Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah


Banyak orang beranggapan bila tempat wisata hanya sekedar tempat
untuk melepas lelah, kejenuhan, tempat berekreasi dan sebagainya.Tapi
tempat wisata dapat pula sebagai tempat menimba ilmu dan pengetahuan
yang bermanfaat.
Bagi Anda yang suka dengan tempat wisata di daerah pegunungan,
tidak ada salahnya mengunjungi dataran tinggi ini. Dataran yang terkenal
dengan sebutan Dieng Plateu ini terletak pada ketinggian 21.00 m di atas
permukaan laut. Tempat ini menawarkan keindahan alam serta hawa dingin
pegunungan.
Dieng Plateu berupa dataran luas yang dikelilingi pegunungan,
antara lain Gunung Prahu, Gunung Juranggrawah, Gunung Pangamunamun, Gunung Sipandu, dan beberapa Gunung lain. Tidak heran jika suhu
udara di daerah ini berkisar antara 1510 Celcius. Bahkan, bila Anda
berkunjung pada musim kemarau suhunya bisa mencapai 5 Celcius.
Seperti halnya Dieng, terdapat ilmu yang tersimpan di dalamnya.
Keindahan yang terpampang jelas menutupi jutaan ilmu yang tersimpan di
dalam Dieng. Di Dieng, terdapat kawah yang di dalamnya tergandung
belerang yang mendidih.
Disamping itu, terdapat pula jutaan sejarah di komplek dieng.Antara
lain Telaga Warna, goa-goa di komplek dieng statue dan terdapat pula candicandi di komplek candi Dieng.
Disamping Dieng Benteng Vredeburg juga menyuguhkan jutaan
sejarah yang bermanfaat bagi pelajar.Oleh karena itu, tidak hanya dinilai dari
mahalnya membayar uang. Melainkan manfaat yang di suguhkan oleh
tempat wisata itu.

SMA Negeri 1 Nganjuk

1.2

Tujuan
Untuk mengetahui asal usul terbentuknya kawah-kawah Dieng
Untuk dapat pula mempelajari sejarah Indonesia.

SMA Negeri 1 Nganjuk

BAB II
PROSES PENELITIAN
2.1

Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di Dataran Tinggi Dieng Kabupaten
Wonosobo dan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

2.2

Teknik Pengolahan Data


Data di peroleh melalui teknik pengamatan di daerah Dieng dan buku
mengenai sejarah Benteng Vredebrug Yogyakarta.

2.3

Analisis Data
Data hasil penelitian diolah dengan cara dihubungkan dengan
pengetahuan empiris di masyarakat.

SMA Negeri 1 Nganjuk

BAB III
HASIL PENELITIAN
3.1

Hasil Observasi
Perjalanan
Perjalanan yang di mulai dari SMAN 1 Nganjuk pada hari Minggu,
26 April 2009 dan berakhir pada hari Rabu, 29 April 2009 ini merupakan
keberangkatan menuju daerah Wonosobo sebagai tujuan pertamanya,
untuk mengunjungi Dataran Tinggi Dieng yang terkenal dengan Telaga
Warnanya,perjalanan di lanjutkan menuju Malioboro.Keesokan harinya
di lanjutkan menuju sentra batik, benteng Vredebrug, Museum pintar dan
berakhir di pantai indah parang tritis.
Kegiatan
Selama mengunjungi tempat-tempat wisata yang telah di
tentukan,banyak sekali hal yang bias di pelajari.Antara lain, Rahasia di
balik telaga warna, kawah dieng pembutan batik dan sejarah kolosal
mengenai Benteng Vredebrug
PEMBAHASAN
Sejarah Dataran Tinggi Dieng
Selama mengamati tempat-tempat tersebut khususnya Dieng dan
Benteng Vredebrug dapat di ketahui sejarah yang terdapat di dalamnya.
Dataran Tinggi Dieng Dieng Plateu

SMA Negeri 1 Nganjuk

Dataran Tinggi Dieng


Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa
Sansekerta, yaitu di yang berarti gunung dan hyang dari kata
khayangan, yang artinya tempat tinggal para dewa dan dewi. Bila
digabungkan, nama dieng berarti pegunungan tempat tinggal para
dewa dan dewi. Tapi ada sumber lain yang menyebutkan, Dieng
berasal dari kata dalam bahasa Jawa, yaitu edi yang berarti
indah/cantik dan aeng yang berarti aneh. Jadi dieng berarti tempat
yang indah dan punya keanehan.
Dataran yang terkenal dengan sebutan Dieng Plateu ini terletak pada
ketinggian 21,00 m di atas permukaan laut.Dieng Plateu berupa dataran
luas yang di kelilingi pegunungan antara lain gunung prahu,gunung
juranggrawah, gunung pangamun-amun dan beberapa gunung lainnya.
Tidak heran jika suhu udara di sekitar daerah ini berkisar antara
15 10 derajat celcius. Dan bila musim kemarau tiba,suhu bisa
mencapai 5 derajat, serta suhu bearada di bawah 0 hingga 14 derajat
celcius bila musim penghujan tiba.sehingga akan dapat terlihat butiranbutiran es.

SMA Negeri 1 Nganjuk

Keistimewaan Dataran Tinggi Dieng


Kawasan Dieng Plateu mempunyai beberapa obyek wisata yang
dapat Anda kunjungi, di mana tempatnya saling berdekatan. Selain
obyek wisata alam seperti telaga dan kawah, Anda juga bisa
mengunjungi obyek wisata sejarah berupa candi.
Begitu memasuki gerbang utama yang ada di dataran Dieng, Anda
akan disambut sebuah kompleks candi yang dinamakan Candi Pandawa.
Kompleks ini berisi 5 candi, yaitu Candi Semar, Arjuna, Srikandi,
Sembadra, dan Puntadewa. Candi-candi yang tersebar di kawasan ini
bercorak Hindu.

Kompleks Candi di Dataran Dieng


Menurut cerita yang beredar di masyarakat, pada abad ke-7
Masehi ada seorang putri bernama Dewi Sima. Ia adalah keturunan
Dinasti Sanjaya yang memerintah Kerajaan Kalingga, dengan gelar Ratu
Sima. Kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan yang bernafaskan Hindu.
Pada masa pemerintahannya, Ratu Sima mendirikan candi-candi yang
ada di tempat ini sebagai bentuk pemujaan.
Ratu Sima tidak hanya mendirikan satu kompleks Candi. Tetapi ia
juga mendirikan beberapa candi lain, di antaranya Candi Gatotkaca yang
terletak di bukit Pangonan, Candi Dwarawati yang berada di kaki

SMA Negeri 1 Nganjuk

Gunung Prahu, dan Candi Bima yang merupakan candi terbesar di


kawasan wisata Dieng Plateu. Candi-candi yang berada di luar kompleks
pada umumnya letaknya menyendiri dan dikelilingi pepohonan.

Candi Gatotkaca

Candi Dwarawati

SMA Negeri 1 Nganjuk

Candi Bima
Obyek wisata alam yang terkenal di tempat ini adalah Telaga
Warna dan Telaga Pengilon. Kedua telaga itu letaknya berdekatan.
Dinamai Telaga Warna karena telaga ini memantulkan berbagai warna.
Kandungan belerang yang ada di dalamnya memantulkan warna
kehijauan, sedangkan ganggang merah yang ada didasar telaga
memantulkan cahaya kemerahan dan jernihnya air telaga yang berwarna
biru muncul dari pantulan gradasi sinar matahari. Nama Telaga Pengilon
sendiri berarti telaga cermin. Air di telaga ini sangat jernih dan bisa
memantulkan bayangan benda yang ada di sekitarnya.

Telaga Pengilon

SMA Negeri 1 Nganjuk

Telaga Pengilon

Telaga Pengilon
Di kawasan obyek wisata Telaga Warna dan Telaga Pengilon juga
terdapat beberapa gua. Salah satu di antaranya adalah Gua Semar.
Panjangnya kira-kira 4 m dengan dinding batu, dan biasanya digunakan
untuk bermeditasi. Selain Gua Semar, ada bebarapa gua lain yaitu, Gua
Sumur dan Gua Jaran. Di dalam Gua Sumur terdapat satu mata air yang
disebut Tirta Prawitasari.

Goa Semar

SMA Negeri 1 Nganjuk

Goa Sumur
Selain telaga dan gua, di kawasan Dieng Plateu juga terdapat
beberapa kawah. Kawah-kawah tersebut terbentuk dari letusan gununggunung yang mengelilingi tempat ini. Salah satunya adalah Kawah
Sikidang. Kawah ini menyemburkan air dan lumpur panas serta
mengeluarkan aroma busuk yang berasal dari kandungan belerang yang
ada di dalamnya (kandungan belerang di kawah ini masih dalam taraf
aman bagi para pengunjung). Di sekitar tempat ini terdapat banyak
lubang yang mengeluarkan air panas bercampur belerang, sehingga Anda
harus berhati-hati saat berjalan. Selain Kawah Sikidang, ada juga Kawah
Candradimuka dan Kawah Sileri, yang letaknya tidak jauh dari Kawah
Sikidang.

Kawah Sikidang

SMA Negeri 1 Nganjuk

10

Di kawasan wisata Dieng Plateu terdapat sebuah mata air yang


terkenal sebagai sumber mata air sungai Serayu, dengan nama Tuk
Bimalukar. Tuk berasal dari kata dalam bahasa Jawa yang artinya mata
air, sedangkan bimalukar diambil dari mitos yang beredar di daerah
ini. Para penduduk yakin bahwa mata air ini berasal dari air kencing
Bhima Sena (tokoh pandawa dalam pewayangan) yang sedang berlomba
dengan para Kurawa untuk membuat sungai. Pada saat ia membuka
pakaiannya,

Bhima

Sena

melihat

perempuan

cantik

yang

mengganggunya dan ia berkata sira ayu (dalam bahasa indonesia


mempunyai arti kamu cantik). Setelah itu, air kencing Bhima Sena
menjadi sebuah mata air dan menjadi sumber dari Sungai Serayu (nama
Serayu berasal dari kata sira ayu yang diucapkannya). Menurut
kepercayaan penduduk, air yang berasal dari Tuk Bimalukar bisa
menyebabkan awet muda.

Tuk Bimalukar
Setelah puas mengunjungi obyek wisata alam dan sejarah, Anda
juga bisa menonton film berdurasi sekitar 20 menit di Dieng Plateu
Theater. Letak teater ini di lereng bukit Sikendil, kira-kira 300 m dari
Telaga Warna. Di sini Anda akan menyaksikan beberapa peristiwa yang
pernah terjadi di kawasan Dataran Tinggi Dieng, salah satunya adalah
peristiwa tragedi Kawah Sinila pada tahun 1979 yang menewaskan
ratusan penduduk Dieng. Sarana yang disediakan oleh pihak pengelola
obyek wisata Dieng Plateu ini bermanfaat bagi Anda yang tertarik
dengan sejarah Dieng.

SMA Negeri 1 Nganjuk

11

Benteng Vredeburg

Sejarah
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menempati bekas
bangunan Benteng Vredeburg Yogyakarta yang sekarang terletak di Jl. A.
Yani 6 Yogyakarta, yang dulu di kenal dengan Residenstraat ( jalan
Residen). Di depannya berdiri kokoh bangunan yang dulunya merupakan
kantor Residen (sekarang Gedung Agung), yang pada masa pendudukan
Jepang dikenal dengan Gedung Cokan Kantai (Gedung Gubernuran).
Benteng Vredeburg pertama kali dibangun pada tahun 1760 pada
masa Kasultanan Yogyakarta diperintah oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono I. Pembangunan benteng tersebut dengan dalih agar Belanda
dapat turut serta mengawasi keamanan Kraton Kasultanan Yogyakarta
dan sekitarnya. Namun maksud sebenarnya dibalik pembangunan
benteng tersebut adalah untuk mengawasi kegiatan di Kasultanan
Yogyakarta sebagai langkah antisipasi jika sewaktu-waktu Sultan

SMA Negeri 1 Nganjuk

12

Hamengku Buwono I mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Hal ini


dapat terlihat dengan letak benteng yang sangat strategis berada di
samping jalan utama menuju Kraton Kasultanan Yogyakarta. Juga jarak
benteng dengan Kraton Kasultanan Yogyakarta yang relative dekat.
Di kempat sudut pada benteng di bangun pos penjagaan, yang
oleh Sultan HB I keempat pos tersebut di beri nama antara lain
Jayawisesa

(sudut

barat

laut),

Jayapurusa

(sudut

timur

laut),

Jayaprakosaningprang (sudut barat daya) dan Jayaprayitna (sudut


tenggara).
Tahun 1765 Gubernur WH. Van Ossenberg mengusulkan
bangunan benteng yang sangat sederhana agar di sempurnakan. Usul
tersebut disetujui oleh Sultan HB I yang juga bersedia menyediakan
tenaga dan bahan bangunan.

