Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan
Dosen:
Drs. R. Ading Pramadi, M.S

Oleh:

Mia Sulistiani 1142060052

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015

Judul Praktikum
Tanggal Praktikum
Tujuan Praktkum

: Enzim dan Kerja Enzim


: Kamis, 15 Oktober 2015
: 1.Mengetahui kerja enzim pada proses pencernaan di dalam mulut
2. Mengukur kerja enzim amilase dalam beberapa lingkungan suhu yang
berbeda.

A. Analisis Pembahasan
Kerja Enzim Amilase pada proses pencernaan di mulut
Wakt
Se
Peng
unya
han

Warna
S

be

lu

di

te

te

Io

di

si

d
a
n
d
i
d
a
l
a
m
k
a
r
d
u
s
H
i
t
Diku

nyah

un
in

detik)

t
a

e
k
a
t

menit

Kr

ea

Pe
ka
t

m
H
i
t
a
m

menit

un

in

ud

K
e
c
o
k
l
a
t
a
n
H
i
t
a

Kr
ea
m
menit

M
ud

H
i
t
a
m

m
K
e
u
n
g
u
a

menit

Kr

ea

n
H
i

t
a
m

m
Pe
ka
t

K
e

r
a
h
a
n

K
un
in
menit

g
M
ud
a

menit

n
U

Kr

ea

ud

a
K

n
g
u

e
u
n
g
u
a
n
H
i
t

Ditum
buk

un

in

a
n

g
Te

ra

ng

e
k
a
t

Pembahasan
Pada pratikum ini dilakukan dua uji percobaan, yang pertama yaitu craker yang di kunyah
dan craker yang di tumbuk. Diuji dengan dikunyah mulai dari 30detik, 1 menit, 2 menit, 3 menit,
4 menit, 5 menit, dan 10 menit. Ketika waktu kunyahannya semakin lama akan membuat enzim
semakin baik, sehingga warna sebelum ditetesi iodin semakin lama kunyahan semakin putih.
Hasilnya pada kue craker yang ditumbuk menghasilkan warna tetap yaitu warna hitam. Karena
pada craker yang ditumbuk tidak menggunakan kerja enzim sehingga warnanya tetap seperti
semula. Berdasarkan literatur, Enzim ptialin dalam saliva adalah suatu enzim amilase yang
berfungsi untuk memecah molekul amilum menjadi maltosa dengan proses hidrolisis. Proses ini

berjalan lebih baik apabila makanan dikunyah lebih halus. (Poedjiadi, 2005). Dapat disimpulkan
tidak adanyah perubahan warna yang terjadi pada cracker yang ditumbuk karena disebakan tidak
adanya kerja enzim, atau bias jadi enzim amilase belum bekerja secara optimal karena tidak
adanyah proses pengunyahan.
Kemudian untuk hasil dari pengunyahan dengan interval waktu tertentu menghasilkan ke
ragamana warna. Dikarenakan enzim amylase bekerja di mulut, terjadi perubahan warna tiap
waktu yang ditentukan. Selanjutnya, untuk hasil dari jenis perlakuan berupa
pengunyahan lalu ditambah iod dengan interval waktu tertentu menunjukan
keragaman warna yang terbentuk. Apabila proses pengunyahan didalam
mulut relatif sebentar, maka warna yang dihasilkan adalah ungu tua sampai
ungu muda. Hal ini dikarenakan cracker hanya berada sebentar sekali
didalam mulut sehingga penguraian amilum menjadi disakarida juga sedikit
(Goenarso : 2005).
Sedangkan pada waktu yang lebih lama warna pun menjadi berbeda,
Hal tersebut terjadi disebabkan karena pada menit-menit tersebut larutan
iod dan enzim amilase bereaksi, sehingga terjadi perubahan warna pada
cracker yang di kunyah dan amilase merubah atau menghidrolisis pati atau
amilum menjadi bentuk karbohidrat lebih sederhana, yaitu dekstrin, dan
apabila berada dimulut cukup lama maka sebagian akan diubah menjadi
disakarida maltosa. (Almatsier: 2009)
Dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan warna di akibatkan
adanya proses pengunyah terlebih dahulu beda halnyah dengan yang
ditumbuk

tidak

ada

perubahan

warna

karena

tidak

melalui

proses

pengunyahan dahulu di mulut.


Tabel Hasil Pengamatan enzim pada suhu.
No

L
ar
ut
a
n
A
m

B
a
n
ya
k
Te
te
s

Wa
rna

il
u
m
di
ta
m
b
a
h
Io
di
n
Be
ne
di
ct
Io
di
n
Be
ne
di
ct
Io
di
n
Be
ne
di
ct
Io
di
n
Be
ne
di
ct

(T
iti
k
A
kr
o
m
at
ik
)
Cok
lat
tua

2
tet
es
6
tet
es

6
tet
es
16
tet
es
7
tet
es
15
tet
es
9
tet
es
10
tet
es

12 menit

12 menit
32 menit

14 menit
30 menit

18 menit
20 menit

Biru
mu
da
jern
ih
Cok
lat
pek
at
Biru
Ben
ing
Cok
lat
tua
Biru
Ben
ing
Hita
m
pek
at
Biru
Kun
ing

Io
di
n

10
tet
es

Be
ne
di
ct

22 menit

5
tet
es

Io
di
n

10 menit

Biru
Jern
ih
Ung

7
tet
es

Be
ne
di
ct

Kun
ing
kec
okla
tan

14 menit

10
tet
es

20 menit

Pek
at
Biru
Jern
ih

Grafik pengaruh suhu terhadap kerja enzim

35
30
25
20

iodin

15

Column2

10
5
0
5C

15C

25C

35C

45C

65C

Pembahasan
Kegunaan uji iod adalah untuk mengetahui kandugan amilum (polisakarida) pada
makanan atau karbohidrat kandungannyah. Begitupula dengan kegunaan uji benedict mengetahui
kandungan glukosa (monosakarida) pada karbohidrat yang akan di uji.. (Poedjiadi, 2005)

Pengujian ini merupakan uji kerja enzim pada beberapa suhu lingkungan dengan
meggunakan iodin dan benedict dengan pengaturan suhu 5oC, 15oC, 25oC, 35oC, 45oC, dan 65oC.
Dengan menguji amilum yang dicampur dengan saliva. Saliva adalah sutau cairan oral yang
kompleks, yang tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan
kecil yang ada pada mukosa oral. Di uji mulai dari 0-30 dengan interval 2. Diuji dengan
larutan benedict dan larutan iod. Kerja enzim di pengaruhi oleh beberapa factor seperti, suhu, ph,
kosentrasi substart, kosentrasi enzim, adanya activator, adanya inhibitor.
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh suhu terhadap air liur atau saliva yang
ditamabahkan iodin dan benedict yang dipanaskan pada suhu 5oC, 15oC, 25oC, 35oC, 45oC, dan
65oC memberikan hasil positif, yaitu larutan menjadi ber aneka ragam warna sesuai dengan
temperature suhu yang telah diatur hal ini membuktikan bahwa suhu mempengaruhi kerja pada
enzim. Jadi suhu optimum atau titik akromatis adalah pada suhu 35oC-45oC

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2015. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Goenarso, Darmadi. 2003. Fisiologi Hewan. Jakarta : Universitas Terbuka
Poedjiadi, Anna. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. Bandung :Penerbit Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai