Anda di halaman 1dari 26

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Sejalan dengan upaya reformasi di seluruh sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara, Pemerintah juga berupaya melaksanakan
reformasi birokrasi untuk mewujudkan tata pemerintahan yang bersih
dan berwibawa atau yang lebih dikenal dengan tata pemerintahan
yang baik (good governance) sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari keseluruhan agenda pemerintah. Permasalahan birokrasi yang
dihadapi selama ini merupakan permasalahan yang rumit dan saling
terkait,

mulai

dari

aspek

kelembagaan,

ketatalaksanaan,

dan

pengawasan hingga aspek sumber daya manusianya. Keberhasilan


pelaksanaan

reformasi

birokrasi

akan

berdampak

positif

untuk

mendukung keberhasilan pembangunan nasional secara keseluruhan,


termasuk dalam pengelolaan sumber daya publik secara lebih akurat
dan bermanfaat bagi kepentingan bangsa. Pada akhirnya, hal itu dapat
mendukung terwujudnya wibawa dan kehormatan bangsa Indonesia di
tengah-tengah komunitas internasional
Indonesia, sebagai bangsa yang mempunyai cita cita untuk
mewujudkan tujuan Nasional seperti yang telah diamanatkan dalam
Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 yaitu mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur, merata dan berkesinambungan.
Bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaannya melalui perjuangan
panjang dan tak kenal lelah. Setelah kemerdekaan diperoleh, tentu
saja harus diisi dengan pembangunan di semua bidang dengan
semangat dan kemauan yang kuat dan pantang menyerah.
Dalam usaha mencapai tujuan nasional di atas diperlukan
adanya pegawai negeri yang penuh kesetiaan dan ketaatan pada
Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, negara dan pemerintah
bersatu padu, bermental baik, berwibawa, berdaya guna, berkualitas
tinggi, mempunyai kesadaran tinggi akan akan tanggung jawabnya
sebagai aparatur negara, abdi negara, serta abdi masyarakat.

Kelancaran

pelaksanaan

pemerintahan

dan

pembangunan

nasional terutama tergantung dari kesempurnaan aparatur negara dan


kesempurnaan aparatur negara pada pokoknya tergantung

dari

kesempurnaan pegawai negeri1.


Pegawai

negeri

yang

sempurna

menurut

Marsono

adalah

pegawai negeri yang penuh kesetiaan pada Pancasila, Undang


Undang Dasar 1945 dan pemerintah serta bersatu padu, bermental
baik, berdisiplin tinggi, berwibawa, berdaya guna, berkualitas tinggi
dan sadar akan tanggung jawab sebagai unsur pertama aparatur
negara2 .
Pemerintahan dibentuk dengan maksud untuk membangun
peradaban dan menjaga sistem ketertiban sosial sehingga masyarakat
bisa menjalanai kehidupan secara wajar dalam konteks kehidupan
bernegara.

Dalam

perkembangannya,

konsep

pemerintahan

mengalami transformasi paradigma dari yang serba negara ke


orientasin pasar (market or public interest), dari pemerintahan yang
kuat, besar dan otoritarian ke orientasi small and less govermment,
egalitarian dan demokratis, serta bertransformasi sistem pemerintahan
dari yang sentralistik menjadi desentralistik3 .
Terjadinya krisis ekonomi di indonesia antara lain, disebabkan
oleh penyelenggaraan pemerintahan yang tidak di kelola dan di atur
dengan baik. Akibatnya timbul berbagai masalah seperti korupsi,
kolusi, dan nepotismi ( KKN ) yang sulit diberantas, masalah penegakan
hukum yang sulit berjalan monopoli dalam kegiatan ekonomi serta
kualitas pelayanan kepada masyarakat yang memburuk 4 .
1 Nainggolan : Pembinaan Pegawai Negeri Sipil1 : (Jakarta : PT Pertija : 1987), Hal.23.
2 Marsono : pembahasan undang-undang republik indonesia nomor 8 tahun 1974
tentang pokok-pokok kepegawaian : (Jakarta : PT. Ikhtiar Baru : 1974 ), Hal.66.

3 Bappenas, 2004, Menumbuhkan Kesadaran Tata Kepemerintahan Yang Baik, Jakarta:


Sekretariat Pengembangan Kebijakan Nasional Tata Kepemerintahan Yang Baik, Hal. 1.

4 Muhamad Arifin Siregar, 2008, Penerapan Tata Kepemerintahan Yang Baik Dalam
Penyelenggaraan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintahan Provinsi Bengkulu,

Pemerintahan yang bersih umumnya berlangsung di negara


yang masyarakatnya menghormati hukum. Pemerintahan yang seperti
ini juga disebut sebagai pemerintahan yang baik. Pemerintahan yang
baik itu hanya bisa dibangun melalui pemerintahan yang bersih
dengan aparatur birokrasinya yang terbebas KKN. Dalam rangka
mewujudkan pemerintahan yang bersih, pemerintah harus memiliki
moral dan proaktif serat check and balance5 .
Menurut

Logemann

bahwa

tiap-tiap

pegawai

mempunyai

hubungan dinas publik (openbare diensbetreking). Hubungan dinas


publik ini ada, apabila seseorang menyetujui untuk mengikatkan
dirinya diangkat sebagai pelaksana pekerjaan-pekerjaan tertentu yang
lebih kurang sejenis (dalam keseluruhan jabatan tertentu), dengan
menerima gaji dan imbalan-imbalan pribadi lainnya 6.
Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta
pelayanan publik yang baik, efisien, efektif dan berkualitas menuntut
kehadiran sumber daya manusia (SDM) aparatur khususnya pegawai
yang profesional, bertanggung jawab, adil, jujur dan kompeten dalam
bidangnya. Dengan kata lain, seorang pegawai dalam menjalankan
tugas tentunya harus profesionalisme dan memiliki kompetensi sesuai
kualifikasi bidang keahlian yang dimilikinya.
Data Badan Kepegawaian Negara (BKN) menunjukkan bahwa
sampai dengan tahun 2011 terdapat hampir 4,6 juta pegawai negeri
sipil (PNS) yang menuai banyak kritik terkait dengan rendahnya
Semarang: Tesis Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, Hal. 3.

