singkat (short time test) : kenaikan tegangan tertentu dilakukan untuk waktu 10 –
20s.
- Pengujian bertegangan (step by step test) : tegangan awal dipilih 50% nilai taksiran tegangan
tembus, dengan waktu tertentu secara bertahap tegangan dinaikkan sampai terjadi tembus.
- Pengujian dengan kenaikan tegangan perlahan (slow rate of rise test) : hasil uji awal diperoleh dari
uji singkat, lalu tegangan dinaikkan perlahan hingga terjadi tembus listrik dengan syarat waktu
tembus harus lebih dari 120s

Pada sistem transmisi tenaga listrik dibutuhkan tegangan yang cukup tinggi dari pembangkit
sampai dengan suatu gardu induk. Hal ini dapat diartikan dengan asumsi P(daya) = I(arus) X
V(tegangan). Jaman dahulu sistem transmisi hanya menggunakan tegangan sekitar 30 Kv.
Namun seiring dengan perkembangan jaman dan pertambahan jumlah manusia, konsumsi listrik
menjadi suatu kebutuhan yang penting. Menganut perkembangan listrik tersebut maka tegangan
juga harus naik. mengapa?
Hal ini dapat dikaitkan dengan rumus daya diatas. P=V x I. dengan bertambahnya daya atau
energi (P) dengan V sumber yang tetap, maka Arus(I) akan bertambah juga. Pada sistem
transmisi, anggaplah sebuah kabel itu adalah suatu impedansi(Z), maka akan terjadi drop
tegangan pada kabel itu sebesar Vk=Z (impedansi)x I(arus).
Ketika sumber membangkitkan tegangan sebesar Vs, maka pada konsumen akan menerima
tegangan(Vc) sebesar: Vs-Vk=Vc. Nah tegangan yang diterima konsumen ini (Vc), tidak sebesar
220 volt melainkan kurang dari itu. akibatnya dapat dikatakan bahwa kualitas listrik yang
dihasilkan kurang baik untuk dipakai pada alat alat yang memiliki nominal tegangan 220 volt.
Dengan kata lain, ketika beban naik (P load), maka pada sumber tegangan yang konstan(Vs),
arus(I) akan  naik sesuai dengan hukum daya, maka drop tegangan yang terjadi pada kabel juga
aka naik(Vk), maka tegangan yang diterima konsumen akan turun (Vc), untuk itulah tegangan
perlu dinaikkan agar arus mengecil dan drop tegangan yang terjadi juga semakin kecil, sehingga
tegangan yang diberikan ke konsumen (Vc) akan meningkatkan kualitasnya.adapun cara lain
adalah memparalel kabel dan memperbesar jenis kabelnya.
Project terpenting dalam teknik tegangan tinggi adalah INSULATION, yang berarti to
insulate dan to separate. insulator ini terpasang pada tiang tiang transmisi atau distribusi dengan
jalan agar arus tidak mengalir ke tanah melalui tiang atau arus bocor, melainkan menuju ke
konsumen. insulator ini terbuat dari bahan isolator.
perbedaan antara isolator dan konduktor adalah, bahwa konduktor adalah sangat mudah
mengalirkan elektron sedangkan isolator sangat susah mengalirkan elektron. Hal ini lah yang
menjadikan bahan dasar pembuatan isolator.
suspension isolator : merupakan isolator yang digantung pada tiang distribusi, berbentuk
suatu lempengan keramik yang diapit oleh logam. satu logam unutk tempat bergantung suspensi
ini dan logam lain untuk menggatung kabel transmisi atau distribusi. jadi keramik digunakan
unutk mengisolasi arus, agar tidak bocor ke tanah lewat tiang. penggunaan isolator ini menganut
type tegangannya, misalnya pada tegangan 20 Kv menggunakan 2 suspensi isolator, sedangkan
pada 150 Kv menggunakan 11 suspensi dan 500 Kv menggunakan 33 suspensi.

High Voltage Engineering


fungsi nya adalah :

1. untuk mengetes material insulator yang baru


2. untuk mengetahui tingkat tegangan yang dapat digunakan oleh insulation material
3. untuk mengetes exiciting komponen yang ada dalam komponen power system pada trafo
terdapat minyak yang berfungsi sebagai pendingin kumparan dan mengisolasi tegangan
agar tidak bocor ke luar.

Berdasarkan jenis tegangannya, pengujian tegangan tinggi dibagi menjadi dua jenis,
pengujian tegangan tinggi AC dan pengujian tegangan tinggi DC. Untuk tegangan AC,
dibedakan berdasarkan frekuensi tinggi atau rendah.
Pengujian tegangan tinggi AC frekuensi rendah dilakukan untuk menyelidiki apakah
peralatan listrik yang terpasang pada jaringan tegangan tinggi dapat menahan tegangan yang
melebihi tegangan operasinya untuk waktu yang terbatas. Hal ini dilakukan karena tidak
selamanya tegangan yang diberikan ke peralatan tersebut stabil. Ada kalanya tegangan yang
diberikan melebihi batas nominalnya karena putusnya kawat saluran atau hal lainnya.
Pengujian tegangan tinggi AC frekuensi tinggi dilakukan untuk berbagai menguji adanya
kerusakan-kerusakan mekanis (keretakan, kantong udara, dan lain-lain) pada isolator, terutama
isolator porselen. Tegangan tinggi ini memungkinkan adanya lompatan api pada isolator
tersebut. Frekuensi tinggi memungkinkan terjadinya rambatan pada kulit isolator yang diuji.
Apabila isolator yang diuji tidak terdapat kerusakan mekanis, maka arus akan merambat melalui
permukaan isolator. Apabila isolator yang diuji mengalami kerusakan mekanis, tidak akan
terlihat percikan api pada bagian kulit karena arus merambat melalui bagian dalam isolator yang
mengalami keretakan (adanya rongga udara).
Tegangan tinggi DC juga perlu diuji. Meskipun tegangan ini tidak banyak digunakan pada
sistem transmisi karena mahal dan sulit mentransformasikan level tegangannya, tegangan ini
memiliki kelebihan jika digunakan pada sistem transmisi, antara lain:

1. Dengan tegangan puncak dan rugi daya yang sama kapasitas penyaluran dengan tegangan
searah lebih tinggi diibandingkan dengan tegangan bolak balik
2. Pada penyaluran jarak jauh dengan tegangan searah tidak ada persoalan perubahan
frekuensi dan stabilitas
3. Untuk rugi korona dan radio interferensi tertentu tegangan searah dapat dinaikkan lebih
tinggi daripada tegangan bolak balik

Pada tegangan tinggi, terdapat berbagai fenomena-fenomena yang terjadi, diantaranya:

1. Sparkover, merupakan peristiwa pelepasan benda akibat tegangan tinggi yang tidak
melalui permukaan. Contohnya pada isolasi cair.
2. Flashover, merupakan peristiwa pelepasan benda akibat tegangan tinggi yang melalui
permukaan.
3. Skin effect, merupakan peristiwa mengalirnya arus di kulit konduktor, akibat tegangan
dengan frekuensi tinggi.

Salah satu peralatan yang digunakan untuk pengujian ini adalah transformator penguji. Trafo
ini berbeda dengan trafo daya. Ciri-ciri trafo penguji antara lain: perbandingan jumlah lilitan
lebih besar dibandingkan dengan trafo daya, kapasitas kVA-nya kecil dibandingkan dengan
kapasitas trafo daya. Biasanya dipakai transformator satu fasa, karena pengujian dilakukan fasa
demi fasa.
Karena udara merupakan media isolasi yang paling banyak digunakan dalam teknik tegangan
tinggi, perlu diteliti bagaimana karakteristik udara akibat kenaikan tegangan yang diberikan. Hal
ini berguna untuk perencanaan instalasi listrik. Kegagalan yang terjadi pada isolasi disebabkan
oleh beberapa hal, seperti kerusakan mekanis, isolator yang sudah lama dipakai sehingga
berkurang kekuatan dielektriknya, atau karena tegangan lebih. Tegangan tembus dari isolasi
udara ini dipengaruhi bentuk elektroda dan juga jarak antar dua elektroda tersebut.
Nilai tegangan tembus akan semakin tinggi apabila jarak antar elektroda semakin besar.
Tegangan tembus juga lebih besar saat elektroda yang digunakan bertipe bola-flat.
Pada tipe bola-flat, tegangan tembusnya lebih besar karena bentuk geometris elektroda bola.
Bentuknya yang seperti itu menyebabkan distribusi muatan tersebar di seluruh permukaan bola.
Elektron akan sulit terlepas dari elektroda ini. Dan untuk melepaskan elektronnya (menyebabkan
terjadinya lompatan api), dibutuhkan energi yang besar. Oleh sebab itulah tegangan tembusnya
juga semakin besar.
Pada tipe jarum-flat, tegangan tembusnya lebih kecil karena bentuk geometrisnya. Elektron-
elektron memiliki kecenderungan untuk berkumpul di titik sudut. Karenanya, tipe jarum ini
sangat memungkin elektron-elektron berkumpul di bagian ujung elektrodanya. Elektron akan
lebih mudah terlepas dari elektroda dan menimbulkan lompatan api. Sehingga energi yang dapat
menyebabkan terjadinya lompatan api tidak terlalu besar dibandingkan bentuk bola, tegangan
tembusnya pun lebih kecil.
Untuk pengaruh jarak antar elektroda dan tegangan tembus, berkaitan dengan medan listrik
yang berada diantara elektroda. Seperti yang diketahui, medan listrik secara matematis
merupakan perbandingan antara tegangan antar elektoda dengan jaraknya. Nilai medan listrik
yang menyebabkan terjadinya lompatan api, dipengaruhi oleh karakteristik suhu dan kerapatan
udara, sehingga nilainya cenderung tetap. Oleh karena itu, apabila jarak antar elektroda semakin
kecil, maka tegangan tembusnya juga semakin kecil. Apabila jarak antar elektroda semakin
besar, maka tegangan tembusnya juga besar. Penjelasan lain adalah, apabila jarak antar elektroda
kecil, energi yang diperlukan untuk mendorong terjadinya ionisasi diantara dua elektroda itu
kecil. Jadi hanya dibutuhkan tegangan tembus yang kecil agar bisa menyebabkan terjadi
lompatan api. Sebaliknya jika jarak antar elektroda besar, molekul-molekul udara yang harus
diionisasi agar bisa menciptakan lompatan api sangat banyak, membutuhkan energi besar untuk
mengionisasinya. Sehingga tegangan tembusnya tinggi.
Dalam dunia teknik tenaga listrik, yang disebut tegangan tinggi adalah semua tegangan yang
dianggap cukup tinggi oleh para teknisi listrik sehingga diperlukan pengujian dan pengukuran
dengan tegangan tinggi yang semuanya bersifat khusus dan memerlukan teknik-teknik tertentu.
Terdapat tegangan lebih luar yang disebabkan karena pelepasan muatan oleh petir. Tegangan
lebih ini mempunyai bentuk gelombang aperiodik yang diredamkan (damped aperiodic) seperti
pada waktu pelepasan muatan sebuah kapasitor melalui sebuah tahanan yang induktif. Pada
tempat yang kena petir, gelombangnya berekor pendek dan bermuka curam. Selama gelombang
ini berjalan melalui kawat transmisi bentuknya berubah karena pengaruh penghantaran dalam
tanah dan efek-kulit dari kawat.
Suatu sistem tenaga listrik dapat mengalami tegangan lebih yang disebabkan oleh operasi
switching maupun lightening. Oleh karena itu maka sistem tersebut harus mampu memikul
kedua tegangan lebih tersebut. Untuk memastikan bahwa peralatan sebuah system mampu
memikul kedua tegangan lebih tersebut, maka peralatan perlu diuji dengan menggunakan
tegangan tinggi impuls yang bentuk gelombangnya menyerupai tegangan lebih surja yang
mungkin terjadi pada sistem.
Keperluan dan fungsi pengujian:

1. Adanya gangguan tegangan lebih luar yang disebabkan oleh pelepasan muatan petir.
2. Mempunyai bentuk gelombang aperiodik yang diredam, seperti pelepasan muatan
kapasitor melalui tahanan yang induktif
3. Bentuk gelombang: berekor pendek bermuka curam.
4. Merupakan gelombang berjalan (traveling wave)
5. Selama gelombang berjalan melalui kawat transmisi, bentuknya berubah dimana
mukanya menjadi kurang curam dan ekornya bertambah panjang dan amplitudonya
berkurang.
6. Berfungsi untuk eksperimen dan riset mengenai ketahanan peralatan terhadap gelombang
petir.
7. Penyelidikan mekanisme tembus bahan dielektrik.

Bentuk Tegangan Impuls

Ada tiga bentuk tegangan inpuls yang mungkin dialami dalam system tenaga listrik, yaitu:
1.      Tegangan impuls petir
2.      Tegangan impuls surja hubung
3.      Tegangan impuls terpotong

Muka gelombang merupakan bagian dari gelombang yang dimulai dari titik nol (nominal)
sampai titik puncak (menurut IEC ditentukan dari titik nominal perpotongan antara sumbu waktu
dengan garis lurus  yang menghubungkan 30% dan 90% dari tegangan puncak). Sedangkan ekor
gelombang merupakan bagian dari puncak gelombang sampai turun 50% dari titik puncak.

Cara Mengukur Tegangan Impuls


a.      Menggunakan Sela Bola
Sela bola sering digunakan untuk mengukur tegangan impuls. Sela bola harus selalu ditera
dengan tegangan percik 50% dari sela bola standar. Sela bola standar adalah sela bola yang
memenuhi syarat standar mengenai:
1.      Kwalitas
2.      Jarak sela
3.      Ukuran bola
Dalam keadaan udara tertentu, sela bola selalu mempunyai tegangan percik tertentu pula.
Itulah sebabnya sela bola dapat dipakai sebagai alat ukur. Bentuk kondisi bola elektroda,
Syaratnya antara lain:
1.      Permukaannya licin
2.      Lengkungnya rata
3.      Permukaan bola harus bebas debu, minyak,dll
4.     Tahanan peredam dipasang seri dengan jarak minimum 2d
(d= diameter) dari bola diukur dari titik dimana terjadi percikan.
a.       Tegangan uji ac =100 kW s/d 1000 kW
b.      Tegangan uji impuls 500 W

b.     Menggunakan CRO


Dengan mengunakan Chatode-Ray Oscillograph (CRO) kita dapat :

 Tegangan puncak
 Bentuk gelombang
 Ketidak normalan bentuk impuls (menggambarkan kerusakan alat uji)

CRO hanya bisa mengukur tegangan rendah saja, jadi untuk mengukur tegangan tinggi
diperlukan pembagi tegangan (baik resistor atau kapasitor)
Untuk mensimulasi tegangan lebih akibat pengaruh luar, maka digunakan tegangan impuls.
Tegangan akibat pelepasan muatan oleh petir atau akibat surja hubung ini mempunyai bentuk
gelombang aperiodik yang diredam (damped aperiodic) seperti pada waktu pelepasan muatan
sebuah kapasitor melalui sebuah tahanan induktif. pada tempat yang terkena petir, gelombang
berekor pendek dan bermuka curam. Selama gelombang ini berjalan melewati transmisi,
bentuknya berubah (muka menjadi kurang curam, ekor bertambah panjang dan amplitudo
berkurang), oleh karena pengaruh penghantaran dalam tanah dan efek kulit dari kawat.
Besarnya tegangan impuls yang harus diterapkan pada peralatan uji untuk uji ketahanan
terhadap petir ditetapkan standar. Hal ini tergantung pada tempatnya dalam sirkuit, makin dekat
ke “sumber petir”, maka makin besar kemungkinan kena petir, maka makin tinggi tegangan yang
diterapkan.
Adapun bentuk tegangan impuls yang digunakan untuk pengetesan mempunyai ukuran
standar, yang melambangkan ukuran waktu muka gelombang dan waktu ekor gelombang, seperti
1,2 x 50 ms, 1 x 50 ms, 1,5 x 40 ms. standar ukuran ini tergantung dari negara ataupun komisi
yang melakukan pengujian.

