PENDAHULUAN
1.1
1.2
Tujuan
Untuk mengetahui asal usul terbentuknya kawah-kawah Dieng
Untuk dapat pula mempelajari sejarah Indonesia.
BAB II
PROSES PENELITIAN
2.1
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di Dataran Tinggi Dieng Kabupaten
Wonosobo dan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
2.2
2.3
Analisis Data
Data hasil penelitian diolah dengan cara dihubungkan dengan
pengetahuan empiris di masyarakat.
BAB III
HASIL PENELITIAN
3.1
Hasil Observasi
Perjalanan
Perjalanan yang di mulai dari SMAN 1 Nganjuk pada hari Minggu,
26 April 2009 dan berakhir pada hari Rabu, 29 April 2009 ini merupakan
keberangkatan menuju daerah Wonosobo sebagai tujuan pertamanya,
untuk mengunjungi Dataran Tinggi Dieng yang terkenal dengan Telaga
Warnanya,perjalanan di lanjutkan menuju Malioboro.Keesokan harinya
di lanjutkan menuju sentra batik, benteng Vredebrug, Museum pintar dan
berakhir di pantai indah parang tritis.
Kegiatan
Selama mengunjungi tempat-tempat wisata yang telah di
tentukan,banyak sekali hal yang bias di pelajari.Antara lain, Rahasia di
balik telaga warna, kawah dieng pembutan batik dan sejarah kolosal
mengenai Benteng Vredebrug
PEMBAHASAN
Sejarah Dataran Tinggi Dieng
Selama mengamati tempat-tempat tersebut khususnya Dieng dan
Benteng Vredebrug dapat di ketahui sejarah yang terdapat di dalamnya.
Dataran Tinggi Dieng Dieng Plateu
Candi Gatotkaca
Candi Dwarawati
Candi Bima
Obyek wisata alam yang terkenal di tempat ini adalah Telaga
Warna dan Telaga Pengilon. Kedua telaga itu letaknya berdekatan.
Dinamai Telaga Warna karena telaga ini memantulkan berbagai warna.
Kandungan belerang yang ada di dalamnya memantulkan warna
kehijauan, sedangkan ganggang merah yang ada didasar telaga
memantulkan cahaya kemerahan dan jernihnya air telaga yang berwarna
biru muncul dari pantulan gradasi sinar matahari. Nama Telaga Pengilon
sendiri berarti telaga cermin. Air di telaga ini sangat jernih dan bisa
memantulkan bayangan benda yang ada di sekitarnya.
Telaga Pengilon
Telaga Pengilon
Telaga Pengilon
Di kawasan obyek wisata Telaga Warna dan Telaga Pengilon juga
terdapat beberapa gua. Salah satu di antaranya adalah Gua Semar.
Panjangnya kira-kira 4 m dengan dinding batu, dan biasanya digunakan
untuk bermeditasi. Selain Gua Semar, ada bebarapa gua lain yaitu, Gua
Sumur dan Gua Jaran. Di dalam Gua Sumur terdapat satu mata air yang
disebut Tirta Prawitasari.
Goa Semar
Goa Sumur
Selain telaga dan gua, di kawasan Dieng Plateu juga terdapat
beberapa kawah. Kawah-kawah tersebut terbentuk dari letusan gununggunung yang mengelilingi tempat ini. Salah satunya adalah Kawah
Sikidang. Kawah ini menyemburkan air dan lumpur panas serta
mengeluarkan aroma busuk yang berasal dari kandungan belerang yang
ada di dalamnya (kandungan belerang di kawah ini masih dalam taraf
aman bagi para pengunjung). Di sekitar tempat ini terdapat banyak
lubang yang mengeluarkan air panas bercampur belerang, sehingga Anda
harus berhati-hati saat berjalan. Selain Kawah Sikidang, ada juga Kawah
Candradimuka dan Kawah Sileri, yang letaknya tidak jauh dari Kawah
Sikidang.
Kawah Sikidang
10
Bhima
Sena
melihat
perempuan
cantik
yang
Tuk Bimalukar
Setelah puas mengunjungi obyek wisata alam dan sejarah, Anda
juga bisa menonton film berdurasi sekitar 20 menit di Dieng Plateu
Theater. Letak teater ini di lereng bukit Sikendil, kira-kira 300 m dari
Telaga Warna. Di sini Anda akan menyaksikan beberapa peristiwa yang
pernah terjadi di kawasan Dataran Tinggi Dieng, salah satunya adalah
peristiwa tragedi Kawah Sinila pada tahun 1979 yang menewaskan
ratusan penduduk Dieng. Sarana yang disediakan oleh pihak pengelola
obyek wisata Dieng Plateu ini bermanfaat bagi Anda yang tertarik
dengan sejarah Dieng.
