Permanganometri
Permanganometri
PERMANGANOMETRI
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa dapat melakukan standarisasi larutan permanganat.
2. Mahasiswa dapat menentukan kadar besi sebagai besi(II).
3. Untuk memahami reaksi-reaksi reduksi dan oksidasi dengan kalium permanganat.
II. LANDASAN TEORI
A. Analisis Volumetri
Proses analisis untuk menentukan jumlah yang tidak diketahui dari suatu zat
dengan mengukur volume larutan pereaksi yang diperlukan untuk reaksi sempurna
disebut analisis volumetri. Analisis ini juga menyangkut penguluran volume gas. Proses
pengukuran volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam
larutan lain yang diketahui volume sampai terjadi reaksi sempurna disebut titrasi.
Larutan yang diketahui konsentrasinya disebut larutan standar (Erik,dkk, 2011)
Titik ketika reaksi tepat berlangsung sempurna disebut titil ekivalen. Untuk
mengetahui titik ekivalen digunakan indikator, yang akan mengalami perubahan warna
ketika terdapat kelebihan pereaksi. Titik ini disebut titik akhir titrasi yang diharapkan
berimpit dengan titik ekivalen. Perbedaan antara titik ekivalen dan titik akhir titrasi
disebut kesalahan titrasi. Indikator yang dipilih untuk suatu titrasi harus memberikan
kesalahan yang sekecil mungkin. (Hiskia Achmad, 1996 : 170)
Syarat-syarat titrasi antara lain (Rivai, 1995) :
1. Reaksi harus berlangsung sempurna, secara stoikiometri dan tidak ada reaksi
samping.
2. Reaksi harus berlangsung cepat dan reversibel
3. Reaksi harus kuantitatif
4. Harus ada indikator (penunjuk akhir titrasi) baik langsung maupun tidak langsung.
5. Pada titik ekivalen reaksi harus diketahui titik akhir titrasi secara tajam.
B. Larutan Standar
Larutan standar adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya. Ada
beberapa cara dalam menstandarkan larutan, yaitu :
1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat
tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat.
Larutan ini disebut larutan standar primer, sedangkan zat yang digunakan disebut
standar primer.
2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat
kemudian melarutkannya untuk memperoleh volume tertentu, tetapi dapat
distandarkan dengan larutan standar primer, disebut larutan standar sekunder.
indicator. Dengan memandang tingkat kemudahan dan efisiensi maka titrasi redoks
dengan indicator sering kali yang banyak dipilih. Beberapa titrasi redoks menggunakan
warna titrant sebagai indikator contohnya penentuan oksalat dengan permanganate, atau
penentuan alkohol dengan kalium dikromat. Beberapa titrasi redoks menggunakan
amilum sebagai indicator, khususnya titrasi redoks yang melibatkan iodine. Indikator
yang lain yang bersifat reduktor/oksidator lemah juga sering dipakai untuk titrasi redoks
jika kedua indicator diatas tidak dapat diaplikasikan, misalnya ferroin, metilen, blue, dan
nitroferoin.
Contoh
titrasi
redoks
yang
terkenal
adalah
iodimetri,
iodometri,
Permanganat (KMnO4)
telah
banyak
digunakan
sebagai
agen
pengoksidasi selama lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah,
tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat
encer. Satu tetes permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas pada
volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini
dipergunakan untuk mengindikasikan kelebihan reagen tersebut.
Permanganat mengalami beragam reaksi kimia, karena Mangan(Mn) dapat
dalam kondisi +2, +3, +4, +6, +7. Reaksi yang paling umum ditemukan dalam
laboratorium adalah reaksi yang terjadi dalam larutan-larutan yang bersifat asam 0,1 N
atau lebih besar :
MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O
Eo = +1,51 V
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan reaksi ini,
namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis
untuk mempercepat reaksi. Permanganat adalah agen unsur pengoksidasi yang cukup
kuat untuk mengoksidasi Mn (II) menjadi MnO 2 sesuai dengan persamaan (Day, R.A dan
Underwood, 2001) :
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O 5 MnO2(s) + 4H+
Penetapan kadar zat dengan permanganometri dapat dilakukan ddalam suasana asam
/ basa atau netral. Metode Asam digunakan apabila dalam sampel mengandung ion Cl
kurang dari 300 ppm, reaksinya :
2 KMnO4 + 2 H2SO4 K2SO4 + 2 MnSO4 + 2 H2O
Metode Basa digunakan apabila dalam air mengandung ion Cl lebih besar dari 300
ppm, reaksinya :
2 KMnO4 + H2O 2 MnO2 + 2 KOH
(Ana dan Yusrin, 2010)
E. Standarisasi KMnO4
Kalium
Permanganat
bukanlah
standar
primer. Sangat
sukar
untuk
mendapatkan pereaksi ini dalam keadaan murni, bebas sama sekali dari mangan
dioksida.Apa lagi, air yang dipakai sebagai pelarut sangat mungkin masih mengandung
zat
pengotor
lain
yang
dapat
mereduksi
Permanganat
menjadi
Mangan
dioksida (MnO2). Adanya zat ini sangatlah mengganggu, karena akan mempercepat
penguraian dari larutan permanganat setelah didiamkan.
Reaksi Penguraian :
4MnO4- + 2H2O 4MnO2- + 3O2- + 4OH-
Permanganat merupakan oksidasi yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn(II) menjadi
MnO2 menurut persamaan :
2MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral.
Larutan
Kalium
Permanganat(KMnO4)
dapat
distandarisasikan
dengan
menggunakan arsen (III) oksida atau Natrium Oksalat sebagai larutan standar
primer,larutan standar sekunder meliputi besi logam, dan besi (II) etilenadiamonium
sulfat ( etileradiamina besi (II) sulfat), FeSO 4, C2H4(NH3)2SO4, 4H2O (Basset, J. dkk,
1984 : 212).
Larutan KMnO4 standar dapat juga digunakan secara tidak langsung dalam
penetapan zat pengoksida, terutama oksida yang lebih tinggi seperti logam timbal dan
mangan, oksida semacam itu sukar dilarutkan dalam asam atau basa tanpa mereduksi
logam itu ke keadaan yang lebih tinggi. Tidak praktis untuk menitrasi zat ini secara
langsung karena reaksi dari zat padat dengan zat pereduksi berjalan lambat (Day, R. A
dan Underwood, 2001).
Oleh karena itu sampel diolah dengan kuantitasnya yang berlebih diketahui
sesuatu zat peruduksi dan dipanasi agar reaksi lengkap. Kemudian kelebihan zat
pereduksi dititrasi dengan Permanganat standar. Berbagai zat pereduksi dapat digunakan
seperti
AS2O3 dan
N2C2O4. Analisis
pirolusit,
atau
bijih
yang
mengandung
MnO2 merupakan latihan yang lazim bagi mahasiswa. Reaksi MnO2 dengan HASO2 :
MnO2(s) + HASO2 + 2H+ Mn2+ + H3AsO4
Dalam larutan yang bersifat basa, KMnO4 agar mudah mengoksidasi ion-ion iodida,
sionida, tiosianat, dan beberapa senyawa organik dioksidasi oleh kalium permanganat
menjadi oksalat, bukan menjadi karbondioksida (Rivai, 1995).
Larutan baku KMnO4 dibuat dengan melarutkan sejumlah Kalium Permanganat
dalam air, mendidihkannya selama delapan jam atau lebih, kemudian saring endapan
MnO2 yang terbentuk, lalu dibakukan dengan zat baku utama. Zat baku utama yang
lazim dipakai adalah Natrium Oksalat. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan
tersebut adalah sebagai berikut :
5C2O42- + 2MnO42- + 16H+ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Titik titrasi akhir ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan oleh
kelebihan Permanganat (Rivai, 1995).
Sifat Fisika
Berat molekul : 197,12 g/mol.
Titik didih : 32,350C
Titik beku : 2,830C.
Bentuk : Kristal berwarna
ungu-kehitaman
5. Densitas : 2,7 kg/L pada 20C
Sifat Kimia
1. Larut dalam metanol.
KMnO4 + CH3OH CH3MnO4 + KOH
2. Mudah terurai oleh sinar.
4KMnO4 + H2O 4 MnO2 + 3O2
+4KOH
3. Dalam suasana netral dan basa akan
tereduksi menjadi MnO2.
4KMnO4 + H2O 4 MnO2 + 3O2
+4KOH
4. Kelarutan dalam basa alkali berkurang jika
volume logam alkali berlebih.
5. Merupakan zat pengoksidasi yang kuat.
6. Bereaksi dengan materi yang tereduksi dan
mudah terbakar menimbulkan bahaya api dan
ledakan.
(Mulyono,2005)
Sifat Kimia
1. Hasil reaksi dari asam oksalat dengan
natrium hidroksida
H2C2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O
2. Bersifat toksik
3. Merupakan standar primer
Sifat Kimia
1. Merupakan asam kuat.
2. Bersifat korosif.
3. Memiliki afinitas yang sangat besar terhadap
air.
4. Bersifat sangat reaktif.
5. Merupakan asam bervalensi dua.
6. Diperoleh dari reaksi SO3 dengan air.
SO3 + H2O H2SO4
7. Besi (Fe)
1.
2.
3.
4.
Sifat Fisika
Berat molekul : 55,847 g/mol.
Titik leleh : 1537C.
Titik didih : 3000C.
Bentuk : Padatan berwarna putih
abu-abu
5. Densitas : 7,874 kg/L pada 20 C
6. Fase padat.
7. Berwarna metalik mengkilap
keabu-abuan.
8. Termasuk dalam golongan logam
transisi.
Sifat Kimia
1. Derajat keasamannya meningkat sebanding
dengan peningkatan bilangan oksidasinya.
2. Tingkat hidrolisis besi meningkat sebanding
dengan peningkatan bilangan valensinya.
3. Pada temperatur kamar, besi bersifat sangat
stabil.
4. Tidak larut dalam asam nitrat.
5. Larut dalam larutan natrium hidroksida
panas.
6. Konfigurasi elektronnya adalah 3d6 4s2.
(Mulyono,2005)
8. Air (H2O)
1.
2.
3.
4.
5.
Sifat Fisika
Berat molekul : 18.0153 g/mol
Titik leleh : 0C
Titik didih : 100C
Berat jenis : 0.998 gr/cm3
Berupa cairan yang tidak
Sifat Kimia
1. Memiliki keelektronegatifan yang lebih kuat
daripada hidrogen.
2. Merupakan senyawa yang polar.
3. Memiliki ikatan van der waals dan ikatan
hidrogen.
4. Dapat membentuk azeotrop dengan pelarut
lainnya.
5. Dapat dipisahkan dengan elektrolisis
menjadi oksigen dan hidrogen.
B. Bahan
1. KMnO4
2. H2SO4 encer
3. Aquades
4. Larutan Sampel
CARA KERJA
A. Standarisasi larutan KMnO4 dengan natrium oksalat
Timbang 0,3 gram Na-oksalat dimasukkan dalam gelas beker
Penambahan 250 mL aquades
Penambahan H2SO4 pekat 12,5 mL
Pemanasan sampai suhu 70C
Penitrasian dengan KMnO4
Pencatatan volume
Hasil
B. Menentukan Ion Ferro
25 mL larutan sampel dimasukkan dalam gelas beker
Penambahan H2SO4 25 mL
Titrasi dengan KmnO4 0,1 N
Hasil
V.
DATA PENGAMATAN
A. Standarisasi larutan KMnO4 dengan Natrium Oksalat
Volume KMnO4 (mL)
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3
V rata-rata
Pengamatan
Terjadi perubahan
4,1
4,03
5,9
V rata-rata
5,7
5,83
Pengamatan
Terjadi perubahan
wana dari kuning
merah muda
VI.
ANALISIS DATA
A. Standarisasi larutan KMnO4 dengan Natrium Oksalat
Persamaan reaksi :
5 Na2C2O4 + 2 KMnO4 + 8 H2SO4 2 MnSO4 + K2SO4 + 5 Na2SO4 + 8H2O + 10
CO2
= 0,1 N
x1
Fe2+ Fe3+ + 1e
x5
Dalam 25 mL larutan :
V1 . N1
= V2 . N2
Miligram Fe = BE Fe x mgrek Fe
= 56 x 0,583
= 5,83 mL x 0,1 N
= 32,648 mg
= 0,583 mgrek
= 32,648 . 10-3 g
berat Fe
x 100
berat sampel
Fe=
1305,92 mg
x 100 =13,0592
10000 mg
PEMBAHASAN
Percobaan analisis kuantitatif dengan metode titrasi permanganometri ini
bertujuan untuk melakukan standarisasi larutan permanganat, menentukan kadar besi
sebagai besi(II) dan untuk memahami reaksi-reaksi reduksi dan oksidasi dengan kalium
permanganat.
A. Standarisasi Larutan Kalium Permanganat dengan Natrium Oksalat
Titrasi permanganimetri adalah titrasi dengan menggunaka larutan kalium
permanganat yang berwarna ungu. Kalium permanganat merupakan zat baku sekunder
karena kalium permanganat tidak stabil, mudah terurai oleh cahaya dan mudah terurai
oleh zat organik membentuk MnO2. Reaksi kalium permanganat dengan zat organik
terbilang sangat lambat sehingga ketika membuat larutan kalium permanganat harus
dipanaskan dan disaring dengan glaswol atau kacamasir, pemanasan berfungsi
diakibatkan oleh lamanya reaksi antara natrium oksalat dan kalium permanganat.
Pemanasan biasanya dilakukan pada suhu 70-80oC agar reaksi yang terjadi dapat bejalan
dengan cepat. Walaupun dengan temperatur yang dipertinggi reaksi mulai dengan
perlahanm, namun kecepatannya meningkat ketika ion mangan (II) terbentuk. Ion ini
dapat memberikan efek kinetiknya dengan cara bereaksi cepat dengan permangannat
untuk memberikan mangan. Reaksi yang terjadi antara oksalat dengan permanganat
adalah :
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Pada saat titrasi, larutan mengalami perubahan warna yang semula bening
menjadi warna pink. Hal ini menunjukan bahwa larutan tersebut telah mencapai titik
ekivalen dan berakhirnya titrasi dimana larutan KMnO 4 sebagai titran jumlah molnya
sama dengan jumlah mol pada titrat. Terjadinya perubahan warna karena MnO 4- (larutan
ungu) tereduksi oleh Na2C2O4 menjadi Mn2+ (merah muda). Volume rata-rata titrannya
adalah 4,03 mL dan berdasarkan perhitungan normalitas KMnO4 sebesar 0,1 N.
B. Menentukan Ion Ferro dalam Sampel
Banyaknya besi dari larutan sampel dihitung dari volume larutan KMnO 4 yang
diperlukan untuk titrasi yang sudah diketahui normalitasnya. Dalam percobaan ini,
sampel yang digunakan adalah sampel garam mohr dengan rumus kimia (NH 4)2Fe(SO4)2
atau sering kita sebut sebagai ferro amonium sulfat, karena besi sangat mudah di oksidasi
menjadi Fe3+ sehingga digunakan larutan kalium permanganat sebagai standar. Pada
sampel yang digunakan (garam mohr) yang seharusnya berwarna hijau kebiruan, terdapat
warna kuning, ini membuktikan bahwa sebagian besi II dalam garam mohr tersebut
sudah teroksidasi menjadi Besi III, sehingga ketika dilarutkan kedalam labu ukur pun,
warna sampel menjadi lebih kuning semu hijau.
Larutan sampel digunakan sebagai titrat dan KMnO4 sebagai titran. Sebanyak
25 mL sampel ditambah 25 mL H2SO4 1 N. Dalam titrasi permanganometri titrasi harus
dilakukan dalam suasana asam. Oleh karena itu, digunakan asam kuat yang dapat
mengionisasi sempurna dan dapat berfungsi untuk menciptakan suasana asam yang stabil
bukan sebagai indikator karena KMnO4 bersifat autoindikator. Dalam hal ini dipilih asam
sulfat (H2SO4) sebagai pencipta suasana asam yang paling baik dan juga berfungsi
mengikat air yang akan dipanaskan supaya menguap.
Selain itu penambahan asam sulfat bertujuan agar KMnO4 tereduksi menjadi
Mn2+, karena apabila dalam suasana netral atau basa, KMnO 4 akan tereduksi menjadi
endapan MnO2 yang berwarna coklat sehingga dapat mengganggu pengamatan.
Persamaan reaksinya sebagai berikut :
Suasana asam
Pada saat titrasi sampel, KMnO4 berfungsi mengoksidasi ion Fe2+ menjadi Fe3+,
sedangkan KMnO4 sendiri mengalami reaksi reduksi dari Mn 7+ menjadi Mn2+, dengan
reaksi (Harjadi,W : 1990) :
MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O
Fe2+ Fe3+ + 1e
Persamaan reaksi setaranya : MnO4- +5Fe2+ + 8H+ Mn2+ + 5Fe3++ 4H2O
Titrasi tidak menggunakan indikator karena KMnO4 merupakan autoindikator
(self indicator) yang berupa larutan berwarna ungu sehingga pada saat titrasi perubahan
warna pada sampel dapat dengan mudah diamati. Pada saat titrasi penentuan kadar besi II
tidak perlu dilakukan pada suhu panas, karena reaksi oksidasi pada besi oleh kalium
permanganat berlangsung secara cepat. Sehingga tidak perlu katalis ataupun pemanasan
untuk mempercepat reaksi.
Titrasi dilakukan dari mulai kuning bening, hingga berwarna pink semu (hampir
tidak terlihat) karena dalam titrasi pada saat Titik Akhir merupakan akibat dari kelebihan
sedikit titran setelah titik ekuifalen, yang merupakan kesalahan titrasi, oleh karena itu
untuk mendapatkan kesalahan yang sesedikit mungkin, maka kelebihan titran juga harus
sesedikit mungkin, yang ditandai dengan perubahan warna dari yang tadinya tidak
berwarna menjadi berwarna rose pucat.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh volume rata-rata yang
digunakan untuk titrasi sebanyak 5,83 mL. Dari data volume ini kita bisa mencari
miligrek besi sehingga dapat diperoleh massa besi yaitu 32,648 mg. Berdasarkan
perhitungan, berat Fe dalam 1L larutan adalah 1305,92 mg dengan kadar 13,0592%.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulakn sebagai berikut :
1. Standarisasi larutan kalium permanganat dengan natrium oksalat diperoleh hasil
normalitas kalium permanganat sebesar 0,1 N.
2. Berat besi(II) dalam sampel yang diperoleh sebesar 1305,92 mg dengan kadar
13,0592%
3. Permanganometri merupakan titrasi reduksi oksidasi dengan menggunakan larutan
baku permanganat.
DAFTAR PUSTAKA
Ana Hidayati M, dan Yusrin, 2010, Pengaruh Lama Waktu Simpan Pada Suhu Ruang (2729C) Terhadap Kadar Zat Organik Pada Air Minum Isi Ulang, Jurnal Penelitian
ISBN 978.979.704.883.9, Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang
Basset, J., Denney, R.C., Jeffery, G.H. dan Mendham, J., 1979, Text Book of Quantitative
Inorganic analysis Including Elementary Instrumental Analysis, Edisi Keempat,
Longman Group Limited, London
Day,R.A. dan A.L. Underwood, 1993, Analisa Kimia Kuantitatif Edisi ke-4,
Jakarta
Erlangga,
Didik Setiyo W, Hastuti R, dan Gunawan, 2002, Bahan Ajar Analisis Kuantitatif, Jurusan
Kimia FMIPA UNDIP, Semarang
Erik Prasetyo, Fika R.Myfakhir, 2011, Redox titration of iron using methylene blue as
indicator and its application in ore analysis, Asian Transactions on Basic & Applied
Sciences (ATBAS ISSN: 2221-4291) Volume 01 Issue 05, Bandar Lampung
Harjadi,W. 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta
Hiskia Achmad, 1996, Kimia Larutan, Citra Aditya Bakti, Bandung
K.B. Vinay, 2009, Permanganometric Determination Of Etamsylate In BulkDrug And In
Tablets, Chemical Industry & Chemical Engineering Quarterly 15(3) 149 157 UDC
543.42:66.09:54:615:661.12 Department of Chemistry, University of Mysore, India
Mulyono,HAM. 2005. Kamus Kimia Cetakan ke-3, Bumi aksara, Jakarta
Rivai, 1995, Asas Pemeriksaan Kimia.UI-Press, Jakarta
Svehla,1990, Vogel:Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I.
Kalman Media Pustaka, Jakarta
Lampiran
Jawaban Pertanyaan
1. Cara menentukan gram ekivalen reaksi oksidasi reduksi :
6. Natrium oksalat lebih baik daripada asam oksalat sebagai standar primer untuk titrasi
permanganat karena natrium oksalat lebih mudah dimurnikan dengan rekristalisasi
dengan air dan pengeringan pada 240-250C, tidak higroskopis, tidak mengandung air
kristal dan tidak berubah dlam penyimpanan.
7. Selama titrasi asam oksalat, beberapa tetesan pertama larutan permanganat berubah
secara lambat dan setelah itu berlangsung cepat karena pada penambahan tetesan
pertama belum terbentuk Mn2+ sedangkan pada penambahan tetesan titrasi selanjutnya
warna merah hilang semakin cepat karena ion mangan(II) yang terjadi berfungsi
sebagai katalis, katalis untuk mempercepat reaksi.
8. Diketahui : berat sampel = 0,1400 g = 140 mg
V KMnO4
= 24,85 mL
N KMnO4
= 0,1 N
miligrek Fe
= miligrek KMnO4
% Fe =
=V.N
= 24,85 mL x 0,1 N
= 2,485 mgrek
mgram Fe
berat Fe
x 100
berat sampel
139,16 mg
x 100
140 mg
= 99,4%
= BE Fe x mgrek
= 56 x 2,485
= 139,16 mgram
Karena oksidasi ion, maka dapat ditulis : NO2- + H2O NO3- + 2H+ + 2e
Sehingga 1 grek NO2- = mol
Nitrit siap terurai oleh asam membentuk nitrogen oksida :
NO - + 2H+ 2HNO NO(g) + NO (g) + H O
2
Oleh karena itu, agar tidak terjadi kehilangan nitrit dlam penetapannya maka prosedur
titrasinya harus dibalik yaitu larutan permanganat yang sduah diasamkan dititrasi
dengan larutan nitrit netral sehingga nitrit akan teroksidasi langsung menjadi nitrat
dan tidak terbentuk nitrogen oksida.
10. Prinsip penentuan ferri dengan permanganometri :
Garam ferri tidak dapat teroksidasi oleh permanganat, sehingga dalam penentuannya
harus direduksi dulu menjadi ferro dengan menggunakan reduktor seperti H2S,
berbagai metal, amalgam dan larutan SnCl2.
Jika digunakan SnCl2 : 2FeCl3 + SnCl2 2FeCl2 + SnCl4
Kelebihan SnCl2 harus dihilangkan karena SnCl2 juga dioksidasi oleh KMnO4.
Penghilangannya dengan HgCl2, dengan reaksi :
SnCl + 2HgCl SnCl + Hg Cl (endapan)
2
Pada percobaan tidak boleh menggunakan SnCl2 dengan volume besar karena akan
membutuhkan volume KMnO4 yang besar juga. Kelebihan SnCl2 harus sesedikit
mungkin yaitu secara tetes demi tetes sampai warna kuning dari FeCl 3 hilang, agar
kesalahan titrasinya kecil dan hasilnya lebih akurat.
11. Pada penetapan kalsium secara permanganometri, endapan kalsium oksalat yang
terjadi harus dicuci karena untuk menghilangkan ion oksalat sehingga dapat
ditentukan massa encapan Ca yang terbentuk.
12. Keuntungan dan kekurangan KMnO4 dan K2Cr2O7 sebagai zat pengoksidasi :
Keuntungan KMnO4 :
- Merupakan oksidator kuat
Kekurangan KMnO4 :
-
Keuntungan K2Cr2O7 :
-
Tidak mahal dan dapat diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk pembuatan
Kekurangan K2Cr2O7 :
- Daya oksidatornya lebih lemah dibandingkan dengan KMnO4
- Hanya bisa digunakan dalam larutan asam
13. Indikator yang digunakan dalam reaksi redoks antara lain :
a. Indikator redoks revesibel, contohnya Kompleks Fe(II) ortofenentrolin serta
Difenilamin dan turunannya
b. Indikator redoks irreversibel,
indikator
ini
digunakan
pada
titrasi