NIM : 202011359
KELAS : I
22 OKTOBER 2022
05 NOVEMBER 2022
MODUL I
TEKNIK PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI ARUS BOLAK-
BALIK DAN ARUS SEARAH
I. TUJUAN
1. Mengetahui teknik pembangkitan tegangan tinggi arus bolak-balik dan arus searah.
2. Mengukur tegangan tinggi arus bolak-balik dan arus searah dengan menggunakan prinsip
pembagi tegangan
4. Pada penyaluran jarak jauh dengan tegangan searah tidak ada persoalan perubahan
frekuensi dan stabilitas.
komponen yang telah didesain untuk dapat menahan tegangan tinggi. Dioda yang
digunakan pada rangkaian pembangkitan tegangan tinggi searah dapat berupa dioda
tabung hampa ataupun dioda semi konduktor yang terpasang seri dengan sumber
(tegangan AC) seperti terlihat pada gambar dibawah ini :
(a) (b)
Gambar 1.1 Penyearah Tegangan (a) Diode Tabung Hampa (b) Dioda Semikonduktor
Ditambah dengan kapasitor yang dipasang secara paralel. Dalam percobaan ini
digunakan penyearah setengah gelombang, dengan diode yang sudah terinstall di dalam
Transformator Uji.
Pada umumnya, kegagalan peralatan listrik pada waktu sedang dipakai disebabkan
oleh kegagalan isolasi dalam menjalankan fungsinya sebagai isolator tegangan tinggi.
Kegagalan isolasi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain isolasi tersebut sudah
dipakai untuk waktu yang lama,kerusakan mekanis, berkurangnya kekuatan dielektrik,
dan karena tegangan lebih.
Udara merupakan media isolasi yang paling banyak digunakan dalam teknik
tegangan tinggi.Beberapa fenomena atau gejala tegangan tinggi yang biasa terjadi antara
lain skin effect, korona, spark over dan flash over. Fenomena fisik gejala maupun
kegagalan tegangan tinggi ini salah satunya dipengaruhi oleh bentuk elektroda yang
dipakai.
Sumber :
Wahyono. (2011). Simulasi Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi dengan Menggunakan
Sela Bola. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim
Semarang. E65-E74.
V. LANGKAH PERCOBAAN
Tegangan Tinggi Arus Bolak-Balik
(a)
Gambar 1.4 Rangkaian Percobaan Modul 1 (a) Skematik (b) Rangkaian di Laboratorium
Gambar 1.5 Sambungan Kabel Dari Control Unit Pada Transformator Uji
Gambar 1.7 Sambungan Keluaran Transformator Uji Bagian Listrik Arus Bolak-Balikke Current
Limiting Resistance
2. Ukur dan catat kelembaban dan temperatur ruang uji menggunakan Thermohygrometer.
5. Nyalakan peralatan dan naikkan tegangan primer dari Control Unit mulai dari 25 V, 50V, 75
V, 100 V dan 125 V.
6. Amati dan catat tegangan sekunder dan arus primer untuk setiap tegangan primer tersebut.
2. Ukur dan catat kelembaban dan temperatur ruang uji menggunakan Thermohygrometer.
4. Atur pembacaan High Voltage Divider menjadi DC dan keluaran short circuit pada TrafoUji
dicabut.
5. Nyalakan peralatan dan naikkan tegangan primer dari Control Unit mulai dari 10 V, 20V, 30
V, 40 V, 50 V, 60 V dan 70 V.
6. Amati dan catat tegangan sekunder dan arus primer untuk setiap tegangan primer tersebut.
1. Buatlah grafik hubungan antara Vs pengujian terhadap Vp (Vs pengujian – Vp) dan Ip
terhadap Vp (Ip – Vp)! 4 grafik
Jawab :
Jawab :
Generator AC mempunyai rotor berupa magnet dan stator berupa kabel. Sedangkan generator
DC memiliki rotor berupa kumparan dan stator berupa magnet. Generator AC menghasilkan
energi listrik bolak-balik dan generator DC menghasilkan energi listrik yang searah. Generator
AC umumnya diterapkan pada pusat pembangkit listrik, berbeda dengan generator DC yang
banyak diaplikasikan untuk perangkat elektronik rumah tangga. Arus listrik yang dihasilkan
oleh generator AC relatif lebih besar jika dibandingkan dengan generator DC. Energi listrik
yang diciptakan oleh generator AC disebabkan oleh perputaran gaya magnet di sepanjang kabel.
Sebaliknya, energi listrik pada generator DC disebabkan oleh menetapnya gaya magnet di
sepanjang kabel. Di Indonesia, frekuensi arus listrik yang ditimbulkan oleh generator AC
berkisar antara 50 - 60 hertz. Tetapi, frekuensi arus listrik pada generator DC adalah 0 karena
bentuk arusnya lurus tanpa amplitudo. Besar energi listrik yang dikeluarkan oleh generator AC
selalu mengalami perubahan. Sedangkan generator DC mengeluarkan energi listrik dengan
besar yang konstan. Pada generator AC, elektron-elektron bergerak ke depan dan ke belakang.
Sementara pada generator DC, semua elektron bergerak ke depan.
Jawab :
HL = 100 kV
LV = 200 V
Rasio = HL/LV = 100000 V / 200 V = 500 V
• VS = Rasio x Vp = 500 x 25 = 12,500 Kv = 12,5 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 50 = 25,000 Kv = 25 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 75 = 37,500 Kv = 37,5 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 100 = 50,000 Kv = 50 Kilovolt [kV]
Jawab :
Vrms = Rasio x Vp
= 2.414 V
= 3.621 V
= 2 Kilovolt + (2 Kilovolt . √2 )
= 4.828 V
= 6.035 V
= 3 Kilovolt + (3 Kilovolt . √2 )
= 7.242 V
= 8.449 V
Jawab :
X. ANALISA
Pada praktikum modul I ini membahas Teknik Pembangkitan Dan Pengukuran Tegangan Tinggi
Arus Bolak-Balik Dan Arus Searah , dengan tujuan yaitu Mengetahui teknik pembangkitan tegangan
tinggi arus bolak-balik dan arus searah. Dan Mengukur tegangan tinggi arus bolak-balik dan arus searah
dengan menggunakan prinsip pembagi tegangan. Tegangan Tinggi adalah tegangan yang lebih besar
dari 1000 V AC dan lebih besar dari 1200 V DC. Batas tegangan dapat dikategorikan dalam tegangan
rendah (Low Voltage), Tegangan Tinggi (High Voltage), dan Tegangan Tinggi Sekali (Extra High
Voltage), atau ultra Tegangan Tinggi (Ultra High Voltage). Tegangan tinggi arus bolak balik dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tegangan tinggi arus bolak balik dengan frekuensi rendah dan
tegangan tinggi arus bolak balik dengan frekuensi tinggi. Pengujian menggunakan tegangan tinggi arus
bolak balik frekuensi rendah digunakan untuk menyelidiki apakah peralatan listrik yang terpasang pada
jaringan tegangan tinggi dapat menahan tegangan yang melebihi tegangan operasinya untuk waktu
terbatas. Sedangkan tegangan tinggi arus bolak balik dengan frekuensi tinggi digunakan untuk berbagai
macam pengujian, diantaranya adalah untuk menguji adanya kerusakan-kerusakan mekanis (keretakan,
kantong udara, dsb) pada isolator terutama isolator porselen.
Pengujian Tegangan tinggi dibedakan menjadi pengujian merusak dan tidak merusak.Pengujian
merusak terdapat beberapa macam yang pertama yakni withstand test merupakan kondisi suatu isolasi
Ketika diberika tegangan yang ditetapkan pada waktu tertentu. Kedua discharge test adalah pengujian
yang dimana tegangan diberikan terus menerus sehingga terjadi pelepasan muat an yang mana juga
terdapat waktu tegantung dengan ketahanan isolasinya. Ketiga, breakdown merupakan cara yang
dilakukan dengan memberikan tegangan sampai terjadintya kegagalan. Pengujian tidak meruka juga
terdapat tiga macam, pertama yakni pengukuran tahanan isolasi yang mana untuk mengukur seberapa
besar tegangan yang mampu ditahan oleh isolasi yang digunakan. Kedua, pengukuran factor daya
dielektrik (tan γ). Ketiga pengukuran corona.
Pada percobaan ini juga menggunakan prinsip pembagi tegangan. Pembagi tegangan dibagi
menjadi tiga yakni pembagi tegangan resistif yang berisi elemen tahanan, pembagi tegangan kapasitif,
berisi elemen kapasitor, dan pembagi tegangan campuran antara resistor dan kapasitif. Pada percobaan
ini kita menggunakan prinsip pembagi tegangan kapasitor karena menggunaan arus bolak-balik.
Prinsip pembagi kapasitor ini dengan menghubungkan kapasitor dengan sebuah voltmeter untuk
mengukur tegangan tinggi yaitu HVD, sehingga tegangan tingi yang hendak diukur tegangannya tidak
diukur langsung oleh volmeter tersebut agar HVD tidak rusak.
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu panel proteksi yang terhubung dengan
power supply kabel dengan tegangan 220 V , Kontrol unit disini untuk menaikkan tegangan primer
yang kita ujikan terhubung dengan trafo, High voltage divider yang berfungsi untuk membaca nilai
dari tegangan sekunder yang telah dibangkitkan trafo, trafo uji berkapasitas high voltagenya diatas 200
V, CLR current limiting resistor untuk mebatasi alur yang mengalir setelah dibangkitkan dari trafonya,
kemudian ada RCD dimana RCD membagi tegangan KE HVD dan masuk ke Filter kapasitor yang
berfungsi untuk menyimpan muatan dan menekan cacat gelombang, kemudian masuk ke Support
Insulator (SI) berfungsi untuk menopang elektroda dan 2 buah elektroda ini yang bisa divariasikan
jaraknya dan bentuknya.
Untuk pengambilan hasil data pengamatan tersebut dengan mengatur jarak elektroda sebesar 5
cm kemudian menaikkan tegangan primer dengan cara memutar regulator pada Kontrol unit dimulai
dari 25 Volt sampai 125 Volt dan akan diamati nilai tegangan yang muncul pada HVD dan arus primer
yang ditampilkan pada panel proteksi. Pada percobaan diberikan tegangan primer dari 25 V maka
tegangan sekunder yang dihasilkan sebesar 12,76 kV dengan Arus Primer yang terbaca 0,16 A , Pada
tegangan primer 50 V maka tegangan sekunder terbaca 24,45 kV dan Arus Primer 0,34 A, Pada
tegangan primer 75 V maka tegangan sekunder terbaca 37,24 kV dan Arus Primer 0,96 A , Pada
tegangan primer 100 Volt terbaca tegangan sekunder 50,94 kV dan arus primer 1,42 A, dan ketika
diberikan tegangan primer 125 V maka terbaca tegangan sekunder 63 kV dan Arus primer 2,40 A.
Untuk pembangkit DC kita harus mencabut batang short circuit yang terpasang pada trafo, agar
arus yang mengalir langsung masuk ke bushing trafo. Untuk pengambilan data pada pembangkit DC
adalah dengan mengatur jarak elektroda sebesar 5 cm, kemudian memutar regulator pada Kontrol unit
dari 10 V sampai 70 V. setelah itu amati nilai dari arus primer pada panel proteksi dan arus sekunder
pada HVD. Pada diberikan Tegangan Primer 10 V maka Tegangan sekunder yang dihasilkan 14,48 kV
dan Arus primer 0,15 A, ketika diberikan tegangan 20 V maka tegangan sekunder 26,55 kV dan Arus
Primer 0,15 A, Ketika Tegangan diberikan 30 V maka tegangan sekunder yang dihasilkan 38,77 kV
dan Arus primernya 0,15 A, ketika diberikan tegangan 40 V maka tegangan sekunder yang dihasilkan
50,68 kV dan Arus primer 0,16 A, ketika diberikan tegangan 50 V maka tegangan sekunder yang
dihasilkan sebesar 61,75 kV dan arus primer yang dihasilkan 0,18 A, ketika diberikan tegangan 60 V
maka tegangan sekunder yang dihasilkan sebesar 73,90 kV dan Arus primer yang dihasilkan 0,24 A,
dan ketika diberikan tegangan sebesar 70 V maka arus sekunder yang dihasilkan 84,95 kV dan Arus
primer yang dihasilkan sebesar 0,30 A . Adanya kenaikkan tegangan pada percobaan ini dikarenakan
menggunakan alat listrik trafo. Apabila tegangan meningkat maka arus pada sisi primer juga naik
karena tegangan dan arus berbanding lurus. Berdasarkan dengan rumus V = I×R, yang mana jika
tegangan naik maka arus juga ikut naik.
XII. KESIMPULAN
1. Mengetahui teknik pembangkitan tegangan tinggi arus bolak-balik dan arus searah.
2. Mengukur tegangan tinggi arus bolak-balik dan arus searah dengan menggunakan prinsip
pembagi tegangan
Pada percobaan ini juga menggunakan prinsip pembagi tegangan. Pembagi tegangan dibagi
menjadi tiga yakni pembagi tegangan resistif yang berisi elemen tahanan, pembagi tegangan
kapasitif, berisi elemen kapasitor, dan pembagi tegangan campuran antara resistor dan kapasitif.
Pada percobaan ini kita menggunakan prinsip pembagi tegangan kapasitor karena menggunaan
arus bolak-balik. Prinsip pembagi kapasitor ini dengan menghubungkan kapasitor dengan
sebuah voltmeter untuk mengukur tegangan tinggi yaitu HVD, sehingga tegangan tingi yang
hendak diukur tegangannya tidak diukur langsung oleh volmeter tersebut agar HVD tidak rusak.
MODUL II
PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS ISOLATOR UDARA TEGANGAN BOLAK-BALIK
DAN SEARAH
I. TUJUAN
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan tembus isolasi udara
2. Mempelajari pengaruh jarak elektroda pada kegagalan isolasi udara dengan tegangan tinggi
arus bolak-balik dan arus searah.
3. Mempelajari pengaruh bentuk elektroda pada kegagalan isolasi udara dengan tegangan
tinggi arus bolak balik dan arus searah.
Udara dan gas termasuk bahan isolasi yang banyak digunakan untuk mengisolasi
peralatan listrik tegangan tinggi karena biayanya lebih murah dibandingkan bahan isolasi yang
lainnya. Isolasi dimaksudkan untuk memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang
bertegangan, sehingga antarapenghantar -penghantar yang bertegangan tidak terjadi lompatan
listrik (flashover) atau percikan (sparkover). Bahan isolasi gas terutama udara merupakan bahan
isolasi yang banyak digunakan pada peralatan tegangan tinggi karena udara pada keadaan
normal (udara yang ideal) merupakan isolator yang sempurna dan juga paling banyak digunakan
karena murah, mudah dan sederhana. Contoh yang mudah dijumpai antara lain pada SUTR,
SUTM, SUTT, dan SUTET antara hantaran yang satu dengan yang lain dipisahkan dengan
udara.
Isolasi memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem tenaga listrik. Isolasi
sangat diperlukan untuk memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang bertegangan
sehingga antara penghantar tersebut tidak terjadi lompatan listrik atau percikan. Bahan
isolasi akan mengalami pelepasan muatan yang merupakan bentuk kegagalan listrik
apabila tegangan yang diterapkan melampaui kekuatan isolasinya. Kegagalan yang
terjadi pada saat peralatan sedangberoperasi bisa menyebabkan kerusakan alat sehingga
kontinuitas sistem terganggu.
Ketika bola diatur secara vertikal, Penyangga bola sebaiknnya bebas dari sudut yang
tajam dan diameter penyangga tidak melebihi dari 0,2 D sepanjang D. Persyaratan ini dibuat
untuk mengurangi pengaruh tegangan tinggi dari penyangga bola. Jika perisai corona digunakan
pada ujung penyangga, maka dimensi terbesarnya tegak lurus pada sumbu bola dan tidak
melebihi, Dan setidaknya harus 2 D dari titik percikan bola tegangan tinggi.
Gambar dibawah ini adalah ukuran jarak bola untuk komponen tipe vertikal tipikal.
Batang penyangga bola harus sejajar secara visual.
Keterangan :
1. Support Isolator
Susunan horizontal, ketika bola disusun secara horizontal, tipikal batas dimensi celah
boladitunjukkan pada gambar 31.
Keterangan :
1. Support Isolator
Tegangan tembus dari celah bola berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding
terbalik dengan suhu. untuk variasi kecil dalam suhu dan tekanan, tegangan tembus
berbanding terbalik dengan kerapatan udara relatif.
Rumus:
0,386 . 𝑏
𝛿 =
273 + 𝑇
keterangan:
T = Suhu (°C)
Tabel Sphere-Gap
Tabel 2.1 Nilai Tegangan Puncak AC (kV) berdasarkan jarak celah dan diameter elektroda bola
0,05 2,8
0,10 4,7
0,15 6,4
0,20 8,0 8,0
0,25 9,6 9,6
4,0 (88,5) (95,0) 105 108 110 112 112 112 112
4,5 (101) 115 119 122 125 125 125 125
proses ini diawali dengan pelepasan elektron oleh suatu elektroda yang diuji, peristiwa
ini akan mengawali terjadinya kegagalan percikan (spark breakdown). Elektroda yang
memiliki potensial rendah (katoda) akan menjadi elektroda yang melepaskan elektron.
Elektron awal yang dibebaskan (dilepaskan) oleh katoda akan memulai terjadinya
banjiran elektron dari permukaan katoda.
Jika jumlah elektron yang dibebaskan makin lama makin banyak atau terjadinya
peningkatan banjiran maka arus akan bertambah dengan cepat sampai terjadi perubahan
pelepasan dan peralihan pelepasan ini akan menimbulkan percikan (kegagalan) dalam
gas. 2.2 Kegagalan Pada Isolasi Cair (Minyak) Karakteristik pada isolasi minyak trafo
akan berubah jika terjadi ketidakmurnian di dalamnya. Hal ini akan mempercepat
terjadinya proses kegagalan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan isolasi antara
lain adanya partikel padat, uap air dan gelembung gas.
4.4 Mekanisme Kegagalan Isolasi Cair
Teori mengenai kegagalan dalam zat cair kurang banyak diketahui dibandingkan
dengan teori kegagalan gas atau zat padat. Hal tersebut disebabkan karena sampai saat
ini belum didapatkan teori yang dapat menjelaskan proses kegagalan dalam zat cair yang
benar-benar sesuai antara keadaan secara teoritis dengan keadaan sebenarnya. Teori
kegagalan zat isolasi cair dapat dibagi menjadi empat jenis sebagai berikut :
a. Teori Kegagalan Elektronik
Teori ini merupakan perluasan teori kegagalan dalam gas, artinya proses kegagalan
yang terjadi dalam zat cair dianggap serupa dengan yang terjadi dalam gas. Oleh
karena itu supaya terjadi kegagalan diperlukan elektron awal yang dimasukkan
kedalam zat cair. Elektron awal inilah yang akan memulai proses kegagalan.
b. Teori Kegagalan Gelembung
Kegagalan gelembung atau kavitasi[3] merupakan bentuk kegagalan zat cair yang
disebabkan oleh adanya gelembung-gelembung gas di dalamnya.
c. Teori Kegagalan Bola Cair
Jika suatu zat isolasi mengandung sebuah bola cair dari jenis cairan lain, maka dapat
terjadi kegagalan akibat ketakstabilan bola cair tersebut dalam medan listrik. Medan
listrik akan menyebabkan tetesan bola cair yang tertahan didalam minyak yang
memanjang searah medan dan pada medan yang kritis tetesan ini menjadi tidak stabil.
Kanal kegagalan akan menjalar dari ujung tetesan yang memanjang sehingga
menghasilkan kegagalan total.
d. Teori Kegagalan Tak Murnian Padat
Teori Kegagalan Tak Murnian Padat Kegagalan tak murnian padat adalah jenis
kegagalan yang disebabkan oleh adanya butiran zat padat (partikel) didalam isolasi
cair yang akan memulai terjadi kegagalan.
4.5 Kekuatan Kegagalan
Dari semua teori yang membahas tentang kegagalan zat cair tidak
memperhitungkan hubungan antara panjang ruang celah (sela) dengan kekuatan peristiwa
kegagalan. Semuanya hanya membahas tentang kekuatan kegagalan maksimum yang
dicapai. Namun dari semua teori diatas dapat ditarik suatu persamaan baru yang berisi
komponen panjang ruang celah dan komponen kekuatan peristiwa kegagalan pada benda
cair, yaitu : Vb = Adn ........... (2-1)
dimana:
d : panjang ruang celah
A : konstanta
n : juga konstanta yang nilainya < 1
Sumber :
Syakur, Abdul., & Facta, Mochammad. (2005). Perbandingan Tegangan Tembus Media Isolasi Udara
dan Media Isolasi Minyak Trafo Menggunakan Elektroda Bidang-bidang. Jurnal Ilmiah Teknik Elektro
Vol. 10 No. 2.. 26-29.
V. LANGKAH PERCOBAAN
Tegangan Tinggi AC
2 28,68 27,97
Tegangan Tinggi DC
1 51,24 49,97
2 57,74 56,31
Tegangan Tinggi AC
𝟎,𝟑𝟖𝟔 .𝒃 𝟎,𝟑𝟖𝟔+𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈
δ = (𝟐𝟕𝟑 +𝒕) = = 0,9753
𝟐𝟕𝟑 +𝟐𝟕,𝟖
Tegangan Tinggi DC
𝟎,𝟑𝟖𝟔 .𝒃 𝟎,𝟑𝟖𝟔+𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈
δ = (𝟐𝟕𝟑 +𝒕) = = 0,9753
𝟐𝟕𝟑+𝟐𝟕,𝟖
1. Buatlah grafik Vb teorical dan Vb pengujian terhadap sphare gap! 1 grafik 2 garis
Jawab :
Tegangan Tinggi AC
Tegangan Tinggi DC
Jawab :
- Hubungan antara sphere gap dan tegangan tembus berbanding lurus, jika sphere gap
semakin besar maka nilai tegangan tembus yang timbul juga semakin besar, begitu pula
sebaliknya.
Jawab :
Kelembapan udara, temperature udara, jarak sphere gap, tekanan dan bahan elektroda.
4. Dari data pengamatan, hitunglah nilai faktor koreksi udara dan nilai tegangan tembus pada
setiap jarak elektroda!
Jawab :
Tegangan Tinggi AC
𝟎,𝟑𝟖𝟔 .𝒃 𝟎,𝟑𝟖𝟔+𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈
δ = (𝟐𝟕𝟑 +𝒕) = = 0,9753
𝟐𝟕𝟑 +𝟐𝟕,𝟖
Tegangan Tinggi DC
𝟎,𝟑𝟖𝟔 .𝒃 𝟎,𝟑𝟖𝟔+𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈
δ= = = 0,9753
(𝟐𝟕𝟑 +𝒕) 𝟐𝟕𝟑+𝟐𝟕,𝟖
Jawab :
Iya beda, karena untuk pengujian menggunakan tegangan DC memerlukan tegangan yang
lebih besar dari tegangan AC agar mendapatkan hasil yang setara.
IX. ANALISA
Pada Praktikum modul II ini membahas Pengujian Tegangan Tembus Isolator Udara Tegangan
Bolak-Balik Dan Searah, dengan tujuan yang pertama Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
tegangan tembus isolasi udara , Mempelajari pengaruh jarak elektroda pada kegagalan isolasi udara
dengan tegangan tinggi arus bolak-balik dan arus searah. dan Mempelajari pengaruh bentuk elektroda
pada kegagalan isolasi udara dengan tegangan tinggi arus bolak balik dan arus searah. Alat dan bahan
yang digunakan pada praktikum ini yaitu Power Supply Cable (PSC) , Control Unit (CU), HV Test
Transformer (TT), Current Limiting Resistance (CLR), RC Divider (RCD), High Voltage Divider
(HVD), Floor Pedestal (FP), Connecting Line (CL), Earth Cable (EC), Space Ball Current-Limiting
Resistor (SB-CLR), Manual Discharge Space Ball (SB), Support Insulator (SI), dan High Voltage Filter
Capasitor (FC). Dimana Panel proteksi yang terhubung dengan power supply kabel dengan tegangan
220 V , Control Unit (CU) disini untuk menaikkan tegangan primer yang kita ujikan terhubung dengan
trafo, High Voltage Divider (HVD) yang berfungsi untuk membaca nilai dari tegangan sekunder yang
telah dibangkitkan trafo, trafo uji berkapasitas high voltagenya diatas 200 V, CLR current limiting
resistor untuk membatasi alur yang mengalir setelah dibangkitkan dari trafonya, kemudian ada RCD
dimana RCD membagi tegangan Ke HVD dan masuk ke Filter kapasitor yang berfungsi untuk
menyimpan muatan dan menekan cacat gelombang, kemudian masuk ke Support Insulator (SI)
berfungsi untuk menopang elektroda dan 2 buah elektroda ini yang bisa divariasikan jaraknya dan
bentuknya.
Transformator juga digunakan pada praktikum ini, trafo merupakan peralatan atau pitranti listrik
yang dapat digunakan untuk mengubah energi listrik yang sat uke eneergi listrik yang lain, dimana
tegangan keluarannya dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan
kegunaannya trafo ada tiga yakni trafo daya yang digunakan untuk menaikkan dan menurunkan
tegangan, trafo distribusi biasanya digunakan pada sitem distribusi yang digunakan untuk menurunkan
tegangan, dan trafo proreksi dan pengukuran yang digunakan untuk mengukur arus dan tegangan serta
memproteksi main transformer. Terdapat trafo uji yang digunakan untuk pengujian yang merupakan
trafo step up. Terdapat perbedaan karakteristik dari trafo uji dan trafo tegangan ( trafo Daya) yakni
lilitan trafo uji lebih besar disbanding dengan trafo tenaga, kapasitas kVA trafo uji lebih kecil dibanding
dengan kapasitas trafo tenaga, pada trafo pengujian menggunakan trafo satu fasam pada trafo uji pada
ujung lilitannya digroundkan, pada waktu mrencanakan isolasi untuk trafo uji hanya diperhitungkan
isolasi penguji maksimum.
Tegangan tembus adalah kondisi dimana menaikkan tegangan secara terus-menerus sehingga
isolasi yang semula bersifat mengisolasi sehingga menjadi konduktif dan kekuatan dielektrik adalah
kemampuan isolasi untuk menahan tegangan tembus dalam setiao ketebalan isolasinya Pada isolasi
udara peningkatan temperatur udara akan mempengaruhi pertambahan energi yang dapat
mempercepat pergerakan elektron-elektron di udara sehingga berakibat pada penurunan kekuatan
dielektrik udara dan jarak sela antar penghantar yang bertegangan juga akan menentukan laju
pergerakan elektron dalam dielektrik udara dalam fungsinya sebagai bahan isolasi, keadaan udara
juga mempengaruhi dari nilai tegangan tembus yang dihasilkan dan terdapat standarisasi
electrotechnical Commite oleh IEC yakni dinyatakan dalam rumus δ = (0,386.b)/((273+t))
dengan b merupakan tekanan udara (mmHg) dan t merupakan temperature udara (°C).
Elektroda yang digunakan pada percobaan ini ada elektroda bola dan elektroda jarum. Dimana
terdapat perbedaan nilai tegangan tembus pada kedua elektroda tersebut. perbedaan Panjang dan
diameter ini sangat mempengaruhi nilai tegangan tembunya. Semakin besar luas permukaannya
semakin besar juga tegangan tembusnya. Untuk tegangan tembus pada elektroda bola lebih besar
daripada tegangan tembus di elektroda jarum. Karena pada jarum terjadi discharge lebih cepat daripada
elektroda bola. Karena muatan lebih cenderung berkumpul di sisi yang lebih runcing. Sehingga Bentuk
elektroda yang digunakan akan mempengaruhi tegangan tembus yang terjadi pada bahan isolasi.
Pengambilan data pengamatan modul II dimana kita mengatur jarak dari 2 bauh elektroda dari
(0,5),1,(1,5) dan 2 cm menggunakan jangka sorong. Dengan tujuan melihat apa pengaruh dari jarak
elektrodanya terhadap nilai dari tegangan tembus, kemudian menyalakan mcb panel proteksi, setting
ke auto pada panel proteksi, nyalakan power switch di control unit dan setelah itu kita mengatur
regulator sampai breakdown voltage.dan kemudian diamati pada elektroda dan mengamati berapa
tegangan sekunder ketika pada breakdown voltage. Dari hasil pengukuran didapat untuk kondisi
tegangan tinggi AC pada jarak 0,5 cm maka tegangan tembusnya 15,81kV, pada jarak 1 cm tegangan
tembusnya 17,50 kV, pada jarak 1,5 cm tegangan tembusnya 21,87 kV, dan pada jarak 2 cm tegangan
tembusnya 27,97 kV. Sedangkan pada kondisi tegangan DC pada jarak 0,5 cm maka tegangan tembus
yang muncul 15,81 , pada 1 cm tegangan tembusnya 17,50 pada 1,5 cm tegangan tembusnya 21,87 kV
dan pada 2 cm tegangan tembusnya 27,97 kV. Dari hasil pengukuran pada data pengamatan dapat
dilihat bahwa semakin besar jarak 2 buah elektroda tersebut semakin besar pula juga tegangan tembus
X. KESIMPULAN
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan tembus isolasi udara
Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan tembus isolasi udara adalah jarak elektroda dan
bentuk elektroda
2. Mempelajari pengaruh jarak elektroda pada kegagalan isolasi udara dengan tegangan tinggi
arus bolak-balik dan arus searah. Dimana Jarak elektroda yang semakin besar akan
mengakibatkan tegangan tembus semakin besar.
3. Mempelajari pengaruh bentuk elektroda pada kegagalan isolasi udara dengan tegangan
tinggi arus bolak balik dan arus searah. dimana Semakin kecil, kasar dan runcing bentuk
elektrodanya maka energi yang diperlukan untuk proses ionisasi lebih kecil sehingga
tegangan yang diterapkan juga akan semakin kecil begitu pula sebaliknya, jika semakin besar
dan halus bentuk elektrodanya maka energi yang diperlukan semakin besar sehingga
tegangan tembus yang diterapkan juga akan semakin besar pula.
MODUL III
KARAKTERISTIK TEGANGAN TEMBUS ISOLATOR UDARA TEGANGAN BOLAK-
BALIK VARIASI ELEKTRODA
I. TUJUAN
Mengetahui pengaruh variasi bentuk dan bahan elektroda terhadap pengujian tegangan tembus
isolator udara dengan sumber AC.
A. Elektroda Jarum
Secara geometri, elektroda jarum mempunyai ujung yang runcing sehingga rapat
muatannya lebih besar maka elektroda jarum akan lebih mudah melepaskan elektron dan
memerlukan energi yang lebih kecil untuk proses ionisasi, sehingga untuk terjadinya tegangan
tembus lebihmudah.
B. Elektroda Bola
Pada elektroda bola yang mempunyai permukaan halus dan penampang yang lebih besar
makaakan lebih sulit melepaskan elektron sehingga diperlukan energi yang lebih besar untuk
mengawali proses ionisasi.
Dengan demikian semakin kecil, kasar dan runcing bentuk elektrodanya maka energi
yang diperlukan semakin kecil sehingga tegangan yang diterapkan juga akan semakin kecil.
Dan sebaliknya semakin besar dan halus bentuk elektrodanya, maka energi yang diperlukan
semakin besarsehingga tegangan yang diterapkan juga akan semakin besar pula.
A. Tembaga
Setiap konduktor memiliki nilai hambatan jenis () dalam penghantaran listrik. Semakin
besar nilai hambatan jenis, maka semakin besar juga kerugian listrik yang bisa terjadi.
Sebaliknya, semakin kecil nilai hambatan jenisnya, maka semakin sedikit juga kerugian listrik
yang bisa terjadi.
Tembaga, memiliki hambatan jenis yang cukup kecil dari jenis konduktor lainnya. Karena
itulah tembaga sangat baik untuk digunakan sebagai kabel penghantar listrik, karena dapat
meminimalisir kerugian daya listrik. Walaupun demikian, tembaga bukanlah bahan konduktor
dengan hambatan terkecil. Pilihan pada tembaga dijatuhkan karena beragamkelebihan lainnya
yang dimiliki tembaga.
B. Alumunium
Banyak peralatan listrik yang di buat dari almunium.sekarang kabel juga di buat dari logam
ini. Alumunium sangat ringan, hampir seperempat berat tembaga, warnanya putih keperak-
perakan, titik cair mencapai 657 oC dan titik didih nya kira-kira 1800oC. Untuk penghantar
kemurnian alumunium tercapai 99,5%. Setengah persen yang lain terdiri dari unsur besi,
silikon, tembaga, alumunium bekas yang di cairkan kembali biasanya mengandung juga seng.
Tahanan akan menghambat aliran arus. Tahanan ini seperti "gesekan" listrik. Setiap
komponen atau rangkaian listrik memiliki nilai tahanan. Tahanan akan mengubah energi listrik
menjadi bentuk energi lain, seperti panas, nyala lampu pijar, atau gerak. Tahanan listrik diukur
dalam ohm dengan Ohmmeter. Arus 1 amper adalah elektron sebanyak 6.25 x 1018 yang
bergerak dalam satu detik. Perlu juga kita ketahui, bahwa semua jenis benda tersusun dari atom-
atom sehingga ada beberapa kemungkinan rintangan bagi elektron bebas untuk bergerak,
tertahannya pergerakan elektron bebas disebut dengan tahanan listrik. Jadi tahanan listrik pada
suatu penghantar berbeda berdasarkan faktor sebagai berikut :
1. Panjang Penghantar
2. Diameter
3. Temperatur
4. Kondisi Fisik
5. Bahan
Hubungan antara material kabel, panjang kabel, dan diameter kabel dapat dihitung
denganrumus berikut:
𝐿
𝑅=𝜌
𝐴
Dimana :
R = Tahanan kawat [ Ω ]
L = Panjang kawat [ m ]
difusi.
4.1.2 Ionisasi karena Benturan Elektron
Jika gradien tegangan yang ada cukup tinggi maka jumlah elektron yang diionisasikan
akan lebih banyak dibandingkan jumlah ion yang ditangkap menjadi molekul oksigen.
Sehingga tiap-tiap elektron yang mengalami ionisasi tersebut kemudian akan berjalan menuju
anoda secara kontinu, sambil membuat benturan-benturan yang kemudian akan
membebaskan lebih banyak elektron. Ionisasi karena benturan ini mungkin merupakan
proses yang paling penting dalam kegagalan udara atau gas.
Sebuah elektron tunggal yang dibebaskan oleh pengaruh luar pada proses ionisasi
tersebut akan menimbulkan banjiran elektron ( avalanche ), yaitu kelompok elektron yang
bertambah secara cepat dan bergerak maju meninggalkan ion positif pada lintasannnya.
Proses pelepasan ( discharge ) pada udara dan gas dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu
pelepasan bertahan sendiri ( self sustaining discharge ) dan pelepasan tak bertahan sendiri (
non sustaining discharge ). Dalam hal ini mekanisme kegagalan gas dan udara adalah suatu
bentuk transisi dari keadaan pelepasan tak bertahan menuju pelepasan bertahan sendiri.
4.1.3 Proses-Proses Dasar dalam Kegagalan Gas
Mekanisme kegagalan dalam udara yang disebut percikan (spark breakdown) adalah
peralihan dari peluahan tak bertahan sendiri ke berbagai jenis peluahan yang bertahan sendiri.
Sifat mendasar dari kegagalan percikan ini adalah tegangan pada (across) sela antara elektroda
akan menurun karena adanya proses yang menghasilkan konduktifitas tinggi antara anoda dan
katoda.
(avalanche) elektron.
Pada mekanisme primer, proses yang terpenting adalah katoda. Dalam hal ini katoda
akan melepas (discharge) elektron, yang akan mengawali terjadinya suatu kegagalan percikan
(spark breakdown). Sehingga untuk hal ini elektroda yang mempunyai potensial yang lebih
rendah, yaitu katoda akan menjadi elektroda yang melepaskan elektron. Adapun fungsi katoda
selaku elektroda pelepas elekton adalah :
1. Menyediakan elektron awal yang harus dilepaskan
2. Mempertahankan pelepasan ( discharge )
3. Menyelesaikan pelepasan ( discharge )
Sumber : Prihatnolo, S. Teguh., Syakur, Abdul., & Facta, Moch. (2011). Pengukuran Tegangan
Tembus Dielektrik Udara Pada Berbagai Sela dan Bentuk Elektroda dengan Variasi Temperatur Sekitar.
Diponegoro Univesitio Institutional Repository.
V. LANGKAH PERCOBAAN
2. Ukur dan catat kelembaban dan temperatur ruang uji menggunakan Thermohygrometer.
3. Atur jarak Space Ball sesuai data dari asisten menggunakan jangka sorong.
Bola Tembaga
Jarum Tembaga
Jarum Alumunium
𝟎,𝟑𝟖𝟔 .𝒃 𝟎,𝟑𝟖𝟔+𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈
δ= = = 0,9753
(𝟐𝟕𝟑 +𝒕) 𝟐𝟕𝟑 +𝟐𝟕,𝟖
Jawab :
Jawab :
Dari grafik di atas terlihat bahwa tegangan tembus paling besar terjadi pada elektroda
bola tembaga karena luas penampangnya yang lebih besar dibandingkan yang berbentuk
jarum
3. Hitunglah faktor koreksi udara dan tegangan tembus pada jarak elektroda!
Jawab :
Bola Tembaga
Jarum Tembaga
Jarum Alumunium
𝟎,𝟑𝟖𝟔 .𝒃 𝟎,𝟑𝟖𝟔+𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈
δ = (𝟐𝟕𝟑 +𝒕) = = 0,9753
𝟐𝟕𝟑 +𝟐𝟕,𝟖
Jawab :
Bola Tembaga
d = 10 cm
r = 5 cm = 0,05 m\
L = 𝜋 × d = 𝜋 × 0,1 m= 0,314 m
Jarum tembaga
L = h1 + h2 = 5 cm + 4 cm
Jarum Almunium
Jawab :
Jarum tembaga karena memiliki tegangan tembus yang paling kecil dibandingkan yang `
lain.
IX. ANALISA
Pada praktikum modul III ini berjudul Karakteristik Tegangan Tembus Isolator Udara Tegangan
Bolak-Balik Variasi Elektroda. Tujuan dari praktikum modul ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
variasi bentuk dan bahan elektroda terhadap pengujian tegangan tembus isolator udara dengan sumber
AC. Perbedaan antara modul ini dengan modul sebelumnya yaitu jika pada modul sebelumnya untuk
melihat tegangan tembusnya dengan memvariasikan jarak antar elektrodanya maka di modul ini
untuk melihat tegangan tembusnya dengan membedakan bentuk dari elektrodanya. Alat dan bahan
yang digunakan pada praktikum ini yaitu Power Supply Cable (PSC) , Control Unit (CU), HV Test
Transformer (TT), Current Limiting Resistance (CLR), RC Divider (RCD), High Voltage Divider
(HVD), Floor Pedestal (FP), Connecting Line (CL), Earth Cable (EC), Space Ball Current-Limiting
Resistor (SB-CLR), Manual Discharge Space Ball (SB), Support Insulator (SI), dan High Voltage
Filter Capasitor (FC). Dimana Panel proteksi yang terhubung dengan power supply kabel dengan
tegangan 220 V , Control Unit (CU) disini untuk menaikkan tegangan primer yang kita ujikan
terhubung dengan trafo, High Voltage Divider (HVD) yang berfungsi untuk membaca nilai dari
tegangan sekunder yang telah dibangkitkan trafo, trafo uji berkapasitas high voltagenya diatas 200 V,
CLR current limiting resistor untuk membatasi alur yang mengalir setelah dibangkitkan dari trafonya,
kemudian ada RCD dimana RCD membagi tegangan Ke HVD dan masuk ke Filter kapasitor yang
berfungsi untuk menyimpan muatan dan menekan cacat gelombang, kemudian masuk ke Support
Insulator (SI) berfungsi untuk menopang elektroda dan 2 buah elektroda ini yang bisa divariasikan
jaraknya dan bentuknya.
Isolasi atau insulasi merupakan bahan yang digunakan atau dipake untuk mengisolasi suatu
benda tertentu dari suatu nilai besaran listrik. Isolasi digunakan sesuai dengan fungsinya yakni untuk
memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang bertegangan, sehingga tidak akan terjadi lompatan
listrik atau percikan antara penghantar-penghantar. Ada beberapa macam jenis isolasi yakni gas,
padat (keramik atau polimer atau kaca), cair, dan udara. Isolasi cair biasanya digunakan untuk pengisi
pada beberapa peralatan listrik seperti transformator. Isolator cair sendiri memiliki fungsi sebagai
isolator arus listrik dan pendingin. Isolasi gas biasanya digunakan pada PMT, untuk meredam busur
api apabila timbul api. Isolasi padat terdapat beberapa bahan yakni keramik, polimer, kaca dan lain
sebagainya. Isolasi udara merupakan bahan isolasi yang mudah didapat dan mempunyai tegangan
tembus yang cukup besar yakni 30 kV/cm. Pada system tenaga listrik udara merupakan bahan
penyekat antara kawat konduktor atau antara kawat kondutor dengan tanah. Pada tekanan yang tidak
terlalu tinggi udara merupakan bahan penyekat yang baik, dan terjadinya kebocoran melalui udara
sangat kecil. Namun pada tekanan yang cukup tinggi akan terjadi loncatan electron di udara dan udara
Pada percobaan ini juga menggunakan prinsip pembagi tegangan. Pembagi tegangan dibagi
menjadi tiga yakni pembagi tegangan resistif yang berisi elemen tahanan, pembagi tegangan
kapasitif, berisi elemen kapasitor, dan pembagi tegangan campuran antara resistor dan kapasitif. Pada
percobaan ini kita menggunakan prinsip pembagi tegangan kapasitor karena menggunaan arus bolak-
balik. Prinsip pembagi kapasitor ini dengan menghubungkan kapasitor dengan sebuah voltmeter
untuk mengukur tegangan tinggi yaitu HVD, sehingga tegangan tingi yang hendak diukur
tegangannya tidak diukur langsung oleh volmeter tersebut agar HVD tidak rusak. Elektroda yang
digunakan pada percobaan ini ada elektroda bola dan elektroda jarum . Dimana terdapat perbedaan
nilai tegangan tembus pada kedua elektroda tersebut. perbedaan Panjang dan diameter ini sangat
mempengaruhi nilai tegangan tembunya. Semakin besar luas permukaannya semakin besar juga
tegangan tembusnya. Untuk tegangan tembus pada elektroda bola lebih besar daripada tegangan
tembus di elektroda jarum. Karena pada jarum terjadi discharge lebih cepat daripada elektroda bola.
Karena muatan lebih cenderung berkumpul di sisi yang lebih runcing. Sehingga Bentuk elektroda
𝑳
menghitung hambatan dalam yakni dengan R = 𝝆 merupakan hambatan dalam, rho merupakan
𝑨
hambatan jenis (Ωm), l merupakan diameter atau panjanh elektroda (m), dan A merupakan lua s
penampang (m2). yang digunakan akan mempengaruhi tegangan tembus yang terjadi pada bahan
isolasi.
Pengambilan data modul 3 yaitu adalah variasi elektroda yang berbeda yaitu dengan elektroda
bola tembaga, jarum tembaga dan jarum almunium dengan jarak 3 cm yang sama diukur dengan
jangka sorong. Pada jarak 3 cm untuk Bola tembaga maka tegangan tembus yang dihasilkan adalah
55,96 kV, pada jarum tembaga tegangan tembus sebesar 29,30 kV dan pada jarum alumunium untuk
jatuh tegangan sebesar 32,22 Kv. Dari data pengamatan di atas terlihat bahwa tegangan tembus paling
besar terjadi pada elektroda bola tembaga karena luas penampangnya yang lebih besar di bandingkan
yang berbentuk jarum
X. KESIMPULAN
Mengetahui pengaruh variasi bentuk dan bahan elektroda terhadap pengujian tegangan tembus
isolator udara dengan sumber AC.
Elektroda yang digunakan pada percobaan ini ada elektroda bola dan elektroda jarum. Dimana
terdapat perbedaan nilai tegangan tembus pada kedua elektroda tersebut. perbedaan Panjang
dan diameter ini sangat mempengaruhi nilai tegangan tembunya. Semakin besar luas
permukaannya semakin besar juga tegangan tembusnya. Sehingga Bentuk elektroda yang
digunakan akan
mempengaruhi tegangan tembus yang terjadi pada bahan isolasi.
MODUL IV
PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRAFO BARU
I. TUJUAN
1. Mengetahui karakteristik kegagalan isolasi cair.
• Isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan isolasi gas,
sehinggamemiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi menurut hukum Paschen.
• Minyak isolasi terdiri dari beberapa jenis yaitu minyak nabati, minyak mineral dan
minnyaksintetis
• Isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara serentak
melalui proses konversi menghilangkan panas yang timbul akibat rugi energi.
3.2 Fungsi minyak insulasi transformer
• Sebagai medium pendingin pada trafo melalui system sirkulasi pendingin radiator
• Pelarut gas-gas
Minyak bumi telah digunakan pada tahun 1891 oleh sebabstian de Ferranti
pada isolasi minyak transformator. Minyak bumi merupakan campuran dari
beberapa hidrokarbon yang terdapat dalam fase cair dalam reservoir dibawah
permukaan tanah dan tetap cair pada tekanan atmosfer melalui fasilitas destilasi.
Minyak bumi terdiri dari senyawa hdrokarbon dan sedikit sulfur. Berdasarkan
susunan rantai hidrokarbon, maka senyawa inti dalam minyak bumi dibedakan
menjadi beberapa kelompok utama.
3.3.2 Aromatik
Minyak bumi aromatic merupakan senyawa yang mempunyai struktur enam
atom karbon, terbagi menjadi dua golongan yakni monoaromatic ( satu ikatan
lingkaran ) dan poliaromatik ( dua atau lebih ikatan lingkaran ). Minyak bumi
Aromatik digolongkan denganfraksi hidrokarbon paling berbahaya, dikarenakan
memupunyai titik didih tinggi dan mudahterlarut dalam air laut.
• Uninhibited oil
O Transformator >`400 kV
C Transformator <72,5 kV
1 Fungsi -
3. Unjuk Kerja -
• Bebas asam untuk mencegah karat dari tembaga dan kerusakan pada isolasi belitan
Transformator daya yang digunakan di gardu induk, terdapat minyak trafo yang
berfungsi untuk memisahkan secara listrik kumparan primer dengan kumparan
sekundernya agar tidak terjadi tegangan tembus (breakdown). Minyak trafo ini memiliki
tingkat isolasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan udara bebas. Salah satu parameter
yang dapat menunjukkan baik uruknya tingkat isolasi suatu bahan adalah tegangan
tembusnya.
Pada gambar 2.1 dan 2.2 .pengujian tegangan tembus minyak trafo dari mulai
supply yang di gunakanan yaitu AC 220V kemudian ada regulator tegangan untuk menaik
turunkan tegangan secara manual, trafo tegangan 100kV sebagai penaik tegangan
maksimal 100kV , resistor disini berfungsi sebagai penahan apabila nilai tegangan tembus
sudah di dapatkan tegangan tidak bisa naik terus oleh karena itu dipasanglah resistor,
capasitor disini berfungsi sebagai penunjuk hasil dari pengujian tegangan tembus tersebut,
sedangkan yang terakhir ada elektroda pada kotak uji yang berfungsi sebagai patokan titik
tembus minyak dengan jarak 2.5mm.
Adapun fungsi yang paling penting dari suatu bahan dielektrik adalah:
Dari sifat-sifat bahan dielektrik yang ada, terdapat 6 sifat yang perlu diketahui,
yaitu; Kekuatan dielektrik, .konduktansi, Rugi dielekrik, Tahanan Isolasi dan Partial
discharge dan Kekuatan kerak isolasi (tracking strenght)
Pada dasarnya tegangan pada isolasi merupakan suatu tarikan atau tekanan yang
harus dilawan oleh gaya yang terdapat pada isolasi. Perlawanan ini diharapkan mampu
mencegah terjadinya kegagalan pada isolasi tersebut. Teori kegagalan isolasi yang terjadi
pada minyak transformator dibagi menjadi empat jenis sebagai berikut :
terbesar terdapat pada bagian yang tidak rata tersebut. Perolehan ini digunakan untuk
mengionisasikan molekul karena benturan dan mengawali banjiran.
B. Teori kegagalan gelembung gas
Yaitu ketakmurnian (misalnya gelembung udara ) mempunyai tegangan gagal yang
lebih rendah dari zat cair, disini adanya gelembung udara dalam cairan merupakan awal
dari pencetus kegagalan total dari pada zat cair.Kegagalan gelembung merupakan bentuk
kegagalan isolasi cair yang disebabkan oleh gelembung-gelembung gas didalamnya.
C. Teori kegagalan uap air
Air dan uap air terdapat pada minyak, terutama pada minyak yang telah lama
digunakan. Jika terdapat medan listrik, maka molekul uap air yang terlarut memisah dari
minyak dan terpolarisasi membentuk suatu dipole. Jika jumlah molekul molekul uap air ini
banyak, maka akan tersusun semacam jembatan yang menghubungkan kedua elektroda,
sehingga terbentuk suatu kanal peluahan. Kanal ini akan merambat dan memanjang sampai
menghasilkan tembusan listrik.
D. Teori kegagalan partikel padat
Partikel debu atau serat selulosa yang ada disekeliling isolasi padat (kertas)
seringkali ikut tercampur dengan minyak. Selain itu partikel padat ini pun dapat terbentuk
ketika terjadi pemanasan dan tegangan lebih. Pada saat terjadi medan listrik, partikel –
partikel ini akan terpolarisasi dan membentuk jembatan. Arus akan mengalir melalui
jembatan dan menghasilkan pemanasan local serta menyebabkan terjadinya kegagalan.
Sumber :
AS, Nizar Rosyidi., & P, Deki. (2021). Pengujian Tegangan Tembus Pada tMinyak Trafo. Sinusida Vol
XXII No. 2 Desember 2021. Hal 20-32.
V. LANGKAH PERCOBAAN
2. Hubungkan Oil Tester dengan kabel Power Supply dan kabel pembumian,
5. Bilas bejana dengan minyak yang sejenis dengan minyak yang akan digunakansebagai
objek percobaan
6. Isi bejana dengan minyak yang akan diujikan sampai elektroda mushroom tengggelam
sepenuhnya,
7. Nyalakan oil tester
15. Keluarkan minyak (yang sudah diuji) dan stirrer menggunakan magnetic stick,kemudian
ulangi Langkah ke-3 sampai 9, untuk pengujian berikutnya
16. Lalu Pilih menu Quick test untuk pengujian sesuai tabel pengamatan
Standart Observed
Measurement Breakdown Voltage (KV)
IEC 60156:1995 41,0 50,3 29,5 45,6 48,6 47,8
Standard Measurement
(41+50,3+29,5+45,6+48,6+47,8)
Vs = 6
= 43,8 kV
Ouick test
(48,6+48,8+33,2+31,8+36,3+36,5)
Vs = 6
= 39,2 kV
(42,5+41,9+42,3+49,4+43,4+46,9)
Vs = 6
= 44,4 kV
(50+47,3+53,6+54,7+38,7+44,6)
Vs = 6
= 48,15 kV
(55,5+59,7+60,3+57,2+47,4+60,4)
Vs =
6
= 56,75 kV
(51,9+74+54,5+53+108,9+64,1)
Vs =
6
= 67,73 kV
1. Buatlah grafik hubungan rata – rata standart measurement dan quick test terhadap Vb
pengujian! 1 grafik 6 garis
Jawab :
Jawab :
• Minyak isolasi mineral adalah minyak isolasi yang bahan dasarnya berasal dari minyak bumi
yang diproses dengan cara destilasi.
• Minyak isolasi sintetis adalah minyak isolasi yang diproses secara kimia untuk mendapatkan
karakteristik yang lebih baik dari minyak isolasi mineral. Contoh minyak sintetis adalah askarel,
silicon cair, flourinasi cair dan ester sintetis.
• Minyak Nabati adalah minyak yang disari/diekstrak dari berbagai bagian tumbuhan.
Jawab :
Kelebihan isolator minyak:
• Isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan isolasi gas,
sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi menurut hukum Paschen.
• Minyak isolasi terdiri dari beberapa jenis yaitu minyak nabati, minyak mineral danminnyak
sintetis
• Isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara serentak melalui
proses konversi menghilangkan panas yang timbul akibat rugi energi.
Kekurangan isolasi minyak:
• Mudah terkontaminasi
• Mencemari lingkungan
5. Hitunglah nilai tegangan tembus rata – rata dari setiap pengujian (V – arg) dan kekuatan
dielektrik minyak uji tiap tabel isolasi yang diatur (kV/mm)!
Jawab :
Standard Measurement
(41+50,3+29,5+45,6+48,6+47,8)
Vs = 6
= 43,8 kV
Ouick test
(48,6+48,8+33,2+31,8+36,3+36,5)
Vs = 6
= 39,2 kV
(42,5+41,9+42,3+49,4+43,4+46,9)
Vs = 6
= 44,4 kV
(50+47,3+53,6+54,7+38,7+44,6)
Vs = 6
= 48,15 kV
(55,5+59,7+60,3+57,2+47,4+60,4)
Vs =
6
= 56,75 kV
(51,9+74+54,5+53+108,9+64,1)
Vs =
6
= 67,73 kV
Kekuatan dielektrik
Standard Measurement
𝑣𝑠 43,8 𝑘𝑉
Es = = 2,5 𝑚𝑚 = 17,52 kV/mm
𝑑
Ouick test
𝑣𝑠 39,2 𝑘𝑉
E2 = = 2,5 𝑚𝑚 = 15,68 kV/mm
𝑑
𝑣𝑠 44,4 𝑘𝑉
E4 = = 2,5 𝑚𝑚 = 17,76 kV/mm
𝑑
𝑣𝑠 48,15 𝑘𝑉
E6 = = = 19,26 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
𝑣𝑠 56,75 𝑘𝑉
E8 = = = 22,7 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
𝑣𝑠 67,73 𝑘𝑉
E10 = = = 27,09 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
IX. ANALISA
Pada praktikum modul IV ini berjudul Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo Baru. Tujuan
dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui karakteristik kegagalan isolasi cair, dan untuk mengetahui
cara pengujian minyak trafo yang baik. Adapun alat yang digunakan pada modul ini yakni 1 set oil test
DPA (OT) yang di dalam alat ini terdapat bejana yang adalah sebagai wadah, alat ukur untuk mengukur
jarak antara elektroda harus 2,5 cm, stirel untuk mengaduk maupun memecahkan gelembung pada
bejana tersebut dan elektroda berbahan tembaga yang dimasukkan ke dalam isolasi cair yang akan
diujikan. Kemudian disini menggunakan minyak berjenis mineral. Yang pertama dipastikan bejana
tersebut bersih dari debu, kemudian tuangkan minyak baru ke dalam bejana sampai elektrodanya
tenggelam. Kemudian masukan stirel didalam bejana dan melakukan pengujian pada baur oil tester dpa.
Terdapat syarat isolasi baru yang layak dipakai menurut SPLN 49-1:1982 yakni minyak harus
jernih tidak boleh terkontaminasi dan terdapat endapan. Masa jenis dari minyak harus lebih kecil dari
air, jika masa jenis air lebih besar maka minyak akan larut dengan air yang menyebabkan mempercepat
tegangan tembus. Viskositas nilainya harus rendah agar kemungkinan terkontaminasinya rendah
sehingga sirkulasi berlaku baik dan pendingin berlangsung secara sempurna. Titik nyalanya merupakan
suhu ketika minyak dipanaskan dan timbul api, semakin tinggi nilai titik nyala maka semakin baik
minyak tersebut dijadikan isolasi. Titik tuang merupakan suhu ketika minyak diberikan suhu rendah
dimana minyak tersebut tetap mengalir atau membeku. Semakin rendah nilai titik tuang maka semakin
baik minyak tersebut dijadikan isolasi. Angka kenetralan harus dibawah kurang dari sama
dengan 0,03 mg KOH/g. dan minyak yang bagus tidak terdapat unsur belerang. Tegangan tembus yang
baik pada isolasi minyak sebesar 30kV/2,5mm. apabila tidak mencapai nilai tersebut maka dapat
diindikasikan terdapat kontaminasi air, kotoran atau zat lainnya. Factor dielektrik yang mana
mengukurnya dengan menggunakan omicrom apabila nilai dibawah standar maka trafo dikatakan tidak
bagus. Kemudian ketahan oksidasi dibagi dua yakni angka kenetralan bernilai kurang dari 0,4 mg KOH/g
dan kotoraan bernilai kurang dari sama dengan 0,1%. Dan untuk elektroda berlaku apabila luas
permukaan elektroda mempengaruhi kerapatan electron pada elektroda. Semakin besar luas permukaan
suatu elektroda maka kerapatan electron akan semakin kecil sehingga elektroda susah melepaskan
electron. Semakin luas permukaan maka dibutuhkan tegangan lebih besar untuk menghasilkan medan
listrik yang besar supaya terjadinya proses ionisasi.
Fungsi dari isolator minyak adalah sebagai medium dielectric atau isolator dari bagian-bagian
yang bertegangan , sebagai medium pendingin pad atrafo melalui system sirkulasi pendingin radiator ,
sebagai pembawa informasi penting kejadian pada trafo, meredam terjadinya arcing, dan pelarut gas-
gas. Syarat minyak trafo yaitu viskositas yang rendah untuk mempermudah sirkulasi, titik nyala yang
tinggi untuk mencegah terjadinya kebakaran, bebas asam untuk mencegah karat dari tembaga dan
kerusakan pada isolasoi belitan, tidak bersifat korosif, tahan terhadap oksidasi, mempunyai kekuatan
dielektrik yang tinggi , dan tidak mengandung sedimen. Jenis-jenis isolasi cair yaitu Minyak isolasi
mineral adalah minyak isolasi yang bahan dasarnya berasal dari minyak bumi yang diproses dengan cara
destilasi, Minyak isolasi sintetis adalah minyak isolasi yang diproses secara kimia untuk mendapatkan
karakteristik yang lebih baik dari minyak isolasi mineral. Contoh minyak sintetis adalah askarel, silicon
cair, flourinasi cair dan ester sinteti dan Minyak Nabati adalah minyak yang disari/diekstrak dari
berbagai bagian tumbuhan.
Dari hasil data pengamatan yang dilakukan, percobaan dilakukan dengan mengatur jarak elektroda
mushroom sejauh 2,5 mm kemudian isi bejana dengan minyak sampai elektroda mushroom tenggelam,
lalu didapatkan lah hasil pengamatan sesuai tabel data pengamatan. Maka dapat dilihat bahwa semakin
besar rating yang diberikan maka Vb pengujian akan semakin besar juga.
X. KESIMPULAN
MODUL V
PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS ISOLATOR MINYAK BEKAS
I. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh minyak bekas pakai terhadap tegangan tembus
Pada prinsipnya tegangan pada isolator merupakan suatu tarikan atau tekanan (stress)
yang harus dilawan dengan gaya dalam isolator itu sendiri agar supaya isolator tidak gagal.
Dalam strukturmolekul material isolasi, elektron-elektron terikat erat pada molekulnya, dan
ikatan ini mengadakan perlawanan terhadap tekanan yang disebabkan oleh adanya tegangan.
Bila ikatan ini putus pada suatutempat maka sifat isolasi pada tempat itu hilang. Bila pada
bahan isolasi tersebut diberikan tegangan akan terjadi perpindahan elektron-elektron dari suatu
molekul ke molekul lainnya, sehingga timbul arus konduksi atau arus bocor. Karakteristik
isolator akan berubah bila material tersebut bercampur dengan bahan pengotor (impurity),
seperti adanya arang atau kelembaban dalam isolasi yang dapat menurunkan tegangan gagal.
1. Key gases/gas kunci : gas yang terdapat dalam minyak trafo yang dapat
digunakan secara kualitatif untuk penentuan jenis gangguan berdasarkan
jenis gas yang tipikal atau dominan pada temperatur yang bervariasi
Prosedur Operasi yang Disarankan Berdasarkan Deteksi dan Analisis Gas Mudah
Terbakar. Dari sudut pandang operasional, penting untuk menyusun prioritas sebagai
berikut :
a. Deteksi : mendeteksi pembentukan yang melebihi jumlah normal dan menggunakan
panduanyang sesuai sehingga dugaan ketidak normalan yang terjadi dapat diketahui
sesegera mungkinuntuk meminimalkan atau mencegah kerusakan.
Tabel 5.1 Pengelompokan Kondisi Trafo Berdasarkan Batasan Konsetrasi Gas Terlarut
STATUS
Batas Konsentrasi
Gas Terlarut (ppm) Kondisi Kondisi
1 Kondisi 2 Kondisi 3 4
4001-
Karbon Dioksida (CO2) 2500 2500- 10000 >1000
4000 0
3.2 DGA
DGA adalah proses untuk menghitung kadar/nilai dari gas-gas hidrokarbon yang
terbentuk akibat ketidaknormalan. Dari komposisi kadar/nilai gas-gas itulah dapat
diprediksi dampak-dampak ketidaknormalan apa yang ada di dalam trafo, apakah
overheat, arcing atau corona. Apabila tidak ada key gas maupun DCG (dissolved
combustible gas) yang melebihi level kondisi 1 (berdasarkan standar IEEE C57-104
2008) maka trafo dalam kondisi baik. Perlu dilakukan juga review terhadap hasil
pengujian sebelumnya untuk mengetahui hasil analisa stabil, valid atau meragukan. Jika
hasilnya meragukan maka pengujian ulang dapat direkomendasikan. Dari hasil Total
Dissolved Combustible Gas (TDCG) yang didapatkan dari akumulasi key gas terlarut
(H2, CH4, C2H2, C2H4, C2H6, CO) maka dapat dihitung nilai TDCG rate yang
terbentuk sehingga dihasilkan rekomendasi waktu pengambilan sampling minyak
berdasarkan Action Based TDCG (IEEE C.57.104-1991) seperti padatabel berikut :
(1921-4630) pemadaman
10-30 Minggiuan Analisa gas individu
> 30 Bulanan Saran diproduksi
3 Kondisi 2 > 30 Bulanan Berhati-hati, rencana
(721-1920S)
pemadaman
10-30 Bulanan Analisis gas individu
> 30 3 Bulan Saran diprosuksi
4 Kondisi 1 > 30 Bulanan Berhati-hati, analisis gas
individu, tergantung
(> 720)
kondisi beban.
10-30 3 Bulan Berhati-hati, analisis gas
individu, tergantung
kondisi beban.
> 10 1 Tahun Lanjut operasi normal
▪ Properti yang cukup baik pada temperatur rendah terutama pada instalasi
yang mengalami cuaca ekstrim
peralatan
7 Tegangan antar ISO 6295 O, A, B, C >28 20-28 <22
Peralatan
Catatan 3 (Jenis trafo) = O : Trafo tenaga > 400 kV ; A: Trafo tenaga 170 kV – 400 kV
1. Minyak Transformator
Isolasi cair minyak transformator merupakan media isolasi dan pendingin pada sebuah
transformator. Minyak transformator sebagai bahan isolasi harus memiliki kemampuan untuk
memisahkan bagian-bagian bertegangan yang memiliki beda fasa dan minyak transformator
sebagai pendingin harus mampu mensirkulasikan panas dengan optimal. Ketika minyak
transformator diaplikasikan untuk mengalirkan panas pada suhu tinggi dalam jangka waktu
tertentu, akan mengakibatkan proses penuaan pada minyak. Selain itu, panas juga dapat
menyebabkan proses aliran minyak menjadi terhambat. Hal ini terjadi akibat adanya
kontaminan dan resin yang mengendap pada minyak sehingga warna minyak akan menjadi
keruh dan memperlambat sirkulasi minyak.
- Isolasi yaitu mengisolasi kumparan didalam trafo supaya tidak terjadi loncatan bunga api
listrik (hubungan pendek) akibat tegangan tinggi.
- Pendingin yaitu mengambil panas yang ditimbulkan sewaktu transformator berbeban lalu
melepaskannya.
- Kekuatan isolasi harus tinggi, sesuai IEC 296 minyak transformator harus Class 1 & 2 yaitu
untuk minyak baru dan belum di Filter > 30 kV/2,5 mm dan setelah difilter yaitu > 50
kV/2,5 mm.
- Penyalur panas yang baik, berat jenis kecil, sehingga partikel-partikel dalam minyak dapat
mengendap dengan cepat.
- Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan kemampuan pendingan menjadi
lebih baik. Pada IEC 296 Viskositas minyak class 1 saat suhu 40o C adalah < 16,5 cSt.
- Titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yang dapat membahayakan. Sesuai IEC 296
- Flash point minyak transformator di atas 163oC dan Pour point adalah di bawah ± 30o C.
Spesifikasi dan metode pengetesan minyak yang digunakan untuk minyak isolasi transformator
adalah menggunakan standar IEC Publ 296 “Specification for unused mineral insulating oil for
transformer and switchgear”. Jika minyak isolasi transformer didatangkan dengan tangki
tersendiri, besar moisture yang terdapat dalam minyak tidak boleh lebih besar dari 10 ppm dan
dalam masa pengangkutan minyak tidak boleh terkontaminasi oleh udara, maka sebelum
minyak dipompakan ke dalam tangka transformator perlu dilakukan penyaringan dan
pemurnian (Treatment).
Kegagalan isolasi dapat terjadi karena beberapa faktor utama antara lain isolasi sudah
mengalami penuaan, menurunnya kekuatan dielektrik, serta tegangan lebih yang mengenai
isolasi. Selain itu, faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya kegagalan isolasi yaitu jarak
sela elektroda, luas daerah elektroda, serta system pendinginan.
Teori kegagalan isolasi yang terjadi pada minyak transformator dibagi menjadi empat jenis
sebagai berikut :
• Teori kegagalan elektronik. Teori ini menyebutkan bahwa medan listrik yang tinggi diantara
elektroda akan memicu timbulnya suatu electron yang nantinya akan memulai banjiran electron
sehingga terjadilah kegagalan.
• Teori kegagalan kavitasi. Teori tersebut menyatakan bahwa gelembung udara dalam cairan
yang terbentuk akibat tabrakan electron merupakan awal dari pencetus kegagalan total pada zat
cair.
• Teori kegagalan partikel padat. Teori ini terjadi karena adanya butiranbutiran penghatar
diantara elektroda di dalam minyak transformator yang memicu terjadinya kegagalan.
• Teori kegagalan bola cair. Teori ini terjadi akibat ketidakstabilan bola cair yang mengandung
uap air dalam suatu medan listrik yang kritis sehingga tetesan bola cair tertahan di dalam
minyak dan akan mengakibatkan terjadinya kegagalan total.Tegangan Tembus
3. Tegangan tembus merupakan tegangan ketika isolator sudah tidak sanggup menghadapi
tekanan berupa medan listrik diantara elektroda yang mempunyai beda potensial sehingga
isolator berubah menjadi konduktor. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi proses
tembus listrik pada minyak transformator. Salah satunya dapat diakibatkan oleh kontaminan
yang bergerak ke daerah yang bertekanan listrik diantara kedua elektroda. Tegangan tembus
pada isolator cair juga dapat dipengaruhi oleh sifat alami tegangan, sistem tegangan, serta durasi
waktu tegangan diterapkan. Selain itu besar tegangan tembus bergantung pada kuat dielektrik
masing-masing bahan dan kehadiran unsur lain.
4. Kandungan Air
Kandungan air dapat menurunkan ketahanan listrik minyak transformator serta memicu
terjadinya ionisasi sehingga mengakibatkan kerusakan isolasi padat dan cair. Jika terjadi
hubung singkat antar lilitan maka isolasi kertas dari lilitan bisa terbakar dan menghasilkan
karbon. Hal ini disebabkan karena minyak transformator dan kertas isolasi merupakan bahan
organik yang mengandung atom karbon. Ionisasi pada isolasi kertas akan memunculkan atom-
atom bebas berupa atom hidrogen dan oksigen yang akan menciptakan senyawa baru, yaitu air
(H2O). Kandungan air dan oksigen yang terbentuk dapat menghasilkan asam, menyebabkan
korosi, menimbulkan endapan, sertamempercepat penurunan usia transformator.
- Pendingin. Pada inti besi dan kumparankumparan akan timbul panas akibat rugirugi besi dan
rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, akan
merusak isolasi di dalam transformator, maka untuk mengurangi kenaikan suhu yang berlebihan
tersebut transformator perlu dilengkapi dengan sistem pendingin. Sedangkan untuk
menyalurkan panas keluar transformator dengan melalui kisi-kisi dari tangki minyak
transformator sebagai mediator pemindah panas yang bersinggungan langsung dengan udara
luar. Media yang digunakan pada sistem pendingin dapat berupa udara atau gas, minyak dan
air.
- Alat pernapasan. Karena pengaruh naik turunnya beban transformator maupun suhu udara
luar, maka suhu minyakpun akan berubahubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak
tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara di atas permukaan minyak keluar dari dalam
tangki. Sebaliknya bila suhu minyak turun, minyak menyusut maka udara luar akan masuk ke
dalam tangki. Kedua proses di atas disebut pernapasan transformator. Permukaan minyak
transformator akan selalu bersinggungan dengan udara luar yang menurunkan nilai tegangan
tembus minyak transformator, yang menyebabkan ketidak murnian pada minyak. Maka untuk
mencegah hal tersebut, pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi tabung berisi kristal
zat hygroskopis ( Sillikagel). Pemakaian minyak transformator mempunyai persyaratan khusus
yang telah diatur oleh SPLN’50-1982 “Pedoman Pengujian Transformator Terendam Minyak”
dan IEC No 56 Tahun 1991 antara lain mengenai persyaratan dan keandalan minyak
transformator dengan daya tembus minyak harus serendah-rendahnya 30 kV/2,5 mm.
Berdasarkan peraturan tersebut dan mengingat faktor keamanan dan keselamatan, maka perlu
kiranya dilakukan pengujian daya tembus minyak transformator secara berkala
Sumber : 1. Mudjiono, U., & Hidayat, E. P. (2012). Pengujian Tegangan Tembus Isolasi
Minyak Transformator Fasilitas Gedung Rektorat Universitas Airlangga Surabaya
V. LANGKAH PERCOBAAN
2. Hubungkan Oil Tester dengan kabel Power Supply dan kabel pembumian,
5. Bilas bejana dengan minyak yang sejenis dengan minyak yang akan digunakan sebagai
objek percobaan
6. Isi bejana dengan minyak yang akan diujikan sampai elektroda mushroom tengggelam
sepenuhnya,
7. Nyalakan oil tester,
15. Keluarkan minyak (yang sudah diuji) dan stirrer menggunakan magnetic stick,kemudian
ulangi Langkah ke-3 sampai 9, untuk pengujian berikutnya
16. Lalu Pilih menu Quick test untuk pengujian sesuai tabel pengamatan
Standart Observed
Measurement Breakdown Voltage (KV)
IEC 60156:1995 12,3 12,4 12,6 12,3 12,2 12,6
= 12,4 kV
Ouick test
(12,4+14,2+12,3+12,9+12,5+13,2)
Vs = 6
= 12,92 kV
(13,1+13,6+12,7+14,1+14,4+12,4)
Vs = 6
= 13,38 kV
(13,4+12,6+12,6+12,7+12,9+13,1)
Vs = 6
= 12,88 kV
(12,5+12,4+12,3+15,2+13,8+14,6)
Vs = 6
= 13,47 kV
(13,2+12,4+13,6+17,8+14,7+19,3)
Vs = 6
= 15,17 kV
1. Buatlah grafik hubungan rata – rata standart measurement dan quick test terhadap Vb
pengujian! 1grafik 6 garis
Jawab :
• Adanya kontaminan
• Kenaikan temperature
• Beroksidasi dengan udara
Jawab :
Timbulnya gas pada minyak trafo dapat disebabkan oleh ketidaknormalan. Dari komposisi
kadar atau nilai gas-gas dapat diprediksi dampak-dampak ketidaknormalan apa yang ada
di dalam trafo, apakah overheat, arcing atau corona.
5. Hitunglah nilai tegangan tembus rata – rata dari setiap pengujian (V – arg) dan kekuatan
dielektrikminyak uji tiap tabel isolasi yang diatur (kV/mm)!
Jawab :
Standard Measurement
(12,3+12,4+12,6+12,3+12,2+12,6)
Vs =
6
= 12,4 kV
Ouick test
(12,4+14,2+12,3+12,9+12,5+13,2)
Vs = 6
= 12,92 kV
(13,1+13,6+12,7+14,1+14,4+12,4)
Vs =
6
= 13,38 kV
(13,4+12,6+12,6+12,7+12,9+13,1)
Vs = 6
= 12,88 kV
(12,5+12,4+12,3+15,2+13,8+14,6)
Vs = 6
= 13,47 kV
(13,2+12,4+13,6+17,8+14,7+19,3)
Vs = 6
= 15,17 kV
Kekuatan dielektrik
Standard Measurement
𝑣𝑠 12,4 𝑘𝑉
Es = = 2,5 𝑚𝑚 = 4,96 kV/mm
𝑑
Ouick test
𝑣𝑠 12,92 𝑘𝑉
E2 = = = 5,168 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
𝑣𝑠 13,38 𝑘𝑉
E4 = = = 5,352 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
Karena terdapat minyak trafo bekas yang digunakan maka terdapat pula beberapa metode
pemurnian minyak yakni pertama metode reklame yang bertujuan untuk membuang semua bahan
pencemar yang tidak dapat larut sehingga minyak dapat digunakan kembali untuk keperluan lain.
Reklame minyak pelumas dapat dilakukan dengan proses eksrasi. Kedua metode ekstrasi merupakan
suatu cara untuk memisahkan suatu zat dari campurannya dengan menggunakan cairan pelarut
(solvent) tertentu yang mempunyai daya melarutkan zat tersebut, sedangkan zat yang lain tidak ikut
larut. Metode ini dilakukan secara berurutan pertama dilakukan metode reklame kemudian metode
ekstrasi.
MODUL VI
PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRAFO BARU
I. TUJUAN
Kegagalan isolasi pada peralatan tegangan tinggi yang terjadi pada saat peralatan sedang
beroperasi bisa menyebabkan kerusakan alat sehingga kontinuitas sistem menjadi terganggu.
Dari beberapa kasus yang terjadi menunjukkan bahwa kegagalan isolasi ini berkaitan dengan
adanya partial discharge. Partial discharge ini dapat terjadi pada material isolasi padat, material
isolasi cair,dan juga material isolasi gas.
Kegagalan pada material isolasi cair ini disebabkan oleh :
Adanya gelembung udara dalam cairan merupakan awal dan penyebab kegagalan total
dari zat cair dengan adanya gelembung pada zat cair dan tercampurnya material isolasi
cair.
o Teori kegagalan bola cair
Ketidakmurnian yang tidak stabil dalam medan listrik (misalnya bola-bola air) dapat
merupakanjembatan bertahanan rendah diantara elektroda dan dapat mengakibatkan
kegagalan.
o Teori kegagalan ketidakmurnian padat
Proses Dasar Kegagalan Gas Proses dasar ada dua jenis, yaitu:
1. Proses atau mekanisme primer, yang memungkinkan terjadinya banjiran (avalanche)
elektron.
2. Proses atau mekanisme sekunder, yang memungkinkan terjadinya banjiran elektron.
Proses yang paling penting dalam mekanisme primer adalah proses katoda, yaitu ketika salah
satu elektroda melepaskan elektron yang mengawali terjadinya kegagalan percikan.
V. LANGKAH PERCOBAAN
1. Hubungkan Oil Tester dengan kabel Power Supply dan kabel pembumiannya.
4. Atur jarak antar elektroda sesuai dengan permintaan pada data pengamatan.
6. Aduk isolator zat cair dalam bejana secara perlahan, untuk menghilangkan
gelembungudara sewaktu pengisian kemudian tutup kembali wadahnya.
7. Masukkan kontaminan konduktor dan H2O yang akan diujikan.
10. Keluarkan isolasi cair yang sudah diisi kemudian bersihkan wadahnya.
= 12,43 kV
(15,3+12,4+12,3+12,4+13,5+13,5)
Vs = 6
= 13,23 kV
(12,1+13,6+12,3+13,2+12,4+12,6)
Vs = 6
= 12,70kV
(14,2+12,7+12,4+12,1+12,4+13,2)
Vs =
6
= 12,83 kV
(12,8+14,1+13,6+12,8+13,8+12,6)
Vs = 6
= 13,28 kV
Kontaminan H20
(12,3+12,9+12,3+12,6+13,8+12,4)
Vs = 6
= 12,72 kV
(13,3+12,7+13,8+17,2+17,3+26,4)
Vs = 6
= 16,78 kV
(13,8+19,9+16,7+27,4+22,7+13,7)
Vs = 6
= 19,03kV
(24,7+24,8+17,3+15,7+12,7+35,4)
Vs = 6
= 21,77 kV
(18,1+20,0+20,7+27,6+20,2+26,5)
Vs = 6
= 22,18 kV
1. Buatlah grafik kontaminan partikel konduktor dan H2O terhadap tegangan tembus (Vb)!
Jawab :
Jawab :
Dapat dilihat semakin besar rating yang diberikan maka Vb pengujian sebanding . Semakin
besar massa kontaminan , maka semakin kecil tegangan tembusnya. Adanya air dan partikel
dalam minyak isolasi akan menurunkan tegangan tembus dan tahanan jenis minyak isolasi.
Jawab :
Adanya gelembung udara dalam cairan merupakan awal dan penyebab kegagalan total dari
zat cair dengan adanya gelembung pada zat cair dan tercampurnya material isolasi cair.
Ketidakmurnian yang tidak stabil dalam medan listrik (misalnya bola-bola air) dapat
merupakan jembatan bertahanan rendah diantara elektroda dan dapat mengakibatkan
kegagalan.
4. Jelaskan pengaruh kontaminan partikel konduktor dan H2O terhadap tegangan tembus!
Jawab :
Pengaruh kontaminan tersebut yaitu pada saat diberi medan listrik, partikel–partikel ini akan
terpolarisasi dan membentuk jembatan yang menyebabkan terjadinya kegagalan.
5. Hitunglah nilai tegangan tembus rata – rata dari setiap pengujian (V – arg) dan kekuatan
dielektrikminyak uji tiap tabel isolasi yang diatur (kV/mm)!
Jawab :
Partikel Konduktor
(12,4+12,6+12,7+11,8+12,4+12,7)
Vs =
6
= 12,43 kV
(15,3+12,4+12,3+12,4+13,5+13,5)
Vs = 6
= 13,23 kV
= 12,70kV
(14,2+12,7+12,4+12,1+12,4+13,2)
Vs = 6
= 12,83 kV
(12,8+14,1+13,6+12,8+13,8+12,6)
Vs = 6
= 13,28 kV
Kontaminan H2O
(12,3+12,9+12,3+12,68+13,8+12,4)
Vs = 6
= 12,72 kV
(13,3+12,7+13,8+17,2+17,3+26,4)
Vs =
6
= 16,78 kV
(13,8+19,9+16,7+27,4+22,7+13,7)
Vs = 6
= 19,03 kV
(24,7+24,8+17,3+15,7+12,7+35,4)
Vs = 6
= 21,77 kV
(18,1+20,0+20,7+27,6+20,2+26,5)
Vs = 6
= 22,18 kV
Kekuatan dielektrik :
Partikel Konduktor
𝑣𝑠 12,43 𝑘𝑉
Es = = = 4,972 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
𝑣𝑠 13,23 𝑘𝑉
E4 = = = 5,292 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
Kontaminan H2O
𝑣𝑠 12,72𝑘𝑉
Es = = = 5,088 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
𝑣𝑠 16,78 𝑘𝑉
E4 = = = 6,712 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
𝑣𝑠 19,03 𝑘𝑉
E6 = = = 7,612 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
𝑣𝑠 21,77 𝑘𝑉
E8 = = = 8,708 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
𝑣𝑠 22,18 𝑘𝑉
E10 = = = 8,872 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
IX. ANALISA
Pada praktikum modul VI ini berjudul Pengujian Tegangan Tembus Isolator Minyak Yang
Terkontaminasi. Tujuan dari percobaan modul ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kontaminan
terhadap tegangan tembus. Adapun alat yang digunakan pada modul ini yakni 1 set oil test DPA (OT)
yang di dalam alat ini terdapat elektroda yang dimasukkan ke dalam isolasi cair yang akan diujikan.
Adapun alat yang digunakan pada modul ini yakni 1 set oil test DPA (OT) yang di dalam alat ini
terdapat bejana yang adalah sebagai wadah, alat ukur untuk mengukur jarak antara elektroda harus 2,5
cm, stirel untuk mengaduk maupun memecahkan gelembung pada bejana tersebut dan elektroda
berbahan tembaga yang dimasukkan ke dalam isolasi cair yang akan diujikan. Kemudian disini
menggunakan minyak berjenis mineral. Yang pertama dipastikan bejana tersebut bersih dari debu,
kemudian tuangkan minyak yang terkontaminan dengan air ke dalam bejana sampai elektrodanya
tenggelam. Kemudian masukan stirel didalam bejana dan melakukan pengujian pada baur oi l tester
dpa. Perbedaan percobaan pada modul ini dengan modul sebelumnya yakni pada modul sebelumnya
menggunakan minyak trafo yang baru sedangkan pada percobaan ini menggunakan minyak yang
terkontaminan dengan air.
Mekanisme tegangan tembus isolasi cari yakni terdapat gelembung udara dimana apabila
menuangkan minyak tidak sesuai dengan tata caranya maka akan timbul gelembung udara. Gelembung
udara ini akan mengikuti aliran medan listrik yang membentuk jembatan yang mana akan mempercepat
terjadinya tegangan tembus. Kemudian molekul air, yang sama halnya dengan gelembung udara,
apabila menuangkan minyak tidak sesuai dengan tata caranya maka akan timbul molekul air yang
mengikuti muatan listrik yang membentuk seperti steroid. Dan butiran zat padat dengan adanya zat
padat akan mempercepat terjadinya tegangan tembus yang mana apabila terdapat semacam senyawa
yang bersifat konduktor akan mempercepat tegangan tembus.
Jadi pada saat kita melakukan pengujian kita akan memberikan kontaminan pada isolasi cair
yang kita uji dengan parameter tegangan tembus yang timbul. Gelembung udara didapat dariproses
penuangan minyak pada bejana yang artinya suhu dari ruangan miyak mempengaruhi banyak atau
dikitnya gelembung udara. Selain itu gelembung udara juga muncul karena pada elektroda
permukaannya tidak rata sehingga pada saat minyak dituangkan pada bejana akan menimbulkan
gelembung-gelembung udara yang berbentuk buih. Gelembung udara tersebut dapat dihilangkan
dengan memberi biji magnet pada saat pengujian dan dengan mengaduk menggunakan alat
pengaduknya. Pada saat belum dilakukan pengujian gelembung udara pada minyak isolasi masih
bertebaran diseluruh bejana. Pada saat kita melakukan pengujian terdapat medan listrik yang
menyebabkan efek pada posisi gelembung udara yang ada pada bejana menjadi berbentuk jembatan.
Dari jembatan inilah discharge yang melalui antar elektroda akan semakin cepat sehingga
menyebabkan kegagalan isolasi yang semakin cepat pula terjadi. Untuk parameter tegangan
breakdown atau tegangan tembus akan lebih kecil daripada ketika sebelum terjadi kegagalan isolasi.
Selain molekul gas ada juga molekul air yang dapat menyebabkan kegagalan isolasi, dimana jika
terdapat zat atau molekul air di dalam minyak dan dipengaruhi oleh medan listrik maka molekul air
tersebut akan berubah bentuk menjadi steroid atau berbentuk lonjong. Ketika molekul air sudah
berbentuk lonjong dan berbaris secara vertical kebawah makategangan tembusnya lebih kecil dan
untuk dischargenya semakin cepat. Untuk massa jenis molekul air harus lebih berat dari massa jenis
minyak karena air tidak boleh mengambang, jika mengambang maka kegagalan isolasinya akan
semakin cepat terjadi. Lalu terdapat butiran zat padat yang dalam pengujian kita menggunakan
karatan yang bersifat menyebar tidak seperti gelembung udara yang berbentuk jembatan dan molekul
air yang berbentuk steroid. Karena butiran padat ini bersifat konduktif dan menyebar maka discharge
yang dilakukan antar elektrodasemakin cepat sehingga semakin cepat discharge semakin cepat pula
kegagalan isolasi pada peralatan, maka dari itu tidak boleh adanya butiran zat pada pada minyak.
Begitu juga untuk molekul air tidak boleh ada pada minyak isolasi karena air bersifat elektrolisis yang
artinya dapatmenghantarkan listrik.
Kontaminan yang dapat mengganggu ketidakmurnian isolasi minyak dapat berupa partikel
padat, uap air, gelembung gas. Partikel padat ini dapat berasal dari sedimen atau endapan. Uap air
atau air bila terdapat medan listrik, maka molekul uap air terlarut meninggalkan minyak dan menjadi
terpolarisasi dipol. Jika jumlah molekul uap air tinggi, jembatan yang menghubungkan kedua
elektroda akan disusun membentuk saluran pembuangan atau kanal peluahan. Saluran atau kanal ini
mentambat dan memanjang hingga menghasilkan listrik. Gelembung udara, kegagalan gelembung
adalah jenis kegagalan isolasi cair, yang diakibatkan oleh gelembung udara yang terkandung di
dalamnya. Karena ada efek medan yang kuat antara elektroda, gelembung dalam cairan mengembang
ke arah medan. Gelembung terhubung satu sama lain hingga membentuk jembatan yang
menyebabkan terjadinya kegagalan.
yarat isolasi minyak bekas pakai menurut SPLN 49-1:1982 yang pertama tegangan tembus.
Apabila tegangan peralatannya ≥170kV maka batas yang diperbolehkan yaitu ≥50kV/2,5mm; pada
tegangan peralatan 70-170kV maka batas yang diperbolehkan ≥40kV/2,5mm; pada tegangan
peralatan ≤70kV maka batas yang diperbolehkan ≥30kV/2,5mm. Yang kedua kandungan air dimana
kita ketahui kandungan air akan mempercepat tegangan tembus karena bersifat elektrolisis, pada
tegangan peralatan ≥170kV maka batas yang diperbolehkan yaitu ≤20kV/l; pada tegangan peralatan
≤170kV maka batas yang diperbolehkan yaitu ≤30kV/l. Yang ketiga, factor kebocoran dielektrik
yaitu ≤ 0,2 − 2,0. Yang keempat, tahanan jenis mempunyai syarat sebesar 1 Gohm.mangka. Kelima
megenai kenetralan, apabila trafo bekerja maka tada kenaikan suhu dan apabila ada senyawa maka
terjadi oksidasi dengan menghasilkan senyawa baru dengan kandungan air sehingga mempercepat
tegangan tembus. Pada semua tegangan yaitu ≤0,5mg KOH/gr. Keenam mengenai sedimen
(endapan, pada minyak bekas tidak boleh ada endapan. Ketujuh, mengenai titik nyala apabila rendah
maka isolasinya mudah terbakar. maka ketentuan yang diperbolehkan sebesar 15°C. Kedelapan, titik
permukaan, dan kesembilan mengenai kandungan gas dimana apabila kandungan gas mengandung
hydrogen, metana, etana, etilen maka dapat dipastikan trafo bekerja. Jika gas tersebut mengandung,
karbondioksida, karbon monoksida maka terjadi kerusakan pada isolasi tersebut.
X. KESIMPULAN
Mengetahui pengaruh kontaminan terhadap tegangan tembus, Adanya kontaminan pada isolator
cair dapat mempengaruhi teganagn tembus seperti pada air. Hal ini disebabkan karena air
bersifat elektrolisis sehingga dapat mengubah sifat kekentalan pada minyak.
MODUL VII
PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS ARUS BOLAK-BALIK PADA ISOLATOR PADAT
I. TUJUAN
1. Mengetahui besarnya tegangan tembus atau kegagalan isolasi pada isolator padat.
2. Mengetahui tentang faktor pengaruh terhadap kegagalan isolasi pada isolator padat.
• Isolator Keramik
• Isolator Kaca
Jenis isolator bahan padat adalah bahan yang partikel penyusunnya sangat rapat
dan teratur yang tidak akan berubah bentuk apabila dipindahkan. Tentunya bahan padat ini
tidak dapat menghantarkan arus listrik.
1. Karakteristik Elektris
Factor yang mempengaruhi corona loss yaitu kondisi atmosfir dan perbedaan
potensial antara dua conductor, kemudian Corona effect adalah fenomena yang terjadi pada
perlatan tinggi yang disebabkan karena terjadinya suatu pelepasan muatan bermula pada
suatu permukaan saluran bila nilai buat medan listrik pada permukaan saluran itu
melampaui nilai kuat medan udara disekitar.
𝑟 log 𝑃
𝑒
agar korona dapat terjadi nilai g harus sama dengan tegangan tembus udara. Tegangan
tembus udara pada tekanan 76 cm dan temperatur 25ºC adalah 30 kV/cm (peak) atau 21,2
kV/cm (r.m.s.) dan ditulis sebagai go. Bila Vc adalah tegangan phase-neutral yang
diperlukan untuk kondisi ini maka :
𝑉𝑐
go =
𝑟 log𝑒 𝑃
𝑟
log 𝑒𝑟
a. Porselen/ keramik
Porselen merupakan bahan dielektrik yang paling sering digunakan pada isolator.
Hal ini terjadi karena porselen memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi dan tidak
dipengaruhi oleh perubahan kondisi udara disekitarnya. Kekuatan mekanik porselen
bergantung pada cara pembuatannya. Insulator keramik terbuat dari bahan porselen
yang mempunyai keunggulan tidak mudah pecah, tahan terhadap cuaca. Pada SUTT /
SUTET, insulator berfungsi untuk mengisolir konduktor fasa dengan tower / ground.
Kemampuan mekanis suatu porselen standar dengan diameter 2-3 cm adalah 45.000
kg/cm2 untuk beban tekan; 700 kg/cm2 untuk beban tekuk dan 300 kg/cm2 untuk beban
tarik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa porselen adalah bahan yang memiliki
kemampuan mekanik yang sangat baik pada beban tekan. Kekuatan mekanik dari
porselen akan berkurangjika dilakukan penambahan luas penampang porselen.
b. Gelas/ kaca
Isolator gelas lebih murah daripada porselen, sedangkan karakteristik mekaniknya
tidak jauh berbeda dari isolator porselen. Karakteristik elektrik dan mekanik dari
isolator gelasbergantung pada kandungan alkali pada isolator tersebut. Semakin tinggi
kandungan alkalinyamaka kemampuan dielektrik isolator akan semakin menurun hal
ini dikarenakan isolator memiliki konduktivitas lebih tinggi.
Kaca pada umumnya terdiri dari campuran silikat (SiO2) dan beberapa senyawa
antara lain, borat, pospat. Kaca dibuat dengan cara melelehkan beberapa senyawa
silikat (pasir), alkali (Na dan K) dengan bahan lain (kapur, oksida timah hitam). Karena
itu sifat dari kaca tergantung dari komposisi bahan-bahan pembentuknya tersebut.
Massa jenis kaca berkisar antara 2 dan 8,1 g/cm3, kekuatan tekanannya 6000 hingga
21000 kg/cm2, kekuatan tariknya 100 hingga 300 kg/cm2. Karena kekuatan tariknya
relatif kecil, maka kaca adalah termasuk bahan yang regas.
c. Polimer
Isolator polimer adalah isolator yang terbuat dari susunan beberapa monomer
membentuk suatu isolator sesuai dengan peruntukannya. Isolator polimer yang kami
gunakan dalam penelitian ini adalah isolator polimer dari bahan dasar rubber dengan
bahanpengisi (filler) silicon dan Alumina trihidrat yang disebut Silicon Insulation
Rubber disingkat dengan SIR.
Arus bocor yang mengalir pada permukaan isolator polimer dapat dipengaruhi
oleh 2 faktor yaitu pertama arus bocor yang timbul karena peningkatan konduktivitas
permukaan isolator akibat kelembaban/hujan, polusi dan beberapa faktor iklim lainnya,
kedua arus bocoryang timbul karena efek kapasitansi dari piringan isolator. Insulator
polymer dilengkapi dengan mechanical load-bearing fiberglass rod, yang diselimuti
oleh weather shed polimer untuk mendapatkan nilai kekuatan eletrik yang tinggi.
a. End fittings
b. Corona ring(s)
e. Weather shed
Jenis isolator
Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau
gelas. Menurut konstruksinya dikenal tiga jenis isolator:
Isolator Pin dan pos-saluran, digunakan pada saluran transmisi tegangan menengah
(SUTM) Isolator Suspension dan Strain dapat digandeng menjadi suatu rentengan isolator
untuktegangan tinggi (SUTT) dan ekstra tinggi (SUTET). Jumlah rentengannya tergantung
kebutuhan.
1. “V” String
2. Single String
3. Double String
4. Quadruple
Arcing horn → berfungsi untuk melindungi isolator dari gangguan sambaran petir sehingga
apabila terjadi lompatan api (flash over) yang terjadi pada isolator tersebut tidak rusak.
mengisolasi antara konduktor dengan menara yang terhubung ke tanah agar tidak terjadi hubung
singkat ke tanah (Simanjuntak, 2005). Isolator dapat ditemui pada setiap bagian sistem tenaga
listrik. Selain pada transmisi, isolator juga dapat ditemui pada jaringan distribusi hantaran
udara, gardu induk dan panel pembagi daya. Pada jaringan distribusi hantaran udara isolator
digunakan sebagai penggantung atau penopang konduktor. Pada gardu induk isolator digunakan
sebagai pendukung sakelar pemisah, pendukung konduktor penghubung dan penggantung rel
dengan kerangka pendukung pemisah (Surdia et al., 1995).
Konstruksi isolator
Isolator pada umumnya memiliki tiga bagian utama yaitu bahan dielektrik, kap dan fitting.
Selain itu juga terdapat semen yang berfungsi sebagai bahan perekat yang merekatkan ketiga
bagian ini (Susilowati dan Diah, 2010).
Adapun persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam merancang suatu isolator adalah sebagai
berikut:
1. Isolator harus memiliki kekuatan mekanis yang kuat untuk menahan beban konduktor,
terpaan angin dan lain-lain.
2. Isolator harus menggunakan bahan dengan resistansi yang tinggi agar tidak terjadi arus bocor
yang besar ke tanah.
3. Isolator harus memiliki kekuatan permitivitas yang tinggi agar dapat memiliki kemampuan
dielektrik yang baik.
4. Isolator harus padat dan tidak memiliki celah udara karena dapat menimbulkan peluahan
sebagian.
5. Isolator dapat menahan flashover.
6. Setiap lubang pada bahan isolator harus memiliki sumbu yang sejajar dengan sumbu tegak
isolator. Dan lubang dibuat pada temperature penampaan isolator.
7. Tidak memiliki lekukan runcing agar pada isolator tidak terjadi medanelektrik yang tinggi.
8. Permukaan isolator harus licin dan bebas partikel runcing.
Suatu dielektrik porselen dengan tebal 1,5 mm memiliki kekuatan dielektrik sebesar 22-
28 kVrms/mm. Jika tebal dielektrik bertambah maka kemampuan dielektrik bahan
berkurang. Hal ini terjadi karena medan elektriknya tidak seragam. Bila tebal bertambah
dari 10 mm menjadi 30 mm kekuatan dielektrik berkurang dari 80 kVrms/mm menjadi
55 kVrms/mm. Kekuatan dielektrik porselen pada tegangan impuls adalah 50-70 % lebih
tinggi daripada kekuatan dielektrik pada frekuensi daya (Tobing, 2003).
Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi
IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359
Gelas Isolator
gelas lebih murah daripada porselen, sedangkan karakteristik mekaniknya tidak jauh
berbeda dari isolator porselen. Karakteristik elektrik dan mekanik dari isolator gelas
bergantung pada kandungan alkali pada isolator tersebut. Semakin tinggi kandungan
alkalinya maka kemampuan dielektrik isolator akan semakin menurun hal ini
dikarenakan isolator memiliki konduktivitas lebih tinggi. Kekuatan dielektrik gelas alkali
tinggi adalah 17,9 kVrms/mm sedangkan kemampuan dielektrik gelas alkali rendah
adalah 48 kVrms/mm (Waluyo, 2010). Jika isolator gelas dipasangkan pada suatu sistem
tegangan arus searah. Maka dapat menimbulkan pemuaian kimiawi gelas sehingga akan
meningkatkan kandungan alkalinya. Dimana hal ini akan menyebabkan penurunan
kemampuan isolasi dari gelas. Berdasarkan proses pembuatannya isolator gelas dibagi
menjadi 2 yaitu gelas yang dikuatkan (annealed glass) dan gelas yang dikeraskan
(hardened glass) (Waluyo, 2010).
Seperti yang terlihat pada gambar diatas, isolator komposit memiliki beberapa bagian
utama yaitu: inti berbentuk batang (rod) yang terbuat dari bahan komposit, fitting yang
terbuat dari bahan logam dan bahan antar muka (interface) (Waluyo, 2010).
Sumber http://repository.unimus.ac.id/2876/3/BAB%202.pdf
2. Ukur dan catat kelembaban dan temperatur ruang uji menggunakan Thermohygrometer.
4. Lakukan pengujian withstand test, discharge test, dan breakdown test terhadap isolator
padatyang diujikan.
5. Catat besarnya tegangan dari setiap pengujian yang terjadi.
Observed
Tegangan Primer
Jenis Isolator Padat Breakdown Voltage
(V)
(kV)
4. Pengujian Corona:
Keramik
Kaca Polymer
Tegangan
Tegangan (kV) Tegangan (kV)
Corona Effect (kV)
Critical disruptive
15,17 30,24 10,37 34,58 16,6 46,87
voltage
Visual Critical
31,60 38,45 30,60 43,97 60 59,61
voltage
Bahan Kaca
𝐼
V = m.g. δ log
𝑟
13,5 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm log = 30,24 Kv
1,25 𝑐𝑚
Bahan Porselen
𝐼
V = m.g. δ log 𝑟
19 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm log 1,25 𝑐𝑚 = 34,58 kV
Bahan Polimer
𝐼
V = m.g. δ log 𝑟
50 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm log 1,25 𝑐𝑚 = 46,87 kV
Bahan Kaca
𝐼
V = m.g. δ log
𝑟
0,3 𝑐𝑚 13,5 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm (1 log log
√0,9753.1,25 𝑐𝑚 𝑐𝑚 1,25 𝑐𝑚
= 38,45 kV
Bahan Porselen
𝐼
V = m.g. δ log
𝑟
0,3 𝑐𝑚 19 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm (1 log log 1,25 𝑐𝑚
√0,9753.1,25 𝑐𝑚 𝑐𝑚
= 43,97 kV
Bahan Polimer
𝐼
V = m.g. δ log 𝑟
0,3 𝑐𝑚 50 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm (1 log log 1,25 𝑐𝑚
√0,9753.1,25 𝑐𝑚 𝑐𝑚
= 59,61 kV
c. Rugi-rugi corona
100
Tegangan Fasa netral V= = 70,71067
√2
Bahan Kaca
𝑓+25 𝑟
P = 242,2 ( ) √ 𝐼 (v-vc)2 x 10-5 kW / phasa
δ
50 ℎ𝑧+25 1,25
= 242,2 ( ) √13,5 (70,71067- 30,24 kV)2 x 10-5 kW / phasa
0.9753
= 92,83 kW/phasa
Bahan Porselen
𝑓+25 𝑟
P = 242,2 ( δ
) √ 𝐼 (v-vc)2 x 10-5 kW / phasa
50 ℎ𝑧+25 1,25
= 242,2 ( ) √13,5 (70,71067- 34,58 kV)2 x 10-5 kW / phasa
0.9753
= 62,36 kW/phasa
Bahan Porselen
𝑓+25 𝑟
P = 242,2 ( ) √ 𝐼 (v-vc)2 x 10-5 kW / phasa
δ
50 ℎ𝑧+25 1,25
= 242,2 ( ) √13,5 (70,71067- 46,87 kV)2 x 10-5 kW / phasa
0.9753
= 16,74 kW/phasa
X. TUGAS AKHIR
1. Buatlah grafik hubungan wisthand test, discharge test dan breakdown test terhadap
Vb pengujian! 3 grafik
Jawab :
Jawab :
Porselen (keramik)
Kelebihan:
• Stabil
• Tahan lama
Kekurangan:
• Mudah pecah
• Berat
Bahan gelas
Kelebihan:
Kekurangan:
• Untuk dipergunakan pada sistem tegangan yang tinggi, gelas tidak dapat dicor dalam
bentuk yang tidak beraturan, karena pendinginan yang tidak teratur akan
menimbulkan tekanan dari dalam.
• Mudah pecah
Bahan polimer
Kelebihan:
• Ringan
Kekurangan:
• Mahal
• Kompabilitas material
Bahan Kaca
𝐼
V = m.g. δ log 𝑟
13,5 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm log 1,25 𝑐𝑚 = 30,24 Kv
Bahan Porselen
𝐼
V = m.g. δ log 𝑟
19 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm log 1,25 𝑐𝑚 = 34,58 kV
Bahan Polimer
𝐼
V = m.g. δ log
𝑟
50 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm log = 46,87 kV
1,25 𝑐𝑚
Bahan Kaca
𝐼
V = m.g. δ log 𝑟
0,3 𝑐𝑚 13,5 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm (1 log log
√0,9753.1,25 𝑐𝑚 𝑐𝑚 1,25 𝑐𝑚
= 38,45 kV
Bahan Porselen
𝐼
V = m.g. δ log 𝑟
0,3 𝑐𝑚 19 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm (1 log log 1,25 𝑐𝑚
√0,9753.1,25 𝑐𝑚 𝑐𝑚
= 43,97 kV
Bahan Polimer
𝐼
V = m.g. δ log 𝑟
0,3 𝑐𝑚 50 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm (1 log log 1,25 𝑐𝑚
√0,9753.1,25 𝑐𝑚 𝑐𝑚
= 59,61 kV
c. Rugi-rugi corona
100
Tegangan Fasa netral V= = 70,71067
√2
Bahan Kaca
𝑓+25 𝑟
P = 242,2 ( ) √ 𝐼 (v-vc)2 x 10-5 kW / phasa
δ
50 ℎ𝑧+25 1,25
= 242,2 ( )√ (70,71067- 30,24 kV)2 x 10-5 kW / phasa
0.9753 13,5
= 92,83 kW/phasa
Bahan Porselen
𝑓+25 𝑟
P = 242,2 ( δ
) √ 𝐼 (v-vc)2 x 10-5 kW / phasa
50 ℎ𝑧+25 1,25
= 242,2 ( ) √13,5 (70,71067- 34,58 kV)2 x 10-5 kW / phasa
0.9753
= 62,36 kW/phasa
Bahan Porselen
𝑓+25 𝑟
P = 242,2 ( δ
) √ 𝐼 (v-vc)2 x 10-5 kW / phasa
50 ℎ𝑧+25 1,25
= 242,2 ( ) √13,5 (70,71067- 46,87 kV)2 x 10-5 kW / phasa
0.9753
= 16,74 kW/phasa
XI. ANALISA
Pada praktikum modul VII ini berjudul Pengujian Tegangan Tembus Arus Bolak-Balik Pada
Isolator Padat. Tujuan dari percobaan modul ini yaitu untuk mengetahui besarnya tegangan tembus
atau kegagalan isolasi pada isolator padat, mengetahui tentang faktor pengaruh terhadap kegagalan
isolasi pada isolator padat, dan untuk mengetahui ketahanan Isolasi (pengujian withstand-test) dengan
tegangan distribusi (20kV). Alat dan bahan yang digunakan adalah Power Supply Cable (PSC),
Control Unit (CU), HV Test Transformer (TT), Current Limiting Resistance (CLR), RC Divider
(RCD), High Voltage Divider (HVD), Floor Pedestal (FP), unit Connecting Line (CL), Earth Cable
(EC), Space Ball Current-Limiting Resistor (SB-CLR), Manual Discharge Space Ball (SB), Support
Insulator (SI), High Voltage Filter Capasitor (FC), Isolator Keramik, Isolator Kaca . control unit
sebagai penyupply tegangan primer, 1 set control unit terhubung rangkaian, pada control unit terdapat
kabel kuning terhubung dengan grounding, kabel merah terhubung dengan trafo, kabel hijau terhubung
dengan alat instrumen dan kabel hitam terhubung dengan tegangan PLN sebesar 220V. High Voltage
Divider (HVD) sebagai pengukur tegangan sekunder. Untuk membangkitkan tegangan tinggi terdapat
transofrmator uji yang tersambung dengan CLR (Current Limiting Resistor), CLR dihubugn ke RC
Divider, dan terhubung ke kawat penghantar didalam camber. Didalam camber sendiri terdapat satu
buah isolator uji yang langsung terhubung ke kabel grounding. Lalu ada 2 buah isolator tambahan
dikanan dan kiri sebagai penompang kawat dan juga sebagai pemisah antara bagian yang bertegangan
dan yang tidak bertegangan. Isolator yang kita gunakan pada praktikum modul ini ada dua yaitu isolator
jenis keramik dan isolator jenis kaca.
Isolator pada merupakan alat untuk menopang kawat penghantar pada tiang-tiang listrik yang
digunakan untuk memisahkan secara elektris dua buah kawat atau lebih agar tidak terjadi kebocoran
arus (leackage current) atau flash over yang akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada system
jaringan tenaga listrik. Beberapa fungsi dari isolator padat ini yakni sebagai pemisah antar konduktor,
untuk meikul beban mekanis yang disebabkan oleh berat penghantar dan gaya Tarik penghantar, dan
menjaga agar jarak antar penghantar tetap (tidak berubah). Konfigurasi atau string dari isolasi pada ini
terdapat beberapa yakni Vstring, Horizontal string dan double string yang digunakan pada saluran
udara tegangan tiinggi yang tegangannya berkisar 36 kV hingga 150 kV. Kemudian terdapat quadruple
string yang biasanya digunakan pada saluran udara tegangan ekstra tinggi dengan tegangan berkisar
dari 150 kV hingga 750 kV. Dan single string yang biasanya digunakan pada saluran udara tegangan
menengah untuk distribusi dengan tegangan berkusar 1 kV hingga 36 kV. Bentuk dari isolator padat
terdapat 3 jenis yakni isolator piring biasanya digunakan di Menara, isolator tipe post biasanya banyak
digunakan di dalam peralatan, dan isolator long rod biasanya digunakan pada Menara dan gardu induk.
Kegagalan yang dapat terjadi pada isolasi yakni breakdown, flashover yang merupakan lompatan
api listrik yang melalui permukaan isolasi, dan sparkover yang terjadi pada arcihon. Sparkover sendiri
merupakan percikan api yang tidak melewati permukaan isolator. Parameter yang membedakan suatu
isolator dengan isolator lainnya yakni jarak minimum antar sirip agar Ketika terjadu hujan tidak terjadi
jembatan air yang tercipta pada antar sirip. Kemudian perbandingan jarak antar sirip dengan rentengan
sirip. Lalu kemiringan sirip yang harus diatur agar air atau debu yang menempel pada isolator padat
mudah jatuh ke bawah. Dan factor jarak rambat. Isolatr padat sendiri berfungsi layaknya kapasit or
yakni menyimpan muatan, apabila muatannya berlebih maka muatannya digroundingkan.
Pada bahan-bahan isolator padat juga dapat terjadi kerusakan. Kerusakan pada isolator polimer
dan kaca anatar lain isolator dapat pecah yang disebabkan oleh pemuaian yang tidak merata dan
konstruksi yang terjadi di dalam semen, baja, dan bahan dielektrik. Bahan isolasi yang berlubang-
lubang, bahan tidak dapat mengkilap atau tidak licin jika tidak licin maka nantinya menyebabkan
adanya air atau debu, tekanan secara mekanis jika tidak tinggi dan diberi beban mekanis besar maka
akan rusak, dan tembus listrik (breakdown) dan dewat denyar (flashover). Isolator piring gelas Ketika
telah pecah akan meninggalkan bongkol isolator yang disebut dengan istilah stub. Peristiwa ini
menyebabkan jarak rambat yang semakin dekat antar dua lempengan logam yakni antara sikat dan
fitting pemisah sehingga tahanan permukaan isolasi yang menjadi berkurang. Tahanan isolasi tersebut
akan menyebabkan kenaikan arus bocor pada permukaan isolator sehingga memungkinkan terjadinya
external arc. erdapat beberapa factor yang mempengaruhi kualitas pada isolator padat yakni factor usia
semakin lama kita menggunkan isolator maka kekuatan dielektrik akan semakin berkurang, thermal
(panas) yang mana jika sering terkena panas maka kualitas bahan isolator akan turun, bahan tidak
mengkilap, bahan yang berlubang, dan polutan yang menempel pada isolator yang dapat
mempengaruhi kualitas isolator padat.
XII. KESIMPULAN
1. Mengetahui besarnya tegangan tembus atau kegagalan isolasi pada isolator padat
2. Mengetahui tentang faktor pengaruh terhadap kegagalan isolasi pada isolator padat.
Factor yang mempengaruhi kualitas pada isolator padat yakni factor usia (aging) semakin lama
kita menggunkan isolator maka kekuatan dielektrik akan semakin berkurang, thermal (panas)
yang mana jika sering terkena panas maka kualitas bahan isolator akan turun, bahan tidak
mengkilap, bahan yang berlubang, dan polutan yang menempel pada isolator yang dapat
mempengaruhi kualitas isolator padat.
3. Mengetahui ketahanan Isolasi (pengujian withstand-test) dengan tegangan distribusi (20kV)