c SPONDYLOSIS
(Case Report)
Oleh :
Muhamad Ibnu Sina
0818011075
Pembimbing :
dr. Sanjoto S., Sp.KFR
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. N
Umur
: 67 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Pugung Raharjo
Agama
: Hindu
Pekerjaan
: Wiraswasta
Status
: Menikah
Suku Bangsa
: Bali
Tanggal Masuk
: 29 November 2012
Keluhan tambahan
Kesadaran
: Compos mentis
GCS
: E4M6V5 = 15
Tanda vital
TD
= 140/90 mmHg
Suhu = 36,7 C
= 88 x/menit
Gizi
RR
= 20 x/menit
Status generalis :
Kepala
- rambut
- mata
- telinga
- hidung
- mulut
: baik
Leher
- pembesaran KGB
: tidak membesar
- simetris/tidak
: simetris
- pembesaran tiroid
: tidak membesar
- JVP
: tidak meningkat
Thoraks
Jantung
Abdomen
I : datar dan simetris
P : nyeri tekan (+) pada daerah pinggang, hepar dan lien tidak teraba
P : tympani
A : BU (+) normal
Ekstremitas
Superior
Inferior
Saraf kranialis
(kanan/kiri)
1. N. olfactorius (N.I)
Daya penciuman hidung
: normosmia/normosmia
2. N.opticus (N.II)
Tajam penglihatan
: > 3/60
Lapang penglihatan
Tes warna
Fundus oculi
: tidak dilakukan
: -/-
Endophtalmus :
: -/-
Exophtalmus
: -/-
Pupil
Diameter
: 3mm / 3mm
Bentuk
: bulat / bulat
Isokor/anisokor
: isokor
Posisi
: sentral/ sentral
: +/+
:+/+
Lateral
:+/+
Superior
:+/+
Inferior
:+/+
Obliqus superior
:+/+
Obliqus inferior
:+/+
: +/+
: +/+
4. N. trigeminus (N.V)
Sensibilitas
Raba
Nyeri
Suhu
Ramus oftalmikus
N/N
N/N
N/N
Ramus maksilaris
N/N
N/N
N/N
Ramus mandibularis
N/N
N/N
N/N
Motorik
M.masseter
: baik/baik
M.temporalis
: baik/baik
M.pterigoideus
: baik/baik
Reflek kornea
: +/+
Reflek bersin
: tidak dilakukan
Reflek
5. N. facialis (N.VII)
Inspeksi wajah sewaktu
Diam
Tertawa
: simetris
Meringis
: simetris
Bersiul
: simetris
: simetris
: simetris
Menggembungkan pipi
: simetris
Sensoris
Pengecapan 2/3 depan lidah : +/+
6. N. Vestibulo-Cochlearis (N.VIII)
N. Cochlear
Ketajaman pendengaran
: +/+
Tinnitus
: -/-
N. Vestibularis
Test vertigo
: tidak dilakukan
Nistagmus
: -/-
: (-)
Posisi uvula
: ditengah
Palatum mole
: istirahat
Bersuara
Arcus palatoglossus
: istirahat
Bersuara
Arcus Pharingeus
: istirahat
Bersuara
Reflek batuk
:+
Reflek muntah
:+
Peristaltic usus
: BU (+)
: simetris
: terangkat
: simetris
: terangkat
: simetris
: terangkat
Bradikardi
:-
Takikardi
:-
8. N. accesorius (N.XI)
M. sternocleidomastoideus
: normal/normal
M. trapezius
: normal/normal
9. N. Hypoglossus (N.XII)
Atropi
:-
Fasikulasi
:-
Deviasi
:-
Sistem motorik
Gerak
superior ka / ki
Kekuatan otot
normooaktif / normoaktif
:
fleksor: 5 ekstensor: 5/
fleksor : 5 ekstensor: 5
Tonus :
normotonus / normotonus
Klonus
-/-
Reflek fisiologis
biceps (+/+)
inferior ka / ki
normoaktif/normoaktif
fleksor:5 ekstensor: 5/
fleksor: 5 ekstensor: 5
normotonus /normotonus
-/Patellla (+/+)
Triceps (+/+)
Reflek patologis
:-Hoffman-tromer -/-
Achiles (+/+)
-Babinsky
-/-
-Chaddock
-/-
- Oppenheim
-/-
-Schaefer
-/-
- Gordon
-/-
-Gonda
-/-
- Kaku kuduk
: (-)
- Kernig test
: (-)
- Lasseque test
: (+/-)
- Brudzinsky I
: (-)
- Brudzinsky II
: (-)
Sensibilitas
Eksteroseptif / rasa permukaan (superior / inferior )
Rasa raba
+/+
Rasa nyeri
+/+
+/+
+/+
(superior / inferior )
Rasa sikap
+/+
Rasa getar
tidak dilakukan
+/+
asteriognosis
+/+
Grafognosis
+/+
