Anda di halaman 1dari 12

1

TOLERANSI DAN ETIKA PERGAULAN

DISUSUN OLEH :

BAYU SAGITA
HENI ARIEANTI
SEKARSARI NINGTYAS
SRI UTAMI DEWI
WIEKE CHAIRUNNISA

SMA PLUS PERMATA INSANI ISLAMIC SCHOOL

PERUM VILLA PERMATA BLOK G1


PASARKEMIS-TANGERANG-BANTEN
2013

TOLERANSI DAN ETIKA PERGAULAN

DISUSUN OLEH :

BAYU SAGITA
HENI ARIEANTI
SEKARSARI NINGTYAS
SRI UTAMI DEWI
WIEKE CHAIRUNNISA

SMA PLUS PERMATA INSANI ISLAMIC SCHOOL


PERUM VILLA PERMATA BLOK G1

PASARKEMIS-TANGERANG-BANTEN
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Toleransi dan Etika
Pergaulan. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.
Pembuatan makalah ini dibuat sebagai bahan pembelajaran tentang toleransi dan etika
pergaulan dalam kehidupan serta sebagai bentuk pemenuhan tugas untuk mata pelajaran
Quran dan Hadist semester 1 (satu). Penulis berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik
mungkin sehingga dapat dijadikan contoh bagi masyarakat luas. Dan penulis selalu menerima
kritik dan saran yang dapat membangun makalah ini menjadi lebih baik kedepannya.

Tangerang, September 2013

Penulis

DAFTAR ISI

COVER JUDUL

Halaman

JUDUL..................................................................................................................ii
BAB I PEMBAHASAN.......................................................................................1
A. ......................................................................................................1

BAB I
PEMBAHASAN
1. Toleransi
Islam dan toleransi sering diibaratkan dengan dua hal yang tidak dapat bersatu. Manusia
diciptakan Allah dalam bentuk, rupa, budaya, bahasa, dan agama yang berbeda-beda. Sebagai
seorang muslim yang taat, kita wajib saling memahami dan toleran akan perbedaan-perbedaan
tersebut. Namun di samping memhami perbedaan, seorang muslim wajib memahami batasanbatasan dalam bertoleransi yang telah ditetapkan oleh Islam.
A. Pengertian Toleransi
Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti
sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok
yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.
Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu
masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.
Kata toleransi sebenarnya bukanlah bahasa asli Indonesia, tetapi serapan dari
bahasa Inggris tolerance, yang definisinya juga tidak jauh berbeda dengan kata
toleransi atau toleran. Adapun dalam bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan
sebagai padanan dari kata toleransi adalah samaahata atau tasaamaha. Kata ini
pada dasarnya berarti al-jd (kemuliaan). atau saat al-shadr (lapang dada) dan tashul
(ramah, suka memaafkan). Makna ini selanjutnya berkembang menjadi sikap lapang
dada atau terbuka dalam menghadapi perbedaan yang bersumber dari kepribadian yang
mulia.
1)

B. Dalil-Dalil Tentang Toleransi


Al-Kafirun ayat 1- 6


1.
2.
3.
4.
5.
6.


Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah.
Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

Penjelasan :
Dalam ayat ini diterangkan bahwa sikap kita kepada orang-orang yang tidak
beriman ialah mengatakan bahwa yang benar itu datangnya dari Allah, jika mereka
beriman, hendaklah kita terima, tetapi apabila mereka tetap kafir, biarkanlah mereka
kafir. Karena Allah akan menyediakan bagi mereka itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi
minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka mereka.
2) Yunus ayat 40 41

40.


Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di

antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih
mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.
41. Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan
bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang Aku kerjakan dan akupun
berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".
Penjelasan
Dari ayat diatas diceritakan tentang menyikapi orang-orang yang tidak beriman
yang apabila mereka mendustakan kita, maka dalam ayat ini kita diperintahkan untuk
mengatakan Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu kamu berlepas diri terhadap
apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan.
3) Al-Kahf ayat 29

29. Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa
yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir)
Biarlah ia kafir". Sesungguhnya kami Telah sediakan bagi orang orang zalim itu
neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya
mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan
muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
Penjelasan :
Dalam ayat ini diterangkan bahwa sikap kita kepada orang-orang yang tidak
beriman ialah mengatakan bahwa yang benar itu datangnya dari Allah, jika mereka
beriman, hendaklah kita terima, tetapi apabila mereka tetap kafir, biarkanlah mereka
kafir. Karena Allah akan menyediakan bagi mereka itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi
minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka mereka.
4) Al-Hujurat ayat 10-13




10. Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah


(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat.
11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya,
boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri
dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak
bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),
Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan
orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu
yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
Taubat lagi Maha Penyayang.
13. Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Penjelasan :

Pada ayat 10 dikatakan bahwa setiap orang muslim itu bersaudara.