Pembangunan penyempurnaan benteng

dimulai tahun 1767 dibawah pengawasan Ir. Frans Haak. Namun karena
waktu itu Sultan HB I sedang disibukkan oleh kegiatan pembangunan
Istana Kasultanan Yogyakarta dan bangunan pendukung lainnya,
mengakibatkan
diselesaikan

penyempurnaan

pada

tahun

1787.

bangunan

benteng

Selanjutnya

baru

bangunan

dapat
benteng

dimanfaatkan secara sempurna sebagai benteng pertahanan oleh Belanda


tahun 1788. Setelah pembangunan benteng selesai, maka bangunan
benteng yang telah kokoh dan kuat tersebut diberi nama Rustenburg yang
berarti Benteng Peristirahatan.
Tahun 1867 tanggal 10 Juni Ketika di Yogyakarta terjadi gempa
bumi yang maha dahsyat bangunan Benteng Rustenbueg tidak luput dari
kerusakan bersama dengan bangunan-bangunan yang lain seperti Gedung
Residen, Tugu Pal Putih, Gereja di Jalan Margamulya (GPIB
Margamulya sekarang), serta bangunan-bangunan lain. Setelah bangunan
Benteng Rustenburg diperbaiki kemudian namanya diganti menjadi
Benteng Vredeburg yang berarti Benteng Perdamaian. Nama ini sebagai

SMA Negeri 1 Nganjuk

13

manifestari dari hubungan antara Belanda dengan Kasultanan Yogyakarta


yang tidak saling menyerang waktu itu.
Bangunan benteng secara garis besar tidak berubah dari semula.
Pintu gerbang mengahadap ke barat dengan dikelilingi oleh parit. Di
dalamnya terdapat bangunan-bangunan rumahperwira, asrama prajurit,
gudang logistic, gudang mesiu, rumah sakit prajurit dan rumah residen.
Benteng Vredeburg dapat ditempati 500 orang prajurit, termasuk petugas
medis dan para medis. Disamping itu pada masa pemerintahan Hindia
Belanda digunakan sebagai temapat perlindungan para residen yang
sedanag bertugas di Yogyakarta. Hal itu sangat dimungkinkan karena
kantor residen yang terletak berseberangan dengan Benteng Vredeburg.
Sejalan dengan perkembangan politik di Indonesia sejak
berdirinya Benteng Vredeburg hingga pemanfaatannya oleh pemerintah
RI,

Benteng

Vredeburg

sejarah.Demikianlah

Yogyakarta

keberadaan

Benteng

menjadi

saksi

Vredeburg

jalannya

Yogyakarta,

bangunan peninggalan masa colonial, yang dapat dijadikan monument


perjuangan rakyat, dan symbol jiwa kepahlawanan Bangsa Indonesia
yang sarat akan nilai-nilai persatuan, kejuangan, kepahlawanan,
patriotisme, dan nasionalisme yang perlu diwarisi oleh generasi penerus.

Ruang Pameran Tetap Diorama I


Di ruang ini dipaparkan peristiwa-peristiwa bersejarah di Yogyakarta sejak
berakhirnya Perang Diponegoro 1830 sampai dengan masa pendudukan
Jepang 1942 dalam bentuk diorama. Adapun materi pameran di ruang ini
antara lain :
1) Judul

: Pangeran Diponegoro Terjebak Dalam Meja Perundingan


dengan Belanda

Lokasi

: Kantor Karesidenan Kedu Magelang

Waktu

: 28 Maret 1830

SMA Negeri 1 Nganjuk

14

Adegan

: Pada tanggal 28 Maret 1830, Pangeran Diponegoro


dan para pengikutnya antara lain Pangeran Diponegoro
Muda (Dipokusumo), Raden Mas Jonet, Raden Mas
Roub, Raden Basah Mertonegoro dan Kyai Badarudin
mengadakan perundingan dengan Jenderal De Kock
yang didampingi oleh Residen Valck, Letnan Roest,
Mayor de Stuers, dan Kapten Roefs sebagai juru bahasa.