5 J.H. Parper, 2002, Filsafat Politik: Plato, Aristoteles, Augustinus, Machiavelli, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada. Hal: 59.

6 Amrah Muslimin, 1985: 18.

kualitas dan tidak profesionalnya PNS dalam melaksanakan tugas dan


fungsinya sebagai aparatur negara. Banyak faktor yang menjadi
penyebab kondisi ini, di antaranya tidak berimbangnya rasio jumlah
PNS dengan para stakeholders-nya. PNS di Indonesia hanya 1,9% dari
total

jumlah

Pendayagunaan

masyarakat
Aparatur

Indonesia

Negara

dan

(Kementerian
Reformasi

Negara

Birokrasi

Area

Perubahan Bidang SDM Aparatur).

Kuantitas

pegawai

sebagai

aspek

yang

penting

dalam

pelaksanaan tugas dan fungsinya harus diikuti dengan mengefisienkan


jumlah pegawai. Kuantitas pegawai dan efisiensi jumlah pegawai
dipandang sebagai formula yang dapat diterapkan guna memastikan
setiap pegawai dapat bekerja secara lebih maksimal sesuai dengan
posisinya. PNS yang juga sering disebut birokrat, sesungguhnya adalah
public servant yang wajib memberikan pelayanan publik terbaik
kepada masyarakat.
Sebagaimana

tertuang

dalam

Ketetapan

Majelis

Permusayawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VI/2001 tentang


Penyelenggaraan kekuasaan Negara yang Bebas Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme,
membangun

sesungguhnya sudah
kultur

birokrasi

mengamanatkan

Indonesia

menjadi

agar Presiden
birokrasi

yang

transparan, akuntabel, bersih dan bertanggung-jawab serta dapat


menjadi pelayan masyarakat dan menjadi teladan masyarakat 7.
Birokrasi harus melaksanakan pemerintahan yang baik dan bersih
(clean and good governance).
Rendahnya
rendahnya

kinerja

kualitas

para

pelayanan

birokrasi
publik

(PNS)

yang

ada,

mengakibatkan
bahkan

akan

berdampak pada pengguna jasa karena pembangunan infrastruktur


7 TAP MPR Nomor VI/2001, Tentang Penyelenggaraan Kekuasaan Negara Yang Bebas
Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme.

tidak berjalan dengan maksimal yang berakibat harus membayar biaya


lebih mahal (high cost). Gambaran buruknya birokrasi dalam hal
kinerja dari pegawai yang rendah disebabkan oleh kurangnya atau
bahkan tidak kompetennya sebagian pejabat struktural di lingkungan
pemerintah. Untuk mewujudkan sumber daya manusia aparatur (PNS)
yang profesional dan memiliki kompetensi, pembinaan karier pegawai
dilaksanakan atas dasar perpaduan antara sistem prestasi kerja dan
karier dengan mempertimbangkan kompetensi dan potensi. Pembinaan
SDM aparatur berbasis kompetensi merupakan suatu keharusan agar
organisasi (birokrasi) dapat mewujudkan pegawai yang memiliki kinerja
yang lebih baik, memberikan pelayanan publik yang terbaik, tidak
terkecuali pegawai pada lingkungan Kementerian Pertahanan.

RUMUSAN MASALAH

1
2

Apa Saja Yang Menjadi Dasar-Dasar Pemerintahan Yang Baik ?


Pengertian Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dan Pengertian Disiplin

Pegawai Negeri Sipil ?


Bagaimana Pemberian Hukuman Terhadap Pegawai Negeri Sipil

Yang Melakukan Pelanggaran Disiplin ?


Bagaimana Kedudukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Di Dalam
Pemerintahan Yang Bersih Dan Berwibawa ?

TUJUAN PENULISAN
1
2

Untuk Mengetahui Dasar-Dasar Dari Pemerintahan Yang Baik.


Untuk Mengetahui Pengertian Dari Pegawai Negeri Sipil Dan

pengertian disiplin pegawai negeri sipil


Untuk Mengetahui Cara Pemberian Hukuman Terhadap Pegawai

Negeri Sipil Yang Melakukan Pelanggaran Disiplin


Untuk mengetahui Kedudukan pegawai negeri sipil Di Dalam
Pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

MANFAAT PENULISAN
1

Agar Pembaca Mengetahui Dasar-Dasar Dari Pemerintahan Yang

Baik.
Agar Pembaca Mengetahui Pengertian PNS Dan Pengertian

Disiplin Pegawai Negeri Sipil


Agar pembaca mengetahui tata cara pemberian hukuman
terhadap pegawai negeri sipil yang melakukan pelanggaran

disiplin
Agar Pembaca Mengetahui Kedudukan Pegawai Negeri Sipil Di
Dalam Pemerintahan Yang Bersih Dan Berwibawa.