Pada ayat 11, Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa nama-nama gelaran di zaman
jahiliyah sangat banyak. Ketika Nabi saw. memanggil seseorang dengan gelarnya, ada
orang yang memberitahukan kepada Nabi bahwa gelar itu tidak disukainya. Maka
turunlah ayat ini yang melarang memanggil orang dengan gelaran yang tidak

disukainya.
Pada ayat 12, dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan
dengan Salman al-Farisi yang apabila selesai makan ia terus tidur dan mendengkur.
Pada waktu itu ada orang yang mempergunjingkan perbuatannya itu. Maka turunlah

ayat ini yang melarang seseorang mengumpat atau menceritakan aib orang lain.
Pada ayat 13, dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika Fathu Makkah, Bilal
naik ke atas Kabah untuk azan. Berkatalah beberapa orang : apakah pantas budak
hitam adzan di atas Kabah ?. maka berkatalah yang lainnya : sekiranya Allah

membenci orang ini, pasti Allah akan menggantinya. Ayat ini turun sebagai
penegasan bahwa dalam Islam tidak ada diskriminasi, dan yang paling mulia adalah
yang paling bertaqwa.
C. Batasan Toleransi
Batasan toleransi yang dianjurkan dalam Islam sebagai berikut .
a. Muamalah
b. Jual Beli
c. Interaksi Sosial
d. Amar Makruf Nahi Mungkar
Toleransi merupakan ajaran Islam, namun dalam hal akidah dan kepercayaan, kita tidak
diperkenankan

untik

bersikap

toleran.

Hal

ini

merupakan

larangan

Allah

SWT.sebagaimana firman-Nya, Untukku agamaku dan untukmu agamamu. Islam


tidak memberikan toleransi untuk masalah tauhid , karena hanya Islam agama yang
benar disisi Allah. Kita boleh berteman dan bergaul dengan siapapun, tetapi dalam hal
agama dan akidah, kita wajib unt8uk menanggalkan sikap toleransi.

2. Etika Pergaulan
Bersikap toleransi bukan berarti kita bebas bergaul dengan siapapun tanpa aturan. Perlu
adanya etika dalam bergaul agar kita tidak terjerumus dalam pergaulan yang dapat
membahayakan dan merugikan diri kita.
A. Pengertian Etika Pergaulan
Secara etimologi etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti watak,
kesusilaan, atau adat kebiasaan. Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral
yang merupakan istilah dari bahasa Latin yaitu mos dan dalam bentuk jamaknya
mores, yang berarti adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan
perbuatan yang baik (kesusilaan) dan menghindari hal-hal yang buruk. Etika dan moral
lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan
yaitu moral atau moralitas unuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika
adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Etika pergaulan diperlukan
untuk memberikan batasan dan membentengi diri kita agar tetap berada dalam koridor
syariat Islam.
B. Macam macam Etika Pergaulan
1. Etika Pergaulan antarsesama Muslim