2) Judul
Lokasi

: Kongres Budi Utomo I di Yogyakarta


: Ruang Makan Kweekschool Yogyakarta (sekarang SMU
11, Jl. AM. Sangaji Yogyakarta)

Waktu
Adegan

: 3 s. d. 5 Oktober 1908
: Sutomo seorang pelajar STOVIA Weltevreden (Sekolah
Dokter Pribumi) sedang menyampaikan gagasannya
dalam Kongres Boedi Oetomo I di Gedung
Kweekschool Yogyakarta yang dipimpin oleh Dr.
Wahidin Soedirohoesodo.
Tokoh lain tampil sebagai pembicara antara lain : R.
Saroso

(Kweekschool

Yogyakarta),

R.

Kamargo

(Hoofdenschool Magelang), Dr. M. B. Mangoenhoesodo


(Surakarta), M. Goenawan Mangoenkoesoemo (STOVIA
Weltevreden).
3) Judul

: Lahirnya Organisasi Muhammadiyah

Lokasi

: Kauman, Gondomanan Yogyakarta

Waktu

: 18 November 1912

Adegan

: Kyai Haji Ahmad Dahlan sedang menyampaikan


gagasannya dalam pertemuan saat diputuskan berdirinya
Organisasi Muhammadiyah di Yogyakarta. Gagasan ini
kemudian didukung oleh para ulama antara lain KH.
Abdullah Siraj, KH. Ahmad, KH. Abdurrahman, KH. R.
Syarkowi, KH. Muhammad, KH. R. Jaelani, KH. Anies

SMA Negeri 1 Nganjuk

15

dan KH. R. Fekih. Sebagai ketua adalah KH. Ahmad


Dahlan dan sekretarisnya KH. Abdullah Siraj.
4) Judul

: Pemogokan Kaum Buruh Pabrik Gula di Sekitar


Yogyakarta

Lokasi

: Sebuah Pabrik Gula di Daerah Istimewa Yogyakarta

Waktu

: Tanggal 20 Agustus 1920

Adegan

: RM. Soeryopranoto seorang pemimpin PFB (Personel


Fabriek Bond) sedang berdialog dengan salah seorang
pimpinan Pabrik Gula di Yogyakarta ketika terjadi aksi
pemogokan buruh di Pabrik Gula di sekitar Yogyakarta.
Aksi ini berhasil menaikkan upah buruh, yang semula
10,- dinaikkan menjadi 15,- yang berarti naik sebesar
50 % dari upah semula.

5) Judul
Lokasi

: Berdirinya Taman Siswa


: Jl. Tanjung No. 32 (sekarang Jl. Gadjah Mada No. 32)
Yogyakarta

Waktu

: Tanggal 3 Juli 1922

Adegan

: Ki Hadjar Dewantara sedang menyampaikan


gagasannya pada saat dicetuskan berdirinya National
Onderwijs Instituut Tamansiswa. Sistem pendidikan yang
ada di dalamnya menganut Sistem Among, yang
mendasarkan pada Kemerdekaan dan Kodrat Alam.

6) Judul
Lokasi

: Kongres Perempuan Indonesia I


: Dalem Joyodipuran, Jl. Kintelan 139 (sekarang Jl.
Brigjen Katamso 23 Yogyakarta)

Waktu

: Tanggal 22 s. d. 25 Desember 1928

Adegan

: Kongres Perempuan Indonesia I di Yogyakarta


dipimpin oleh Ny. Soekonto. Kongres ini diprakarsai
oleh Ny. Soekonto (dari Wanita Utomo), Nyi Hadjar

SMA Negeri 1 Nganjuk

16

Dewantara (dari Wanita Tamansiswa) dan Nn. Sujatin


(dari Putri Indonesia) dan didukung oleh tujuh organisasi
wanita yang terdiri dari : Wanita Utomo, Wanita
Tamansiswa, Putri Indonesia, Wanita Katholik, Jong Java
bagian gadis-gadis (Meisjeskring), Aisyiah dan JIBDA
(Jong Islamietend Bond Dames Afdeling).
7) Judul
Lokasi