PEMBAHASAN

Dasar-Dasar Pemerintahan Yang Baik (Good Gevernance)


Nilai-nilai pemerintahan yang baik atau good governance yang
sekarang ini telah menjadi keinginan para pihak atau kecenderungan
global sebagai etika dalam pemerintahan secara umum menekankan
bahwa penyelenggaraan kepemerintahan negara harus mempunyai
keseimbangan interaksi dan keterlibatan antara pemerintah, swasta
dan masyarakat (civil society). Penyelenggaraan pemerintahan yang
baik (good governence). Menurut PBB untuk pembangunan atau UNDP
(1997)8.
Dasar-dasar pemerintahan yang baik meliputi :
1

Partisipasi :
Setiap orang atau setiap warga masyarakat, baik laki-laki
maupun perempuan harus memiliki hak suara yang sama dalam
proses pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun
melalui lembaga perwakilan, sesuai dengan kepentingan dan

8 UNDP, 1997, Governance For Sustainable Devvelopment-A Policy Document, New


York.

aspirasinya masing-masing. Partisipasi yang luas ini perlu


dibangun dalam suatu tatanan kebebasan
berpendapat,
2

serta

konstruktif.
Aturan Hukum :
Kerangka

kebebasan

aturan

untuk

hukum

dan

berserikat dan

berpartisipasi

secara

perundang-undangan

haruslah berkeadilan, ditegakkan dan diputuhi secara utuh


tanpa memihak kepada siapapun, terutama aturan hukum
3

tentang hak-hak asasi manusia.


Tranparansi :
Transparansi harus dibangun dalam kerangka kebebasan
aliran informasi. Berbagai proses, kelembagaan dan informasi
harus

dapat

diakses

secara

bebas

oleh

mereka

yang

membutuhkannya dan informasinya harus dapat digunakan


4

sebagai alat monitoring dan evalusi.


Daya Tanggap :
Setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada

upaya untuk melayani berbagai pihak yang berkepentingan.


Berorientasi Konsesus :
Pemerintahan yang baik akan bertindak sebagai
penengah (mediator) bagi berbagai kepentingan yang berbeda
untuk mencapai konsesus atau kesepakatan yang terbaik bagi
kepentingan masing-masing pihak dan jika dimungkinkan juga
dapat diberlakukan terhadap berbagai kebijakan dan prosedur

yang akan ditetapkan pemerintah.


Berkeadilan :
Pemerintahan yang baik alan memberikan kesempatan
yang sama baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam
upaya mereka untuk meningkatkan dan memelihara kualitas

hidupnya.
Efektivitas dan Efisiensi :
Setiap proses kegiatan dan kelembagaan di arahkan untuk
menghasilkan

sesuatu

yang

benar-benar

sesuai

dengan

kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya berbagai


8

sumber-sumber yang tersedia.


Akuntabilitas :
Para pengambil keputusan dalam organisasi sekotor
publik, swasta dan masyarakat madani memiliki pertanggung

jawaban kepada publik. Sebagaimana halnya kepada para


pemilik.

Pertanggung

jawaban

tersebut

berbeda-beda,

bergantung apa jenis keputusan organisasi itu bersifat internal


9

dan bersifat eksternal.


Bervisi Strategi :
Para pimpinan dan masyarakat memiliki perspektif yang
luas

dan

jangka

pemerintahan
bersamaan

panjang

yang

baik

dengan

tentang

dan

penyelenggaraan

pembangunan

dirasakannya

manusia,

kebutuhan

untuk

pembangunan tersebut. Mereka juga memahami aspek-aspek


historis,

kultural

dan

kompleksitas sosial

yang

mendasari

perspektif mereka.
10 Saling Keterkaitan :
Bahwa keseluruhan ciri good governence tersebut di atas
adalah saling memperkuat dan saling terkait dan tidak bisa
berdiri sendiri. Misalnya, informasi semakin mudah di akses
berarti

tranparansi

semakin

baik

tingkat

partisipasi

akan

semakin luas dan proses pengambilan keputusan akan semakin


efektif. Partisipasi yang semakin luas akan berkontribusi kepada
dua hal yaitu terhadap pertukaran informasi yang diperlukan
bagi pengambilan keputusan dan untuk memperkuat keabsahan
atau legitimasi atas berbagai keputusan yang di tetapkan.
Tingkat legitimasi keputusan yang kuat pada gilirannya akan
mendorong efektivitas pelaksanaan, dan sekaligus mendorong
peningkatan

partisipasi

dalam

pelaksanaannya.

Dan

kelembagaan yang responsif harus transparan dan berfungsi


sesuai dengan aturan hukum dan perundangan-undangan yang
berlaku agar keberfungsiannya itu dapat di nilai berkeadilan 9.

Sebagai komitmen terhadap pelaksanaan good governance di


berbagai negara, terutama di negara-negara maju telah dikembangkan
9 Suhady, Idup, Modul Diklatim Tingkat IV : Dasar-Dasar Kepemerintahan Yang Baik,
LAN RI, Jakarta.

berbagai inisiatif yang di arahkan pada peningkatan etos kerja birokrasi


pemerintahan

melalui

pengembangan

norma-norma

etika

pemerintahan.

Penerapan standar-standar etika oleh organisasi pemerintah


beserta

aparatur

pemerintahannya

jelas

harus

di

monitor

perkembangannya. Harus ada sistem pengawasan dan evaluasi atas


penerapan etika organisasi pemerintah. Dalam kerangka pemerintahan
yang baik, maka perlu pengawasan dan evaluasi penerapan etika oleh
aparatur pemerintah sebaiknya tidak hanya dilakukan oleh lembaga
pemerintahan saja secara eksklusif tetapi juga memberi kesempatan
seluas-luasnya kepada masyarakat dan sektor swasta untuk menilai
bagaimana sebenarnya etika pemerintah tersebut di wujudkan 10.
Meningkatkan standar etika organisasi pemerintah secara integral
merupakan bagian dari proses pembangunan administrasi negara di
indonesia, yang di arahkan pada peningkatan kemampuan sistem
administrasi

negara

maupun

aparatur

negara

dalam

menjawab

tuntutan perkembangan lingkungan strategis nasional dan global.