Koordinasi
Tes tunjuk hidung
:+/+
Tes pronasi/supinasi ;
+/+
: normal
Defekasi
: normal
Salivasi
: normal
Fungsi luhur
Fungsi bahasa
baik
Fungsi orientasi
baik
Fungsi memori
baik
Fungsi emosi
baik
V. RESUME
Tn.N, berusia 67 thn datang ke RSUAM dengan keluhan nyeri pada pinggang bawah yang
menjalar hingga kaki sebelah kanan sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan menjalar hingga
ke ujung-ujung jari kaki sebelah kanan, Pasien sempat ke dokter umum dan memeriksakan
dirinya, lalu pasien dianjurkan untuk rontgen, menurut dokter hasil rontgen menunjukkan
bahwa pasien mengalami pengapuran pada tulang belkangnya dan oleh dokter pasien
disarankan untuk fisioterap. Pada pemeriksaan fisik didapati kesadaran Compos mentis,.
GCS: E4M6V5 = 15, keadaan umum tampak sakit sedang
Tanda vital
TD
= 140/90 mmHg
= 88 x/menit
RR
= 20 x/menit
Suhu = 36,7 C
Gizi
: baik
Pemeriksaan fisik : pada palpasi didapatkan nyeri pada daerah pinggang, pada pemeriksaan
Laseque (+),.
VII.
PEMERIKSAAN ANJURAN
MRI
VIII. DIAGNOSIS
-
X. PENATALAKSANAAN
1. Umum
Istirahat
2. Medikamentosa
Analgetik
Steroid
3. Rehabilitasi
Fisioterapi
Program
menit
Okupasi Terapi
Program
Latihan Punggung
1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu
lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian
lakukan lagi pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Saraf spinalis L4-S3 pada fossa poplitea membelah dirinya menjadi saraf perifer yakni N.
tibialis dan N. poreneus. N ischiadicus keluar dari foramen ischiadicus mayor tuberositas anterior
1/3 bawah dan tengah dari SIPS kebagian dari tuberositas ischii.
Tengah 2 antara tuberositas ischii dan trochanter yaitu pada saat n. ischiadicus keluar dari
gluteus maximus berjalan melalui collum femoris. Sepanjang paha bagian belakang sampai fossa
poplitea.
Cakupan dari regio pinggang sebagai berikut :
Adapun komponen komponen dari regio pinggang adalah kulit, otot, ruas, tulang sendi,
bantalan sendi, facet joint. Dan apabila semuanya ini mengalami gangguan maka sangat
berpotensi untuk terkena NPB yang bisa berlanjut menjadi ishialgia.
Perjalanan Nervus Ischidicus di mulai dari L4-S3, dan saraf ini memiliki percabangan antara
lain:
Tulang belakang merupakan bangunan yang kompleks yang dapat dibagi menjadi 2
bagian. Dibagian ventral terdiri dari korpus vertebra yang dibatasi satu dengan lainnya oleh
diskus intervertebra dan ditahan satu dengan lainnya oleh ligamentum longitudinal ventral dan
dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kuat dan terdiri atas arkus vertebra dengan lamina dan pedikel
yang diikat satu dengan lainnya oleh berbagai ligamen diantaranya ligamen interspinal, ligamen
intertranversa dan ligamen flavum. Pada procesus spinosus dan tranversus melekat otot-otot yang
turut menunjang dan melindungi kolum vertebra. Seluruh bangunan kolum vertebra mendapat
inervasi dari cabang-cabang saraf spinal yang sebagian besar keluar dari ruangan kanalis vertebra
melalui foramen intervertebra dan sebagian dari ramus meningeal yang menginervasi duramater.
Diskus intervertebra dan nukleus pulposus tidak mempunyai inervasi sensibel biarpun berbatasan
langsung dengan ligamen longitudinal yang mengandung serabut sensibel.