11
Benteng Vredeburg
Sejarah
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menempati bekas
bangunan Benteng Vredeburg Yogyakarta yang sekarang terletak di Jl. A.
Yani 6 Yogyakarta, yang dulu di kenal dengan Residenstraat ( jalan
Residen). Di depannya berdiri kokoh bangunan yang dulunya merupakan
kantor Residen (sekarang Gedung Agung), yang pada masa pendudukan
Jepang dikenal dengan Gedung Cokan Kantai (Gedung Gubernuran).
Benteng Vredeburg pertama kali dibangun pada tahun 1760 pada
masa Kasultanan Yogyakarta diperintah oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono I. Pembangunan benteng tersebut dengan dalih agar Belanda
dapat turut serta mengawasi keamanan Kraton Kasultanan Yogyakarta
dan sekitarnya. Namun maksud sebenarnya dibalik pembangunan
benteng tersebut adalah untuk mengawasi kegiatan di Kasultanan
Yogyakarta sebagai langkah antisipasi jika sewaktu-waktu Sultan
12
(sudut
barat
laut),
Jayapurusa
(sudut
timur
laut),
dimulai tahun 1767 dibawah pengawasan Ir. Frans Haak. Namun karena
waktu itu Sultan HB I sedang disibukkan oleh kegiatan pembangunan
Istana Kasultanan Yogyakarta dan bangunan pendukung lainnya,
mengakibatkan
diselesaikan
penyempurnaan
pada
tahun
1787.
bangunan
benteng
Selanjutnya
baru
bangunan
dapat
benteng
13
Benteng
Vredeburg
sejarah.Demikianlah
Yogyakarta
keberadaan
Benteng
menjadi
saksi
Vredeburg
jalannya
Yogyakarta,
Lokasi
Waktu
: 28 Maret 1830
14
Adegan
2) Judul
Lokasi
Waktu
Adegan
: 3 s. d. 5 Oktober 1908
: Sutomo seorang pelajar STOVIA Weltevreden (Sekolah
Dokter Pribumi) sedang menyampaikan gagasannya
dalam Kongres Boedi Oetomo I di Gedung
Kweekschool Yogyakarta yang dipimpin oleh Dr.
Wahidin Soedirohoesodo.
Tokoh lain tampil sebagai pembicara antara lain : R.
Saroso
(Kweekschool
Yogyakarta),
R.
Kamargo
Lokasi
Waktu
: 18 November 1912
Adegan
15
Lokasi
Waktu
Adegan
5) Judul
Lokasi
Waktu
Adegan
6) Judul
Lokasi
Waktu
Adegan
16
Waktu
Adegan
8) Judul
Lokasi
Waktu
: 18 Maret 1940
Adegan
17
Lokasi
Waktu
: 6 Maret 1942
Adegan
10) Judul
Lokasi
Waktu
: Tahun 1942-1945
Adegan
11) Judul
Lokasi
Waktu
: Tahun 1942-1945
Adegan
18
siswa
dan
pengajar
dalam
pengembangan
pendidikan,khususnya sejarah.
c. Sebagai kampus kedua. Bagi tenaga pendidik dapat menambah
pengetahuan denagan mengikuti sarasehan, seminar, diskusi yang
disampaikan oleh pelaku, tokoh atau pakar. Denagn mengamati
koleksi museum dengan keteragan yang ada juga dapat diartikan
mendapat wawasan baru untuk menambah pengetahuan.
d. Sebagai wahana apresiasi nilai luhur sejarah. Penyajian koleksi
museum membantu perkembangan pemikiran sejarah bagi siswa
baik afektif maupun kognitif. Materi pameran yang ada langsung
dapat diapresiasikan oleh pengunjung khususnya anak didik
(pelajar). Sehingga kemampuan memahami sejarah dapat terpupuk
sejak dini.
e. Sebagai media dan sumber belajaryang menarik. Melalui koleksi
museum siswa lebih mudah memahami materi yang ada. Melihat
lebih baik dari pada mendengar. Disamping itu
koleksi yang
19
20
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Setelah kita mempelajari berbagai hal tentang keindahan alam dan
21