Orientasi pembangunan administrasi negara sekarang ini perlu lebih
ditekankan kepada peningkatan kompetensi profesioal dan daya saing
melalui berbagai pengembangan kebijaksanaan dan sistem pelayanan
yang prima dan lebih mengutamakan penggunaan perangkat jaingan
kerja ynag efisien dan efektif.

10 Adam, Indrawijaya, 1986, Perilaku Organisasi, penerbit Sinar Baru, Bandung.

Selain itu pembangunan administrasi perlu lebih di fokuskan


kepada kepentingan pelayanan

dan kebutuhan masyarakat dan

penghayatan serta pengamalan etika pelayanan publik. Seluruhnya


merupakan totalitas dari sistem pengembangan etika dan moralitas
organisasi dan sumber daya aparatur pemerintah dalam era reformasi
dan demokratis sekarang ini di indonesia.

Pengertian Pegawai Negeri Sipil


Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata pegawai berarti
orang yang bekerja pada Pemerintah (Perusahaan dan sebagainya).
Sedangkan negeri berarti negara atau pemerintah. Jadi Pegawai Negeri
adalah

orang

Bezoldingings

yang

bekerja

regeling

lijke

pada
lands

pemerintah
dienaar

atau

1938

negara 11.

(BBL.

1938)

menggunakan istilah landsdienaar, yang berarti pengabdi negeri,


sedangkan Betalings regeling ambtenaren in Gepen sioneerden 1947
(BAG. 1949) menggunakan istilah ambtenaar yang berarti pegawai 12.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), meskipun
tidak diberikan suatu definisi tertentu, tapi diberikan beberapa
perumusan

tentang

istilah

Pegawai

Negeri.

Dalam

pasal-pasal

mengenai Kejahatan Jabatan (pasal-pasal 413 sampai dengan 437),


pada pokoknya dianggap sebagai Pegawai Negeri dan atau disamakan
11 W.J.S.Poerwadarmita, 1951. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Lembaga Penyelidikan
Bahasa Dan Kebudayaan, Jakarta, Hal.514.

12 Rozali Abdullah, 1986. Hukum Kepegawaian, CV. Rajawali, Jakarta, Hal.13.

dengannya

adalah

seseorang

yang

secara

tetap

atau

untuk

sementara diserahi sesuatu jabatan publik13.


Kemudian dalam Pasal 92 KUHP diterangkan, bahwa termasuk
dalam arti Pegawai Negeri, orang-orang yang dipilih dalam pemilihanpemilihan berdasarkan peraturan-peraturan umum dan juga mereka
yang bukan dipilih, tetapi diangkat menjadi anggota Dewan Rakyat dan
Dewan-Dewan Daerah serta Kepala-Kepala Desa dan sebagainya.

Jadi, pengertian Pegawai Negeri menurut KUHP ini adalah luas


sekali, tapi pengertian ini hanya berlaku dalam hal ada orang-orang
yang melakukan kejahatan dan pelanggaran jabatan dan tindak
pidana lain yang disebut dalam KUHP14.
Sedangkan menurut UU No. 5 tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara pasal 1, Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan 15. Di dalam UU
No.5 tahun 2014 pasal 7 ayat 1 juga di jelaskan bahwa PNS merupakan
Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat
13 KUHP pasal 413-437.
14 H.Nainggolan, 1984, Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, BAKN Jakarta, Cetakan
Ketujuh, Jakarta, Hal.5.

15 UU No.5 tahun 2014 pasal 1 Tentang Aparatur Sipil Negara

Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara


nasional.

Pengertian Disiplin Pegawai Negeri Sipil


Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil kedisiplinan harus menjadi
acuan hidupnya. Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang semakin
tinggi membutuhkan aparatur yang bersih, berwibawa, dan berdisiplin
tinggi dalam menjalankan tugas. Sikap dan perilaku seorang PNS dapat
dijadikan panutan atau keteladanan bagi PNS di lingkungannya dan
masyarakat pada umumnya. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari
mereka harus mampu mengendalikan diri sehingga irama dan suasana
kerja berjalan harmonis, Namun kenyataan yang berkembang sekarang
justru jauh dari kata sempurna. Masih banyak PNS yang melakukan
pelanggaran disiplin dengan berbagai cara.

Disiplin berasal dari kata Latin discipulus yang berarti siswa atau
murid. Di bidang psikologi dan pendidikan, kata ini berhubungan
dengan perkembangan, latihan fisik, dan mental serta kapasitas moral
anak melalui pengajaran dan praktek. Kata ini juga berarti hukuman
atau latihan yang membetulkan serta kontrol yang memperkuat
ketaatan. Makna lain dari kata yang sama adalah seseorang yang
mengikuti pemimpinnya16.
Bagi

aparatur

pemerintah,

disiplin

mencakup

unsur-unsur

ketaatan, kesetiaan, kesungguhan dalam menjalankan tugas dan


kesanggupan berkorban. Hal ini berarti kita harus mengorbankan
16 Dolet Unaradjan : Manajemen Disiplin : (Jakarta : PT.Gramedia Widiasarana
Indonesia : 2003), Hal.8.