Bagian lumbal merupakan bagian tulang punggung yang mempunyai kebebasan gerak
yang terbesar. Tarikan tekanan dan torsi yang dialami pada gerakan-gerakan antara bagian toraks
dan panggul menyebabkan daerah ini dapat mengalami cedera lebih besar daripada daerah lain,
biarpun tulang-tulang vertebra dan ligamen di daerah pinggang relatif lebih kokoh. Perbedaan
hentakan antara tulang dengan jaringan dalam peranan mereka sebagai sendi pendukung akan
menyebabkan penyakit yang karakteristik unik pada daerah yang bersangkutan. Sebagian besar
lesi pada diskus lumbal adalah mengenai jaringan lunak dan sering sekali menghasilkan protrusi
inti (nucleus) yang kemudian menekan akar saraf.
N. Ischiadicus mempersarafi:
M. Semitendinosus
M. Semimbranosus
M. Biceps Femoris
M. Adduktor Magnus
N. Poroneus Mempersarafi
M. tibialis anterior
M. digitorum brevis
M. poroneus tertius
N. Tibialis Mempersarafi
M. gastrocnemius
M. popliteus
M. soleus
M. plantaris
M. tibialis posterior
B. ISCHIALGIA
Ischialgia yang dirasakan bertolah dari vertebra lumbosacralis atau daerah paravertebralis
lumbosacralis dan menjalar sesuai dengan salah satu radiks yang ikut menyusun nervus
ischiadicus.Sebelum terjadi ischialgia selalu di dahului dengan Low Back pain atau Nyeri
Pinggang Bawah itu sendiri seperti perasaan nyeri, pegal, linu atau terasa tidak enak di daerah
pinggang, pantat yang factor pencetusnya oleh berbagai sebab, mulai dari yang paling jelas
seperti salah posisi, kuman sampai penyebab yang tidak jelas seperti menyongsong hari esok
akibat persaingan hidup semakin ketat atau stress. NPB dapat di klasifikasikan menjadi
Traumatik maupun Non traumatic dengan atau tanpa kelainan neurologis primer atau sekunder,
dengan atau tanpa kelainan neurologis akut ataupun kronik.
Nyeri atau rasa tidak enak yang menjalar harus diartikan sebagai perwujudan hasil
perangsangan terhadap saraf sensori. Nyeri saraf itu terasa sepanjang perjalanan saraf tepi. Ia
bertolak dari tempat saraf sensorik terangsang dan menjalar berdasarkan perjalanan serabut
sensorik itu ke perifer. Perangsangan terhadap berkas saraf perifer biasanya berarti perangsangan
pada saraf motorik dan sensorik.Gangguan sensibilitas yang terasa sepanjang parjalanan saraf
tepi dan biasanya juga disertai gangguan motorik yang di sebut Neuritis. Neuritis di tungkai
dapat terjadi oleh karena berkas saraf tertentu terkena infeksi atau terkena patologic di
sekitarnya.
2.
Entrapment Neuritis :
3.
a)
Neuritis primer
b)
Tuber Ischi
Artikulatio koksae.
Spondylosis
Diawali dengan proses degeneratif yang ditandai dengan menurunnya sistem metabolik
atau sirkulasi darah atau adanya faktor traumatik yang berulang-ulang . Akibatnya terjadi
kerusakan (disorders) pada discus intervertebralis. Elastisitasnya menurun diikuti berkurangnya
cairan sendi dan penurunan sistem difusi di Cartilago akan mengalami kerusakan yang pada
akhirnya akan berkurang. Inter space antar diskus semakin kecil yang berakibat mikro trauma
pada kedua fascies corpus vertebra . keadaan akan diikuti proliferasi jaringan tulang baru yang
akan berubah menjadi proses osifikasi dan calsifikasi tulang yang pada akhirnya membentuk
osteofit.
Dalam analisa klinis LBP yang berlanjut menjadi Ischialgia jika timbul secara tiba- tiba
ini akan di kaitkan dengan Neoplasma. Tapi apabila mempunyai hubungan dengan trauma, maka
secara simplisik data itu di asosiasikan dengan HNP ( Herpetik Nucleus Pulposus ). HNP
merupakan jebolnya nukleus pulposus ke korpus vertebrae di atas atau di bawahnya, dan bisa
juga langsung jebol dari nukleus pulposus ke dalam korpus vertebrae. Robekan circumferentia
dan radial pada anulus fibrosis discus intervertebralis yang kemudian di susul oleh nyeri
sepanjang tungkai yang dikenal sebagai iscialgia. Secara etiologi Ischialgia dapat di bagi menjadi
3 perwujudan yaitu :
1.
2.
Ischialgia ini dapat terjadi karena nucleus pulposus yang jebol ke dalam kanalis
vertebralis (HNP), osteofit, herpes zoster (peradangan) atau karena adanya tumor pada
kanalis vertebralis. Pada kasus ini pasien akan meraskan nyeri hebat, dimulai dari daerah
lumbosakral menjalar menurut perjalanan n. Ischiadikus dan lanjutannya pada n.
peroneus communis dan n. tibialis.
Data-data yang dapat diperoleh untuk mengetahui adanya Ischialgia radikulopati, antara
lain : (1) Nyeri punggung bawah (low back pain), (2) Adanya peningkatan tekanan
didalam ruang arachnoidal, seperti : batuk, bersin dan mengejan, (3) Faktor trauma, (4)
lordosis lumbosakral mendatar, (5) Adanya keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS)
lumbosakral, (6) Nyeri tekan pada lamina L4, L5 dan S1, (7) Tes laseque selalu positif.
3.
Ini terjadi karena dalam perjalanan menuju tepi n. Ischiadikus terperangkap dalam
proses patologik di berbagai jaringan dan bangunan yang dilewatinya. Jaringan dan
bangunan itu yang membuat n. Ischiadikus terperangkap, antara lain : (1) Pleksus
lumbosakralis yang diinfiltrasi oleh sel-sel sarcoma reproperitonial, karsinoma uteri dan
ovarii, (2) garis persendian sakroilliaka dimana bagian-bagian dari pleksus lumbosakralis
sedang membentuk n. Ischiadikus mengalami proses radang (sakrolitis), (3) Bursitis di
sekitar trochantor mayor femoris, (4) Bursitis m. piriformis (5) Adanya metatasis
karsinoma prostat di tuber ischii.Tempat dari proses patologi primer dari Ischialgia ini
dapat diketahui dengan adanya nyeri tekan dan nyeri gerak. Nyeri tekan dapat dilakukan
dengan penekanan langsung pada sendi panggul, trochantor mayor, tuber ischii dan spina
ischiadika. Sedangkan nyeri gerak dapat diprovokasi dengan cara melakukan tes Patrick
dan tes Gaenslen.
Nyeri yang dirasakan penderita secara tiba-tiba seperti rasa terbakar atau bersifat tajam
dan sakit pada malam hari. Sehingga penderita tidak dapat tidur. Nyeri bertambah apabila saraf
tersebut mengalami penekanan saraf.
Penyebaran rasa sakitnya dimulai dari daerah lumbal, hip joint kemudian menyebar kearah
bawah. Cara berjalan penderita dengan ujung jari kaki plantar flexi ankle, hip dan knee dalam
keadaan flexi juga sehingga nampak penderita jalan dalam keadaan pincang. Pasien tidak bisa
berdiri lama sehingga terjadi kelainan sikap berdiri pada penderita (pelvic tilting) yang
mengakibatkan terjadinya kompensasi lumbal.
C. PATOLOGI
Vertebrae manusia terdiri dari cervikal, thorakal, lumbal, sakral, dan koksigis. Bagian
vertebrae yang membentuk punggung bagian bawah adalah lumbal 1-5 denagn discus
intervertebralis dan pleksus lumbalis serta pleksus sakralis. Pleksus lumbalis keluar dari lumbal
1-4 yang terdiri dari nervus iliohipogastrika, nervus ilioinguinalis, nervus femoralis, nervus
genitofemoralis, dan nervus obturatorius. Selanjutnya pleksus sakralis keluar dari lumbal4sakral4 yang terdiri dari nervus gluteus superior, nervus gluteus inferior, nervus ischiadicus,
nervus kutaneus femoris superior, nervus pudendus, dan ramus muskularis. Nervus ischiadicus
adalah berkas saraf yang meninggalkan pleksus lumbosakralis dan menuju foramen
infrapiriformis dan keluar pada permukaan tungkai di pertengahan lipatan pantat. Pada apeks
spasium poplitea nervus ischiadicus bercabang menjadi dua yaitu nervus perineus komunis dan
nervus tibialis. Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal dari
radiks posterior lumbal 4 sampai sakral 3, dan ini dapat terjadi pada setiap bagian nervus
ischiadicus sebelum sampai pada permukaan belakang tungkai.
D. GEJALA
Sciatica atau ischialgia biasanya mengenai hanya salah satu sisi. Yang bisa menyebabkan
rasa seperti ditusuk jarum, sakit nagging, atau nyeri seperti ditembak. Kekakuan kemungkinan
dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari, menaiki tangga, dan meluruskan kaki memperburuk nyeri
tersebut, yang diringankan dengan menekuk punggung atau duduk.
Gejala yang sering ditimbulkan akibat Ischialgia adalah:
Nyeri punggung bawah
Nyeri daerah bokong
Rasa kaku/ terik pada punggung bawah
Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum, yang di rasakan daerah bokong
menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung bagian saraf mana yang
terjepit.
Rasa nyeri sering di timbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama
banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan.
Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat.
Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota badan
bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah
tersebut.
Dapat timbul gejala kesemutan atau rasa baal.
Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon patella
(KPR) dan Achilles (APR).
Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan
fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan tindakan
pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.
Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat
E. PEMERIKSAAN
Untuk mengetahui seorang pasien mengalami ishialgia ato tidak biasanya ahli fisioterapi
memberikan beberapa tes salah satunya terapis mengagkat kaki yang mengalami nyeri jika nyeri
dirasakan bertambah hebat pada sudut 60 70 derajat orang tersebut dikatakjan positif ischialgia.
Tes ini disebut Straight Leg Rising. Adapun pemeriksaan penunjang nya berupa Foto roentgen,
lumbosakra,l Elektromielograf,i Myelografi CT scan, dan MRI
F. PENGOBATAN
Seringkali, nyeri tersebut hilang dengan sendirinya. Istirahat, tidur diatas kasur yang keras,
menggunakan obat-obatan OTC anti peradangan nonsteroidal (NSAIDs), dan mengompres panas
dan dingin kemungkinan pengobatan yang cukup. Untuk banyak orang, tidur pada sisi mereka
dengan lutut ditekuk dan sebuah bantal diantara lutut menghadirkan keringanan. Meluruskan otot
yang lumpuh secara pelan-pelan setelah pemanansan bisa membantu. Peran fisioterapi pada
kasus ischialgia ini dapat membantu meringankan nyeri yang dirasakan. Modalitas yang
digunakan bisa efektif dengan heating yakni SWD (short Wave Diathermi),bisa juga ditambah
TENS untuk membantu memblokir nyerinya.
Penatalaksanaan
1. Obat-obatan: analgetik, NSAID, muscle relaxan, dsb.
2. Program Rehabilitasi Medik.
3. Operasi: dilakukan pada kasus yang berat/ sangat mengganggu aktifitas dimana
dengan obat-obatan dan program Rehabilitasi Medik tidak dapat membantu.
Segera istirahat jika telah merasakan nyeri saat berdiri atau berjalan.
Saat duduk lama diusahakan kaki disila bergantian kanan dan kiri atau menggunakan
kursi kecil untuk menumpu kedua kaki.
Saat menyapu atau mengepel lantai pergunakan gagang sapu atau pel yang panjang,
sehingga saat menyapu atau mengepel punggung tidak membungkuk.
Jika hendak mengambil barang dilantai, usahakan punggung tetap lurus, tapi tekuk kedua
lutut untuk menggapai barang tersebut.
Lakukan Back Exercise secara rutin, untuk memperkuat otot-otot punggung sehingga
mampu menyanggah tulang belakang secara baik dan maksimal.
5. Operasi Disektomi: dilakukan pada kasus yang berat/ sangat mengganggu aktifitas dimana
dengan obat-obatan dan program Rehabilitasi Medik tidak dapat membantu.
DAFTAR PUSTAKA
Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta : CV. Sagung
Seto
Wagiu, Samuel A.. 2005. Pendekatan Diagnostik Low Back Pain. Available at
http://neurology.multiply.com/journal/item/24
Tim Penyusun, 2010. Profil Kesehatan Puskesmas Kediri Tahun 2010. Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Barat
Ngoerah, I Gusti Nengah Gde. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Surabaya :
Airlangga University Press
WHO. 2003. The Burden of Muskuloskeletal Conditions At The Start of The New
Millenium. Geneva : WHO Library Cataloguing-in-Publication Data