Anda di halaman 1dari 118

perpustakaan.uns.ac.

id

digilib.uns.ac.id

ANALISIS STRUKTUR JALAN RAYA DENGAN


MENGGUNAKAN SOFTWARE PLAXIS 3D FOUNDATION
DITINJAU PADA PERKERASAN LENTUR DAN KAKU
Analysis of Highway Structures Using Plaxis 3D Foundation Software
Seen on Flexible and Rigid Pavement

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil

Disusun Oleh:

MEGA TEGUH BUDI RAHARJO


NIM. I1107060

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit
to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MOTTO
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar
(QS. Al-Baqarah:153)
...Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum hingga mereka merubah keadaan
yang ada pada mereka sendiri...
(QS. Ar-Rad:11)
Ibrahim berkata: Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orangorang yang sesat
(QS. Al-Hijr:56)
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan
(QS. Al-Insyirah:5-6)

PERSEMBAHAN
Dengan izin Allah swt,
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta serta Adikku tersayang
2. Semua yang mencintaiku karena-Nya
commit to user 3. Semua yang kucintai karena-Nya

iv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Mega Teguh Budi Raharjo, 2012, Analisis Struktur Jalan Raya Dengan
Menggunakan Software Plaxis 3D Foundation Ditinjau Pada Perkerasan
Lentur Dan Kaku, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Terjadinya kerusakan pada struktur jalan raya tidak dapat dihindari mengingat
seringnya terkena beban yang melintas di atasnya secara terus-menerus. Selain
beban yang melintas, kerusakan jalan juga diakibatkan oleh air hujan, panas
matahari, lemahnya bahan/kekuatan perkerasan, serta daya dukung tanah dasar
yang kurang memadai, sehingga jalan raya tidak mampu mengeliminasi tegangan
vertikal dan horizontal yang terjadi pada lapis pondasi sampai ke tanah dasar yang
mengakibatkan tegangan yang terjadi menimbulkan deformasi yang berlebih.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi stabilitas struktur jalan raya ditinjau
pada perkerasan lentur dan kaku berupa lendutan, tegangan, dan gaya dalam yang
dibandingkan dengan lendutan dan tegangan yang diijinkan.
Metode penelitian dilakukan dengan menganalisis 2 (dua) tipe struktur perkerasan
jalan, yaitu struktur perkerasan lentur dan kaku. Perkerasan lentur terdiri dari
lapisan AC-WC 4 cm, lapisan AC-BC 6 cm, lapisan AC-Base 8 cm, dan lapisan
pondasi 30 cm. Perkerasan kaku terdiri dari lapisan beton semen bertulang 28 cm,
lapisan beton kurus 10 cm, dan lapisan pondasi 10 cm. Analisis dilakukan dengan
program berbasis metode elemen hingga, yaitu Plaxis 3D Foundation. Dalam
proses analisis dengan Plaxis 3D Foundation, tanah dasar diasumsikan berupa
lempung setebal 50 cm, lapisan aspal beton dan lapisan beton semen dimodelkan
dengan properti material floor serta menggunakan model material Mohr Coloumb.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2 (dua) tipe struktur perkerasan jalan
tersebut tidak melebihi lendutan dan kapasitas daya dukung tanah dasarnya.
Kata kunci: perkerasan lentur, perkerasan kaku, plaxis 3d foundation.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Mega Teguh Budi Raharjo, 2012, Analysis of Highway Structures Using Plaxis
3D Foundation Software Case Study on Flexible and Rigid Pavement, Thesis,
Department of Civil Engineering Faculty of Engineering University of Eleven
March, Surakarta.
The occurrence of damage to highway structures can not be avoided given the
often exposed to loads that pass over it constantly. In addition to passing loads,
road damage is also caused by rain water, solar heat, lack of materials/pavement
strength, and the subgrade bearing capacity inadequate, so it is not able to
eliminate the vertical and horizontal stress which occurs in base course to
subgrade resulting in stress that occurs causing excessive deformation. This study
aims to evaluate the stability of highway structures seen on flexible and rigid
pavement in the form of deflections, stresses, and forces in which compared with
the allowable deflection and the allowable stress.
Method of analyzing the research carried out by analyzing the 2 (two) types of
pavement structure that is the flexible and rigid pavement. Flexible pavement
consists of layers of AC-WC 4 cm, a layer of AC-BC 6 cm, a layer of AC-Base 8
cm, and a layer of base course 30 cm. Rigid pavement structures consists of
reinforced cement concrete layer 28 cm, 10 cm layer of the WLC, and 10 cm layer
of base course. Analyses were performed with the program based finite element
method that is Plaxis 3D Foundation. In the process of analysis with Plaxis 3D
Foundation, the subgrade is assumed to be 50 cm thick clay, a layer of asphalt
concrete and cement concrete layer is modeled with material properties of floor
and by using a Mohr-Coloumb model.
The results showed that 2 (two) types of pavement structure does not exceed the
deflection and the carrying capacity of the soil base.
Key words: flexible pavement, rigid pavement, plaxis 3d foundation.

commit to user

vi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama pengerjaan skripsi,
penulis telah mendapatkan banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, perkenankan penulis untuk mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1.

Ir. Bambang Santoso, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas


Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2.

Edy Purwanto, ST, MT selaku Ketua Program Non Reguler ( Transfer S1 )


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3.

Ir. Ary Setiawan, MSc(Eng), PhD dan Bambang Setiawan, ST, MT selaku
Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktunya untuk
membimbing dan mengarahkan.

4.

Ir. Susilowati, MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik atas segala saran
dan dorongan selama menempuh studi.

5.

Bapak dan ibu atas segala curahan kasih sayang, dorongan semangat dan
iringan doa di setiap langkah dan waktu.

6.

Teman-teman angkatan 2007 atas kerjasama dan semangat kebersamaannya.

7.

Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dalam memberikan sumbangan pengetahuan bagi para pembaca.

Surakarta, Januari 2012

Penyusun
commit to user

vii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................

iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................

iv

ABSTRAK .........................................................................................................

ABSTRACT .......................................................................................................

vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii


DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................

xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii


DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
DAFTAR NOTASI ............................................................................................ xvi

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN .............................................................................

1.1. Latar Belakang Masalah ..............................................................

1.2. Rumusan Masalah .......................................................................

1.3 Batasan Masalah ..........................................................................

1.4. Tujuan Penelitian .........................................................................

1.5. Manfaat Penelitian .......................................................................

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ....................

2.1. Tinjauan Pustaka .........................................................................

2.2. Landasan Teori ............................................................................

2.2.1 Struktur Perkerasan Jalan ...................................................

2.2.1.1 Struktur Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) ...

2.2.1.2 Struktur Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) ......... 10


2.2.2 Analisis Struktur Perkerasan Jalan..................................... 11
2.2.2.1 Pemodelan Pembebanan......................................... 20
commit to user
2.2.2.2 Parameter Karakteristik Tanah Dasar (Subgrade) . 20

viii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

2.2.2.3 Model Material Mohr Coloumb ............................. 21


2.2.2.4 Program PLAXIS 3D FOUNDATION .................. 25
2.2.3 Evaluasi Hasil Analisis Struktur Perkerasan Jalan ........... 36

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 37


3.1 Tahapan Penelitian ...................................................................... 37
3.1.1 Tahap Studi Pustaka ........................................................... 37
3.1.2 Tahap Input Data................................................................ 37
3.1.2.1 Data Struktur Perkerasan Jalan .............................. 38
3.1.2.2 Data Sifat-Sifat Material Lapisan Perkerasan
Jalan........................................................................ 39
3.1.3 Tahap Analisis Struktur Perkerasan ................................... 39
3.1.3.1 Analisis Struktur Perkerasan dengan PLAXIS 3D
FOUNDATION...................................................... 39
3.1.4 Tahap Perbandingan Hasil Analisis ................................... 49
3.1.5 Tahap Evaluasi Hasil Output Analisis PLAXIS 3D
FOUNDATION ................................................................ 49

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................. 50


4.1 Analisis Struktur Perkerasan Jalan .............................................. 50
4.1.1 Pembebanan Beban Gandar Rencana ................................ 50
4.1.2 Parameter Analisis Struktur Subgrade Jalan...................... 51
4.1.2.1 Modulus Reaksi Tanah Dasar (ks) ......................... 51
4.1.2.2 Modulus Elastisitas Tanah (Es) .............................. 52
4.1.2.3 Angka Poissons Ratio () ..................................... 52
4.1.2.4 Daya Dukung Tanah Ultimit (qu) ........................... 53
4.1.2.5 Lendutan Ijin ()..................................................... 53
4.1.3 Data Umum Analisis Struktur dengan Program PLAXIS
3D FOUNDATION ........................................................... 54
4.1.4 Analisis Struktur Perkerasan dengan Program PLAXIS
3D FOUNDATION ........................................................... 55
4.1.4.1 Struktur
Perkerasan
commit
to userLentur (Flexible Pavement) ... 55

ix

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

4.1.4.2 Struktur Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) ......... 73


4.2 Evaluasi Hasil Analisis Struktur Perkerasan Jalan ...................... 87
4.2.1 Evaluasi Hasil Analisis Struktur Perkerasan dengan
PLAXIS 3D FOUNDATION ............................................ 87
4.2.1.1 Evaluasi Perpindahan (Lendutan) Perkerasan
Lentur dan Perkerasan Kaku pada Tanah Dasar
dengan PLAXIS 3D FOUNDATION .................... 87
4.2.1.2 Evaluasi

Tegangan

Perkerasan Kaku

Perkerasan

Lentur

dan

pada Tanah Dasar dengan

PLAXIS 3D FOUNDATION ................................. 90


4.2.1.3 Evaluasi Gaya Dalam Perkerasan Lentur dan
Perkerasan

Kaku

dengan

PLAXIS

3D

FOUNDATION...................................................... 93
4.2.2 Evaluasi Hasil Analisis Struktur Perkerasan dengan
Rumus Westergaard ........................................................... 95
4.2.2.1 Evaluasi Tegangan Perkerasan Kaku dengan
Rumus Westergard ................................................. 95

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan .................................................................................. 99
5.2 Saran ............................................................................................ 100

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1

Susunan Lapis Perkerasan Lentur ...............................................

Gambar 2.2

Tipikal Struktur Perkerasan Beton Semen .................................. 11

Gambar 2.3

Diskritisasi Elemen (Suhendro, 2000)......................................... 12

Gambar 2.4

Eemen Segitiga (Suhendro, 2000) ............................................... 13

Gambar 2.5

Bentuk Idealisasi Formulasi Elemen : (a) Plane Strain (b)


Axisymmetry (Brinkgreve, dkk., 2006) ....................................... 15

Gambar 2.6

Elemen Segitiga dengan Koordinat Lokal dan Global


(Suhendro, 2000) ......................................................................... 19

Gambar 2.7

Model Material Mohr-Coloumb (Brinkgreve, dkk., 2006) ......... 22

Gambar 2.8

Kurva Tegangan Regangan Mohr-Coloumb (Brinkgreve, dkk.,


2006) ............................................................................................ 23

Gambar 2.9

Tiga Dimensi Permukaan Model Mohr-Coloumb (Brinkgreve,


dkk., 2006) .................................................................................. 24

Gambar 3.1

Diagram Alir Tahapan Penelitian ................................................ 38

Gambar 3.2

Tampak Atas Geometri Sederhana Struktur Perkerasan ............. 39

Gambar 3.3

Tampak Samping Struktur Perkerasan ........................................ 40

Gambar 3.4

Jendela General Setting dengan tab Project (atas) dan tab


Dimensions (bawah) .................................................................... 41

Gambar 3.5

Jendela Workplanes ..................................................................... 42

Gambar 3.6

Kontur Geometri dan Beban........................................................ 42

Gambar 3.7

Boreholes ..................................................................................... 43

Gambar 3.8

Material Data Sets....................................................................... 44

Gambar 3.9

2D Mesh Generation (atas) dan 3D Mesh Generation (bawah) .. 45

Gambar 3.10 Jendela Phases ............................................................................. 46


Gambar 3.11 Preview (atas) dan Select Points for Curves (bawah) ................. 47
Gambar 3.12 Tampilan Proses Analisis ............................................................ 48
Gambar 4.1

Desain Axle Load Standart Axle Load 80 kN = 8,16 ton (Surat,

Gambar 4.2

2011) ............................................................................................ 50
commit to user
Ekivalensi Luas Bidang Kontak Lingkaran................................. 51

xi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Gambar 4.3

Bidang Kontak Beban Roda ........................................................ 51

Gambar 4.4

Hubungan Antara ks dan CBR ..................................................... 52

Gambar 4.5

Pemodelan Struktur Perkerasan Lentur dengan PLAXIS 3D


FOUNDATION ........................................................................... 65

Gambar 4.6

Pola Diagram Perpindahan Vertikal Perkerasan Lentur dengan


PLAXIS 3D FOUNDATION ...................................................... 68

Gambar 4.7

Pola Diagram Tegangan Total Rata-Rata Perkerasan Lentur


dengan PLAXIS 3D FOUNDATION ......................................... 71

Gambar 4.8

Diagram Gaya Dalam pada Lapisan Perkerasan Lentur dengan


Program PLAXIS 3D FOUNDATION ....................................... 72

Gambar 4.9

Pemodelan Struktur Perkerasan Kaku dengan PLAXIS 3D


FOUNDATION ........................................................................... 79

Gambar 4.10 Pola Diagram Perpindahan Vertikal Perkerasan Kaku dengan


PLAXIS 3D FOUNDATION ...................................................... 82
Gambar 4.11 Pola Diagram Tegangan Total Rata-Rata Perkerasan Kaku
dengan PLAXIS 3D FOUNDATION ......................................... 85
Gambar 4.12 Diagram Gaya Dalam pada Lapisan Perkerasan Kaku dengan
Program PLAXIS 3D FOUNDATION ....................................... 86
Gambar 4.13 Diagram Lendutan Struktur Perkerasan Lentur dan Kaku pada
Tanah Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION .................... 89
Gambar 4.14 Diagram Tegangan Struktur Perkerasan Lentur dan Kaku pada
Tanah Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION .................... 92
Gambar 4.15 Perbandingan Gaya Dalam Perkerasan Lentur dan Perkerasan
Kaku dengan PLAXIS 3D FOUNDATION ................................ 94

commit to user

xii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan dalam Muatan Sumbu Terberat
(MST) .............................................................................................. 20
Tabel 2.2 Jangkauan Nilai Banding Poissons Ratio ....................................... 21
Tabel 4.1 Jangkauan Nilai Banding Poissons Ratio ....................................... 53
Tabel 4.2 Data

Umum

Analisis

Struktur

Program

PLAXIS

3D

FOUNDATION................................................................................ 55
Tabel 4.3 Persyaratan Agregat untuk Campuran Laston (AC) ........................ 56
Tabel 4.4 Nilai Tipikal Angka Poisson untuk Material Jalan .......................... 60
Tabel 4.5 Properti Material untuk Lapisan AC-WC, AC-BC, dan AC-Base
(Floor) .............................................................................................. 63
Tabel 4.6 Properti Material untuk Lapisan AC-WC, AC-BC, AC-Base, Base
Course, dan Subgrade (Soil&Interfaces) ......................................... 63
Tabel 4.7 Nilai Perpindahan pada Lapisan Perkerasan Lentur dengan
PLAXIS 3D FOUNDATION ........................................................... 66
Tabel 4.8 Nilai Perpindahan Vertikal (Lendutan) pada Lapisan Perkerasan
Lentur dengan PLAXIS 3D FOUNDATION .................................. 67
Tabel 4.9 Nilai Tegangan pada Lapisan Perkerasan Lentur dengan PLAXIS
3D FOUNDATION .......................................................................... 69
Tabel 4.10 Nilai Tegangan Total Rata-Rata pada Lapisan Perkerasan Lentur
dengan PLAXIS 3D FOUNDATION .............................................. 70
Tabel 4.11 Properti Material untuk Lapisan Perkerasan Beton Semen dan
Lapisan Beton Kurus (Floor) .......................................................... 77
Tabel 4.12 Properti Material untuk Lapisan Beton Semen, Beton Kurus, Base
Course, dan Subgrade (Soil&Interfaces) ......................................... 77
Tabel 4.13 Nilai Perpindahan pada Lapisan Perkerasan Kaku dengan
PLAXIS 3D FOUNDATION ........................................................... 80
Tabel 4.14 Nilai Perpindahan Vertikal (Lendutan) pada Lapisan Perkerasan
Kaku dengan PLAXIS 3D FOUNDATION .................................... 81
commit to user

xiii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Tabel 4.15 Nilai Tegangan pada Lapisan Perkerasan Kaku dengan PLAXIS
3D FOUNDATION .......................................................................... 83
Tabel 4.16 Nilai Tegangan Total Rata-Rata pada Lapisan Perkerasan Kaku
dengan PLAXIS 3D FOUNDATION .............................................. 84
Tabel 4.17 Evaluasi Lendutan Struktur Perkerasan Lentur dan Kaku pada
Tanah Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION ......................... 88
Tabel 4.18 Hasil Evaluasi Analisis Lendutan Struktur Perkerasan Lentur dan
Kaku pada Tanah Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION....... 89
Tabel 4.19 Evaluasi Tegangan Struktur Perkerasan Lentur dan Kaku pada
Tanah Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION ......................... 91
Tabel 4.20 Hasil Evaluasi Analisis Tegangan Struktur Perkerasan Lentur dan
Kaku pada Tanah Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION....... 92
Tabel 4.21 Hasil Evaluasi Analisis Gaya Dalam Struktur Perkerasan Lentur
dan Kaku pada Tanah Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION 95
Tabel 4.22 Perbandingan Hasil Evaluasi Analisis Struktur Perkerasan Lentur
dengan Struktur Perkerasan Kaku .................................................... 97

commit to user

xiv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A

Lembar Pemantauan dan Komunikasi


Surat-Surat Skripsi

Lampiran B

Data

Output

Perkerasan

Lentur

dengan

PLAXIS

3D

FOUNDATION
Lampiran C

Data Output Perkerasan Kaku dengan PLAXIS 3D FOUNDATION

commit to user

xv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR NOTASI
AC

: Asphalt Concrete

AC-WC

: Aspalt Concrete Wearing Course

AC-BC

: Aspalt Concrete Binder Course

AC-Base

: Aspalt Concrete Base Course

: Kohesi

cref

: Kohesi Konstan

CBR

: California Bearing Ratio

DDT

: Daya Dukung Tanah

: Modulus Young

: Angka Pori

EA

: Kekakuan Normal

Ec

: Modulus Elastisitas Beton

EI

: Kekakuan Lentur

Es

: Modulus Elastisitas Tanah

ESAL

: Equivalent Standart Axle Load

fc

: Kuat Tekan Karakteristik Beton

fs

: Kuat Lentur Karakristik Beton

FEM

: Finite Element Method

: Modulus Geser

Gb

: Berat Jenis Aspal

Gmm

: Berat Jenis Maksimum Campuran Agregat

Gs

: Specific Grafity

Gse

: Berat Jenis Efektif Agregat

K0

: Koefisien Tekanan Diam

ks

: Modulus Reaksi Tanah Dasar

kx, ky, kz

: Permeabilitas Arah x, y dan z

LHR

: Lalu-Lintas Harian Rata-Rata

LL

: Batas Cair, Liquid Limit

MEH

: Metode Elemen Hingga


commit to user
: Modulus Resilient

MR

xvi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MST

: Muatan Sumbu Terberat

: Angka Pori

Pb

: Kadar Aspal total

PI

: Indeks Plastisitas, Plasticity Index

PL

: Batas Plastis, Plastis Limit

Pmm

: Persentase Berat Terhadap Total Campuran

Ps

: Persentase Agregat Terhadap Total Campuran

Pu

: Beban Ultimit

P1,P2,Pn

: Persentase Masing-Masing Fraksi Agregat

qu

: Daya Dukung Tanah Ultimit

Rinter

: Kekuatan Antarmuka

Sb

: Kekakuan Aspal

Smix

: Modulus Elastisitas Campuran

: Formulasi Energi Regangan

u(r,z)

: Fungsi Perpindahan Elemen Segitiga

VMA

: Rongga Dalam Agregat

WLC

: Wet Lean Concrete

: Berat Isi (Volume) Tanah, Berat Jenis

sat

: Berat Isi Jenuh

unsat

: Berat Isi Tak Jenuh

: Lendutan

inter

: Tebal Antarmuka Sebenarnya

: Rasio Poisson

: Total Energi Potensial

: Sudut Geser Dalam

: Sudut Dilatansi

: Energi Potensial dari Internal Benda

: Energi Potensial dari Beban Titik

: Energi Potensial dari Beban Eksternal Merata

[N]

: Matriks Interpolasi

{}

: Matriks Perpindahan Global

{}

commit to user
: Matriks Regangan

xvii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

{}

: Matriks Tegangan

{C}

: Matriks Transportasi Tegangan

{r}

: Radius

{B}

: Matriks Transformasi Regangan

{d}

: Matriks Perpindahan

{f}

: Beban Tambahan/ Tekanan Overburden Tanah

{K}

: Matriks Kekakuan

{T}

: Matriks Transformasi

commit to user

xviii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Struktur perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai, antara lain:
batu pecah, batu belah, batu kali, hasil samping peleburan baja, dan lain-lain.
Sedangkan bahan ikat yang dipakai dapat berupa aspal atau semen. Berdasarkan
bahan ikat tersebut, struktur perkerasan jalan dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis, yakni perkerasan lentur dan perkerasan kaku.

Perkerasan lentur adalah perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan


pengikat, sedangkan perkerasan kaku menggunakan semen sebagai bahan
pengikat. Prinsip utama perbedaan antara perkerasan lentur dan kaku, selain
masalah bahan pengikat adalah masalah distribusi beban roda. Dalam perkerasan
lentur, beban roda kendaraan disebarkan secara bertahap dari lapisan paling atas
sampai ke tanah dasar. Bagian paling atas yang berhubungan dengan langsung
dengan roda memiliki modulus elastisitas yang paling besar, sehingga sudut
penyebarannya paling lebar. Semakin ke bawah, modulus elastisitasnya semakin
kecil, sehingga tanah dasar merupakan bagian terbawah dengan material yang
paling lemah. Sedangkan pada perkerasan kaku, seluruh beban roda dipikul oleh
slab beton. Lapisan di bawah plat beton, biasanya berupa beton kualitas B0, hanya
berfungsi sebagai perata beban saja.

Lapisan perkerasan jalan sering mengalami kerusakan atau kegagalan sebelum


mencapai umur rencana. Kerusakan pada konstruksi jalan dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, namun yang paling berpotensi membuat kerusakan adalah karena
beban lalu lintas yang berlebih (overload) dan akibat tergenang air, disamping
juga karena kegagalan kualitas struktur perkerasan jalan.
commit to user

2
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Untuk mengevaluasi kerusakan yang terjadi pada struktur jalan tersebut, maka
disusunlah skripsi ini sebagai kajian terhadap struktur perkerasan jalan. Kajian
terhadap struktur perkerasan jalan sangat diperlukan untuk mengetahui perilaku
struktur perkerasan jalan itu sendiri, yang dapat dilihat dari nilai besaran
perpindahan/lendutan, tegangan, dan gaya-gaya dalam yang terjadi. Dari
parameter perilaku struktur perkerasan jalan ini nanti dapat diketahui stabilitas
struktur perkerasan jalan tersebut, yang berarti lendutan dan tegangan yang terjadi
lebih kecil dari pada lendutan dan tegangan yang diijinkan.

Untuk dapat menganalisis tentang kekuatan struktur perkerasan jalan, dewasa ini
sudah tersedia beberapa program bantu untuk memudahkan perhitungannya.
Skripsi ini mencoba menganalisis kekuatan struktur perkerasan jalan, dalam hal
ini untuk perkerasan lentur dan kaku, dengan menggunakan program bantu
PLAXIS 3D FOUNDATION.

Sebagai input program, dicoba membuat data buatan dengan spesifikasi untuk
perkerasan lentur terdiri dari lapisan Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC)
tebal 4 cm, lapisan Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC) tebal 6 cm, dan
lapisan Asphalt Concrete Base (AC-Base) tebal 8 cm. Sedangkan untuk
perkerasan kaku menggunakan lapisan perkerasan beton semen bertulang tebal 28
cm dan lapisan beton kurus tebal 10 cm. Analisis struktur perkerasan lentur dan
perkerasan kaku dilakukan terhadap parameter perpindahan/lendutan, tegangan,
dan

gaya-gaya

dalam.

Analisis

tersebut

selanjutnya

digunakan

untuk

mengevaluasi baik tidaknya struktur perkerasan jalan tersebut. Struktur perkerasan


dianggap mempunyai stabilitas struktur yang baik apabila hasil analisis lendutan
dan tegangan yang terjadi akibat pembebanan pada struktur perkerasan tidak
melebihi lendutan dan kapasitas daya dukung dari tanah dasarnya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang masalah di atas, kajian dalam penelitian ini adalah
untuk merumuskan: bagaimanakah cara menganalisis/mengevaluasi struktur
commit to user

3
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

perkerasan

jalan

raya

dengan

menggunakan

program

PLAXIS

3D

FOUNDATION, untuk jenis perkerasan lentur dan kaku.

1.3 Batasan Masalah


Agar pokok bahasan tidak terlalu luas, maka pada kajian ini diperlukan batasan
masalah sebagai berikut:
1. Seluruh material diasumsikan sebagai bahan yang bersifat isotropis, homogen,
dan elastis linear.
2. Model pembebanan pada struktur perkerasan menggunakan beban statis.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui besarnya perpindahan/lendutan, tegangan, dan gaya dalam akibat
pembebanan yang terjadi pada perkerasan lentur dan perkerasan kaku dengan
program PLAXIS 3D FOUNDATION.
2. Mengevaluasi stabilitas struktur jalan raya dengan program PLAXIS 3D
FOUNDATION, untuk jenis perkerasan lentur dan perkerasan kaku terhadap
lendutan dan tegangan ijinnya.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah dapat
mengaplikasikan program PLAXIS 3D FOUNDATION dalam menyelesaikan
permasalahan transportasi, terutama dalam masalah analisis struktur perkerasan
jalan dalam waktu yang singkat.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk melakukan analisis struktur
perkerasan jalan dalam rangka mengevaluasi kerusakan pada struktur jalan adalah
dengan metode elemen hingga, menggunakan bantuan program komputer. Metode
elemen hingga (MEH) adalah teknik analisis numerik untuk mendapatkan solusi
pendekatan dari berbagai persoalan-persoalan teknik. Teknologi dari komputer
didukung dengan perkembangan software elemen hingga dapat menghasilkan
kemampuan yang besar dalam mensimulasikan proses desain teknik (Huebner,
1995).

Perkembangan

metode

elemen

hingga didukung secara langsung oleh

perkembangan teknologi komputer yang sangat cepat. Peningkatan kemampuan


hitung dari komputer menyebabkan kemungkinan yang semakin besar untuk
melakukan analisis persoalan teknik yang lebih besar dan kompleks (Hidayat,
2005 dalam Irawan, 2007).

PLAXIS 3D FOUNDATION adalah bagian dari produk PLAXIS, suatu paket


program elemen hingga, yang digunakan secara luas untuk desain dan rekayasa
geoteknik dan juga dikembangkan untuk analisis konstruksi pondasi termasuk
pondasi rakit dan struktur yang lain. Program komputer PLAXIS mulai
dikembangkan pada tahun 1987 di Universitas Teknik Delf sebagai sebuah
inisiatif dari Departemen Pekerjaan Umum dan Manajemen Air Belanda. Tujuan
awalnya adalah untuk menciptakan sebuah program komputer berdasarkan
metode elemen hingga 2D yang mudah digunakan untuk menganalisis tanggultanggul yang dibangun di atas tanah lunak di dataran rendah Holland. Pada tahuntahun berikutnya, program PLAXIS dikembangkan lebih lanjut hingga mencakup
hampir seluruh aspek perencanaancommit
geoteknik
lainnya. Karena aktivitas yang terus
to user

perpustakaan.uns.ac.id

5
digilib.uns.ac.id

berkembang, maka sebuah perusahaan bernama PLAXIS b.v. kemudian didirikan


pada tahun 1993. Pada tahun 1998, dirilis versi pertama PLAXIS untuk Windows.
Selama rentang waktu itu dikembangkan pula perhitungan untuk 3D. Setelah
pengembangan selama beberapa tahun maka PLAXIS 3D TUNNEL dirilis pada
tahun 2001. PLAXIS 3D FOUNDATION adalah program PLAXIS 3D kedua dan
dikembangkan bekerja sama dengan TNO (Brinkgreve, dkk., 2006).

Uji kapasitas dukung tanah lunak di bawah struktur rel kereta api dengan
perkuatan geosintetik berdasar uji model fisik di laboratorium yang akan
dibandingkan hasilnya dengan aplikasi software PLAXIS Versi 8.2 dan rumus
Terzaghi. Dari penelitian ini menghasilkan persentase kemiripan hasil kapasitas
dukung antara metode uji pemodelan dibandingkan dengan metode elemen hingga
(PLAXIS Versi 8.2), yaitu mempunyai nilai rata-rata sebesar 89,228 % dan antara
metode uji pemodelan dibandingkan dengan metode analitis Terzhagi mempunyai
nilai rata-rata sebesar 72,201 % (Nugroho, 2011).

Penelitian tentang konstruksi jalan pada tanah lunak di Indonesia (studi pada
interaksi antara tanah dan perkerasan) dengan metode elemen hingga
menggunakan program PLAXIS 8.2, dimana dalam pendekatan PLAXIS, lapisan
aspal dimodelkan dengan elemen volumetrik sehingga sebuah model tersusun
dapat diberikan padanya dan model material Mohr-Coloumb digunakan untuk
lapisan aspal dan material granular tak terikat. Dari penelitian tersebut dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik dari mekanisme interaksi antara
perkerasan dan tanah (Taufik, dkk., 2005).

Studi tegangan (metode analitikal-mekanistik) untuk perhitungan deformasi


permanen pada lapisan perkerasan tak terikat dan tanah dasar baru-baru ini telah
dikembangkan di Pusat Penelitian Teknik Finlandia. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan metode perhitungan sederhana secara relatif dengan sebuah
model material, yang mengikat deformasi permanen dengan faktor penting yang
paling mempengaruhi. Model material telah disusun dari hasil tes percepatan
perkerasan dengan dilengkapi tes commit
laboratorium.
to userPendekatan ini telah menciptakan

6
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

sesuatu yang baru, tinjauan penting bagi penelitian. Tujuan studi ini adalah
membandingkan analisis tegangan yang dilakukan dengan model 2D aksisimetris,
2D plane strain dan 3D menggunakan program bantu PLAXIS. Dari analisis
tegangan tersebut menunjukkan bahwa model 2D aksisimetris memberikan
distribusi tegangan yang cukup masuk akal pada bagian bawah dari struktur
perkerasan, tetapi pada bagian atas dari struktur perkerasan terjadi taksiran respon
tegangan yang terlalu tinggi khususnya untuk beban roda ganda. Model 2D plane
strain dapat digunakan untuk skala geometri perkerasan yang berbeda, tetapi tidak
disarankan digunakan pada perhitungan deformasi karena memberikan taksiran
tegangan yang besar pada bagian bawah dari perkerasan. Respon tegangan 3D
tidak dapat diterapkan pada perkembangan metode perhitungan karena metode
perhitungan tegangan deviator maksimum tidak valid pada kondisi 3D
sesungguhnya. Analisis tegangan ini juga membuktikan bahwa model material
non-linear elasto-plastik membutuhkan sebagian parameter material C (KorkialaTanttu, 2008).

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Struktur Perkerasan Jalan

Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan
untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai, antara lain: batu pecah,
batu belah, batu kali, hasil samping peleburan baja, dll. Bahan ikat yang dipakai,
yaitu: aspal, semen, tanah liat, dsb. Berdasarkan bahan ikat, struktur perkerasan
jalan dibagi atas dua kategori:
1. Struktur perkerasan lentur (flexible pavement)
2. Struktur perkerasan kaku (rigid pavement)

2.2.1.1

Struktur Perkerasan Lentur

Struktur perkerasan lentur, umumnya terdiri atas: tanah dasar (subgrade), lapis
pondasi bawah (subbase course), lapis pondasi (base course), dan lapis
commit to user

7
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

permukaan (surface course). Sedangkan susunan lapis perkerasan lentur adalah


seperti diperlihatkan pada Gambar 2.1.

Sumber: Pt-T-01-2002-B Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur

Gambar 2.1 Susunan Lapis Perkerasan Lentur

A. Tanah Dasar
Tanah dasar atau subgrade adalah lapisan tanah setebal 50 cm 100 cm yang
merupakan permukaan terbawah suatu konstruksi perkerasan jalan raya atau
landasan pacu pesawat terbang. Tanah dasar harus mempunyai kapasitas dukung
yang baik serta mampu mempertahankan perubahan volume selama masa
pelayanan walaupun terdapat perbedaan kondisi lingkungan. Tanah dasar dapat
berupa tanah asli yang dapat dipadatkan jika tanah aslinya baik, tanah yang
didatangkan dari tempat lain kemudian dipadatkan, atau tanah yang distabilisasi
dengan bahan tambah (addictive).

Fungsi tanah dasar adalah menerima tekanan akibat beban lalu lintas yang ada di
atasnya sehingga tanah dasar harus mempunyai kapasitas dukung yang optimal,
sehingga mampu menerima gaya akibat beban lalu lintas tanpa mengalami
perubahan dan kerusakan yang berarti.

Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung pada sifatsifat dan daya dukung tanah dasar. Diperkenalkan modulus resilien (MR) sebagai
parameter tanah dasar yang digunakan dalam perencanaan. Modulus resilien tanah
dasar juga dapat diperkirakan dari nilai California Bearing Ratio (CBR) standar
commit to user
dan hasil atau nilai tes soil indeks. California Bearing Ratio adalah nilai yang

perpustakaan.uns.ac.id

8
digilib.uns.ac.id

menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan standar berupa batu
pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar 100% dalam memikul beban lalu
lintas. Korelasi Modulus Resilien dengan nilai CBR berikut ini dapat digunakan
untuk tanah berbutir halus (fine-grained soil) dengan nilai CBR terendam 10 atau
lebih kecil.
MR (psi) = 1500 x CBR

(2.1)

Persoalan tanah dasar yang sering ditemui antara lain :


a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari jenis tanah tertentu sebagai
akibat beban lalu lintas.
b. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar
air.
c. Daya dukung tanah tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada daerah
dan jenis tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat
pelaksanaan konstruksi.
d. Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu-lintas untuk
jenis tanah tertentu.
e. Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas dan penurunan yang
diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir (granular soil) yang tidak dipadatkan
secara baik pada saat pelaksanaan konstruksi.

B. Lapis Pondasi Bawah


Lapis pondasi bawah adalah bagian dari struktur perkerasan lentur yang terletak
antara tanah dasar dan lapis pondasi. Biasanya terdiri atas lapisan dari material
berbutir (granular material) yang dipadatkan, distabilisasi ataupun tidak, atau
lapisan tanah yang distabilisasi.

Fungsi lapis pondasi bawah antara lain :


a. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebar
beban roda.
b. Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-lapisan
di atasnya dapat dikurangi ketebalannya
biaya konstruksi).
commit to(penghematan
user

9
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

c. Mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.


d. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan konstruksi berjalan lancar.

Lapis pondasi bawah diperlukan sehubungan dengan terlalu lemahnya daya


dukung tanah dasar terhadap roda-roda alat berat (terutama pada saat pelaksanaan
konstruksi) atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup
tanah dasar dari pengaruh cuaca. Bermacam-macam jenis tanah setempat (CBR >
20%, PI (Plasticity Index) < 10%) yang relatif lebih baik daripada tanah dasar
dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi bawah. Plasticity Index adalah
selisih antara LL (Liquid Limit) dan PL (Plastis Limit). Liquid Limit adalah nilai
kadar air pada batas antara keadaan cair dan plastis. Plastis Limit, yaitu kadar air
tanah pada kedudukan antara plastis dan semipadat. Campuran-campuran tanah
setempat dengan kapur atau semen portland, dalam beberapa hal sangat
dianjurkan agar diperoleh bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi
perkerasan.

C. Lapis Pondasi
Lapis pondasi adalah bagian dari struktur perkerasan lentur yang terletak langsung
di bawah lapis permukaan. Lapis pondasi dibangun di atas lapis pondasi bawah,
atau jika tidak menggunakan lapis pondasi bawah, langsung di atas tanah dasar.

Fungsi lapis pondasi antara lain :


a. Sebagai bagian konstruksi perkerasan yang menahan beban roda.
b. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.

Bahan-bahan untuk lapis pondasi harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan
sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan
sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik. Bermacam-macam bahan
alam/setempat (CBR > 50%, PI < 4%) dapat digunakan sebagai bahan lapis
pondasi, antara lain : batu pecah, kerikil pecah yang distabilisasi dengan semen,
aspal, pozzolan, atau kapur.

commit to user

10
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

D. Lapis Permukaan
Lapis permukaan struktur pekerasan lentur terdiri atas campuran mineral agregat
dan bahan pengikat yang ditempatkan sebagai lapisan paling atas dan biasanya
terletak di atas lapis pondasi.

Fungsi lapis permukaan antara lain :


a. Sebagai bagian perkerasan untuk menahan beban roda.
b. Sebagai lapisan tidak tembus air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan
akibat cuaca.
c. Sebagai lapisan aus (wearing course)

Bahan untuk lapis permukaan umumnya sama dengan bahan untuk lapis pondasi
dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar
lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan
bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap
beban roda. Pemilihan bahan untuk lapis permukaan perlu mempertimbangkan
kegunaan, umur rencana, serta pentahapan konstruksi agar dicapai manfaat
sebesar-besarnya dari biaya yang dikeluarkan.

2.2.1.2

Struktur Perkerasan Kaku

Perkerasan kaku/beton semen dibedakan ke dalam 4 jenis :


- Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan
- Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan
- Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan
- Perkerasan beton semen prategang

Perkerasan kaku/beton semen adalah struktur yang terdiri atas pelat beton semen
yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus
dengan tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa atau
dengan lapis permukaan beraspal. Struktur perkerasan beton semen secara tipikal
sebagaimana terlihat pada Gambar 2.2.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

11
digilib.uns.ac.id

Sumber: Pd-T-14-2003 Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Beton Semen

Gambar 2.2 Tipikal Struktur Perkerasan Beton Semen

Pada perkerasan beton semen, daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari
pelat beton. Sifat, daya dukung, dan keseragaman tanah dasar sangat
mempengaruhi keawetan dan kekuatan perkerasan beton semen. Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan adalah kadar air pemadatan, kepadatan, dan perubahan
kadar air selama masa pelayanan.

Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton semen adalah bukan merupakan
bagian utama yang memikul beban, tetapi merupakan bagian yang berfungsi
sebagai berikut :
- Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar.
- Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan, dan tepi-tepi pelat.
- Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat.
- Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan.

Pelat beton semen mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat menyebarkan
beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada
lapisan-lapisan di bawahnya. Bila diperlukan tingkat kenyaman yang tinggi,
permukaan perkerasan beton semen dapat dilapisi dengan lapis campuran beraspal
setebal 5 cm.

2.2.2 Analisis Struktur Perkerasan Jalan

Untuk melakukan analisis struktur perkerasan jalan yang ditinjau akan dilakukan
commit to user
dengan menggunakan program bantu (package software) PLAXIS 3D

12
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

FOUNDATION dengan pendekatan perhitungan memakai Finite Element Method


(FEM) atau sering disebut juga Metode Elemen Hingga (MEH). Metode Elemen
Hingga adalah teknik analisis numerik untuk mendapatkan solusi pendekatan dari
berbagai persoalan-persoalan teknik. Huebner (1995) menyatakan teknologi dari
komputer didukung dengan perkembangan software elemen hingga menghasilkan
kemampuan yang besar dalam mensimulasikan proses desain teknik (Pramugani,
dkk., 2007 ).

Secara garis besar prosedur Metode Elemen Hingga (MEH) dapat dibagi dalam 5
langkah dasar (Suhendro, 2000) :
a.

Diskritisasi dan penentuan tipe elemen


Diskritisasi adalah pembagian suatu kontinum menjadi sistem yang lebih
kecil yang disebut finite element. Pada sistem ini terdapat nodal line yang
disebut nodal point (Gambar 2.3). Pada MEH, masing-masing elemen
dianalisis secara tersendiri menggunakan persamaan konstitutif, sehingga
persamaan sifat dan kekakuan masing-masing elemen diformulasi.
node

element
nodal line

Gambar 2.3 Diskritisasi Elemen (Suhendro, 2000)

Hasil analisis masing-masing elemen dirakit untuk mendapatkan persamaan


total assembly matriks. Untuk satu dimensi (1D) digunakan elemen garis,
untuk dua dimensi (2D) digunakan elemen segi tiga atau segi empat,
sedangkan elemen tiga dimensi (3D) digunakan elemen tetrahedral atau
hexahedral.
commit to user

13
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b.

Memilih fungsi perpindahan


Fungsi perpindahan elemen segitiga axisymmetry dengan tiga nodal pada
Gambar 2.4 di bawah ini, ditulis dalam bentuk :
j (r j , z j )

m ( rm , z m )

i (ri , z i )

Gambar 2.4 Elemen Segitiga (Suhendro, 2000)

u ( r , z ) = a1 + a2 r + a3 z
w( r , z ) = a4 + a5 r + a6 z

(2.2)
(2.3)

Perpindahan ketiga nodalnya adalah:

ui

d i wi
{d } = d j = u j
d w j
m u
m
wm
Perpindahan u pada nodal i berdasarkan persamaan (2.4) adalah :

(2.4)

(2.5)
u ( ri , zi ) = ui = a1 + a2 ri + a3 zi
Fungsi perpindahan global persamaan (2.5), disusun dalam bentuk matriks:

a1
a
2
u a1 + a2 r + a3 z 1 r z 0 0 0 a3
{y } = =
=

w a4 + a5 r + a6 z 0 0 0 1 r z a4
a5
a6
Persamaan (2.6) berdasarkan metode matriks, diubah menjadi :
a1 1 ri

a2 = 1 r j
a 1 r
m
3

zi

zj
z m

-1

ui

u j
u
m

dan
commit to user

(2.6)

(2.7)

14
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

a4 1 ri

a5 = 1 rj
a 1 r
m
6

-1

zi

zj
z m

wi

wj
w
m

(2.8)

Persamaan (2.7) dan persamaan (2.8) diubah berdasarkan penyerderhanaan


operasi invers bentuk matriks menjadi :
a i
a1
1
a 2 =
bi
2
A
a
g i
3

dan

aj
bj
gj

a m ui

b j u j
g m u m

(2.9)

a i
a 4
1
a 5 =
b i
a 2 A g
6
i
dengan :

aj
bj
gj

a m wi

b m w j
g m wm

(2.10)

a i = r j z m - rj z m
bi = z j - zm

a j = rm zi - rm zi

a m = ri z j - ri z j

b j = z m - zi

b m = zi - z j

g j = ri - rm
g i = rm - r j
g m = r j - ri
Hasil dari hasil invers di atas, dapat didefinisikan sebagai fungsi interpolasi:
1
(a i + b i r + g i z )
2A
1
(2.11)
Nj =
(a j + b j r + g j z )
2A
1
Nm =
(a m + b m r + g m z )
2A
Penggunaan matriks interpolasi pada persamaan (2.11) dapat diturunkan
Ni =

menjadi fungsi perpindahan global yaitu :

u (r , z ) N i
=
w(r , z ) 0

{y } =

Nj

Nm

Ni

Nj

ui
w
i
0 u
j

N m w j
um
wm

(2.12)

atau

{y } = [N ]{d }

(2.13)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

c.

15
digilib.uns.ac.id

Menentukan matriks hubungan tegangan-deformasi


Kebanyakan buku teknik, vektor regangan sering ditulis dalam beberapa
bentuk, diantaranya dapat dilihat pada Gambar 2.5.

a. Plane Strain
b. Axisymmetry
Gambar 2.5 Bentuk Idealisasi Formulasi Elemen: (a) Plane Strain
(b) Axisymmetry (Brinkgreve, dkk., 2006)
Persamaan untuk elemen plane strain, vektor regangan elemen segitiga :

e x x
v
{e } = e y =

g y
xy u v
y + x

vektor tegangan :

1 -n n 0
E
n 1 - n 0 {e }
{s } = [C ]{e } =

(1 + n )(1 - 2n )
0 0 1 - 2n

2
Menggunakan persamaan :
u
r
a2

r u

e
a6

{} = q = rw = a1
a3 z
e z
r + a2 + r

g rz z a + a
3
5

u + w
z r

Persamaan (2.16) dibuat dalam bentuk matriks:


commit to user

(2.14)

(2.15)

(2.16)

16
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

r 0
e 0
{} = q = 1
e z r
g rz 0

1
0

0
0
z
1
r
0 1

0 0
0 0
0 0
0 1

a1
0 a 2

1 a3

0 a 4

0 a5

a6

(2.17)

Persamaan (2.17) dapat dibuat formulasi matriks baru, menjadi :

bi
0

bj
0

1
{e } = ai
gz
2 A + bi + i
0
r
r

gi
bi

0
gi

aj
r

+ bj +

gj

g jz
r

0
gj
0

bj

ui
0 w
i
g m u
j
am
g mz
w (2.18)
+ bm +
0 j
r
r
gm
bm um
wm

bm
0

Persamaan (2.18) dapat dibentuk menjadi matriks [B ] yang lebih sederhana:

{e } = [Bi

Bj

ui
w
i
u
Bm j
w j
u m

w m

(2.19)

dengan,

ui
w
i
u j
(2.20)

wj
um

wm
Persamaan (2.19) ini ditulis dalam bentuk matriks yang paling sederhana :

bi

0
1
[Bi ] = ai
g z
2A
+ bi + i
r
r

gi

0
g i
0

b i

{e } = [B ]{d }

(2.21)

Elemen axisymmetry, memiliki vektor tegangan:

{s } = [C ]{e } = [C ][B ]{d }

(2.22)

dengan,

commit to user

17
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

n
n
1 - n
n
1 -n
n
E

[C ] =
n
1 -n
(1 + n )(1 - 2n ) n

0
0
0

0
0
0
1 - 2n
2

(2.23)

Penurunan persamaan elemen :


Metode energi potensial minimum dapat digunakan untuk menurunkan
elemen kekakuan tiap elemen. Total energi potensial merupakan fungsi dari
perpindahan nodal {d }. Persamaan elemen dapat ditulis sebagai :

p p = p p (u i , vi , u j ,..., v m )

(2.24)

p p adalah Total energi potensial, sehingga dapat ditulis sebagai :


p p = U + Wb + W p + Ws
Formula energi regangan dapat ditulis sebagai :
U=

T
1
{
}
{s }V
e
2
V

(2.25)

(2.26)

atau
T
1
{e } [C ]{e }V

2 V
Energi potensial dari internal benda :

U=

W b = - {y } {X }V
T

(2.27)

(2.28)

Energi potensial dari beban titik


W p = -{d } {P}
T

(2.29)

Energi potensial dari beban eksternal merata:


W s = - {y } {T }S
T

(2.30)

Total energi potensial :

pp =

T
1
{e } [C ]{e }V - {y }T {X }V - {d }T {P} - {y }T {T }S

2 V
V
s

pp =

T
1
{d } [B]T [C ][B]{d }V - {d }T {N }T {X }V - {d }T {P} - {d }T {N }T {T }S

2 V
V
s

pp =

1 T
{d } [B]T [C ][B]V {d } - {d }T {N }T {X }V - {d }T {P} - {d }T {N }T {T }S
2
V
V
s
commit to user

(2.31)

18
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Karena

{ f } = {N }T {X }V - {P} - {N }T {T }S
V

(2.32)

Maka persamaan (2.31) menjadi :

1 T
{d } [B]T [C ][B]V {d } - {d }T { f }
(2.33)
2
V
Menggunakan metode energi minimum potensial, maka persamaan (2.33)

pp =

menjadi:

p p

T
= [B ] [C ][B ]V {d } - { f } = 0
{d } V

Persamaan (2.34) dapat ditulis menjadi:

[B ] [C ][B ] V {d } = { f }
T

(2.34)

(2.35)

dengan

{ f } = [K ]{d },
maka

[K ] = [B ]T [C ][B ]V

(2.36)

Formulasi kekakuan di atas dapat diturunkan untuk mendapatkan kekakuan


untuk elemen axisymmetry sebagai berikut :

[K ] = 2p [B ] [C ][B ]rrz
T

(2.37)

Elemen plane stress :

[K ] = t [B ] [C ][B ]xy = t [B ]T [C ][B ]xy


T

(2.38)

Elemen plane strain :

[K ] = [B ] [C ][B ]xy = [B ]T [C ][B ]xy


T

(2.39)

d.

Penggabungan matriks elemen lokal ke matriks elemen global


Transformasi elemen segitiga dapat dilihat pada Gambar 2.6 di bawah ini :

commit to user

19
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

f jy

y
y

f jx

fmx

fix

fiy

fmy

x
Gambar 2.6 Elemen Segitiga dengan Koordinat Lokal dan Global
(Suhendro, 2000)
Persamaan lokal yang sudah didapat, kemudian dikalikan dengan matriks
transformasi global untuk mendapatkan persamaan global. Dari persamaan
global baru dapat kita hitung deformasi global tiap nodal dalam elemen.
Salah satu cara untuk menggabungkan seluruh kekakuan elemen-elemen
kita dapat memprogramkan kedalam komputer menggunakan metode
kekakuan langsung.
T
d = T d
f = T f
k = T kT
d dan d adalah deformasi nodal elemen lokal dan global, T adalah matriks
transformasi, f dan f adalah gaya nodal lokal dan global, sedangkan
k dan k adalah matriks kekakuan elemen lokal dan global.

Cosq
- Sinq

0
T =
0
0

0
e.

Sinq

Cosq
0

0
Cosq

0
Sinq

0
0

- Sinq

Cosq

0
0

0
0

0
0

Cosq
- Sinq

0
0
0

0
Sinq

Cosq

(2.40)

Komputasi atau menyelesaikan persamaan deformasi elemen global


f = kd

menjadi d = k f

setelah mendapatkan deformasi elemen global, dapat dicari tegangan elemen


lokal dengan persamaan :
f = k d

commit to user

20
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2.2.2.1

Pemodelan Pembebanan

Model pembebanan yang dipakai dalam analisis struktur perkerasan mengacu


pada beban gandar (axle load) yang digunakan untuk perancangan perkerasan
jalan mengacu pada peraturan Bina Marga (1987) mengenai beban gandar tunggal
standar (Standard Single Axle Load), yaitu sebesar 8,16 ton. Klasifikasi menurut
kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas,
yang dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton, dapat
dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan dalam Muatan Sumbu Terberat (MST)
Muatan Sumbu Terberat

Fungsi

Kelas

Arteri

>10

II

10

IIIA

IIIA,IIIB

Kolektor

MST (ton)

Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997.

2.2.2.2

Parameter Karakteristik Tanah Dasar (Subgrade)

Beberapa parameter karakteristik tanah dasar yang sangat penting dipakai dalam
analisis struktur perkerasan jalan, antara lain :

Modulus reaksi tanah dasar


Koefisien Modulus of Subgrade Reaction (ks) yang digunakan untuk analisis
struktur perkerasan dapat dihitung berdasarkan nilai CBR tanah dasarnya.

Modulus elastisitas tanah dasar


Modulus elastisitas tanah dapat diukur dari korelasi antara modulus resilient
tanah dasar dengan CBR yaitu sebagai berikut :
MR tanah dasar (MPa) = 10 x CBR(%)

Angka Poissons Ratio tanah dasar


Menurut Bowles (1998), besarnya nilai Poissons Ratio () berdasarkan jenis
tanahnya disajikan sebagaimana terlihat pada Tabel. 2.2.
commit to user

21
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel. 2.2 Jangkauan Nilai Banding Poissons Ratio

Jenis Tanah
Lempung Jenuh
Lempung Tak Jenuh
Lempung Berpasir
Lanau
Pasir (padat) Pasir berkerikil
Biasa dipakai
Batuan
Tanah Lus
Es
Beton
Sumber : Bowles, J.E., 1998.

0,40-0,50
0,10-0,30
0,2-0,30
0,30-0,35
0,10-1,00
0,30-0,40
0,10-0,40
0,10-0,30
0,36
0,15

Daya dukung ultimit tanah dasar


Daya dukung ultimit dapat dihitung berdasarkan rumus pendekatan yang
diberikan oleh J.E. Bowles dengan rumus sebagai berikut :
k s = 40 xqu
qu =

ks
40

(2.41)

dimana :
ks : Modulus Reaksi Tanah Dasar (kN/m3)
qu : Daya dukung ultimit (kN/m2)

Lendutan ijin pada tanah dasar


Lendutan maksimal yang dijinkan terjadi pada struktur perkerasan yang
berada diatas subgrade dapat dihitung dengan rumus :

d=

qu
ks

(2.42)

dimana :
= lendutan yang diijinkan (m)
qu = daya dukung tanah ultimit (kN/m2)
ks = Modulus reaksi tanah dasar (kN/m3)
2.2.2.3

Model Material Mohr Coloumb

Salah satu hal yang sangat penting dalam permodelan menggunakan elemen
hingga adalah menentukan model material. Model material adalah sekumpulan
persamaan matematika yang menjelaskan hubungan antara tegangan-regangan.
Suatu material harus dimodelkan secara mekanis menggunakan persamaan
commit to user

22
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

konstitutif. Penentuan model suatu material dibuat sesuai dengan kondisi material
yang ditinjau serta derajat keakuratan yang diinginkan.

Beberapa model material yang biasa digunakan dalam material tanah dan batuan,
antara lain: Isotropic Elasticity (Hookes Law), Mohr-Coulomb atau Elastic
Plastic (MC), Hardening-Soil (HS), Soft-Soil-Creep (SSC), Cam Clay (CC),
Modified Cam Clay (MCC), Nonlinier Elasticity (Hiperbolic), Strain Softening,
Slip Surface, Soft Soil (SS) dan Jointed Rock (JR).

Model material tanah yang biasa digunakan sebagai pendekatan pertama untuk
mengetahui karakteristik tanah yaitu model tanah Mohr-Coulomb atau ElasticPlastic (MC), dimana bentuknya seperti terlihat pada Gambar 2.7 berikut.

s
Load

Unload

e
Gambar 2.7 Model Material Mohr Coulomb (Brinkgreve, dkk., 2006)

Masing-masing model di atas memiliki parameter tersendiri serta memiliki


kelebihan dan kekurangan. Keakuratan permodelan menggunakan metode elemen
hingga sangat tergantung pada keahlian memodelkan, pemahaman terhadap model
serta keterbatasannya, pemilihan parameter dan model material tanah, serta
kemampuan menilai hasil komputasi.

Model tanah Mohr-Coulomb (Elastic-Plastic) adalah model tanah plastis.


