Anda di halaman 1dari 19

KUNJUNGAN WISATA BROMO

KEINDAHAN ALAM GUNUNG BROMO


LAPORAN KUNJUNGAN STUDY TOUR BROMO

DISUSUN OLEH :
AULIA OKTAVIYANI

PROGRAM IPS

SMAN 19 KAB. TANGERANG


Jl. Raya Kresek KM, 1,5 (Ds. Saga) – Balaraja

2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Aulia Oktaviyani

Kelas : XII IPS 3

Judul : Kunjungan ke Obyek – Obyek Wisata di Jawa Timur dan Jawa Tengah

Telah disetujui sebagai laporan kunjungan study tour Bromo-Malang-Jogja Tahun 2017

Balaraja, Januari 2018

Walikelas Guru Pembimbing

Eko Supriyanto, S. Pd Fadhulil Jannah, S.Si, M.Pd

NIP. 197009072007011014 NIP.

Mengetahui,

Kepala SMAN 19 Kab. Tangerang

Drs. E . Ruslan Siradz A.

NIP. 19580714 199103 1 003

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat AllahSWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya,
sehingga penulis akhirnya dapat meyelesaikan laporan study tour ini tepat pada
waktunya.Karya wisata ini memberikan banyak sekali tambahan wawasan dan pengetahuan
kepada siswa siswi SMAN 19 Kabupaten Tangerang, khususnya bagi saya selaku penulis.
Didalam karya tulis ini saya selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang bisa saya sajikan,Saya
menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman saya tentang yang dikunjungi,
menjadikan keterbatasan saya pula untuk memberikan penjabaran yang lebidalam tentang
masalah ini.

Harapan saya, semoga karya tulis ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk sekedar
membuka cakrawala berpikir kita tentang kota Yogyakarta.Saya juga berharap Karyatulis ini
bermanfaat dan memberikan kesan positif terhadappembaca. Untuk menumbuhkan daya
nalar,kreativitas,dan pola berpikir, saya sajikan aktivitas yang menuntut peran aktif dalam
melakukan suatu kegiatan.

Akhirnya, cukup sekian yang dapat penulis sampaikan dan atas semua batuannya

Saya ucapkan banyak terimakasih.

Karya tulis inci dipersembahkan kepada:

1. Kedua Orang Tua tercinta.

2. Bapak dan Ibu guru SMA Negeri 1 Sidareja.

3. Siswa-siswi SMA Negeri 1 Sidareja.

4. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan karya tulis ini.

5. Para pembaca yang budiman.

Tangerang, Januari 2018

Penyusun

3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ 1

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................2

KATA PENGANTAR...............................................................................................3

DAFTAR ISI............................................................................................................4

DAFTAR GAMBAR................................................................................................5

BAB PENDAHULUAN............................................................................................6

A. Latar Belakang Pemilihan Judul....................................................................... 6

B. Rumusan Masalah...........................................................................................6

C. Tujuan Penelitian.............................................................................................6

D. Manfaat Penulisan...........................................................................................6

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN.......................................................................... 7

A. Letak Geografis Gunung Bromo........................................................................7

B. Keindahan Alam Gunung Bromo......................................................................7

C. Buaya yang Tumbuh Ditengah Masyarakat Gunung Bromo............................. 8

D. Metode Pengumpulan Data.............................................................................15

E. Teknik Pengumpulan Data..............................................................................16

F. Deskriptif........................................................................................................16

G. Kajian Pustaka................................................................................................17

BAB V PENUTUP...............................................................................................18

A. Kesimpulan....................................................................................................18

B. Saran.............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 19

4
DAFTAR GAMBAR

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemilihan Judul

Jawa timur adalah propinsi di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia. Ibukotanya terletak
di Surabaya, dengan letak geografis 111,0′ BT hingga 114,4′ BT dan Garis Lintang 7,12” LS
dan 8,48 ‘LS. Luas wilayahnya kurang lebih 47.922 KM2 , Jawa Timur memiliki wilayah
terluas di antara 6 provinsi di Pulau Jawa, dan memiliki jumlah penduduk terbesar kedua
setelah Jawa Barat. Jawat imur berbatasan dengan Jawa Tengah dibagian barat ,selat Bali di
timur, lautJawa di utara, dan samudra Hindia di selatan. Jawa Timur juga memiliki potensi
pariwisata yang luar biasa. Salah satunya adalah wisata Gunung Bromo. Alasan penulis
memilih wisata Gunung Bromo adalah karena ketertarikan penulis dengan keindahan alam
Gunung Bromo.

Dari latar belakang diatas, penulis menyimpulkan untuk memilih judul “Keindahan
Alam Gunung Bromo” sebagai bahan yang akan penulis bahas.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas pada karya tulis ilmiah ini antara lain :

1. Dimana letak geografis Gunung Bromo?

2. Apa saja keindahan alam yang disajikan Gunung Bromo?

3. Bagaimana Budaya yang Tumbuh Disekitar Masyarakat Gunung Bromo?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui sejarah dan asal-usul salah satu gunung berapi di Indonesia,
Gunung Bromo.

