Kepiting Ku
Kepiting Ku
KEPITING
I. PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Wilayah pesisir Indonesia memiliki berbagai macam tipologi habitat serta
hewan tersebut bertelur, mencari makan dan membesarkan anak sebelum kembali
ke laut menjelang fase dewasa (MacKinnon, et al., 2000).
Seluruh fauna yang hidup di dalam ekositem pesisir mempunyai peranan
yang penting dalam menjaga keseimbangan ekologi. Sekian banyak fauna yang
hidup terdapat beberapa spesies kunci (keystone species) yang memegang peranan
yang sangat penting. Salah satu spesies tersebut adalah kepiting yang hidup di
dalam ekosistem pesisir. Kepiting diusulkan sebagai keystone species di kawasan
pesisir karena setiap aktivitasnya mempunyai pengaruh utama pada berbagai
proses paras ekosistem. Peran kepiting di dalam ekosistem diantaranya
mengkonversi nutrien dan mempertinggi mineralisasi, meningkatkan distribusi
oksigen di dalam tanah, membantu daur hidup karbon, serta tempat penyedia
makanan alami bagi berbagai jenis biota perairan (Prianto, 2007).
b.
Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengenal kepiting dari berbagai aspek, baik
II.
biasanya sulit dilihat dari luar. Insang terdiri dari struktur yang lunak terletak di
bagian bawah carapace. Sedangkan mata menonjol keluar berada di bagain depan
carapace.
Gambar 1. Tubuh bagian dorsal kepiting dewasa (Sumber: Quinitio & Parado,
2003).
Berdasarkan anatomi tubuh bagian dalam, mulut kepiting terbuka dan terletak
pada bagian bawah tubuh. Beberapa bagian yang terdapat di sekitar mulut berfungsi
dalam memegang makanan dan juga memompakan air dari mulut ke insang.
Kepiting memiliki rangka luar yang keras sehingga mulutnya tidak dapat dibuka
lebar. Hal ini menyebabkan kepiting lebih banyak menggunakan sapit dalam
memperoleh makanan. Makanan yang diperoleh dihancurkan dengan menggunakan
sapit, kemudian baru dimakan (Shimek, 2008). Anatomi tubuh kepiting bagian
dalam dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Anatomi tubuh bagian dalam dari kepiting dewasa (Sumber: Shimek,
2008).
Kepiting bakau ukurannya bisa mencapai lebih dari 20 cm. Sapit pada jantan
dewasa lebih panjang dari pada sapit betina. Kepiting yang bisa berenang ini
terdapat hampir di seluruh perairan pantai Indonesia, terutama di daerah
mangrove, di daerah tambak air payau, muara sungai, tetapi jarang ditemukan di
pulau-pulau karang (Nontji, 2002). Disamping morfologi sapit, kepiting jantan
dan betina dapat dibedakan juga berdasarkan ukuran abdomen, dimana abdomen
jantan lebih sempit dari pada abdomen betina (Gambar 4).
dan
fungsi tubuh bila kepiting keluar dari air. Celah insang menjadi vaskular dan dapat
berfungsi sebagai paru-paru. Kepiting ini memompa udara melalui udara yang
tertahan di dalam celah insang yang harus diperbaharui secara teratur dengan
sering masuk ke dalam air (Hutching, dan Saenger, 2001 dalam Prianto, 2007).
Menurut Prianto (2007) bahwa, bagian tubuh kepiting juga dilengkapi bulu
dan rambut sebagai indera penerima. Bulu-bulu terdapat hampir di seluruh tubuh
tetapi sebagian besar bergerombol pada kaki jalan. Untuk menemukan
makanannya kepiting menggunakan rangsangan bahan kimia yang dihasilkan oleh
organ tubuh. Antena memiliki indera penciuman yang mampu merangsang
kepiting untuk mencari makan. Ketika alat pendeteksi pada kaki melakukan
kontak langsung dengan makanan, chelipeds dengan cepat menjepit makanan
tersebut dan langsung dimasukkan ke dalam mulut. Mulut kepiting juga memiliki
alat penerima sinyal yang sangat sensitif untuk mendeteksi bahan-bahan kimia.
Kepiting mengandalkan kombinasi organ perasa untuk menemukan makanan,
pasangan dan menyelamatkan diri dari predator.
Kepiting memiliki sepasang mata yang terdiri dari beberapa ribu unit optik.
Matanya terletak pada tangkai, dimana mata ini dapat dimasukkan ke dalam
rongga pada carapace ketika dirinya terancam. Kadang-kadang kepiting dapat
mendengar dan menghasilkan berbagai suara. Hal yang menarik pada berbagai
spesies ketika masa kawin, sang jantan mengeluarkan suara yang keras dengan
menggunaklan chelipeds-nya atau menggetarkan kaki jalannya untuk menarik
perhatian sang betina. Setiap spesies memiliki suara yang khas, hal ini digunakan
untuk menarik sang betina atau untuk menakut-nakuti pejantan lainnya
hasil
penelitian
menyebutkan
bahwa
larva
kepiting
hanya
mengkonsumsi fitoplankton beberapa saat setelah menetas dan segera setelah itu
lebih cenderung memilih zooplankton sebagai makanannya (Umar, 2002).
Keberadaan larva kepiting di perairan dapat menentukan kualitas perairan
tersebut, karena larva kepiting sangat sensitif terhadap perubahan kualitas perairan
(Sara, dkk., 2006).
10
Gambar 8. Siklus hidup rajuangan dan Scylla sp. (Sumber: Juwana, 2004).
11
Moosa
yang
banyak
menggeluti
taksonomi
kelompok
ini
mengemukakan bahwa di Indo-Pasifik Barat saja diperkirakan ada 234 jenis, dan
di Indonesia ada 124 jenis. Di Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu diperkirakan
ada 46 jenis. Tetapi dari sekian jenis ini, hanya ada beberapa saja yang banyak
dikenal orang karena biasa dimakan, dan tentu saja berukuran agak besar. Jenis
yang tubuhnya berukuran kurang dari 6 cm tidak lazim dimakan karena terlalu
kecil dan hampir tidak mempunyai daging yang berarti. Beberapa jenis yang dapat
dimakan ternyata juga dapat menimbulkan keracunan (Nontji, 2002).
Menurut Prianto (2007), bahwa di seluruh dunia terdapat lebih dari 1000
spesies kepiting yang dikelompokkan
kepiting hidup di laut, tersebar di seluruh lautan mulai dari zona supratidal hingga
di dasar laut yang paling dalam. Sebagian jenis kepiting ada yang hidup di air
tawar. Keanekaragaman kepiting yang paling tinggi ada di daerah tropis dan di
selatan Australia, disini lebih dari 100 jenis kepiting telah diidentifikasi.
12
Konsentrasi maksimum kepiting terjadi pada malam hari pada saat air
pasang. Kebanyakan kepiting memanjat akar mangrove dan pohon untuk mencari
makan. Pada saat siang hari, waktu pasang terendah kebanyakan kepiting tinggal
di dalam lubang untuk berlindung dari serangan burung dan predator lainnya.
Beberapa spesies seperti Sesarma erythrodactyla dan Paragrapsus laevis pada
saat air surut, turun ke bawah untuk berasosiasi dengan telur-telur ikan.
Kepiting mangrove seperti Scylla serrata (Mud Crab) merupakan hewan
yang hidup di wilayah estuaria dengan didukung oleh vegetasi mangrove. Hewan
ini merupakan hewan omnivora dan kanibal, memakan kepiting lainnya, kerang
dan bangkai ikan. Kepiting ini dapat tumbuh sampai ukuran 25 cm atau dengan
berat mencapai 2 kg, dimana kepiting betina ukurannya lebih besar dari yang
jantan (DPI & F, 2003).
13
Gambar 10. Siklus hidup, habitat dan penyebaran kepiting merah (Cancer
magister) di wilayah estuaria dan zona intertidal (Sumber:
www.shim.bc.ca, 2008).
14
V.
detritus)
sehingga
mikrofauna
dapat
dengan
mudah
3.
membantu daur hidup karbon; Dalam daur hidup karbon, unsur karbon
bergerak masuk dan keluar melewati organisme. Kepiting dalam hal ini
sangat penting dalam konversi nutrien dan mineralisasi yang merupakan
jalur biogeokimia karbon, selain dalam proses respirasinya;
4.
15
dalam satu kali pemijahan. Larva-larva ini merupakan sumber makanan bagi
biota-biota perairan, seperti ikan. Larva kepiting bersifat neuston yang
berarti melayang-layang dalam tubuh perairan, sehingga merupakan
makanan bagi ikan-ikan karnivora.
16
17
18
19
Prianto, E. 2007. Peran Kepiting Sebagai Spesies Kunci (Keystone Spesies) pada
Ekosistem Mangrove. Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia IV.
Balai Riset Perikanan Perairan Umum. Banyuasin.
Quinitio, E.T. & Parado, E.F.D. 2003. Biology and Hatchery of the Mud Crabs
Scylla spp. Aquaculture Extension Manual, (Online), No. 34, SEAFDEC
Aquaculture Department, Iloilo, Philippines (rfdp.seafdec.org.ph, diakses
15 Mei 2008).
Rahmawaty. 2006. Upaya Pelestarian Mangrove Berdasarkan Pendekatan
Masyarakat (Online), Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan, (http://library usu.ac.id, diakses 2 April 2008).
Sara, L. dkk. 2006. Abundance and Distribution Patterns of Scylla spp. Larvae in
the Lawele Bay, Southeast Sulawesi, Indonesia, Asian Fisheries Science,
(Online), Vol. 19; 331-347, (www.asianfisheriessociety.org, diakses 1 Mei
2008).
Shimek, R.L. 2008. Crabs, (Online), (www.reefkeeping.com, diakses 15 Mei
2008).
Umar, N.A. 2002. Hubungan antara Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton
(Kopepoda) dengan Larva Kepiting di Perairan Teluk Siddo Kabupaten
Barru Sulawesi Selatan, (Online), IPB.
www.environment.gov.au. 2007. Red Crabs Gecarcoidea natalis (Pocock, 1888),
(Online), (diakses 15 Mei 2008).
www.fao.org. 2008. Trap Crab, (Online), (diakses 15 Mei 2006).
www.nio.org.gif. 2008. Crab Life Cycle, (Online), (diakses 15 Mei 2006).
www.portofpeninsula.org. 1997. Crab. Washington State Department of Fish &
Wildlife, (Online), (diakses 15 Mei 2008).
www.shim.bc.ca. 2008. Red Rock Crab, (Online), (diakses 15 Mei 2008).
20