: Kongres Jong Java di Yogyakarta


: Dalem Joyodipuran, Jl. Kintelan 139 (sekarang Jl. Brigjen
Katamso 23 Yogyakarta)

Waktu

: Tanggal 25 s. d. 31 Desember 1928

Adegan

: Pelaksanaan Kongres Jong Java ke XI di Dalem


Joyodipuran Yogyakarta. Kongres ini sangat penting
karena memutuskan Jong Java bersedia mengadakan fusi
dengan organisasi lain. Dalam kongres ke XII di
Semarang tanggal 23-29 Desember 1929 Jong Java
mengadakan fusi dengan organisasi lain dan melebur ke
dalam Indonesia Muda.

8) Judul
Lokasi

: Penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono IX


: Bangsal Manguntur Tangkil, Siti Hinggil Kraton
Kasultanan Yogyakarta

Waktu

: 18 Maret 1940

Adegan

: Sri Sultan Hamengku Buwono IX didampingi Gubernur


Lucian Adam saat dinobatkan sebagai Sultan di
Kasultanan Yogyakarta. Tepat jam 11.00 WIB GRM.
Dorojatun dinobatkan sebagai Putra Mahkota dengan
gelar Pangeran Adipati Anom Hamengku Negara
Sudibya Raja Putra Narendra Mataram. Lima menit
kemudian dinobatkan menjadi Sultan dengan gelar
Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan

SMA Negeri 1 Nganjuk

17

Hamengku Buwono Senapati Ingalaga Ngabdurrakhman


Sayidin Panatagama Khalifatullah kaping IX.
9) Judul

: Masuknya Tentara Jepang ke Kota Yogyakarta

Lokasi

: Perempatan Tugu, Jetis, Yogyakarta

Waktu

: 6 Maret 1942

Adegan

: Pasukan Jepang memasuki Kota Yogyakarta dari


arah timur (Jl. Solo) kemudian menuju Jl. Malioboro dan
Gedung Gubernuran (Gedung Agung sekarang). Untuk
menarik simpati rakyat, khususnya rakyat Yogyakarta
para serdadu Jepang menyerukan Nippon Indonesia
Sama-sama, dan mengumandangkan lagu Indonesia
Raya. Secara demonstratif membawa gambar Ratu
Belanda dan kemudian ditusuk-tusuk dengan bayonet.

10) Judul

: Latihan Kemiliteran Jaman Pendudukan Jepang (


PETA / Heiho / Seinendan / Keibodan)

Lokasi

: Lapangan Bumijo, Jl. Tentara Pelajar (Depan Gedung


SMU 17

Waktu

: Tahun 1942-1945

Adegan

: Anak-anak sekolah dan pemuda melakukan latihan


kemiliteran pada masa pendudukan Jepang di Lapangan
Bumijo. Dengan diikutsertakannya rakyat Indonesia
dalam bidang kemiliteran itu, lalu timbul pengalaman
yang sangat berguna bagi kebangkitan keprajuritan
nasional dan sekaligus merupakan pengembangan di
bidang pertahanan.

11) Judul

: Penderitaan Masa Pendudukan Jepang

Lokasi

: Lapangan Gading, Wonosari, Gunung Kidul

Waktu

: Tahun 1942-1945

Adegan

: Rakyat dengan kerja paksa memperbaiki Lapangan

SMA Negeri 1 Nganjuk

18

Terbang Gading dengan dikawal oleh Serdadu Jepang.


