fenomena pusaran air ini pun diamini oleh FAO sebagai akibat dari
pencemaran lingkungan.
Fenomena hujan kodok di Jepang ini ternyata juga pernah dialami
oleh negara lain. Kejadian ini bahkan terjadi jauh sebelum kodok-kodok itu
berjatuhan di Jepang. Negara Inggris dan Serbia menjadi dua negara dengan
pengalaman fenomena yang sama. Dua negara itu sudah lebih dulu
merasakan atmosfir kehebohan yang dilahirkan dari kodok-kodok tersebut.
Negara Serbia mengalaminya pada tahun 2005 lalu, sementara Inggris
sudah mengalaminya pada tahun 1998 lalu.
Bumi, sebagian besar terdiri dari air. Pusaran-pusaran air itupun
menjadi satu hal yang mungkin terjadi di mana saja. Tidak terbatas pada
satu kawasan teritorial tertentu. Fenomena hujan kodok di Jepang ini bisa
saja beberapa tahun ke depan ikut dirasakan oleh warga yang ada di
Indonesia. Hal itu tentu saja akan semakin cepat terjadi, jika kebersihan
lingkungan masih tetap disepelekan.
Hujan kodok di Jepang fenomena alam yang biasa. Wajar rasanya
jika hujan kodok di Jepang yang terjadi beberapa waktu lalu menjadi sebuah
fenomena yang cukup meresahkan, karena seperti yang kita tahu, hujan
merupakan sebuah proses alamiah yang berkenaan dengan perubahan gas
menjadi menjadi zat cair. Gas yang terbawa angin hingga mencapai atmosfir
dengan suhu lebih rendah kemudian mencair secara perlahan.
Lalu, bagaimana hujan kodok di Jepang itu bisa terjadi? Apakah kodok
mengalami proses yang sama dengan gas yang kemudian mencair? Para
peneliti pun menjadikan itu sebagai bahan penelitian. Mereka mempelajari
bagaimana sesungguhnya hujan kodok di Jepang itu bisa terjadi. Secara
kebetulan kodok juga menjadi binatang yang dianggap cukup menjijikan bagi
sebagian orang. Hujan kodok di Jepang ini menjadi fenomena yang tidak
dialami oleh setiap negara.
Tahukah anda jika ternyata menurut beberapa ahli sering berurusan
dengan masalah cuaca dan seluk beluknya, hujan kodok di Jepang benarbenar bisa terjadi kapan saja dan tidak menutup kemungkinan untuk terjadi
di negara lain. Apa yang dikatakan oleh para ahli tersebut mengenai
fenomena hujan kodok di Jepang itu seharusnya sudah cukup menjadi obat
penenang bagi kehebohan yang sempat terjadi akibat peristiwa itu.
Selayaknya seseorang yang tidak disengaja jatuh dari ketinggian,
kodok-kodok pada fenomena hujan kodok di Jepang itu juga jatuh dengan
gerakan yang cukup agresif, seolah sedang berusaha melawan gravitasi.
Gerakan agresif itu menunjukkan bahwa mereka hidup, dan merasa
terancam dengan jarak yang cukup tinggi. Tak jarang juga para saksi mata
menemukan bahwa kodok yang jatuh dari langit itu masih dalam keadaan
terbungkus bongkahan es.
Keadaan yang dialami kodok pada hujan kodok di Jepang itu
menunjukkan bahwa mereka dating dari suhu yang jauh lebih rendah
dibandingkan dengan suhu di sekelilingnya. Suhu yang rendah itu kemudian
membawa kodok-kodok tersebut ke daerah dengan suhu yang lebih tinggi.
Akibatnya kodok itupun terjatuh karena penyesuaian suhu.
Anda mungkin penasaran bagaimana tanda-tanda sebelum hujan
kodok di Jepang itu terjadi. Apakah memiliki tanda-tanda yang sama dengan
hujan pada umumnya atau tidak?. Fenomena yang masih cukup membuat
takjub itu ternyata memiliki tanda-tanda yang sama dengan hujan pada
umumnya. Langit akan berubah menjadi mendung, dan hujan aneh itu pun
terjadi, biasanya bersamaan dengan petir dan angin yang cukup kencang.