B. Tegangan
Tegangan merupakan sebuah perbedaan dari potensial listrik diantara dua
titik dalam rangkaian, tegangan listrik secara umum memilki satuan yaitu Volt
(V). Sumber tegangan listrik merupakan salah satu kebutuhan primer modern
di masa sekarang. Sumber tegangan listrik mutlak dibutuhkan untuk menjamin
tetap bekerjanya peralatan tersebut. Tegangan listrik terbagi menjadi dua jenis
C. Tegangan Tinggi
Tegangan tinggi dalam dunia teknik tenaga listrik (electric power
engineering) ialah semua tegangan yang dianggap cukup tinggi oleh para
tenisi listrik sehingga diperlukan pengujian dan pengukuran dengan tegangan
tinggi yang semuannya bersifat khusus dan memerlukan teknik-teknik tertentu
(subyektif), atau dimana gejala-gejala tegangan tinggi mulai terjadi (obyektif).
Beberapa komponen peralatan tegangan tinggi, misalnnya isolator,
bahan-bahan dielectric, bushing, dan sebagainnya Instrumentasi tegangan
tinggi , misalnnya osilograf dan meter-meter khusus untuk pengukuran
tegangan tinggi Surya hubung, yang berhubungan dengan naiknnya tegangan
sejalan dengan kenaikan tenaga yang harus disalurkan, memegang peranan
yang menentukan dalam penetapan isolasi.
Project terpenting dalam teknik tegangan tinggi adalah INSULATION,
yang berarti to insulate dan to separate. insulator ini terpasang pada tiang tiang
transmisi atau distribusi dengan jalan agar arus tidak mengalir ke tanah
melalui tiang atau arus bocor, melainkan menuju ke konsumen. insulator ini
terbuat dari bahan isolator. Perbedaan antara isolator dan konduktor adalah,
bahwa konduktor adalah sangat mudah mengalirkan elektron sedangkan
isolator sangat susah mengalirkan elektron. Hal ini lah yang menjadikan bahan
dasar pembuatan isolator.
c) Alat pengukur sifat listrik dielektrik, antara lain alat ukur rugi-rugi
dielektrik, alat ukur tahanan isolasi, alat ukur konduktivitas, dan alat ukur
peluahan parsial.
sanggup untuk menahannya, Instrumentasi atau alat ukur. Ini juga dapat
membuat masalah tersendiri karena harus cukup aman dan cukup cermat.
E. Tegangan Tembus
Tegangan tembus merupakan suatu pada peristiwa yang terjadi apabila
medan dan yang magnet dinaikkan (tegangan terus menerus naik) atom-atom
akan terionisasi dan samapi batas kemampuan isolasi itu, akan berubah
menjadi konduktor. Saat kritis ini disebut breakdown. Pengujia terhadap
tegangan tembus diperlukan untuk mengetahui titik krits dari isolasi minyak
transformator. Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui besarnya
tegangan tembus pada minyak transformator setelah diberikan tegangan tinggi
AC dan DC dengan suhu minysk 50°C, 70°C, dan 90°C. Pengujian juga untuk
mengetahui apakah minyak tranformator bekas masih layak dipakai atau tidak.
Pengujian tegangan tembus pada minyak tranformator baru dibandingkan
dengan tegangan tembus pada minyak transformator bekas dimana terdapat
perbedaan yaitu pada besarnya nilai tegangan tembus.
Dengan kata lain, medan listrik merupakan suatu beban yang menekan dielektrik
agar berubah sifat menjadi konduktor. Jika terpaan elektrik yang dipikulnya
melebihi batas tersebut dan terpaan berlangsung cukup lama, maka dielektrik akan
menghantar arus atau gagal melaksanakan fungsinya sebagai isolator. Dalam hal
ini dielektrik disebut tembus listrik atau breakdown. Terpaan elektrik tertinggi
yang dapat dipikul suatu dielektrik tanpa menimbulkan dielektrik tembus listrik
disebut kekuatan dielekrtik. Jika suatu dielektrik mempunyai kekuatan dielektrik
Ek, maka terpakaan elektrik yang dapat dipikulnya adalah ≤Ek.
Jika terpaan elektrik yang dipikul elektrik melebihi Ek, maka di dalam
dielektrik akan terjadi proses ionisasi berantai yang akhirnya dapat membuat
dielektrik mengalami tembus listrik. Proses ini membutuhkan waktu dan lamanya
tidak tentu bersifat statistik. Arus listrik pendek yang mengalir dalam saluran gas
terionisasi dapat menimbulkan percikan api. Saluran tersebut terbentuk dari reaksi
berantai elektron yang terakselerasi pada medan listrik di mana molekul gas dapat
terionisasi. Sebagai akibat ionisasi, 2 elektron tetap bebas yang pada gilirannya
terakselerasi oleh medan listrik dan atom baru kembali mengalami ionisasi
mengalami reaksi berantai. Waktu yang dibutuhkan sejak mulai terjadi ionisasi
sampai terjadi tembus listrik disebut waktu tunda tembus (time lag), Jadi tidak
selamanya terpaan elektrik dapat menimbulkan tembus listrik, tetapi ada dua
syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
a) Terpaan elektrik yang dipikul dielektrik harus lebih besar atau sama
dengan kekutan dielektriknya
b) Lama terpaan elektrik berlangsung lebih besar atau sama dengan waktu
tunda tembus.
Dalam tekanan listrik yang cukup kuat, tegangan tembus bisa berlangsung di
dalam zat padat, cair, atau gas. Namun, mekanisme kegagalan yang spesifik
sangat berbeda di setiap fase dielektrik. Kesemua ini menyebabkan kerusakan
instrumen yang membahayakan. Beberapa referensi yang ada, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa tegangan tembus adalah kegagalan bahan dielektrik
(isolator) dari sebuah kabel listrik atau komponen listrik lainnya dalam
mempertahankan sifat isolatornya yang berubah menjadi konduktor. Tegangan
tembus dapat terjadi karena besar tegangan yang menimbulkan terpaan elektrik
pada dielektrik sama dengan atau lebih besar daripada kekuaran dielektriknya.
Bila suatu medan diterapkan dalam suatu zat padat pada suhu
normal, maka arus konduksi yang terjadi dalam bahan pada
umumnya kecil. Dalam hal ini tidak akan terjadi apa-apa dalam zat
padatnya, walaupun E sudah cukup besar. Panas yang dbangkitkan
oleh arus sebagian akan Panas yang dibangkitkan oleh arus
sebagian akan disalurkan keluar, dan sebagian akan digunakan
untuk menaikan suhub bahan. Tetapi, jika kecepatan pembangkitan
panas di suatu titik dalam bahan melebihi laju pembuangan panas
keluar, maka akan terjadi keadaan tidak stabil dan pada suatu saat
bahan akan mengalami kegagalan. Kegagalan ini disebut kegagalan
termal.
e) Kegagalan Erosi
tersebut, sehingga akan terisi oleh gas atau cairan yang kekuatan
gagalnya lebih rendah daripada di dalam zat padat. Di samping itu,
konstanta dieletrik di dalam rongga sering lebih rendah daripada
dalam zat padat, sehingga intensitas medan dalam rongga lebih
besar daripada intensitas dalam zat padat. Oleh karena itu,
mungkin saja akan terjadi tegangan kegagalan di dalam rongga
tersebut, meskipun pada waktu itu diterapkan tegangan kerja
normal pada zat padat.
I. Tahanan Isolasi
Tahanan isolasi adalah tahanan yang terdapat diantara dua kawat saluran
yang diisolasi satu sama lain atau tahanan antara satu kawat saluran dengan
tanah (ground). Tahanan isolasi merupakan hal yang harus diperhatikan saat
memasang instalasi listrik dengan menggunakan kawat tertutup. Tahanan
isolasi suatu material adalah besarnya tahanan dalam instalasi listrik yang
diberikan oleh isolasi pada tegangan tertentu hingga cenderung untuk
menghasilkan arus bocor. Besarnya tahanan isolasi minimal suatu instalasi
tegangan rendah adalah 1000 kali tegangan kerja instalasi tersebut dalam satuan
Ohm. Kelayakan bahan isolasi dapat diuji melalui besarnya tahanan isolasi dari
bahan isolasi. Bahan isolasi dari suatu peralatan dapat dikatakan layak
apabila besarnya tahanan isolasi dari hasil pengukuran adalah lebih besar atau
sama dengan standar yang berlaku pada isolator kabel tersebut. Untuk
mendapatkan hasil pengujian harus dilakukan dengan tegangan antara 500 V
sampai dengan 10.000 V.
Nilai resistan isolasi pada suatu penghantar listrik merupakan parameter dasar
yang penting dan menunjukkan tingkat performa penghantar tersebut. Untuk
menghantarkan suatu tegangan listrik dari sumber listrik (pembangkit listrik)
menuju jaringan listrik berikutnya atau menuju ke beban atau pemakaian
peralatan listrik, dibutuhkan suatu penghantar. Mengingat listrik juga memiliki
potensi resiko terjadinya hubungan singkat (short circuit) jika suatu penghantar
yang berbeda potensial bersentuhan dengan penghantar lainnya. Dan juga untuk
Kegagalan nilai resistan isolasi diindikasikan oleh kebocoran arus listrik yang
terjadi. Setiap isolasi memiliki tingkat kebocoran arus listrik, tergantung dari
nilai resistansi isolasinya, semakin besar nilai resistan atau tahanan isolasi,
akan semakin kecil nilai kebocoran arus yang terjadi. Tegangan listrik yang
tinggi menghasilkan arus yang melalui isolasi tersebut.
Kegagalan isolasi disebabkan karena beberapa hal antara lain isolasi tersebut
sudah dipakai untuk waktu yang lama, kerusakan mekanis, berkurangnya
kekuatan dielektriknya dan karena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian secara berkala.
Ketentuan-ketentuan tentang tahanan isolasi ini sudah diatur dalam PUIL yaitu
sebaggai berikut:
a) Tahanan isolasi dari bagian instalasi listrik dalam ruangan yang
kering harus mempunyai nilai sekurang-kurangnya 1000 Ohm tiap 1
Volt tegangan nominalnya, dengan pengertian bahwa arus bocor dari
tiap bagian instalasi listrik pada tegangan nominalnya tidak boleh
melebihi 1 mA tiap 100 m panjang instalasi listrik.
b) Tahanan isolasi dari bagian instalasi listrik dalam ruang yang lembab
atau basah harus mempunyai nilai sekurang-kurangnya 100 Ohm
tiap 1 Volt tegangan nominalnya.
K. Pengujian Tegangan
Pengujian tegangan bertujuan untuk mengukur tegangan tembus listrik
objek uji. Tegangan yang diberikan pada pengujian ini lebih tinggi
daripada tegangan pengujian dan peluahan dinaikkan secara bertahap
sampai ini objek uji mengalami tembus listrik. Jika hasil pengukuran lebih
tinggi dari spesifikasi atau hasil yang diharapkan, objek uji dinyatakan
lolos uji.
Sebaiknya jika hasil pengukuran lebih rendah dari spesifikasi atau hasil
yang dan diharapkan daoat disimpulkan bahwa sebuah objek dapat
dinyatakan lolos uji dan dinyatakan gagal uji.
L. Tegangan Tinggi AC
Dalam laboratorium diperlukan tegangan tinggi bolak-balik untuk
percobaan dan pengujian dengan arus bolak-balik serta untuk
membangkitkan tegangan tinggi searah dan pulsa. Trafo uji yang biasa
digunakam untuk keperluan tersebut memilliki daya yang lebih renda serta
perbandingan belitan yang jauh lebih besar daripada trafo daya. Arus
primer biasanya disulang dengan ototrafo sedangkan untuk kasus khusus
disulang dengan pembangkit sinkron.
M. Tegangan Tinggi DC
Perjanjian dengan menggunakan tegangan tinggi arus searah adalah
untuk mengetahui perbandingan antara penggunaan tegangan tinggi AC
dan DC akibat adanya efek mengulit pada tegangan arus bolak-balik dan
juga untuk mengetahui kekuatan dielektrik bahan. Karena itu, pengujian
dengan menggunakan tegangan tinggi DC harus menghasilkan tegangan
ketahanan, tegangan pelepasan dan tegangan kegagalan yang lebih tinggi
dibanding tegangan tinggi AC.
Prosedur pengujian atau pengukuran tegangan tinggi DC sama dengan
tegangan tinggi AC. Mula-mula diterapkan tegangan yang rendah
kemudian tegangan dinaikkan perlahan-lahan sehingga terjadi percikan
pada sela udara antara dua elektroda berbentuk bola. Dengan kata lain
tegangan nilainya ditentukan oleh jarak kedua buah elektroda bola
tersebut. Bilamana pada permukaan bola terdapat debu atau serat (fiber),
maka spark over akan terjadi pada nilai tegangan yang lebih renda,
terutama bila jenis tegangan adalah tegangannya searah (fiber bridge).
Oleh karena itu pengujian harus dilakukan beberapa untuk mendapatkan
nilai rata-rata yang baik. Nilai sebenarnya dapat diambil dari nilai rata-rata
untul tiga pengukuran yang hanya berbeda 3%.
maka elektroda jarum akan dapar lebih lambat dalam membuat tegangan
menjadi tembus listrik elektroda jarum akan muda melepaskan dan
elektron molekul energi yang lebih kecil untuk proses ionisasi sehingga
terjadinya tembus lebih rendah.
Sedangkan pada elektroda bola yang dapat mempunyai permukaan halus
dan penampang yang lebih besar untuk mengawasi proses ionisasi.