kepentingan pribadi dan golongan untuk kepentingan negara dan


masyarakat. Pasal 29 UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999
menyatakan bahwa "Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan pidana, maka untuk menjamin tata
tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, diadakan Peraturan Disiplin
Pegawai Negeri Sipil".
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah peraturan yang
mengatur mengenai kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban
tidak ditaati atau larangan dilanggar oleh Pegawai Negeri Sipil.
M. Situmorang dan Jusuf Juhir berpendapat bahwa adapun yang
dimaksud

dengan

disiplin

ialah

ketaatan,

kepatuhan

dalam

menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan


orang tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku 17.
Sementara itu, Soegeng Prijodarminto dalam bukunya Disiplin
Kiat Menuju Sukses menyatakan bahwa disiplin adalah suatu kondisi
yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku
yan

menunjukkan

nilai

nilai

ketaatan,

kepatuhan,

kesetiaan,

18

keteraturan, dan atau ketertiban .

Pemberian Hukuman Terhadap Pegawai Negeri Sipil Yang


Melakukan Pelanggaran Disiplin
Pegawai Negeri Sipil yang tidak melakukan kewajiban dan
melakukan

perbuatan

yang

dilarang

sebagaimana

diatur

dalam

Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980, dianggap telah melakukan

17 Victor M.Situmorang dan Jusuf Juhir : Aspek Hukum Pengawasan Melekat Di


Lingkungan Aparatur Pemerintah : (Jakarta : PT.Rineka Cipta : 1994), Hal.153.

18 Soegeng Prijodarmito : Disiplin Kiat Menjuju Sukses : (Bandung : Pradnya Paramita :


1994), Hal.25

pelanggaran disiplin PNS dan tentu saja harus mendapatkan hukuman


disiplin.
Tujuan

hukuman

disiplin

adalah

untuk

memperbaiki

dan

mendidik Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin.


Karena itu setiap pejabat yang berwenang menghukum sebelum
menjatuhkan hukuman disiplin harus memeriksa lebih dahulu Pegawai
Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin.
Terhadap PNS yang disangka melakukan pelanggaran disiplin
diadakan pemeriksaan. Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui
apakah PNS yang bersangkutan benar telah melakukan pelanggaran
disiplin. Pemeriksaan juga bertujuan untuk mengetahui latar belakang
serta

hal-hal

yang

mendorong

pelanggaran

disiplin

tersebut.

Pemeriksaan dilaksanakan sendiri oleh pejabat yang berwenang


menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk.
Apabila pejabat pada waktu memeriksa PNS yang disangka
melakukan pelanggaran disiplin berpendapat, bahwa berdasarkan hasil
pemeriksaannya hukuman disiplin yang wajar dijatuhkan adalah di luar
wewenangnya, maka pejabat tersebut wajib melaporkan hal itu kepada
pejabat yang berwenang menghukum yang lebih tinggi melalui saluran
hirarkhi. Laporan tersebut disertai dengan hasil-hasil pemeriksaan dan
bahan-bahan

lain

yang

diperlukan.

Pejabat

yang

berwenang

menghukum yang lebih tinggi wajib memperhatikandan mengambil


keputusan atas laporan itu.

Pelanggaran disiplin itu sendiri adalah setiap ucapan, tulisan,


atau perbuatan PNS yang melanggar ketentuan Peraturan Disiplin PNS,
baik di dalam maupun di luar jam kerja. PNS dinyatakan melanggar
Peraturan

Disiplin

apabila

dengan

ucapan,

tulisan,

dan

atau

perbuatannya tersebut secara sah terbukti melanggar ketentuan


mengenai kewajiban dan atau larangan PP No. 30 Tahun 1980.
Yang dimaksud dengan ucapan adalah setiap kata-kata yang
diucapkan dihadapan atau dapat didengar oleh orang lain seperti
dalam

rapat,

ceramah,

diskusi,

melalui

telepon,

radio,

televisi,

rekaman, atau alat komunikasi lainnya.


Sedangkan tulisan merupakan pernyataan pikiran dan atau
perasaan secara tertulis baik dalam bentuk tulisan maupun dalam
bentuk gambar, karikatur, coretan dan lain-lain yang serupa dengan
itu.
Perbuatan itu sendiri adalah setiap tingkah laku, sikap, atau
tindakan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1980,
hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada Pegawai
Negeri Sipil karena melanggar Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 Tentang
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil pada Pasal 6 memuat tingkat
dan jenis hukuman disiplin, yaitu :
1

Hukuman disiplin ringan terdiri dari :


a Teguran lisan.
Hukuman disiplin yang berupa teguran lisan dinyatakan dan
disampaikan secara lisan oleh pejabat yang berwenang
menghukum kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan
pelanggaran

disiplin.

Apabila

seorang

atasan

menegor

bawahannya tetapi tidak dinyatakan secara tegas sebagai


hukuman disiplin, bukan hukuman disiplin

Teguran tertulis.
Hukuman disiplin yang berupa teguran tertulis dinyatakan dan

disampaikan secara tertulis oleh.pejabat yang berwenang menghukum


kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin.

Pernyataan tidak puas secara tertulis.


Hukuman disiplin yang berupa pernyataan tidak puas dinyatakan

dan

disampaikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang

menghukum kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran


disiplin.
2

Hukuman disiplin sedang, terdiri dari :


a. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu

tahun.
Hukuman disiplin yang berupa penundaan kenaikan gaji berkala,
ditetapkan untuk masa sekurangkurangnya tiga bulan dan untuk paling
lama satu tahun. Masa penundaan kenaikan gaji berkala tersebut
dihitung penuh untuk kenaikan gaji berkala berikutnya.
b.

Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala

untuk paling lama satu tahun.


Hukuman disiplin yang berupa penurunan gaji sebesar satu kali
kenaikan gaji berkala, ditetapkan untuk masa sekurangkurangnya tiga
bulan dan untuk paling lama satu tahun. Setelah masa menjalani
hukuman disiplin tersebut selesai, maka gaji pokok Pegawai Negeri
Sipil yang bersangkutan langsung kembali pada gaji pokok semula.
Masa penurunan gaji tersebut dihitung penuh untuk kenaikan gaji
berkala berikutnya. Apabila dalam masa menjalani hukuman disiplin
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat untuk
kenaikan gaji berkala, maka kenaikan gaji berkala tersebut baru
diberikan terhitung mulai bulan berikutnya dari saat berakhirnya masa
menjalani hukuman disiplin.

c.
tahun.

Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu

Hukuman disiplin yang berupa penundaan kenaikan pangkat


ditetapkan untuk masa sekurangkurangnya enam bulan dan untuk
paling lama satu tahun, terhitung mulai tanggal kenaikan pangkat
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dapat dipertimbangkan.

Hukuman disiplin berat, terdiri dari :


a. Penurunan pangkat pada pangkat setingkat lebih rendah

untuk paling lama satu tahun.


Hukuman disiplin yang berupa penurunan pangkat pada pangkat
yang setingkat lebih rendah, ditetapkan untuk masa sekurangkurangnya 6 (enam) bulan, dan untuk paling lama satu tahun. Setelah
masa menjalani hukuman disiplin penurunan pangkat selesai, maka
pangkat Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dengan sendirinya
kembali pada pangkat yang semula. Masa dalam pangkat terakhir
sebelum dijatuhi hukuman disiplin berupa penurunan pangkat, dihitung
sebagai masa kerja untuk kenaikan pangkat berikutnya. Kenaikan
pangkat berikutnya Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin
berupa penurunan pangkat, baru dapat dipertimbangkan setelah
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan sekurang-kurangnya satu
tahun dikembalikan pada pangkat semula.
b. Pembebasan dari jabatan.
Hukuman disiplin yang berupa pembebasan dari jabatan adalah
pembebasan dari jabatan organik. Pembebasan dari jabatan berarti
pula pencabutan segala wewenang yang melekat pada jabatan itu.
Selama

pembebasan

dari

jabatan,

Pegawai

Negeri

Sipil

yang

bersangkutan menerima penghasilan penuh kecuali tunjangan jabatan.

c. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri


sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin berupa
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai
Pegawai Negeri Sipil, apabila memenuhi syarat masa kerja dan usia
pensiun menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
bersangkutan diberikan hak pensiun.
d. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri
Sipil.
Pegawai

Negeri

Sipil

yang

dijatuhi

hukuman

disiplin

pemberhentian tidak dengan hormat maka kepada PNS tersebut tidak


diberikan hak hak pensiunnya meskipun memenuh syarat syarat
masa kerja usia pensiun.
Pemberian hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil dilakukan oleh
pejabat yang berwenang. Pejabat yang berwenang menghukum adalah
pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin.

Kedudukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dalam Pemerintahan Di


Indonesia.
Di dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
disebutkan kedudukan Pegawai Negeri Sipil sebagai berikut :
Pegawai Negeri berkedudukan sebagai aparatur Negara yang
bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
professional, jujur, adil, dan merata dalam penyelengaraan tugas
Negara, pemerintahan, dan pembangunan.
Seorang Pegawai Negeri dalam menjalankan tugasnya harus
bertindak secara netral. Pengertian netral di sini berarti Pegawai Negeri
dalam melaksanakan tugasnya tidak mementingkan Suku, Agama,
Golongan,

atau

partai

politik.

Seorang

Pegawai

Negeri

harus

menghindari pengaruh tersebut sehingga ia dapat menjalankan tugas


memberikan pelayanan kepada masyarakat secara maksimal. Untuk
menghindari pengaruh partai politik, seorang Pegawai Negeri tidak
boleh menjadi anggota aktif dan atau pengurus partai politik.
Bila seorang Pegawai Negeri ingin menjadi anggota suatu partai
politik atau duduk sebagai pengurus suatu partai politik, maka yang
bersangkutan diharuskan mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri.
Pemerintah sendiri telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.37
Tahun 2004 tentang Larangan Pegawai Negeri Sipil Menjadi Anggota
Partai Politik.
Larangan bagi Pegawai Negeri menjadi anggota aktif atau
pengurus suatu partai politik bertitik tolak dari pokok pikiran bahwa
Pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi umum pemerintahan
tetapi juga harus mampu melaksanakan fungsi pembangunan atau
dengan perkataan lain, Pemerintah bukan hanya menyelenggarakan
tertib pemerintahan tetapi juga harus mampu menggerakkan dan
memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat banyak.

Hal ini tidak akan terwujud bila pegawai negeri diperkenankan


menjadi anggota atau pengurus suatu partai politik. Karena dalam
pelaksanaan tugasnya antara pegawai negeri yang satu dengan yang
lainnya akan saling jegal menjegal sehingga program pembangunan
tidak akan berjalan dengan lancar 19.
Agar Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur Aparatur negara, abdi
negara dan abdi masyarakat dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik, maka ia harus mempunyai kesetiaan dan ketaatan penuh
terhadap

Pancasila,

Undang-Undang

Dasar

1945,

negara,

dan

pemerintah, sehingga dengan demikian dapat memusatkan segala


perhatian dan pikiran serta mengarahkan segala daya dan tenaganya
untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan
secara berdaya guna dan berhasil guna. Dengan demikian kesetiaan
dan ketaatan penuh tersebut mengandung pengertian bahwa Pegawai
Negeri Sipil berada sepenuhnya di bawah pimpinan pemerintah. Hal ini
perlu ditegaskan untuk menjamin kesatuan pimpinan dan garis
pimpinan yang jelas dan tegas. Dari uraian ini, maka timbullah
kewajiban dan hak setiap Pegawai Negeri Sipil.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) mempunyai peran dan kedudukan
yang menentukan yaitu sebagai pemikir, pelaksana, perencana maka
kedudukan

pegawai

negeri

sipil

sangat

menentukan

dalam

memperlancar jalannya roda pemerintahan. Mengingat pentingnya


tugas yang diemban Pegawai Negeri Sipil, maka perlu ditata dan dibina
dengan sebaik-baiknya, agar diperoleh Pegawai Negeri Sipil yang setia
dan taat sepenuhnya kepada pemerintah Republik Indonesia yang
berdasarkan

Pancasila

dan

Undang-Undang

Dasar

1945

dan

diharapkan pula agar dalam melaksanakan tugasnya penuh dengan


pengabdian, bersatu, bermental baik, berwibawa, kuat, berdayaguna,
berhasilguna, bersih dari KKN, berkualitas tinggi sehingga sadar akan
tanggung

jawabnya

Masyarakat.
19 Ibid, Hal.19

sebagai

unsur

Aparatur

Negara

dan

Abdi

Kedudukan Pegawai Negeri Sipil sebagai petugas publik yang diatur


dalam norma pemerintahan merupakan proses penyediaan layanan
sipil dan jasa-jasa publik yang tidak dapat diprivatisasikan bagi setiap
orang pada saat dibutuhkan oleh yang bersangkutan sehingga
kedudukan Pegawai Negeri merupakan bagian dari jabatan publik.
Jabatan publik yang melekat pada kedudukan pegawai negeri Sipil
merupakan kewajiban untuk menyediakan layanan sipil dan jasa-jasa
publik yang dibutuhkan oleh masyarakat yang dilayani.
Kesempurnaan peranan aparatur pemerintahan, seperti halnya
Pegawai Negeri Sipil didalam memberikan layanan
memadai

merupakan

kedudukan

dan

peranan

publik yang
strategis

dan

menentukan karena Pegawai Negeri Sipil merupakan penyelenggara


tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan yakni dalam upaya
mencapai tujuan nasional yang selalu diharapkan oleh semua rakyat
Indonesia,

maka

diperlukan

kelancaran

penyelenggaraan

pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional terutama


tergantung dari kesempurnaan aparatur negara dan aparatur Negara
pada intinya adalah sangat tergantung dari kesempurnaan Pegawai
Negeri Sipil, sehingga dalam rangka mencapai tujuan Nasional tentu
sangat diharapkan adanya Pegawai Negeri Sipil yang penuh kesetiaan
dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara
dan pemerintah serta bersatu padu , bermental baik, berwibawa, kuat ,
berdaya guna, bersih, berkualitas tinggi dan sadar akan tanggung
jawabnya sebagai unsur aparatur negara yang mana peranannya
sangat strategis sebagai Abdi Negara dan Abdi Masyarakat.

A Peranan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Sebagai Abdi Negara.


Kedudukan Pegawai Negeri adalah unsur aparatur negara, abdi
negara dan abdi masyarakat yang dengan penuh kesetiaan dan
ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan
pemerintah

yang

bertugas

masyarakat

secara

juga memberikan

profesional,

jujur,

adil

pelayanan

dan

merata

kepada
dalam

penyelenggaraan tugas negara , pemerintahan dan pembangunan.


Pegawai Negeri adalah bagian dari aparatur negara merupakan
salah satu unsur penyelenggara negara. Sebagai salah satu unsur
aparatur

negara,

pegawai

negeri

dalam

kedudukannya

sebagai

aparatur pemerintah dikendalikan oleh pemerintah walaupun setiap


ada pergantian kepala pemerintahan Pegawai Negeri harus tetap
mengabdi

kepada

negara

dan

pemerintahan

yang

sah

tanpa

terpengaruh oleh pergantian itu.


Pegawai Negeri adalah pelaksana peraturan perundang-undangan
oleh karena itu wajib berusaha agar setiap peraturan perundangundangan ditaati oleh masyarakat yakni dengan memberi contoh dan
tauladan kepada masyarakat dalam mentaati dan melaksanakan
segala

peraturan

melaksanakan

perundang-undangan

peraturan

yang

perundang-undangan,

berlaku.
pada

Dalam

umumnya

Pegawai Negeri Sipil yang merupakan bagian dari aparatur negara


diberikan tugas kedinasan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
yakni dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab.
Sesuai dengan TAP MPR Nomor IV/MPR/1999, tentang Garis-Garis
Besar Haluan Negara Tahun1999-2004 yaitu doantaranya terdapat visi,
misi dan Kebijaksanaan Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN), maka
ditetapkan

arah

kebijaksanaan

anatara

lain

membersihkan

penyelenggara negara dan praktek korupsi, kolusi dan nepotisme

dengan memberikan sanksi seberat-beratnya sesuai dengan ketentuan


hukum yang berlaku, meningkatkan efektifitas pengawasan internal
dan fungsional serta pengawasan masyarakat dan megembangkan etik
dan

moral,

meningkatkan

kualitas

aparatur

negara

dengan

memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalisme serta meningkatkan


fungsi dan keprofesionalisme birokrasi dalam melayani masyarakat,
dengan demikian kedudukan Pegawai Negeri Sipil sebagai abdi Negara
dapat terwujud.

