Anda di halaman 1dari 138

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI

NAMA : DENNIS AULDENTIO WENAS

NIM : 202011359

KELAS : I

TANGGAL PRAKTIKUM : 15 OKTOBER 2022

22 OKTOBER 2022

05 NOVEMBER 2022

NAMA ASISTEN : ADE SUSANTO

LABORATORIUM TEKNOLOGI DAN PERALATAN TEGANGAN TINGGI


FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
JAKARTA 2022
Dennis Auldentio Wenas
202011359

MODUL I
TEKNIK PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI ARUS BOLAK-
BALIK DAN ARUS SEARAH

I. TUJUAN

1. Mengetahui teknik pembangkitan tegangan tinggi arus bolak-balik dan arus searah.
2. Mengukur tegangan tinggi arus bolak-balik dan arus searah dengan menggunakan prinsip
pembagi tegangan

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN

• 1 unit Power Supply Cable (PSC)

• 1 unit Control Unit (CU)

• 1 unit HV Test Transformer (TT)

• 1 unit Current Limiting Resistance (CLR)

• 1 unit RC Divider (RCD)

• 1 unit High Voltage Divider (HVD)

• 1 unit Floor Pedestal (FP)

• 2 unit Connecting Line (CL)

• 1 set Earth Cable (EC)

• 1 unit Space Ball Current-Limiting Resistor (SB-CLR)

• 1 unit Manual Discharge Space Ball (SB)

• 2 unit Support Insulator (SI)

• 1 unit High Voltage Filter Capasitor (FC)

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

III. TEORI MODUL


3.1.1 Tegangan Arus Bolak-Balik
Tegangan tinggi arus bolak balik dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tegangan
tinggi arus bolak balik dengan frekuensi rendah dan tegangan tinggi arus bolak balik
dengan frekuensi tinggi. Pengujian menggunakan tegangan tinggi arus bolak balik
frekuensi rendah diperlukan untuk menyelidiki apakah peralatan listrik yang terpasang
pada jaringan tegangan tinggi dapat menahan tegangan yang melebihi tegangan
operasinya untuk waktu terbatas. Sedangkan tegangan tinggi arus bolak balik dengan
frekuensi tinggi diperlukan untuk berbagai macam pengujian, diantaranya adalahuntuk
menguji adanya kerusakan-kerusakan mekanis (keretakan, kantong udara, dsb) pada
isolator terutama isolator porselen.
Peralatan yang digunakan untuk membangkitkan tegangan tinggi bolak balik
adalah dengan menggunakan transformator, yang biasanya digunakan adalah
transformator penguji (Testing Transformer). Trafo pengujian yang digunakan memiliki
perbandingan jumlah lilitan lebih besar dibandingkan dengan Trafo Daya (Power
Transformer) dan kapasitas kVA-nya kecil dibandingkan dengan kapasitas Trafo Daya.
Biasanya dipakai transformator satu fasa, karena pengujian dilakukan fasa demi fasa.

3.1.2 Tegangan Tinggi Arus Searah

Pemanfaatan tegangan tinggi searah dalam kehidupan sehari-hari memang belum


banyak dikenal secara umum bila dibandingkan dengan tegangan tinggi bolak-balik,
sebagai contohnya adalah penggunaan tegangan bolak balik pada sistem transmisi. Hal
ini dikarenakan untuk membangkitkan ataupun mentrasformasikan tegangan tinggi
searah diperlukan perangkat inverter yang dilihat dari segi ekonomis memiliki harga yang
mahal, akan tetapi dengan menggunakan sistem transmisi diperoleh keuntungan-
keuntungan antara lain :
1. Dengan tegangan puncak dan rugi daya yang sama kapasitas penyaluran dengan
tegangansearah lebih tinggi diibandingkan dengan tegangan bolak balik.
2. Pengisolasian tegangan searah lebih sederhana.

3. Daya guna (efisiensi) lebih tinggi karena faktor dayanya = 1.

4. Pada penyaluran jarak jauh dengan tegangan searah tidak ada persoalan perubahan
frekuensi dan stabilitas.

Pembangkitan tegangan searah dilakukan dengan menggunakan penyearah yang


sama denganpenyearah pada rangkaian elektronika biasa akan tetapi tentu saja dengan

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

komponen yang telah didesain untuk dapat menahan tegangan tinggi. Dioda yang
digunakan pada rangkaian pembangkitan tegangan tinggi searah dapat berupa dioda
tabung hampa ataupun dioda semi konduktor yang terpasang seri dengan sumber
(tegangan AC) seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

(a) (b)

Gambar 1.1 Penyearah Tegangan (a) Diode Tabung Hampa (b) Dioda Semikonduktor

Ditambah dengan kapasitor yang dipasang secara paralel. Dalam percobaan ini
digunakan penyearah setengah gelombang, dengan diode yang sudah terinstall di dalam
Transformator Uji.

Gambar 1.2 Rangkaian penyearah setengah gelombang

3.1.3 Kegagalan Pada Isolasi Udara

Pada umumnya, kegagalan peralatan listrik pada waktu sedang dipakai disebabkan
oleh kegagalan isolasi dalam menjalankan fungsinya sebagai isolator tegangan tinggi.
Kegagalan isolasi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain isolasi tersebut sudah
dipakai untuk waktu yang lama,kerusakan mekanis, berkurangnya kekuatan dielektrik,
dan karena tegangan lebih.
Udara merupakan media isolasi yang paling banyak digunakan dalam teknik
tegangan tinggi.Beberapa fenomena atau gejala tegangan tinggi yang biasa terjadi antara
lain skin effect, korona, spark over dan flash over. Fenomena fisik gejala maupun
kegagalan tegangan tinggi ini salah satunya dipengaruhi oleh bentuk elektroda yang
dipakai.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

IV. TEORI TAMBAHAN

4.1 Trafo pembangkit tegangan tinggi


Trafo yang dipakai untuk membangkitkan tegangan tinggi sering disebut trafo uji.
Trafo ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
• Perbandingan jumlah lilitanya lebih besar dari pada trafo daya. Hal ini sebabkan trafo
uji yang dipasang pada laboraturium tegangan yang diterapkan dengan tegangan input
127 volt sampai 220 volt sedangkan output yang harus dihasilkan adalah besarnya
sampai beberapa ratus ribu volt.
• Kapasitas KVA-nya lebih kecil dibanding dengan trafo daya, karena untuk keperluan
lompatan api tidak perlu daya yang besar melainkan tegangan yang besar.
• Trafo yang dipakai biasanya satu phasa, kecuali pada pengujian khusus yang
memerlukan trafo tiga phasa.
• Satu ujung lilitannya biasanya ditanam dalam tanah untuk keperluan keamanan dan
pengamanan terhadap manusia dan alat ujinya.
• Pada waktu merencanakan isolasi untuk trafo penguji hanya diperhitungkan isolasinya
tahan terhadap tegangan penguji yang maksimum.

4.2 Pembangkitan tegangan tinggi bolak –balik frekwensi rendah


Trafo untuk membangkitkan tegangan tinggi dengan frekwensi rendah ini biasanya
dibumikan salah satu ujung belitan tegangan tinggi seperti telah diterangkan diatas. Trafo
untuk membangkitkan tegangan tinggi juga disebut trafo uji. Ada dua rangkaian dasar dari
trafo uji seperti ditunjukan pada gambar 1 dibawah ini :

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

4.3 Pembangkitan tegangan tinggi searah


Sebelum adanya diode penyearah tegangan tinggi, maka orang menggunakan
generator searah. Sekarang telah ditemukan diode tegangan tinggi sehingga orang dengan
mudah untuk menggunakan dan memperoleh tegangan tinggi searah.
Pembangkitan tegangan tinggi searah dilaboraturium umumnya menggunakan
diode semi konduktor yang terpasang seri pada kutup tabung hampa seperti pada gambar
2. Untuk membangkitkan tegangan tinggi searah ada beberapa metode yaitu :
a. Rangkaian penyearah setengah gelombang dengan kapasitor perata maupun tanpa
kapasitor perata.
b. Rangkaian Villard
c. Rangkaian pelipat ganda Greinacher

4.4 Pengukuran tegangan tinggi bolak-balik


Pengukuran tegangan tinggi bolak-balik tidak seperti pengukuran tegangan rendah.
Ada beberapa metode pengukuran tegangan tinggi yaitu :
a. Pengukuran tegangan tinggi dengan mengukur tegangan puncak memakai sela bola.
b. Pengukuran tegangan puncak dengan kapasitor ukur
c. Pengukuran dengan trafo tegangan dan lain sebagainya.
Pengukuran tegangan puncak dengan sela bola. Sela bola dapat dipakai sebagai
standar pengujian dan pengukuran tegangan tinggi, karena pada suatu keadaan tertentu dan
diameter bola tertentu serta tekanan tertentu akan mempunyai tegangan Prosiding Seminar
Nasional Sains dan Teknologi ke-2 Tahun 2011 Fakultas Teknik Universitas Wahid
Hasyim Semarang E.71 tembus tertentu pula. Jika tegangan yang diterapkan melampaui
tegangan puncak maka dalam beberapa waktu dalam mikrodetik sela bola akan tembus.
Selama selang waktu tersebut harga puncak tegangan bolak-balik frekuensi dianggam
konstan. Tegangan tembus pada udara bebas terjadi pada harga puncak. Pada kondisi
temperature dan tekanan atmosfir yang berbeda harus dikoreksi dengan menggunakan
rumus :
Tegangan tembus setempat yang dikoreksi sama dengan tegangan tembus standar
dikalikan dengan kerapatan udara. Dimana kerapatan udara ini tergantung dengan
temperature dan tekanan atmosfir

4.5. Sistem Yang Disimulasikan


Dalam program simulasi ada tiga tiga system yang disimulasikan diambil dari buku
pengantar teknik eksperimental tegangan tinggi karangan Deiter Kind dan buku petunjuk

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

praktikum karangan Ir. Joko Darwanto :


a. Pembangkitan dan pengukuran tegangan tinggi bolak-balik frekuensi rendah
b. Pembangkitan dan pengukuran tegangan tinggi searah
c. Pembangkitan dan pengukuran tegangan tinggi Impuls yang terdiri dari Impuls surja
petir dan Impuls surja hubung.

Sumber :
Wahyono. (2011). Simulasi Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi dengan Menggunakan
Sela Bola. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim
Semarang. E65-E74.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

V. LANGKAH PERCOBAAN
Tegangan Tinggi Arus Bolak-Balik

1. Buat rangkaian seperti gambar di bawah ini.

(a)

Gambar 1.3 Rangkaian Percobaan Arus Bolak Balik

Gambar 1.4 Rangkaian Percobaan Modul 1 (a) Skematik (b) Rangkaian di Laboratorium

Gambar 1.5 Sambungan Kabel Dari Control Unit Pada Transformator Uji

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Gambar 1.6 Sambungan Earth Cable

Gambar 1.7 Sambungan Keluaran Transformator Uji Bagian Listrik Arus Bolak-Balikke Current
Limiting Resistance

2. Ukur dan catat kelembaban dan temperatur ruang uji menggunakan Thermohygrometer.

3. Atur jarak Space Ball menjadi 3 cm menggunakan jangka sorong.

4. Atur pembacaan High Voltage Divider menjadi AC.

5. Nyalakan peralatan dan naikkan tegangan primer dari Control Unit mulai dari 25 V, 50V, 75
V, 100 V dan 125 V.

6. Amati dan catat tegangan sekunder dan arus primer untuk setiap tegangan primer tersebut.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Tegangan Tinggi Arus searah


1. Buat rangkaian seperti gambar di bawah ini.

Gambar 1.8 Rangkaian Percobaan Arus Searah

2. Ukur dan catat kelembaban dan temperatur ruang uji menggunakan Thermohygrometer.

3. Atur jarak Space Ball menjadi 3 cm menggunakan jangka sorong.

4. Atur pembacaan High Voltage Divider menjadi DC dan keluaran short circuit pada TrafoUji
dicabut.

5. Nyalakan peralatan dan naikkan tegangan primer dari Control Unit mulai dari 10 V, 20V, 30
V, 40 V, 50 V, 60 V dan 70 V.

6. Amati dan catat tegangan sekunder dan arus primer untuk setiap tegangan primer tersebut.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

VII. DATA PENGAMATAN

Kelembaban Ruang Uji :

Temperatur Ruang Uji :

Tegangan Tinggi Arus Bolak-Balik


Tegangan Primer Tegangan Sekunder
Tegangan Sekunder Arus Primer (A)
(V) Perhitungan (kV) Pengujian (kV)
25 12,5 12,76 0,16
50 25 24,45 0,34
75 37,5 37,24 0,96

100 50 50,94 1,42

125 62,5 63 2,40

Tegangan Tinggi Arus Searah


Tegangan Primer Tegangan Sekunder
Tegangan Sekunder Arus Primer (A)
(V) Perhitungan (kV) Pengujian (kV)
10 5 14,48 0,15
20 1,0 26,55 0,15
30 1,5 38,77 0,15
40 2 50,68 0,16

50 2,5 61,75 0,18


60 3 73,90 0,24

70 3,5 84,95 0,30

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

VIII. PENGOLAHAN DATA

Tegangan Tinggi Arus Bolak-Balik


HL = 100 kV
LV = 200 V
Rasio = HL/LV = 100000 V / 200 V = 500 V
• VS = Rasio x Vp = 500 x 25 = 12,500 Kv = 12,5 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 50 = 25,000 Kv = 25 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 75 = 37,500 Kv = 37,5 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 100 = 50,000 Kv = 50 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 125 = 62,500 Kv = 62,5 Kilovolt [kV]

Tegangan Tinggi Arus Searah


HL = 100 kV
LV = 200 V
Rasio = HL/LV = 100000 V / 200 V = 500 V
• VS = Rasio x Vp = 500 x 10 = 5,000 Kv = 5 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 20 = 10,000 Kv = 1,0 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 30 = 15,000 Kv = 1,5 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 40 = 20,000 Kv = 2 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 50 = 25,000 Kv = 2,5 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 60 = 30,000 Kv = 3 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 70 = 35,000 Kv = 3,5 Kilovolt [kV]

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

IX. TUGAS AKHIR

1. Buatlah grafik hubungan antara Vs pengujian terhadap Vp (Vs pengujian – Vp) dan Ip
terhadap Vp (Ip – Vp)! 4 grafik

Jawab :

Tegangan Tinggi Arus Bolak-Balik

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Tegangan Tinggi Arus Searah

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

2. Jelaskan hubungan dari grafik pada nomor 1!


Jawab :
- Hubungan Tegangan sumber dan Tegangan Sekunder , ketika tegangan sumber dinaikkan
maka tegangan sumber ikut naik atau bisa disebut berbanding lurus. “ Semakin besar
tegangan sumber maka tegangan sekunder juga semakin besar. rumus V = I×R,
- Hubungan Arus Primer dan Tegangan sekunder berbanding lurus , semakin besar tegangan
sekunder maka arus primer juga semakin besar.

3. Jelaskan perbedaan antara pembangkitan AC dan DC!

Jawab :

Generator AC mempunyai rotor berupa magnet dan stator berupa kabel. Sedangkan generator
DC memiliki rotor berupa kumparan dan stator berupa magnet. Generator AC menghasilkan
energi listrik bolak-balik dan generator DC menghasilkan energi listrik yang searah. Generator
AC umumnya diterapkan pada pusat pembangkit listrik, berbeda dengan generator DC yang
banyak diaplikasikan untuk perangkat elektronik rumah tangga. Arus listrik yang dihasilkan
oleh generator AC relatif lebih besar jika dibandingkan dengan generator DC. Energi listrik
yang diciptakan oleh generator AC disebabkan oleh perputaran gaya magnet di sepanjang kabel.
Sebaliknya, energi listrik pada generator DC disebabkan oleh menetapnya gaya magnet di
sepanjang kabel. Di Indonesia, frekuensi arus listrik yang ditimbulkan oleh generator AC
berkisar antara 50 - 60 hertz. Tetapi, frekuensi arus listrik pada generator DC adalah 0 karena
bentuk arusnya lurus tanpa amplitudo. Besar energi listrik yang dikeluarkan oleh generator AC
selalu mengalami perubahan. Sedangkan generator DC mengeluarkan energi listrik dengan
besar yang konstan. Pada generator AC, elektron-elektron bergerak ke depan dan ke belakang.
Sementara pada generator DC, semua elektron bergerak ke depan.

4. Hitunglah rasio belitan trafo pada percobaan AC!

Jawab :
HL = 100 kV
LV = 200 V
Rasio = HL/LV = 100000 V / 200 V = 500 V
• VS = Rasio x Vp = 500 x 25 = 12,500 Kv = 12,5 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 50 = 25,000 Kv = 25 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 75 = 37,500 Kv = 37,5 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 100 = 50,000 Kv = 50 Kilovolt [kV]

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

• VS = Rasio x Vp = 500 x 125 = 62,500 Kv = 62,5 Kilovolt [kV]

• VS = Rasio x Vp = 500 x 10 = 5,000 Kv = 5 Kilovolt [kV]


• VS = Rasio x Vp = 500 x 20 = 10,000 Kv = 1,0 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 30 = 15,000 Kv = 1,5 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 40 = 20,000 Kv = 2 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 50 = 25,000 Kv = 2,5 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 60 = 30,000 Kv = 3 Kilovolt [kV]
• VS = Rasio x Vp = 500 x 70 = 35,000 Kv = 3,5 Kilovolt [kV]

5. Hitunglah Vmax pada percobaan DC!

Jawab :

Vmax = Vrms + (Vrms.√2 )

Vrms = Rasio x Vp

• VS = Rasio x Vp = 500 x 20 = 10,000 Kv = 1,0 Kilovolt [kV]

o Vmax = Vrms + (Vrms.√2 )

= 1,0 Kilovolt + (1,0 Kilovolt . √2 )

= 2.414 V

• VS = Rasio x Vp = 500 x 30 = 15,000 Kv = 1,5 Kilovolt [kV]

o Vmax = Vrms + (Vrms.√2 )

= 1,5 Kilovolt + (1,5 Kilovolt . √2 )

= 3.621 V

• VS = Rasio x Vp = 500 x 40 = 20,000 Kv = 2 Kilovolt [kV]

o Vmax = Vrms + (Vrms.√2 )

= 2 Kilovolt + (2 Kilovolt . √2 )

= 4.828 V

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

• VS = Rasio x Vp = 500 x 50 = 25,000 Kv = 2,5 Kilovolt [kV]

o Vmax = Vrms + (Vrms.√2 )

= 2,5 Kilovolt + (2,5 Kilovolt . √2 )

= 6.035 V

• VS = Rasio x Vp = 500 x 60 = 30,000 Kv = 3 Kilovolt [kV]

o Vmax = Vrms + (Vrms.√2 )

= 3 Kilovolt + (3 Kilovolt . √2 )

= 7.242 V

• VS = Rasio x Vp = 500 x 70 = 35,000 Kv = 3,5 Kilovolt [kV]

o Vmax = Vrms + (Vrms.√2 )

= 3,5 Kilovolt + (3,5 Kilovolt . √2 )

= 8.449 V

6. Bagaimana cara pembangkitan tegangan tinggi DC pada percobaan!

Jawab :

Dari gelombang AC di searahkan dengan dioda menjadi setengah gelombang kemudian


disempurnakan dengan trigger kapasitor.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

X. ANALISA

Pada praktikum modul I ini membahas Teknik Pembangkitan Dan Pengukuran Tegangan Tinggi
Arus Bolak-Balik Dan Arus Searah , dengan tujuan yaitu Mengetahui teknik pembangkitan tegangan
tinggi arus bolak-balik dan arus searah. Dan Mengukur tegangan tinggi arus bolak-balik dan arus searah
dengan menggunakan prinsip pembagi tegangan. Tegangan Tinggi adalah tegangan yang lebih besar
dari 1000 V AC dan lebih besar dari 1200 V DC. Batas tegangan dapat dikategorikan dalam tegangan
rendah (Low Voltage), Tegangan Tinggi (High Voltage), dan Tegangan Tinggi Sekali (Extra High
Voltage), atau ultra Tegangan Tinggi (Ultra High Voltage). Tegangan tinggi arus bolak balik dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tegangan tinggi arus bolak balik dengan frekuensi rendah dan
tegangan tinggi arus bolak balik dengan frekuensi tinggi. Pengujian menggunakan tegangan tinggi arus
bolak balik frekuensi rendah digunakan untuk menyelidiki apakah peralatan listrik yang terpasang pada
jaringan tegangan tinggi dapat menahan tegangan yang melebihi tegangan operasinya untuk waktu
terbatas. Sedangkan tegangan tinggi arus bolak balik dengan frekuensi tinggi digunakan untuk berbagai
macam pengujian, diantaranya adalah untuk menguji adanya kerusakan-kerusakan mekanis (keretakan,
kantong udara, dsb) pada isolator terutama isolator porselen.

Pengujian Tegangan tinggi dibedakan menjadi pengujian merusak dan tidak merusak.Pengujian
merusak terdapat beberapa macam yang pertama yakni withstand test merupakan kondisi suatu isolasi
Ketika diberika tegangan yang ditetapkan pada waktu tertentu. Kedua discharge test adalah pengujian
yang dimana tegangan diberikan terus menerus sehingga terjadi pelepasan muat an yang mana juga
terdapat waktu tegantung dengan ketahanan isolasinya. Ketiga, breakdown merupakan cara yang
dilakukan dengan memberikan tegangan sampai terjadintya kegagalan. Pengujian tidak meruka juga
terdapat tiga macam, pertama yakni pengukuran tahanan isolasi yang mana untuk mengukur seberapa
besar tegangan yang mampu ditahan oleh isolasi yang digunakan. Kedua, pengukuran factor daya
dielektrik (tan γ). Ketiga pengukuran corona.

Pada percobaan ini juga menggunakan prinsip pembagi tegangan. Pembagi tegangan dibagi
menjadi tiga yakni pembagi tegangan resistif yang berisi elemen tahanan, pembagi tegangan kapasitif,

berisi elemen kapasitor, dan pembagi tegangan campuran antara resistor dan kapasitif. Pada percobaan

ini kita menggunakan prinsip pembagi tegangan kapasitor karena menggunaan arus bolak-balik.
Prinsip pembagi kapasitor ini dengan menghubungkan kapasitor dengan sebuah voltmeter untuk
mengukur tegangan tinggi yaitu HVD, sehingga tegangan tingi yang hendak diukur tegangannya tidak
diukur langsung oleh volmeter tersebut agar HVD tidak rusak.

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu panel proteksi yang terhubung dengan
power supply kabel dengan tegangan 220 V , Kontrol unit disini untuk menaikkan tegangan primer
yang kita ujikan terhubung dengan trafo, High voltage divider yang berfungsi untuk membaca nilai

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

dari tegangan sekunder yang telah dibangkitkan trafo, trafo uji berkapasitas high voltagenya diatas 200
V, CLR current limiting resistor untuk mebatasi alur yang mengalir setelah dibangkitkan dari trafonya,
kemudian ada RCD dimana RCD membagi tegangan KE HVD dan masuk ke Filter kapasitor yang
berfungsi untuk menyimpan muatan dan menekan cacat gelombang, kemudian masuk ke Support
Insulator (SI) berfungsi untuk menopang elektroda dan 2 buah elektroda ini yang bisa divariasikan
jaraknya dan bentuknya.

Untuk pengambilan hasil data pengamatan tersebut dengan mengatur jarak elektroda sebesar 5
cm kemudian menaikkan tegangan primer dengan cara memutar regulator pada Kontrol unit dimulai
dari 25 Volt sampai 125 Volt dan akan diamati nilai tegangan yang muncul pada HVD dan arus primer
yang ditampilkan pada panel proteksi. Pada percobaan diberikan tegangan primer dari 25 V maka
tegangan sekunder yang dihasilkan sebesar 12,76 kV dengan Arus Primer yang terbaca 0,16 A , Pada
tegangan primer 50 V maka tegangan sekunder terbaca 24,45 kV dan Arus Primer 0,34 A, Pada
tegangan primer 75 V maka tegangan sekunder terbaca 37,24 kV dan Arus Primer 0,96 A , Pada
tegangan primer 100 Volt terbaca tegangan sekunder 50,94 kV dan arus primer 1,42 A, dan ketika
diberikan tegangan primer 125 V maka terbaca tegangan sekunder 63 kV dan Arus primer 2,40 A.

Untuk pembangkit DC kita harus mencabut batang short circuit yang terpasang pada trafo, agar
arus yang mengalir langsung masuk ke bushing trafo. Untuk pengambilan data pada pembangkit DC
adalah dengan mengatur jarak elektroda sebesar 5 cm, kemudian memutar regulator pada Kontrol unit
dari 10 V sampai 70 V. setelah itu amati nilai dari arus primer pada panel proteksi dan arus sekunder
pada HVD. Pada diberikan Tegangan Primer 10 V maka Tegangan sekunder yang dihasilkan 14,48 kV
dan Arus primer 0,15 A, ketika diberikan tegangan 20 V maka tegangan sekunder 26,55 kV dan Arus
Primer 0,15 A, Ketika Tegangan diberikan 30 V maka tegangan sekunder yang dihasilkan 38,77 kV
dan Arus primernya 0,15 A, ketika diberikan tegangan 40 V maka tegangan sekunder yang dihasilkan
50,68 kV dan Arus primer 0,16 A, ketika diberikan tegangan 50 V maka tegangan sekunder yang
dihasilkan sebesar 61,75 kV dan arus primer yang dihasilkan 0,18 A, ketika diberikan tegangan 60 V
maka tegangan sekunder yang dihasilkan sebesar 73,90 kV dan Arus primer yang dihasilkan 0,24 A,
dan ketika diberikan tegangan sebesar 70 V maka arus sekunder yang dihasilkan 84,95 kV dan Arus
primer yang dihasilkan sebesar 0,30 A . Adanya kenaikkan tegangan pada percobaan ini dikarenakan
menggunakan alat listrik trafo. Apabila tegangan meningkat maka arus pada sisi primer juga naik
karena tegangan dan arus berbanding lurus. Berdasarkan dengan rumus V = I×R, yang mana jika
tegangan naik maka arus juga ikut naik.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

XII. KESIMPULAN

1. Mengetahui teknik pembangkitan tegangan tinggi arus bolak-balik dan arus searah.

2. Mengukur tegangan tinggi arus bolak-balik dan arus searah dengan menggunakan prinsip
pembagi tegangan

Pada percobaan ini juga menggunakan prinsip pembagi tegangan. Pembagi tegangan dibagi
menjadi tiga yakni pembagi tegangan resistif yang berisi elemen tahanan, pembagi tegangan
kapasitif, berisi elemen kapasitor, dan pembagi tegangan campuran antara resistor dan kapasitif.
Pada percobaan ini kita menggunakan prinsip pembagi tegangan kapasitor karena menggunaan
arus bolak-balik. Prinsip pembagi kapasitor ini dengan menghubungkan kapasitor dengan
sebuah voltmeter untuk mengukur tegangan tinggi yaitu HVD, sehingga tegangan tingi yang
hendak diukur tegangannya tidak diukur langsung oleh volmeter tersebut agar HVD tidak rusak.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

MODUL II
PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS ISOLATOR UDARA TEGANGAN BOLAK-BALIK
DAN SEARAH

I. TUJUAN
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan tembus isolasi udara

2. Mempelajari pengaruh jarak elektroda pada kegagalan isolasi udara dengan tegangan tinggi
arus bolak-balik dan arus searah.
3. Mempelajari pengaruh bentuk elektroda pada kegagalan isolasi udara dengan tegangan
tinggi arus bolak balik dan arus searah.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN

• 1 unit Power Supply Cable (PSC)


• 1 unit Control Unit (CU)
• 1 unit HV Test Transformer (TT)
• 1 unit Current Limiting Resistance (CLR)
• 1 unit RC Divider (RCD)
• 1 unit High Voltage Divider (HVD)
• 1 unit Floor Pedestal (FP)
• 1 unit Connecting Line (CL)
• 1 set Earth Cable (EC)
• 1 unit Space Ball Current-Limiting Resistor (SB-CLR)
• 1 unit Manual Discharge Space Ball (SB)
• 2 unit Support Insulator (SI)
• 1 unit High Voltage Filter Capasitor (FC)

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

III. TEORI MODUL

Udara dan gas termasuk bahan isolasi yang banyak digunakan untuk mengisolasi
peralatan listrik tegangan tinggi karena biayanya lebih murah dibandingkan bahan isolasi yang
lainnya. Isolasi dimaksudkan untuk memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang
bertegangan, sehingga antarapenghantar -penghantar yang bertegangan tidak terjadi lompatan
listrik (flashover) atau percikan (sparkover). Bahan isolasi gas terutama udara merupakan bahan
isolasi yang banyak digunakan pada peralatan tegangan tinggi karena udara pada keadaan
normal (udara yang ideal) merupakan isolator yang sempurna dan juga paling banyak digunakan
karena murah, mudah dan sederhana. Contoh yang mudah dijumpai antara lain pada SUTR,
SUTM, SUTT, dan SUTET antara hantaran yang satu dengan yang lain dipisahkan dengan
udara.

3.1 Tegangan Tembus


Tegangan tembus (breakdown) merupakan suatu peristiwa apabila medan magnet
dinaikkan(tegangan terus-menerus dinaikkan), atom-atom akan terionisasi dan sampai
batas kemampuan isolator tersebut menahan tegangan maka isolator tersebut akan
berubah menjadi konduktor. Saat kritis ini disebut breakdown. Pengujian terhadap
tegangan tembus diperlukan untuk mengetahui titik kritis dari isolasi minyak
transformator.

3.2 Kegagalan Isolasi


Kegagalan isolasi adalah masalah yang sering terjadi dalam penyaluran energi
listrik. Isolasi diperlukan untuk memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang
bertegangan agar tidak terjadi lompatan listrik. Apabila pada bahan dielektrik diberikan
medan listrik yang melebihi kemampuannya maka isolasi akan mengalami tegangan
tembus dan kerusakan peralan listrik sehingga kontinuitas kerja sistem
terganggu.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tegangan tembus pada
isolasi cair dan isolasi udara serta mengetahui pengaruh suhu dan diameter elektroda
terhadap karakteristik tegangan tembus pada isolasi cair dan isolasi udara

3.3 Peranan Isolasi

Isolasi memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem tenaga listrik. Isolasi
sangat diperlukan untuk memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang bertegangan
sehingga antara penghantar tersebut tidak terjadi lompatan listrik atau percikan. Bahan
isolasi akan mengalami pelepasan muatan yang merupakan bentuk kegagalan listrik
apabila tegangan yang diterapkan melampaui kekuatan isolasinya. Kegagalan yang

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

terjadi pada saat peralatan sedangberoperasi bisa menyebabkan kerusakan alat sehingga
kontinuitas sistem terganggu.

Susunan Pengaturan Jarak Bola Untuk Pengukuran

Ketika bola diatur secara vertikal, Penyangga bola sebaiknnya bebas dari sudut yang
tajam dan diameter penyangga tidak melebihi dari 0,2 D sepanjang D. Persyaratan ini dibuat
untuk mengurangi pengaruh tegangan tinggi dari penyangga bola. Jika perisai corona digunakan
pada ujung penyangga, maka dimensi terbesarnya tegak lurus pada sumbu bola dan tidak
melebihi, Dan setidaknya harus 2 D dari titik percikan bola tegangan tinggi.

Gambar dibawah ini adalah ukuran jarak bola untuk komponen tipe vertikal tipikal.
Batang penyangga bola harus sejajar secara visual.

Gambar 2.1 Bola diatur secara vertical

Keterangan :

1. Support Isolator

2. Penyangga Elektroda Bola

3. Peralatan Pendukung (Dimensi Maksimum)

4. Koneksi tegangan tinggi dengan resistansi seri

5. Distributor Tekanan Listrik (Dimensi Maksimum)

P Titik percikan bola tegangan tinggi

A tinggi P di atas bidang bumi

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

B Ruang bebas dari struktur eksternal

Gambar 2.2 Bola di atur secara horizontal

Susunan horizontal, ketika bola disusun secara horizontal, tipikal batas dimensi celah
boladitunjukkan pada gambar 31.

Keterangan :

1. Support Isolator

2. Penyangga Elektroda Bola

3. Peralatan Pendukung (Dimensi Maksimum)

4. Koneksi tegangan tinggi dengan resistansi seri


P Titik percikan bola tegangan tinggi

A Tinggi P di atas bidang bumi

B Radius ruang dari struktur eksternal bebas

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Gambar 2.3 Susunan Vertikal dari celah batang

Gambar 2.4 Susunan Horizontal dari celah batang

3.4 Kegagalan Pada Isolasi Udara


Pada umumnya, kegagalan peralatan listrik pada waktu sedang dipakai disebabkan
oleh kegagalan isolasi dalam menjalankan fungsinya sebagai isolator tegangan tinggi.
Kegagalan isolasi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain isolasi tersebut sudah
dipakai untuk waktu yang lama, kerusakan mekanis, berkurangnya kekuatan dielektrik,
dan karena tegangan lebih.
Udara merupakan media isolasi yang paling banyak digunakan dalam teknik
tegangan tinggi.Beberapa fenomena atau gejala tegangan tinggi yang biasa terjadi antara
lain skin effect, korona, spark over dan flash over. Fenomena fisik gejala maupun
kegagalan tegangan tinggi ini salah satunya dipengaruhi oleh bentuk elektroda yang
dipakai.

3.5 Faktor Koreksi Udara

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Tegangan tembus dari celah bola berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding
terbalik dengan suhu. untuk variasi kecil dalam suhu dan tekanan, tegangan tembus
berbanding terbalik dengan kerapatan udara relatif.
Rumus:

0,386 . 𝑏
𝛿 =

273 + 𝑇

keterangan:

b = Tekanan Ruang (mmHg)

T = Suhu (°C)

Tabel Sphere-Gap

Tabel 2.1 Nilai Tegangan Puncak AC (kV) berdasarkan jarak celah dan diameter elektroda bola

Sphere-gap Sphere Diametercm


Spacing
2 5 6,25 10 12,5 15 25 50 75 100 150 200
Cm

0,05 2,8
0,10 4,7
0,15 6,4
0,20 8,0 8,0
0,25 9,6 9,6

0,30 11,4 11,2


0,40 14,4 14,3 14,2
0,50 17,4 17,4 17,2 16,8 16,8 16,8
0,60 20,4 20,4 20,2 19,9 19,9 19,9
0,70 23,2 23,4 23,2 23,0 23,0 23,0

0,80 25,8 26,3 26,2 26,0 26,0 26,0


0,90 28,3 29,2 29,1 28,9 28,9 28,9
1,0 30,7 32,0 31,9 31,7 31,7 31,7 31,7
1,2 (35,1) 37,6 37,5 37,4 37,4 37,4 37,4
1,4 (38,5) 42,9 42,9 42,9 42,9 42,9 42,9

1,5 (40,0) 45,5 45,5 45,5 45,5 45,5 45,5


1,6 48,1 48,1 48,1 48,1 48,1 48,1

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

1,8 53,0 53,5 53,5 53,5 53,5 53,5


2,0 57,5 58,5 59,0 59,0 59,0 59,0 59,0 59,0
2,2 61,5 63,0 64,5 64,5 64,5 64,5 64,5 64,5

2,4 65,5 67,5 69,5 70,0 70,0 70,0 70,0 70,0


2,6 (69,0) 72,0 74,5 75,0 75,5 75,5 75,5 75,5
2,8 (72,5) 76,0 79,5 80,0 80,5 81,0 81,0 81,0
3,0 (75,5) 79,5 84,0 85,0 85,5 86,0 86,0 86,0 86,0
3,5 (82,5) (87,5) 95,0 97,0 98,0 99,0 99,0 99,0 99,0

4,0 (88,5) (95,0) 105 108 110 112 112 112 112
4,5 (101) 115 119 122 125 125 125 125

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

IV. TEORI TAMBAHAN


Pada peralatan tegangan tinggi isolasi sangat diperlukan untuk memisahkan dua atau
lebih penghantar listrik yang bertegangan sehingga antara penghantar-penghantar tersebut tidak
terjadi lompatan listrik atau percikan.
Menurut standart VDE 0433 -2 bentuk elektroda yang digunakan dalam pengujian
tegangan tembus isolasi udara adalah elektroda bola-bola dan menurut standart VDE 0370
bentuk elektroda yang digunakan dalam pengujian tegangan tembus isolasi cair adalah
elektroda setengah bola. Oleh karena itu untuk mengetahui pengaruh bentuk elektroda terhadap
besarnya tegangan tembus, maka perlu dilakukan pengujian pada bentuk elektroda yang lain.
Salah satu bentuk elektroda yang dapat digunakan adalah elektroda bidang-bidang.
4.1 Proses dasar ionisasi
Ion merupakan atom atau gabungan atom yang memiliki muatan listrik, ion
terbentuk apabila pada peristiwa kimia suatu atom unsur menangkap atau melepaskan
elektron. Proses terbentuknya ion dinamai dengan ionisasi.
Jika diantara dua elektroda yang dimasukkan dalam media gas diterapkan tegangan
V maka akan timbul suatu medan listrik E yang mempunyai besar dan arah tertentu yang
akan mengakibatkan elektron bebas mendapatkan energi yang cukup kuat menuju kearah
anoda sehingga dapat merangsang timbulnya proses ionisasi.
4.2 Ionisasi karena Benturan Elektron
Jika gradien tegangan yang ada cukup tinggi maka jumlah elektron yang
diionisasikan akan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ion yang ditangkap
molekul oksigen. Tiap-tiap elektron ini kemudian akan berjalan menuju anoda secara
kontinu sambil membuat benturan-benturan yang akan membebaskan elektron lebih
banyak lagi. Ionisasi karena benturan ini merupakan proses dasar yang penting dalam
kegagalan udara atau gas.
4.3 Mekanisme Kegagalan Gas
Proses kegagalan dalam gas ditandai dengan adanya percikan secara tiba-tiba,
percikan ini dapat terjadi karena adanya pelepasan yang terjadi pada gas tersebut.
Mekanisme kegagalan gas yang disebut percikan adalah peralihan dari pelepasan tak
bertahan sendiri ke berbagai pelepasan yang bertahan sendiri.
Proses dasar yang paling penting dalam kegagalan gas adalah proses ionisasi
karena benturan, tetapi proses ini tidak cukup untuk menghasilkan kegagalan. Proses lain
yang terjadi dalam kegagalan gas adalah proses atau mekanisme primer dan proses atau
mekanisme sekunder.
Proses yang terpenting dalam mekanisme primer adalah proses katoda, pada

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

proses ini diawali dengan pelepasan elektron oleh suatu elektroda yang diuji, peristiwa
ini akan mengawali terjadinya kegagalan percikan (spark breakdown). Elektroda yang
memiliki potensial rendah (katoda) akan menjadi elektroda yang melepaskan elektron.
Elektron awal yang dibebaskan (dilepaskan) oleh katoda akan memulai terjadinya
banjiran elektron dari permukaan katoda.
Jika jumlah elektron yang dibebaskan makin lama makin banyak atau terjadinya
peningkatan banjiran maka arus akan bertambah dengan cepat sampai terjadi perubahan
pelepasan dan peralihan pelepasan ini akan menimbulkan percikan (kegagalan) dalam
gas. 2.2 Kegagalan Pada Isolasi Cair (Minyak) Karakteristik pada isolasi minyak trafo
akan berubah jika terjadi ketidakmurnian di dalamnya. Hal ini akan mempercepat
terjadinya proses kegagalan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan isolasi antara
lain adanya partikel padat, uap air dan gelembung gas.
4.4 Mekanisme Kegagalan Isolasi Cair
Teori mengenai kegagalan dalam zat cair kurang banyak diketahui dibandingkan
dengan teori kegagalan gas atau zat padat. Hal tersebut disebabkan karena sampai saat
ini belum didapatkan teori yang dapat menjelaskan proses kegagalan dalam zat cair yang
benar-benar sesuai antara keadaan secara teoritis dengan keadaan sebenarnya. Teori
kegagalan zat isolasi cair dapat dibagi menjadi empat jenis sebagai berikut :
a. Teori Kegagalan Elektronik
Teori ini merupakan perluasan teori kegagalan dalam gas, artinya proses kegagalan
yang terjadi dalam zat cair dianggap serupa dengan yang terjadi dalam gas. Oleh
karena itu supaya terjadi kegagalan diperlukan elektron awal yang dimasukkan
kedalam zat cair. Elektron awal inilah yang akan memulai proses kegagalan.
b. Teori Kegagalan Gelembung
Kegagalan gelembung atau kavitasi[3] merupakan bentuk kegagalan zat cair yang
disebabkan oleh adanya gelembung-gelembung gas di dalamnya.
c. Teori Kegagalan Bola Cair
Jika suatu zat isolasi mengandung sebuah bola cair dari jenis cairan lain, maka dapat
terjadi kegagalan akibat ketakstabilan bola cair tersebut dalam medan listrik. Medan
listrik akan menyebabkan tetesan bola cair yang tertahan didalam minyak yang
memanjang searah medan dan pada medan yang kritis tetesan ini menjadi tidak stabil.
Kanal kegagalan akan menjalar dari ujung tetesan yang memanjang sehingga
menghasilkan kegagalan total.
d. Teori Kegagalan Tak Murnian Padat
Teori Kegagalan Tak Murnian Padat Kegagalan tak murnian padat adalah jenis

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

kegagalan yang disebabkan oleh adanya butiran zat padat (partikel) didalam isolasi
cair yang akan memulai terjadi kegagalan.
4.5 Kekuatan Kegagalan
Dari semua teori yang membahas tentang kegagalan zat cair tidak
memperhitungkan hubungan antara panjang ruang celah (sela) dengan kekuatan peristiwa
kegagalan. Semuanya hanya membahas tentang kekuatan kegagalan maksimum yang
dicapai. Namun dari semua teori diatas dapat ditarik suatu persamaan baru yang berisi
komponen panjang ruang celah dan komponen kekuatan peristiwa kegagalan pada benda
cair, yaitu : Vb = Adn ........... (2-1)
dimana:
d : panjang ruang celah
A : konstanta
n : juga konstanta yang nilainya < 1

Sumber :
Syakur, Abdul., & Facta, Mochammad. (2005). Perbandingan Tegangan Tembus Media Isolasi Udara
dan Media Isolasi Minyak Trafo Menggunakan Elektroda Bidang-bidang. Jurnal Ilmiah Teknik Elektro
Vol. 10 No. 2.. 26-29.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

V. LANGKAH PERCOBAAN

5.1 Tegangan Tinggi AC

1. Buat rangkaian seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2.5 Rangkaian Percobaan Arus Bolak balik

2. Ukur dan catat kelembaban dan temperatur ruang uji menggunakan


Thermohygrometer.
3. Atur jarak Space Ball sesuai data dari asisten menggunakan jangka sorong.
4. Catat besarnya tegangan kegagalan yang terjadi.
5. Ulangi pada setiap jarak antar elektroda.

5.2 Tegangan Tinggi DC

1. Buat rangkaian seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2.6 Rangkaian Percobaan Arus Searah


2. Ukur dan catat kelembaban dan temperatur ruang uji menggunakan
Thermohygrometer.
3. Atur jarak Space Ball sesuai data oleh asisten menggunakan jangka sorong.
4. Catat besarnya tegangan kegagalan yang terjadi.
5. Ulangi pada jarak antar elektroda yang telah ditentukan.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

VI. DATA PENGAMATAN

Kelembaban Ruang Uji :

Temperatur Ruang Uji :

Tegangan Tinggi AC

Sphere Gap Distance Theorical Breakdown Observed Breakdown

(cm) Voltage (kV) Voltage (kV)

0,5 16,21 15,81


1 17,94 17,50

1,5 22,42 21,87

2 28,68 27,97

Tegangan Tinggi DC

Sphere Gap Distance Theorical Breakdown Observed Breakdown

(cm) Voltage (kV) Voltage (kV)

0,5 47,09 45,93

1 51,24 49,97

1,5 54,75 53,40

2 57,74 56,31

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

VII. PENGOLAHAN DATA

Tegangan Tinggi AC
𝟎,𝟑𝟖𝟔 .𝒃 𝟎,𝟑𝟖𝟔+𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈
δ = (𝟐𝟕𝟑 +𝒕) = = 0,9753
𝟐𝟕𝟑 +𝟐𝟕,𝟖

- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 15,81/0,9753 = 16,21 kV


- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 17,50/0,9753 = 17,94 kV
- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 21,87/0,9753 = 22,42 kV
- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 27,97/0,9753 = 28,68 kV

Tegangan Tinggi DC
𝟎,𝟑𝟖𝟔 .𝒃 𝟎,𝟑𝟖𝟔+𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈
δ = (𝟐𝟕𝟑 +𝒕) = = 0,9753
𝟐𝟕𝟑+𝟐𝟕,𝟖

- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 45,93/0,9753 = 47,09 kV


- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 49,97/0,9753 =51,24 kV
- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 53,40/0,9753 = 54,75 kV
- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 56,31/0,9753 =57,74 kV

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

VIII. TUGAS AKHIR

1. Buatlah grafik Vb teorical dan Vb pengujian terhadap sphare gap! 1 grafik 2 garis

Jawab :

Tegangan Tinggi AC

Tegangan Tinggi DC

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

2. Jelaskan hubungan dari grafik pada nomor 1!

Jawab :

- Hubungan antara sphere gap dan tegangan tembus berbanding lurus, jika sphere gap
semakin besar maka nilai tegangan tembus yang timbul juga semakin besar, begitu pula
sebaliknya.

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi tegangan tembus isolator udara?

Jawab :

Kelembapan udara, temperature udara, jarak sphere gap, tekanan dan bahan elektroda.

4. Dari data pengamatan, hitunglah nilai faktor koreksi udara dan nilai tegangan tembus pada
setiap jarak elektroda!

Jawab :

Tegangan Tinggi AC
𝟎,𝟑𝟖𝟔 .𝒃 𝟎,𝟑𝟖𝟔+𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈
δ = (𝟐𝟕𝟑 +𝒕) = = 0,9753
𝟐𝟕𝟑 +𝟐𝟕,𝟖

- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 15,81/0,9753 = 16,21 kV


- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 17,50/0,9753 = 17,94 kV
- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 21,87/0,9753 = 22,42 kV
- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 27,97/0,9753 = 28,68 kV

Tegangan Tinggi DC
𝟎,𝟑𝟖𝟔 .𝒃 𝟎,𝟑𝟖𝟔+𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈
δ= = = 0,9753
(𝟐𝟕𝟑 +𝒕) 𝟐𝟕𝟑+𝟐𝟕,𝟖

- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 45,93/0,9753 = 47,09 kV


- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 49,97/0,9753 =51,24 kV
- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 53,40/0,9753 = 54,75 kV
- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 56,31/0,9753 =57,74 kV

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

5. Apakah nilai tegangan tembus AC dan DC berbeda? Jelaskan!

Jawab :

Iya beda, karena untuk pengujian menggunakan tegangan DC memerlukan tegangan yang
lebih besar dari tegangan AC agar mendapatkan hasil yang setara.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

IX. ANALISA

Pada Praktikum modul II ini membahas Pengujian Tegangan Tembus Isolator Udara Tegangan
Bolak-Balik Dan Searah, dengan tujuan yang pertama Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
tegangan tembus isolasi udara , Mempelajari pengaruh jarak elektroda pada kegagalan isolasi udara
dengan tegangan tinggi arus bolak-balik dan arus searah. dan Mempelajari pengaruh bentuk elektroda
pada kegagalan isolasi udara dengan tegangan tinggi arus bolak balik dan arus searah. Alat dan bahan
yang digunakan pada praktikum ini yaitu Power Supply Cable (PSC) , Control Unit (CU), HV Test
Transformer (TT), Current Limiting Resistance (CLR), RC Divider (RCD), High Voltage Divider
(HVD), Floor Pedestal (FP), Connecting Line (CL), Earth Cable (EC), Space Ball Current-Limiting
Resistor (SB-CLR), Manual Discharge Space Ball (SB), Support Insulator (SI), dan High Voltage Filter
Capasitor (FC). Dimana Panel proteksi yang terhubung dengan power supply kabel dengan tegangan
220 V , Control Unit (CU) disini untuk menaikkan tegangan primer yang kita ujikan terhubung dengan
trafo, High Voltage Divider (HVD) yang berfungsi untuk membaca nilai dari tegangan sekunder yang
telah dibangkitkan trafo, trafo uji berkapasitas high voltagenya diatas 200 V, CLR current limiting
resistor untuk membatasi alur yang mengalir setelah dibangkitkan dari trafonya, kemudian ada RCD
dimana RCD membagi tegangan Ke HVD dan masuk ke Filter kapasitor yang berfungsi untuk
menyimpan muatan dan menekan cacat gelombang, kemudian masuk ke Support Insulator (SI)
berfungsi untuk menopang elektroda dan 2 buah elektroda ini yang bisa divariasikan jaraknya dan
bentuknya.

Transformator juga digunakan pada praktikum ini, trafo merupakan peralatan atau pitranti listrik

yang dapat digunakan untuk mengubah energi listrik yang sat uke eneergi listrik yang lain, dimana
tegangan keluarannya dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan
kegunaannya trafo ada tiga yakni trafo daya yang digunakan untuk menaikkan dan menurunkan
tegangan, trafo distribusi biasanya digunakan pada sitem distribusi yang digunakan untuk menurunkan

tegangan, dan trafo proreksi dan pengukuran yang digunakan untuk mengukur arus dan tegangan serta

memproteksi main transformer. Terdapat trafo uji yang digunakan untuk pengujian yang merupakan

trafo step up. Terdapat perbedaan karakteristik dari trafo uji dan trafo tegangan ( trafo Daya) yakni
lilitan trafo uji lebih besar disbanding dengan trafo tenaga, kapasitas kVA trafo uji lebih kecil dibanding
dengan kapasitas trafo tenaga, pada trafo pengujian menggunakan trafo satu fasam pada trafo uji pada
ujung lilitannya digroundkan, pada waktu mrencanakan isolasi untuk trafo uji hanya diperhitungkan
isolasi penguji maksimum.

Tegangan tembus adalah kondisi dimana menaikkan tegangan secara terus-menerus sehingga
isolasi yang semula bersifat mengisolasi sehingga menjadi konduktif dan kekuatan dielektrik adalah
kemampuan isolasi untuk menahan tegangan tembus dalam setiao ketebalan isolasinya Pada isolasi

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

udara peningkatan temperatur udara akan mempengaruhi pertambahan energi yang dapat
mempercepat pergerakan elektron-elektron di udara sehingga berakibat pada penurunan kekuatan
dielektrik udara dan jarak sela antar penghantar yang bertegangan juga akan menentukan laju
pergerakan elektron dalam dielektrik udara dalam fungsinya sebagai bahan isolasi, keadaan udara
juga mempengaruhi dari nilai tegangan tembus yang dihasilkan dan terdapat standarisasi
electrotechnical Commite oleh IEC yakni dinyatakan dalam rumus δ = (0,386.b)/((273+t))
dengan b merupakan tekanan udara (mmHg) dan t merupakan temperature udara (°C).

Elektroda yang digunakan pada percobaan ini ada elektroda bola dan elektroda jarum. Dimana

terdapat perbedaan nilai tegangan tembus pada kedua elektroda tersebut. perbedaan Panjang dan
diameter ini sangat mempengaruhi nilai tegangan tembunya. Semakin besar luas permukaannya
semakin besar juga tegangan tembusnya. Untuk tegangan tembus pada elektroda bola lebih besar
daripada tegangan tembus di elektroda jarum. Karena pada jarum terjadi discharge lebih cepat daripada
elektroda bola. Karena muatan lebih cenderung berkumpul di sisi yang lebih runcing. Sehingga Bentuk
elektroda yang digunakan akan mempengaruhi tegangan tembus yang terjadi pada bahan isolasi.
Pengambilan data pengamatan modul II dimana kita mengatur jarak dari 2 bauh elektroda dari
(0,5),1,(1,5) dan 2 cm menggunakan jangka sorong. Dengan tujuan melihat apa pengaruh dari jarak
elektrodanya terhadap nilai dari tegangan tembus, kemudian menyalakan mcb panel proteksi, setting
ke auto pada panel proteksi, nyalakan power switch di control unit dan setelah itu kita mengatur
regulator sampai breakdown voltage.dan kemudian diamati pada elektroda dan mengamati berapa
tegangan sekunder ketika pada breakdown voltage. Dari hasil pengukuran didapat untuk kondisi
tegangan tinggi AC pada jarak 0,5 cm maka tegangan tembusnya 15,81kV, pada jarak 1 cm tegangan
tembusnya 17,50 kV, pada jarak 1,5 cm tegangan tembusnya 21,87 kV, dan pada jarak 2 cm tegangan
tembusnya 27,97 kV. Sedangkan pada kondisi tegangan DC pada jarak 0,5 cm maka tegangan tembus
yang muncul 15,81 , pada 1 cm tegangan tembusnya 17,50 pada 1,5 cm tegangan tembusnya 21,87 kV
dan pada 2 cm tegangan tembusnya 27,97 kV. Dari hasil pengukuran pada data pengamatan dapat
dilihat bahwa semakin besar jarak 2 buah elektroda tersebut semakin besar pula juga tegangan tembus

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

X. KESIMPULAN
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan tembus isolasi udara
Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan tembus isolasi udara adalah jarak elektroda dan
bentuk elektroda

2. Mempelajari pengaruh jarak elektroda pada kegagalan isolasi udara dengan tegangan tinggi
arus bolak-balik dan arus searah. Dimana Jarak elektroda yang semakin besar akan
mengakibatkan tegangan tembus semakin besar.
3. Mempelajari pengaruh bentuk elektroda pada kegagalan isolasi udara dengan tegangan
tinggi arus bolak balik dan arus searah. dimana Semakin kecil, kasar dan runcing bentuk
elektrodanya maka energi yang diperlukan untuk proses ionisasi lebih kecil sehingga
tegangan yang diterapkan juga akan semakin kecil begitu pula sebaliknya, jika semakin besar
dan halus bentuk elektrodanya maka energi yang diperlukan semakin besar sehingga
tegangan tembus yang diterapkan juga akan semakin besar pula.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

MODUL III
KARAKTERISTIK TEGANGAN TEMBUS ISOLATOR UDARA TEGANGAN BOLAK-
BALIK VARIASI ELEKTRODA

I. TUJUAN
Mengetahui pengaruh variasi bentuk dan bahan elektroda terhadap pengujian tegangan tembus
isolator udara dengan sumber AC.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN

• 1 unit Power Supply Cable (PSC)

• 1 unit Control Unit (CU)

• 1 unit HV Test Transformer (TT)

• 1 unit Current Limiting Resistance (CLR)

• 1 unit RC Divider (RCD)

• 1 unit High Voltage Divider (HVD)

• 1 unit Floor Pedestal (FP)

• 1 unit Connecting Line (CL)

• 1 set Earth Cable (EC)

• 1 unit Space Ball Current-Limiting Resistor (SB-CLR)

• 1 unit Manual Discharge Space Ball (SB)

• 2 unit Support Insulator (SI)

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

III. TEORI MODUL

3.1.1 Jenis – jenis Elektroda berdasarkan bentuknya

A. Elektroda Jarum

Secara geometri, elektroda jarum mempunyai ujung yang runcing sehingga rapat
muatannya lebih besar maka elektroda jarum akan lebih mudah melepaskan elektron dan
memerlukan energi yang lebih kecil untuk proses ionisasi, sehingga untuk terjadinya tegangan
tembus lebihmudah.
B. Elektroda Bola

Pada elektroda bola yang mempunyai permukaan halus dan penampang yang lebih besar
makaakan lebih sulit melepaskan elektron sehingga diperlukan energi yang lebih besar untuk
mengawali proses ionisasi.
Dengan demikian semakin kecil, kasar dan runcing bentuk elektrodanya maka energi
yang diperlukan semakin kecil sehingga tegangan yang diterapkan juga akan semakin kecil.
Dan sebaliknya semakin besar dan halus bentuk elektrodanya, maka energi yang diperlukan
semakin besarsehingga tegangan yang diterapkan juga akan semakin besar pula.

3.1.2 Jenis – jenis Elektroda berdasarkan bahannya

A. Tembaga

Setiap konduktor memiliki nilai hambatan jenis () dalam penghantaran listrik. Semakin
besar nilai hambatan jenis, maka semakin besar juga kerugian listrik yang bisa terjadi.
Sebaliknya, semakin kecil nilai hambatan jenisnya, maka semakin sedikit juga kerugian listrik
yang bisa terjadi.
Tembaga, memiliki hambatan jenis yang cukup kecil dari jenis konduktor lainnya. Karena
itulah tembaga sangat baik untuk digunakan sebagai kabel penghantar listrik, karena dapat

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

meminimalisir kerugian daya listrik. Walaupun demikian, tembaga bukanlah bahan konduktor
dengan hambatan terkecil. Pilihan pada tembaga dijatuhkan karena beragamkelebihan lainnya
yang dimiliki tembaga.
B. Alumunium

Banyak peralatan listrik yang di buat dari almunium.sekarang kabel juga di buat dari logam
ini. Alumunium sangat ringan, hampir seperempat berat tembaga, warnanya putih keperak-
perakan, titik cair mencapai 657 oC dan titik didih nya kira-kira 1800oC. Untuk penghantar
kemurnian alumunium tercapai 99,5%. Setengah persen yang lain terdiri dari unsur besi,
silikon, tembaga, alumunium bekas yang di cairkan kembali biasanya mengandung juga seng.

3.1.3 Pengaruh Tahanan Pada Suatu Penghantar

Tahanan akan menghambat aliran arus. Tahanan ini seperti "gesekan" listrik. Setiap
komponen atau rangkaian listrik memiliki nilai tahanan. Tahanan akan mengubah energi listrik
menjadi bentuk energi lain, seperti panas, nyala lampu pijar, atau gerak. Tahanan listrik diukur
dalam ohm dengan Ohmmeter. Arus 1 amper adalah elektron sebanyak 6.25 x 1018 yang
bergerak dalam satu detik. Perlu juga kita ketahui, bahwa semua jenis benda tersusun dari atom-
atom sehingga ada beberapa kemungkinan rintangan bagi elektron bebas untuk bergerak,
tertahannya pergerakan elektron bebas disebut dengan tahanan listrik. Jadi tahanan listrik pada
suatu penghantar berbeda berdasarkan faktor sebagai berikut :
1. Panjang Penghantar

2. Diameter

3. Temperatur

4. Kondisi Fisik

5. Bahan

Hubungan antara material kabel, panjang kabel, dan diameter kabel dapat dihitung
denganrumus berikut:
𝐿
𝑅=𝜌
𝐴

Dimana :

R = Tahanan kawat [ Ω ]

L = Panjang kawat [ m ]

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

ρ = Tahanan jenis kawat [ Ω.m ]

A = Penampang kawat/konduktor[ mm² ]

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

IV. TEORI TAMBAHAN


4.1 Tegangan Tembus Dielektrik Udara
4.1.1 Proses Dasar Ionisasi
Ion merupakan atom atau gabungan atom yang memiliki muatan listrik, ion terbentuk
apabila pada peristiwa kimia suatu atom unsur menangkap atau melepaskan elektron. Proses
terbentuknya ion dinamai dengan ionisasi.
Dalam proses pelepasan listrik ada beberapa mekanisme pembangkitan atau kehilangan
ion baik dalam bentuk tunggal maupun dalam kombinasi. Proses dasar pelepasan dalam gas
meliputi :
a. Pembangkitan ion dengan cara benturan (collision) elektron, fotoionisasi, ionisasi
oleh benturan ion positif, ionisasi termal, pelepasan (detachment) elektron, ionisasi
kumulatif dan efek sekunder.
b. Kehilangan ion dengan cara penggabungan (attachment) elektron, rekombinasi dan

difusi.
4.1.2 Ionisasi karena Benturan Elektron

Jika gradien tegangan yang ada cukup tinggi maka jumlah elektron yang diionisasikan
akan lebih banyak dibandingkan jumlah ion yang ditangkap menjadi molekul oksigen.
Sehingga tiap-tiap elektron yang mengalami ionisasi tersebut kemudian akan berjalan menuju
anoda secara kontinu, sambil membuat benturan-benturan yang kemudian akan
membebaskan lebih banyak elektron. Ionisasi karena benturan ini mungkin merupakan
proses yang paling penting dalam kegagalan udara atau gas.
Sebuah elektron tunggal yang dibebaskan oleh pengaruh luar pada proses ionisasi
tersebut akan menimbulkan banjiran elektron ( avalanche ), yaitu kelompok elektron yang
bertambah secara cepat dan bergerak maju meninggalkan ion positif pada lintasannnya.
Proses pelepasan ( discharge ) pada udara dan gas dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu
pelepasan bertahan sendiri ( self sustaining discharge ) dan pelepasan tak bertahan sendiri (
non sustaining discharge ). Dalam hal ini mekanisme kegagalan gas dan udara adalah suatu
bentuk transisi dari keadaan pelepasan tak bertahan menuju pelepasan bertahan sendiri.
4.1.3 Proses-Proses Dasar dalam Kegagalan Gas
Mekanisme kegagalan dalam udara yang disebut percikan (spark breakdown) adalah
peralihan dari peluahan tak bertahan sendiri ke berbagai jenis peluahan yang bertahan sendiri.
Sifat mendasar dari kegagalan percikan ini adalah tegangan pada (across) sela antara elektroda
akan menurun karena adanya proses yang menghasilkan konduktifitas tinggi antara anoda dan
katoda.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Ada dua jenis mekanisme dasar yang berperan yaitu :


1. Mekanisme primer, yang memungkinkan terjadinya banjiran (avalanche) elektron.
2. Mekanisme sekunder, yang memungkinkan terjadinya peningkatan banjiran

(avalanche) elektron.
Pada mekanisme primer, proses yang terpenting adalah katoda. Dalam hal ini katoda
akan melepas (discharge) elektron, yang akan mengawali terjadinya suatu kegagalan percikan
(spark breakdown). Sehingga untuk hal ini elektroda yang mempunyai potensial yang lebih
rendah, yaitu katoda akan menjadi elektroda yang melepaskan elektron. Adapun fungsi katoda
selaku elektroda pelepas elekton adalah :
1. Menyediakan elektron awal yang harus dilepaskan
2. Mempertahankan pelepasan ( discharge )
3. Menyelesaikan pelepasan ( discharge )

4.2 Sistem Pengukuran Tegangan Tembus Dielektrik Udara


Udara dan gas termasuk bahan isolasi yang banyak digunakan untuk mengisolasi
peralatan listrik tegangan tinggi. Isolasi dimaksudkan untuk memisahkan dua atau lebih
penghantar listrik yang bertegangan, sehingga antara penghantar-penghantar yang bertegangan
tidak terjadi lompatan listrik (flashover) atau percikan (sparkover). Pada tegangan yang
semakin tinggi sudah barang tentu diperlukan bakan isolasi yang mempunyai kuat isolasi yang
lebih tinggi pula. Jika tegangan yang diterapkan pada penghantar telah mencapai tingkat
ketinggian tertentu, maka bahan isolasi tersebuat akan mengalami pelepasan muatan (lucutan,
discharge), yang merupakan suatu bentuk kegagalan listrik. Kegagalan ini menyebabkan
hilangnya tegangan dan mengalirnya arus dalam bahan isolasi.

Peralatan dan Bahan


Adapun peralatan yang digunakan adalah : sumber tegangan ac 220 Volt, kit pembangkit
tegangan tinggi ac, thermometer, elemen pemanas 250 watt yang digunakan untuk
memanaskan temperatur ruang hingga temperatur 40 oC, es batu digunakan untuk
mendinginkan temperatur ruang hingga temperatur 20 oC, boxs, kipas angin (fan), elektroda
bola (alumunium), elektroda jarum (alumunium), elektroda bidang (stainles steel), konektor,
dudukan elektroda, akrilik (dengan ketebalan 2 mm, 3 mm, 5 mm, 10 mm) untuk mengukur
jarak sela antar kedua elektroda, regulator tegangan, resistor 20 Mohm, kapasitor 100 pF 100
kV.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

4.3 Boxs dan Perlengkapannya


Boxs yang digunakan adalah terbuat bari bahan kayu yang mepunyai dimensi panjang
60cm, lebar 20 cm dan tinggi 30 cm dan dilengkapi kipas angin, elemen pemanas serta es
batu. Boxs, es batu, elemen pemanas dan kipas angin digunakan untuk mengkondisikan
temperatur udara pada kondisi di bawah temperatur ruang dan kondisi diatas temperatur ruang.
Untuk memperoleh temperatur dibawah temperatur ruang ( kondisi basah ) maka diperlukan es
batu yang dimasukkan kedalam box dan menghidupkan kipas angin yang ada didalamnya agar
temperatur ruang dapat merata diseluruh ruangan boxs tersebut. Begitu pula halnya untuk
memperoleh temperatur di atas temperatur ruang ( kondisi kering ) dengan cara meletakkan
elemen pemanas di dalam boxs dan mengatur tegangan yang diterapkan pada elemen pemanas
tersebut dengan menggunakan regulator tegangan untuk memperoleh temperatur yang
diinginkan.

4.4 Elektroda Jarum


Adapun elektroda jarum digunakan untuk pengukuran tegangan tembus dielektik udara
pada elektoda jarum-plat ( bidang ). Elektroda jarum dibuat dengan menggunakan bahan
Alumunium dengan panjang 5 mm dan mempunyai sudut 30o .

4.5 Elektroda Plat ( Bidang )


Adapun elektroda bidang digunakan untuk pengukuran tegangan tembus dielektik udara
pada elektoda jarum-plat (bidang) dan elektroda bola-plat (bidang). Elektroda plat(bidang)
dibuat dengan menggunakan bahan stainlis steel dengan diameter 50 mm dan mempunyai
ketebalan 10 mm.

4.6 Teknik Pengukuran Tegangan Tembus


Pengukuran tegangan tembus bertujuan untuk mengamati karakteristik tegangan tembus
dielektri udara pada berbagai temperatur dan jarak sela yang berbeda dengan menggunakan
elektroda bola-bidang dan elektroda jarum-bidang. Pengukuran dilakukan dengan langkah-
langkah sebagaimana diuraikan dalam flowchart sebagai berikut :

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Sumber : Prihatnolo, S. Teguh., Syakur, Abdul., & Facta, Moch. (2011). Pengukuran Tegangan
Tembus Dielektrik Udara Pada Berbagai Sela dan Bentuk Elektroda dengan Variasi Temperatur Sekitar.
Diponegoro Univesitio Institutional Repository.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

V. LANGKAH PERCOBAAN

5.1 Tegangan Tinggi AC


1. Buat rangkaian seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3.1 Rangkaian Percobaan Arus Bolak balik

2. Ukur dan catat kelembaban dan temperatur ruang uji menggunakan Thermohygrometer.

3. Atur jarak Space Ball sesuai data dari asisten menggunakan jangka sorong.

4. Catat besarnya tegangan kegagalan yang terjadi.

5. Ulangi pada setiap jarak antar elektroda.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

VI. DATA PENGAMATAN

Kelembaban Ruang Uji : 55%

Temperatur Ruang Uji : 27,8%

Bahan dan Klasifikasi Sphere Gap Theorical Observed


Bentuk Elektroda (cm) Breakdown Breakdown
Elektroda Voltage (kV) Voltage (kV)
Bola tembaga ρ=1,68x10-8
Ωm 3 57,38 55,96
d= 10 cm
ρ=1,68x10-8
Jarum tembaga Ωm
d= 30,04 29,30
3
h1= 5 cm
h2= 4 cm
ρ=2,65x10-8
Jarum Ωm
Alumunium d= 33,04 32,22
3
h1= 5,5 cm
h2= 5 cm

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

VII. PENGOLAHAN DATA

Bola Tembaga

𝟎,𝟑𝟖𝟔.𝒃 𝟎,𝟑𝟖𝟔+𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈


δ= = = 0,9753
(𝟐𝟕𝟑+𝒕) 𝟐𝟕𝟑+𝟐𝟕,𝟖

- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 55,96/0,9753 = 57,38 kV

Jarum Tembaga

𝟎,𝟑𝟖𝟔 .𝒃 𝟎,𝟑𝟖𝟔+𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈


δ = (𝟐𝟕𝟑 +𝒕) = = 0,9753
𝟐𝟕𝟑+𝟐𝟕,𝟖

- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 29,30/0,9753 = 30,05 kV

Jarum Alumunium
𝟎,𝟑𝟖𝟔 .𝒃 𝟎,𝟑𝟖𝟔+𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈
δ= = = 0,9753
(𝟐𝟕𝟑 +𝒕) 𝟐𝟕𝟑 +𝟐𝟕,𝟖

- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 32,22/0,9753 = 33,04 kV

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

VIII. TUGAS AKHIR

1. Buatlah grafik hubungan Vb pengujian terhadap jenis elektroda! 1 grafik 3 garis

Jawab :

2. Jelaskan hubungan dari grafik nomor 1!

Jawab :
Dari grafik di atas terlihat bahwa tegangan tembus paling besar terjadi pada elektroda
bola tembaga karena luas penampangnya yang lebih besar dibandingkan yang berbentuk
jarum

3. Hitunglah faktor koreksi udara dan tegangan tembus pada jarak elektroda!

Jawab :

Bola Tembaga

𝟎,𝟑𝟖𝟔 .𝒃 𝟎,𝟑𝟖𝟔+𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈


δ = (𝟐𝟕𝟑 +𝒕) = = 0,9753
𝟐𝟕𝟑 +𝟐𝟕,𝟖

- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 55,96/0,9753 = 57,38 kV

Jarum Tembaga

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359
𝟎,𝟑𝟖𝟔.𝒃 𝟎,𝟑𝟖𝟔+𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈
δ = (𝟐𝟕𝟑+𝒕) = = 0,9753
𝟐𝟕𝟑+𝟐𝟕,𝟖

- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 29,30/0,9753 = 30,05 kV

Jarum Alumunium
𝟎,𝟑𝟖𝟔 .𝒃 𝟎,𝟑𝟖𝟔+𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈
δ = (𝟐𝟕𝟑 +𝒕) = = 0,9753
𝟐𝟕𝟑 +𝟐𝟕,𝟖

- Vs Theorical = Vs pengujian / δ = 32,22/0,9753 = 33,04 kV

4. Hitunglah hambatan dalam pada setiap jenis elektroda yang digunakan!

Jawab :

Bola Tembaga
d = 10 cm
r = 5 cm = 0,05 m\
L = 𝜋 × d = 𝜋 × 0,1 m= 0,314 m

A = 4𝜋𝑟2 = 4 × 𝜋 × (0,05𝑚)2 = 0,031 m²


𝐿 0,09 𝑚
R = 𝜌 𝐴 = 1,68 × 10 − 8Ωm 0,013𝑚2
= 1,70 × 10−7Ω

Jarum tembaga
L = h1 + h2 = 5 cm + 4 cm

= 9 cmr = 4,5 cm = 0,045 m


A = 2𝜋𝑟2 = 2 × 𝜋 × (0,045𝑚)2 = 0,013 m²
𝑳 𝟎,𝟑𝟏𝟒 𝒎
R = 𝝆 𝑨 = 𝟏, 𝟔𝟖 × 𝟏𝟎 − 𝟖𝛀𝐦 𝟎,𝟎𝟑𝟏𝒎2
= 1,16 × 10 −7Ω

Jarum Almunium

L = h1 + h2 = 5,5 cm + 5 cm = 10,5 cm r = 5,25 cm = 0,0525 m


A = 2𝜋𝑟2 = 2 × 𝜋 × (0,0525𝑚)2 = 0,017 m²
𝑳 𝟎,𝟏𝟎𝟓 𝒎
R = 𝝆 = 𝟏, 𝟔𝟖 × 𝟏𝟎 − 𝟖𝛀𝐦
𝑨 𝟎,𝟎𝟎𝟏𝟕 𝒎2
= 1,164 × 10 −7Ω

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

5. Dari ketiga jenis elektroda, manakah yang lebih baik? Jelaskan!

Jawab :

Jarum tembaga karena memiliki tegangan tembus yang paling kecil dibandingkan yang `
lain.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

IX. ANALISA
Pada praktikum modul III ini berjudul Karakteristik Tegangan Tembus Isolator Udara Tegangan
Bolak-Balik Variasi Elektroda. Tujuan dari praktikum modul ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
variasi bentuk dan bahan elektroda terhadap pengujian tegangan tembus isolator udara dengan sumber
AC. Perbedaan antara modul ini dengan modul sebelumnya yaitu jika pada modul sebelumnya untuk
melihat tegangan tembusnya dengan memvariasikan jarak antar elektrodanya maka di modul ini
untuk melihat tegangan tembusnya dengan membedakan bentuk dari elektrodanya. Alat dan bahan
yang digunakan pada praktikum ini yaitu Power Supply Cable (PSC) , Control Unit (CU), HV Test
Transformer (TT), Current Limiting Resistance (CLR), RC Divider (RCD), High Voltage Divider
(HVD), Floor Pedestal (FP), Connecting Line (CL), Earth Cable (EC), Space Ball Current-Limiting
Resistor (SB-CLR), Manual Discharge Space Ball (SB), Support Insulator (SI), dan High Voltage
Filter Capasitor (FC). Dimana Panel proteksi yang terhubung dengan power supply kabel dengan
tegangan 220 V , Control Unit (CU) disini untuk menaikkan tegangan primer yang kita ujikan
terhubung dengan trafo, High Voltage Divider (HVD) yang berfungsi untuk membaca nilai dari
tegangan sekunder yang telah dibangkitkan trafo, trafo uji berkapasitas high voltagenya diatas 200 V,
CLR current limiting resistor untuk membatasi alur yang mengalir setelah dibangkitkan dari trafonya,
kemudian ada RCD dimana RCD membagi tegangan Ke HVD dan masuk ke Filter kapasitor yang
berfungsi untuk menyimpan muatan dan menekan cacat gelombang, kemudian masuk ke Support
Insulator (SI) berfungsi untuk menopang elektroda dan 2 buah elektroda ini yang bisa divariasikan
jaraknya dan bentuknya.

Isolasi atau insulasi merupakan bahan yang digunakan atau dipake untuk mengisolasi suatu
benda tertentu dari suatu nilai besaran listrik. Isolasi digunakan sesuai dengan fungsinya yakni untuk

memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang bertegangan, sehingga tidak akan terjadi lompatan

listrik atau percikan antara penghantar-penghantar. Ada beberapa macam jenis isolasi yakni gas,
padat (keramik atau polimer atau kaca), cair, dan udara. Isolasi cair biasanya digunakan untuk pengisi
pada beberapa peralatan listrik seperti transformator. Isolator cair sendiri memiliki fungsi sebagai
isolator arus listrik dan pendingin. Isolasi gas biasanya digunakan pada PMT, untuk meredam busur
api apabila timbul api. Isolasi padat terdapat beberapa bahan yakni keramik, polimer, kaca dan lain
sebagainya. Isolasi udara merupakan bahan isolasi yang mudah didapat dan mempunyai tegangan
tembus yang cukup besar yakni 30 kV/cm. Pada system tenaga listrik udara merupakan bahan
penyekat antara kawat konduktor atau antara kawat kondutor dengan tanah. Pada tekanan yang tidak
terlalu tinggi udara merupakan bahan penyekat yang baik, dan terjadinya kebocoran melalui udara
sangat kecil. Namun pada tekanan yang cukup tinggi akan terjadi loncatan electron di udara dan udara

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

sering dijadikan sebagai pendingin.

Pada percobaan ini juga menggunakan prinsip pembagi tegangan. Pembagi tegangan dibagi

menjadi tiga yakni pembagi tegangan resistif yang berisi elemen tahanan, pembagi tegangan
kapasitif, berisi elemen kapasitor, dan pembagi tegangan campuran antara resistor dan kapasitif. Pada
percobaan ini kita menggunakan prinsip pembagi tegangan kapasitor karena menggunaan arus bolak-
balik. Prinsip pembagi kapasitor ini dengan menghubungkan kapasitor dengan sebuah voltmeter
untuk mengukur tegangan tinggi yaitu HVD, sehingga tegangan tingi yang hendak diukur
tegangannya tidak diukur langsung oleh volmeter tersebut agar HVD tidak rusak. Elektroda yang
digunakan pada percobaan ini ada elektroda bola dan elektroda jarum . Dimana terdapat perbedaan
nilai tegangan tembus pada kedua elektroda tersebut. perbedaan Panjang dan diameter ini sangat
mempengaruhi nilai tegangan tembunya. Semakin besar luas permukaannya semakin besar juga
tegangan tembusnya. Untuk tegangan tembus pada elektroda bola lebih besar daripada tegangan
tembus di elektroda jarum. Karena pada jarum terjadi discharge lebih cepat daripada elektroda bola.
Karena muatan lebih cenderung berkumpul di sisi yang lebih runcing. Sehingga Bentuk elektroda
𝑳
menghitung hambatan dalam yakni dengan R = 𝝆 merupakan hambatan dalam, rho merupakan
𝑨

hambatan jenis (Ωm), l merupakan diameter atau panjanh elektroda (m), dan A merupakan lua s
penampang (m2). yang digunakan akan mempengaruhi tegangan tembus yang terjadi pada bahan
isolasi.
Pengambilan data modul 3 yaitu adalah variasi elektroda yang berbeda yaitu dengan elektroda
bola tembaga, jarum tembaga dan jarum almunium dengan jarak 3 cm yang sama diukur dengan
jangka sorong. Pada jarak 3 cm untuk Bola tembaga maka tegangan tembus yang dihasilkan adalah
55,96 kV, pada jarum tembaga tegangan tembus sebesar 29,30 kV dan pada jarum alumunium untuk
jatuh tegangan sebesar 32,22 Kv. Dari data pengamatan di atas terlihat bahwa tegangan tembus paling
besar terjadi pada elektroda bola tembaga karena luas penampangnya yang lebih besar di bandingkan
yang berbentuk jarum

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

X. KESIMPULAN
Mengetahui pengaruh variasi bentuk dan bahan elektroda terhadap pengujian tegangan tembus
isolator udara dengan sumber AC.

Elektroda yang digunakan pada percobaan ini ada elektroda bola dan elektroda jarum. Dimana

terdapat perbedaan nilai tegangan tembus pada kedua elektroda tersebut. perbedaan Panjang
dan diameter ini sangat mempengaruhi nilai tegangan tembunya. Semakin besar luas
permukaannya semakin besar juga tegangan tembusnya. Sehingga Bentuk elektroda yang
digunakan akan
mempengaruhi tegangan tembus yang terjadi pada bahan isolasi.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

MODUL IV
PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRAFO BARU

I. TUJUAN
1. Mengetahui karakteristik kegagalan isolasi cair.

2. Mengetahui cara pengujian minyak trafo yang baik

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN

• 1 set Oil Test DPA (OT)

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

III. TEORI MODUL


3.1 Keunggulan isolator minyak

Ada beberapa alasan mengapa isolasi cair digunakan antara lain:

• Isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan isolasi gas,
sehinggamemiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi menurut hukum Paschen.
• Minyak isolasi terdiri dari beberapa jenis yaitu minyak nabati, minyak mineral dan
minnyaksintetis
• Isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara serentak
melalui proses konversi menghilangkan panas yang timbul akibat rugi energi.
3.2 Fungsi minyak insulasi transformer

• Sebagai medium dielectric atau isolator dari bagian-bagian yang bertegangan.

• Sebagai medium pendingin pada trafo melalui system sirkulasi pendingin radiator

• Sebagai pembawa informasi penting kejadian pada trafo

• Meredam terjadinya arcing

• Pelarut gas-gas

3.3 Jenis-jenis minyak isolasi

3.3.1 Minyak Isolasi Mineral

Minyak bumi telah digunakan pada tahun 1891 oleh sebabstian de Ferranti
pada isolasi minyak transformator. Minyak bumi merupakan campuran dari
beberapa hidrokarbon yang terdapat dalam fase cair dalam reservoir dibawah
permukaan tanah dan tetap cair pada tekanan atmosfer melalui fasilitas destilasi.
Minyak bumi terdiri dari senyawa hdrokarbon dan sedikit sulfur. Berdasarkan
susunan rantai hidrokarbon, maka senyawa inti dalam minyak bumi dibedakan
menjadi beberapa kelompok utama.
3.3.2 Aromatik
Minyak bumi aromatic merupakan senyawa yang mempunyai struktur enam
atom karbon, terbagi menjadi dua golongan yakni monoaromatic ( satu ikatan
lingkaran ) dan poliaromatik ( dua atau lebih ikatan lingkaran ). Minyak bumi
Aromatik digolongkan denganfraksi hidrokarbon paling berbahaya, dikarenakan
memupunyai titik didih tinggi dan mudahterlarut dalam air laut.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

3.3.3 Minyak Isolasi Sintetis


Minyak isolasi sintetis adalah minyak isolasi yang diproses secara kimia
untuk mendapatkan karakteristik yang lebih baik dari minyak isolasi mineral.
Namun minyak isolasi sintetis memilikibeberapa kelemahan, yaitu sifatnya mudah
beroksidasi dengan udara, mengalami pemburukan yang cepat dan sifat kimianya
bisa berubah akibat kenaikan temperature, serta tidak dapat terurai sempurna,
sehingga apabila mengalami kebocoran contoh minyak sintetis adalah askarel,
siliconcair, flourinasi cair dan ester sintetis.
3.3.4 Minyak Nabati
Minyak Nabati adalah minyak yang disari/diekstrak dari berbagai bagian
tumbuhan. Minyak ini digunakan sebagai makanan, bahan penggorengan,
pelumas, bahan bakar, bahan pewangi (parfum), pengobatan, dan berbagai
penggunaan industri. Sejak tahun 1990-an penelitian tentang minyak isolasi
transformator dari bahan nabati banyak menarik perhatian para ahli dan praktisi.
Daya tarik utama dari minyak nabati untuk digunakan dalam peralatan listrik
seperti transformator adalah dampak minyak terhadap lingkungan jika terjadi
kebocoran atau ketika minyak sisa pakai harus dibuang. Selain itu, minyak
nabati memiliki sejumlah keunggulan, diantaranya: mudah terbiodegradasi, tidak
beracun, titik kilat dan titik bakar yang tinggi,karakteristik termal yang baik dan
mudah diperoleh sehingga ketersediaannya terjamin (Claiborne, 1999; Oommen
dan Claiborne, 2000). Pemakaian minyak nabati juga berpeluang memperpanjang
umur pakai isolasi kertas dalam transformator, dan juga transformator itusendiri,
oleh karena laju penuaan isolasi kertas dalam minyak nabati lebih lambat
dibanding minyak mineral. (McShane dkk., 2001).

3.3.5 Kategori Minyak Insulasi bedasar atas adanya oxidation inhibitor

• Uninhibited oil

Minyak tidak mengandung senyawa inhibitor oxygen, sehingga proses


oksidasi dapat menyebabkan minyak mudah teroksidasi
• Inhibited oil

Minyak sudah ada senyawa inhibitor diperlukan lagi penambahan secara


eksternal (DBPC)

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Tabel 4.1 Kategori Transformator Bedasarkan Tingkat Tegangannya


Kategori Tipe Peralatan Tingkatan Tegangan

O Transformator >`400 kV

A Transformator 170 kV - 400 kV

B Transformator 72,5 kV -170 kV

C Transformator <72,5 kV

D Instrumen Transformer >170 kV

E Instrumen Transformer <170 kV

F Diverter tank pada OLTC -

G CB (Circuit breaker) <72,5 kV

3.3.6 Syarat minyak isolasi baru

Tabel 4.2 Syarat Minyak Isolasoi Baru Menurut IEC 60296-2003


No Parameter Uji Batasan

1 Fungsi -

1.1 Viskositas pada 40˚C Max. 12 cST

1.2 Titik Tuang Max. -40˚C

1.3 Kadar air Max. 30 mg/kg

1.4 Tegangan Tembus : - sebelum treatment - min. 30 kv

- sesudah treatment - min. 70 kv


1.5 Densitas pada 20˚C Max. 0,895 g/ml

1.6 Faktor kebocoran dielektrik, tan 8 pada Max. 0,0005


90˚C
2 Stabilitas -

2.1 Keasaman Max. 0,01 mg KOH/kg

2.2 Tegangan antar muka Min. 40 dyne/m

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

2.3 Korosif sulfur Tidak korosif

2.4 Kadar sulfur Tidak disyaratkan

2.5 Aditif anti oksidan U : Tidak terdeteksi T :


Max. 0,08 %
I : 0,08 % - 0,4 %

2.6 Kadar fulfular Max. 0,1 mg/kg

3. Unjuk Kerja -

3.1 Ketahanan oksidasi : - sedimen Max. 0,8 %

- keasaman Max. 1,2 mg KOH/g


- DDF at 90˚C Max. 0,500
3.2 Gassing tendency Tidak disyaratkan
4 Keamanan -
4.1 Titik nyala Min. 135 ˚C
4.2 PCA Max. 3 %
4.3 PCB Tidak terukur

3.3.7 Minyak trafo berdasarkan sifat-sifatnya

Sifat Fisika Sifat Kimia Sifat Elektris

- Warna/penampakan - Keasaman/ NN - Tegangan tembus / DBV


- Densitas - Stabilitas oksidasi - Resistivitas
- Viskositas - Kandungan air - Tan Delta/DDF
- Interfacial tension - DGA
- Flash point/titik nyala
- Sludge / sedimen

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

3.3.8 Persyaratan sebagai minyak isolasi

• Viskositas yang rendah untuk mempermudah sirkulasi

• Titik nyala yang tinggi untuk mencegah terjadinya kebakaran

• Bebas asam untuk mencegah karat dari tembaga dan kerusakan pada isolasi belitan

• Tidak bersifat korosif

• Tahan terhadap oksidasi

• Mempunyai kekuatan dielektrik (daya isolasi) yang tinggi

• Tidak mengandung sedimen

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

IV. TEORI TAMBAHAN

4.1 Pengujian Tegangan Tembus Minyak

Transformator daya yang digunakan di gardu induk, terdapat minyak trafo yang
berfungsi untuk memisahkan secara listrik kumparan primer dengan kumparan
sekundernya agar tidak terjadi tegangan tembus (breakdown). Minyak trafo ini memiliki
tingkat isolasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan udara bebas. Salah satu parameter
yang dapat menunjukkan baik uruknya tingkat isolasi suatu bahan adalah tegangan
tembusnya.

4.2 Pembangkitan Tegangan Tinggi AC

Untuk memastikan kelayakan tegangan tembus minyak trafo harus di lakukan


pengujian tegangan tembus minyak menggunakan tegangan tinggi AC untuk
membangkitkan tegangan tinggi arus bolak-balik. Trafo uji yang digunakan adalah trafo
satu fasa, hal ini disebabkan pengujian biasanya dilakukan untuk setiap fasa

Pada gambar 2.1 dan 2.2 .pengujian tegangan tembus minyak trafo dari mulai
supply yang di gunakanan yaitu AC 220V kemudian ada regulator tegangan untuk menaik
turunkan tegangan secara manual, trafo tegangan 100kV sebagai penaik tegangan
maksimal 100kV , resistor disini berfungsi sebagai penahan apabila nilai tegangan tembus
sudah di dapatkan tegangan tidak bisa naik terus oleh karena itu dipasanglah resistor,
capasitor disini berfungsi sebagai penunjuk hasil dari pengujian tegangan tembus tersebut,
sedangkan yang terakhir ada elektroda pada kotak uji yang berfungsi sebagai patokan titik
tembus minyak dengan jarak 2.5mm.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

4.3 Kekuatan Dielektrik

Suatu dielektrik tidak mempunyai elektron- elektron bebas, melainkan elektron-


elektron yang terikat pada inti atom unsur yang membentuk dielektrik tersebut. Suatu
dielektrik ditempatkan diantara dua elektroda piring sejajar. Bila elektroda diberi tegangan
searah V, maka akan timbul medan listrik (E) di dalam dielektrik. Medan listrik ini akan
memberi gaya kepada elektron- elektron agar terlepas dari ikatannya dan menjadi elektron
bebas. Maka dapat dikatakan bahwa medan listrik merupakan suatu beban yang menekan
dielektrik agar berubah sifat menjadi konduktor. Beban yang dipikul dielektrik disebut juga
terpaan medan listrik yang satuannya dinyatakan dalam V olt/cm. Setiap dielektrik
mempunyai batas kekuatan untuk memikul terpaan listrik. Jika terpaan listrik yang
dipikulnya melebihi batas tersebut dan terpaan berlangsung lama, maka dielektrik akan
menghantar arus atau gagal melaksanakan fungsinya sebagai isolator. Dalam hal ini
dielektrik mengalami tembus listrik atau “breakdown”.

4.4 Sifat-sifat Bahan Dielektrik

Adapun fungsi yang paling penting dari suatu bahan dielektrik adalah:

1. Untuk mengisolasi antara satu penghantar dengan penghantar lainnya.


2. Menahan gaya mekanis akibat adanya arus pada konduktor yang diisolasinya.
3. Mampu menahan tekanan yang diakibatkan panas dan reaksi kimia.

Dari sifat-sifat bahan dielektrik yang ada, terdapat 6 sifat yang perlu diketahui,
yaitu; Kekuatan dielektrik, .konduktansi, Rugi dielekrik, Tahanan Isolasi dan Partial
discharge dan Kekuatan kerak isolasi (tracking strenght)

4.5 Teori Kegagalan Isolasi Cair

Pada dasarnya tegangan pada isolasi merupakan suatu tarikan atau tekanan yang
harus dilawan oleh gaya yang terdapat pada isolasi. Perlawanan ini diharapkan mampu
mencegah terjadinya kegagalan pada isolasi tersebut. Teori kegagalan isolasi yang terjadi
pada minyak transformator dibagi menjadi empat jenis sebagai berikut :

A. Teori kegagalan zat murni atau elektronik


Jika diantara elektroda diterapkan suatu kuat medan yang sangat kuat, sedangkan
pada elektroda tersebut terdapat permukaan yang tidak rata, maka kuat medan yang

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

terbesar terdapat pada bagian yang tidak rata tersebut. Perolehan ini digunakan untuk
mengionisasikan molekul karena benturan dan mengawali banjiran.
B. Teori kegagalan gelembung gas
Yaitu ketakmurnian (misalnya gelembung udara ) mempunyai tegangan gagal yang
lebih rendah dari zat cair, disini adanya gelembung udara dalam cairan merupakan awal
dari pencetus kegagalan total dari pada zat cair.Kegagalan gelembung merupakan bentuk
kegagalan isolasi cair yang disebabkan oleh gelembung-gelembung gas didalamnya.
C. Teori kegagalan uap air
Air dan uap air terdapat pada minyak, terutama pada minyak yang telah lama
digunakan. Jika terdapat medan listrik, maka molekul uap air yang terlarut memisah dari
minyak dan terpolarisasi membentuk suatu dipole. Jika jumlah molekul molekul uap air ini
banyak, maka akan tersusun semacam jembatan yang menghubungkan kedua elektroda,
sehingga terbentuk suatu kanal peluahan. Kanal ini akan merambat dan memanjang sampai
menghasilkan tembusan listrik.
D. Teori kegagalan partikel padat
Partikel debu atau serat selulosa yang ada disekeliling isolasi padat (kertas)
seringkali ikut tercampur dengan minyak. Selain itu partikel padat ini pun dapat terbentuk
ketika terjadi pemanasan dan tegangan lebih. Pada saat terjadi medan listrik, partikel –
partikel ini akan terpolarisasi dan membentuk jembatan. Arus akan mengalir melalui
jembatan dan menghasilkan pemanasan local serta menyebabkan terjadinya kegagalan.

Sumber :

AS, Nizar Rosyidi., & P, Deki. (2021). Pengujian Tegangan Tembus Pada tMinyak Trafo. Sinusida Vol
XXII No. 2 Desember 2021. Hal 20-32.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

V. LANGKAH PERCOBAAN

1. Hubungkan semua peralatan ke grounding

2. Hubungkan Oil Tester dengan kabel Power Supply dan kabel pembumian,

3. Atur jarak elektroda sesuai dengan pada data pengamatan (2,5mm)

4. Pastikan bejana dalam keadaan bersih,

5. Bilas bejana dengan minyak yang sejenis dengan minyak yang akan digunakansebagai
objek percobaan
6. Isi bejana dengan minyak yang akan diujikan sampai elektroda mushroom tengggelam
sepenuhnya,
7. Nyalakan oil tester

8. Masukkan stirrer ke dalam bejana

9. Tutup bejana uji dan juga penutup DPA

10. Pilih menu standard measurement

11. Gunakan Standar IEC 60 156:1995 untuk pengujian

12. Lakukan pengujian tegangan breakdown dengan menekan tombol start

13. Save atau Print hasil hasil pengujian,

14. Matikan alat percobaan,

15. Keluarkan minyak (yang sudah diuji) dan stirrer menggunakan magnetic stick,kemudian
ulangi Langkah ke-3 sampai 9, untuk pengujian berikutnya
16. Lalu Pilih menu Quick test untuk pengujian sesuai tabel pengamatan

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

VI. DATA PENGAMATAN

Standart Observed
Measurement Breakdown Voltage (KV)
IEC 60156:1995 41,0 50,3 29,5 45,6 48,6 47,8

Quick Test Observed


Rating (kV/s) Breakdown Voltage (KV)

2 48,6 48,8 33,2 31,8 36,3 36,5


4 42,5 41,9 42,3 49,4 43,4 46,9
6 50,0 47,3 53,6 54,7 38,7 44,6
8 55,5 59,7 60,3 57,2 47,4 60,4
10 51,9 74,0 54,5 53,0 108,9 64,1

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

VII. PENGOLAHAN DATA

Standard Measurement
(41+50,3+29,5+45,6+48,6+47,8)
Vs = 6

= 43,8 kV

Ouick test
(48,6+48,8+33,2+31,8+36,3+36,5)
Vs = 6

= 39,2 kV

(42,5+41,9+42,3+49,4+43,4+46,9)
Vs = 6

= 44,4 kV

(50+47,3+53,6+54,7+38,7+44,6)
Vs = 6

= 48,15 kV

(55,5+59,7+60,3+57,2+47,4+60,4)
Vs =
6

= 56,75 kV

(51,9+74+54,5+53+108,9+64,1)
Vs =
6

= 67,73 kV

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

VIII. TUGAS AKHIR

1. Buatlah grafik hubungan rata – rata standart measurement dan quick test terhadap Vb
pengujian! 1 grafik 6 garis

Jawab :

2. Jelaskan hubungan dari grafik nomor 1!


Jawab :
grafik di atas dapat dilihat bahwa semakin besar rating yang diberikan maka Vb pengujian akan
semakin besar juga.