Faktor-Faktor Dalam Pembangkitan


1. Faktor Beban
Faktor beban adalah perbandingan antara besarnya beban rata-rata untuk selang waktu
tertentu terhadap beban puncak tertinggi dalam selang waktu yang sama (misalnya satu hari atau
satu bulan). Sedangkan beban rata-rata untuk suatu selang waktu tertentu adalah jumlah produksi
kWh dalam selang waktu tersebut dibagi dengan jumlah jam dari selang waktu tersebut.
Dari uraian diatas didapat:
faktor beban = beban rata-rata/beban puncak
Bagi penyedia listrik, faktor beban sistem diinginkan setinggi mungkin karena faktor beban
yang makin tinggi berarti makin rata beban sistemnya, sehingga tingkay pemanfaatan alat-alat
yang ada dalam sistem tersebut dapat diusahakan setinggi mungkin.Dalam praktiknya, faktor
beban tahunan sistem berkisar antara 60%-80%.

2. Faktor Kapasitas
Faktor kapasitas sebuah unit pembangkit menggambarkan seberapa besar sebuah unit
pembangkit itu dimanfaatkan. Faktor kapasitas tahunan (8760 jam) didefinisikan sebagai:
faktor kapasitas = Produksi kWh setahun/(daya terpasang MW x 8760 jam)
Dalam praktiknya, faktor kapasitas tahunan untuk unit PLTU hanya dapat mencapai angka antara
60% - 80% karena adanya masa pemeliharaan dan jika adanya gangguan atau kerusakan yang
dialami oleh unit pembangkit tersebut. Untuk PLTA, faktor kapasitas tahunannya berkisar antara
30% - 50%, hal ini berkaitan dengan ketersediaan air.

3. Faktor Penggunaan (Utilitas)


Faktor ini sesungguhnya serupa dengan faktor kapasitas, tetapi disini menyangkut daya.
Faktor Utilitas sebuah alat dapat didefinisikan sebagai berikut:
Faktor Utilitas = Beban alat yang tertinggi/kemampuan alat
Beban dinyatakan dalam ampere atau megawatt (MW) tergantung alat yang diukur faktor
utilitasnya. Untuk saluran, umumnya dalam ampere, tetapi untuk unit pembangkit dalam
MW.Faktor utilitas ini perlu diamati darikeperluan pemanfaatan alat dan juga untuk mencegah
pembebanan yang berlebihan pada suatu alat.
Listrik yang umumnya kita manfaatkan dalam kehidupan adalah listrik dinamis. Ditinjau dari
gerak muatannya, listrik dinamis adalah listrik dengan muatan bergerak. Muatan bergerak
menyebabkan munculnya arus listrik. Arus listrik adalah aliran muatan listrik yang terjadi karena
adanya perbedaan potensial dalam medan listrik. Beda potensial dapat dihasilkan oleh sumber
tegangan yang mengakibatkan arus listrik mengalir dalam rangkaian.
Berdasarkan animasi dapat kita lihat bahwa arus listrik dapat dianalogikan dengan aliran air.
Beda potensial dapat dianalogikan sebagai perbedaan ketinggian wadah air.
Arus listrik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu arus searah dan arus bolak-balik.
Arus Listrik Searah (DC)
Bila sebuah baterai dihubungkan pada rangkaian, arus mengalir dengan tetap pada satu arah.
Arus ini disebut dengan arus searah atau Direct Current (DC).

Hubungan arus dan waktu digambarkan sebagai berikut.

Hubungan Arus, tegangan dan hambatan


Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian dibutuhkan beda potensial. Georg Simon
Ohm(1787-1854) menentukan dengan eksperimen bahwa arus pada kawat logam sebanding
dengan beda potensial V yang diberikan ke ujung-ujungnya:
I∞V
Sebagai contoh jika kita menghubungkan kawat ke baterai 6 V, aliran arus akan dua kali
lebih kuat jika dihubungkan dengan baterai 3 V.
Besarnya aliran arus tidak hanya bergantung pada tegangan tetapi juga pada hambatan yang
diberikan kawat terhadap aliran elektron. Makin tinggi hambatan, maka arus akan semakin kecil
untuk suatu tegangan V.  Sehingga dapat dituliskan kesebandingannya,
I = V/R atau V = IR

Arus Listrik Bolak Balik (AC)


Arus bolak-balik atau AC (Alternating Current) adalah arus yang arahnya dalam rangkaian
berubah-ubah (sinusoidal) dalam selang waktu yang teratur. Arus AC umumnya dihasilkan oleh
generator listrik pada pusat pembangkit tenaga listrik. Nilai arus dan tegangan bolak-balik selalu
berubah-ubah menurut waktu, dan mempunyai pola grafik seperti berikut.
Dari animasi dapat terlihat arus dan tegangan listrik AC berbentuk sinusoida. Tegangan
sebagai fungsi waktu dapat dinyatakan sebagai berikut.
V = Vm sin 2πf
Potensial listrik V berosilasi antara +V m dan –Vm, dimana Vm disebut sebagai tegangan
puncak. Frekuensi (f) adalah jumlah osilasi lengkap yang terjadi tiap sekon. Berdasarkan Hukum
Ohm, jika sepanjang tegangan V ada hambatan R, maka arus I dirumuskan sebagai berikut
I = Im sin2 2πft
Nilai Im = Vm /R disebut sebagai arus puncak atau arus maksimum.
Akar kuadrat dari arus dan tegangan merupakan nilai rms (root mean square) atau akar-kuadrat-
rata-rata, didapatkan,
Irms = Im /√2 dan Vrms = Vm /√2
Nilai rms V dan I kadang disebut sebagai nilai efektif. Nilai efektif ini merupakan nilai yang
terukur pada ampermeter maupun voltmeter.

Penerapan Listrik DC dan AC


Listrik DC dan AC masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun keduanya
sama-sama penting dan berguna untuk membantu mempermudah aktivitas manusia. Umumnya,
arus DC lebih banyak digunakan oleh peralatan yang mengandung komponen elektronika.
Sementara arus AC banyak dimanfaatkan pada kebutuhan listrik skala makro. Rangkaian
listrik di rumah kita yang dialirkan PLN menggunakan arus AC. PLN lebih memilih
menggunakan arus listrik AC karena memiliki banyak keuntungan, diantaranya:

1. Energi listrik yang disalurkan dalam jarak jauh pada tegangan tinggi dan arus rendah
dapat mengurangi kerugian energi dalam bentuk kalor.
2. Arus rendah dan tegangan tinggi dapat diubah kembali dengan transformator sehingga
dengan cukup aman dapat dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari .
3. Arus listrik AC lebih mudah dapat dihasilkan dengan induksi magnetik dalam generator
AC.
4. Saklar-saklar dan pemutus daya AC umumnya lebih sederhana.

