Anda di halaman 1dari 2

Hadits keutamaan raudhah

Syaikh Abdullah bin Jibrin rahimahullah ketika ditanya mengenai hadits:



antara rumahku dan mimbarku adalah taman (raudhah) dari taman-taman surga
Beliau menjelaskan: hadits ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari Ali bin Abi Thalib dan
Abu Hurairah dan beliau menilai hadits ini hasan gharib dari Ali. Juga diriwayatkan oleh
Imam Ahmad, Muslim dan selainnya dari jalan lain yang di dalamnya terdapat tambahan:

dan mimbarku (kelak) akan berada di atas telagaku
Makna hadits ini menyatakan bahwa area tersebut (raudhah) memiliki kemuliaan dan
keutamaan. Barangsiapa yang shalat di sana seakan-akan ia telah duduk di taman dari tamantaman surga. Sehingga menjadikan shalat yang dilakukan di sana berpahala banyak.
Sebagaimana juga shalat di bagian masjid Nabawi yang lain dilipat-gandakan pahalanya 1000
kali dari shalat di masjid lain kecuali masjidil haram[1].
Disunnahkan beribadah di raudhah
Syaikh Abdullah bin Jibrin rahimahullah juga mengatakan: raudhah adalah area di
sekitar mimbar yang biasa digunakan oleh Nabi Shallallahualaihi Wasallam untuk
berkhutbah. Berdasarkan hadits yang telah disebutkan di atas, raudhah ini termasuk dalam
taman-taman surga. Oleh karena itu disunnahkan shalat di raudhah baik shalat fardhu ataupun
shalat sunnah. Demikian juga disunnahkan itikaf atau duduk untuk berdzikir atau membaca
Al Quran di sana. Karena beribadah di sana terdapat pelipat-gandaan pahala [2].

Beberapa kesalahan-kesalahan di raudhah


Walaupun dianjurkan beribadah di raudhah, para ulama juga memperingatkan beberapa
kesalahan yang wajib dijauhi ketika berada di-raudhah. Diantaranya adalah:

Ikhtilath (campur-baur) antara lelaki dan wanita di-raudhah

Ngalap berkah kepada kuburan Nabi Shallallahualaihi Wasallam dengan cara


mengusap-usap dindingnya atau dengan cara lainnya

Masuk ke raudhah bermaksud untuk mendekat kepada kuburan Nabi dan


beribadah kepada kuburan Nabi Shallallahualaihi Wasallam

Ngalap berkah dengan mimbar Nabi Shallallahualaihi Wasallam dengan cara


mengusap-usapnya

Syaikh Abdullah bin Jibrin menjelaskan, kami berpandangan bahwa tidak boleh bagi wanita
untuk shalat di raudhah jika di sana ada para lelaki, atau jika dikhawatirkan mereka terlihat
oleh para lelaki. Juga tidak dibolehkan jika tujuan masuk ke raudhah adalah untuk mendekati
kuburan Nabi. Adapun jika di masjid tidak terdapat lelaki maka tidak mengapa wanita masuk
ke raudhah yang letaknya antara mimbar dan rumah Nabi untuk melakukan shalat atau ibadah
sunnah lainnya.
Beliau melanjutkan, Dan tidak diperbolehkan juga baik bagi wanita maupun laki-laki untuk
mengusap-usap dinding kuburan Nabi atau pun mengusap-usap mimbar Nabi ataupun benda
lainnya yang ada di raudhah. Yang dituntut ketika berada di raudhah adalah mengerjakan
shalat fardhu ataupun shalat sunnah dengan penuh kekhusyukan dan menghadap ke kiblat
(bukan ke kuburan Nabi, pent.) [3].
Demikian uraian yang singkat ini, semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai