Anda di halaman 1dari 6

Catatan Hukum Lingkungan

Theresia Endah K H FH UI 2014 1


penggabungan instrument harus responsive terhadap pelanggaran, semakin tinggi
pelanggaran, semakin berat responnya. -> responsive regulation ..........
Selama ini kita berpikir bahwa pihak yang melaksanakan regulation itu hanya dua,
yaitu:
1. regulator -> negara
2. regulated community -> masyarakat/pemegang izin
Sebenarnya, menurut smart regulation, harus ada 3 arah, yaitu pemerintah,
masyarakat, business communities.
Perkembangan hukum lingkungan dilihat dari sudut pandnag penaatannya:
1. sepenuhnya mengandalkan pemerintah -> penegakan hukum
2. instrument ekonomi
3. self critical -> taat tanpa ada yang nyuruh,melainkan karena kesadaran diri
sendiri.
self critical memiliki banyak instrument, mulai dari self regulation, penghargaan,
audit lingkungan yang sukarela, dll.
baca penjelasan pasal 32 tahun 2009 yang menyatakan bahwa : Upaya preventif
dalam rangka pengendalian dampak lingkungan hidup perlu dilaksanakan dengan
mendayagunakan secara maksimal instrumen pengawasan dan perizinan. Dalam hal
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sudah terjadi, perlu dilakukan upaya
represif berupa penegakan hukum yang efektif, konsekuen, dan konsisten terhadap
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang sudah terjadi.
Jadi, sebenarnya UU kita agak kurang konsisten menjelaskan maksud dari upaya
penegakan hukum administrasi. biasaanya penegakan hukum administrasi punya
karakter pencegahan yang lebih ketara dibandingkan yang lain. Jika seseorang harus
memenuhi baku mutu effluent dan ia akan mendapat sanksi jika effleuntnya
melampaui baku mutu effluent, maka itu sudah kita sebut sebagai upaya pencegahan
karena sebelum pencemaran terjadi, sudah ada penegakan hukum.
Beberapa sanksi administrasi yang akan dijelaskan, fungsi utamanya adalah benarbenar untuk pencegahan, Berbeda dengan pidana yang misalkan tujuan utamanya

Catatan Hukum Lingkungan


Theresia Endah K H FH UI 2014 2
adalah memberikan efek jera. Tapi, ternyata di sini ternyata sanksi perdata maupun
pidana dianggap sebagai upaya preventif.
uu 23 tahun 97 tentang ultimum remidium, tentang kaitan antara sanksi administrasi
dengan sanksi pidana. Dalam uu 23 tahun 97, sanksi pidana hanya bisa diterapkan jika
telah ada penegakan hukum yang lain dulu (sanksi perdata atau administrasi). Kalau
sekarang, sanksi pidana bisa diterapkan secara langsung. Ultimum remidium hanya
berlaku terhadap pasal 100.
Privat : Sanksi perdata -> tujuannya untuk mengembalikan hak-hak seseorang yang
dirugikan.
public : sanksi pidana -> tujuannya untuk menghukum, memberikan efek jera.
Bagaimana membedakan yang public antara pidana dengan administrasi? dilihat dari
tujuan hukuman. Kalau pidana, tujuannya adalah hukuman memberikan efek jera
dan biasanya diberikan ketika tindak pidana sudah terjadi, akibat sudah terjadi. Kalau
administrasi, pengawasan dilakukan agar pelanggaran tidak terjadi.
Jenis sanksi administrasi:
1. bisa tidak sanksi administrasi diakumulasikan dengan sanksi administrative
lain?
Bisa dan tidak. Bisa, jika sanksi yang sifatnya reparatoir disatukan dengan
sanksi yang sifatnya punitive. Tapi, sanksi yang sifatnya reparatoir tidak
bolehdisatukan dengan sanksi yang sifatnya reparatoir juga. Contohnya adalah
Alvin tidak bayar kereta 3 ribu, ia ditendang dari kereta dan juga dipaksa
membayar. Itu tidak boleh. Yang boleh adalah dia dsuruh bayar uang kereta
dan bayar dendanya. Jadi, tidak boleh paksaan dijatuhkan bersama-sama
dengan uang paksa secara bersama-sama. Yang boleh adalah paksaan
tidak dilakukan, baru muncul uang paksa. Karena tujuan si uang paksa
adalah agar ia taat.
2. bisa tidak sanksi administrasi diakumulasikan dengan sanksi pidana?
Ada yang namanya yaitu prinsip di mana jika pemerintah telah
mengambil satu jalur penegakan hukum, maka ia tidak bisa menggunakan

Catatan Hukum Lingkungan


Theresia Endah K H FH UI 2014 3
jalur penegakan hukum lainnya untuk pelanggaran yang sama. Jadi, jika ia
sudah diberikan sanksi administrasi, ia tidak bisa diberikan sanksi pidana
untuk pelanggaran yang sama. Unaviah artinya adalah satu jalan. Di belanda,
ini hanya berlaku bagi denda administrative dan pidana. Jadi harus milih.
Kenapa? karena denda administrasi adalah sanksi yang sifatnya menghukum,
sama dengan pidana yang juga sifatnya menghukum. Kalau sanksinya sifatnya
reparatoir, baru boleh digabungin.
COMMAND AND CONTROL
Command (perintah)
Kewajiban apa saja yang dimiliki oleh pelaku usaha?
-

punya izin usaha


punya izin lingkungan
memberikan informasi lingkungan
menaati baku mutu standar
dll

Terkait izin, selain izin lingkungan, izin apalagi yang ada dalam UU? izin usaha,
izin pembuangan limbah (pasal 60 UU 32/2009), Izin pengolahan limbah,
Dari command yang banyak ini, command tersebut akan diawasi. Untuk apa
command tadi diawasi? Supaya tidak terjadi pelanggaran. Apabila terjadi
pelanggaran, maka akan ada sanksi. Pengawasan dan penjatuhan sanksi ini adalah
komponen dari control
Control
Pengawasan
Siapa yang punya hak untuk mengawasi? Menteri lingkungan hidup, gubernur,
bupati/walikota., dll (pasal 71 UU PPLH).Artinya, wewenang untuk mengawasi
diberikan secara atributif oleh UU kepada orang2 yang ada dalam pasal 71.
Atribusi bukan hanya tentang siapa saja yang berwenang melakukan

Catatan Hukum Lingkungan


Theresia Endah K H FH UI 2014 4
pengawasan, namun juga jenis pengawasannya. Apa yang menurut UU boleh
diawasi oleh ketiga orang tadi? Jadi, UU ini menjelaskan siapa saja yang
mempunyai kewenangan mengawasi, dan apa saja jenis pengawsaannya.
Yang diawasi adalah
1. ketaatan terhadap izin lingkungan (pasal 72)
2. ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang LH (pasal
71 ayat 1).
Apakah ada pendelegasian? Ada. Pasal 71 ayat 2. Kalau mau ada delegasi,
delegasi ke siapa? Ke pejabat/instansi teknis yang bertanggung jawab di bidang
PPLH, misalnya dinas.
selain dari delegasi dan atribusi, ada apalagi? Mandat. Kira-kira bisa mandate ga?
Bisa. Misalnya adalah kewenangan yang diberikan menteri kepada pejabat
pengawas untuk melakukan pengawasan. orang / pejabat pengawas yang disuruh
untuk menjalankan pengawasan berdasarkan mandate karena dia bekerja atas
perintah dinas menteri/gubernur/walikota.
Sebenarnya, pengawasan dilakukan oleh pemberi izin. Kenapa? Untuk
memudahkan proses penegakan hukum. Namun, berdasarkan pasal 73, Menteri
boleh step in dengan melakukan pengawasan jika ada pelanggaran yang serius
terhadap peraturan perundang-undangan (second line inspection). Ada banyak
praktik terkait hal ini. Misalnya reklamasi pulau G, sebenarnya kewenangan
pemerintah daerah, namun kemudian menteri lingkungan melakukan pengawasan.
Tadi, pengawasan dilakukan terhadap ketaatan izin lingkungan dan peraturan
perundang-undangan. Namun, dalam penjatuhan sanksi dalam pasal 76 ayat 1,
meteri,

