Anda di halaman 1dari 24

CHAPTER 8

LIABILITY AND EQUITY

PROPRIETARY AND ENTITY THEORY

Sebuah perusahaan memiliki aset adalah salah satu implikasi dari adanya dana yang
diberikan oleh pemilik atau pemberi pinjaman (kreditor). Aset-aset yang dimiliki oleh
perusahaan merupakan klaim antara kreditor ataupun pemilik dari perusahaan tersebut. Aset yang
diklaim oleh kreditor dikategorikan sebagai utang, sedangkan aset yang diklaim oleh pemilik
dikategorikan sebagai modal. Perbedaan kedua hal tersebut adalah kreditor memiliki klaim yang
didahulukan dan lebih spesifik terkait jumlah dan waktu pembayaran dibandingkan dengan yang
dimiliki oleh pemilik modal. Klaim dari kreditor merupakan sebuah kewajiban bagi perusahaan
tersebut. Sedangkan bagi pemilik modal klaim baru akan diakui sebagai kewajiban perusahaan
ketika telah dinyatakan ada pemindahan aset secara spesifik kepada pemilik modal, seperti
dividend declared sebagai sebuah dividend payable.
Dalam akuntansi terdapat dua teori yang mendasari cara pandang konsep
akuntansi, prosedur, dan aturan terkait dengan liabilitas dan modal. Kedua teori tersebut adalah
proprietory theory dan entity theory.

1.1 Proprietary Theory (Teori Kepemilikan)

Kepemilikan orang (proprietorship) atas perusahaan merupakan jumlah aset perusahaan


dikurangi dengan utang perusahaan kepada kreditor. Utang merupakan kewajiban perusahaan
yang dapat diklaim oleh pemberi utang, maka besar kepemilikan atas sebuah perusahaan

merupakan aset yang telah terbebas dari kewajiban terhadap kreditor. Dapat dituliskan di
dalam persamaan sebagai berikut :

P=A L

Nilai P merupakan representasi dari kekayaan dari pemilik perusahaan. Seperti yang
dikatakan oleh Sprague : Balance sheet merupakan penjumlahan dari elemen-elemen yang
membentuk kekayaan pemilik di dalam suatu rentang waktu tertentu. Dengan fokus untuk
mengumpulkan kekayaan dalam berbisnis yang juga merupkan peningkatan atas
kepemilikan.
Akuntansi berdasarkan teori ini diperuntukkan untuk menunjukkan kekayaan dari pemilik
bisnis. Aset melambangkan jumlah yang dimiliki oleh pemilik, sedangkan liabilitas
merupakan kewajiban dari pemilik terhadap kreditor. Konsep income dari berbisnis
merupakan peningkatan dari kekayaan pemilik yang juga dapat diartikan sebagai return bagi
pelaku bisnis.
Pemilik atau perwakilan dari pemilik di dalam bisnis melakukan keputusan di dalam
bisnis yang menghasilkan pendapatan dan pengeluaran. Pendapatan dan pengeluaran di
dalam berbisnis merupakan bagian dari akun P. Kedua akun ini sengaja untuk dipisahkan
agar dapat melihat keuntungan yang diterima di dalam proses berbinis. Pendapatan
meningkatkan kepemilikan, sebaliknya pengeluaran menurunkan kepemilikan. Seperti yang
dikatakan oleh Vatter : Pencatatan double entry didasarkan pada ide bahwa pendapatan dan
pengeluaran merupakan satu bagian dari kekayaan bersih. Akun yang meningkatkan
kekayaan bersih meningkat berdasarkan kredit, sebaliknya akun yang menurunkan kekayaan
bersih berdasarkan debit.

Pendapatan bersih merupakan peningkatan kekayaan dari pemilik perusahaan dari operasi
bisnisnya di dalam rentang waktu tertentu. Pendapatan bersih ini menyatakan segala hal yang
meningkatkan kekayaan pemilik. Hal ini didapatkan melalui aktivitas operasi bisnis dan juga
perubahan nilai dari aset yang dimiliki. Contohnya ialah ketika menjual kembali sebuah
barang yang merupakan invetori, selisih antara harga jual dan harga dasar barang tersebut
dan biaya untuk menjualnya diakatakan sebagai peningkatan kekayaan. Contoh lain ialah
ketika nilai gedung kantor sebuah perusahaan yang meningkat, hal ini juga dapat dikatakan
sebagai peningkatan kekayaan. Tetapi gagasan atas perubahan nilai seperti contoh kedua
masih merupakan perdebatan di dalam akuntansi.
Dibawah ini merupakan praktek akuntansi masa kini yang didasarkan atas proprietory
theory. Dividen tidak dianggap sebagai sebuah pengeluaran melainkan distribusi keuntungan
kepada pemilik, tidak mengurangi kekayaan dari pemilik itu sendiri. Sedangkan pajak dan
bunga tetap dikatakan sebagai pengeluaran karena mengurangi kekayaan dari pemilik. Gaji
untuk pemilik yang juga bekerja untuk perusahaannya sendiri tidak dikategorikan sebagai
pengeluaran karena pemilik dan perusahaannya dianggap sebagai sebuah entitas yang sama.
Dalam investasi jangka panjang, metode ekuitas mengakui kepemilikan dari perusahaan
investor maka bagian keuntungan perusahaan dapat diakui sesuai bagian investor tersebut. Di
dalam pelaporan keuangan konsolidasi pencatatan oleh perusahaan induk menggunakan dasr
teori ini. Induk seolah memiliki perusahaan anak dan pemegang saham minor dipandang
sebagai pihak eksternal yang mengurangi kepemilikan induk.
Teori ini tidak membedakan antar aset perusahaan atau aset dari pemilik usaha jadi
seluuruh dari profit perusahaan merupakan profit dari pemiliknya juga. Maka dari itu untuk
masalah modal finansial dan modal fisik, modal finansial sesuai dengan teori kepemilikan
ini. Ketika perusahaan membutuhkan tambahan modal maka uang dari pemiliklah yang
digunakan. Modal merupakan dana yang diberikan oleh pemilik untuk perusahaan dan
keuntungan yang diinvestasikan ulang di dalam bisnis.
Teori ini memiliki beberapa kekurangan. Pertama, teori ini dibentuk ketika bisnis masih
berupa perusahaan kecil dengan bentuk usaha pribadi atau kerjasama. Kedua, untuk
perusahaan besar, secara hukum, merupakan entitas yang terpisah dari pemilik perusahaan itu

sendiri. Perusahaan memiliki modal yang terbatas hanya pada dana yang distorkan, tidak
sampai kepada harta pribadi pemilik, hal ini tidak sesuai dengan pandangan teori ini. Aset
dan juga liabilitas merupakan kepemilikan dari perusahaan itu sendiri sebagai entitas
terpisah. Penarikan aset oleh pemilik juga memerlukan metode yang sah secara hukum
melalui dividen, bukan sekedar mengambil aset perusahaan secara langsung.
Bagi pemilik, akuntabilitas merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan besar
mengingat adanya jarak antar manajemen dan pemegang saham. Di dalam sebuah perusahaan
besar akuntabilitas merupakan isu yang besar karena pemegang saham akan sangat
bergantung dengan fungsi stewardship dari laporan manajemen, sulit bagi pemegang saham
untuk melihat langsung seluruh kinerja perusahaannya. Lain halnya dengan perusahaan kecil,
pemilik akan sangat peduli dengan kondisi usahanya tersebut, kontrol akan dilihat sendiri dan
fungsi akuntabilitas dari laporan manajemen bukanlah menjadi hal yang penting bagi pemilik
usaha.

1.2 Entity Theory (Teori Entitas)

Teori entitas merupakan teori yang dibentuk akibat ketidakmampuan teori sebelumnya
dalam menjelaskan status hukum perusahaan yang terpisah dari pemiliknya. Teori ini
menyatakan bahwa sebuah perusahaan merupakan perusahaan yang berdirri sendiri dengan
identitasnya sendiri. Menurut Martin ada dua asumsi untuk gagasan entitas akuntansi yaitu :
Separation : untuk tujuan akuntansi perusahaan dipisahkan dengan pemiliknya
Viewpoint: prosedur akuntansi dibentuk berdasarkan sudut pandang entitasnya,
berdasarkan teori ini ialah perusahaan itu sendiri.
Entitas memanglah bukan sebuah pribadi dan tidak bisa bergerak dengan sendirinya,
perlu orang-orang, manajemen, yang menjalankannya. Tetapi menurut Paton tiap perusahaan
memiliki sifatnya sendiri. Terlebih jika saham perusahaan telah beredar, hidup atau matinya
perushaan bukanlah berantung dari pemegang sahamnya, melainkan dari perusahaan itu
sendiri.
Entity theory memiliki cara pandang bahwa tujuan dari akuntansi ialah menjalankan
fungsi akuntabilitas ataustewardship. Pada mulanya teori ini menyatakan bahwa bisnis
dijalankan untuk manfaat sebesar-besarnya kepada pemegang saham. Tetapi pandangan
sekarang mulai berubah bahwa perusahaan menjalankan bisnisnya untuk keberlanjutan

perusahaan itu sendiri. Perusahaan perlu taat kepada hukum dan berperforma baik untuk
menarik lebih banyak dana agar perusahaan dapat terus bertahan dan berkembang.
Fokus akun tansi berdasarkan teori ini ialah pada persamaaan antara aset dan modal. Hal
ini dikarenakan entitas yang tidak lagi memandang bahwa kekayaan dari pemilik sebagai
fokus melainkan berfokus kepada diri perusahaan itu sendiri. Pemegang saham dan kreditor
dianggap sebagai pihak luar yang hanya memberika dana untuk entitas dalam menjalankan
bisnis.
Assets = Equities
Menurut Paton neraca menunjukkan aset, yang menyatakan secara langsung nilai dari
entitas, dan ekuitas, yang menyatakan nilai secara tidak langsung tetapi dengan jumlah total
yang sama. Aset merupakan kepemilikina dari perusahaan dan liabilitas merupakan
kewajiban dari perusahaan bukan lagi dari pemilik perusahaan. Dana yang diinvestasikan
dari pemegang saham haruslah juga dicantumkan di dalam neraca yang nantinya memaksa
nilai dari aset non-moneter dinilai secara historical cost karena neraca harus seimbang dari
sisi debit dan kredit. Sebagai penyumbang dana, pemegang saham pun ingin mengetahui
bagaimana kondisi aset yang dibeli dari dana yang diinvestasikan serta bagaimana
perubahaan nilainya. Karena sulit bagi investor untuk menilai perubahaan nilai asetnya
karena tidak cukup dekat dengan bisnisnya maka akuntabilitas memerlukan penyesuaian
yang dilaporkan agar investor tidak salah membuat keputusan.
Pendapatan, dalam teori entitas, didefinisikan aliran masuk aset akibat adanya transakasi
perusahaan dan pengeluaran terkait dengan biaya aset terkait dan jasa lain yang digunakan
oleh perusahaan dalam mengahasilkan pendapatan dalam waktu tertentu. Berdasarkan teori
entitas fokus bukan lagi kepadan kekayaan pemilik (P) melainkan kepada aset perusahaan
sebagai hal nyata yang dimiliki perusahaan di dalam menjalankan bisnis. Bukan lagi melihat
kepada ekuitas atau modal yang lebih abstrak, berupa klaim atas aset, yang timbul secara
tidak langsung. Pendapatan menambah aset yang dimiliki perusahaan dan sebaliknya
pengeluaran mengurangi aset perusahaan. Maka dari itu akuntansi sebaiknya menjelaskan
konsep bahwa pendapatan dan pengeluaran menjelaskan pada perubahan aset yang dimiliki
perusahaan bukan perubahan kekayaan dari pemilik perusahaan.
Pendapatan bersih adalah milik dari perusahaan, tetapi tercatat sebagai laba ditahan
seolah pendapatan tersebut milik dari pemegang saham. Interpretasi awal atas pernyataan ini
adalah bahwa pemegang saham memiliki hak klaim atas aset yang dimiliki perusahaan yang

besarnya sesuai dengan jumlah aset yang telah dikurangi kewajiban kepada kreditor.
Interpretasi atas hal ini kini berubah ke arah bahwa laba ditahan meruapkan modal atau
investasi dari perusahaan itu sendiri atas dirinya sendiri. Pembayaran-pembayaran yang
dilakukan oleh perusahaan kepada pihak luar dikategorrikan sebagai pengeluaran termasuk
pajak, bunga, dan dividen kepada pemegang saham. Pembayaran tersebut mengurangi modal
perusahaan atas dirinya sendiri.
Kedua teori ini memiliki pengaruh kepada praktek akuntansi dimasa kini. Seperti teori
akuntansi konvensional yang berdasrakan konsep entitas bahwa laporan keuangan
merupakan laporan atas perusahaan itu sendiri dan perusahaan merupakan entitas yang
terpisah dari pemiliknya. Dan juga teori kepemilikan yang menganggap bahwa dividen
bukan sebagai pengeluaran tetapi sebagai distribusi dari keuntungan kepada para pemilik.

LIABILITIES DEFINED

Laporan keuangan menggambarkan efek finansial dari transaksi-transaksi dan peristiwa


lainnya dengan mengelompokkan kejadian tersebut dalam beberapa kelas yang luas berdasarkan
karakteristik ekonominya. Kelas-kelas luas ini disebut elemen dari laporan keuangan. Liabilities
adalah salah satu elemen kunci dalam akuntansi dan termasuk elemen yang secara langsung
berhubungan dengan laporan posisi keuangan.
Dalam IASB Framework, paragraph 49 (B), liability didefinisikan sebagai berikut:
A liability is a present obligation of the entity arising from past events, the settlement of
which is expected to result in an outflow from the entity of resources embodying economic
benefits.
Dari definisi di atas, kita bisa mengartikan bahwa liability adalah sebuah elemen
akuntansi yang diakui di laporan posisi keuangan dimana diharapkan terjadinya outflow berupa
sumber daya dari entitas untuk perwujudan manfaat ekonomi. Outflow dari sember daya ini
adalah hasil dari penyelesaian present obligation dan jumlahnya pada saat penyelesaian bisa
diukur secara andal.

Dalam akuntansi keuangan, liability diartikan sebagai obligasi entitas yang muncul dari
transaksi atau kejadian lalu, dimana settlement bisa dilalui melalui transfer aset, penyediaan jasa,
ataupun apapun yang bisa memberikan manfaat ekonomi kedepannya. Liability didefinisikan
dalam berbagai karakteristik sebagai berikut:

Semua tipe peminjaman baik dari orang maupun bank untuk meningkatkan pendapatan
bisnis atau personal yang mana untuk dibayar dalam waktu dekat ataupun lama.

Tanggung jawab kepada orang lain yang membutuhkan penyelesaian dengan cara transfer
aset, penyediaan jasa, ataupun apapun yang bisa memberikan manfaat ekonomi
kedepannya; dalam waktu yang telah ditentukan.

Tanggung jawab yang mewajibkan suatu entitas kepada pihak lain, yang membuat hanya
ada sedikit atau bahkan tak ada keleluasaan untuk menghindari settlement.

Transaksi atau peristiwa yang telah terjadi sebelumnya yang membuat entitas memiliki
kewajiban.

2.1 Present Obligation


Definisi dari IASB Framework menyatakan bahwa liabilities diharapkan dapat
menyebabkan terjadinya outflow dari manfaat ekonomi. Definisi ini berfokus pada future event,
dalam artian, pengorbanan sebenarnya belum dilakukan. Pertimbangan yang mendasari hal ini
adalah bahwa obligasi telah ada dalam hubungannya pengorbanan di masa depan. Sebagai
contoh, utang dagang adalah current obligation, yang muncul dari provisi jasa pihak lain.
Dalam paragraph 62 di IASB Framework, diakui bahwa settlement dari obligasi bisa
dilakukan dengan berbagai cara seperti pembayaran kas, transfer aset selain kas, provisi jasa,
penggantian obligasi dengan obligasi lain, konversi obligasi menjadi ekuitas, atau kreditor
melepaskan obligasi yang bersangkutan. Dalam berbagai metode penyelesaian obligasi, hanya
dua cara yang disebutkan di awal yang tentunya terlibat terhadap outflow aset. Sebagai contoh,

utang dagang akan diselesaikan oleh pembayaran kas (outflow aset), sedangkan kewajiban untuk
unearned revenue (pendapatan dibayar di awal) akan diselesaikan dengan provisi barang atau
jasa.

2.2 Past Transaction


Syarat suatu obligasi merupakan hasil dari peristiwa lalu adalah harus dipastikan bahwa
hanya present liabilities yang dicatat, bukan untuk peristiwa masa depan. Namun, kondisi dari
peristiwa lalu sulit untuk diinterpretasikan. Menentukan past event yang dapat diterima sangatlah
penting dalam menentukan apakah terdapat obligasi, sebelum berpindah ke tahap selanjutnya.
Ketika suatu perusahaan memesan persediaan kepada pemasok, peraturan kini menentukan
bahwa tidak ada obligasi sampai suatu barang telah diterima. Oleh karena itu, past event dalam
konteks ini adalah saat penerimaan barang, bukan ketika melakukan pemesanan.
Executory contract adalah hal yang tepat dalam interpretasi terkait past event. Executory
contract adalah kontrak yang belum sepenuhnya dijalankan. Dalam kata lain, executory contract
adalah sebuah kontrak ketika kedua pihak masih memiliki pelaksanaan dan kepentingan yang
tersisa. Kontrak yang telah sepenuhnya dijalani satu pihak tapi belum dipenuhi untuk pihak yang
lain diklasifikasikan sebagai executory contract.
Pertanyaannya adalah apakah menandatangani kontrak akan membentuk liability?
Sebagai contoh, apakah obligasi pembelian tanpa syarat adalah liability? Melihat situasi dimana
pembeli menyetujui untuk membayar jumlah tertentu secara periodik atas suatu produk dan jasa,
dan pembayaran akan dilakukan tanpa melihat apakah pembeli menerima produknya, maka
pembeli diwajibkan untuk melakukan pembayaran periodik walaupun jasa yang diberikan tidak
sesuai secara kuantitas. Dalam tahapan ini, terdapat persetujuan diantara dua pihak, dimana tidak
dijalankan oleh keduanya. Dalam kasus ini, obligasi untuk mengorbankan manfaat ekonomi di
masa depan (dengan membayar kas) kepada pihak lain terbentuk ketika penandatanganan
kontrak. Oleh karena itu, obligasi pembelian tanpa syarat merupakan liability, yang muncul dari
peristiwa lalu ketika penandatanganan kontrak. Obligasi tetap terbentuk walaupun tidak
dijalankan dengan sesuai.

2.3 Liability Recognition


Ketika definisi kewajiban telah dikeahui, maka seorang akuntan memerlukan suatu aturan
mengenai pengakuan kewajiban. Jenis aturan di masa lalu yang digunakan untuk mengakui
kewajiban hampir sama dengan aturan untuk mengakui aset, yaitu:

Ketergantungan terhadap peraturan


Penetapan substansi ekonomi dari suatu peristiwa
Kemampuan untuk mengukur nilai suatu kewajiban
Penggunaan prinsip konservatif
Meskipun keadilan dan kewajiban konstruktif memenuhi definisi dari kewajiban, namun

sedbagian besar kewajiban ditentukan menggunakan dasar apakah terdapat tuntutan hukum
terhadap entitas untuk memenuhi kewajiban tersebut. Sebagai contoh, kewajiban untuk
memperbaiki operasi pertambangan merupakan kewajiban legal dan jika hukum telah
mewajibkan hal tersebut, maka kewajiban perbaikan operasi pertambangan maka hal tersebut
bisa dianggap sebagai suatu keadilan.
Kriteria kedua yang perlu dipertimbangkan dalam substansi ekonomi suatu transaksi. Sebagai
contoh adalah akuntansi untuk transaksi wesel yang bersifat covertable seperti hybrid security.
Misalkan, perusahaan meminjam $10,000 dari bank dan akan membayarnya degan meberikan
1,000 lembar saham biasanya. Secara esensial itu adalah converting notes namun juga memiliki
unsur kewajiban. Converting notes merupak instrumen yang harus membayarkan bunga sampai
wesel tersbut diubah menjadi saham biasa. Apakah kita harus mengakuinya sebagai kewajiban
hingga diubah menjadi ekuitas, ketika telah tidak ada aliran dana keluar? Dan hal tersebut harus
dilakukan karena jikagagal mencatat kewajiban tersebut hingga diubah menjadi ekuitas, maka
akan menyebabkan kegagalan dalam pencatatan substansi ekonomi.
Kriteria ketiga berkaitan dengan menentukan nilai suatu kewajiban. Untuk beberapa jenis
kewajiban, nilainya ditentukan melalui harga kontrak, misalnya sejumlah uang yang harus
dibayarkan untuk jasa atau barang yang diterima. Sedangkan untuk keuantungan pegawai,
jumlah nominal yang dibayarkan kepada karyawan akan mengurangi kewajiban perusahaan. Di
sis lain, terkadang jumlah nominla suatu kewajiban tidak mencerminkan nilai dari kewajiban itu

sendiri, misalnya ketika kewajiban itu memiliki jangka waktu lebih dari satu bulan maka nilai
dari kewajiban itu harus memperhitungkan arus kas keluar di masa yang akan datang dengan
melakukan PV dari arus kas di masa yang akan tersebut.
Selain itu, seorang akuntan juga harus menggunakan pendekatan konservatif untuk pengakuan
aset dan kewajiban. Akuntan biasanya terlebih dahulu mengakui kewajiban dibandingkan aset.
Hal tersebut dikarenakan akan lebih aman jika nilai aset yang diakui lebih rendah daripada nilai
sebenarnya dibandingkan mengakui nilai kewajiban lebih rendah dibandingkan sebenarnya.
Namun terdapat permasalhan besar terhadap pengambilan keputusan perusahaan ketika
menggunakan pendekatan konservatif. Pembuat keputusan memrlukan infromasi yang netral atau
tidak bias ketika mengambil keputusan. Jika informasi ini mengalami bias dikarenakan
perusahan hanya ingin mengambil sebagian gambaran perusahaan melalui laporan keuangan
maka pengambil keputusan akan mengalami kebingungan dalam mengambil keputusan yang
tepat. Sehingga keputusan tersebut tidak akan efektif lagi.

2.4 IASB Framework


IASB Framework memberikan arahan mengenai pengakuan elemen dalam neraca dan laporan
laba rugi. Suatu item dapat memenuhi definisi pengakuan suatu elemen jika:
a

Item tersebut memiliki kemungkinan memberikan keuntungan ekonomi yang mengalir ke

dalam atau keluar entitas.


Item tersebut dapat dinilai dengan handal (reliable).

10

Pada paragraf 91 terdapat arahan khusus yang menyatakan suatu item dapat diakui sebgai
kewajiban jika item tersebut mungkin mengeluarkan keuntungan ekonomi dari entitas dan dapat
diukur secara handal nilainya.
Pengukuran yang handal adalah pengukuran yang bebas dari materialitas dan kesalahan, serta
benar-benar menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Suatu kewajiban tidak bisa disebut
kewajiban jika tidak dapat diukur secara handal. Sebagai contoh adalah tuntuan hukum. Jika
tuntutan hukum tersebut tidak dapat dinilai secara handal maka tuntutan hukum tersebut tidak
bisa dianggap sebagai kewajiban.
Beberapa orang memandang bahwa pengukuran yang handal merupakan pengukuran yang
memperkuat, yaitu pengukuran kewajiban bisa dihubungkan dengan bukti objektif seperti harga
pasar dan kontrak. Namun, dalam banyak kasus akuntan memberikan penilaian terbaik mereka
untuk mengukur kewajiban. Sebagai contoh klaim garansi. Akuntan akan menggunakan data
masa lalu yang relevan (tingkat klaim periode sebelumnya) dan informasi prediktif (tingkat
penjualan) untuk mengestimasi kewajiban. Jika estimasi tersebut handal maka informasi tersbut
akan relevan untuk pengguna informasi keuangan.

LIABILITY MEASUREMENT
Framework memberikan sedikit panduan tentang bagaimana menghitung kewajiban yang
memenuhi definisi dan kriteria pengakuan. Dalam IFRS, metode perhitungan untuk liabilities
yang sering digunakan adalah historical cost (atau modified historical cost).
Dalam kaitannya dengan IAS 17 Leases, IAS 39 Recognition and Measurement of Financial
Instruments, IFRS 2 Share-based Payment and IFRS 3 Business Combinations, penghitungan
Fair Value digunakan untuk awal pengukuran dari transaksi yang melibatkan liabilities.
Konsep tersebut dijelaskan dalam standar seperti IAS 17 (paragraf 4):

11

The amount for which an asset could be exchange or a liability settled between
knowledgeable, willing parties in an arms length transaction.
Di dalam IAS 17 (paragraf 20) juga dikatakan bahwa liability yang muncul dalam
pembayaran sewa diakui diawal berdasarkan fair value sewa atau present value dari pembayaran
sewa minimum jika lebih rendah.
Sedangkan di dalam IAS 17 (paragraf 25) dikatakan bahwa saldo kewajiban berdasarkan
metode suku bunga efektif amortisasi. Tabel berikut menunjukan variasi dalam metode
perhitungan yang dipakai dalam IFRS untuk metode perhitungan liability secara berkelanjutan.

Subsequent measurement of liabilities in IFRS consolidated financial statements


Usual measurement basis Fair value option*
allowed by IFRS and
adopted in practice
Non-current liabilities
Long-term borrowing

Amortised cost

No

Finance lease obligation

Amortised cost

No

Defined

benefit

post Present value of expected No

employment obligation

payments less fair value of


plan assets

Deffered tax

Expected payments

Long-term provision

Present value of expected No

12

No

payments
Current liabilities
Trade payables

Amortised cost

No

Derivatives

Fair value

Short-term borrowings

Amortised cost

No

Current portion of long- Amortised cost

No

term borrowing
Other financial liabilities

Amortised cost

Yes

Current tax payable

Expected payments

No

Short-term provisions

Expected payments

No

Di dalam IAS 19/AASB 119 Employee Benefit dan IAS 37/AASB 137 Provision, Contingent
Liabilities and Contingent Assets dikatakan bahwa perhitungan fair value diperlukan setelah
akuisisi adalah kewajiban pasca-kerja, seperti pensiun dan provision jangka panjang.

13

3. 1 Employee Benefits Pension (Superannuation) Plans


Penyedia kerja melakukan pembayaran dana pensiun yang merupakan aktiva yang ditahan
untuk pendanaan tenaga kerja mereka ketika sudah pensiun. Dua jenis rencana pensiun:
1.
2.

Contributory (penyedia kerja dan tenaga kerja berkontribusi dalam pendanaan)


Non-contributory (penyedia kerja yang berkontribusi dalam pendanaan)

Perbedaan antara Benefit Fund dengan Contribution (or accumulated benefit) Fund:
1. Benefit Fund: jumlah yang dibayarkan kepada tenaga kerja paling sedikit sebagian
dari gaji terakhir atau rata-rata dari tenaga kerja.
2. Contribution Fund: jumlah yang dibayarkan sebesar jumlah kontribusi yang
berikan dalam pendanaan.
Tiga jenis pendanaan pensiun:
1. Fully Funded: kas atau investasi yang cukup untuk memenuhi kewajiban
pendanaan
2. Partially Funded: kas atau investasi hanya memenuhi sebagian dari kewajiban
pendanaan
3. Unfunded: tidak mempunyai kas atau investasi untuk menutupi pembayaran sesuai
rencana pensiun
Ketika obligasi yang direncanakan sudah jatuh tempo dan pendanaan tidak cukup untuk
memenuhi obligasi tersebut dapat dikatakan bahwa rencana pension tersebut underfunded.
Dana pension adalah enititas yang legal yang terpisah dari perusahaan penyedia kerja.Sebuah
rencana pensiun yang unfunded bukan menjadi kewajiban dari penyedia kerja untuk
membayarnya. Tetapi, pernyataan tersebut bisa diargumentasi bahwa perusahaan memiliki
equitable obligation untuk memenuhi unfunded commitments yang berarti perusahaan memiliki
liability.Whittred, Zimmer, dan Taylor memberikan contoh sebuah perusahaan lalai dalam
pendanaan pensiun dan sebagai konsekuensinya, perusahaan tersebut kehilangan reputasi di

14

pasar tenaga kerja dan pasar lainnya, sehingga menimbulkan suatu pengorbanan manfaat
ekonomi.
Dalam Framework dan IAS 37/ AASB 137 dikatakan bahwa sulit untuk menyatakan bahwa
hal tersebut bukan merupakan kewajiban. Isu lain yang berkaitan dengan waktu pengakuan
kewajiban untuk pembayaran pensiun, yaitu:
1.

Sudah atau belumnya karyawan telah memberikan jasa kepada perusahaan. Gagasan dari
kompensasi adalah pembayaran tersebut merupakan bentuk kompensasi yang diterima
oleh karyawan pada setelah pemberian jasa. Namun kompensasi dibayarkan di masa

2.
3.

depan, setelah karyawan pensiun.


Ketidakjelasan mengenai waktu pensiun karyawan.
Kapan pendanaan dibutuhkan untuk memberikan pembayaran di bawah rencana
pensiun?

3.2 Provision and Contingencies


Provisions dan contingencies terjadi ketika terdapat garis yang tidak jelas antara present dan
future obligations. IAS 37/AASB 137 Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets
mengakui terjadinya overlap atas definisi di paragraph 12, ketika dinyatakan bahwa semua
provisions adalah contingent karena provisions tidak menentu dalam pemilihan waktu dan
jumlah.
Terdapat pemisahan tergantung tingkat besar pada sifat dari past event. IAS 37/AASB 137
paragraf 10 menyatakan contingent liability sebagai:
(a)

sebuah possible obligation yang muncul dari past events dan yang keberadaannya akan
dikonfirmasi hanya dengan occurance atau non-occurance dari satu atau lebih

ketidakpastian future events tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas.


(b)
Sebuah present obligation yang muncul dari past events tetapi tidak diakui karena:
(i)
Hal tersebut tidak mungkin terjadi bahwa mengalirnya sumber daya yang
memiliki manfaat ekonomi akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban; atau
(ii)
jumlah dari obligasi tidak bisa dihitung dengan keahlian yang cukup

15

IAS 37/AASB 137 paragraf 14 mengatakan bahwa kriteria pengakuan untuk provisions
konsisten dengan kriteria framework untuk pengakuan dari kewajiban.
IAS 37/AASB 137 paragraf 27 menyatakan secara kategoris bahwa contingent liabilities tidak
diakui di dalam financial statements.
Efek dari IAS 37 adalah untuk membatasi penggunaan provisions. Tetapi, liability tidak bisa
diakui di bawah IAS 37 hingga terjadinya suatu peristiwa yang memerlukan pengorbanan aset
oleh reporting entity. Karena tidak ada obligasi yang ada untuk pihak eksternal, seperti
provisions tidak akan diizinkan dalam framework atau current standards.
IAS 37 (paragraf 86) menyatakan bahwa dalam keadaan tertentu, catatan ke rekening
diperlukan karena informasi mengenai kewajiban sangat relevan untuk pengguna laporan
keuangan dalam membuat dan mengevaluasi keputusan tentang pengalokasian sumber daya yang
langka.

3.3 Owners Equity


Owners equity adalah konsep dasar akuntansi ketiga yang diperoleh dalam persamaan
akuntansi. Owners equity mewakili aktiva bersih. Berikut ini merupakan persamaan akuntansi
dari owners equity:
( P=A L)
Owners equity mewakili entitas dari aktiva bersih yang dimiliki oleh pemilik tanpa ada
obligasi yang harus dibayar dan mencerminkan bunga atau modal yang dimiliki pemilik di
perusahaan.
Framework menjelaskan ekuitas di paragraf 49 (c):
Equity is the residual interest in the assets of the entity after deducting all its liabilities.

16

Oleh karena hal tersebut, owners equity bukan sebuah obliges iuntuk perpindahan asset
melainkan pengakuan atas residual yang tidak bisa ditentukan secara terpisah antara asset dan
liability.
Pertanyaan mendasar dalam mengetahui jumlah ekuitas adalah apakah sebuah item
merupakan liability atau ekuitas dari entitas tersebut.
Dua fitur penting yang membantu membedakan liability dan owners equity:
1.
2.

Hak dari pihak yang bersangkutan


Substansi ekonomi dari peraturan yang ada

3.4 Rights of The Parties


Hak-hak yang dimiliki oleh kreditor dan pemilik, didapatkan karena hukum atau peraturan
perusahaan terkait. Secara sah, kreditor memiliki klaim terhadap pemilik dalam kepemilikan

tunggal atau persekutuan, sedangkan dalam perusahaan, kreditor memiliki klaim terhadap
perusahaan. Bagaimanapun, dalam teori akuntansi, tidak peduli bagaimana bentuk hukum sebuah
organisasi, entitas diakui sebagai unit akuntabilitas. Oleh karena itu, kreditor memiliki klaim
terhadap entitas dan juga asetnya. Berikut ini merupakan hak-hak yang dimiliki oleh kreditor:
-

Penyelesaian atas klaim kreditor dengan jangka waktu yang telah ditentukan, melalui
transfer aset (barang atau jasa).

Penyelesaian klaim kreditor merupakan prioritas utama dibandingkan hak-hak pemilik,


jika terjadi likuidasi.

Harus diingat bahwa klaim yang dimiliki kreditor itu terbatas untuk jumlah tertentu (yang
mungkin berbeda-beda, sesuai dengan terms of agreement). Sebaliknya, pemilik hanya memiliki
residual interest, meskipun dengan pengaturan kontral yang berbeda, pemilik dapat memiliki
prioritas yang berbeda dalam pengembalian modal (the return of the capital).

17

Aspek lain yang membedakan hak antara kreditor dan pemilik adalah hak atas
penggunaan aset atau pengoperasian perusahaan. Kreditor tidak memiliki hak atas penggunaan
aset perusahaan selain yang ditentukan dalam kontrak. Selain itu kreditor juga tidak memiliki
hak dalam proses pengambilan keputusan bisnis, kecuali dengan secara tidak langsung dalam
beberapa kasus. Contohnya kreditor dapat mempengaruhi perusahaan dengan membatasi
retained earnings, atau sejumlah aset tertentu tidak dapat dijual sebelum mendapatkan
persetujuan dari kreditor. Di sisi lain, pemilik mempunyai hak atau otoritas untuk menjalankan
perusahaan.

3.5 Economic Substance


Liabilities dan owners equity melambangkan klaim terhadap entitas. Semua klaim
terhadap entitas memiliki resiko kerugian, namun resiko kerugian kreditor sedikit lebih rendah
dibandingkan resiko kerugian pemilik. Pemilik harus menanggung kerugian yang berasal dari
kegiatan perusahaan. Perbedaan utama antara kreditor dan pemilik ialah, kreditor memiliki hak
atas settlement, sedangkan pemilik memiliki hak atas pembagian profit. Perbedaan tersebut
mencerminkan resiko ekonomi dan timbal balik dari kedua jenis klaim: kreditor menanggung
resiko yang lebih rendah dan mendapatkan timbal balik dengan pengembalian yang relatif tetap
(fixed return), sedangkan pemilik menanggung resiko yang lebih tinggi dan dengan demikian
mendapatkan timbale balik dengan pengembalian (lebih sering meningkat) melalui partisipasi
mereka dalam pembagian keuntungan. Figur berikut ini menjelaskan hubungan antara substansi
ekonomi (economic substance) dengan hak-hak (rights) yang dimiliki oleh kreditor dan pemilik.
Rights

Economic Substance

Interest and Settlement/

Risk and Return

Participation in profits
Use of asets

Control

18

Pemilik atau wakilnya (agent) memiliki kendali atas akuisisi, komposisi, penggunaan dan
disposisi aset perusahaan. Mereka memiliki kendali atas pengoperasian dan bertanggung jawab
dalam menjalankan perusahaan serta keberlangsungan dan profitabilitasnya. Pada umumnya,
pemilik menyerahkan hampir seluruh tanggung jawab dan kendali tersebut kepada direktur dan
manajer (agent).
Bagaimanapun, konsep ini memiliki kelemahan. Pengakuan atas owners equity
menggunakan teori proprietary, yang tidak cocok ketika diterapkan kepada perusahaan besar.

3.6 Concept of Capital


Akuntansi untuk ekuitas pemegang saham dipengaruhi oleh ketentuan hukum. Sebagai
contoh, hukum bisnis Inggris dan Australia memuat undang-undang mengenai akuntansi untuk
modal. Konsep yang paling krusial adalah ketentuan mengenai capital maintenance, yaitu
perusahaan dituntut untuk mempertahankan keutuhan modal dasarnya. Framework mengakui
bahwa perusahaan mempertahankan keutuhan modal dasarnya atau tidak, merupakan sebuah
fungsi, bukan hanya sebagai definisi ekuitas sebagai hak residu suatu entitas, melainkan juga
concept of capital. Modal dapat dikonseptualisasi sebagaithe invested money, invested
purchasing power atau kapasitas produktivitas sebuah entitas. Modal dapat diukur dalam
nominal mata uang, atau skala daya beli (sesungguhnya). Framework tidak memberikan arahan
mengenai model mana yang paling sesuai, namun dijelaskan di paragraph 108 dan 109 bahwa
perusahaan harus mempertahankan jumlah yang berbeda atas sumber dayanya untuk
mempertahankan konsep dan pengukuran modal yang berbeda.
Tujuan lain dari capital maintenance adalah melindungi kreditor dengan menyediakan
bantalan atau penyangga. Sebagai contoh, misalkan perusahaan A memiliki modal sebesar Rp

19

100.000.000. Jika total aset sebesar Rp 1.000.000.000, maka besarnya kewajiban sebesar Rp
900.000.000. Berikut ini adalah penghitungannya:
Aset = Kewajiban + Modal
Rp 1.000.000.000 = Rp 900.000.000 + Rp 100.000.000

Jika perusahaan A harus mengalami likuidasi dan aset perusahaan hanya dinilai sebesar Rp
800.000.000, perusahaan A masih mampu untuk membayar kewajibannya kepada kreditor. Hal
ini dikarenakan perusahaan A masih memiliki modal sebesar Rp 100.000.000. Tanpa modal
tersebut, kreditor tidak akan mendapatkan bayarannya secara penuh dari perusahaan A. Modal
memang bukanlah sebuah jaminan dalam perlindungan kreditor, namun membantu memberikan
sedikit rasa aman kepada kreditor.

3.7 Classifications Within Owners Equity


Pemisahan antara contributed dan earned capital ternyata berguna bagi para akuntan.
Contributed capital merupakan modal yang diserahkan secara langsung oleh pemilik untuk
keberlangsungan perusahaan (invested), sedangkan earned capital adalah modal yang berasal
dari profit, didapatkan oleh perusahaan seiring dengan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan
(reinvested). Logikanya adalah memisahkan modal yang telah diinventasikan secara langsung
dengan modal yang diinvestasikan kembali. Contributed capital itu untuk financing transactions.
Retained earnings, atau unnappropriated profit

meningkatkan earned capital. Namun,

demarkasi antara contributed dan earned capital tidak bisa dipisahkan secara tegas dikarenakan
tidak ada transaksi yang benar-benar sesuai atas dua kategori tersebut. Sebagai contoh, dividen
(yang telah dibayarkan) mencerminkan bahwa ada perubahan klasifikasi dari earned menjadi
contributed capital.

20

CHALLENGES FOR STANDARD SETTERS

IASB saat ini memiliki beberapa proyek yang dapat mempengaruhi definisi, pengakuan
dan pengukuran kewajiban, kerangka konseptual, instrumen keuangan, ketentuan serta hak-hak
karyawan. Contohnya IAS 37 tentang Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets
dan IAS 19 Employee Benefits sebagai bagian dari kewajiban. Tujuan dari proyek ini (IAS 37 &
IAS 19) adalah untuk menyatukan standar IASB dengan US GAAP dan untuk meningkatkan

21

standar saat ini dalam kaitannya dengan identifikasi dan pengakuan kewajiban. Untuk
mengilustrasikan tantangan yang di hadapi para pembuat standar, kita akan mendiskusikan tiga
topik utama yang sesuai dengan chapter ini.

4.1 Debt vs Equity Distinction


Sesuai dengan kriteria definisi dan pengakuan yang telah kita bahas di chapter ini, saham
yang telah di terbitkan kepada investor termasuk bagian dari equity sedangkan pinjaman dari
kreditor di klasifikasikan sebagai liabilities. Lalu bagaimana dengan akun yang memiliki hybrid
instrument? Contohnya, saham preference yang dianggap sebagai bagian dari modal dan
diklasifikasi sebagai equity. Namun, saham preference juga memiliki karateristik yang sesuai
dengan liabilities yakni:
-

Memiliki penerimaan yang tetap

Tidak memiliki partisipasi dalam pembagian dividen lebih kearah specified rate

Memiliki prioritas lebih utama dibandingkan dengan saham biasa dalam pengembalian
modal

Pada umumnya tidak memiliki hak voting.

Meskipun saham preference di klasifikasikan sebagai equity namun saham preference juga
memiliki definisi dari liabilities.

IAS 32/AASB 132 paragraf 18 mengatakan :


The substance of financial instrument, rather than its legal form, governs the
classification... substance and legal form are commonly consistent, but not always. Some

22

financial instrument take the legal form of equity but are liabilities in substance and other may
combine features associated with equity but are liabilities in substance and other may combine
features associated with equity instrument and features associated with financial liabilities.
Jadi IAS 32/AAS 132 mengatakan bahwa saham preference yang memberikan
penerimaan tetap atau yang telah ditentukan untuk masa mendatang dikategorikan sebagai
financial liabilities. Sebuah instrumen keuangan yang memberikan hak kepada pemegang
instrumen untuk dikembalikan dan diganti dengan cash atau financial asset lainya di kategorikan
sebagai financial liabilities.

4.2 Extinguish Debt


Hutang dapat di selesaikan dengan cara membayar lunas atau memberikan jasa kepada
kreditur. Namun bila debitur tidak mampu melunasi hutangnya, kreditur dapat menghapuskan
hutang debitor. IAS 32/ AASB 132 membahas hal ini. Hal ini memungkinkan debitor untuk
menghapus hutang dari neraca dan melaporkan aset financial bersih atau hutang hanya jika
entitas tersebut di perbolehkan secara hukum.
4.3 Employee Shares
Para akuntan berdebat apakah pembayaran karyawan dalam bentuk gaji dimasukan
kedalam beban atau tidak. Isu lainya adalah pemberian upah karyawan dalam bentuk saham
perusahaan dikategorika ke dalam liabilities atau equity. Bila termasuk ke dalam liabilities,
economic benefit apa yang akan dikorbankan?

Mereka yang berargumen employee shares

menciptakan expense dan liabilities berpendapat para karyawan mendapatkan sesuatu yang
bernilai, oleh karenanya ada cost oleh perusahaan. Cost inilah yang dianggap beban. Dan
liabilities ada sampai di lunasi dengan hutang dan ekuitas bertambah. Bagi mereka yang
berpendapat Employee shares tidak menciptakan expense mereka beranggapan employee
shares tidak lebih menciptakan additional shares. Sebaliknya para shareholder lah yang
mengalami penurunan nilai saham.

23

ASB telah memutuskan untuk memperlakukan imbalan dalam bentuk saham kedalam
beban.IFRS 2/AASB 2 ,pembayaran dalam bentuk saham dibedakan menjadi dua cash settled
dan equity settled. IFRS2/AASB 2 juga mengarahkan perlakuan yang berbeda untuk Fair value
yang berhubungan dengan cash settled dan equity settled. Nilai wajar dari equity settled di
tetapkan pada tanggal pemberian sedangkan perubahan berikutnya di abaikan. Sedangkan untuk
cash settled di adjust tiap periode.

4.4 Issue for Auditor


Lengkapnya liabilities yang diakui, pengungkapan note dan obligasi lainya merupakan
salah satu isu yang di hadapi para auditor. Mereka wajib mengumpulkan bukti bahwa account
payable, accrual, and other liabilities disajikan secara benar. Auditor perlu mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya penyimpangan waktu, dimana liability yang ada sebelum akhir periode
tidak dicatat oleh entitas sampai dimulainya periode baru. Dengan uji cut off para auditor dapat
mengumpulkan bukti bahwa transaksi dicatat dalam perode yang tepat.
Pengenalan IFRS2/AASB berbasis pembayaran shares meningkatkan paduan otoritas
untuk auditor saaat menilai kewajaran dari nilai fair value yang di berikan. Standar menyatakan
bahwa fair value dapat ditentukan baik oleh nilai saham yang diberikan atau dengan nilai
barang/jasa yang diterima.

24

Anda mungkin juga menyukai