Plastisitas adalah kondisi saat regangan tidak kembali ke angka nol akibat beban.
Prinsip utama dari perilaku elastic-plastic atau elastoplastic adalah tegangan dan
regangan rata-rata dibagi menjadi dua bagian, yaitu : bagian elastik dan plastik.

e =ee +e p

e& = e& e + e& p

(2.43)
commit to user

23
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Hukum Hoooke digunakan untuk menghubungkan tegangan dan regangan ratarata :

s& ' = C e e& e = C e (e& - e& p )

(2.44)

Menurut teori klasik tentang plastisitas Hill (1950), regangan plastik rata-rata
proporsional dapat dipersentasikan sebagai vektor tegak lurus terhadap permukaan
bidang. Secara umum regangan rata-rata dapat ditulis sebagai berikut (Pramugani,
dkk., 2007) :
e& p = l

g
s '

(2.45)

Dimana adalah plastic multiplier, bernilai nol saat kondisi elastik murni, dan
menjadi positif pada saat kondisi plastik.

l = 0 untuk f < 0

atau

l > 0 untuk f = 0

atau

f T e
C e& 0 (Elastisitas)
s '
f T e
C e& > 0 (Plastisitas)
s '

(2.46)
(2.47)

Kurva tegangan regangan untuk model material Mohr-Coulomb dapat dilihat pada
Gambar 2.8 berikut :

e
Gambar 2.8 Kurva Tegangan Regangan Mohr-Coulomb (Brinkgreve, dkk., 2006)
Persamaan ini digunakan untuk menghubungkan antara tegangan efektif rata-rata
dan regangan rata-rata untuk elastoplastic menurut Smith dan Giffith (1982),
Vermeer dan de Borst (1984). (Pramugani, dkk., 2007)

s& ' = C e -

a e g f T e
C
C e&
d
s ' s '

dimana :
commit to user

(2.48)

perpustakaan.uns.ac.id

d=

24
digilib.uns.ac.id

f T e g
C
s '
s '

(2.49)

Parameter a digunakan sebagai hasil, jika perilaku material adalah elastis, maka

a adalah nol, Koiter (1960) melibatkan dua atau lebih fungsi potensial plastik:
e& p = l1

g 1
g
+ l 2 2 + ... .
s '
s '

(2.50)

Fomulasi model Mohr-Coulomb sekarang adalah perkembangan dari formulasi


umum tegangan. Hukum umum tegangan pada kenyataannya dipakai dalam
seluruh elemen material. Smith dan Griffith (1982) memformulasikan lengkap
model material Mohr-Coulomb yang memiliki enam fungsi yang merupakan hasil
dari formulasi umum tegangan (Pramugani, dkk., 2007). Gambar tegangan model
material Mohr-Coulomb dapat dilihat pada Gambar 2.9 di bawah ini :
1
1
(s ' 2 -s ' 3 ) + (s ' 2 +s ' 3 ) sin j - c cos j 0
2
2
1
1
f 1b = (s ' 3 -s ' 2 ) + (s ' 2 +s ' 3 ) sin j - c cos j 0
2
2
1
1
f 2 a = (s ' 3 -s '1 ) + (s '1 +s '3 ) sin j - c cos j 0
2
2
1
1
f 2 b = (s '1 -s ' 3 ) + (s '1 +s ' 3 ) sin j - c cos j 0
2
2
1
1
f 3 a = (s '1 -s ' 2 ) + (s ' 2 +s '1 ) sin j - c cos j 0
2
2
1
1
f 3b = (s ' 2 -s '1 ) + (s ' 2 +s '1 ) sin j - c cos j 0
2
2
f 1a =

Gambar 2.9 Tiga Dimensi Permukaan Model Mohr-Coulomb


commit to user
(Brinkgreve, dkk., 2006)

(2.51)

25
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Model dengan sudut geser j dan kohesi c , mempresentasikan bentuk heksagonal


dalam menggambarkan tegangan utama. Model Mohr-Coulomb memiliki 6 fungsi
potensial, yaitu :
1
1
(s ' 2 -s ' 3 ) + (s ' 2 +s ' 3 ) sin y
2
2
1
1
g 1b = (s '3 -s ' 2 ) + (s ' 2 +s '3 ) sin y
2
2
1
1
g 2 a = (s '3 -s '1 ) + (s '1 +s '3 ) sin y
2
2
1
1
g 2b = (s '1 -s '3 ) + (s '1 +s '3 ) sin y
2
2
1
1
g 3a = (s '1 -s ' 2 ) + (s ' 2 +s '1 ) sin y
2
2
1
1
g 3b = (s ' 2 -s '1 ) + (s ' 2 +s '1 ) sin y
2
2
g 1a =

(2.52)

Model material mohr-coulomb akan tetap stabil pada saat c > 0, sedangkan pada
kenyataannya tegangan naik seiring dengan naiknya kohesi, oleh karena itu
tension cut-off (kegagalan tanah akibat kompresi) memperkenalkan fungsi tiga
dimensi, yaitu sebagai berikut:
f 1 = s& 1 - s& t 0
f 2 = s& 2 - s& t 0
f 3 = s& 3 - s& t 0

(2.53)

Model Mohr-Coulomb membutuhkan lima parameter yang secara umum dapat


didapatkan dari tes tanah sederhana, yaitu :
E = Modulus Young
n = Rasio Poisson
c = Kohesi
j = Sudut geser dalam
y = Sudut dilatansi
2.2.2.4

[kN/m2]
[-]
[kN/m2]
[o]
[o]

Program PLAXIS 3D FOUNDATION

Program PLAXIS 3D FOUNDATION adalah suatu program komputer elemen


hingga tiga dimensi yang bertujuan khusus untuk menampilkan analisis deformasi
berbagai macam tipe pondasi pada tanah dan batuan. Program ini menerapkan
metode antarmuka grafis yang mudah
digunakan
commit
to user sehingga pengguna dapat dengan

perpustakaan.uns.ac.id

26
digilib.uns.ac.id

cepat membuat model geometri dan jaring elemen hingga tiga dimensi
berdasarkan pada komposisi penampang melintang horizontal dalam arah vertikal
yang berbeda. Program ini juga bisa memodelkan geometri tanah yang tidak
homogen serta dapat menampilkan urutan konstruksi. Pemodelan tanah
merupakan suatu hal yang penting pada saat masukan data. Seringkali praktisi
geoteknik juga terlibat dalam memodelkan stuktur dan interaksi antara struktur
dan tanah. Oleh karena itu, program komputer PLAXIS ini dilengkapi dengan
pemodelan khusus untuk menghubungkan banyak aspek yang kompleks dari
permasalahan geoteknik. Dengan adanya pemodelan antara struktur dan tanah,
diharapkan praktisi geoteknik akan mendapatkan nilai suatu tegangan yang lebih
akurat. Beberapa tahapan pemodelan dengan PLAXIS adalah sebagai berikut :

A. Geometri
Untuk setiap proyek 3D baru yang akan dianalisis, penting untuk terlebih dahulu
membuat model geometri. Sebuah model geometri adalah representasi dari
masalah 3D sesungguhnya dan ditentukan oleh work planes dan boreholes.
Sebuah model geometri yang lengkap akan meliputi massa tanah yang dapat
dibagi menjadi lapisan-lapisan tanah yang berbeda, elemen-elemen struktural,
tahapan-tahapan konstruksi serta pembebanan. Model harus cukup besar sehingga
batasan-batasan tidak mempengaruhi hasil masalah untuk dipelajari. Dua buah
komponen dalam model geometri dijelaskan dengan lebih detail berikut ini.

Lubang bor (Boreholes)


Lubang bor adalah titik-titik pada geometri model, menggambarkan lapisan
tanah dan muka air pada titik itu. Berbagai lubang bor dapat digunakan untuk
menggambarkan stratigrafi tanah untuk proyek. Selama penyusunan jaring
elemen hingga 3D, posisi lapisan tanah ter-interpolasi di antara lubang bor
dan jaring elemen disusun seperti batas di antara lapisan tanah yang selalu
bersesuaian dengan batas elemen.

Bidang kerja (Work planes)


Bidang kerja adalah bidang horizontal dengan koordinat y yang berbeda,
menggambarkan tampak atas dari geometri model. Bidang kerja digunakan
untuk membuat beban dan struktur
model. Setiap bidang kerja menahan
commitpada
to user

perpustakaan.uns.ac.id

27
digilib.uns.ac.id

garis geometri yang sama, tetapi jarak antara bidang kerja bisa berubah,
seperti ditentukan oleh masukan koordinat y. Bidang kerja digunakan untuk
mengaktifkan atau menonaktifkan beban titik, beban merata, dan elemen
struktur.

Dalam bidang kerja, titik, garis, dan clusters dapat digunakan untuk
menggambarkan sebuah model geometri 2D. Tiga komponen tersebut diuraikan di
bawah ini.

Titik
Titik-titik akan menjadi awal dan akhir dari garis. Titik-titik juga dapat
digunakan untuk menempatkan pegas, beban terpusat, dan untuk penghalusan
jaring elemen secara lokal atau setempat.

Garis
Garis-garis berfungsi untuk mendefinisikan batas fisik dari suatu geometri,
perbatasan model, dan diskontinuitas yang mungkin terdapat dalam model
seperti dinding atau balok atau area galian. Sebuah garis dapat memiliki
beberapa fungsi dan sifat yang berbeda sekaligus.

Clusters
Clusters merupakan suatu bidang yang dibatasi oleh beberapa garis dan
membentuk suatu poligon tertutup. PLAXIS secara otomatis akan mengenali
clusters berdasarkan posisi dari garis-garis geometri yang dibuat. Dalam
setiap clusters sifat tanah adalah homogen, sehingga clusters dapat dianggap
sebagai bagian-bagian homogen yang membentuk struktur atau lapisanlapisan tanah. Tindakan yang berhubungan dengan clusters berlaku pada
semua elemen dalam clusters.

Terdapat beberapa elemen dalam pemodelan geometri dari objek, di antaranya :


Balok Horizontal (Horizontal Beams)
Obyek struktural yang digunakan untuk memodelkan struktur yang langsing
(satu-dimensi) dalam tanah dengan kekakuan lentur (kekakuan momen) yang
signifikan serta kekakuan normal. Balok horizontal bersesuaian dengan
to user itu, sebelum pembuatan balok
bidang kerja yang aktif. commit
Oleh karena

28
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

horizontal, bidang kerja yang sesuai harus dipilih dari kotak kombo Active
work plane. Balok horizontal ditunjukkan dengan garis ungu.
Balok Vertikal (Vertical Beams)
Obyek struktural yang digunakan untuk memodelkan struktur yang langsing
(satu-dimensi) dalam tanah dengan kekakuan lentur (kekakuan momen) yang
signifikan serta kekakuan normal. Balok vertikal terletak antara bidang kerja
yang aktif dan bidang kerja di bawahnya. Oleh karena itu, sebelum
pembuatan balok vertikal, bidang kerja harus dibuat sesuai dengan balok
bagian atas dan bawah. Selanjutnya, bidang kerja pada sisi bagian atas balok
harus dipilih dari kotak kombo Active work plane. Balok vertikal kemudian
bisa dibuat pada bidang kerja ini. Jika balok vertikal dibuat pada bagian
terbawah bidang kerja yang tersedia, sebuah bidang kerja baru akan secara
otomatis dikenalkan pada jarak 3 satuan panjang di bawah bidang kerja ini.
Balok vertikal ditunjukkan dengan simbol dalam bentuk huruf kapital I.
Lantai (Floors)
Obyek struktural yang digunakan untuk memodelkan struktur horizontal yang
tipis (dua-dimensi) dalam tanah dengan kekakuan lentur (kekakuan momen)
yang signifikan. Lantai bersesuaian dengan bidang kerja yang aktif dan
meluas sampai seluruh klaster. Sebelum pembuatan lantai, kontur yang sesuai
harus dibuat menggunakan garis geometri. Garis geometri ini muncul dalam
semua bidang kerja. Oleh karena itu, sebelum pembuatan lantai, bidang kerja
yang sesuai harus dipilih dari kotak Active work plane.
Dinding (Walls)
Obyek struktural yang digunakan untuk memodelkan struktur vertikal yang
tipis (dua-dimensi) dalam tanah dengan kekakuan lentur (kekakuan momen)
yang signifikan. Dinding terletak antara bidang kerja yang aktif dan bidang
kerja di bawahnya. Oleh karena itu, sebelum pembuatan dinding, bidang kerja
harus dibuat sesuai dengan dinding bagian atas dan bawah. Selanjutnya,
bidang kerja pada sisi bagian atas dinding harus dipilih dari kotak kombo
Active work plane. Dinding kemudian bisa dibuat pada bidang kerja ini. Jika
dinding dibuat pada bagian terbawah bidang kerja yang tersedia, sebuah
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

29
digilib.uns.ac.id

bidang kerja baru akan secara otomatis dikenalkan pada jarak 3 satuan
panjang di bawah bidang kerja ini.
Tiang Pancang (Piles)
Digunakan untuk membuat tiang pancang dengan penampang melintang
lingkaran, persegi, atau yang ditentukan pengguna. Potongan melintang tiang
pancang terdiri dari busur dan/atau garis, secara pilihan tersedia dengan
sebuah pipa (dinding) dan/atau antarmuka.
Pegas (Springs)
Merupakan elemen pegas yang diberikan pada sebuah struktur pada satu sisi
dan ditetapkan kepada dunia pada sisi yang lain. Pegas dapat digunakan
untuk mensimulasikan tiang pancang dalam suatu cara yang sederhana, yaitu
tanpa mempertimbangkan nilai interaksi antara tiang pancang dan tanah.
Sebagai alternatif, pegas dapat digunakan untuk mensimulasikan jangkar atau
penyangga untuk mendukung dinding penahan tanah. Pegas hanya dapat
diberikan pada obyek struktural dalam bidang kerja.
Jepit Garis Vertikal dan Horizontal (Horizontal and Vertikal Line Fixities)
Jepit garis dapat digunakan untuk menentukan/menjepit bagian-bagian dari
model dalam arah x, y, dan z. Jepit garis horizontal ditunjukkan dengan garis
hijau, dengan dua garis paralel tegak lurus pada masing-masing arah jepit.
Jepit garis vertikal ditunjukkan dengan persegi hijau, dengan dua garis paralel
berwarna merah tegak lurus pada masing-masing arah jepit.

B. Beban
Submenu beban memuat pilihan-pilihan untuk memberikan beban merata, beban
garis, dan beban titik dalam model geometri. Beban merata dapat dibagi menjadi
beban pada bidang horizontal dan beban pada bidang vertikal. Beberapa jenis
beban diuraikan lebih detail di bawah ini.

Beban Merata Pada Bidang Horizontal


Beban merata pada bidang horizontal dapat digunakan untuk model beban
merata secara sama yang berlaku pada klaster geometri atau lantai. Beban
merata pada bidang horizontal bersesuaian dengan bidang kerja yang aktif
dan meluas sampai seluruh commit
klaster.toOleh
user karena itu, sebelum pemberian

30
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

beban, bidang kerja yang sesuai harus dipilih dari kotak kombo Active work
plane. Sebelum pemberian beban aktual, sebuah klaster harus disusun dengan
menggambar garis geometri sepanjang area dimana beban merata diberikan.
Nilai masukan beban merata diberikan dalam satuan gaya per satuan luas
(sebagai contoh kN/m2). Beban merata terdiri dari komponen x, y, dan/atau z.

Beban Merata Pada Bidang Vertikal


Beban jenis ini dapat digunakan, sebagai contoh, untuk model beban angin
pada bagian muka bangunan. Beban merata berlaku pada bidang vertikal
antara bidang kerja yang aktif dan bidang kerja di bawahnya. Oleh karena itu,
sebelum pemberian beban, bidang kerja yang sesuai (pada sisi atas beban)
harus dipilih dari kotak kombo Active work plane. Perlu dicatat bahwa tidak
mungkin untuk membuat beban merata ini dari bagian bawah bidang kerja.
Nilai masukan beban merata diberikan dalam satuan gaya per satuan luas
(sebagai contoh kN/m2). Beban merata terdiri dari komponen x, y, dan/atau z.

Beban Garis Horizontal


Pilihan ini dapat digunakan untuk membuat beban garis dalam bidang kerja.
Pemberian beban garis horizontal sama dengan pembuatan garis geometri,
tetapi kursor akan memiliki bentuk yang berbeda. Nilai masukan beban garis
diberikan dalam satuan gaya per satuan panjang (sebagai contoh kN/m).
Beban garis terdiri dari komponen x, y, dan/atau z.

Beban Garis Vertikal


Pilihan ini dapat digunakan untuk membuat beban garis dalam arah vertikal.
Pemberian beban garis horizontal sama dengan pembuatan garis geometri,
tetapi kursor akan memiliki bentuk yang berbeda. Beban garis vertikal
ditunjukkan oleh tiga buah garis biru berbentuk huruf kapital H. Nilai
masukan beban garis diberikan dalam satuan gaya per satuan panjang
(sebagai contoh kN/m). Beban garis terdiri dari komponen x, y, dan/atau z.

Beban Terpusat
Pilihan ini dapat digunakan untuk membuat beban terpusat. Beban terpusat
hanya dapat diterapkan pada garis geometri existing dari obyek struktural.
Pemberian beban terpusat sama dengan pembuatan garis geometri. Nilai
commit to user

31
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

masukan beban terpusat diberikan dalam satuan gaya per satuan panjang
(sebagai contoh kN/m). Beban terpusat terdiri dari komponen x, y, dan/atau z.

C. Sifat-Sifat Material
Dalam PLAXIS, sifat-sifat material tanah dan sifat-sifat material dari elemen
struktur disimpan dalam kumpulan data sekunder. Ada lima jenis data material
yang berbeda, yaitu data tanah & antarmuka, balok, dinding, lantai, dan pegas.
Seluruh kumpulan data disimpan dalam basis data material. Kumpulan data yang
telah tersimpan dalam basis data dapat digunakan pada klaster tanah atau obyek
struktural dalam model geometri.
Kumpulan Data Material Untuk Tanah dan Antarmuka (Soil and Interfaces)
Tanah dan batuan cenderung untuk berperilaku sangat tidak linear saat
menerima pembebanan. Sifat-sifat dalam kumpulan data material untuk tanah
dan antarmuka dibagi ke dalam tiga buah lembar tab : General, Parameters,
dan Interfaces.
General
Memuat jenis model, jenis perilaku tanah, dan sifat-sifat tanah yang
umum. Model material tersedia dalam pilihan Linear Elastic, MohrColoumb, Hardening Soil, dan Soft Soil Creep. Jenis material tersedia
dalam pilihan Drained (Terdrainase), Undrained (Tak terdrainase), dan
Non Porous (Tak porous). Sifat-sifat tanah umum terdiri dari berat isi
jenuh (sat) dan berat isi tak jenuh (unsat) dalam satuan kN/m3. Juga
terdapat permeabilitas dalam arah x (kx) dan arah y (ky) dalam satuan
m/hari.
Parameters
Memuat parameter kekakuan dan kekuatan dari model yang dipilih. Misal
untuk model Mohr-Coloumb, parameter kekakuan terdiri dari modulus
Young (E) dalam satuan kN/m2 dan angka Poisson () tanpa satuan.
Parameter kekuatan terdiri dari kohesi (c) dalam satuan kN/m2, sudut geser
dalam (), dan sudut dilatansi () dalam satuan derajat ().
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

32
digilib.uns.ac.id

Interfaces
Memuat parameter-parameter yang berhubungan dengan sifat-sifat
antarmuka terhadap sifat-sifat dari tanah, yaitu kekuatan antarmuka (Rinter)
yang dapat dipilih, baik secara kaku maupun manual, dan tebal antar muka
sebenarnya (inter).
Kumpulan Data Material Untuk Balok (Beams)
Kumpulan data material untuk balok secara umum menampilkan jenis
material balok tertentu atau profil balok dan diberikan pada elemen balok
horizontal dan/atau vertikal yang sesuai dalam geometri model. Properti
balok terdiri dari General Properties dan Stiffness Properties.
General Properties
Sebuah balok mempunyai dua properti umum, yaitu: luas penampang
melintang A (m2) dan berat jenis (kN/m3).
Stiffness Properties
Kekakuan dapat berupa linear atau non linear. Kekakuan balok linear
berupa modulus Young E (kN/m2), angka Poisson , dan tiga momen
inersia I2 (melawan lentur disekitar sumbu kedua), I3 (melawan lentur
disekitar sumbu ketiga), dan I23 (melawan lentur miring; nol untuk profil
balok simetri) dalam satuan m4. Untuk kekakuan balok non linear berupa
(N-), (M2-2) (lentur disekitar sumbu kedua), dan (M3-3) (lentur disekitar
sumbu ketiga).
Kumpulan Data Material Untuk Dinding (Walls)
Kumpulan data material untuk dinding secara umum menampilkan jenis
material dinding tertentu atau profil dinding dan dapat diberikan pada elemen
dinding horizontal dan/atau vertikal yang sesuai dalam geometri model.
Properti balok terdiri dari General Properties dan Stiffness Properties.
General Properties
Sebuah dinding mempunyai dua properti umum: ketebalan (equivalen) d
dan berat jenis . Ketebalan equivalen (dalam satuan panjang) adalah luas
penampang melintang material dari dinding yang melintasi arah sumbu
mayornya per 1 m lebar. Berat jenis (dalam satuan gaya per satuan
volume) adalah berat jeniscommit
dari material
to useryang darinya dinding tersusun.