Guna menemukan tenaga kerja yang murah, dibentuklah
prajurit pekerja yang diberi semangat kerja sebagai
Romusha. Mereka digerakkan untuk memperbaiki
jembatan, rel kereta api, lapangan terbang, gua-gua
perlindungan. Banyak diantara para anggota Romusha
yang dikirim ke Banten, Borneo (Kalimantan), Birma
dan lain-lain, pulang hanya tinggal nama dan tak tahu
kemana berada.
Arti Penting Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Bagi Dunia
Pendidikan
a. Sebagai laboratorium sejarah.Museum memberikan gambaran
visual materi di sekolah melalui koleksi yang di pamerkan.
b. Sebagai referensi dalam pengembangan materi pelajaran
sejarah.Koleksi-koleksi museum memberikan masukan (referensi)
kepada

siswa

dan

pengajar

dalam

pengembangan

pendidikan,khususnya sejarah.
c. Sebagai kampus kedua. Bagi tenaga pendidik dapat menambah
pengetahuan denagan mengikuti sarasehan, seminar, diskusi yang
disampaikan oleh pelaku, tokoh atau pakar. Denagn mengamati
koleksi museum dengan keteragan yang ada juga dapat diartikan
mendapat wawasan baru untuk menambah pengetahuan.
d. Sebagai wahana apresiasi nilai luhur sejarah. Penyajian koleksi
museum membantu perkembangan pemikiran sejarah bagi siswa
baik afektif maupun kognitif. Materi pameran yang ada langsung
dapat diapresiasikan oleh pengunjung khususnya anak didik
(pelajar). Sehingga kemampuan memahami sejarah dapat terpupuk
sejak dini.
e. Sebagai media dan sumber belajaryang menarik. Melalui koleksi
museum siswa lebih mudah memahami materi yang ada. Melihat
lebih baik dari pada mendengar. Disamping itu

koleksi yang

dipamerkan dapat menjadi sumber belajar bagi siswa.


SMA Negeri 1 Nganjuk

19

f. Sebagai sumber inspirasi tenaga pendidik.Suasanan museum


memberikan inspirasi bagi pendidik untuk mengembangkan
metode baru dalam menyampaikan materi kepada siswa
g. Sebagai tujuan wisata sejarah.Museum dapat menjadi alternatif
tujuan wisata sejarah bagi peserta didik. Rekreasi, sambil belajar.
Sangat efektif pula bagi pendidikan dalam keluarga
h. Sebagai wahana pengenalan tokoh.Koleksi mu
i. seum berkaitan erat dengan tokoh dan peristiwa, sehingga
diharapkan dapat mengenal tokoh yang dimaksud dan mengambil
intisari dari perjuangan.
j. Sebagai media refleksi akan masa lalu (buku kenangan bangsa).
Koleksi museum sebagai wakil jaman akan memberikan pelajaran
bagi pengunjung untuk belajar melalui pengalaman kolektif bangsa
Indoesia yang terwakili oleh koleksi museum .
k. Sebagai media transformasi nilai luhur. Nilai-niolai kejuangan,
patriotism, dan nasionalisme dapat disosialisasikan melalui koleksi
museum yang di dalamnya tersirat perjuangan tokoh.
l. Sebagai media perlawatan masa silam. Peristiwa-peristiwa
penting masa lampau dapat diselamatkan melalui visualisai di
museum (diorama,foto,duratran,maket,dll), ataupun bukti material
yang dapat diselamatkan (benda). Dengan demikian nuansa silam
yang telah terjadi dapat dirreplay (diputar ulang) melalui sajian
koleksi museum.

SMA Negeri 1 Nganjuk

20

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Setelah kita mempelajari berbagai hal tentang keindahan alam dan

sejarah dapat disimpulkan bahwa kita perlu untuk mengetahui dan


mempelajari semua pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan alam dan
sejarah bangsa Indonesia. Oleh karena itu sebagai anak bangsa kita wajib
melestarikan kekayaan alam dan warisan sejarah yang kita miliki.
Setelah mempelajari pembahasan di atas kita dapat tahu asal-usul
dataran tinggi Dieng serta kekayaan sejarah di sekitarnya. Begitu pula dengan
Benteng Vredeburg kita dapat tahu sejarah yang terkandung di dalamnya serta
pemanfaatannya selama zaman Hindia-Belanda hingga sekarang.
SARAN
1. Di Dataran Tinggi Dieng fasilitas dan tempat mungkin sudah cukup
memadahi, akan teteapi untuk sarana dan prasarana menuju Dieng
perlu ditingkatkan, dikarenakan di salah satu titik jalan terdapat jalan
yang rusak dan masih belum ada pembatas jalan.

SMA Negeri 1 Nganjuk

21

Anda mungkin juga menyukai