Islam telah berbicara secara tegas dalam menyikapi pergaulan antara laki-laki dan
perempuan. Ada etika pergaulan antara laki-laki dan perempuan menurut Islam yaitu;
A. Menundukkan pandangan
Allah memerintahkan kaum lelaki untuk menundukkan pandangannya, sebagaimana
firman-Nya, Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menundukkan
pandanganya, dan menjaga kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.(QS : An-Nur
[24] : 30). Hal ini juga diperintahkan kepada kaum perempuan beriman, Rasulullah SAW
bersabda, Janganlah kamu mengikuti pandangan pertama (kepada wanita) dengan
pandangan berikutnya. Karena yang pertama itu untukmu dan yang kedua adalah
ancaman atau dosa." [HR.Ahmad, Abu Daud, Tirmizy dan Hakim].
Pada ayat ini Allah SWT. mendahulukan penyebutan menundukkan pandangan dari
pada menjaga kemaluan, maka hal ini menunjukkan pentingnya menundukkan pandangan
sebagai sarana untuk membersihkan hati dari penyakit-penyakit yang dapat merasuk ke
dalamnya, setelah itu barulah hati itu dapat tumbuh dan berkembang dengan diberi
makanan hati yang berupa amal ketaatan sebagaimana badan yang juga butuh makanan
agar dapat tumbuh dan berkembang.
B. Menutup Aurat
Allah berfirman Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali
yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka melabuhkan kain tudung ke
dadanya. (QS An-Nur [24]: 31). Juga Firman-Nya Hai nabi, katakanlah kepada isteriisterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka
melabuhkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih
mudah dikenali, kerana itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (QS Al-Ahzab [33]: 59). Perintah menutup aurat juga berlaku
bagi semua jenis. Dari Abu Daud Said al-Khudri r.a. berkata, Rasulullah saw bersabda,
Janganlah seseorang lelaki memandang aurat lelaki, begitu juga dengan wanita jangan
melihat aurat wanita.
C. Adanya Pembatas antara Lelaki dengan Perempuan
Kalau ada sebuah keperluan terhadap kaum yang berbeda jenis, harus disampaikan
dari balik tabir pembatas. Sebagaimana firman-Nya, Dan apabila kalian meminta
sesuatu kepada mereka (para wanita) maka mintalah dari balik tabir. (Al-Ahzab: 53)
D. Tidak Berdua-duaan di Antara Lelaki dan Perempuan

Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, Janganlah
seorang lelaki berdua-duaan (khalwat) dengan wanita kecuali bersama mahramnya.
(Hadis Riwayat Bukhari & Muslim). Dari Jabir bin Samurah berkata Rasulullah saw
bersabda, Janganlah salah seorang dari kalian berdua-duan dengan seorang wanita,
kerana syaitan akan menjadi ketiganya. (Hadis Riwayat Ahmad dan Tirmidzi dengan
sanad yang sahih)
E. Tidak Melunakkan Ucapan (Percakapan)
Seorang wanita dilarang melunakkan ucapannya ketika berbicara selain kepada
suaminya. Firman Allah SWT., Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti
wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara
(berkata-kata yang menggoda) sehingga berkeinginan orang yang ada penyakit di dalam
hatinya

tetapi

ucapkanlah

perkataan-perkataan

yang

baik.

(Al-Ahzab:

32)

Imam Ibnu Kathir berkata, Ini adalah beberapa etika yang diperintahkan oleh Allah
kepada para istri Rasulullah SAW serta kepada para wanita mukminah lainnya, iaitu
hendaklah dia kalau berbicara dengan orang lain tanpa suara merdu, dalam pengertian
janganlah seorang wanita berbicara dengan orang lain sebagaimana dia berbicara
dengan suaminya. (Tafsir Ibnu Kathir 3/350)
F. Tidak menyentuh Perempuan Nonmuhrim dan Sebaliknya
Dari Maqil bin Yasar r.a. berkata, Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan
jarum besi itu masih lebih baik daripada menyentuh kaum wanita yang tidak halal
baginnya. (Hadis Hasan Riwayat Thabrani dalam Mujam Kabir) Syaikh al-Abani
Rahimahullah berkata, Dalam hadis ini terdapat ancaman keras terhadap orang-orang
yang menyentuh wanita yang tidak halal baginya. (Ash-Shohihah 1/448). Rasulullah
saw. tidak pernah menyentuh wanita meskipun dalam saat-saat penting seperti membaiat
dan lain-lainnya. Dari Aishah berkata, Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah
menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat. (Hadis Riwayat
Bukhari)
Inilah sebahagian etika pergaulan lelaki dan wanita selain mahram, yang mana apabila
seseorang melanggar semuanya atau sebahagiannya saja akan menjadi dosa zina baginya,
sebagaimana sabda Rasulullah saw Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya ALLAH menetapkan untuk anak adam bahagiannya dari zina, yang pasti akan
mengenainya. Zina mata dengan memandang, zina lisan dengan berbicara, sedangkan jiwa
berkeinginan serta berangan-angan, lalu farji yang akan membenarkan atau mendustakan
semuanya. (Hadis Riwayat Bukhari, Muslim & Abu Daud). Padahal Allah SWT telah

melarang perbuatan zina dan segala sesuatu yang bisa mendekati kepada perbuatan zina.
Sebagaimana Firman-Nya Dan anganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk.

Anda mungkin juga menyukai