33
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Stiffness Properties
Kekakuan dinding dapat berupa linear atau non linear. Program 3D
FOUNDATION membolehkan perilaku material Orthotropic pada
dinding, yang ditentukan oleh parameter-parameter berikut:
E1,E2

: modulus Young dalam arah sumbu pertama dan kedua

G12

: di dalam bidang modulus geser

G13, G23 : di luar bidang modulus geser berhubungan dengan deformasi


geser di atas arah pertama dan arah kedua
12

: angka Poisson

Jika pilihan Isotropic tercentang, maka masukan terbatas pada E1 dan 12,
sedangkan E2 = E3 = E1, G12 = G13 = G23 = E / 2(1+ 12), dan 13 = 23 =
12. Kekakuan dinding non linear berupa (N1-1), (N2-2), (Q12-12), (Q1313), (Q23-23), (M11-11), (M22-22), dan (M12-12).
Kumpulan Data Material Untuk Lantai (Floors)
Kumpulan data material untuk lantai secara umum menampilkan jenis
material lantai tertentu atau profil lantai dan dapat diberikan pada klaster yang
sesuai dari elemen lantai dalam geometri model. Properti lantai terdiri dari
General Properties dan Stiffness Properties.
General Properties
Sebuah lantai mempunyai dua properti umum: ketebalan (equivalen) d (m)
dan berat jenis (kN/m3).
Stiffness Properties
Kekakuan lantai dapat berupa linear atau non linear. Program 3D
FOUNDATION membolehkan perilaku material Orthotropic pada lantai,
yang ditentukan oleh parameter-parameter berikut:
E1,E2

: modulus Young dalam arah sumbu pertama dan kedua

G12

: di dalam bidang modulus geser

G13, G23 : di luar bidang modulus geser berhubungan dengan deformasi


geser di atas arah pertama dan arah kedua
12

: angka Poisson
commit to user

34
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Jika pilihan Isotropic tercentang, maka masukan terbatas pada E1 dan 12,
sedangkan E2 = E3 = E1, G12 = G13 = G23 = E / 2(1+ 12), dan 13 = 23 =
12.
Kumpulan Data Material Untuk Pegas (Springs)
Kumpulan data material untuk pegas secara umum menampilkan jenis
respons tiang pancang tertentu atau jangkar atau perilaku strut dan dapat
diberikan pada elemen pegas yang sesuai dalam geometri model. Properti
pegas terdiri dari Stiffness Properties. Pegas tidak mempunyai berat yang
diberikan padanya. Hanya ada properti kekakuan aksial EA/L, yang diberikan
dalam satuan gaya. Kekakuan aksial dapat berupa linear atau non linear.

D. Penyusunan Jaring Elemen (Mesh Generation)


Untuk menampilkan perhitungan elemen hingga, geometri harus dibagi-bagi
menjadi elemen-lemen. Komposisi dari elemen-elemen ini disebut sebagai jaring
elemen hingga (finite element mesh). Setelah model geometri telah didefinisikan
secara lengkap dan sifat material telah diaplikasikan ke seluruh lapisan tanah dan
obyek struktural, disarankan untuk menyusun jaring elemen 2D terlebih dahulu
dari suatu bidang kerja. Jaring elemen 2D harus dibuat secara memuaskan
(termasuk penyusunan global dan lokal), sebelum meneruskan penyusunan jaring
elemen 3D. Sebaiknya menghindari jaring elemen yang sangat halus karena akan
memakan waktu perhitungan yang lama. Jika jaring elemen 2D memuaskan,
penyusunan jaring elemen 3D dapat ditampilkan. Proses penyusunan jaring
elemen 3D akan mengambil informasi dari bidang kerja pada tingkat yang
berbeda dan stratigrafi dari boreholes ke dalam data. Secara pra-pilih, ketika
menggunakan berbagai macam boreholes, proses penyusunan jaring elemen 3D
menghasilkan kurva permukaan tanah yang halus dan batas lapisan tanah. Jika
diinginkan untuk mengenalkan transisi yang jelas/tajam pada permukaan tanah
dan batas lapisan tanah (misal model tanggul), pilihan Triangulate bisa
digunakan. Program PLAXIS 3D FOUNDATION memperhitungkan penyusunan
jaring elemen hingga 2D dan 3D secara otomatis.
commit to user

35
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Bagaimanapun, jaring elemen yang secara otomatis disusun oleh PLAXIS


mungkin tidak akurat, cukup untuk menghasilkan hasil numerik yang bisa
diterima. Tolong dicatat bahwa pengguna bertanggung jawab untuk menilai
ketelitian jaring elemen hingga dan perlu mempertimbangkan pilihan global dan
local refinement.

Elemen dasar dari suatu jaring elemen hingga 3D adalah elemen wedge dengan 15
titik nodal. Elemen ini disusun dari elemen segitiga dengan 6 titik nodal seperti
tersusun dalam jaring elemen 2D. Berkaitan dengan kehadiran lapisan tanah nonhorizontal, beberapa elemen wedge dengan 15 titik nodal turun pada elemen
piramid dengan 13 titik nodal atau bahkan pada elemen segiempat dengan 10 titik
nodal.

E. Perhitungan
Setelah penyusunan jaring elemen 3D, proses pemodelan geometri telah lengkap.
Untuk memproses perhitungan, mode Calculation harus dimasukkan. Hal ini
dilakukan dengan menekan tombol Calculate di atas toolbar Geometry pada
program masukan. Kemudian pengguna ditanya untuk menyimpan proyek terlebih
dahulu dengan nama yang sesuai. Setelah memulai program masukan dan
membaca proyek yang telah ada, untuk memproses secara langsung mode
Calculation, melengkapi data masukan dari proyek yang secara penuh telah
didefinisikan lebih awal.

Perhitungan elemen hingga dapat dibagi menjadi beberapa rangkaian tahapan


perhitungan. Setiap tahap perhitungan sesuai dengan beban tertentu atau tahap
konstruksi tertentu. Tahap perhitungan pertama (tahap awal) dalam program
PLAXIS 3D FOUNDATION merupakan sebuah perhitungan dari bidang
tegangan awal untuk konfigurasi geometri awal yang berupa Gravity loading atau
K0 procedure. Setelah tahap awal ini, tahapan perhitungan berikutnya ditentukan
oleh pengguna.
commit to user

36
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Ketika masuk pada mode Calculation, area gambar menunjukkan tampak atas dari
model geometri, sama seperti pada mode Model. Toolbar umum tidak berubah dan
menunjukkan pilihan yang sama seperti pada mode Model. Toolbar Geometry
berubah ke dalam toolbar Calculation yang berisi item untuk menentukan,
memilih dan menampilkan tahapan perhitungan, untuk memilih titik nodal bagi
kurva beban-perpindahan dan melakukan perhitungan.

F. Data Keluaran Hasil Perhitungan


Keluaran utama dari suatu perhitungan elemen hingga adalah perpindahan pada
titik-titik nodal dan tegangan pada titik-titik tegangan. Selain itu, saat model
elemen hingga mengikutsertakan elemen-elemen struktural, maka gaya-gaya
struktural juga akan dihitung dalam elemen-elemen ini. Keluaran program output
dapat berupa perpindahan total, perpindahan horizontal, perpindahan vertikal
tegangan efektif, tegangan total, dan lain-lain. Keluaran program output dapat
ditampilkan dalam bentuk arrow , kontur, shading, grafik, dan tabel.

2.2.3 Evalusi Hasil Analisis Struktur Perkerasan Jalan

Evaluasi hasil analisis struktur perkerasan dilakukan untuk mengetahui besaran


perpindahan/lendutan, tegangan, dan gaya-gaya dalam, serta stabilitas struktur
perkerasan terhadap kapasitas daya dukung tanah dasarnya. Struktur perkerasan
dianggap mempunyai stabilitas struktur yang baik apabila hasil analisis lendutan
dan tegangan yang terjadi akibat pembebanan pada struktur perkerasan tidak
melebihi lendutan dan kapasitas daya dukung dari tanah dasar.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini memakai metode analitis
kuantitatif dan metode eksperimental. Metode analitis kuantitatif digunakan untuk
analisis desain konstruksi struktur perkerasan jalan, sedangkan metode
eksperimental digunakan untuk membuat pemodelan struktur perkerasan jalan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis struktur perkerasan lentur (laston)
dan struktur perkerasan kaku (beton semen) yang dilakukan dengan bantuan
program PLAXIS 3D FOUNDATION yang menghasilkan output berupa
perpindahan/lendutan, tegangan, dan gaya-gaya dalam. Selanjutnya, hasil output
tersebut dibandingkan serta dianalisis lebih lanjut untuk mengevaluasi stabilitas
struktur perkerasan jalan.

3.1 Tahapan Penelitian


Tahapan penelitian ini, secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Selanjutnya, secara detail diterangkan pada sub bab-sub bab berikutnya.

3.1.1

Tahap Studi Pustaka

Pada tahap studi pustaka ini dilakukan studi awal terhadap beberapa literatur
untuk mendapatkan suatu perumusan masalah, seperti: program-program
komputasi yang akan digunakan, buku, makalah, skripsi, tesis, dan artikel-artikel,
baik dari media cetak maupun media elektronik, sebagai acuan bahan referensi.
Studi pendahuluan ini diperlukan untuk menentukan landasan konseptual dan
teori terhadap topik penelitian yang akan diteliti.

3.1.2

Tahap Input Data

Pada tahap input data dalam penelitian


ini,tomeliputi:
commit
user

37

38
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

MULAI

Studi Pustaka

Input Data :
Struktur Perkerasan Jalan
Sifat-Sifat Material Lapis
Perkerasan Jalan

Analisis desain struktur perkerasan


dengan PLAXIS 3D FOUNDATION

Output Perkerasan
Lentur

Output Perkerasan
Kaku

Perbandingan hasil output :


lendutan, tegangan, gaya dalam

Evaluasi hasil output analisis struktur


perkerasan kaku dan lentur dari PLAXIS 3D
FOUNDATION

Kesimpulan dan Saran

SELESAI

Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Penelitian

3.1.2.1 Data Struktur Perkerasan Jalan


Data struktur perkerasan jalan terdiri dari perkerasan lentur dan perkerasan kaku
dengan dimensi menerus (6 m x 3 m). Perkerasan lentur berupa lapisan AC-WC
tebal 4 cm, lapisan AC-BC tebal 6 cm, lapisan AC-Base tebal 8 cm, dan lapisan
pondasi (base course) tebal 30 cm. Perkerasan kaku terdiri dari lapisan perkerasan
beton semen bertulang K350 (fs 45 ; U32) tebal 28 cm, lapisan beton kurus K125
to user
tebal 10 cm, dan lapis pondasi commit
tebal 10
cm. Tanah dasar (subgrade) berupa

perpustakaan.uns.ac.id

39
digilib.uns.ac.id

lempung tebal 50 cm dengan nilai CBR sebesar 6 % dan muka air dianggap
berada jauh dari permukaan tanah dasar.

3.1.2.2 Data Sifat-Sifat Material Lapisan Perkerasan Jalan


Data sifat-sifat material lapisan perkerasan jalan termasuk tanah dasar merupakan
data sekunder dari hasil studi pustaka dan referensi-referensi yang berkaitan
dengan topik penelitian.

3.1.3

Tahap Analisis Struktur Perkerasan

Pada tahap ini akan dilakukan analisis desain struktur perkerasan lentur dan
struktur perkerasan kaku untuk mengetahui besaran lendutan/perpindahan,
tegangan, gaya-gaya dalam, dan stabilitas struktur perkerasan berdasarkan tingkat
keamanan terhadap deformasi dan tegangan yang terjadi. Analisis data ini
meliputi :

3.1.3.1 Analisis Struktur Perkerasan dengan PLAXIS 3D FOUNDATION


Tahapan analisis dengan PLAXIS 3D FOUNDATION dilakukan dengan urutan
sebagai berikut :
1.

Geometri
Model geometri berupa struktur perkerasan lentur dan perkerasan kaku
dengan dimensi 6 m x 3 m x tebal perkerasan, seperti terlihat pada Gambar
3.2 dan Gambar 3.3.

Gambar 3.2 Tampak Atas


Geometri
Sederhana Struktur Perkerasan
commit
to user

40
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar 3.3 Tampak Samping Struktur Perkerasan

2.

Membuat Masukan
Jalankan PLAXIS dengan klik ganda pada ikon input program PLAXIS.
Sebuah kotak dialog Create/Open project akan muncul dimana pengguna
dapat memilih membuat proyek baru atau membuka proyek yang telah ada.
Pilih New project dan klik tombol <OK>. Kemudian jendela General setting
akan muncul, berisi dua buah lembar tab, yaitu tab Project dan Dimensions.

Untuk memulai input data pada PLAXIS, langkah-langkahnya adalah sebagai


berikut :

Pengaturan Umum
Langkah pertama dalam setiap analisis adalah mengatur parameter dasar
dari model elemen hingga. Hal ini dilakukan dalam jendela General
setting. Pengaturan ini meliputi deskripsi permasalahan, satuan dasar, dan
ukuran bidang gambar (lihat Gambar 3.4).

commit to user

41
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar 3.4 Jendela General Setting dengan tab Project (atas) dan
tab Dimensions (bawah)

Bidang Kerja
Bidang Kerja adalah lapisan horizontal dengan koordinat y yang berbeda,
dimana obyek struktural, beban, dan tahapan konstruksi dapat ditentukan.
Bidang

Kerja

dibutuhkan

pada

setiap

tingkat

dimana

sebuah

diskontinuitas pada geometri atau beban terjadi pada situasi awal atau
pada proses konstruksi. Mereka ditentukan pada jendela Work planes.
Jendela ini dapat dibuka dengan tombol Work planes, terletak pada
toolbar sebelah kiri dari kotak kombo Work planes atau dari pilihan Work
planes pada menu Geometry. Salah satu Work planes secara otomotis
dibuat pada y = 0.0 (lihat Gambar 3.5).

commit to user

42
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar 3.5 Jendela Workplanes

Kontur Geometri
Untuk membentuk obyek-obyek tertentu, seperti: garis (line), lantai
(floor), dinding (wall), dsb. Anda dapat menggunakan tombol pada
toolbar atau dengan memilihnya dari menu Geometry. Untuk proyek
baru, tombol Geometry line akan langsung diaktifkan. Jika tidak maka
pilihan ini dapat diaktifkan dari toolbar kedua atau dari menu Geometry
(lihat Gambar 3.6).

Floor

Beban Merata

Garis

Gambar 3.6 Kontur Geometri dan Beban

Beban
Sub-menu Loads memuat pilihan-pilihan untuk memberikan beban
merata, beban garis, dan beban titik dalam model geometri. Beban merata
dibagi menjadi beban merata pada bidang horizontal dan beban merata
pada bidang vertikal. PLAXIS 3D FOUNDATION tidak dapat
menangani beban tunggal tak terhubung selama penyusunan jaring
commit to user

43
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

elemen,

garis

geometri

tambahan

harus

ditambahkan

sebelum

memasukkan beban aktual (lihat Gambar 3.6).

Lubang bor (Boreholes)


Semua informasi struktur pada geometri dalam arah vertikal telah
dimasukkan menggunakan Work planes. Informasi pada lapisan-lapisan
tanah dan muka air dimasukkan dalam suatu cara yang berbeda,
menggunakan yang disebut Boreholes. Boreholes terletak pada bidang
gambar dimana informasi pada lokasi lapisan tanah dan muka air
diberikan. Untuk mendefinisikan Boreholes pilih tombol Boreholes dari
toolbar geometri (lihat Gambar 3.7).

Gambar 3.7 Boreholes

Kumpulan Data Material


Untuk memodelkan perilaku dari tanah, model tanah yang tepat dan
parameter material yang sesuai harus diterapkan pada geometri. Dalam
PLAXIS, sifat-sifat dari tanah dikumpulkan dalam kumpulan data
material dan berbagai kumpulan data disimpan dalam sebuah basis data
material. Dari basis data, sebuah kumpulan data dapat diterapkan pada
satu atau beberapa klaster atau obyek struktural. PLAXIS 3D
FOUNDATION membedakan kumpulan data meterial untuk Soil and
Interfaces (Tanah dan Antarmuka), Beams (Balok), Walls (Dinding),
Floors (Lantai), dan Springs (Pegas). Masukan kumpulan data material
secara umum dilakukan setelah memasukkan seluruh obyek geometri.
commitelemen
to user (mesh), seluruh kumpulan data
Sebelum penyusunan jaring

44
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

material harus didefinisikan pada seluruh klaster atau struktur. Masukan


kumpulan data material dapat dipilih melalui tombol Materials pada
toolbar, dari pilihan yang tersedia di menu Materials atau dari tombol
Materials di jendela Boreholes (lihat Gambar 3.8).

Gambar 3.8 Material Data Sets

Penyusunan Jaring Elemen 2D


Setelah model geometri lengkap dan seluruh informasi Boreholes telah
dimasukkan, disarankan untuk menyusun jaring elemen hingga 2D
sebelum menyusun jaring elemen 3D secara penuh. PLAXIS 3D
FOUNDATION menyediakan prosedur penyusunan jaring elemen yang
sepenuhnya dilakukan secara otomatis, dimana geometri dari model
dibagi menjadi elemen-elemen volume dan elemen struktural yang
kompatibel, jika ada dalam geometri. Penyusunan jaring elemen akan
mengikutsertakan seluruh titik dan garis yang ada dalam model geometri,
sehingga posisi yang tepat dari seluruh lapisan, beban, dan struktur ikut
diperhitungkan dalam jaring elemen hingga. Untuk menyusun jaring
elemen klik tombol Generate 2D mesh pada toolbar atau pilih pilihan
Generate 2D mesh dari menu Mesh (lihat Gambar 3.9).

Penyusunan Jaring Elemen 3D


Setelah penyusunan jaring elemen 2D, model harus diperluas menjadi
jaring elemen 3D secara penuh. Ini dapat dilakukan dengan memilih
tombol Generate 3D mesh atau pilihan yang sesuai dari menu Mesh.
commitpada
to user
Informasi dalam arah vertikal
batas lapisan, tingkatan konstruksi,

45
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dan perubahan pada geometri telah siap dimasukkan menggunakan Work


planes dan Boreholes. Tidak ada informasi tambahan yang dibutuhkan
untuk menyusun jaring elemen 3D. Jaring elemen 3D dibuat dengan
menghubungkan sudut-sudut elemen segitiga 2D pada titik-titik yang
sesuai dari elemen yang sesuai pada Work planes berikutnya. Pada cara
ini, sebuah jaring elemen 3D yang tersusun dari elemen wedge dengan 15
titik nodal dibentuk (lihat Gambar 3.9).

Gambar 3.9 2D Mesh Generation (atas) dan 3D Mesh Generation (bawah)

3.

Melakukan Perhitungan
Setelah jaring elemen disusun, model elemen hingga telah lengkap. Sebelum
perhitungan aktual dimulai, tahapan perhitungan harus ditentukan. Langkahlangkah perhitungan adalah sebagai berikut:
commit to user

46
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Klik tombol Calculation pada toolbar untuk berpindah ke mode


perhitungan, kemudian pengguna diminta untuk menyimpan data dalam
hard disk. Klik tombol <Yes>. Jendela permintaan berkas akan muncul.
Masukkan nama file yang sesuai dan klik tombol <Save>.