B Peranan

Pegawai

Negeri

Sipil

(PNS)

Sebagai

Abdi

Masyarakat.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) selain berkedudukan sebagai abdi
negara,

Pegawai

Negeri

Sipil

juga

berkedudukan

sebagai

abdi

masyarakat. Sebagai abdi masyarakat mengandung pengertian bahwa


dalam melaksanakan tugas Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus tetap
berusaha melayani kepentingan masyarakat dan memperlancar segala
urusan anggota masyarakat. Setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus
mempunyai kesetiaan dan ketaatan penuh kepada Pancasila, UndangUndang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah.
Untuk mewujudkan adanya Pegawai Negeri Sipil yang tangguh
bersatu padu bermental baik, berwibawa, berdayaguna, berhasilguna,
bersih bebas dari Kolusi, korupsi dan nepotisme serta profesional maka
terhadap
kedinasan

setiap
harus

Pegawai

Negeri

benar-benar

Sipil

yang

menghayati

menjalankan

akan

nilai

etika

tugas
dan

moralitas. Untuk mewujudkan adanya Pegawai Negeri Sipil yang


profesional tentunya harus dibedakan yaitu profesi pada umumnya dan
profesi yang luhur sedangkan peranan Pegawai Negeri Sipil sebagai
abdi masyarakat tentunya menyangkut profesi yang luhur karena
menyangkut pengabdian pada masyarakat. Untuk menjadi Pegawai
Negeri Sipil yang profesionalis.

Untuk

menjadi

seorang

Pegawai

Negeri

Sipil

(PNS)

yang

berdayaguna dan berhasil guna dan menjadikan Pegawai Negeri Sipil


yang kuat, kompak, dan bersatupadu,

memiliki kepekaan, tanggap

dan memiliki kesetiakawanan yang tinggi, berdisiplin, serta sadar akan


tanggung

jawabnya

sebagai

unsur

aparatur

negara

dan

abdi

masyarakat, dapat diwujudkan melalui pembinaan korps Pegawai


Negeri Sipil, termasuk kode etiknya Selain pembinaan korps, terhadap
Pegawai Negeri Sipil juga diikat oleh kode etik dimana kode etik
pegawai Negeri Sipil adalah merupakan pedoman, sikap, tingkah laku
dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil didalam melaksanakan tugasnya
dan pergaulan hidup sehari-hari. Khusus dalam rangka pembahasan
etika profesi atau kode etik Pegawai Negeri Sipil kiranya Peraturan
Pemerintah

Republik

Indonesia

Nomor

42

Tahun

2004

Tentang

Pembinaan Jiwa Korps Dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil mengatur
secara khusus perihal pembinaan dan kemampuan profesi Pegawai
Negeri Sipil.
Kode etik Pegawai Negeri Sipil meliputi : Etika dalam berorganisasi,
Etika dalam bermasyarakat, Etika terhadap diri sendiri dan Etika
terhadap sesama Pegawai Negeri Sipil, karena itu Pegawai Negeri Sipil
dalam melaksanakan tugasnya harus berpedoman pada kode etik yang
diatur oleh pemerintah.

PENUTUP

KESIMPULAN

Daftar Pustaka

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


UU No.5 tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
Nainggolan, 1987. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil 1. Jakarta :

PT Pertija
Marsono,

1974,

pembahasan

indonesia

nomor

tahun

undang-undang

1974

tentang

kepegawaian, Jakarta : PT. Ikhtiar Baru.


Bappenas,
2004,
Menumbuhkan

Kepemerintahan Yang Baik, Jakarta.


Siregar,
Muhammad
Arifin,
2008,

republik

pokok-pokok

Kesadaran
Penerapan

Tata
Tata

Kepemerintahan Yang Baik Dalam Penyelenggaraan Pengadaan

Barang Dan Jasa Pemerintahan Provinsi Bengkulu, Semarang.


Parper, J.H, 2002, Filsafat Politik: Plato, Aristoteles, Augustinus,

Machiavelli, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


Muslimin, Amrah, 1985.
TAP MPR Nomor VI/2001, Tentang Penyelenggaraan Kekuasaan
Negara Yang Bebas Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme.

UNDP, 1997, Governance For Sustainable Devvelopment-A

Policy Document, New York.


Idup, Suhady, Modul Diklatim

IV

: Dasar-Dasar

Kepemerintahan Yang Baik, Jakarta.


Indrawijaya, Adam 1986, Perilaku Organisasi,

penerbit Sinar

Baru, Bandung.
W.J.S.Poerwadarmita, 1951. Kamus Umum Bahasa Indonesia,

Lembaga Penyelidikan Bahasa Dan Kebudayaan, Jakarta.


Abdullah, Rojali, 1986. Hukum Kepegawaian, Jakarta.
H.Nainggolan, 1984, Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, BAKN

Jakarta, Cetakan Ketujuh, Jakarta.


Unaradjan, Dolet, 2003, Manajemen Disiplin, PT.Gramedia

Widiasarana Indonesia, Jakarta.


M.Situmorang, Victor dan Juhir, Jusuf, 1994, Aspek Hukum

Tingkat

Pengawasan Melekat Di Lingkungan Aparatur Pemerintah,

PT.Rineka Cipta, Jakarta.


Prijodarmito, Soegeng, 1994, Disiplin Kiat Menjuju Sukses,
Pradnya Paramita, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai