TUGAS MAKALAH
AKTIVA LANCAR
Dosen Pengampu : Kayati,SE.,M.Si
Disusun Oleh:
Iin Iryani
Siska
3M Akuntansi
3K akuntansi
114040417
114040357
2016
AKTIVA LANCAR
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata Kuliah Akuntansi Pajak
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Disusun Oleh:
Iin Iryani
Siska
3M Akuntansi
3K akuntansi
114040417
114040357
2016
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari
begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu, penulis juga
merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun
islam.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan
makalaini yang merupakan tugas mata kuliah Kewirausahhan. Penulis sampaikan
terimakasih sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Pajak
Ibu Kayati,SE.,M.S dan semua pihak yang turut membantu proses penyusunan makalah
ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangankekurangan dan kesalahan-kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan
dikemudian hari.
Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para
pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1
Latar Belakang....................................................................................................3
2.2
Sekuritas..............................................................................................................7
2.2.1
Saham..........................................................................................................7
2.2.2
Obligasi........................................................................................................9
2.2.3 Saham pada pasangan perusahaan modal ventura, SUN, dan surat utang
lainnya.......................................................................................................................9
2.2.4
2.2.5
2.3 deposito..................................................................................................................11
2.4 wesel tagih.............................................................................................................12
2.5
piutang usaha....................................................................................................13
KESIMPULAN.................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
ditahan.
Deposito jangka pendek.
Wesel tagih yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun.
Piutang.
Persediaan.
Pembayaran uang muka untuk pembelian aktiva lancar.
Pembayaran pajak di muka
Biaya dibayar di muka.
1.3 Tujuan
a. Mengetahui pos-pos yang disajikan dalam aktiva lancar
b. Memahami tentang bagaimana pengertian terhadap pos-pos aktiva
lancar dilihat dari aspek fiskal
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
4|Aktiva Lancar
Kas ialah uang tunai yang paling likuid, sehingga pos ini biasanya
ditempatkan pada urutan teratas dari aktiva. Yang termasuk dalam kas ialah
seluruh alat pembayaran yang dapat digunakan segera seperti uang kertas, uang
logam, dan saldo rekening giro di bank. Bank ialah saldo rekening giro yang dapat
digunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan usaha. Pengertian tentang dan
perlakuan terhadap kas dan bank dalam perpajakan dan akuntansi sama. Demikian
pentingnya uang kas dan bank, sehingga ketentuan perpajakan mengatur agar
dalam pembukuan setidak-tidaknya catatan kas, utang piutang, dan persediaan
harus diadakan. (Sophar L. :1996)
Istilah kas menunjuk pada alat pembayaran yang siap dan bebas
dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan, sedangkan bank
menunjuk pada sisa rekening giro perusahaan di bank yang dapat dipergunakan
secara bebas untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Dalam pengertian kas
dan bank tidak termasuk dana yang disishkan untuk tujuan tertentu, persediaan
prangko, cek mundur, cek kosong dari pihak ketiga, dan rekening giro pada bank
di luar negeri yang tidak dapat segera dipakai. (Gunadi : 2009)
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1994, rekening giro
dimasukkan dalam dalam kelompok tabungan. Kepada penabung, tabungan,
termasuk rekening giro, memberikan penghasilan berkala berupa bunga. Dalam
akuntansi Komersial, penghasilan bunga bukan merupakan motivasi utama
pembukuan rekening giro di bank, karena barang kali jumlahnya tidak begitu
berarti. Kalau terdapat bunga dari rekening giro, akuntansi komersial akan
mencatatnya sebagai penghasilan. (Gunadi : 2009)
Sesuai dengan Ketentuan Umum Perpajakan, bunga dikenakan pajak
penghasilan dengan tarif final 20% dan tidak boleh digabung dengan penghasilan
yang lain (yang dikenakan tarif umum). Oleh Karena itu untuk tujuan akuntansi
perpajakan, penghasilan itu tidak perlu dicantumkan dalam kelompok penghasilan
(kena pajak) pada akhir tahun. (Gunadi : 2009)
Bagaimana teknik dan metode pembukuan kas dan bank diselenggarakan,
Ketentuan Umun Perpajakan tidak mengatur secara rinci. Jadi, praktik akuntansi
5|Aktiva Lancar
komersial dapat diikuti sepenuhnya. Untuk tujuan pengendalian kas dan bank
perusahaan melakukan pemisahan dana antara kas kecil (dipakai untuk
pengeluaran harian) dan kas besar (dipakai untuk pengeluaran tertentu). Biasanya
wajib pajak mengoperasikan kas kecil (petty cash) dengan variasi antara:
1. Metode Imprest (metode dana tetap dengan pencatatan transaksi dan mutasi
dana kas kecildilakukan pada saan penggantian dana) atau
2. Metode dana berfluktuasi (dengan pencatatan transaksi dan mutasi dana
setiap saat.
Semua itu diserahkan sepenuhnya kepada prakyik pembukuan wajib pajak.
Demikian juga dengan penyelenggaraan rekonsiliasi antara saldo kas dan saldo
bank.
Pada akhir tahun buku, adanya akrualisasi biaya pada sistem kas kecil
dengan metode dana tetap dan sebagai akibat penyesuaian (biaya dan penghasilan)
karena rekonsiliasi saldo kas dengan saldo bank, dalam penyelenggaraan
pembukuan untuk keperluan perpajakan adanya biaya dan penghasilan dari
akrualisasi, itu harus disesuaikan dengan ketentuan perpajakan yang berlaku
(Gunadi :2009)
2.2
Sekuritas
Sekuritas dalam bentuk surat berharga, misalnya saham dan obligasi yang
Saham
6|Aktiva Lancar
2.2.2
Obligasi
Perlakuan akuntasi pajak atas sekuritas obligasi hampir sama dengan
saham. Kalau dalam pembelian obligasi termasuk unsur bunga berjalan, bunga itu
harus diperhitungkan sebagai penghasilan. Pajak penghasilan yang dipungut atas
8|Aktiva Lancar
bunga obligasi tidak boleh dikapitalisasi, tetapi harus dicatat sebagai pajak yang
dibayar dimuka (pasal 23) untuk obligasi yang diperdagangkan di BEI dipotong
pajak final sebesar 20% berlaku juga atas agio (diskon) yang diterima pada saat
obligasi atau realisasi pada saat penjualan obligasi (capital gains) di BEI. (Gunadi
: 2009)
Berbeda dengan dividen antar badan, tiap bunga obligasi antar badan
dikenakan pajak penghasilan. Penghasilan obligasi selain bunga tetap, dapat
berupa keuntungan pelepasan (capital gains) dan realisasi disagio (selisih antara
nilai nominal dengan nilai perolehan) pada saat pelunasan obligasi. Hanya bunga
obligasi dan dividen dari saham yang diperdagangkan di bursa yang diterima
wajib pajak perseorangan yang tidak melebihi jumlah penghasilan tidak kena
pajak (setahun) dibebaskan dari pajak. Prinsip penilaian sekuritas saham berlaku
juga atas obligasi. Demikian juga dengan catatan pelaporan obligasi melalui bursa
efek diperlukan sama dengan saham. (Gunadi : 2009)
2.2.3 Saham pada pasangan perusahaan modal ventura, SUN, dan surat utang
lainnya
Perusahaan modal ventura merupakan sarana mendorong pemerataan
pembangunan dan peran serta seluruh lapisan masyarakat dengan penyertaan
modalnya pada perusahaan pasangan usaha khususnya usaha kecil dan menengah
dengan omset paling banyak Rp 5 Milyar setahun (KMK 25/95). Bagian laba
yang diperoleh dari pasanan usaha modal ventura, menurut pasal 4 (3) huruf (k)
UU PPh dikecualikan dari objek pajak. Selanjutnya apabila saham tersebut dijual
di BEI menurut Peraturan Pemerintah Nomor 4/1995 dikenakan pajak vinal
sebesar 0,1% atas nilai penjualan bruto. Wajib pajak dapat pula mempunyai SUN
dan surat-surat utang lainnya misalnya SUKUK atau sebagainya yang perlakuan
perpajakannya sama dengan obligasi baik bunga, diskon maupun keuntungan
penjualannya (neto) dikenakan pajak final 20%. (Gunadi : 2009)
2.2.4
9|Aktiva Lancar
10 | A k t i v a L a n c a r
2.3 deposito
Tergantung pada faktanya, deposito dapat dimasukkan dalam satuan mata
uang rupiah atau valas, jangka pendek atau jangka panjang, di dalam atau di luar
negeri. Karena ketentuan pajak tidak mengatur sendiri, dalam pembukuan dapat
dianut praktik akuntansi komersial. Untuk tujuan perpajakn berdasarkan PP
Nomer 51 Tahun 1994) dalam pengertian deposito termasuk deposit on call.
Bagaimana deposito dibukukan, ketentuan pajak tidak mengaturnya melainkan
cukup diserahkan kepada praktik akuntansi yang diterima masyarakat. Begitu juga
pengakuan dengan penghasilannya yang berupa bunga. Bersama dengan bunga
tabungan dan diskonto sertifikan Bank Indonesia, bunga dari deposito semula
dikenakan pajak 15% berdasarkan PP131 Tahun 2000 dinakikkan menjadi 20%
dan bersifat final. (Gunadi : 2009)
Karena sudah dikenakan pajak final diakhir tahun,bunga deposito bukan
merupakan penghasilan kena pajak pada SPT dan pajaknya tidak dapat
dikreditkan. Untuk deposito dalam valuta asing, keuntungan atau kerugian karena
fluktuasi nilia tukar dapat diakui pada saat realisasi (pencairan) deposito. Namun,
apabila perusahaan menyelenggarakan pembukuan berdasarkan pada nilai tukar
diakui dan kena pajak pada tahun yang bersangkutan. (Gunadi : 2009)
11 | A k t i v a L a n c a r
nominal) atau dengan bunga (dibayar plus bunga). Bunga yang diterima pada saat
pelunasan merupakan pengahsilan pemegang wesel dan biaya bagi penerbit
promes. (Gunadi : 2009)
Untuk tujuan perpajakan, selain penyelenggarakan administrasi piutang
yang teratur, sebelum terdapat ketentuan khusus tentang penyelenggaraan
pembukuan wesel. Oleh karena itu, praktik akuntansi komersial wesel dapat
diikuti. (Gunadi : 2009)
Ada yang berpendapat bahwa perlu untuk memisahkan pencatatan antara
penjualan wesel tagih dan piutang bunga. Mereka ini menyatakan terdapat laba
(rugi) dari pennjualan wesel sebesar selisih antara jumlah uang yang diterima dan
nilai nominal wesel. Untuk itu, diperlukan penyesuaian penghasilan bunga dalam
masa kepemilikan wesel (holding period) sebagai berikut.
Wesel dengan bunga 9%
1. Penyesuaian
penghasilan
Kas 1.000.000
Piutang bunga 6.250
Piutang wesel 1.000.000
Laba penjualan wesel 3.375
12 | A k t i v a L a n c a r
Kalau wajib pajak sekaligus merupakan pengusaha kena pajak, wajib pajak
(pengusaha) itu wajib memungut PPN atas penyerahan barang dan jasa kena pajak
yang dilakukannya. Secara toritis pengakuan dan pembukuan atas penjualan
dilakukan pada saat pengiriman barang yang diikuti dengan penerbitan faktur
(komersial). Untuk tujuan perpajakan (PPN), pengusaha diminta untuk penerbitan
faktur pajak selambatnya 30 hari setelah penyerahan barang (faktur standar) atau
berasama-sama pada akhir bulan (faktur gabungan). Karena ada dua faktur
(komersial dan pajak) menjadi masalah bagi pengusaha kapan penjualan barang
dan jasa harus dibukukan (diakui). Untuk tujuan pajak pengghasilan, saat
pencatatan umumnya mengikuti praktik akuntani komersial. (Gunadi : 2009)
Dalam akuntansi komersial sering terjadi pemberian pemotongan perniagaan
(trade discount) dan potongan tunai (cash discount). Selain itu, sering terjadi retur
penjualan. Praktik akuntansi komersial (dengan mengurangkannya dari penjualan
bruto) tampak diikuti oleh ketentuan pajak. Namun, pembukuan penyisihan
(allowance) untuk potongan tunai dan retur penjualan kelihatannya tidak
diperkenankan untuk tujuan perpajakan karena ketentuan pajak lebih menekankan
pada keadaan senyatanya dan bukan bersifat antisipatif dengan penyisihan itu.
(Gunadi : 2009)
Akan tetapi, untuk jenis usaha tertentu (bank dan asuransi), SKMK No.
80/KMK.04/1995 tanggal 6 Februari 1995 memperkenankan pembentukan
cadangan. Besarnya cadangan tiap tahun dihitung berdasarkan pendekatan neraca
(a) baik bank atau pemerintah maupun swasta 3% dari rata-rata saldo piutang awal
dan akhir; (b) perusahaan sewa guna usaha dengan hak opsi 2,50% adri rata-rata
saldo awal dan saldo akhir piutang; (c) asuransi kerugian 40% dari premi. Selain
itu, cadangan kerugian untuk asuransi kerugian sebesar klaim kerugian yang telah
ditetapkan oleh tim penyelesaian perusahaan, sedangkan cadangan premi untuk
asuransi jiwa dihitung berdasarkan perhitungan aktuaria yang telah mendapat
pengesahan dari Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan (Departemen Keuangan).
Sementara itu, perusahaan pertambangan diperbolehkan membentuk cadangan
dana reklamasi ke bank pemerintah. (Gunadi : 2009)
13 | A k t i v a L a n c a r
Sebagai contoh, dalam tahun 1995 piutang awal suatu bank swasta
Rp10.000.000,00, sedangkan saldo akhirnya Rp25.000.000,00. Dalam Tahun 1995
itu terdapat penghapusan piutang Rp100.00,00. Saldo akhir piutang akhir 1996
Rp5.000.000,00. Dari data itu dapat dilakukan beberapa perhitungan sebagai
berikut:
1. Jumlah cadangan penghapusan piutang pada akhir tahun 1995 adalah 3% x
(Rp10.000.000 + 25.000.000) :2 =Rp525.000,00
2. Dengan adanya penghapusan piutang Rp100.000,00 maka untuk
mendapatkan
saldo
cadangan
piutang
Rp525.000,00
harus
ada
14 | A k t i v a L a n c a r
pengelompokan
dalam
penyelenggarakan
pembukuan.
Untuk
pembukuan komersial jumlah itu akan tetap sebagai piutang afiliasi, sedangkan
untuk tujuan laporan keuangan jumlah fiskal itu dimasukkan dalam kelompok
penyertaan pada perusahaan afiliasi atau investasi. Teknik pembukuannya,
mungkin cukup dibuat catatan kaki pada akuntansi komersial (full disclosure).
Bagi kreditor rekarakterisasi piutang menjadi penyertaan dapat membawa
keuntungan perpajakan apabila piutang atas utang itu dibayarkan bunga oleh
debitor karena bunga diperlakukan sebagai dividen. Berdasarkan ketentuan pasal
4 (3) (f) UU PPh, dividen antarbadan seperti itu dibebaskan dari pengenaan pajak.
(Gunadi : 2009)
2.7 Persediaan
Persediaan menunjuk pada aktiva:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, baik barang dagangan
dalam usaha dagang maupun barang jadi untuk manufaktur;
b. Berada dalam proses produksi (barang dalam proses untuk manufaktur dan
pekerjaan dalam proses untuk kontraktor);dan
c. Dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan (bahan pembantu) untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Barang yang tersedia selain untuk kegiatan usaha normal wajib pajak dapat
dikelompokkan sebagai persediaan lain-lain.(Gunadi : 2009)
Dalam menghitung jumlah (unsur) persediaan sering terdapat barang yang
masih dalam perjalanan (in transit) dan berada di tempat pihak lain (konsinyasi).
15 | A k t i v a L a n c a r
Apakah untuk tujuan perpajakan barang itu dapat berada di tangan wajib pajak
(termasuk persediaan), tampaknya berlaku kebiasaan dalam praktik akuntansi
komersial. Untuk tujuan PPN, Pasal 1 (c) UU PPN menyatakan bahwa
penyerahan barang (kena pajak) kepada pedagang perantara atau juru lelang
dianggap merupakan transaksi penyerahan (penjualan). Oleh karena itu,
menyimpang dari praktik akuntansi (yang diikuti PPh), untuk tujuan pelaporan
dan perhitungan PPN barang konsinyasi (yang dititipkan kepada perantara) tidak
termasuk persediaan penitip (consignor); walaupun barangnya secara nyata belum
terjual. Demikian juga untuk barang yang berada ditempat cabang mancanegara,
dianggap bukan merupakan persediaan kantor pusat karena adanya prinsip bahwa
untuk tujuan perhitungan pajak penghasilan, transaksi antar cabang dan kantor
pusat diperlakukan (fiktif) layaknya antarbadan terpisah. Dengan demikian, untuk
tujuan pajak, pengiriman barang ke cabang diperlakukan sepertinya sudah ada
penyerahan barang dari kantor pusat (wajib paak dalam negeri = WPDN) kepada
cabang dimancanegara dan dihitung ada penghasilan (arms length principllle).
(Gunadi : 2009)
Sebagai contoh, pada 20 Desember 1996 PT Ganesa mengirim barang
seharga Rp100.000.000,00 kepada cabangnya di Singapura. Atas penjualannya
kepada pihak ketiga badan itu menghitung margin 20%. Barang itu dijual oleh
cabang Singapura, pada bulan Maret 1997. (Gunadi : 2009)
Untuk keperluan perpajakan barang itu dianggap dijual PT Ganesa pada
Desember 1996 dengan margin Rp20.000.000,00 yang dihitung berdasarkan
penjualan kepada pihak ketiga. Dengan demikian, untuk tujuan perpajakan barang
itu tidak termasuk dalam persediaan akhir badan tersebut. (Gunadi : 2009)
Akuntansi persediaan terutama berkaitan dengan sistem (pencatatan)
persediaan (inventory system) dan penilaian (valuation). Praktik akuntansi
komersial umumnya mengenal dua sistrem persediaan, yaitu fisik (periodik atau
kolektif) dan permanen (perpektual atau individual). Penentuan jumlah persediaan
(akhir) pada sistem fisik dilakukan melalui opname persediaan. Sementara itu,
pada sistem permanen (berkelanjutan) pencatatan mutasi persediaan dibuat
16 | A k t i v a L a n c a r
Identifikasi khusus;
LIFO kelompok nilai dan barang;
Biaya-biaya pembelian terakhir;
Biaya standar;
Biaya langsung, variabel atau marginal;
Laba kotor;
Harga eceran; dan
17 | A k t i v a L a n c a r
18 | A k t i v a L a n c a r
19 | A k t i v a L a n c a r
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sekuritas dalam bentuk surat berharga, misalnya saham dan obligasi yang
mudah di jual belikan yang merupakan bentuk investasi sementara untuk
memanfaatkan
dana
yang
tidak
dipergunakan
(secondary
cash
20 | A k t i v a L a n c a r
DAFTAR PUSTAKA
21 | A k t i v a L a n c a r