2. Untuk mengetahui keunikan-keunikan yang menjadi daya tarik terbesar bagi


pengunjung.

D. Manfaat Penulisan

Dalam penulisan laporan studi wisata ini memberikan banyak manfaat baik bagi penulis
maupun bagi para pembaca. Manfaat tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1. Memperoleh banyak informasi mengenai obyek wisata Jawa Timur.

2. Rasa senang dan bangga akan keindahan yang dimiliki bangsa Indonesia.

3. Akan sadar mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan obyek wisata.

4. Melatih dan mengasah kemampuan menyusun laporan.

5. Informasi yang diperoleh dapat menambah pengetahuan pembaca.

6. Mendapat gambaran tentang obyek wisata yang telah di jelaskan.


6
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

A. Letak Geografis Gunung Bromo

Letak dan lokasi Geografis Gunung Bromo tepatnya di Provinsi Jawa Timur, tepatnya di
kelilingi oleh 4 wilayah pemerintahan Kabupaten, yaitu Kapupaten Probolinggo, Kabupaten
Pasuruan, Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, berada di 4 wilayah kabupaten
tersebut karena memang Gunung Bromo memang terletak di perbatasan Kabupaten tersebut.

Dari ke empat kabupaten tersebut mempunyai jalur sendiri untuk menuju wisata Gunung
Bromo Namun, jalur terbaik bagi wisatawan yang berasal dari luar kota adalah melalui rute
dari Kabupaten Probolinggo, selain aksesnya mudah dekat dengan Terminal Bayu Angga
Probolinggo dan Stasiun Kereta Api Probolinggo juga sangat mudah sekali untuk
mendapatkan tempat tinggal ketika berada di kawasan wisata gunung bromo.

Jalur ke Bromo dari Kab Probolinggo:

1. Tongas – Lumbang – Sukapura – Ngadisari- Cemoro Lawang – Gunung Bromo.

2. Ketapang – Patalan – Sukapura – Ngadisari- Cemoro Lawang – Gunung Bromo.

Jalur ke Bromo dari Kab. Malang:

1. Tumpang – Gubuk Klakah – Jemplang -Penanjakan – Gunung Bromo.

Jalur ke Bromo dari Kab. Pasuruan:

1. Wonorejo – Warungdowo – Tosari – Wonokitri – Pananjakan – Gunung Bromo

Jalur ke Bromo dari Kab. Lumajang:

1. Senduro – Bumo – Ranu Pane – Gunung Bromo.

B. Keindahan Alam yang Disajikan Gunung Bromo

View Point merupakan tempat yang bisa digunakan untuk melihat pemandangan gunung
Bromo dari ketinggian, selain itu wisatawan juga bisa melihat matahari terbit saat pagi hari.
Ada beberapa tempat yang bisa Anda kunjungi yaitu Pananjakan, Seruni Point, Bukit Cinta,
Bukit Kingkong dan Puncak B29 Bromo.

Kawah Gunung Bromo merupakan destinasi kedua yang biasanya dikunjungi oleh wisatawan
yang ke gunung Bromo, kawah yang memiliki garis tengah ± 800 meter sangatlah unik, untuk
dapat mengunjungi kawah gunung Bromo wisatawan biasanya melakukanya dengan menaiki
7
kuda atau berjalan kaki, dan kemudian dilanjutkan dengan menaiki tangga dengan anak
tangga berjumlah 250. pemandangan dipuncak kawah Bromo memang sangat elok, dengan
dihiasai pemandangan pegunungan tengger dan gunung Batok yang membentuk garis - garis
terjal yang ada disamping kawah gunung Bromo.

Padang savana merupakan sebuah hamparan rumput yang sangat luas dengan luas sekitar 10
Km persegi, tempat ini disebut juga bukit Teletubbies, sausana yang nyaman dan sejuk akan
Anda rasakan apabila mengunjungi tempat ini, letak dari wisata ini berada di selatan kawah
gunung Bromo, tepatnya di kawasan jemplang.

Lautan pasir merupakan salah satu tempat favorit bagi wisatawan yang mengunjungi gunung
Bromo, hamparan pasir yang terbentang luas membentuk lukisan garis - garis yang elok.
Anda akan bisa merasakan suara bisikan apabila mendekatkan telinga Anda ke dekat pasir.

Bunga Edelweiss juga merupakan salah satu hal yang banyak dicari oleh para wisatawan
yang berkunjung. Tak hanya itu, wisatawan pun dapat membeli Bunga Edelweiss yang
dijajakkan oleh para pedagang di kawasan itu untuk dibawa sebagai cendera mata bagi orang-
orang tercinta yang menunggu di rumah.