Sebelum memulai perhitungan aktual, kondisi awal (Initial condition)


harus disusun. Secara umum, kondisi awal terdiri dari konfigurasi
geometri awal dan kondisi tegangan efektif awal. Ketika sebuah proyek
baru telah ditentukan, fase perhitungan pertama bernama Initial phase,
secara otomatis dibuat dan dipilih pada kotak kombo Phase list dan
jendela Phases. Seluruh elemen struktural dan beban yang tampil pada
geometri awalnya secara otomatis tidak aktif, hanya klaster tanah yang
aktif. Pada PLAXIS 3D FOUNDATION dua metode tersedia untuk
menyusun tegangan awal, yaitu Gravity loading dan K0 procedure.
Untuk menyusun tegangan awal sesuai pada K0 procedure, klik tombol
Phases untuk membuka jendela Phases (lihat Gambar 3.10). Pada lembar
tab General, Calculation type secara pra pilih diatur pada Gravity
loading, pilih K0 procedure dari kotak kombo Calculation type.

Untuk mendefinisikan tahapan konstruksi berikutnya, seperti aktivasi dan


deaktivasi bagian geometri, menerapkan kumpulan data material yang
berbeda pada klaster atau elemen struktural atau mengubah beban,
pengguna dapat memilih tombol Next phase pada toolbar didalam mode
Calculation.

commit to user
Gambar 3.10 Jendela Phases

perpustakaan.uns.ac.id

47
digilib.uns.ac.id

Setelah penentuan tahap perhitungan selesai, klik tombol Preview untuk


memeriksa definisi tahapan konstruksi. Pilihan Preview memungkinkan
sebuah pemeriksaan visual secara langsung dari situasi yang dihitung
sebelum perhitungan dimulai. Setelah ditampilkan klik tombol Close
untuk kembali ke jendela utama. Jika situasi tidak memuaskan, klik
tombol Close dan perbaiki situasi pada jendela utama. Definisi
perhitungan sekarang telah lengkap (lihat Gambar 3.11).

Gambar 3.11 Preview (atas) dan Select points for curves (bawah)

Sebelum memulai pehitungan, pilihlah salah satu titik nodal pada Work
planes untuk membuat plot kurva dengan memilih tombol Select points
for curves (lihat Gambar 3.11). Perhitungan sekarang bisa dimulai. Klik
tombol Calculate pada toolbar. Ini akan memulai proses perhitungan.
Seluruh fase perhitungan yang ditandai untuk perhitungan, ditunjukkan
to eksekusi
user
dengan anak panah biru.commit
Selama
perhitungan, sebuah jendela

48
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

muncul yang memberikan informasi tentang kemajuan fase perhitungan


aktual. Ketika perhitungan berakhir, jendela tertutup dan fokus kembali
pada jendela utama. Juga Phase list diperbaharui, menunjukkan tanda
centang hijau yang menandakan bahwa perhitungan selesai dengan
sukses (lihat Gambar 3.12).

Gambar 3.12 Tampilan Proses Analisis

4.

Menampilkan Hasil Keluaran


Setelah perhitungan selesai dilakukan, hasilnya dapat dievaluasi dalam
program Output. Dalam jendela Output dapat dilihat perpindahan dan
tegangan-tegangan yang terjadi di seluruh geometri atau pada potonganpotongan tertentu serta gaya-gaya dalam pada elemen-elemen struktural, jika
memang diperlukan. Hasil komputasi juga dapat dilihat dalam bentuk kurva
dan tabel.

commit to user

49
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3.1.4

Tahap Perbandingan Hasil Analisis

Pada tahap ini akan dilakukan perbandingan hasil analisis output besaran
perpindahan/lendutan, tegangan, dan gaya-gaya dalam pada struktur perkerasan
lentur dan struktur perkerasan kaku untuk mengetahui perbedaan output besaran
tersebut dan stabilitas struktur perkerasan terhadap deformasi dan tegangan yang
terjadi. Hasil perbandingan ini akan dipakai sebagai dasar evaluasi terhadap hasil
output struktur perkerasan yang telah dianalisis dengan PLAXIS 3D
FOUNDATION.

3.1.5

Tahap Evalusi Hasil Output Analisis PLAXIS 3D FOUNDATION

Pada langkah ini akan dilakukan evaluasi dari hasil perbandingan output struktur
perkerasan lentur dan struktur perkerasan kaku untuk mengetahui kemampuan dan
stabilitas kedua struktur perkerasan tersebut.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Struktur Perkerasan Jalan
4.1.1

Pembebanan Beban Gandar Rencana

Beban gandar (axle load) yang digunakan untuk perancangan perkerasan jalan
mengacu pada peraturan Bina Marga (1987) mengenai beban gandar tunggal
standar (Standard Single Axle Load), yaitu sebesar 8,16 ton.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
Lintas Jalan menyatakan bahwa Muatan Sumbu Terberat (MST) yang diijinkan
untuk jalan arteri kelas IIIA adalah sebesar 8 Ton.

Di dalam analisis struktur perkerasan ditentukan MST besarnya adalah 8 ton


sebagai beban statis. Untuk analisis beban MST sama dengan 8 ton, desain beban
gandar dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 di bawah ini.

2t

2t
Tekanan Ban
q = 85 psi
= 5,95 kg/cm2

35 cm

35 cm
140 cm

Gambar 4.1 Design Axle Load Standard Axle Load sebesar 80 kN atau 8,16 ton
(Surat, 2011)
commit to user

50

51
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

ekivalensi dengan
lingkaran jari-jari = r

Sd = 35 cm

Gambar 4.2 Ekivalensi Luas Bidang Kontak Lingkaran


Tire contact area disederhanakan berbentuk lingkaran dengan jari-jari r adalah :
L=

Pd
=
0,5227.q

2000
= 25,36 cm
0,5227 x5,95

p .r 2 = (2 x0,5227 xL2 ) + ((S d - 0,6)xL )

p .r 2 = (0,4454 x 25,36 2 ) + (34,4 x 25,36)


p .r 2 = 1158,83
r=

1158,83
= 19,21 cm 20 cm
p

Dengan demikian bidang kontak beban roda dapat dilihat pada Gambar 4.3,
seperti terlihat di bawah ini :
4 Ton

4 Ton

20

20
40

40
140 cm

Gambar 4.3 Bidang Kontak Beban Roda


4.1.2

Parameter Analisis Struktur Subgrade Jalan

4.1.2.1 Modulus Reaksi Tanah Dasar (ks)


Koefisien Modulus of Subgrade Reaktion (ks) yang digunakan untuk analisis
struktur perkerasan dapat dihitung
berdasarkan
nilai CBR tanah dasarnya.
commit
to user

52
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Menurut Oglesby, dkk., (1996), nilai ks dapat ditentukan berdasarkan data CBR
tanah karena antara ks dan CBR terdapat korelasi nonlinier seperti yang disajikan
pada Gambar 4.4.
160

Gambar 4.4 Hubungan antara ks dan CBR


Tanah dasar dalam analisis struktur perkerasan jalan ini berupa lempung dengan
nilai CBR sebesar 6 %, sehingga jika nilai itu diplotkan ke Gambar 4.4 didapat
nilai ks sebesar 160 psi/in = 160 x 6895/0,0254 (N/m2)/m = 43.433.071 N/m3 =
43.433 kN/m3.

Dari data di atas maka besarnya nilai Modulus Reaksi Tanah Dasar (ks) yang akan
dipakai dalam analisis struktur perkerasan jalan adalah sebesar 43.433 kN/m3.

4.1.2.2 Modulus Elastisitas Tanah (Es)


Nilai modulus elastisitas tanah dapat diukur dari korelasi antara modulus resilien
tanah dasar dengan CBR yaitu sebagai berikut :
MR tanah dasar (MPa) = 10 x CBR(%) = 10 x 6 = 60 MPa.
Sehingga besarnya nilai modulus elastisitas tanahnya adalah sebesar 60 MPa atau
10 -3
setara dengan 60 MPa = 60 N / mm -6 = 60000 kN / m 2 .
10
2

4.1.2.3 Angka Poissons Ratio ()


Menurut Bowles (1998), besarnya nilai Poissons Ratio () berdasarkan jenis
tanahnya disajikan pada Tabel 4.1.
commit to user

53
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.1 Jangkauan Nilai Banding Poissons Ratio


Jenis Tanah
Lempung Jenuh
Lempung Tak Jenuh
Lempung Berpasir
Lanau
Pasir (padat) Pasir berkerikil
Biasa dipakai
Batuan
Tanah Lus
Es
Beton
Sumber : Bowles, 1998.

0,40-0,50
0,10-0,30
0,20-0,30
0,30-0,35
0,10-1,00
0,30-0,40
0,10-0,40
0,10-0,30
0,36
0,15

Tanah dasar dalam analisis struktur perkerasan jalan ini berupa lempung, sehingga
nilai berdasarkan pada tabel di atas terletak pada range nilai 0,10-0,50. Untuk
analisis struktur perkerasan ditentukan besarnya nilai diambil rata-rata sebesar
0,30.

4.1.2.4 Daya Dukung Tanah Ultimit (qu)


Daya dukung tanah ultimate dapat dihitung berdasarkan rumus pendekatan yang
diberikan oleh J.E. Bowles. Dari data ks diketahui bahwa nilai ks adalah sebesar
43.433 kN/m3, sehingga nilai daya dukung tanahnya dapat dihitung sebagai
berikut :
k s = 40 xqu
qu =

ks
40

qu =

43433
40

q u = 1085,825 kN / m 2

Dari perhitungan di atas diketahui bahwa besarnya Daya Dukung Tanah adalah
sebesar 1.085,825 kN/m2.
4.1.2.5 Lendutan Ijin ()
Lendutan maksimal yang dijinkan terjadi pada struktur perkerasan yang berada di
commit
to :user
atas subgrade dapat dihitung dengan
rumus

54
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Dari data ks diketahui bahwa nilai qu adalah sebesar 1.085,825 kN/m2 dan ks
adalah sebesar 43.433 kN/m3, sehingga nilai lendutan yang diijinkan adalah :

d=

qu 1085,825
=
= 0,025 m = 2,5 cm
ks
43433

Jadi, lendutan yang diijinkan terjadi pada struktur perkerasan yang terletak di atas
tanah dasar adalah maksimal sebesar 2,5 cm.

4.1.3

Data Umum Analisis Struktur dengan Program PLAXIS 3D


FOUNDATION

Analisis struktur dengan program PLAXIS 3D FOUNDATION dapat dipakai


untuk

menganalisis

struktur

perkerasan

jalan.

Program

PLAXIS

3D

FOUNDATION dapat menghitung besaran tegangan dan lendutan yang terjadi


pada struktur perkerasan akibat beban yang bekerja di atas struktur perkerasan.
Hasil keluaran analisis PLAXIS 3D FOUNDATION dapat dipakai sebagai dasar
untuk menentukan kelayakan dari desain perbaikan struktur perkerasan
berdasarkan nilai-nilai tegangan dan lendutan yang dihasilkan dari suatu struktur
perkerasan. Data umum mengenai analisis struktur dengan PLAXIS 3D
FOUNDATION selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.

commit to user

55
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.2 Data Umum Analisis Struktur Program PLAXIS 3D FOUNDATION


No Keterangan
1

Data Masukan

Program PLAXIS 3D FOUNDATION


a. General Setting (Pengaturan Umum)
b. Geometry (Geometri)
c. Loads (Beban)
d. Material Properties (Properti Material)
e. Mesh Generation (Penyusunan Jaring Elemen)

Perhitungan

a. Load Stepping Procedures


b. Staged Construction
c. Previewing a Construction Stage
d. Selecting Points for Curves
e. Excution of the Calculation Process

Data Keluaran

a. Deformations (Deformasi)
b. Stresses (Tegangan)
c. Structures & Interfaces (Struktur&Antarmuka)
d. Tables (Tabel)
e. A Cross Section (Potongan)
f. Curves (Kurva)

4.1.4

Pemodelan Struktur Pemodelan 3 dimensi

Analisis

Struktur

Perkerasan

dengan

Program

PLAXIS

3D

FOUNDATION

4.1.4.1 Struktur Perkerasan Lentur

A.

Data Sifat-Sifat Material Struktur Perkerasan

Untuk melakukan analisis struktur perkerasan lentur dengan PLAXIS 3D


FOUNDATION diperlukan adanya data sifat-sifat material struktur perkerasan
yang akan dianalisis. Adapun data sifat-sifat material struktur perkerasan lentur
berupa Laston (Lapis Aspal Beton) yang akan dianalisis adalah sebagai berikut:
1. Berat Jenis Campuran Laston (Asphalt Concrete/AC)
Besarnya nilai berat jenis laston dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
commit to user

56
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gmm =

G se =

Pmm
Ps
P
+ b
G se Gb
P1 + P2 + .......Pn
P
P1
P
+ 2 + ....... n
G se1 Gse 2
G sen

Dimana :
Gmm
Pmm
Ps
Pb
P1, P2, Pn
Gse
Gb

= Berat jenis maksimum laston


= Persen berat terhadap total campuran = 100
= Persen agregat terhadap total campuran
= Kadar aspal total, persen terhadap total campuran
= Persentase masing-masing fraksi agregat
= Berat jenis efektif agregat
= Berat jenis aspal

Berdasarkan standar Bina Marga 1997, nilai-nilai berat jenis agregat dan aspal
untuk campuran laston disajikan pada Tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 Persyaratan Agregat untuk Campuran Laston


No Bahan Laston Jenis Pengujian
1
Agregat Kasar Berat Jenis bulk

Persyaratan Standar Rujukan


2,5 gram/cm3 SNI-1969-1990-F
Pd.T-04-2005-B
Berat Jenis Efektif 2,5 gram/cm3 PB-0202-76-MPBJ
2
Agregat Halus Berat Jenis bulk
2,5 gram/cm3 SNI-1969-1990-F
Pd.T-04-2005-B
Berat Jenis Efektif 2,5 gram/cm3 PB-0203-76-MPBJ
3
Bahan Filler
Berat Jenis bulk
2,5 gram/cm3 PB-0208-76-MPBJ
Berat Jenis Efektif 2,5 gram/cm3 PB-0208-76-MPBJ
4
Aspal
Berat Jenis
1,0 gram/cm3 SNI 03-1737-1989
Kadar Aspal
4-7 %
SNI 03-1737-1989
Sumber : SNI 03-1737-1989, SNI-1969-1990-F, PB-0202-76-MPBJ, PB-0203-76MPBJ, PB-0208-76-MPBJ, Pd.T-04-2005-B.

Dengan asumsi bahwa proporsi fraksi agregat dalam campuran agregat aspal
beton adalah agregat kasar (P1) sebesar 0,41; agregat halus (P2) sebesar 0,53
dan bahan filler (P3) sebesar 0,06 maka nilai dari berat jenis efektif campuran
agregat, berat jenis maksimum campuran laston dapat dihitung sebagai berikut:
Gse =

P1 + P2 + .......Pn
P
P1
P
+ 2 + ....... n
Gse1 Gse 2
Gsen

commit to user

57
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

0,41 + 0,53 + 0,06


0,41 0,53 0,06
+
+
2,5
2,5
2,5
1
G se =
0,164 + 0,212 + 0,024
1
G se =
0,4
G se =

G se = 2,5 g / cm 3

Dari data di atas diketahui bahwa berat jenis efektif campuran agregat adalah
sebesar 2,5 g/cm3, dengan asumsi kadar aspal diambil rata-rata 5%, sehingga
nilai berat jenis campuran laston minimal dapat dihitung sebagai berikut:
Pb = 5 % maka nilai dari Ps = 100%-5% = 95%
Gmm =

Gmm =

Pmm
Ps
P
+ b
G se Gb
100
95 5
+
2,5 1

100
43
= 2,325 g / cm 3

Gmm =
Gmm

Jadi, nilai dari berat jenis campuran laston minimal adalah sebesar 2,325 g/cm3
atau sebesar 23,25 kN/m3.
2. Modulus Elastisitas Campuran Laston
Modulus Elastisitas Lapis Perkerasan Asphalt Concrete-Wearing Course
(AC-WC)
Besarnya nilai modulus elastisitas Laston AC-WC dapat dicari dengan
pendekatan rumus sebagai berikut:
S mix

257,5 - 2,5VMA
= 1 +
n(VMA - 3)

4 x10 4
n = 0,83. log10

Sb
Keterangan :
Smix

commit
to usercampuran (MPa)
= Kekakuan/ Modulus
elastisitas

58
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

VMA
Sb

= Rongga dalam agregat (%)


= Kekakuan aspal (MPa)

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2007), disyaratkan bahwa untuk


campuran Laston (AC) dengan aspal Pen 60/70 nilai VMA Laston AC-WC
minimal sebesar 15%. Adapun nilai kekakuan aspal (Sb) minimum untuk
campuran laston disyaratkan sebesar 5 MPa (Brown, 1980 dalam
Sjahdanulirwan, 2009). Dengan demikian besarnya nilai modulus elastisitas
campuran laston dapat dihitung sebagai berikut:
4 x10 4
n = 0,83. log10

Sb
4 x10 4
n = 0,83 x log10

5
n = 3,24
dengan n = 3,24 maka besarnya nilai Smix adalah:

S mix

257,5 - 2,5VMA
= S b x 1 +
n(VMA - 3)

S mix

(257,5 - 2,5 x15)


= 5 x 1 +
3,24 x(15 - 3)

= 2.326,462 MPa

S mix

3, 24

Jadi, nilai modulus elastisitas campuran Laston AC-WC adalah sebesar


2.326,462 MPa atau sebesar 2.326.462 kN/m2.
Modulus Elastisitas Lapis Perkerasan Asphalt Concrete-Binder Course (ACBC)
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2007), disyaratkan bahwa untuk
campuran Laston (AC) dengan aspal Pen 60/70 nilai VMA Laston AC-BC
minimal sebesar 14%. Adapun nilai kekakuan aspal (Sb) minimum untuk
campuran laston disyaratkan sebesar 5 MPa (Brown, 1980 dalam
Sjahdanulirwan, 2009). Dengan demikian besarnya nilai modulus elastisitas
campuran laston dapat dihitung sebagai berikut:

4 x10 4
n = 0,83. log10

Sb
commit to user

59
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4 x10 4
n = 0,83 x log10

5
n = 3,24
dengan n = 3,24 maka besarnya nilai Smix adalah:

S mix

257,5 - 2,5VMA
= S b x 1 +
n(VMA - 3)

S mix

(257,5 - 2,5 x14)


= 5 x 1 +
3,24 x(14 - 3)

= 3.055,646 MPa

S mix

3, 24

Jadi, nilai modulus elastisitas campuran Laston AC-BC adalah sebesar


3.055,646 MPa atau sebesar 3.055.646 kN/m2.
Modulus Elastisitas Lapis Perkerasan Asphalt Concrete-Base (AC-Base)
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2007), disyaratkan bahwa untuk
campuran Laston (AC) dengan aspal Pen 60/70 nilai VMA Laston AC-Base
minimal sebesar 13%. Adapun nilai kekakuan aspal (Sb) minimum untuk
campuran laston disyaratkan sebesar 5 MPa (Brown, 1980 dalam
Sjahdanulirwan, 2009). Dengan demikian besarnya nilai modulus elastisitas
campuran laston dapat dihitung sebagai berikut:
4 x10 4
n = 0,83. log10

Sb
4 x10 4
n = 0,83 x log10

5
n = 3,24
dengan n = 3,24 maka besarnya nilai Smix adalah:

S mix

257,5 - 2,5VMA
= S b x 1 +
n(VMA - 3)

S mix

(257,5 - 2,5 x13)


= 5 x 1 +
3,24 x(13 - 3)

= 4.122,644 MPa

S mix

3, 24

Karena Laston AC-Base terletak tepat di atas lapis pondasi dan merupakan
lapisan overlay, maka modulus elastisitas campuran sebesar 4.122,644 MPa
dianggap tereduksi menjadi sekitar 2.500 MPa atau sebesar 2.500.000
kN/m2.

commit to user

60
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3. Angka Poissons Ratio Campuran Laston


Menurut Yoder, dkk., (1975), besarnya nilai tipikal poissons ratio () untuk
material jalan disajikan pada Tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4 Nilai Tipikal Angka Poisson untuk Material Jalan
Material Jalan

Shell Oil Co.