3. Sebutkan dan jelaskan jenis – jenis isolator minyak!

Jawab :

• Minyak isolasi mineral adalah minyak isolasi yang bahan dasarnya berasal dari minyak bumi
yang diproses dengan cara destilasi.

• Minyak isolasi sintetis adalah minyak isolasi yang diproses secara kimia untuk mendapatkan
karakteristik yang lebih baik dari minyak isolasi mineral. Contoh minyak sintetis adalah askarel,
silicon cair, flourinasi cair dan ester sintetis.

• Minyak Nabati adalah minyak yang disari/diekstrak dari berbagai bagian tumbuhan.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

4. Jelaskan kelebihan dan kekurangan isolator minyak!

Jawab :
Kelebihan isolator minyak:
• Isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan isolasi gas,
sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi menurut hukum Paschen.
• Minyak isolasi terdiri dari beberapa jenis yaitu minyak nabati, minyak mineral danminnyak
sintetis
• Isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara serentak melalui
proses konversi menghilangkan panas yang timbul akibat rugi energi.
Kekurangan isolasi minyak:

• Mudah terkontaminasi
• Mencemari lingkungan

5. Hitunglah nilai tegangan tembus rata – rata dari setiap pengujian (V – arg) dan kekuatan
dielektrik minyak uji tiap tabel isolasi yang diatur (kV/mm)!

Jawab :
Standard Measurement
(41+50,3+29,5+45,6+48,6+47,8)
Vs = 6

= 43,8 kV

Ouick test
(48,6+48,8+33,2+31,8+36,3+36,5)
Vs = 6

= 39,2 kV

(42,5+41,9+42,3+49,4+43,4+46,9)
Vs = 6

= 44,4 kV

(50+47,3+53,6+54,7+38,7+44,6)
Vs = 6

= 48,15 kV

(55,5+59,7+60,3+57,2+47,4+60,4)
Vs =
6

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

= 56,75 kV

(51,9+74+54,5+53+108,9+64,1)
Vs =
6

= 67,73 kV

Kekuatan dielektrik
Standard Measurement
𝑣𝑠 43,8 𝑘𝑉
Es = = 2,5 𝑚𝑚 = 17,52 kV/mm
𝑑

Ouick test
𝑣𝑠 39,2 𝑘𝑉
E2 = = 2,5 𝑚𝑚 = 15,68 kV/mm
𝑑
𝑣𝑠 44,4 𝑘𝑉
E4 = = 2,5 𝑚𝑚 = 17,76 kV/mm
𝑑
𝑣𝑠 48,15 𝑘𝑉
E6 = = = 19,26 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
𝑣𝑠 56,75 𝑘𝑉
E8 = = = 22,7 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
𝑣𝑠 67,73 𝑘𝑉
E10 = = = 27,09 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

IX. ANALISA
Pada praktikum modul IV ini berjudul Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo Baru. Tujuan
dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui karakteristik kegagalan isolasi cair, dan untuk mengetahui
cara pengujian minyak trafo yang baik. Adapun alat yang digunakan pada modul ini yakni 1 set oil test
DPA (OT) yang di dalam alat ini terdapat bejana yang adalah sebagai wadah, alat ukur untuk mengukur
jarak antara elektroda harus 2,5 cm, stirel untuk mengaduk maupun memecahkan gelembung pada
bejana tersebut dan elektroda berbahan tembaga yang dimasukkan ke dalam isolasi cair yang akan
diujikan. Kemudian disini menggunakan minyak berjenis mineral. Yang pertama dipastikan bejana
tersebut bersih dari debu, kemudian tuangkan minyak baru ke dalam bejana sampai elektrodanya
tenggelam. Kemudian masukan stirel didalam bejana dan melakukan pengujian pada baur oil tester dpa.

Terdapat syarat isolasi baru yang layak dipakai menurut SPLN 49-1:1982 yakni minyak harus
jernih tidak boleh terkontaminasi dan terdapat endapan. Masa jenis dari minyak harus lebih kecil dari
air, jika masa jenis air lebih besar maka minyak akan larut dengan air yang menyebabkan mempercepat
tegangan tembus. Viskositas nilainya harus rendah agar kemungkinan terkontaminasinya rendah
sehingga sirkulasi berlaku baik dan pendingin berlangsung secara sempurna. Titik nyalanya merupakan
suhu ketika minyak dipanaskan dan timbul api, semakin tinggi nilai titik nyala maka semakin baik
minyak tersebut dijadikan isolasi. Titik tuang merupakan suhu ketika minyak diberikan suhu rendah
dimana minyak tersebut tetap mengalir atau membeku. Semakin rendah nilai titik tuang maka semakin
baik minyak tersebut dijadikan isolasi. Angka kenetralan harus dibawah kurang dari sama
dengan 0,03 mg KOH/g. dan minyak yang bagus tidak terdapat unsur belerang. Tegangan tembus yang
baik pada isolasi minyak sebesar 30kV/2,5mm. apabila tidak mencapai nilai tersebut maka dapat
diindikasikan terdapat kontaminasi air, kotoran atau zat lainnya. Factor dielektrik yang mana
mengukurnya dengan menggunakan omicrom apabila nilai dibawah standar maka trafo dikatakan tidak
bagus. Kemudian ketahan oksidasi dibagi dua yakni angka kenetralan bernilai kurang dari 0,4 mg KOH/g
dan kotoraan bernilai kurang dari sama dengan 0,1%. Dan untuk elektroda berlaku apabila luas
permukaan elektroda mempengaruhi kerapatan electron pada elektroda. Semakin besar luas permukaan
suatu elektroda maka kerapatan electron akan semakin kecil sehingga elektroda susah melepaskan
electron. Semakin luas permukaan maka dibutuhkan tegangan lebih besar untuk menghasilkan medan
listrik yang besar supaya terjadinya proses ionisasi.

Fungsi dari isolator minyak adalah sebagai medium dielectric atau isolator dari bagian-bagian
yang bertegangan , sebagai medium pendingin pad atrafo melalui system sirkulasi pendingin radiator ,
sebagai pembawa informasi penting kejadian pada trafo, meredam terjadinya arcing, dan pelarut gas-
gas. Syarat minyak trafo yaitu viskositas yang rendah untuk mempermudah sirkulasi, titik nyala yang
tinggi untuk mencegah terjadinya kebakaran, bebas asam untuk mencegah karat dari tembaga dan

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

kerusakan pada isolasoi belitan, tidak bersifat korosif, tahan terhadap oksidasi, mempunyai kekuatan
dielektrik yang tinggi , dan tidak mengandung sedimen. Jenis-jenis isolasi cair yaitu Minyak isolasi
mineral adalah minyak isolasi yang bahan dasarnya berasal dari minyak bumi yang diproses dengan cara
destilasi, Minyak isolasi sintetis adalah minyak isolasi yang diproses secara kimia untuk mendapatkan
karakteristik yang lebih baik dari minyak isolasi mineral. Contoh minyak sintetis adalah askarel, silicon
cair, flourinasi cair dan ester sinteti dan Minyak Nabati adalah minyak yang disari/diekstrak dari
berbagai bagian tumbuhan.

Dari hasil data pengamatan yang dilakukan, percobaan dilakukan dengan mengatur jarak elektroda
mushroom sejauh 2,5 mm kemudian isi bejana dengan minyak sampai elektroda mushroom tenggelam,
lalu didapatkan lah hasil pengamatan sesuai tabel data pengamatan. Maka dapat dilihat bahwa semakin
besar rating yang diberikan maka Vb pengujian akan semakin besar juga.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

X. KESIMPULAN

1. Mengetahui karakteristik kegagalan isolasi cair. adanya kontaminan, kenaikan


temperature, beroksidasi dengan udara, isolasi tersebut sudah lama dipakai (aging),
kerusakan mekanis, waktu pemakaian, kekuatan dielektrik menurun, dan terkena
tegangan lebih.
2. Mengetahui cara pengujian minyak trafo yang baik
Syarat minyak trafo yaitu viskositas yang rendah untuk mempermudah sirkulasi, titik nyala
yang tinggi untuk mencegah terjadinya kebakaran, bebas asam untuk mencegah karat dari
tembaga dan kerusakan pada isolasoi belitan, tidak bersifat korosif, tahan terhadap
oksidasi, mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi , dan tidak mengandung sedimen

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

MODUL V
PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS ISOLATOR MINYAK BEKAS

I. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh minyak bekas pakai terhadap tegangan tembus

2. Mengetahui standart minyak bekas pakai yang masih bisa digunakan

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN

• 1 set Oil Test DPA (OT)

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

III. TEORI MODUL

Kegagalan isolasi (insulation breakdown, insulation failure) disebabkan karena


beberapa halantara lain:
1. Isolasi tersebut sudah lama dipakai

2. Berkurangnya kekuatan dielektrik

3. Karena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih

Pada prinsipnya tegangan pada isolator merupakan suatu tarikan atau tekanan (stress)
yang harus dilawan dengan gaya dalam isolator itu sendiri agar supaya isolator tidak gagal.
Dalam strukturmolekul material isolasi, elektron-elektron terikat erat pada molekulnya, dan
ikatan ini mengadakan perlawanan terhadap tekanan yang disebabkan oleh adanya tegangan.
Bila ikatan ini putus pada suatutempat maka sifat isolasi pada tempat itu hilang. Bila pada
bahan isolasi tersebut diberikan tegangan akan terjadi perpindahan elektron-elektron dari suatu
molekul ke molekul lainnya, sehingga timbul arus konduksi atau arus bocor. Karakteristik
isolator akan berubah bila material tersebut bercampur dengan bahan pengotor (impurity),
seperti adanya arang atau kelembaban dalam isolasi yang dapat menurunkan tegangan gagal.

3.1 ANALISIS GAS TERLARUT/DISSOLVED GAS ANALYSIS (DGA)


Deteksi gas-gas tertentu yang muncul dalam minyak trafo seringkali menjadi
indikasi awal malfungsi komponen trafo yang akhirnya dapat menyebabkan kerusakan
trafo secara total jika tidak segera ditindaklanjuti. Beberapa mekanisme yang dapat
menimbulkankan gas yang larut dalam minyak trafo adalah arcing, partial discharge,
low-energy sparking, pembebanan berlebih, kegagalan motor pada pompa, dan
overheating pada sistem isolasi. Kondisi tersebut dapat terjadi satu per satu, berurutan,
atau bersamaan yang dapat mengakibatkan dekomposisi material isolasi dan kemudian
membentuk berbagai gas, baik gas yang mudah terbakar ataupun tidak.Operasi trafo
secara normal juga tetap menghasilkan gas.Faktanya, trafo dapat tetap beroperasi sampai
habis umur teknisnya meski terdapat sejumlah gas mudah terbakar terlarut dalam minyak
trafo.Deteksi kondisi abnormal memerlukan evaluasi terhadap jumlah dan laju
pembentukan gas. Beberapa indikasi sumber gas dan jenis isolasi yang terlibat dalam
proses tersebut didapatkan dengan melakukan analisis komposisi gas yang muncul.
Beberapa definisi dan singkatan yang terdapat dalam pokok bahasan ini adalah :

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

1. Key gases/gas kunci : gas yang terdapat dalam minyak trafo yang dapat
digunakan secara kualitatif untuk penentuan jenis gangguan berdasarkan
jenis gas yang tipikal atau dominan pada temperatur yang bervariasi

2. Partial discharge : discharge elektrik yang menjembatani sebagian isolasi antar


konduktor
3. TCG : Total Combustible Gas
4. TDCG : Total Dissolved Combustible Gas

Prosedur Operasi yang Disarankan Berdasarkan Deteksi dan Analisis Gas Mudah
Terbakar. Dari sudut pandang operasional, penting untuk menyusun prioritas sebagai
berikut :
a. Deteksi : mendeteksi pembentukan yang melebihi jumlah normal dan menggunakan
panduanyang sesuai sehingga dugaan ketidak normalan yang terjadi dapat diketahui
sesegera mungkinuntuk meminimalkan atau mencegah kerusakan.

b. Evaluasi : melakukan evaluasi dampak ketidaknormalan trafo, berdasarkan panduan


standar atau rekomendasi yang harus dilakukan.

c. Aksi : melakukan tindakan atau aksi yang direkomendasikan, dimulai dengan


meningkatkan pengawasan dan memastikan atau melakukan analisis tambahan untuk
kemudian menentukansensitivitas pembebanan, menurunkan pembebanan trafo, atau
menghentikan operasi trafo.

Tabel 5.1 Pengelompokan Kondisi Trafo Berdasarkan Batasan Konsetrasi Gas Terlarut

STATUS
Batas Konsentrasi
Gas Terlarut (ppm) Kondisi Kondisi
1 Kondisi 2 Kondisi 3 4

Hidrogen (H2) 100 101-700 701-1800 >1800

Metana (CH4) 120 121-400 401-1000 >1000

Asetilena (C2H2 1 2-9 10-35 >35


)

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Etilena (C2H4 50 51-100 101-200 >200


)

Etana (C2H6 65 66-100 101-150 >150


)

Karbon Monoksida (CO) 350 351-570 571-1400 >1400

4001-
Karbon Dioksida (CO2) 2500 2500- 10000 >1000
4000 0

TDCG 720 721-1920 1921-4630 >4630

Berdasarkan konsentrasi gas individual, trafo dapat dikelompokkan menjadi empat


kondisi seperti pada Tabel 10. Pengelompokan ini bertujuan untuk menentukan prosedur
operasi dan interval sampling yang disarankan berikutnya.

3.2 DGA
DGA adalah proses untuk menghitung kadar/nilai dari gas-gas hidrokarbon yang
terbentuk akibat ketidaknormalan. Dari komposisi kadar/nilai gas-gas itulah dapat
diprediksi dampak-dampak ketidaknormalan apa yang ada di dalam trafo, apakah
overheat, arcing atau corona. Apabila tidak ada key gas maupun DCG (dissolved
combustible gas) yang melebihi level kondisi 1 (berdasarkan standar IEEE C57-104
2008) maka trafo dalam kondisi baik. Perlu dilakukan juga review terhadap hasil
pengujian sebelumnya untuk mengetahui hasil analisa stabil, valid atau meragukan. Jika
hasilnya meragukan maka pengujian ulang dapat direkomendasikan. Dari hasil Total
Dissolved Combustible Gas (TDCG) yang didapatkan dari akumulasi key gas terlarut
(H2, CH4, C2H2, C2H4, C2H6, CO) maka dapat dihitung nilai TDCG rate yang
terbentuk sehingga dihasilkan rekomendasi waktu pengambilan sampling minyak
berdasarkan Action Based TDCG (IEEE C.57.104-1991) seperti padatabel berikut :

Tabel 5.2. Action Based TDCG IEEE C.57.104-1991

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

No Kondisi TDCG Interval Prosedur operarasi

(ppm/hari) pengambilan data


1 Kondisi 4 > 30 Harian Pertimbangan pelepasas
10-30 Harian Saran prosedur
(> 4630)
> 30 Mingguan Lakukan dengan berhati
hati, analisis gas
individu, rencanakan
pemadaman, saran
produksi.

2 Kondisi 3 > 30 Mingguan Berhati-hati, rencanakan

(1921-4630) pemadaman
10-30 Minggiuan Analisa gas individu
> 30 Bulanan Saran diproduksi
3 Kondisi 2 > 30 Bulanan Berhati-hati, rencana
(721-1920S)
pemadaman
10-30 Bulanan Analisis gas individu
> 30 3 Bulan Saran diprosuksi
4 Kondisi 1 > 30 Bulanan Berhati-hati, analisis gas
individu, tergantung
(> 720)
kondisi beban.
10-30 3 Bulan Berhati-hati, analisis gas
individu, tergantung
kondisi beban.
> 10 1 Tahun Lanjut operasi normal

3.3 Analisa karakteristik minyak

Keandalan minyak isolasi trafo ditunjukkan oleh beberapa karakteristik


dasar yang dapat mempengaruhi keseluruhan kinerja trafo. Untuk dapat
memenuhi fungsi-fungsinya, minyak trafoharus memiliki sifat/properti tertentu,
yaitu :

▪ Kekuatan dielektrik yang tinggi

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

▪ Viskositas/kekentalan yang cukup rendah sehingga kemampuan sirkulasi


dan transferpanasnya tidak menurun

▪ Properti yang cukup baik pada temperatur rendah terutama pada instalasi
yang mengalami cuaca ekstrim

▪ Resistansi terhadap oksidasi untuk memaksimalkan umur operasi

3.4 Karakteristik Minyak


Untuk mengetahui ada tidaknya kontaminan atau terjadi tidaknya oksidasi didalam
minyak dilakukanlah pengujian oil quality test (karakteristik). Pengujian oil quality test
melingkupi beberapapengujian yang metodanya mengacu pada standar IEC 60422. Perlu
dilakukan validasi hasil pengukuran minyak untuk memberikan rekomendasi
filter/reklamasi/penggantian berdasarkankorelasi sebagai berikut :
1. Semakin tinggi oksidasi minyak, maka kadar keasaman minyak semakin tinggi,
nilai IFT semakin menurun, dan warna minyak semakin gelap.
2. Filter minyak dilakukan bila karakteristik fisik minyak trafo masuk kategori buruk
pada kadarair dan tegangan tembus.
3. Reklamasi dilakukan bila karakteristik kimia minyak trafo mulai memburuk.
Pekerjaanreklamasi dapat dilakukan jika hasil pengukuran keasaman minyak masuk
kategori buruk.
Tabel 5.3 Batasan Minyak Isolasi Pakai (IEC 60422:2005)
No Parameter Metoda Batasan
Jenis Trafo Baik Cukup Buruk
1 Tegangan Tembus IEC 156 0,A >60 50-60 <50
(Kv/ 2,5mm) B >50 40-50 <40
C >40 30-40 <30
2 Kadar air IEC 814 O,A <5 5-10 >10
terkoreksi pada B <5 5-15 >15
20˚C, (mg/kg) C <10 10-25 >25
3 Keasaman (mg IEC 296 O,A <0,10 0,10-0,15 >0,15
B <0,10 0,15-0,20 >0,20
KOH/g)
C <0,15 0,15-0,30 >0,30
4 Faktor Kebocoran IEC 247 O,A <0,10 0,10-0,20 >0,20
dielektrik tg δ 90˚C B,C <0,10 0,10-0,50 >0,50

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

5 Tahanan jenis pada IEC 247 O,A >10 1-10 <1


B,C >3 0,2-3 <0,2
90˚C (G Ωm)
6 Sendimen (% berat) IEC 422 Semua <0,02

peralatan
7 Tegangan antar ISO 6295 O, A, B, C >28 20-28 <22

muka, (mili N/m)


8 Titik nyala (˚C) ISO 2719 Semua Maks penurunan 10%

Peralatan
Catatan 3 (Jenis trafo) = O : Trafo tenaga > 400 kV ; A: Trafo tenaga 170 kV – 400 kV

B : Trafo tenaga 72,5 kV – 170 kV C : Trafo tenaga < 72,5 Kv

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

IV. TEORI TAMBAHAN

1. Minyak Transformator

Isolasi cair minyak transformator merupakan media isolasi dan pendingin pada sebuah
transformator. Minyak transformator sebagai bahan isolasi harus memiliki kemampuan untuk

memisahkan bagian-bagian bertegangan yang memiliki beda fasa dan minyak transformator
sebagai pendingin harus mampu mensirkulasikan panas dengan optimal. Ketika minyak
transformator diaplikasikan untuk mengalirkan panas pada suhu tinggi dalam jangka waktu
tertentu, akan mengakibatkan proses penuaan pada minyak. Selain itu, panas juga dapat
menyebabkan proses aliran minyak menjadi terhambat. Hal ini terjadi akibat adanya
kontaminan dan resin yang mengendap pada minyak sehingga warna minyak akan menjadi
keruh dan memperlambat sirkulasi minyak.

Fungsi dari minyak Transformator adalah sebagai berikut:

- Isolasi yaitu mengisolasi kumparan didalam trafo supaya tidak terjadi loncatan bunga api
listrik (hubungan pendek) akibat tegangan tinggi.

- Pendingin yaitu mengambil panas yang ditimbulkan sewaktu transformator berbeban lalu

melepaskannya.

- Melindungi komponen-komponen di dalam Transformator terhadap korosi dan oksidasi.

- Untuk itu minyak transformator harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

- Kekuatan isolasi harus tinggi, sesuai IEC 296 minyak transformator harus Class 1 & 2 yaitu
untuk minyak baru dan belum di Filter > 30 kV/2,5 mm dan setelah difilter yaitu > 50
kV/2,5 mm.

- Penyalur panas yang baik, berat jenis kecil, sehingga partikel-partikel dalam minyak dapat
mengendap dengan cepat.

- Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan kemampuan pendingan menjadi
lebih baik. Pada IEC 296 Viskositas minyak class 1 saat suhu 40o C adalah < 16,5 cSt.

- Titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yang dapat membahayakan. Sesuai IEC 296

- Flash point minyak transformator di atas 163oC dan Pour point adalah di bawah ± 30o C.

- Tidak merusak bahan isolasi padat.

- Sifat kimia (keasaman) yang stabil.

Spesifikasi dan metode pengetesan minyak yang digunakan untuk minyak isolasi transformator

adalah menggunakan standar IEC Publ 296 “Specification for unused mineral insulating oil for

transformer and switchgear”. Jika minyak isolasi transformer didatangkan dengan tangki

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

tersendiri, besar moisture yang terdapat dalam minyak tidak boleh lebih besar dari 10 ppm dan
dalam masa pengangkutan minyak tidak boleh terkontaminasi oleh udara, maka sebelum
minyak dipompakan ke dalam tangka transformator perlu dilakukan penyaringan dan
pemurnian (Treatment).

2. Kegagalan Isolasi Minyak Transformator

Kegagalan isolasi dapat terjadi karena beberapa faktor utama antara lain isolasi sudah
mengalami penuaan, menurunnya kekuatan dielektrik, serta tegangan lebih yang mengenai
isolasi. Selain itu, faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya kegagalan isolasi yaitu jarak
sela elektroda, luas daerah elektroda, serta system pendinginan.

Teori kegagalan isolasi yang terjadi pada minyak transformator dibagi menjadi empat jenis

sebagai berikut :

• Teori kegagalan elektronik. Teori ini menyebutkan bahwa medan listrik yang tinggi diantara
elektroda akan memicu timbulnya suatu electron yang nantinya akan memulai banjiran electron
sehingga terjadilah kegagalan.

• Teori kegagalan kavitasi. Teori tersebut menyatakan bahwa gelembung udara dalam cairan
yang terbentuk akibat tabrakan electron merupakan awal dari pencetus kegagalan total pada zat
cair.

• Teori kegagalan partikel padat. Teori ini terjadi karena adanya butiranbutiran penghatar
diantara elektroda di dalam minyak transformator yang memicu terjadinya kegagalan.

• Teori kegagalan bola cair. Teori ini terjadi akibat ketidakstabilan bola cair yang mengandung
uap air dalam suatu medan listrik yang kritis sehingga tetesan bola cair tertahan di dalam
minyak dan akan mengakibatkan terjadinya kegagalan total.Tegangan Tembus
3. Tegangan tembus merupakan tegangan ketika isolator sudah tidak sanggup menghadapi
tekanan berupa medan listrik diantara elektroda yang mempunyai beda potensial sehingga
isolator berubah menjadi konduktor. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi proses
tembus listrik pada minyak transformator. Salah satunya dapat diakibatkan oleh kontaminan
yang bergerak ke daerah yang bertekanan listrik diantara kedua elektroda. Tegangan tembus
pada isolator cair juga dapat dipengaruhi oleh sifat alami tegangan, sistem tegangan, serta durasi
waktu tegangan diterapkan. Selain itu besar tegangan tembus bergantung pada kuat dielektrik
masing-masing bahan dan kehadiran unsur lain.

4. Kandungan Air

Kandungan air dapat menurunkan ketahanan listrik minyak transformator serta memicu
terjadinya ionisasi sehingga mengakibatkan kerusakan isolasi padat dan cair. Jika terjadi

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

hubung singkat antar lilitan maka isolasi kertas dari lilitan bisa terbakar dan menghasilkan
karbon. Hal ini disebabkan karena minyak transformator dan kertas isolasi merupakan bahan
organik yang mengandung atom karbon. Ionisasi pada isolasi kertas akan memunculkan atom-
atom bebas berupa atom hidrogen dan oksigen yang akan menciptakan senyawa baru, yaitu air
(H2O). Kandungan air dan oksigen yang terbentuk dapat menghasilkan asam, menyebabkan
korosi, menimbulkan endapan, sertamempercepat penurunan usia transformator.

5. Pengaman Tranformator Sistim pengaman pada Transformator diantaranya adalah sebagai


berikut: - Tangki dan Konservator. Pada umumnya bagian-bagian dari trafo yang terendam
minyak transformator berada dalam tangki. Untuk menampung pemuaian minyak
transformator, tangka dilengkapi dengan konservator.

- Pendingin. Pada inti besi dan kumparankumparan akan timbul panas akibat rugirugi besi dan
rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, akan
merusak isolasi di dalam transformator, maka untuk mengurangi kenaikan suhu yang berlebihan
tersebut transformator perlu dilengkapi dengan sistem pendingin. Sedangkan untuk
menyalurkan panas keluar transformator dengan melalui kisi-kisi dari tangki minyak
transformator sebagai mediator pemindah panas yang bersinggungan langsung dengan udara
luar. Media yang digunakan pada sistem pendingin dapat berupa udara atau gas, minyak dan
air.

- Alat pernapasan. Karena pengaruh naik turunnya beban transformator maupun suhu udara
luar, maka suhu minyakpun akan berubahubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak
tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara di atas permukaan minyak keluar dari dalam
tangki. Sebaliknya bila suhu minyak turun, minyak menyusut maka udara luar akan masuk ke
dalam tangki. Kedua proses di atas disebut pernapasan transformator. Permukaan minyak
transformator akan selalu bersinggungan dengan udara luar yang menurunkan nilai tegangan
tembus minyak transformator, yang menyebabkan ketidak murnian pada minyak. Maka untuk
mencegah hal tersebut, pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi tabung berisi kristal
zat hygroskopis ( Sillikagel). Pemakaian minyak transformator mempunyai persyaratan khusus
yang telah diatur oleh SPLN’50-1982 “Pedoman Pengujian Transformator Terendam Minyak”
dan IEC No 56 Tahun 1991 antara lain mengenai persyaratan dan keandalan minyak
transformator dengan daya tembus minyak harus serendah-rendahnya 30 kV/2,5 mm.
Berdasarkan peraturan tersebut dan mengingat faktor keamanan dan keselamatan, maka perlu
kiranya dilakukan pengujian daya tembus minyak transformator secara berkala

Sumber : 1. Mudjiono, U., & Hidayat, E. P. (2012). Pengujian Tegangan Tembus Isolasi
Minyak Transformator Fasilitas Gedung Rektorat Universitas Airlangga Surabaya

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

V. LANGKAH PERCOBAAN

1. Hubungkan semua peralatan ke grounding

2. Hubungkan Oil Tester dengan kabel Power Supply dan kabel pembumian,

3. Atur jarak elektroda sesuai dengan pada data pengamatan (2,5mm)

4. Pastikan bejana dalam keadaan bersih,

5. Bilas bejana dengan minyak yang sejenis dengan minyak yang akan digunakan sebagai
objek percobaan
6. Isi bejana dengan minyak yang akan diujikan sampai elektroda mushroom tengggelam
sepenuhnya,
7. Nyalakan oil tester,

8. Masukkan stirrer ke dalam bejana

9. Tutup bejana uji dan juga penutup DPA

10. Pilih menu standard measurement

11. Gunakan Standar IEC 60156:1995 untuk pengujian

12. Lakukan pengujian tegangan breakdown dengan menekan tombol start

13. Save atau Print hasil hasil pengujian,

14. Matikan alat percobaan,

15. Keluarkan minyak (yang sudah diuji) dan stirrer menggunakan magnetic stick,kemudian
ulangi Langkah ke-3 sampai 9, untuk pengujian berikutnya
16. Lalu Pilih menu Quick test untuk pengujian sesuai tabel pengamatan

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359
VI. DATA PENGAMATAN

Standart Observed
Measurement Breakdown Voltage (KV)
IEC 60156:1995 12,3 12,4 12,6 12,3 12,2 12,6

Quick Test Observed


Rating (kV/s) Breakdown Voltage (KV)

2 12,4 14,2 12,3 12,9 12,5 13,2


4 13,1 13,6 12,7 14,1 14,4 12,4
6 13,4 12,6 12,6 12,7 12,9 13,1
8 12,5 12,4 12,3 15,2 13,8 14,6
10 13,2 12,4 13,6 17,8 14,7 19,3

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359
VII. PENGOLAHAN DATA
Standard Measurement
(12,3+12,4+12,6+12,3+12,2+12,6)
Vs = 6

= 12,4 kV

Ouick test
(12,4+14,2+12,3+12,9+12,5+13,2)
Vs = 6

= 12,92 kV

(13,1+13,6+12,7+14,1+14,4+12,4)
Vs = 6

= 13,38 kV

(13,4+12,6+12,6+12,7+12,9+13,1)
Vs = 6

= 12,88 kV

(12,5+12,4+12,3+15,2+13,8+14,6)
Vs = 6

= 13,47 kV

(13,2+12,4+13,6+17,8+14,7+19,3)
Vs = 6

= 15,17 kV

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359
VIII. TUGAS AKHIR

1. Buatlah grafik hubungan rata – rata standart measurement dan quick test terhadap Vb
pengujian! 1grafik 6 garis

2. Jelaskan hubungan dari grafik nomor 1!


Jawab :
grafik di atas dapat dilihat bahwa semakin besar rating yang diberikan maka Vb pengujian
akan semakin besar juga.

3. Faktor apa saja yang mempengaruhi pemburukan pada isolator minyak?

Jawab :

• Adanya kontaminan
• Kenaikan temperature
• Beroksidasi dengan udara

4. Jelaskan penyebab timbulnya kandungan gas pada minyak trafo!

Jawab :

Timbulnya gas pada minyak trafo dapat disebabkan oleh ketidaknormalan. Dari komposisi
kadar atau nilai gas-gas dapat diprediksi dampak-dampak ketidaknormalan apa yang ada
di dalam trafo, apakah overheat, arcing atau corona.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

5. Hitunglah nilai tegangan tembus rata – rata dari setiap pengujian (V – arg) dan kekuatan
dielektrikminyak uji tiap tabel isolasi yang diatur (kV/mm)!

Jawab :
Standard Measurement
(12,3+12,4+12,6+12,3+12,2+12,6)
Vs =
6

= 12,4 kV

Ouick test
(12,4+14,2+12,3+12,9+12,5+13,2)
Vs = 6

= 12,92 kV

(13,1+13,6+12,7+14,1+14,4+12,4)
Vs =
6

= 13,38 kV

(13,4+12,6+12,6+12,7+12,9+13,1)
Vs = 6

= 12,88 kV

(12,5+12,4+12,3+15,2+13,8+14,6)
Vs = 6

= 13,47 kV

(13,2+12,4+13,6+17,8+14,7+19,3)
Vs = 6

= 15,17 kV

Kekuatan dielektrik
Standard Measurement
𝑣𝑠 12,4 𝑘𝑉
Es = = 2,5 𝑚𝑚 = 4,96 kV/mm
𝑑

Ouick test
𝑣𝑠 12,92 𝑘𝑉
E2 = = = 5,168 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
𝑣𝑠 13,38 𝑘𝑉
E4 = = = 5,352 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359
𝑣𝑠 12,888 𝑘𝑉
E6 = = = 5,152 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
𝑣𝑠 13,47 𝑘𝑉
E8 = = = 5,388 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
𝑣𝑠 15,17 𝑘𝑉
E10 = = = 6,068 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359
IX. ANALISA
Pada praktikum modul V ini berjudul Pengujian Tegangan Tembus Isolator Minyak Bekas.
Tujuan dari percobaan pada modul ini yaitu untuk mengetahui pengaruh minyak bekas pakai terhadap
tegangan tembus, dan untuk mengetahui standart minyak bekas pakai yang masih bisa digunakan.
Adapun alat yang digunakan pada modul ini yakni 1 set oil test DPA (OT) yang di dalam alat ini
terdapat bejana yang adalah sebagai wadah, alat ukur untuk mengukur jarak antara elektroda harus 2,5
cm, stirel untuk mengaduk maupun memecahkan gelembung pada bejana tersebut dan elektroda
berbahan tembaga yang dimasukkan ke dalam isolasi cair yang akan diujikan. Kemudian disini
menggunakan minyak berjenis mineral. Yang pertama dipastikan bejana tersebut bersih dari debu,
kemudian tuangkan minyak bekas ke dalam bejana sampai elektrodanya tenggelam. Kemudian
masukan stirel didalam bejana dan melakukan pengujian pada baur oil tester dpa. Perbedaan percobaan
pada modul ini dengan modul sebelumnya yakni pada modul sebelumnya menggunakan minyak trafo
yang baru sedangkan pada percobaan ini menggunakan minyak trafo bekas yang telah digunakan.
Minyak trafo yang telah digunakan waktu cukup lama akan mengalami perubahan komposisi
atau susunan kimia, selain itu juga akan mengalami perubahan sifat fisis, maupun mekanis. Hal ini
disebabkan karena pengaruh tekanan dan suhu selama penggunaan dan juga kotoran-kotoran yang
masuk ke dalam minyak trafo itu sendiri. Minyak trafo bekas yang dikeluarkan dari peralatan biasaya
dibuang begitu saja bahkan ada yang dimanfaatkan Kembali tanpa melalui proses daur ulang yang
benar. Oleh karena itu akan lebih aman dan tepat apabila minyak trafo bekas dapat diolah Kembali.

Karena terdapat minyak trafo bekas yang digunakan maka terdapat pula beberapa metode
pemurnian minyak yakni pertama metode reklame yang bertujuan untuk membuang semua bahan
pencemar yang tidak dapat larut sehingga minyak dapat digunakan kembali untuk keperluan lain.
Reklame minyak pelumas dapat dilakukan dengan proses eksrasi. Kedua metode ekstrasi merupakan
suatu cara untuk memisahkan suatu zat dari campurannya dengan menggunakan cairan pelarut
(solvent) tertentu yang mempunyai daya melarutkan zat tersebut, sedangkan zat yang lain tidak ikut
larut. Metode ini dilakukan secara berurutan pertama dilakukan metode reklame kemudian metode
ekstrasi.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359
X. KESIMPULAN

1. Mengetahui pengaruh minyak bekas pakai terhadap tegangan tembus


Minyak trafo yang telah digunakan waktu cukup lama akan mengalami perubahan komposisi atau
susunan kimia, selain itu juga akan mengalami perubahan sifat fisis, maupun mekanis

2. Mengetahui standart minyak bekas pakai yang masih bisa digunakan


No. Sifat Minyak Isolasi Tegangan Batas Yang
Metode Uji
Peralatan Diperbolehkan
1. Tegangan Tembus ≥170 kV ≥50 kV/2,5mm
70-170kV ≥40kV/2,5mm IEC 156
≤70kV ≥30kV/2,5mm
2. Kandungan air ≥170kV ≤20mg/l
ISO R 760
≤170kV ≤30mg/l
3. Faktor kebocoran Semua ≤0,2-2,0 IEC 247 & IEC
dielektrik tegangan 250
4. Tahanan jenis Semua 1,0 GΩ.m IEC 93 &
tegangan IEC 247
5. Angka kenetralan Semua ≤0,5 mg
IEC 296
tegangan KOH/gr
6. Sedimen - Tidak terukur IEC 296
7. Titik nyala - Penurunan
IEC 296
maksimum 15oC
8. Tegangan - ≥15x10-3Nm-1
IEC 296
permukaan
9. Kandungan gas ≥170kV *) Sedang digarap
oleh
IEC

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

MODUL VI
PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRAFO BARU

I. TUJUAN

Mengetahui pengaruh kontaminan terhadap tegangan tembus

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN

• 1 set Oil Test DPA (OT)

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359
III. TEORI MODUL

Kegagalan isolasi pada peralatan tegangan tinggi yang terjadi pada saat peralatan sedang
beroperasi bisa menyebabkan kerusakan alat sehingga kontinuitas sistem menjadi terganggu.
Dari beberapa kasus yang terjadi menunjukkan bahwa kegagalan isolasi ini berkaitan dengan
adanya partial discharge. Partial discharge ini dapat terjadi pada material isolasi padat, material
isolasi cair,dan juga material isolasi gas.
Kegagalan pada material isolasi cair ini disebabkan oleh :

o Teori kegagalan gelembung udara atau kavitasi.

Adanya gelembung udara dalam cairan merupakan awal dan penyebab kegagalan total
dari zat cair dengan adanya gelembung pada zat cair dan tercampurnya material isolasi
cair.
o Teori kegagalan bola cair

Ketidakmurnian yang tidak stabil dalam medan listrik (misalnya bola-bola air) dapat
merupakanjembatan bertahanan rendah diantara elektroda dan dapat mengakibatkan
kegagalan.
o Teori kegagalan ketidakmurnian padat

Ketidakmurnian (misalnya butiran penghantar padat) dapat menyebabkan pembesaran


medan listrik setempat. Apabila medan dalam zat cair melebihi nilai kritis titik tertentu
maka di tempat itu zat cair akan gagal dan dapat menyebabkan kegagalan total.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

IV. TEORI TAMBAHAN


Sistem tegangan tinggi saat ini telah banyak berkembang, baik dari besarnya tegangan
yang digunakan pada jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik maupun dari peningkatan
isolasi yang digunakan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem isolasi yang memastikan tidak
ada kontak langsung antara tiang penyangga dengan penghantar tegangan tingginya. Namun,
suatu isolator dapat berkurang keandalannya karena pengaruh alam seperti hujan. Isolasi
merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik. Isolasi berfungsi untuk
memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang bertegangan sehingga tidak terjadi lompatan
listrik atau busur api. Isolasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu isolasi gas, cair, dan padat. Jenis
isolasi tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan pengisolasian masingmasing. Kemampuan
isolasi dalam menahan tegangan mempunyai batas-batas tertentu sesuai dengan material
penyusun dan lingkungan sekitarnya. Apabila tegangan yang diterapkan melebihi kuat medan
isolasi maka akan terjadi tembus (breakdown) yang menyebabkan terjadinya aliran arus antara
peralatan tegangan tinggi. Isolasi gas merupakan isolasi yang sangat banyak digunakan pada
saat ini. Udara, Sulfur Hexafluoride (SF6), Carbon dioxide (CO2) dan isolasi vakum merupakan
jenis isolasi gas yang sudah banyak digunakan dan semakin luas penggunaannya sampai saat
ini. Penggunaan yang luas tentunya menimbulkan masalah dari bahan isolasi ini sehingga
dibutuhkan peneltian sebelum digunakan. Udara pada tekanan atmosfer adalah isolasi gas yang
paling umum digunakan. Tegangan tembus pada isolasi gas terjadi karena adanya tumbukan
ionion yang disebut ionisasi. Elektron pada ionisasi mampu menggandakan elektron kembali
secara eksponensial, dan jika tegangan diberi cukup besar maka kerusakan isolasi gas juga akan
besar. Contoh isolasi gas yang memiliki kekuatan dielektrik yang besar adalah Sulfur
Hexafluoride (SF6), nitrogen (N2) dan Carbon dioxide (CO2). Tegangan tembus merupakan
suatu keadaan saat medan magnet dinaikan (tegangan terus menerus dinaikan), maka atom -
atom akan terionisasi. Ketika sampai batas kemampuan isolator tersebut menahan tegangan,
maka isolator tersebut akan berubah menjadi konduktor. Saat kritis ini terjadi disebut tegangan
tembus (breakdown). Pengujian terhadap tegangan tembus diperlukan untuk mengetahui titik
kritis suatu isolasi
Pengujian tegangan tembus dengan isolasi gas menggunakan beberapa macam elektroda, salah
satunya elektroda bolabola. Elektroda bola standar terdiri dari dua elektroda bola yang disusun
pada satu sumbu dengan jarak kedua elektroda yang dapat diatur. Nilai tegangan tembus tetap
untuk tegangan ac, tegangan dc maupun tegangan impuls dengan syarat kondisi udara tidak
berubah. Sifat dielektrik udara ini menjadi dasar pengukuran tegangan tinggi dengan elektroda
bola standar.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Proses Terjadinya Ionisasi Ion


merupakan gabungan atom yang memiliki muatan listrik. Proses terjadinya pembentukan ion
disebut ionisasi. Jika dua elektroda yang berada dalam suatu media gas diberi tegangan (V),
maka akan timbul suatu medan listrik (E) yang memiliki besar dan arah tertentu yang
menghasilkan elektron bebas untuk merangsang terjadinya ionisasi. Benturanbenturan yang
akan membebaskan elektron lebih dapat terjadi karena tiap-tiap elektron menuju ke anoda
secara kontiniu. Ionisasi menjadi bagian yang penting dalam proses kegagalan isolasi udara
atau gas.

Proses Dasar Kegagalan Gas Proses dasar ada dua jenis, yaitu:
1. Proses atau mekanisme primer, yang memungkinkan terjadinya banjiran (avalanche)
elektron.
2. Proses atau mekanisme sekunder, yang memungkinkan terjadinya banjiran elektron.
Proses yang paling penting dalam mekanisme primer adalah proses katoda, yaitu ketika salah
satu elektroda melepaskan elektron yang mengawali terjadinya kegagalan percikan.

Sistem Pengukuran Tegangan Tembus Dielektrik Udara


Apabila suatu bahan isolasi diberi tegangan ac, maka pada bahan isolasi tersebut a kan timbul
rugi-rugi dielektrik. Rugi-rugi ini berubah menjadi panas yang menyebabkan temperatur bahan
isolasi naik. Rugi-rugi ini berasal dari rugi-rugi pada resistansi bahan isolasi (i2 r) atau rugirugi
konduktif. Sumber kedua ialah rugirugi pada resista nsi kontak antara dua bahan isolasi
berdampingan. Sumber ketiga ialah terjadinya peluahan pada rongga udara yang mungkin ada
didalam bahan isolasi. Sumber keempat ialah rugirugi dipol, yaitu panas karena adanya gesekan
antar molekul dipol bahan isolasi ketika molekul dipol mengikuti arah medan elektrik yang
terjadi pada bahan isolasi tersebut
Sumber : http://blog.ub.ac.id/derrypn/2013/10/28/pembangkitan-tegangan-tinggi-d-c/

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

V. LANGKAH PERCOBAAN

1. Hubungkan Oil Tester dengan kabel Power Supply dan kabel pembumiannya.

2. Nyalakan Oil Tester.

3. Pilihlah standar elektroda yang akan digunakan.

4. Atur jarak antar elektroda sesuai dengan permintaan pada data pengamatan.

5. Masukkan isolasi cair yang akan diujikan.

6. Aduk isolator zat cair dalam bejana secara perlahan, untuk menghilangkan
gelembungudara sewaktu pengisian kemudian tutup kembali wadahnya.
7. Masukkan kontaminan konduktor dan H2O yang akan diujikan.

8. Lakukan pengukuran tegangan breakdown.

9. Save atau print hasil pengujian.

10. Keluarkan isolasi cair yang sudah diisi kemudian bersihkan wadahnya.

11. Ulangi untuk beberapa skenario pengaruh kontaminan.

12. Matikan alat percobaan.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

VI. DATA PENGAMATAN

1. Partikel Konduktor (5 Gram)

Quick Test Observed


Rating (kV/s) Breakdown Voltage (KV)

2 12,4 12,6 12,7 11,8 12,4 12,7


4 15,3 12,4 12,3 12,4 13,5 13,5
6 12,1 13,6 12,3 13,2 12,4 12,6
8 14,2 12,7 12,4 12,1 12,4 13,2
10 12,8 14,1 13,6 12,8 13,8 12,6

2. Kontaminan H2O (10 ml)

Quick Test Observed


Rating (kV/s) Breakdown Voltage (KV)

2 12,3 12,9 12,3 12,6 13,8 12,4


4 13,3 12,7 13,8 17,2 17,3 26,4
6 13,8 19,9 16,7 27,4 22,7 13,7
8 24,7 24,8 17,3 15,7 12,7 35,4
10 18,1 20,0 20,7 27,6 20,2 26,5

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

VII. PENGOLAHAN DATA


Partikel Konduktor
(12,4+12,6+12,7+11,8+12,4+12,7)
Vs = 6

= 12,43 kV

(15,3+12,4+12,3+12,4+13,5+13,5)
Vs = 6

= 13,23 kV

(12,1+13,6+12,3+13,2+12,4+12,6)
Vs = 6

= 12,70kV

(14,2+12,7+12,4+12,1+12,4+13,2)
Vs =
6

= 12,83 kV

(12,8+14,1+13,6+12,8+13,8+12,6)
Vs = 6

= 13,28 kV
Kontaminan H20
(12,3+12,9+12,3+12,6+13,8+12,4)
Vs = 6

= 12,72 kV

(13,3+12,7+13,8+17,2+17,3+26,4)
Vs = 6

= 16,78 kV

(13,8+19,9+16,7+27,4+22,7+13,7)
Vs = 6

= 19,03kV

(24,7+24,8+17,3+15,7+12,7+35,4)
Vs = 6

= 21,77 kV

(18,1+20,0+20,7+27,6+20,2+26,5)
Vs = 6

= 22,18 kV

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

VIII. TUGAS AKHIR

1. Buatlah grafik kontaminan partikel konduktor dan H2O terhadap tegangan tembus (Vb)!

Jawab :

2. Jelaskan hubungan dari grafik nomor 1!

Jawab :

Dapat dilihat semakin besar rating yang diberikan maka Vb pengujian sebanding . Semakin
besar massa kontaminan , maka semakin kecil tegangan tembusnya. Adanya air dan partikel
dalam minyak isolasi akan menurunkan tegangan tembus dan tahanan jenis minyak isolasi.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

3. Jelaskan dan gambarkan teori kegagalan isolator minyak!

Jawab :

• Teori kegagalan gelembung udara atau kavitasi.