Pembangkit Tegangan Tinggi DC


Pembangkit tegangan tinggi DC umumnya banyak digunakan dalam fisika terapan seperti
instrumen dalam bidang nuklir (akselerator, mikroskop elektron), peralatan elektromedik (x-ray),
peralatan industri (presipitat dan penyaringan gas buang di pembangkit listrik, industri semen,
pengecatan elektrostatik dan pelapisan serbuk) atau eletronika komunikasi (televisi). Kebutuhan
bentuk tegangan, tingkat tegangan dan besar arus serta kestabilan dari pembangkit tegangan
tinggi tersebut akan berbeda satu aplikasi dengan lainnya. Salah satu prinsip untuk
membangkitkan tegangan tinggi menggunakan n-tingkat sirkuit bertingkat satu fasa Cockcroft –
Walton atau Greinacher. Prinsip ini digambarkan pada gambar di bawah ini.

Dari rangkaian diatas, tegangan pada titik 1’, 2’ sampai titik ke-n’ terjadi osilasi dari
tegangan V(t). Tegangan pada titik 1’, 2’ sampai titik ke-n’ tetap konstan terhadap ground.
Tegangan yang melintas seluruh kapasitor merupakan sinyal DC dengan besar tegangannya
2Vmax untuk setiap tingkatan kapasitor, kecuali pada kapasitor C’n yang maksimumnya hanya
Vmax. Tegangan pada penyearah D1, D’1 sampai D’n sebesar 2Vmax atau dua kali puncak
tegangan AC dan keluaran HV akan mencapai maksimum 2nVmax. Jumlah tingkat pada
rangkaian ini sangat terbatas pada arus
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPUAN

1. Teknik pembangkit dan pengujian tegangan tinggi, termasuk antara laen klasifikasi
pengujian H.V. dalam laboratorium,pembangkit dan pengujian dengan tegangan A.C.
pembangkitan dan pengujian dengan tegangan D.C ., pembangkit dan pengujian dengan
tegangan impuls.
2. Koordinasi isolasi, yang menyangkutr persoalan-persoalan koordinasi isolasi antara
peralatan listrik di satu pihak dan alat-alat pelindung di lain pihak.
3. Beberapa gejala tegangan tinggi, dimana antara laen akan dibahas soal-soal
korona(corona), gangguan radio(radio interfence),gangguan televise(television
interference) dan gangguan berisik(audible noise).
4. Beberapa komponen peralatan tegangan tinggi, misalnnya isolator, bahan-bahan
dielectric,bushing, dan sebagainnya
5. Instrumentasi tegangan tinggi , misalnnya osilograf dan meter-meter khusus untuk
pengukuran tegangan tinggi
6. Surja hubung, yang berhubungan dengan naiknnya tegangan sejalan dengan kenaikan
tenaga yang harus disalurkan, memegang peranan yang menentukan dalam penetapan
isolasi.
7. Break down voltage: tegangan minimum yang menyebabkan sebuahsebagian atau seluruh
isolator beraksi sebagai konduktor yang mengalirkan arus listrik. Atau bisa disebut juga
Jatuh tegangan.
8. Transient over voltage: kenaikan tegangan dalam waktu singkat dengan frequency tinggi
pada catu daya AC.
9. Harmonisa: merupakan distorsi periodic dari gelombang sinus, tegangan arus atau daya
dengan bentuk gelombang yang frekuensinya merupakan kelipatan diluar bilangan 1
terhadap frekuensi fundamental (frekuensi 50 Hz atau 60 Hz).
B.      SARAN

Dalam Jurnal Lengkap Ini ini terdapat penjelasan koordinasi pembangkitan tegangan tinggi
dan berbagai karakteristik baik alat pelindung dan isolasi  yang biasa digunakan. Namun
dalam penyajiannya masih dalam batas pengenalan saja. Diharapkan para pembaca
memberikan kritik maupun saran yang membangun agar makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, A dan Kuwahara Teknik Tenaga Listrik,Jjilid III Gardu Induk.


Jakarta : Erlangga, 2004

Dunia Listrik. 2009. lightning arrester. (Online), (http://google, diakses 30 September


2010 )

Elektro Indonesia. 2001. Transformator Daya dan Pengujiannya. (Online), (http://google,


diakses 30 September 2010 )

Anda mungkin juga menyukai