gubernur

walikota

hanya

berhak

menjatuhkan

sanksi terhadap

pelanggaran terhadap izin lingkungan saja. Boleh tidak kewenangan ini


didelegasikan? Tidak boleh, karena tidak ada pengaturan boleh didelegasikan.
Selain second line inspection, ada juga second line enforcement, yaitu di pasal 77
UUPPLH yang memberikan wewenang kepada menteri untuk memberikan sanksi.

Catatan Hukum Lingkungan


Theresia Endah K H FH UI 2014 5
Apa kewenangan dari Pejabat pengawas yang tadi ditetapkan oleh menteri?
Banyak kewenangannya, salah satunya adalah menghentikan pelanggaran.
Kewenangan menghentikan pelanggaran sebenarnya mirip dengan sanksi. Ini
sudah masuk ke dalam penjatuhan sanksi. Artinya, PPLH memiliki kewenangan
menjatuhkan sanksi pula. Lalu, apa bedanya sanksi ini dengan sanksi
administrasi? Kalau sanksi administrasi, bentuknya adalah tindakan hukum,
sedangkan sanksi yang dijatuhkan oleh PPLH ini adalah tindakan nyata, tidak
perlu ada sanksi yang didahului oleh surat.
SANKSI
Permen 2 tahun 2013.
Sebenarnya, jika mau kembali ke jalan yang lurus secara teori, sanksi administrasi
ada 3 jenis, yaitu:
1. reparatoir -> tujuannya adalah menghentikan pelanggaran. Contohnya adalah
paksaan pemerintah dan uang paksa (dwangsom). Tujuan si uang paksa adalah
memaksa seseorang menaati paksaan pemerintah.
Paksaan pemerintah ada di pasal 80 ayat 1 dan pasal 81 UU PPLH. Menurut
Pak AGW, di Indonesia sanksi administrasi itu ada tindakan nyata dan
tindakan hukumnya.
2. punitif -> tujuannya adalah untuk menghukum. Contohnya adalah denda
administrasi.
3. regresif -> dapat ditarik sebagai reparatoir atau kuritif. Regresif ini adalah
mengendalikan ke kondisi hukum semula sebelum terjadi pelanggaran.
Pelanggaran kerapkali dilakukan karena keuntungan yang diperoleh akan lebih
besar dibandingkan sanksi yang nanti diterima. Sanksi apabila hanya
reparatoir saja, itu belum cuup, karena masih ada kemungkinan pelaku akan
melakukan tindakan yang sma akarena keuntungan yang diperoleh denga
melakukan tindakan itu lebih besar disbanding tidak melakukannya. Terlebih,
belum tentu 100% tindakan tersebut akan terdeteksi. Maka, dibutuhkan sanksi
yang bersifat menghukum, bukan hanya paksaan saja.
Pasal 81 UUPPLH sifatnya adalah reparatoir karena tujuannya agar orang taat
terhadap paksaan. Dengan melihat pasal ini, maka dapat dilihat bahwa

Catatan Hukum Lingkungan


Theresia Endah K H FH UI 2014 6
Indonesia

tidak

mengenal

denda

administrative

yang

sifatnya

menghukum.
Sanksi administrative menurut UUPPLH itu urutannya adalah teguran tertulis
dulu, kecuali apabila ada ancaman serius, bisa langsung ke paksaan
pemerintah, baru kemudian ke pembekuan atau pencabutan.

Anda mungkin juga menyukai