Adanya gelembung udara dalam cairan merupakan awal dan penyebab kegagalan total dari
zat cair dengan adanya gelembung pada zat cair dan tercampurnya material isolasi cair.

• Teori kegagalan bola cair

Ketidakmurnian yang tidak stabil dalam medan listrik (misalnya bola-bola air) dapat
merupakan jembatan bertahanan rendah diantara elektroda dan dapat mengakibatkan
kegagalan.

• Teori kegagalan ketidakmurnian padat

Ketidakmurnian (misalnya butiran penghantar padat) dapat menyebabkan pembesaran


medan listrik setempat. Apabila medan dalam zat cair melebihi nilai kritis titik tertentu
maka di tempatitu zat cair akan gagal dan dapat menyebabkan kegagalan total.

4. Jelaskan pengaruh kontaminan partikel konduktor dan H2O terhadap tegangan tembus!

Jawab :

Pengaruh kontaminan tersebut yaitu pada saat diberi medan listrik, partikel–partikel ini akan
terpolarisasi dan membentuk jembatan yang menyebabkan terjadinya kegagalan.

5. Hitunglah nilai tegangan tembus rata – rata dari setiap pengujian (V – arg) dan kekuatan
dielektrikminyak uji tiap tabel isolasi yang diatur (kV/mm)!

Jawab :
Partikel Konduktor
(12,4+12,6+12,7+11,8+12,4+12,7)
Vs =
6

= 12,43 kV

(15,3+12,4+12,3+12,4+13,5+13,5)
Vs = 6

= 13,23 kV

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359
(12,1+13,6+12,3+13,2+12,4+12,6)
Vs = 6

= 12,70kV

(14,2+12,7+12,4+12,1+12,4+13,2)
Vs = 6

= 12,83 kV

(12,8+14,1+13,6+12,8+13,8+12,6)
Vs = 6

= 13,28 kV

Kontaminan H2O
(12,3+12,9+12,3+12,68+13,8+12,4)
Vs = 6

= 12,72 kV

(13,3+12,7+13,8+17,2+17,3+26,4)
Vs =
6

= 16,78 kV

(13,8+19,9+16,7+27,4+22,7+13,7)
Vs = 6

= 19,03 kV

(24,7+24,8+17,3+15,7+12,7+35,4)
Vs = 6

= 21,77 kV

(18,1+20,0+20,7+27,6+20,2+26,5)
Vs = 6

= 22,18 kV

Kekuatan dielektrik :

Partikel Konduktor
𝑣𝑠 12,43 𝑘𝑉
Es = = = 4,972 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
𝑣𝑠 13,23 𝑘𝑉
E4 = = = 5,292 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359
𝑣𝑠 12,70 𝑘𝑉
E6 = = = 5,,08 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
𝑣𝑠 12,83 𝑘𝑉
E8 = = = 5,132 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
𝑣𝑠 13,28 𝑘𝑉
E10 = = = 5,312 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚

Kontaminan H2O
𝑣𝑠 12,72𝑘𝑉
Es = = = 5,088 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
𝑣𝑠 16,78 𝑘𝑉
E4 = = = 6,712 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
𝑣𝑠 19,03 𝑘𝑉
E6 = = = 7,612 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
𝑣𝑠 21,77 𝑘𝑉
E8 = = = 8,708 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚
𝑣𝑠 22,18 𝑘𝑉
E10 = = = 8,872 kV/mm
𝑑 2,5 𝑚𝑚

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

IX. ANALISA
Pada praktikum modul VI ini berjudul Pengujian Tegangan Tembus Isolator Minyak Yang
Terkontaminasi. Tujuan dari percobaan modul ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kontaminan
terhadap tegangan tembus. Adapun alat yang digunakan pada modul ini yakni 1 set oil test DPA (OT)
yang di dalam alat ini terdapat elektroda yang dimasukkan ke dalam isolasi cair yang akan diujikan.
Adapun alat yang digunakan pada modul ini yakni 1 set oil test DPA (OT) yang di dalam alat ini
terdapat bejana yang adalah sebagai wadah, alat ukur untuk mengukur jarak antara elektroda harus 2,5
cm, stirel untuk mengaduk maupun memecahkan gelembung pada bejana tersebut dan elektroda
berbahan tembaga yang dimasukkan ke dalam isolasi cair yang akan diujikan. Kemudian disini
menggunakan minyak berjenis mineral. Yang pertama dipastikan bejana tersebut bersih dari debu,
kemudian tuangkan minyak yang terkontaminan dengan air ke dalam bejana sampai elektrodanya
tenggelam. Kemudian masukan stirel didalam bejana dan melakukan pengujian pada baur oi l tester
dpa. Perbedaan percobaan pada modul ini dengan modul sebelumnya yakni pada modul sebelumnya
menggunakan minyak trafo yang baru sedangkan pada percobaan ini menggunakan minyak yang
terkontaminan dengan air.
Mekanisme tegangan tembus isolasi cari yakni terdapat gelembung udara dimana apabila
menuangkan minyak tidak sesuai dengan tata caranya maka akan timbul gelembung udara. Gelembung
udara ini akan mengikuti aliran medan listrik yang membentuk jembatan yang mana akan mempercepat
terjadinya tegangan tembus. Kemudian molekul air, yang sama halnya dengan gelembung udara,
apabila menuangkan minyak tidak sesuai dengan tata caranya maka akan timbul molekul air yang
mengikuti muatan listrik yang membentuk seperti steroid. Dan butiran zat padat dengan adanya zat
padat akan mempercepat terjadinya tegangan tembus yang mana apabila terdapat semacam senyawa
yang bersifat konduktor akan mempercepat tegangan tembus.
Jadi pada saat kita melakukan pengujian kita akan memberikan kontaminan pada isolasi cair
yang kita uji dengan parameter tegangan tembus yang timbul. Gelembung udara didapat dariproses
penuangan minyak pada bejana yang artinya suhu dari ruangan miyak mempengaruhi banyak atau
dikitnya gelembung udara. Selain itu gelembung udara juga muncul karena pada elektroda
permukaannya tidak rata sehingga pada saat minyak dituangkan pada bejana akan menimbulkan
gelembung-gelembung udara yang berbentuk buih. Gelembung udara tersebut dapat dihilangkan
dengan memberi biji magnet pada saat pengujian dan dengan mengaduk menggunakan alat
pengaduknya. Pada saat belum dilakukan pengujian gelembung udara pada minyak isolasi masih
bertebaran diseluruh bejana. Pada saat kita melakukan pengujian terdapat medan listrik yang
menyebabkan efek pada posisi gelembung udara yang ada pada bejana menjadi berbentuk jembatan.
Dari jembatan inilah discharge yang melalui antar elektroda akan semakin cepat sehingga

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

menyebabkan kegagalan isolasi yang semakin cepat pula terjadi. Untuk parameter tegangan
breakdown atau tegangan tembus akan lebih kecil daripada ketika sebelum terjadi kegagalan isolasi.
Selain molekul gas ada juga molekul air yang dapat menyebabkan kegagalan isolasi, dimana jika
terdapat zat atau molekul air di dalam minyak dan dipengaruhi oleh medan listrik maka molekul air
tersebut akan berubah bentuk menjadi steroid atau berbentuk lonjong. Ketika molekul air sudah
berbentuk lonjong dan berbaris secara vertical kebawah makategangan tembusnya lebih kecil dan
untuk dischargenya semakin cepat. Untuk massa jenis molekul air harus lebih berat dari massa jenis
minyak karena air tidak boleh mengambang, jika mengambang maka kegagalan isolasinya akan
semakin cepat terjadi. Lalu terdapat butiran zat padat yang dalam pengujian kita menggunakan
karatan yang bersifat menyebar tidak seperti gelembung udara yang berbentuk jembatan dan molekul
air yang berbentuk steroid. Karena butiran padat ini bersifat konduktif dan menyebar maka discharge
yang dilakukan antar elektrodasemakin cepat sehingga semakin cepat discharge semakin cepat pula
kegagalan isolasi pada peralatan, maka dari itu tidak boleh adanya butiran zat pada pada minyak.
Begitu juga untuk molekul air tidak boleh ada pada minyak isolasi karena air bersifat elektrolisis yang
artinya dapatmenghantarkan listrik.
Kontaminan yang dapat mengganggu ketidakmurnian isolasi minyak dapat berupa partikel
padat, uap air, gelembung gas. Partikel padat ini dapat berasal dari sedimen atau endapan. Uap air
atau air bila terdapat medan listrik, maka molekul uap air terlarut meninggalkan minyak dan menjadi
terpolarisasi dipol. Jika jumlah molekul uap air tinggi, jembatan yang menghubungkan kedua
elektroda akan disusun membentuk saluran pembuangan atau kanal peluahan. Saluran atau kanal ini
mentambat dan memanjang hingga menghasilkan listrik. Gelembung udara, kegagalan gelembung
adalah jenis kegagalan isolasi cair, yang diakibatkan oleh gelembung udara yang terkandung di
dalamnya. Karena ada efek medan yang kuat antara elektroda, gelembung dalam cairan mengembang
ke arah medan. Gelembung terhubung satu sama lain hingga membentuk jembatan yang
menyebabkan terjadinya kegagalan.
yarat isolasi minyak bekas pakai menurut SPLN 49-1:1982 yang pertama tegangan tembus.
Apabila tegangan peralatannya ≥170kV maka batas yang diperbolehkan yaitu ≥50kV/2,5mm; pada
tegangan peralatan 70-170kV maka batas yang diperbolehkan ≥40kV/2,5mm; pada tegangan
peralatan ≤70kV maka batas yang diperbolehkan ≥30kV/2,5mm. Yang kedua kandungan air dimana
kita ketahui kandungan air akan mempercepat tegangan tembus karena bersifat elektrolisis, pada
tegangan peralatan ≥170kV maka batas yang diperbolehkan yaitu ≤20kV/l; pada tegangan peralatan
≤170kV maka batas yang diperbolehkan yaitu ≤30kV/l. Yang ketiga, factor kebocoran dielektrik
yaitu ≤ 0,2 − 2,0. Yang keempat, tahanan jenis mempunyai syarat sebesar 1 Gohm.mangka. Kelima
megenai kenetralan, apabila trafo bekerja maka tada kenaikan suhu dan apabila ada senyawa maka

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

terjadi oksidasi dengan menghasilkan senyawa baru dengan kandungan air sehingga mempercepat
tegangan tembus. Pada semua tegangan yaitu ≤0,5mg KOH/gr. Keenam mengenai sedimen
(endapan, pada minyak bekas tidak boleh ada endapan. Ketujuh, mengenai titik nyala apabila rendah
maka isolasinya mudah terbakar. maka ketentuan yang diperbolehkan sebesar 15°C. Kedelapan, titik
permukaan, dan kesembilan mengenai kandungan gas dimana apabila kandungan gas mengandung
hydrogen, metana, etana, etilen maka dapat dipastikan trafo bekerja. Jika gas tersebut mengandung,
karbondioksida, karbon monoksida maka terjadi kerusakan pada isolasi tersebut.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

X. KESIMPULAN

Mengetahui pengaruh kontaminan terhadap tegangan tembus, Adanya kontaminan pada isolator
cair dapat mempengaruhi teganagn tembus seperti pada air. Hal ini disebabkan karena air
bersifat elektrolisis sehingga dapat mengubah sifat kekentalan pada minyak.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

MODUL VII
PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS ARUS BOLAK-BALIK PADA ISOLATOR PADAT

I. TUJUAN
1. Mengetahui besarnya tegangan tembus atau kegagalan isolasi pada isolator padat.

2. Mengetahui tentang faktor pengaruh terhadap kegagalan isolasi pada isolator padat.

3. Mengetahui ketahanan Isolasi (pengujian withstand-test) dengan tegangan distribusi (20kV)

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN

• 1 unit Power Supply Cable (PSC)

• 1 unit Control Unit (CU)

• 1 unit HV Test Transformer (TT)

• 1 unit Current Limiting Resistance (CLR)

• 1 unit RC Divider (RCD)

• 1 unit High Voltage Divider (HVD)

• 1 unit Floor Pedestal (FP)

• 2 unit Connecting Line (CL)

• 1 set Earth Cable (EC)

• 1 unit Space Ball Current-Limiting Resistor (SB-CLR)

• 1 unit Manual Discharge Space Ball (SB)

• 2 unit Support Insulator (SI)

• 1 unit High Voltage Filter Capasitor (FC)

• Isolator Keramik

• Isolator Kaca

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

III. TEORI MODUl

3.1 Isolator Bahan Padat

Jenis isolator bahan padat adalah bahan yang partikel penyusunnya sangat rapat
dan teratur yang tidak akan berubah bentuk apabila dipindahkan. Tentunya bahan padat ini
tidak dapat menghantarkan arus listrik.

Isolator jaringan tenaga listrik merupakan alat tempat menopang kawat


penghantar jaringan pada tiang-tiang listrik yang digunakan untuk memisahkan secara
elektris dua buah kawat atau lebih agar tidak terjadi kebocoran arus (leakage current) atau
lewat-denyar (flashover) sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan pada sistem
jaringan tenaga listrik.Adapun fungsi utama isolator adalah:
1. Untuk penyekat/mengisolasi penghantar dengan tanah dan antara penghantar dengan
penghantar.
2. Untuk memikul beban mekanis yang disebabkan oleh berat penghantar dan/ atau gaya
tarikpenghantar.
3. Untuk menjaga agar jarak antar penghantar tetap (tidak berubah).

Sesuai fungsinya, suatu insulator yang baik harus memenuhi sifat

1. Karakteristik Elektris

Insulator mempunyai ketahanan tegangan impuls petir pengenal dan tegangan


kerja,tegangan tembus minimum sesuai tegangan kerja dan merupakan bahan isolasi
yang diapitoleh logam sehingga merupakan kapasitor. Kapasitansnya diperbesar oleh
polutan maupun kelembaban udara di permukaannya. Apabila nilai isolasi menurun
akibat dari polutan maupun kerusakan pada insulator, maka akan tejadi kegagalan
isolasi yangakhirnya dapat menimbulkan gangguan.
2. Karakteristik mekanik
Insulator harus mempunyai kuat mekanik guna menanggung beban tarik
konduktorpenghantar maupun beban berat insulator dan konduktor penghantar.

Factor yang mempengaruhi corona loss yaitu kondisi atmosfir dan perbedaan
potensial antara dua conductor, kemudian Corona effect adalah fenomena yang terjadi pada
perlatan tinggi yang disebabkan karena terjadinya suatu pelepasan muatan bermula pada
suatu permukaan saluran bila nilai buat medan listrik pada permukaan saluran itu
melampaui nilai kuat medan udara disekitar.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Beberapa pengertian terkait efek korona:

1. Critical disruptive voltage : adalah tegangan minimum phase-neutral dimana corona


mulai terjadi . Pada 2 buah konductor masing-masing dengan radius r cm dan jarak antar
konduktor d cm. Apabila V adalah tegangan phaseneutral, maka potential gradient pada
permukaan konduktor adalah:
𝑉 𝑉𝑜𝑙𝑡/𝑐𝑚
g=

𝑟 log 𝑃
𝑒

agar korona dapat terjadi nilai g harus sama dengan tegangan tembus udara. Tegangan
tembus udara pada tekanan 76 cm dan temperatur 25ºC adalah 30 kV/cm (peak) atau 21,2
kV/cm (r.m.s.) dan ditulis sebagai go. Bila Vc adalah tegangan phase-neutral yang
diperlukan untuk kondisi ini maka :
𝑉𝑐
go =

𝑟 log𝑒 𝑃
𝑟

sehingga Critical disruptive voltage: Vo = go 𝛿 𝑃

log 𝑒𝑟

Bahan yang digunakan pada isolator padat:

a. Porselen/ keramik

Porselen merupakan bahan dielektrik yang paling sering digunakan pada isolator.
Hal ini terjadi karena porselen memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi dan tidak
dipengaruhi oleh perubahan kondisi udara disekitarnya. Kekuatan mekanik porselen
bergantung pada cara pembuatannya. Insulator keramik terbuat dari bahan porselen
yang mempunyai keunggulan tidak mudah pecah, tahan terhadap cuaca. Pada SUTT /
SUTET, insulator berfungsi untuk mengisolir konduktor fasa dengan tower / ground.
Kemampuan mekanis suatu porselen standar dengan diameter 2-3 cm adalah 45.000

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

kg/cm2 untuk beban tekan; 700 kg/cm2 untuk beban tekuk dan 300 kg/cm2 untuk beban
tarik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa porselen adalah bahan yang memiliki
kemampuan mekanik yang sangat baik pada beban tekan. Kekuatan mekanik dari
porselen akan berkurangjika dilakukan penambahan luas penampang porselen.

Gambar 7.1 isolator porselen

b. Gelas/ kaca
Isolator gelas lebih murah daripada porselen, sedangkan karakteristik mekaniknya
tidak jauh berbeda dari isolator porselen. Karakteristik elektrik dan mekanik dari
isolator gelasbergantung pada kandungan alkali pada isolator tersebut. Semakin tinggi
kandungan alkalinyamaka kemampuan dielektrik isolator akan semakin menurun hal
ini dikarenakan isolator memiliki konduktivitas lebih tinggi.

Kaca pada umumnya terdiri dari campuran silikat (SiO2) dan beberapa senyawa
antara lain, borat, pospat. Kaca dibuat dengan cara melelehkan beberapa senyawa
silikat (pasir), alkali (Na dan K) dengan bahan lain (kapur, oksida timah hitam). Karena
itu sifat dari kaca tergantung dari komposisi bahan-bahan pembentuknya tersebut.
Massa jenis kaca berkisar antara 2 dan 8,1 g/cm3, kekuatan tekanannya 6000 hingga
21000 kg/cm2, kekuatan tariknya 100 hingga 300 kg/cm2. Karena kekuatan tariknya
relatif kecil, maka kaca adalah termasuk bahan yang regas.

Kekuatan dielektrik gelas alkali tinggi adalah 17,9 kVrms/mm sedangkan


kemampuan dielektrik gelas alkali rendah adalah 48 kVrms/mm. Jika isolator gelas
dipasangkan pada suatu sistem tegangan arus searah. Maka dapat menimbulkan
penguaian kimiawi gelas sehingga akan meningkatkan kandungan alkalinya. Dimana
hal ini akan menyebabkan penurunan kemampuan isolasi gelas. Berdasarkan proses
pembuatannya isolator gelas dibagi menjadi dua yaitu gelas yang dikuatkan (annealed
glass) dan gelas yang dikeraskan (hardened glass).

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Gambar 7.2 isolator kaca

c. Polimer
Isolator polimer adalah isolator yang terbuat dari susunan beberapa monomer
membentuk suatu isolator sesuai dengan peruntukannya. Isolator polimer yang kami
gunakan dalam penelitian ini adalah isolator polimer dari bahan dasar rubber dengan
bahanpengisi (filler) silicon dan Alumina trihidrat yang disebut Silicon Insulation
Rubber disingkat dengan SIR.

Arus bocor yang mengalir pada permukaan isolator polimer dapat dipengaruhi
oleh 2 faktor yaitu pertama arus bocor yang timbul karena peningkatan konduktivitas
permukaan isolator akibat kelembaban/hujan, polusi dan beberapa faktor iklim lainnya,
kedua arus bocoryang timbul karena efek kapasitansi dari piringan isolator. Insulator
polymer dilengkapi dengan mechanical load-bearing fiberglass rod, yang diselimuti
oleh weather shed polimer untuk mendapatkan nilai kekuatan eletrik yang tinggi.

Komponen utama dari insulator polymeryaitu:

a. End fittings

b. Corona ring(s)

c. Fiberglass-reinforced plastic rod

d. Interface between shed and sleeve

e. Weather shed

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Gambar 7.3 isolator polimer

Jenis isolator

Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau
gelas. Menurut konstruksinya dikenal tiga jenis isolator:

1. Isolator jenis Pin (pasak)

2. Isolator Jenis Line-post

3. Isolator jenis Suspension (gantung)

4. Isolator jenis Strain

Isolator Pin dan pos-saluran, digunakan pada saluran transmisi tegangan menengah
(SUTM) Isolator Suspension dan Strain dapat digandeng menjadi suatu rentengan isolator
untuktegangan tinggi (SUTT) dan ekstra tinggi (SUTET). Jumlah rentengannya tergantung
kebutuhan.

Pin insulator Suspension

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Line-post insulator. Strain/Tension

Menurut pemasangannya, insulator terdiri:

1. “V” String

Gambar 7.4 Insulator "V" string

2. Single String

Gambar 7.5 Insulator single string

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

3. Double String

Gambar 7.6 Insulator Double String

4. Quadruple

Gambar 7.7 Insulator quadruple

Arcing horn → berfungsi untuk melindungi isolator dari gangguan sambaran petir sehingga
apabila terjadi lompatan api (flash over) yang terjadi pada isolator tersebut tidak rusak.

Gambar 7.8 Arcing horn

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

IV. TEORI TAMBAHAN


Isolator adalah alat yang berfungsi sebagai isolasi dan pemegang mekanis dari perlengkapan
atau penghantar yang dikenai beda potensial. Jika isolator gagal dalam kegunaannya sebagai
pemisah antara saluran maupun saluran dengan pentanahan maka penyaluran energi tersebut
akan gagal atau tidak optimal. Pengaruh keadaaan udara sekitar dan polutan yang menempel
pada permukaan yang menyebabkan permukaan isolator bersifat konduktif. Dalam menetukan
sebuah isolator yang akan dibuat serta bagaimana unjuk kerjanya dalam melayani suatu sistem
tenaga listrik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu, sifat -sifat
kandungan material dengan bahan dasar untuk membuat isolator kemampuannya pada cuaca
buruk, keadaan saat terkontaminasi serta pertimbangan masalah biaya produksi (Arismunandar,
2001). Isolator adalah bahan yang tidak bisa atau sulit melakukan perpindahan muatan listrik.
Dalam bahan isolator valensi elektronnya terikat kuat pada atom-atomnya. Bahan ini
dipergunakan dalam alat-alat elektronika sebagai isolator, atau penghambat mengalirnya arus
listrik. Isolator berguna juga sebagai penopang beban atau pemisah antara konduktor tanpa
membuat adanya arus mengalir keluar atau antara konduktor. Istilah ini juga dipergunakan
untuk menamai alat yang digunakan untuk menyangga kabel transmisi listrik pada tiang listrik.
Beberapa bahan, seperti kaca, kertas, atau Teflon merupakan bahan isolator yang sangat bagus.
Beberapa bahan sintetis masih “cukup bagus” dipergunakan sebagai bahan isolator kabel,
contohnya plastik atau karet. Bahan-bahan ini dipilih sebagai bahan isolator kabel karena lebih
mudah dibentuk / diproses sementara masih bisa menyumbat aliran listrik pada voltase
menengah (ratusan, mungkin ribuan volt) (Dissado dan Fothrgill, 1992). Isolasi adalah sifat
bahan yang berfungsi dapat memisahkan secara elektris dua atau lebih penghantar listrik
bertegangan yang berdekatan, sehingga tidak terjadi kebocoran arus, tidak terjadi lompatan api
atau lewat denyar(flashover), ataupun percikan api (sparkover). Sedangkan isolator adalah alat
yang dipakai untuk mengisolasi. Kemampuan bahan isolasi untuk menahan tegangan disebut
kekuatan dielektrik. Kekuatan dielektrik dari bahan isolasi sangat penting dalam hal
menentukan kualitas isolator yang nantinya akan mendukung keseluruhan sistem tenaga listrik.
Semakin tinggi kekuatan dielektrik bahan isolasi semakin baik dipakai, terutama pada peralatan
listrik tegangan tinggi (Nurlaili, 2010; Lee et al., 1957). Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat
berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang
bertegangan ini harus dipisahkan dari bagian-bagian yang tidak bertegangan. Hal ini dilakukan
agar tidak terjadi aliran arus yang tidak semestinya ada antara satu bagian dengan yang lainnya.
Misalnya pada suatu jaringan transmisi, antara suatu konduktor penghantar dengan konduktor
lainnya dipisahkan oleh udara. Namun konduktor ini harus digantungkan pada tower penopang
sehingga dibutuhkan suatu isolator yang cukup kuat untuk menopang konduktor ini sekaligus

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

mengisolasi antara konduktor dengan menara yang terhubung ke tanah agar tidak terjadi hubung
singkat ke tanah (Simanjuntak, 2005). Isolator dapat ditemui pada setiap bagian sistem tenaga
listrik. Selain pada transmisi, isolator juga dapat ditemui pada jaringan distribusi hantaran
udara, gardu induk dan panel pembagi daya. Pada jaringan distribusi hantaran udara isolator
digunakan sebagai penggantung atau penopang konduktor. Pada gardu induk isolator digunakan
sebagai pendukung sakelar pemisah, pendukung konduktor penghubung dan penggantung rel
dengan kerangka pendukung pemisah (Surdia et al., 1995).

Konstruksi isolator
Isolator pada umumnya memiliki tiga bagian utama yaitu bahan dielektrik, kap dan fitting.
Selain itu juga terdapat semen yang berfungsi sebagai bahan perekat yang merekatkan ketiga
bagian ini (Susilowati dan Diah, 2010).

Adapun persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam merancang suatu isolator adalah sebagai
berikut:
1. Isolator harus memiliki kekuatan mekanis yang kuat untuk menahan beban konduktor,
terpaan angin dan lain-lain.
2. Isolator harus menggunakan bahan dengan resistansi yang tinggi agar tidak terjadi arus bocor
yang besar ke tanah.
3. Isolator harus memiliki kekuatan permitivitas yang tinggi agar dapat memiliki kemampuan
dielektrik yang baik.
4. Isolator harus padat dan tidak memiliki celah udara karena dapat menimbulkan peluahan
sebagian.
5. Isolator dapat menahan flashover.
6. Setiap lubang pada bahan isolator harus memiliki sumbu yang sejajar dengan sumbu tegak
isolator. Dan lubang dibuat pada temperature penampaan isolator.
7. Tidak memiliki lekukan runcing agar pada isolator tidak terjadi medanelektrik yang tinggi.
8. Permukaan isolator harus licin dan bebas partikel runcing.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

9. Tidak ada resiko meledak atau pecah.


10. Jarak rambat isolator harus diperbesar jika isolator ditempatkan padakawasan yang dihuni
banyak burung.
11. Bahan perekat harus memiliki kekuatan adhesi yang tinggi.
12. Bentuk dan dimensi sirip harus dibuat sedemikian rupa agar dapat dengan mudah
dibersihkan

Bahan dielektrik isolator


Karakteristik dari suatu isolator baik mekanis maupun elektriknya dipengaruhi oleh konstruksi
dan bahan yang digunakan. Dimana pada suatu isolator bahan yang paling utama adalah bahan
dielektriknya. Bahan dielektrik dari suatu isolator harus memiliki kekuatan dielektrik yang
tinggi serta tidak dipengaruhi oleh kondisi udara sekitarnya (Tobing, 2003).
Karakteristik dari suatu isolator baik mekanis maupun elektriknya dipengaruhi oleh konstruksi
dan bahan yang digunakan. Dimana pada suatu isolator bahan yang paling utama adalah bahan
dielektriknya. Bahan dielektrik dari suatu isolator harus memiliki kekuatan dielektrik yang
tinggi serta tidak dipengaruhi oleh kondisi udara sekitarnya (Tobing, 2003).
Ada tiga jenis bahan dielektrik isolator yang paling sering digunakan pada isolator:
- Porselen Porselen merupakan bahan dielektrik yang paling sering digunakan pada
isolator. Hal ini terjadi karena porselen memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi dan
tidak dipengaruhi oleh perubahan kondisi udara disekitarnya. Kekuatan mekanik
porselen bergantung pada cara pembuatannya. Kemampuan mekanis suatu porselen
standar dengan diameter 2-3 cm adalah 45.000 kg/cm2 untuk beban tekan; 700kg/cm2
untuk beban tekuk dan 300 kg/cm2 untuk beban tarik. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa porselen adalah bahan yang memiliki kemampuan mekanik yang sangat baik pada
beban tekan. Kekuatan mekanik dari porselen akan berkurang jika dilakukan
penambahan luas penampang porselen.

Suatu dielektrik porselen dengan tebal 1,5 mm memiliki kekuatan dielektrik sebesar 22-
28 kVrms/mm. Jika tebal dielektrik bertambah maka kemampuan dielektrik bahan
berkurang. Hal ini terjadi karena medan elektriknya tidak seragam. Bila tebal bertambah
dari 10 mm menjadi 30 mm kekuatan dielektrik berkurang dari 80 kVrms/mm menjadi
55 kVrms/mm. Kekuatan dielektrik porselen pada tegangan impuls adalah 50-70 % lebih
tinggi daripada kekuatan dielektrik pada frekuensi daya (Tobing, 2003).
Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi
IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Gelas Isolator
gelas lebih murah daripada porselen, sedangkan karakteristik mekaniknya tidak jauh
berbeda dari isolator porselen. Karakteristik elektrik dan mekanik dari isolator gelas
bergantung pada kandungan alkali pada isolator tersebut. Semakin tinggi kandungan
alkalinya maka kemampuan dielektrik isolator akan semakin menurun hal ini
dikarenakan isolator memiliki konduktivitas lebih tinggi. Kekuatan dielektrik gelas alkali
tinggi adalah 17,9 kVrms/mm sedangkan kemampuan dielektrik gelas alkali rendah
adalah 48 kVrms/mm (Waluyo, 2010). Jika isolator gelas dipasangkan pada suatu sistem
tegangan arus searah. Maka dapat menimbulkan pemuaian kimiawi gelas sehingga akan
meningkatkan kandungan alkalinya. Dimana hal ini akan menyebabkan penurunan
kemampuan isolasi dari gelas. Berdasarkan proses pembuatannya isolator gelas dibagi
menjadi 2 yaitu gelas yang dikuatkan (annealed glass) dan gelas yang dikeraskan
(hardened glass) (Waluyo, 2010).

Bahan komposit Isolator komposit


adalah isolator yang dikembangkan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan dari
isolator porselen dan gelas. Bahan komposit tertua yang dikembangkan adalah isolator
kertas. Namun, akhir - akhir ini bahan isolator yang paling banyak diminati adalah karet
silikion (siliconrubber) (Waluyo, 2010). Struktur suatu isolator komposit diperlihatkan
pada gambar berikut:

Seperti yang terlihat pada gambar diatas, isolator komposit memiliki beberapa bagian
utama yaitu: inti berbentuk batang (rod) yang terbuat dari bahan komposit, fitting yang
terbuat dari bahan logam dan bahan antar muka (interface) (Waluyo, 2010).

Sumber http://repository.unimus.ac.id/2876/3/BAB%202.pdf

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

VI. LANGKAH PERCOBAAN

1. Buat rangkaian seperti pada gambar dibawah ini.

2. Ukur dan catat kelembaban dan temperatur ruang uji menggunakan Thermohygrometer.

3. Nyalakan peralatan uji dan naikkan tegangan

4. Lakukan pengujian withstand test, discharge test, dan breakdown test terhadap isolator
padatyang diujikan.
5. Catat besarnya tegangan dari setiap pengujian yang terjadi.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

VII. DATA PENGAMATAN

1. Pengujian Withstand Test Isolator Padat Distribusi 22kV (60 s):


Tegangan Sekunder Timbul Flashover
Jenis Isolator Padat
(kV) (O/X)
Kaca 22 X
Keramik 22 X
Polymer 22 X

2. Pengujian Discharge Test Isolator Padat:


Tegangan Primer Observed
Jenis Isolator Padat
(V) Discharge Voltage (kV)

Kaca 145 72,20


Keramik 173 83,42
Polymer 190 92,43

3. Pengujian Breakdown Test Isolator Padat:

Observed
Tegangan Primer
Jenis Isolator Padat Breakdown Voltage
(V)
(kV)

Kaca 165 79,35


Keramik 180 85,63
Polymer - -

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

4. Pengujian Corona:
Keramik
Kaca Polymer
Tegangan
Tegangan (kV) Tegangan (kV)
Corona Effect (kV)

Pengujian Perhitungan Pengujian Perhitungan Pengujian Perhitungan

Critical disruptive
15,17 30,24 10,37 34,58 16,6 46,87
voltage
Visual Critical
31,60 38,45 30,60 43,97 60 59,61
voltage

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

VIII. PENGOLAHAN DATA

a. Critical disruptive voltage


0,386.𝑏 0,386.760 𝑚𝑚𝐻𝑔
δ= 273+𝑇 = = 0,9753
273+27,8

Bahan Kaca
𝐼
V = m.g. δ log
𝑟

13,5 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm log = 30,24 Kv
1,25 𝑐𝑚

Bahan Porselen
𝐼
V = m.g. δ log 𝑟

19 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm log 1,25 𝑐𝑚 = 34,58 kV

Bahan Polimer
𝐼
V = m.g. δ log 𝑟

50 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm log 1,25 𝑐𝑚 = 46,87 kV

b. Visual critical voltage untuk local corona dan general

Bahan Kaca
𝐼
V = m.g. δ log
𝑟

0,3 𝑐𝑚 13,5 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm (1 log log
√0,9753.1,25 𝑐𝑚 𝑐𝑚 1,25 𝑐𝑚

= 38,45 kV

Bahan Porselen
𝐼
V = m.g. δ log
𝑟

0,3 𝑐𝑚 19 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm (1 log log 1,25 𝑐𝑚
√0,9753.1,25 𝑐𝑚 𝑐𝑚

= 43,97 kV

Bahan Polimer

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

𝐼
V = m.g. δ log 𝑟

0,3 𝑐𝑚 50 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm (1 log log 1,25 𝑐𝑚
√0,9753.1,25 𝑐𝑚 𝑐𝑚

= 59,61 kV

c. Rugi-rugi corona
100
Tegangan Fasa netral V= = 70,71067
√2

Bahan Kaca

𝑓+25 𝑟
P = 242,2 ( ) √ 𝐼 (v-vc)2 x 10-5 kW / phasa
δ

50 ℎ𝑧+25 1,25
= 242,2 ( ) √13,5 (70,71067- 30,24 kV)2 x 10-5 kW / phasa
0.9753

= 92,83 kW/phasa

Bahan Porselen

𝑓+25 𝑟
P = 242,2 ( δ
) √ 𝐼 (v-vc)2 x 10-5 kW / phasa

50 ℎ𝑧+25 1,25
= 242,2 ( ) √13,5 (70,71067- 34,58 kV)2 x 10-5 kW / phasa
0.9753

= 62,36 kW/phasa

Bahan Porselen

𝑓+25 𝑟
P = 242,2 ( ) √ 𝐼 (v-vc)2 x 10-5 kW / phasa
δ

50 ℎ𝑧+25 1,25
= 242,2 ( ) √13,5 (70,71067- 46,87 kV)2 x 10-5 kW / phasa
0.9753

= 16,74 kW/phasa

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

X. TUGAS AKHIR

1. Buatlah grafik hubungan wisthand test, discharge test dan breakdown test terhadap
Vb pengujian! 3 grafik

Jawab :

2. Jelaskan hubungan dari grafik nomor 1!

3. Analisis hasil data pengamatan corona!

4. Sebutkan kelebihan dan kekurangan dari isolator padat yang diuji!

Jawab :

Porselen (keramik)

Kelebihan:

• Stabil

• Mempunyai kekuatan mekanik yang baik


• Harganya relative murah

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

• Tahan lama

Kekurangan:

• Mudah pecah

• Berat

• Berlubang akibat pembuatan kurang sempurna

• Bentuk geometri kompleks

Bahan gelas

Kelebihan:

• Kuat dielektriknya tinggi, sekitar 140 kV/cm

• Koefesien muainya rendah

• Mudah didesain (karena kuat dielektrikanya tinggi)

• Kuat tekannya lebih besar daripada porselin

• Karena sifatnya yang tembus pandang, adanya keretakan, ketidakmurnian bahan,


adanya gelembung

• udara dan pecahnya isolator mudah diketahui

• Bahan hampir merata (homogen)

Kekurangan:

• Uap air mudah mengembun pada permukaannya.

• Untuk dipergunakan pada sistem tegangan yang tinggi, gelas tidak dapat dicor dalam
bentuk yang tidak beraturan, karena pendinginan yang tidak teratur akan
menimbulkan tekanan dari dalam.

• Mudah pecah

Bahan polimer

Kelebihan:

• Ringan

• Bentuk geometri sederhana

• Tahan terhadap polusi

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

• Waktu pembuatan lebih singkat

• Tidak dapat lubang karena pembuatan

Kekurangan:

• Penuaaan atau degradasi

• Mahal

• Kekuatan mekaniknya kecil

• Kompabilitas material

5. Dari pengujian, hitunglah:


0,386.𝑏 0,386.760 𝑚𝑚𝐻𝑔
δ= 273+𝑇 = 273+27,8
= 0,9753

Bahan Kaca
𝐼
V = m.g. δ log 𝑟

13,5 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm log 1,25 𝑐𝑚 = 30,24 Kv

Bahan Porselen
𝐼
V = m.g. δ log 𝑟

19 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm log 1,25 𝑐𝑚 = 34,58 kV

Bahan Polimer
𝐼
V = m.g. δ log
𝑟

50 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm log = 46,87 kV
1,25 𝑐𝑚

b. Visual critical voltage untuk local corona dan general

Bahan Kaca
𝐼
V = m.g. δ log 𝑟

0,3 𝑐𝑚 13,5 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm (1 log log
√0,9753.1,25 𝑐𝑚 𝑐𝑚 1,25 𝑐𝑚

= 38,45 kV

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Bahan Porselen
𝐼
V = m.g. δ log 𝑟

0,3 𝑐𝑚 19 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm (1 log log 1,25 𝑐𝑚
√0,9753.1,25 𝑐𝑚 𝑐𝑚

= 43,97 kV

Bahan Polimer
𝐼
V = m.g. δ log 𝑟

0,3 𝑐𝑚 50 𝑐𝑚
= 0,8 x30 kV x 0,9753 x 1,25 cm (1 log log 1,25 𝑐𝑚
√0,9753.1,25 𝑐𝑚 𝑐𝑚

= 59,61 kV

c. Rugi-rugi corona
100
Tegangan Fasa netral V= = 70,71067
√2

Bahan Kaca

𝑓+25 𝑟
P = 242,2 ( ) √ 𝐼 (v-vc)2 x 10-5 kW / phasa
δ

50 ℎ𝑧+25 1,25
= 242,2 ( )√ (70,71067- 30,24 kV)2 x 10-5 kW / phasa
0.9753 13,5

= 92,83 kW/phasa

Bahan Porselen

𝑓+25 𝑟
P = 242,2 ( δ
) √ 𝐼 (v-vc)2 x 10-5 kW / phasa

50 ℎ𝑧+25 1,25
= 242,2 ( ) √13,5 (70,71067- 34,58 kV)2 x 10-5 kW / phasa
0.9753

= 62,36 kW/phasa

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Bahan Porselen

𝑓+25 𝑟
P = 242,2 ( δ
) √ 𝐼 (v-vc)2 x 10-5 kW / phasa

50 ℎ𝑧+25 1,25
= 242,2 ( ) √13,5 (70,71067- 46,87 kV)2 x 10-5 kW / phasa
0.9753

= 16,74 kW/phasa

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

XI. ANALISA

Pada praktikum modul VII ini berjudul Pengujian Tegangan Tembus Arus Bolak-Balik Pada
Isolator Padat. Tujuan dari percobaan modul ini yaitu untuk mengetahui besarnya tegangan tembus
atau kegagalan isolasi pada isolator padat, mengetahui tentang faktor pengaruh terhadap kegagalan
isolasi pada isolator padat, dan untuk mengetahui ketahanan Isolasi (pengujian withstand-test) dengan
tegangan distribusi (20kV). Alat dan bahan yang digunakan adalah Power Supply Cable (PSC),
Control Unit (CU), HV Test Transformer (TT), Current Limiting Resistance (CLR), RC Divider
(RCD), High Voltage Divider (HVD), Floor Pedestal (FP), unit Connecting Line (CL), Earth Cable
(EC), Space Ball Current-Limiting Resistor (SB-CLR), Manual Discharge Space Ball (SB), Support
Insulator (SI), High Voltage Filter Capasitor (FC), Isolator Keramik, Isolator Kaca . control unit
sebagai penyupply tegangan primer, 1 set control unit terhubung rangkaian, pada control unit terdapat
kabel kuning terhubung dengan grounding, kabel merah terhubung dengan trafo, kabel hijau terhubung
dengan alat instrumen dan kabel hitam terhubung dengan tegangan PLN sebesar 220V. High Voltage
Divider (HVD) sebagai pengukur tegangan sekunder. Untuk membangkitkan tegangan tinggi terdapat
transofrmator uji yang tersambung dengan CLR (Current Limiting Resistor), CLR dihubugn ke RC
Divider, dan terhubung ke kawat penghantar didalam camber. Didalam camber sendiri terdapat satu
buah isolator uji yang langsung terhubung ke kabel grounding. Lalu ada 2 buah isolator tambahan
dikanan dan kiri sebagai penompang kawat dan juga sebagai pemisah antara bagian yang bertegangan
dan yang tidak bertegangan. Isolator yang kita gunakan pada praktikum modul ini ada dua yaitu isolator
jenis keramik dan isolator jenis kaca.

Isolator pada merupakan alat untuk menopang kawat penghantar pada tiang-tiang listrik yang
digunakan untuk memisahkan secara elektris dua buah kawat atau lebih agar tidak terjadi kebocoran
arus (leackage current) atau flash over yang akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada system
jaringan tenaga listrik. Beberapa fungsi dari isolator padat ini yakni sebagai pemisah antar konduktor,
untuk meikul beban mekanis yang disebabkan oleh berat penghantar dan gaya Tarik penghantar, dan
menjaga agar jarak antar penghantar tetap (tidak berubah). Konfigurasi atau string dari isolasi pada ini
terdapat beberapa yakni Vstring, Horizontal string dan double string yang digunakan pada saluran
udara tegangan tiinggi yang tegangannya berkisar 36 kV hingga 150 kV. Kemudian terdapat quadruple
string yang biasanya digunakan pada saluran udara tegangan ekstra tinggi dengan tegangan berkisar
dari 150 kV hingga 750 kV. Dan single string yang biasanya digunakan pada saluran udara tegangan
menengah untuk distribusi dengan tegangan berkusar 1 kV hingga 36 kV. Bentuk dari isolator padat
terdapat 3 jenis yakni isolator piring biasanya digunakan di Menara, isolator tipe post biasanya banyak
digunakan di dalam peralatan, dan isolator long rod biasanya digunakan pada Menara dan gardu induk.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

Kegagalan yang dapat terjadi pada isolasi yakni breakdown, flashover yang merupakan lompatan
api listrik yang melalui permukaan isolasi, dan sparkover yang terjadi pada arcihon. Sparkover sendiri
merupakan percikan api yang tidak melewati permukaan isolator. Parameter yang membedakan suatu
isolator dengan isolator lainnya yakni jarak minimum antar sirip agar Ketika terjadu hujan tidak terjadi
jembatan air yang tercipta pada antar sirip. Kemudian perbandingan jarak antar sirip dengan rentengan
sirip. Lalu kemiringan sirip yang harus diatur agar air atau debu yang menempel pada isolator padat
mudah jatuh ke bawah. Dan factor jarak rambat. Isolatr padat sendiri berfungsi layaknya kapasit or
yakni menyimpan muatan, apabila muatannya berlebih maka muatannya digroundingkan.

Pada bahan-bahan isolator padat juga dapat terjadi kerusakan. Kerusakan pada isolator polimer
dan kaca anatar lain isolator dapat pecah yang disebabkan oleh pemuaian yang tidak merata dan
konstruksi yang terjadi di dalam semen, baja, dan bahan dielektrik. Bahan isolasi yang berlubang-
lubang, bahan tidak dapat mengkilap atau tidak licin jika tidak licin maka nantinya menyebabkan
adanya air atau debu, tekanan secara mekanis jika tidak tinggi dan diberi beban mekanis besar maka
akan rusak, dan tembus listrik (breakdown) dan dewat denyar (flashover). Isolator piring gelas Ketika
telah pecah akan meninggalkan bongkol isolator yang disebut dengan istilah stub. Peristiwa ini
menyebabkan jarak rambat yang semakin dekat antar dua lempengan logam yakni antara sikat dan
fitting pemisah sehingga tahanan permukaan isolasi yang menjadi berkurang. Tahanan isolasi tersebut
akan menyebabkan kenaikan arus bocor pada permukaan isolator sehingga memungkinkan terjadinya
external arc. erdapat beberapa factor yang mempengaruhi kualitas pada isolator padat yakni factor usia
semakin lama kita menggunkan isolator maka kekuatan dielektrik akan semakin berkurang, thermal
(panas) yang mana jika sering terkena panas maka kualitas bahan isolator akan turun, bahan tidak
mengkilap, bahan yang berlubang, dan polutan yang menempel pada isolator yang dapat
mempengaruhi kualitas isolator padat.

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN
Dennis Auldentio Wenas
202011359

XII. KESIMPULAN

1. Mengetahui besarnya tegangan tembus atau kegagalan isolasi pada isolator padat
2. Mengetahui tentang faktor pengaruh terhadap kegagalan isolasi pada isolator padat.
Factor yang mempengaruhi kualitas pada isolator padat yakni factor usia (aging) semakin lama
kita menggunkan isolator maka kekuatan dielektrik akan semakin berkurang, thermal (panas)
yang mana jika sering terkena panas maka kualitas bahan isolator akan turun, bahan tidak
mengkilap, bahan yang berlubang, dan polutan yang menempel pada isolator yang dapat
mempengaruhi kualitas isolator padat.
3. Mengetahui ketahanan Isolasi (pengujian withstand-test) dengan tegangan distribusi (20kV)

Laboratorium Teknologi dan Peralatan Tekanan Tinggi


IT PLN

Anda mungkin juga menyukai