Dengan demikian semakin kecil tegangan yang dapat diterapkan juga akan
semakin kecil dan sebaliknya semakin besar dan halus untuk elektroda
maka energi yang diperlukan semakin besar sehingga tegangan diterapkan
juga akan semakin besar pula. Pengukuran elektroda bola pada
kenyataannnya dipengaruhi dalam beberapa hal, salah satunya adalah
keadaan dan udara. Keadaan udara saat pengujian tidak selalu sama pada
keadaan standar.
O. Transformator
Tranformator adalah suatu peralatan listrik elektromagnetik statis
yang berfungsi untuk memindahkan / mengubah energi listrik dari satu
rangkaian litrik ke rangkaian listrik lainnya, dengan frekuensi yang sama
dan perbandingan transformasi tertentu. Transformator menggunakan
prinsip hukum induksi Faraday dan hukum Lorentz dalam menyalurkan
daya, dimana apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber
tegangan bolakbalik, maka akan mengalir arus dalam kumparan primer
menimbulkan perubahan fluks magnetik dalam inti besi.
Gambar 7 Transformator
b) Belitan
Belitan atau winding terdiri dari tembaga ataupun allumunium
berisolasi yang mengelilingi inti besi, dimana saat arus bolak-balik
mengalir pada belitan tersebut, inti besi akan terinduksi dan
menimbulkan fluks magnetik.
c) Bushing
Hubungan antara kumparan transformator ke jaringan luar
melalui terminal yaitu bushing, yaitu sebuah konduktor yang
diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi sebagai penyekat
antara konduktor tersebut dengan tangki transformator.
P. Jenis-jenis Tranformator
Trafo yang diklasifikasikan berdasarkan level tegangan ini merupakan
trafo yang paling umum dan sering kita gunakan. Pengklasfikasian ini pada
dasarnya tergantung pada rasio jumlah gulungan di kumparan Primer dengan
jumlah kumparan Sekundernya. Jenis Trafo berdasarkan Level tegangan ini
diantaranya adalah Trafo Step Up dan Trafo Step Down.
1. Trafo step up
Trafo step up adalah trafo yang berfungsi untuk menaikan taraf atau
lvel teganan AC dari rendah ke taraf yang lebih tinggi. Tegangan sekunder
sebagai tegangan output yang lebih tinggi bisa ditingkatkan dengan
memperbanyak jumlah lilitan di kumpaaran sekundernya daripada jumlah
lilitan pada kumparan primernya. Pada pembangkit listrik, trafo jenis ini
digunakan sebagai penghubung trafo generator ke grid.
tegangan listrik yang berasal dari PLN (220V) menjadi taraf tegangan yang
sesuai dengan peralatan elektronik kita.
Q. Kegagalan Isolasi
Kegagalan isolasi adalah masalah yang sering terjadi dalam
penyaluran energi listrik. Isolasi diperlukan untuk memisahkan dua
atau lebih penghantar listrik yang bertegangan agar tidak terjadi
lompatan listrik. Apabila pada bahan dielektrik diberikan medan listrik
yang melebihi kemampuannya maka isolasi akan mengalami tegangan
tembus dan kerusakan peralan listrik sehingga kontinuitas kerja sistem
terganggu.
Berikut ini akan diuraikan beberapa faktor yang mempengaruhi
mekanisme kegagalan pada minyak transformator, yaitu :
a. Partikel padat
Partikel debu atau serat selulosa yang ada di sekeliling isolasi
padat (kertas) sering ikut tercampur dalam minyak. Selain itu
partikel padat ini pun bisa terbentuk ketika terjadi pemanasan
(thermal strees) dan tegangan lebih. Pada saat terjadi medan listrik,
partikel–partikel ini akan terpolarisasi dan membentuk jembatan.
Arus akan menga-lir melalui jembatan dan menghasilkan
pemanasan lokal serta menyebabkan terjadinya kegagalan pada
minyak transformator.
b. Uap Air
Air dan uap air terdapat pada minyak, terutama pada minyak
yang telah lama digunakan. Jika terdapat medan listrik, maka
molekul uap air yang terlarut memisah dari minyak dan
terpolarisasi. Jika jumlah molekul–molekul uap air ini banyak,
maka akan tersusun semacam jembatan yang menghubungkan
kedua elektroda sehingga terbentuk suatu kanal. Kanal ini akan
merambat dan memanjang sehingga terjadi kegagalan minyak
transformator.
c. Kegagalan gelembung
Merupakan bentuk kegagalan isolasi cair yang disebabkan oleh
gelembung–gelembung gas di dalamnya. Pembentukan gas karena
terjadi dekomposisi pada minyak transformator dapat
mengakibatkan kegagalan. Adanya pengaruh medan yang kuat
antara elektroda, maka gelembung– gelembung gas dalam cairan
tersebut akan saling sambung menyambung dan membentuk
jembatan yang menga-wali terjadinya kegagalan pada minyak
transformator.