Aspal Beton
0,5
Granular Base
0,5
Subgrade
0,5
Sumber: Yoder, dkk., 2002.

Shell Oil Co.


Revised
0,35
0,35
0,35

Asphalt
Institute
0,40
0,45
0,45

Kentucky
Highway
0,40
0,45
0,45

Jadi, nilai angka poissons ratio berdasarkan Shell Oil Co. Revised untuk
campuran Laston AC-WC, Laston AC-BC dan Laston AC-Base adalah sebesar
0,35.
4. Modulus Geser (G) Campuran Laston
Besarnya nilai modulus geser (G) untuk campuran laston dapat dihitung
dengan memakai rumus :
E ac
2(1 + n )
dimana :
G=

G = Modulus geser campuran laston (MPa)


Eac = Modulus elastisitas campuran laston (MPa)
= Angka poissons ratio campuran laston
Berdasarkan rumus di atas, maka nilai-nilai dari modulus geser Laston AC-WC
dan Laston AC-BC dapat dihitung sebagai berikut:
Modulus Geser Laston AC-WC
Dengan Eac sebesar 2.326,462 MPa dan angka poisson campuran Laston
AC-WC sebesar 0,35 maka besarnya nilai modulus geser campuran Laston
AC-WC adalah sebagai berikut :
G=

E ac
2(1 + n )

G=

2.326,462
2 x(1 + 0,35)

G=

2.326,462
2,7

commit to user

61
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

G = 861,652 MPa = 861.652 kN / m 2

Jadi, nilai modulus geser campuran Laston AC-WC adalah sebesar 861.652
kN/m2.
Modulus Geser Laston AC-BC
Dengan Eac sebesar 3.055,646 MPa dan angka poisson campuran Laston
AC-BC sebesar 0,35 maka besarnya nilai modulus geser campuran Laston
AC-BC adalah sebagai berikut :
E ac
2(1 + n )
3.055,646
G=
2 x(1 + 0,35)
3.055,646
G=
2,7
G=

G = 1.131,721 MPa = 1.131.721 kN / m 2

Jadi, nilai modulus geser campuran Laston AC-BC adalah sebesar 1.131.721
kN/m2.
Modulus Geser Laston AC-Base
Dengan Eac sebesar 2.500 MPa dan angka poisson campuran Laston ACBase sebesar 0,35 maka besarnya nilai modulus geser campuran Laston
AC-Base adalah sebagai berikut :
E ac
2(1 + n )
2.500
G=
2 x(1 + 0,35)
2.500
G=
2,7
G=

G = 925,926 MPa = 925.926 kN / m 2

Jadi, nilai modulus geser campuran Laston AC-Base adalah sebesar 925.926
kN/m2.
Berdasarkan penelitian dari Fwa, dalam Taufik, dkk., (2008), nilai c dan
untuk aspal adalah sebesar 120 kPa dan 35.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

62
digilib.uns.ac.id

Adapun data sifat-sifat material struktur perkerasan Base Course yang akan
dianalisis adalah sebagai berikut:
1. Berat Jenis Base Course
Lapisan pondasi (Base Course) berupa lapisan AC sehingga nilai berat jenis
Base Course diambil sama dengan lapisan Wearing Course yaitu sebesar
2,325 gram/cm3 atau sebesar 23,25 kN/m3.
2. Modulus Elastisitas Base Course
Besarnya nilai modulus elastisitas Base Course dapat dicari dengan
pendekatan rumus sebagai berikut :
Mr = 10 xCBR
Berdasarkan SNI 03-1732-1989, disyaratkan bahwa untuk lapisan pondasi

(Base Course) memiliki nilai CBR 50%, sehingga nilai modulus elastisitas
lapisan Base Course adalah :
Mr = 10 xCBR
Mr = 10 x50%
Mr = 500 MPa

Jadi, nilai modulus elastisitas lapisan Base Course adalah sebesar 500 MPa
atau sebesar 500.000 kN/m2.
3. Angka Poisson Campuran Base Course
Besarnya nilai poissons ratio untuk Base Course adalah sebesar 0,35 (lihat
Tabel 4.4)
4. Modulus Geser (G) Campuran Base Course
Besarnya nilai modulus geser (G) untuk Base Course dapat dihitung dengan
memakai rumus 4.17 :
E ac
2(1 + n )
500
G=
2 x(1 + 0,35)
G=

G = 185,185 MPa = 185.185 kN / m 2

Jadi, nilai modulus geser Base Course adalah sebesar 185.185 kN/m2.

Hasil rekapitulasi perhitungan data sifat-sifat material struktur perkerasan lentur


selengkapnya adalah sebagai berikut :
commit to user

63
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.5 Sifat-sifat Material untuk Lapisan AC-WC, AC-BC dan AC-Base
(Floor)
Parameter

Nama

AC-WC

AC-BC

AC-Base

Satuan

Model Material

Model

Linear,isotropik

Linear,isotropik

Linear,isotropik

Ketebalan

0,04

0,06

0,08

Berat Jenis

23,25

23,25

23,25

kN/m3

Modulus Young

Ei

2.326.462

3.055.646

2.500.000

kN/m2

Modulus Geser

Gj

861.652

1.131.721

925.926

kN/m2

Angka Poisson

0,35

0,35

0,35

Tabel 4.6 Sifat-sifat Material untuk Lapisan AC-WC, AC-BC, AC-Base,


Base Course, dan Subgrade (Soil&Interfaces)
Parameter
Model
material

Nama

AC-BC

AC-Base

Mohr-

Mohr-

Mohr-

Mohr-

Mohr-

Coloumb

Coloumb

Coloumb

Coloumb

Coloumb

Tak

Tak

Tak

Tak

Tak

Terdrainase

Terdrainase

Terdrainase

Terdrainase

Terdrainase

unsat

23,25

23,25

23,25

23,25

16

kN/m3

sat

23,25

23,25

23,25

23,25

18

kN/m3

kx.ky,kz

0,0001

0,0001

0,0001

0,0001

0,001

m/hari

Eref

2.326.462

3.055.646

2.500.000

500.000

60.000

kN/m2

0,35

0,35

0,35

0,35

0,30

cref

120

120

120

25

kN/m2

35

35

35

40

24

10

Model

Jenis
perilaku

Base

AC-WC

Jenis

material

Course

Subgrade

Satuan

Berat isi di
atas garis
freatik
Berat isi di
bawah garis
freatik
Permeabilitas
Modulus
Young
(konstan)
Angka
Poisson
Kohesi
(konstan)
Sudut geser
Sudut
dilatansi

commit to user

64
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

B.

Pemodelan Struktur

Data dimensi struktur perkerasan lentur yang ditinjau adalah :


Panjang perkerasan lentur

=6m

Lebar perkerasan lentur

=3m

Tebal perkerasan lentur


AC-WC

= 4 cm

AC-BC

= 6 cm

AC-Base

= 8 cm

Base Course

= 30 cm

Subgrade (Lempung)

= 50 cm

Daya Dukung Tanah Ultimit(qu)= 1.085,825 kN/m2


Lendutan ijin ()

= 2,5 cm

Pemodelan struktur dari perkerasan lentur yang akan dianalisis dengan program
PLAXIS 3D FOUNDATION disajikan pada Gambar 4.5 di bawah ini :

commit to user

65

Gambar 4.5 Pemodelan Struktur Perkerasan Lentur dengan program PLAXIS 3D FOUNDATION

65

66
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

C.

Hasil Analisis Struktur Perkerasan Lentur dengan Program PLAXIS


3D FOUNDATION

1.

Displacement (Perpindahan)

Besaran nilai-nilai perpindahan, baik perpindahan horizontal (x), perpindahan


horizontal (z), maupun perpindahan vertikal (y) yang terjadi pada setiap lapisan
perkerasan lentur dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini :

Tabel 4.7 Nilai Perpindahan pada Lapisan Perkerasan Lentur dengan PLAXIS 3D
FOUNDATION
Perpindahan Horizontal (x)

Perpindahan Horizontal (z)

Perpindahan Vertikal

[Ux]

[Uz]

(y) [Uy]

Lapisan
Perkerasan

Maks

Min

Maks

Min

(x 10-6 m)

(x 10-6 m)

(x 10-6 m)

(x 10-6 m)

Maks

Min

(x 10-6

(x 10-6

m)

m)

AC-WC

3,28

-7,32

4,70

-4,72

21,39

-65,33

AC-BC

1,21

-3,70

1,91

-1,92

21,63

-66,58

AC-Base

1,21

-4,36

1,93

-1,96

21,72

-66,35

Base Course

8,13

-10,68

7,41

-7,48

21,39

-62,08

17,96

-19,64

9,35

-9,41

15,25

-36,74

Subgrade

Ket: * tanda (+) berarti perpindahan ke kanan/atas/naik


Ket: * tanda (-) berarti perpindahan ke kiri/bawah/turun

Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa nilai ekstrim perpindahan horizontal (x)
terjadi pada lapisan Subgrade berupa perpindahan ke kiri sebesar 0,01964 mm,
sedangkan nilai ekstrim perpindahan horizontal (z) juga terjadi pada lapisan
Subgrade berupa perpindahan ke bawah sebesar 0,00941 mm, dan nilai ekstrim
perpindahan vertikal (y) terjadi pada lapisan AC-BC berupa perpindahan turun
sebesar 0,06658 mm.

Adapun besarnya nilai perpindahan vertikal maksimal perkerasan lentur diambil


pada titik-titik nodal yang mempunyai nilai perpindahan vertikal maksimal yang
terletak pada arah bentang memendek plat dari perkerasan lentur yang terdapat di
bawah sumbu roda belakang. Besarnya nilai perpindahan pada titik-titik nodal
user :
tersebut disajikan pada Tabel 4.8, commit
sebagaito
berikut

67
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.8 Nilai Perpindahan Vertikal (Lendutan) pada Lapisan Perkerasan Lentur
dengan PLAXIS 3D FOUNDATION

No

Jarak (z)
[m]

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
1,9
2,0
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
2,9
3,0

Lapisan
AC-WC
-1,313E-05
-1,415E-05
-1,687E-05
-2,185E-05
-2,918E-05
-3,876E-05
-5,138E-05
-6,171E-05
-6,533E-05
-6,276E-05
-5,361E-05
-4,223E-05
-3,399E-05
-2,812E-05
-2,473E-05
-2,362E-05
-2,476E-05
-2,817E-05
-3,402E-05
-4,226E-05
-5,358E-05
-6,273E-05
-6,528E-05
-6,165E-05
-5,136E-05
-3,875E-05
-2,916E-05
-2,179E-05
-1,677E-05
-1,402E-05
-1,299E-05

Perpindahan Vertikal [m]


Lapisan
Lapisan
Base
AC-BC
AC-Base
Course
-1,297E-05 -1,282E-05 -1,273E-05
-1,399E-05 -1,386E-05 -1,379E-05
-1,682E-05 -1,676E-05 -1,657E-05
-2,190E-05 -2,193E-05 -2,178E-05
-2,945E-05 -2,946E-05 -2,897E-05
-3,935E-05 -3,966E-05 -3,872E-05
-5,228E-05 -5,216E-05 -4,965E-05
-6,286E-05 -6,255E-05 -5,876E-05
-6,658E-05 -6,635E-05 -6,208E-05
-6,396E-05 -6,368E-05 -5,982E-05
-5,454E-05 -5,445E-05 -5,185E-05
-4,291E-05 -4,326E-05 -4,221E-05
-3,428E-05 -3,431E-05 -3,380E-05
-2,821E-05 -2,824E-05 -2,796E-05
-2,470E-05 -2,464E-05 -2,450E-05
-2,356E-05 -2,351E-05 -2,343E-05
-2,474E-05 -2,468E-05 -2,454E-05
-2,825E-05 -2,828E-05 -2,814E-05
-3,430E-05 -3,432E-05 -3,385E-05
-4,291E-05 -4,321E-05 -4,221E-05
-5,451E-05 -5,444E-05 -5,188E-05
-6,392E-05 -6,363E-05 -5,981E-05
-6,653E-05 -6,630E-05 -6,202E-05
-6,283E-05 -6,254E-05 -5,872E-05
-5,228E-05 -5,219E-05 -4,963E-05
-3,937E-05 -3,972E-05 -3,876E-05
-2,943E-05 -2,944E-05 -2,895E-05
-2,184E-05 -2,187E-05 -2,173E-05
-1,673E-05 -1,667E-05 -1,649E-05
-1,386E-05 -1,375E-05 -1,370E-05
-1,283E-05 -1,270E-05 -1,263E-05

Subgrade
-1,039E-05
-1,116E-05
-1,344E-05
-1,672E-05
-2,159E-05
-2,660E-05
-3,165E-05
-3,507E-05
-3,668E-05
-3,568E-05
-3,311E-05
-2,885E-05
-2,507E-05
-2,166E-05
-1,975E-05
-1,912E-05
-2,006E-05
-2,196E-05
-2,543E-05
-2,916E-05
-3,316E-05
-3,570E-05
-3,664E-05
-3,491E-05
-3,153E-05
-2,637E-05
-2,146E-05
-1,654E-05
-1,325E-05
-1,094E-05
-1,018E-05

Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui nilai perpindahan maksimal yang terjadi pada
perkerasan lentur sangat bervariasi mulai dari 1,018 x 10-5 m sampai 6,658 x 10-5
m. Nilai perpindahan maksimal yang paling besar adalah 6,658 x 10-5 m. Pola
commit
to user
jangkauan perpindahan yang terjadi
nilainya
relatif tidak merata. Adapun output

perpustakaan.uns.ac.id

68
digilib.uns.ac.id

PLAXIS berupa tampilan arrows, contour line, dan shading dari perpindahan
horizontal (x), perpindahan horizontal (z), dan perpindahan vertikal (y) yang
terjadi pada lapisan perkerasan lentur dapat dilihat lebih lengkap pada Lampiran
B. Pola perpindahan yang terjadi pada titik-titik nodal di atas dapat dilihat pada
Gambar 4.6, sebagai berikut :

Gambar 4.6 Pola Diagram Perpindahan Vertikal Perkerasan Lentur dengan


PLAXIS 3D FOUNDATION

Berdasarkan Gambar 4.6 diketahui bahwa pola perpindahan vertikal maksimal


terjadi pada jarak 0,80 m dan jarak 2,20 m. Sedangkan perpindahan vertikal
minimal terjadi pada jarak 0 m dan 3,00 m. Hal itu menunjukkan bahwa
perpindahan vertikal maksimal terjadi di pusat beban yang bekerja di atas struktur
perkerasan lentur dan perpindahan vertikal minimal terjadi di daerah yang tidak
mengalami pembebanan.

2.

Stress (Tegangan)

Besarnya nilai-nilai tegangan, baik tegangan efektif maupun tegangan total yang
terjadi pada setiap lapisan perkerasan lentur dapat dilihat pada Tabel 4.9, di bawah
commit to user
ini :

69
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.9 Nilai Tegangan pada Lapisan Perkerasan Lentur dengan PLAXIS 3D
FOUNDATION
Tegangan Efektif

Tegangan Total

Tegangan rata-

Tegangan geser

Tegangan

Tegangan rata-

Lapisan

rata

relatif

deviator

rata

Perkerasan

[p]

[rel]

[q]

[p]

Maks
2

kN/m

Min

Maks

Min

Maks
2

kN/m

kN/m

Min

Maks
2

kN/m

kN/m

Min
kN/m2

AC-WC

0,304

-59,31

0,393

0,002

93,15

0,384

0,022

-244,34

AC-BC

5,070

-76,17

0,567

0,007

141,95

1,190

-1,390

-203,55

AC-Base

0,278

-55,60

0,555

0,005

150,37

0,841

-2,500

-112,98

Base Course

-2,910

-67,15

0,717

0,037

201,32

5,460

-5,060

-84,26

Subgrade

-6,150

-14,56

0,827

0,159

36,16

2,800

-10,87

-34,74

Ket: * tanda (+) berarti tegangan tarik


Ket: * tanda (-) berarti tegangan tekan

Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa nilai ekstrim tegangan efektif rata-rata
[p] terjadi pada lapisan AC-BC berupa tegangan tekan sebesar 76,17 kN/m2. Nilai
ekstrim tegangan geser relatif [rel] berupa tegangan tarik sebesar 0,827 terjadi
pada lapisan Subgrade. Nilai ekstrim tegangan deviator [q] terjadi pada lapisan
Base Course berupa tegangan tarik sebesar 201,32 kN/m2. Nilai ekstrim tegangan
total rata-rata [p] terjadi pada lapisan AC-WC berupa tegangan tekan sebesar
244,34 kN/m2.

Adapun besarnya nilai tegangan total rata-rata maksimal perkerasan lentur diambil
pada titik-titik nodal yang mempunyai nilai tegangan maksimal yang terletak pada
arah bentang memendek plat dari perkerasan lentur yang terdapat di bawah sumbu
roda belakang. Besarnya nilai tegangan total rata-rata maksimal pada titik-titik
nodal tersebut disajikan pada Tabel 4.10, sebagai berikut :

commit to user

70
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.10 Nilai Tegangan Total Rata-Rata pada Lapisan Perkerasan Lentur
dengan PLAXIS 3D FOUNDATION

No

Jarak
(z)
[m]

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
1,9
2
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
2,9
3

Tegangan Total Rata-Rata [kN/m2]


Lapisan Lapisan
ACAC-BC
WC
-16,56
-8,27
-20,89
-11,50
-12,71
-11,49
-14,26
-15,18
-18,07
-23,49
-43,28
-53,10
-133,58 -112,99
-237,29 -185,39
-244,34 -203,55
-232,65 -185,77
-110,42 -107,38
-35,05
-55,96
-19,49
-29,62
-15,04
-18,42
-15,01
-8,99
-15,10
-6,37
-14,61
-9,15
-15,06
-16,52
-20,45
-30,10
-36,75
-53,88
-112,02 -107,50
-232,65 -185,77
-244,34 -203,55
-237,29 -185,39
-116,70 -108,67
-40,16
-55,89
-18,33
-26,95
-14,41
-15,41
-12,80
-10,79
-20,96
-11,87
-16,66
-8,30

Lapisan Base
Subgrade
ACCourse
Base
-12,62 -19,26
-20,43
-11,64 -21,19
-22,95
-12,30 -18,76
-20,23
-15,36 -25,68
-19,71
-27,36 -23,73
-18,92
-59,91 -48,49
-20,61
-63,78 -36,07
-21,28
-81,63 -55,09
-22,55
-112,98 -84,26
-23,39
-84,46 -55,32
-23,21
-59,41 -39,19
-22,99
-62,93 -47,41
-22,61
-30,61 -25,61
-20,57
-14,60 -25,43
-21,22
-12,22 -19,84
-20,40
-11,19 -22,43
-20,23
-11,05 -20,60
-20,03
-18,06 -27,68
-21,03
-31,69 -25,30
-20,18
-61,29 -45,83
-21,85
-59,08 -39,07
-23,14
-84,46 -55,32
-23,21
-112,98 -84,26
-23,39
-81,63 -55,09
-22,55
-60,42 -37,83
-21,94
-62,41 -48,32
-21,04
-30,39 -23,68
-20,01
-15,51 -24,65
-20,46
-11,42 -18,95
-20,26
-11,19 -18,83
-23,62
-11,08 -18,76
-21,02

Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui nilai tegangan total rata-rata yang terjadi pada
perkerasan lentur sangat bervariasi mulai dari 6,37 kN/m2 sampai 244,34 kN/m2.
commityang
to user
Nilai tegangan total rata-rata maksimal
paling besar adalah 244,34 kN/m2.