C. Budaya yang Tumbuh Ditengah Masyarakat Tengger saat ini

1. Upacara Keagamaan Masyarakat Suku Tengger

a. Pujan Karo (Bulan Karo)

Hari raya terbesar masyarakat Tengger adalah upacara karo atau hari raya karo diawali
tanggal 15 kalender saka Tengger. Masyarakat menyambutnya dengan penuh suka cita,
mereka mengenakan pakaian baru, kadang pula membeli pakain hingga 2-5 pasang,
perabotan pun juga baru. Makanan dan minuman pun juga melimpah pada adat ini
masyarakat suku tengger juga melakukan anjang sana (silaturrahmi) kepada semua sanak
saudara, tetangga semua masyarakat Tengger. Uniknya tiap kali berkunjung harus
menikamati hidangan yang diberikan oleh tuan rumah. Tujuan penyelenggaraan upacara karo
ini adalah: mengadakan pemujaan terhadap Sang Hyang Widhi Wasa dan menghormati
leluhurnya, memperingati asal-usul manusia, untuk kembali pada kesucian, dan untuk
memusnahkan angkara murka.

b. Pujan Kapat (Bulan Keempat)

Upacara kapat jatuh pada bulan keempat (papat) menurut tahun saka disebut pujan kapat,
bertujuan untuk memohon berkah keselamatan serta selamat kiblat, yaitu pemujaan terhadap
arah mata angin yang dilakukan bersama- sama disetiap desa (rumah kepala desa) yang
dihadiri para pini sepuh desa, dukun, dan masyarakat desa.

c. Pujan Kapitu (Bulan Tujuh)

Pujan kapitu (bulan tujuh), semua pini sepuh desa dan keharusan pandita dukun melakukan
tapa brata dalam arti diawali dengan pati geni (nyepi) satu hari satu malam, tidak makan dan
tidak tidur. Selanjutnya diisi dengan puasa mutih (tidak boleh makan makanan yang enak),
8
biasanya hanya makan nasi jagung dan daun – daunan selama satu bulan penuh. Setelah
selesai ditutup satu hari dengan pati geni. Pada bulan kapitu ini masyarakat suku tengger
tidak diperbolehkan mempunyai hajat.

d. Pujan Kawolu

Upacara ini jatuh pada bulan kedelapan (wolu) tanggal 1 tahun saka. Pujan kawolu sebagai
penutipan megeng. Masyarakat mengirimkan sesaji ke kepala desa, dengan tujuan untuk
keselamatan bumi, air, api, angin, matahari, bulan dan bintang. Pujan kawolu dilakukan
bersama dirumah kepala desa.

e. Pujan Kasangan

Upacara ini jatuh pada bulan kesembilan (sanga) tanggal 24 setelah purnama tahun saka.
Masyarakat berkeliling desa dengan membunyikan kenyongan dan membawa obpr. Upacara
diawali oleh para wanita yang mengantarkan sesaji ke kepal desa, untuk dimantrai oleh
pendeta, selanjutnya pendeta dan para sesepuh desa membentuk barisan, berjalan
mengelilingi desa. Tujuan mengadakan upacara ini adalah memohon kepada Sang Hyang
Widi Wasa untuk keselamatan masyarakat tengger. Masyarakat bersama anak – anak keliling
desa membawa alat kesenian dan obor.

f. Kasada (Bulan Dua Belas)

Upacara kasada dilaksanakan tnggal 14 dan 15 dilakukan di ponten pure luhur, semua
masyarakat tengger berkumpul menjelang pagi. Tidak hanya masyarakat Tengger yang
beragama Hindu saja, tetapi semua masyarakat Tengger yang beragama lainnya. Setelah
upacara, melabuhkan sesaji berupa hasil bumi yang sudah dimantrai dukun kekawah gunung
Bromo. Tidak hanya upacara saja tetapi juaga bermusyawarah dan bersilaturrahmi dengan
dukun dan masyarakat Tengger. Upacara dilaksanakan pada saat purnama bulan kasada (ke
dua belas) tahun saka, upacara ini juga disebut dengan hari Raya Kurba. Biasanya lima hari
sebelum upacara Yadnya kasada, diadakan berbagai tontonan seperti: tari-tarian, balapan
kuda di lautan pasir, jalan santai, pameran. Sekitar pukul 05.00 pendeta dari masing-masing
desa, serta masyarakat tengger mendaki gunung Bromo untuk melempar kurban (sesaji) ke
kawah gunung bromo. Setelah pendeta melempar ongkeknya (tempat sesaji) baru diikuti oleh
masyarakat lainnya.

g. Upacara Unan-unan

Upacara ini di adakan hanya tiap lima tahun sekali. Unan-unan adalah tahun panjang (seperti
tahun kabisat) melakukan upacara ngurawat jagat, mensucikan hal-hal yang tidak baik
dengan mengorbankan kerbau. Unan yaitu menagrungi bulan. Tujuan unan-unan yaitu untuk
mengadaksn penghormatan terhadap roh leluhur. Dalam acara ini selalu diadakan acara
penyembelihan binatang ternak yaitu kerbau. Kepala kerbau dan kulitnya diletakkan diatas
ancak besar yang terbuat dari bambu, diarak kesanggar pamujan.

h. Upacara yang dilakukan secara individu:

1) Upacara tujuh bulanan (sayut) dipimpin oleh pandita dukun.

2) Upacara indungi anak, anak yang menginjak masa remaja.


9
3) Upacara Tugel Gombak (laki-laki) dan Tugel Kuncung (perempuan), memotong sedikit
rambut sekitar pusar rambut anak-anak yang menginjak usia 5 tahun.

4) Upacara Ngruwat, jika ada saudara 2 laki-laki atau salah satu anak laki-laki dan
perempuan atau anak tunggal.

5) Upacara Kawiahan (kawin), upacara ini sama halnya dengan ijab Kabul.

6) Upacara Wala gara (Temu Manten).

7) Upacara Mendirikan Rumah.

8) Upacara Kematian, minimal 4 hari setelah meningggal dilakukan upacara untas-untas


(roh orang meningggal diharapkan kembali pada pemiliknya).

i. Upacara Entas – Entas

Yakni upacara kematian yang terakhir kali dan perkawinan. “Waktu sekarang ini merupakan
hari-hari baik bagi masyarakat Tengger untuk melaksanakan entas-entas dan perkawinan.
Upacara entas-entas oleh masyarakat Tengger seperti halnya upacara pembakaran mayat
(Ngaben) di Bali. Bedanya, di masyarakat Tengger yang dibakar adalah boneka dari yang
meninggal dunia.

a. Pujan Karo (Bulan Karo)

Hari raya terbesar masyarakat Tengger adalah upacara karo atau hari raya karo diawali
tanggal 15 kalender saka Tengger. Masyarakat menyambutnya dengan penuh suka cita,
mereka mengenakan pakaian baru, kadang pula membeli pakain hingga 2-5 pasang,
perabotan pun juga baru. Makanan dan minuman pun juga melimpah pada adat ini
masyarakat suku tengger juga melakukan anjang sana (silaturrahmi) kepada semua sanak
saudara, tetangga semua masyarakat Tengger. Uniknya tiap kali berkunjung harus
menikamati hidangan yang diberikan oleh tuan rumah. Tujuan penyelenggaraan upacara karo
ini adalah: mengadakan pemujaan terhadap Sang Hyang Widhi Wasa dan menghormati
leluhurnya, memperingati asal-usul manusia, untuk kembali pada kesucian, dan untuk
memusnahkan angkara murka.

b. Pujan Kapat (Bulan Keempat)

Upacara kapat jatuh pada bulan keempat (papat) menurut tahun saka disebut pujan kapat,
bertujuan untuk memohon berkah keselamatan serta selamat kiblat, yaitu pemujaan terhadap
arah mata angin yang dilakukan bersama- sama disetiap desa (rumah kepala desa) yang
dihadiri para pini sepuh desa, dukun, dan masyarakat desa.

c. Pujan Kapitu (Bulan Tujuh)

Pujan kapitu (bulan tujuh), semua pini sepuh desa dan keharusan pandita dukun melakukan
tapa brata dalam arti diawali dengan pati geni (nyepi) satu hari satu malam, tidak makan dan
tidak tidur. Selanjutnya diisi dengan puasa mutih (tidak boleh makan makanan yang enak),
biasanya hanya makan nasi jagung dan daun – daunan selama satu bulan penuh. Setelah
10
selesai ditutup satu hari dengan pati geni. Pada bulan kapitu ini masyarakat suku tengger
tidak diperbolehkan mempunyai hajat.

d. Pujan Kawolu

Upacara ini jatuh pada bulan kedelapan (wolu) tanggal 1 tahun saka. Pujan kawolu sebagai
penutipan megeng. Masyarakat mengirimkan sesaji ke kepala desa, dengan tujuan untuk
keselamatan bumi, air, api, angin, matahari, bulan dan bintang. Pujan kawolu dilakukan
bersama dirumah kepala desa.

e. Pujan Kasangan

Upacara ini jatuh pada bulan kesembilan (sanga) tanggal 24 setelah purnama tahun saka.
Masyarakat berkeliling desa dengan membunyikan kenyongan dan membawa obpr. Upacara
diawali oleh para wanita yang mengantarkan sesaji ke kepal desa, untuk dimantrai oleh
pendeta, selanjutnya pendeta dan para sesepuh desa membentuk barisan, berjalan
mengelilingi desa. Tujuan mengadakan upacara ini adalah memohon kepada Sang Hyang
Widi Wasa untuk keselamatan masyarakat tengger. Masyarakat bersama anak – anak keliling
desa membawa alat kesenian dan obor.

f. Kasada (Bulan Dua Belas)

Upacara kasada dilaksanakan tnggal 14 dan 15 dilakukan di ponten pure luhur, semua
masyarakat tengger berkumpul menjelang pagi. Tidak hanya masyarakat Tengger yang
beragama Hindu saja, tetapi semua masyarakat Tengger yang beragama lainnya. Setelah
upacara, melabuhkan sesaji berupa hasil bumi yang sudah dimantrai dukun kekawah gunung
Bromo. Tidak hanya upacara saja tetapi juaga bermusyawarah dan bersilaturrahmi dengan
dukun dan masyarakat Tengger. Upacara dilaksanakan pada saat purnama bulan kasada (ke
dua belas) tahun saka, upacara ini juga disebut dengan hari Raya Kurba. Biasanya lima hari
sebelum upacara Yadnya kasada, diadakan berbagai tontonan seperti: tari-tarian, balapan
kuda di lautan pasir, jalan santai, pameran. Sekitar pukul 05.00 pendeta dari masing-masing
desa, serta masyarakat tengger mendaki gunung Bromo untuk melempar kurban (sesaji) ke
kawah gunung bromo. Setelah pendeta melempar ongkeknya (tempat sesaji) baru diikuti oleh
masyarakat lainnya.

g. Upacara Unan-unan

Upacara ini di adakan hanya tiap lima tahun sekali. Unan-unan adalah tahun panjang (seperti
tahun kabisat) melakukan upacara ngurawat jagat, mensucikan hal-hal yang tidak baik
dengan mengorbankan kerbau. Unan yaitu menagrungi bulan. Tujuan unan-unan yaitu untuk
mengadaksn penghormatan terhadap roh leluhur. Dalam acara ini selalu diadakan acara
penyembelihan binatang ternak yaitu kerbau. Kepala kerbau dan kulitnya diletakkan diatas
ancak besar yang terbuat dari bambu, diarak kesanggar pamujan.

h. Upacara yang dilakukan secara individu:

1) Upacara tujuh bulanan (sayut) dipimpin oleh pandita dukun.

2) Upacara indungi anak, anak yang menginjak masa remaja.

11
3) Upacara Tugel Gombak (laki-laki) dan Tugel Kuncung (perempuan), memotong sedikit
rambut sekitar pusar rambut anak-anak yang menginjak usia 5 tahun.

4) Upacara Ngruwat, jika ada saudara 2 laki-laki atau salah satu anak laki-laki dan
perempuan atau anak tunggal.

5) Upacara Kawiahan (kawin), upacara ini sama halnya dengan ijab Kabul.

6) Upacara Wala gara (Temu Manten).

7) Upacara Mendirikan Rumah.

8) Upacara Kematian, minimal 4 hari setelah meningggal dilakukan upacara untas-untas


(roh orang meningggal diharapkan kembali pada pemiliknya).

i. Upacara Entas – Entas

Yakni upacara kematian yang terakhir kali dan perkawinan. “Waktu sekarang ini merupakan
hari-hari baik bagi masyarakat Tengger untuk melaksanakan entas-entas dan perkawinan.
Upacara entas-entas oleh masyarakat Tengger seperti halnya upacara pembakaran mayat
(Ngaben) di Bali. Bedanya, di masyarakat Tengger yang dibakar adalah boneka dari yang
meninggal dunia.

2. Tempat Keagamaan Masyarakat Suku Tengger

Pemeluk agama Hindu suku Tengger tidak sama dengan pemeluk agama Hindu pada
umumnya, mereka memiliki candi-candi tempat peribadatan, namun bila melakukan
peribadatan bertempat di Punden, danyang dan Poten. Poten merupakan sebidang lahan di
lautan pasir sebagai tempat berlangsungnya upacara kasada. Sebagai tempat pemujaan bagi
masyarakat Tengger yang beragama Hindu, Poten terdiri dari beberapa bangunan yang ditata
dalan suatu susunan komposisi dipekarangan yang dibagi tiga mandala/zone yaitu:

a. Mandala utama

Disebut juga jeroan yaitu tempat pelaksanaan pemujaan persembahyangan yang terdiri dari:

- Padma berfungsi sebagai tempat pemujaan Tuhan Yang Maha Esa. Bentuknya serupa
candi yang dikembangkan lengkap dengan pepalihan.

- Bedawang Nala melukisakan kura-kura raksasa mendukung padmasana, dibelit oleh


seekor atau dua ekor naga, garuda dan angsa posisi terbang di belakang badan padma yang
masing-masing menurut mitologi melukiskan keagungan bentuk dan fungsi padmasana.

- Bangunan sekepat (tiang empat) fungsinya untuk penyajian sarana upacara atau
aktifitas serangkaian upacara. Bale pawedan serta tempat dukun sewaktu melakukan
pemujaan.

- Kori Agung Candi Bentar, bentuknya mirip dengan tugu kepalanya memakai gelung
mahkota segi empat yang bertingkat- tingkat mengecil ke atas.

b. Mandala madya

12
Disebut juga jaba tengah, tempat persiapan dan pengiring upacara terdiri dari:

- Kori Agung Candi Bentar, bentuknya serupa dengan tugu, kepalanya memakai gelung
empat bertingkat-tingkat mengecil ke atas dengan bangunan bujur sangkar.

- Bale kentongan letaknya disudut depan pekarangan pura, bentuknya ssusunan tepas,
batur, sari dan atap penutup ruangan kentongan. Fungsinya untuk tempat kentongan yang
dibunyikan di awal, akhir dan saat tertentu dari rangkaian upacara.

- Bale bengong, disebut juga pawerangan suci letaknya diantara jaba tengah, mandala
nista. Bentuk bangunannya empat persegi. Fungsinya untuk mempersiapkan keperluan sajian
upacara yang perlu dipersiapkan di pura yang umumnya jauh dari desa tempat pemukiman.

c. Mandala Nista

Disebut juga jaba sisi yaitu tempat peralihan dari luar kedalam pura yang terdiri dari
bangunan candi bentar penunjang lainnya. Pekarangan pura dibatasi oleh tembok penyengker
batas pekarangan pintu masuk di depan dan pitu masuk ke jeroan utama memaki kori Agung.
Tembok penyengker candi bentar dan kori agung ada berbagai bentuk variasi dan kreasinya
sesuai dengan keindahan arsitekturnya. Bangunan pura pada umumnya menghadap ke barat,
memasuki pura menghadap ke arah timur demikian pula pemujaan dan persembahyangan
menghdap kea rah timur kea rah yrbitnya matahari. Komposisi masa – masa bangunan pura
berjajar antara selatan menghadap ke barat dan sebagian di sisi utara menghadap selatan
(menurut bpk.Soedja’i).

d. Posesi Upacara Kasada

Upacara ini dilaksanakan setahun sekali oleh masyarakat hindu tengger yang mendiami 41
desa pada 4 kecamatan di Probolinggo, Lumajang, Malang, dan Pasuruan. Upacara kasada
diadakan mulai tengah malam hingga dini hari, dan persiapannya dilaksanakan sejak 24.00
WIB bergerak mulai di depan rumah dukun (pendeta) Mujono, dan sampai ke pantai p[asir di
pura Agung Puten kira-kira pukul 04.00 WIB. Menjelang menjelang matahari terbit yang
disebut dengan Surya Serwana. Pada pukul 05.00 WIB upacara kasada dilaksanakan dengan
terlebih dahulu dilakukan ritual di pura puten yang dilnjutkan turun menuju kawah gunung
Bromo yang berjarak 2 km untuk melakukan ritual sesaji yang terdiri dari dua unsur penting,
yaitu kepala bungkah dan kepala gantung. Kepal bungkah itu artinya buah-buahan yang
berasal dari tanah seperti kentang dan ketela, serta kepala gantung yaitu buah-buahan yang
bergantung. Ritual sesaji itu merupakan sesembahan sebagai ciri utama kehidupan dari
masyarakat tengger, kecuali ada secara spesifik yang memiliki permohonan khusus, biasanya
korbannya yaitu ayam atau kambing ini, yang khusus mau jadi pejabat. Pada pengambilan
sesajen para pengambil sesajen memakai gala dari kain goni, banyak tamu yang
melemparkan sesajen ke kawah gunung bromo. Namun adapula yang mengambil uang ke
dalam kawah tersebut. Pada upacara kasada petani juga melemparkan hasil pertaniaanya ke
dalam kawah. Orang yang mengambil lemparan tidak boleh hanya mengambil satu kali,
tetapi harus tujuh kali berturut-turut. Apabila melanggar maka orang tersebut mendapatkan
musibah, seperti sakit. Cara penyembuhannya adalah dengan cara meminta maaf dan juga
membuat acara ruwatan (bpk. Sugik).

e. Dukun Masyarakat Suku Tengger


13
Dukun tengger berbeda dengan dukun Jawa yang lain, mereka mempunyai tujuan menjaga
kebudayaan dan melakukan upacara-upacara tradisional. Dalam setiap desa Tengger ada
dukun diatas mereka ada satu dukun yang mengurus semua acara keagamaan, bernama
“Lurah Dukun”. Walaupun agama masyarakat Tengger masih kuat, saat ini dalam desa-desa
Tengger juga ada penduduk beragama Islam dan Kristen. Lurah Dukun dirumahnya
melakukan semeninga. Semeninga itu adalah prsiapan untuk upacara-upacara bertujuan untuk
beritahu para dewa-dewa sesaji akan dimulai. Kemudian satu hari setelah itu baru sebelum
para dukun turun sampai LAut Pasir mereka melakukan semeninga lagi. Kemudian para
dukun berjalan sampai potenyang terletak di kaki Gunung Bromo. Sementara massa
berkumpul di Laut Pasir sekitar Poten itu siap untuk memulai upacaranya. Pada tengah
malam upacara Kasada mulai dengan Lurah Dukun menceritakan tentang Legenda Kasada
dan berdoa kepada dewa Gunung Bromo dan dewa Kusuma. Pula kalau ada dukun baru dia
akan diresmikan oleh dukun lainnya pada saat itu. Pemilihan dukun baru dengan cara
demokrasi, dukun yang baru tersebut merupakan dukun yang dipilih yang sudah banyak hafal
mantra keagamaan.

f. Legenda Kasada

Gunung Bromo tidak dapat dipisahkan dari sistem kepercayaan mastarkat suku Tengger.
Legenda kasada adalah merupakan cikal bakal rakyat Tengger dan menggambarkan
hubungan manusia dan makhluk halus gunung Bromo. Dalam legenda kasada makhluk halus
gunung Bromo tidak memilki namA sendiri tetapi di panggil oleh nama Sang Yang Widhi.
Cikal bakal Tengger dalam ceritanya digambarkan sebagai asal – usulnya dari kerajaan
majapahit dari sebelum keturunan kerajaan Hindu-Budha di jawa. Tujuan legenda kasada
adalah bahwa suatu nenek monyang Tengger bernama “Dewa Kusuma” anak dari “Joko
Seger” dan “Rara Anteng” mengorbankan jiwanya untuk keluarganya dan orang Tengger.
Akibatnya adalah perjanjian di antara roh leluhur “Dewa Kusuma”dan orang Tengger untuk
memberi sesajian setiap tanggal 14 bulan kasada dalam ketanggalan Tengger. Upacara
sesajian itu bernama “Upacara Kasada” dan diikuti oleh orang Tengger satu tahun sekali
sampai sekarang. Dalam permulaan legenda kasada ada tiga peran pokok. Yang pertama
bernama ‘Kyai Dadap Putih’ suatu dukun dari kerajaan majapahit. Dia datang ke daerah
Tengger bertujuan bersemedi. Peran yang kedua adalah orang perempuan muda bernam
“Rara Anteng” pula datang dari kerajaan majpahit.dia datang ke daerah Tengger untuk
mencari ayahnya yang menjadi hilang dan sambil semedi di gunungnya. Peran ketiga adalah
“‘Joko Seger” orang dari desa di daerah gunungnya. Dia pula mencari orang, pamannya yang
hilang sambil semedi di gunungnya. “Kyai Dadap Putih” bertemu dengan “Rara Anteng” dan
mengangkat dia sebagai anaknya. Saat “Rara Anteng” bersemedi dia bertemu dengan “Joko
Seger” .(diceritakan oleh Bpk.Soedja’i)

3. Pusaka yang di miliki oleh Suku Tengger

1) Jimat Klonthongan / Jodang Wasiat

Jimat Klonthong / Jodang wasiat jumlahnya ada dua, yang pertama disimpan oleh masyarakat
Suku Tengger Brang Wetan tepatnya di Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten
Probolinggo.bentuknya berupa kotak terbuat dari kayu.Sedang Jimat Klonthong / Jodang
Wasiat yang kedua disimpan di wilayah Brang Kulon yaitu di Desa Tosari Kecamatan Tosari

14
Kabupaten Pasuruan dan bentuknya berbeda dengan yang ada di wilayah brang wetan yaitu
berbentuk bumbung terbuat dari kayu.

Kedua Jimat Klonthong / Jodang Wasiat tersebut merupakan benda warisan nenek moyang (
Joko Seger dan Loro Anteng ) berisi gayung, sarak, sodar, tumbu, cepel, Ontokusumo sejenis
pakaian nenek moyang, dan sejumlah uang satak (uang logam kuno). Termasuk mantra-
mantra yaitu mantra Purwobumi dan mantra Mandala Giri.

2) Lontar (keropak)

Di Tengger masih terdapat lontar (keropak) sebanyak 21 ikat, berisi tulisan Jawa lama, yang
orang Tengger sendiri tidak bisa membacanya.

Pusaka TRISULA yaitu berbentuk Tombak yang mempunyai ujung mata tiga.

4. Peralatan Upacara

Baju Adat Tengger Hitam, sehelai kain baju tanpa jahitan,Udeng dan kain Selempang
berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan yang diperoleh sebagai warisan dari nenek moyang
Suku Tengger. Prasen, berasal dari kata rasi atau praci (Sansekerta) yang berarti zodiak.
Prasen ini berupa mangkuk bergambar binatang dan zodiak. Beberapa prasen yang dimiliki
oleh para dukun berangka tahun Saka: 1249, 1251, 1253, 1261; dan pada dua prasen lainnya
terdapat tanda tahun Saka 1275. Tanda tahun ini menunjukkan masa berkuasanya
pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi di Majapahit. Tali sampet, terbuat dari kain batik,
atau kain berwarna kuning yang dipakai oleh Dukun Tengger. Genta, keropak dan prapen,
sebagai pelengkap upacara

D. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Data-data yang penulis gunakan dalam penulisan laporan perjalanan ini berasal dari berbagai
sumber yang dapat dipercaya kebenarannya. Sumber – sumber tersebut adalah sebagai
berikut:

a. Narasumber

Narasumber yang dimaksud adalah orang-orang yang mengetahui dengan baik tentang hal-
hal yang berkaitan dengan isi laporan yang penulis susun yaitu masyarakat sekitar Gunung
Bromo.

b. Internet

Data-data mengenai Gunung Bromo juga diambil dari situs-situs yang ada di internet, baik
situs resmi maupun tidak resmi.

2. Waktu Pelaksanaan

Waktu Pelaksanaan studi wisata di Jawa Timur: 05 januari 2015

15
3. Obyek Penelitian

Obyek penelitian yang diamati adalah Gunung Bromo.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data dan bahan, penulis menggunakan beberapa metode-metode


pengumpulan data antara lain:

1. Penulis mengumpulkan data dan informasi dengan berkunjung langsung ke area


Gunung Bromo.

2. Penulis secara langsung menggali informasi dengan bertanya secara langsung kepada
narasumber di Bromo.

3. Untuk melengkapi data-data dan informasi penulis mencari informasi melalui internet.

F. Deskriptif

Pembahasan mendiskripsikan objek keindahan alam Gunung Bromo sesuai dengan judul
yang diangkat dengan menggunakan data yang telah dicari sesuai dengan fakta yang ada.

G. Kajian Pustaka

Gunung Bromo (2.329 dpl) , adalah salah satu gunung dari beberapa gunung lainnya yang
terhampar di kawaasan kompleks pegunungan Tengger, berdiri di areal kaldera berdiameter
8-10 yang dinding kalderanya mengelilingi laut pasir sangat terjal dengan kemiringan ± 60-
80 derajat dan tinggi berkisar antara 200-600 meter. Salah satu daya tarik Gunung Bromo
yang istimewa adalah kawah ditengah kawah dengan lautan pasirnya yang membentang luas
di sekeliling kawah Bromo yang sampai saat ini masih terlihat mengepulkan asap putih setiap
saat, menandakan gunung ini masih aktif.

Gunung Bromo (dari bahasa sansekerta : Brahma, salah seorang dewa utama hindu),
merupakan gunung api yang masih aktif dan paling terkenal sebagai objek wisata di Jawa
Timur. Sebagai sebuah objek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya
sebagai gunung berapi yang masih aktif.

Hal menarik dari Gunung Bromo lainnya antara lain :

1. Keadaan alam di dalam Gunung Bromo Malam ini bertautan dengan lembah, ngarai,
caldera atau adanya lautan pasir yang luasnya sekitar 10 Km. hamparan pasir yang luas ini
seperti gurun yang menggumkan dan ketika matahari mulai terbenam maka anda akan
melihat lautan pasir ini diselimuti dengan rona jingga yang terlihat menawan.

2. Selain keindahan yang menarik di Gunung ini, tujuan utama para pengunjung ingin
datang kesini adalah karena adanya upacara Yadha Kasada atau upacara Kasodo. yang mana
upacara ini digelar setiap tahunnya pada bulan purnama yang biasanya jatuh tepat pada bulan
desember atau January. Rakyat tangger melakukan upacra ini dengan cara melemparkan hasil
16
panen kedalam kawah bromo, itu semua dilakukan karena mengikuti tradisi dan sebagai
permohonan untuk panen yang lebih melimpah di musim yang akan datang.

3. Hal yang menarik lainnya adalah anda dapat menikmati pemandangan sunset atau
matahari terbenam di puncak penanjakan bromo. Ini adalah hal yang sangat disukai dan
memikat bagi para wisatawan untuk berkunjung dan menjadi hal yang sangat menarik di
Indonesia.

BAB III
PENUTUP

17
A. Simpulan

Dari karya tulis yang dibahas, penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Gunung Bromo adalah salah satu gunung api yang masih aktif yang banyak dikunjungi,
dikarenakan alamnya yang sangat indah dan kebudayaan Suku Tengger yang begitu unik.

2. Suku Tengger merupakan salah satu bagian penting siklus hidup di kawasan Tengger,
yang memiliki budaya yang begitu unik dan luar biasa dan menjadi salah satu daya tarik bagi
para wisatawan.

3. Keunikan Suku Tengger menambah keberagaman suku dan budaya di Indonesia, yang
tentu saja memiliki banyak dampak positif.

B. Saran

1. Pihak Sekolah

a. Waktu berkunjung diobjek terlalu sebentar sehingga siswa-siswi tidak mengetahui


secara jelas dan lengkap apa saja yang ada diobjek tersebut.

2. Objek Wisata

a. Untuk tour guide leader lokal dimohon untuk menjelaskan berbagai aturan dan tempat
yang akan dikunjungi secara sistemtis, agar siswa-siswi bisa memahami.

b. Tour leader harusnya bisa mengefektifkan waktu karena siswa-siswi tidak mengerti
seluk beluk (asal-usul) dari tempat yang sedang dikunjunginya.

c. Objek wisata Gunung Bromo sudah cukup bersih, perlu untuk dijaga kebersihannya
agar pengunjung merasa nyaman.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://blog-sejarah.blogspot.co.id/2008/10/sejarah-dan-asal-usul-suku-tengger.html

http://nrmnews.com/2010/11/30/asal-usul-suku-bromo-tengger-2/

http://wisatabromo.com/sejarah-gunung-bromo/

http://www.wisatakebromo.com/2014/09/sejarah-gunung-bromo-dan-legenda-asal.html

http://www.wartabromo.com/2013/07/27/suku-tengger-dan-kepercayaan-hindu-mahayana/

http://jito-um.blogspot.co.id/2009/06/agama-dan-kepercayaan-masyarakat-adat.html

http://redendonk.blogspot.co.id/2012/10/kebudayaan-suku-tengger.html

19

Anda mungkin juga menyukai