71
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Adapun output PLAXIS berupa tampilan arrows, contour line, dan shading dari
tegangan efektif dan tegangan total yang terjadi pada lapisan perkerasan lentur
dapat dilihat lebih lengkap pada Lampiran B. Pola tegangan total rata-rata yang
terjadi pada titik-titik nodal di atas dapat dilihat pada Gambar 4.7, sebagai
berikut :

Gambar 4.7 Pola Diagram Tegangan Total Rata-Rata Perkerasan Lentur dengan
PLAXIS 3D FOUNDATION

Berdasarkan Gambar 4.7 diketahui bahwa pola tegangan total rata-rata maksimal
terjadi pada jarak 0,80 m dan jarak 2,20 m. Sedangkan tegangan total rata-rata
minimal terjadi pada jarak 0 m dan 3,00 m. Hal itu menunjukkan bahwa tegangan
total rata-rata maksimal terjadi di pusat beban maksimal yang bekerja di atas
struktur perkerasan lentur dan tegangan total rata-rata minimal terjadi di daerah
yang tidak mengalami pembebanan.

commit to user

72
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3.

Forces (Gaya)

Besaran nilai-nilai gaya dalam, baik gaya aksial N2, gaya geser Q23 maupun
momen lentur M22 yang terjadi pada lapisan perkerasan lentur mulai dari lapisan
AC-WC sampai lapisan AC-Base ditampilkan pada Gambar 4.8 di bawah ini :

Gambar 4.8 Diagram Gaya Dalam pada Lapisan Perkerasan Lentur dengan
Program PLAXIS 3D FOUNDATION

Berdasarkan Gambar 4.8 diketahui bahwa gaya-gaya dalam yang terjadi pada
lapisan perkerasan lentur mulai dari lapisan yang paling atas yaitu lapisan AC-WC
commit to user
sampai lapisan perkerasan lentur yang paling bawah yaitu lapisan AC-Base, nilai-

73
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

nilai gaya dalam mengalami kenaikan besaran gaya. Besarnya gaya aksial N2 yang
terjadi pada lapisan perkerasan tersebut sangat bervariasi yaitu antara minus 3,54
kN/m hingga plus 3,83 kN/m, sedangkan gaya geser Q23 bervariasi antara minus
1,07 kN/m hingga plus 1,02 kN/m dan momen lentur M22 bervariasi antara minus
0,12327 kNm/m hingga plus 0,02665 kNm/m.

4.1.4.2 Struktur Perkerasan Kaku

A.

Data Sifat-sifat Material Struktur Perkerasan

Untuk melakukan analisis struktur perkerasan kaku dengan PLAXIS 3D


FOUNDATION diperlukan adanya data sifat-sifat dari material struktur
perkerasan yang akan dianalisis. Data sifat-sifat material struktur perkerasan kaku
berupa perkerasan beton yang akan dianalisis adalah sebagai berikut:
1. Sifat-sifat Material Lapisan Beton Semen
Mutu Beton fc = K350 (350 kg/cm2 untuk benda uji kubus 28 hari)
(290 kg/cm2 untuk benda uji silinder 28 hari)
Mutu Beton fs

= fs 45 (45 kg/cm2)

Mutu Baja

= Baja tulangan ulir U32 fy = 3200 kg/cm2

Baja tulangan polos U32 fys = 0,5 x 3200 = 1600 kg/cm2


Berat Jenis Perkerasan Beton
Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia (PPI 1981) besarnya nilai
berat jenis beton bertulang adalah sebesar 2,4 x 10-3 kg/cm3 atau sebesar 24
kN/m3.
Modulus Elastisitas Perkerasan Beton
Dengan mutu beton K350 atau nilai kuat tekan sebesar 350 kg/cm2 sama
dengan 35 MPa, maka nilai modulus elastisitas betonnya dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Ec = 4700 x f ' c ( MPa)
Ec = 4700 x 35
Ec = 27.805,575 MPa = 27.805.575 kN / m 2

Jadi, nilai modulus elastisitas perkerasan beton bertulang yang dipakai


2
dalam analisis ini adalah sebesar
27.805.575
commit
to user kN/m .

74
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Angka Poissons Ratio Perkerasan Beton


Angka poissons ratio beton bertulang yang dipakai dalam analisis ini
diambil sebesar 0,2.
Modulus Geser (G) Perkerasan Beton
Besarnya nilai modulus geser (G) untuk perkerasan beton dapat dihitung
dengan memakai rumus :
Ec
2(1 + n )
dimana :
G=

G
Ec

= Modulus geser perkerasan beton (MPa)


= Modulus elastisitas perkerasan beton (MPa)
= Angka poisson ratio perkerasan beton

Dengan Ec sebesar 27.805,575 MPa dan angka poisson beton bertulang


sebesar 0,2 maka besarnya nilai modulus geser perkerasan beton adalah
sebagai berikut :
Ec
2(1 + n )
27.805,575
G=
2 x(1 + 0,2)
27.805,575
G=
2,4
G=

G = 11.585,656 MPa = 115.856,56kg / cm 2


Jadi, nilai modulus geser perkerasan beton yang dipakai untuk analisis

adalah sebesar 115.856,56 kg/cm2 sama dengan 11.585.656 kN/m2.


2. Sifat-Sifat Material Wet Lean Concrete (WLC) yang akan dianalisis adalah
sebagai berikut :
Mutu beton fc

= K125 (125 kg/cm2 untuk benda uji kubus 28 hari).


(105 kg/cm2 untuk benda uji silinder 28 hari).

Berat Jenis Wet Lean Concrete (WLC)


Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia (PPI 1981) besarnya nilai
berat jenis beton tidak bertulang adalah sebesar 2,2 x 10-3 kg/cm3 sama
dengan 22 kN/m3.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

75
digilib.uns.ac.id

Modulus Elastisitas Wet Lean Concrete (WLC)


Dengan mutu beton K125 atau nilai kuat tekan sebesar 125 kg/cm2 atau
sebesar 12,5 MPa, maka nilai modulus elastisitas betonnya dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Ec = 4700 x f ' c ( MPa)
Ec = 4700 x 12,50
Ec = 16.617,009 MPa = 166.170,09 kg / cm 2

Jadi, nilai modulus elastisitas Wet Lean Concrete (WLC) yang dipakai
dalam analisis ini adalah sebesar 166.170,09 kg/cm2 sama dengan
16.617.009 kN/m2.
Angka Poissons Ratio Wet Lean Concrete (WLC)
Angka poissons ratio beton bertulang yang dipakai dalam analisis ini
diambil sebesar 0,2.
Modulus Geser (G) Wet Lean Concrete (WLC)
Besarnya nilai modulus geser (G) untuk perkerasan beton dapat dihitung
dengan memakai rumus :
Ec
2(1 + n )
dimana :
G=

G
Ec

= Modulus geser perkerasan beton (MPa)


= Modulus elastisitas perkerasan beton (MPa)
= Angka poissons ratio perkerasan beton

Dengan Ec sebesar 16.617,009 MPa dan angka poissons beton bertulang


sebesar 0,2 maka besarnya nilai modulus geser Wet Lean Concrete (WLC)
adalah sebagai berikut :
Ec
2(1 + n )
16.617,009
G=
2 x(1 + 0,2)
16.617,009
G=
2,4
G=

G = 6.923,754 MPa = 69.237,54kg / cm 2

Jadi, nilai modulus geser Wet Lean Concrete (WLC) yang dipakai untuk
2
commit
to user
analisis adalah sebesar 69.237,54
kg/cm
atau sebesar 6.923.754 kN/m2.

76
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3. Sifat-sifat Material Base Course yang akan dianalisis adalah sebagai berikut :
Berat Jenis Lapisan Base Course
Lapisan Base Course berupa lapisan AC sehingga nilai berat jenis Base
Course diambil sama dengan lapisan Wearing Course yaitu sebesar 2,325
g/cm3 sama dengan 23,25 kN/m3.
Modulus Elastisitas Lapisan Base Course
Besarnya nilai modulus elastisitas Lapisan Base Course dapat dicari dengan
pendekatan rumus sebagai berikut :
Mr = 10 xCBR
Berdasarkan SNI 03-1732-1989, disyaratkan bahwa lapisan pondasi (Base

Course) memiliki nilai CBR 50%, sehingga nilai modulus elastisitas


lapisan base course adalah :
Mr = 10 xCBR
Mr = 10x50
Mr = 500 MPa

Jadi, nilai modulus elastisitas Lapisan Base Course adalah sebesar 500 MPa
atau sebesar 500.000 kN/m2.
Angka Poissons ratio Campuran Lapisan Base Course
Besarnya nilai angka poissons ratio untuk Lapisan Base Course adalah
sekitar 0,35.
Modulus Geser (G) Campuran Lapisan Base Course
Besarnya nilai modulus geser (G) untuk Lapisan Base Course dapat
dihitung dengan memakai rumus 4.17 :
E ac
2(1 + u )
500
G=
2 x(1 + 0,35)
500
G=
2,7
G=

G = 185,185 MPa = 1851,85kg / cm 2

Jadi, nilai modulus geser Lapisan Base Course adalah sebesar 1851,85
kg/cm2 sama dengan 185.185 kN/m2.
commit to user

77
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Hasil rekapitulasi perhitungan data sifat-sifat material struktur perkerasan kaku


selengkapnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.11 Sifat-Sifat Material untuk Lapisan Perkerasan Beton Semen dan
Lapisan Beton Kurus (Floor)
Parameter

Nama

Beton Semen

Beton Kurus

Satuan

Model Material

Model

Linear,isotropik

Linear,isotropik

Ketebalan

0,28

0,10

Berat Jenis

24

22

kN/m3

Modulus Young

Ei

27.805.575

16.617.009

kN/m2

Modulus Geser

Gj

11.585.656

6.923.754

kN/m2

Angka Poisson

0,2

0,2

Tabel 4.12 Sifat-sifat Material untuk Lapisan Beton Semen, Beton Kurus, Base
Course dan Lapisan Subgrade (Soil & Interfaces)
Beton

Beton

Base

Subgrade

Semen

Kurus

Course

(Lempung)

Mohr-

Mohr-

Mohr-

Mohr-

Coloumb

Coloumb

Coloumb

Coloumb

Tak

Tak

Tak

Tak

Terdrainase

Terdrainase

Terdrainase

Terdrainase

unsat

24

22

23,25

16

kN/m3

sat

24

22

23,25

18

kN/m3

kx.ky,kz

0,0001

0,0001

0,0001

0,001

m/hari

Eref

27.805.575

16.617.009

500.000

60.000

kN/m2

0,2

0,2

0,35

0,30

cref

150

150

25

kN/m2

Sudut geser

35

35

40

24

Sudut dilatansi

10

Parameter

Nama

Model material

Model

Jenis perilaku
material
Berat isi di atas
garis freatik

Jenis

Satuan

Berat isi di
bawah garis
freatik
Permeabilitas
Modulus Young
(konstan)
Angka Poisson
Kohesi
(konstan)

commit to user

78
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

B.

Pemodelan Struktur

Data dimensi struktur perkerasan kaku yang ditinjau adalah :


Panjang perkerasan kaku

=6m

Lebar perkerasan kaku

=3m

Tebal perkerasan kaku


Lapisan Beton Semen

= 28 cm

Lapisan Beton Kurus

= 10 cm

Base Course

= 10 cm

Subgrade (Lempung)

= 50 cm

Daya Dukung Tanah Ultimit (qu) = 1.085,825 kN/m2


Lendutan ijin ()

= 2,5 cm

Pemodelan struktur dari perkerasan kaku yang akan dianalisis dengan program
PLAXIS 3D FOUNDATION disajikan pada Gambar 4.9, sebagai berikut :

commit to user

79

Gambar 4.9 Pemodelan Struktur Perkerasan Kaku dengan PLAXIS 3D FOUNDATION

79

80
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

C.

Hasil Analisis Struktur Perkerasan Kaku dengan Program PLAXIS 3D


FOUNDATION

1.

Displacement (Perpindahan)

Besaran nilai-nilai perpindahan, baik perpindahan horizontal (x), perpindahan


horizontal (z) maupun perpindahan vertikal (y) yang terjadi pada setiap lapisan
perkerasan kaku dapat dilihat pada Tabel 4.13 di bawah ini :

Tabel 4.13 Nilai Perpindahan pada Lapisan Perkerasan Kaku dengan PLAXIS 3D
FOUNDATION
Perpindahan
Lapisan
Perkerasan

Horizontal(x)

Perpindahan Horizontal(z)

Perpindahan Vertikal(y)

[Uz]

[Uy]

[Ux]
Maks
-6

(x 10 m)

Min
-6

(x 10 m)

Maks
-6

(x 10 m)

Min
-6

(x 10 m)

Maks
-6

Min

(x 10 m)

(x 10-6 m)

Beton Semen

0,24023

-0,340

0,10088

-0,10070

-0,39840

-7,17

Beton Kurus

0,33076

-0,781

0,18421

-0,18475

-0,43893

-6,88

Base Course

0,68323

-1,240

0,40089

-0,40067

-0,53224

-6,53

Subgrade

0,89634

-2,010

0,46350

-0,47134

-0,62411

-5,94

Ket: * tanda (+) berarti perpindahan ke kanan/atas/naik


Ket: * tanda (-) berarti perpindahan ke kiri/bawah/turun

Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa nilai ekstrim perpindahan horizontal (x)
terjadi pada lapisan subgrade berupa perpindahan ke kiri sebesar 0,00201 mm,
sedangkan nilai ekstrim perpindahan horizontal (z) juga terjadi pada lapisan
subgrade berupa perpindahan ke atas sebesar 0,00047134 mm, dan nilai ekstrim
perpindahan vertikal (y) terjadi pada lapisan Beton Semen berupa perpindahan
turun sebesar 0,00717 mm.

Adapun besarnya nilai perpindahan vertikal maksimal perkerasan kaku diambil


pada titik-titik nodal yang mempunyai nilai perpindahan vertikal maksimal yang
terletak pada arah bentang memendek plat dari perkerasan kaku yang terdapat di
bawah sumbu roda belakang. Besarnya nilai perpindahan pada titik-titik nodal
tersebut disajikan pada Tabel 4.14, sebagai berikut :
commit to user

81
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.14 Nilai Perpindahan Vertikal (Lendutan) pada Lapisan Perkerasan Kaku
dengan PLAXIS 3D FOUNDATION

No Jarak Z
[m]
1
0
2
0,1
3
0,2
4
0,3
5
0,4
6
0,5
7
0,6
8
0,7
9
0,8
10
0,9
11
1,0
12
1,1
13
1,2
14
1,3
15
1,4
16
1,5
17
1,6
18
1,7
19
1,8
20
1,9
21
2,0
22
2,1
23
2,2
24
2,3
25
2,4
26
2,5
27
2,6
28
2,7
29
2,8
30
2,9
31
3,0

Perpindahan Vertikal [m]


Lapisan
Lapisan
Base
Beton Semen Beton Kurus Course
-5,16E-06
-5,08E-06 -4,99E-06
-5,20E-06
-5,13E-06 -5,04E-06
-5,31E-06
-5,24E-06 -5,15E-06
-5,51E-06
-5,45E-06 -5,33E-06
-5,79E-06
-5,73E-06 -5,60E-06
-6,15E-06
-6,09E-06 -5,87E-06
-6,62E-06
-6,44E-06 -6,18E-06
-7,02E-06
-6,74E-06 -6,40E-06
-7,17E-06
-6,88E-06 -6,51E-06
-7,11E-06
-6,84E-06 -6,49E-06
-6,82E-06
-6,64E-06 -6,36E-06
-6,45E-06
-6,38E-06 -6,15E-06
-6,18E-06
-6,12E-06 -5,96E-06
-5,99E-06
-5,93E-06 -5,78E-06
-5,88E-06
-5,80E-06 -5,68E-06
-5,84E-06
-5,76E-06 -5,64E-06
-5,88E-06
-5,80E-06 -5,68E-06
-5,99E-06
-5,93E-06 -5,79E-06
-6,18E-06
-6,12E-06 -5,96E-06
-6,45E-06
-6,38E-06 -6,16E-06
-6,82E-06
-6,64E-06 -6,36E-06
-7,11E-06
-6,84E-06 -6,49E-06
-7,17E-06
-6,88E-06 -6,51E-06
-7,02E-06
-6,74E-06 -6,39E-06
-6,63E-06
-6,44E-06 -6,18E-06
-6,15E-06
-6,09E-06 -5,88E-06
-5,79E-06
-5,73E-06 -5,60E-06
-5,51E-06
-5,45E-06 -5,33E-06
-5,31E-06
-5,24E-06 -5,15E-06
-5,20E-06
-5,13E-06 -5,04E-06
-5,16E-06
-5,08E-06 -4,99E-06

Subgrade
-4,75E-06
-4,78E-06
-4,89E-06
-5,02E-06
-5,24E-06
-5,43E-06
-5,67E-06
-5,81E-06
-5,91E-06
-5,89E-06
-5,83E-06
-5,66E-06
-5,57E-06
-5,43E-06
-5,38E-06
-5,33E-06
-5,37E-06
-5,42E-06
-5,57E-06
-5,67E-06
-5,83E-06
-5,89E-06
-5,91E-06
-5,81E-06
-5,67E-06
-5,42E-06
-5,24E-06
-5,02E-06
-4,88E-06
-4,78E-06
-4,75E-06

Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui nilai perpindahan maksimal yang terjadi pada
perkerasan lentur sangat bervariasi mulai dari 4,75 x 10-6 m sampai 7,17 x 10-6 m.
Nilai perpindahan maksimal yang paling besar adalah 7,17 x 10-6 m. Pola
commit
to user
jangkauan perpindahan yang terjadi
nilainya
relatif cukup merata. Adapun output

82
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

PLAXIS berupa tampilan arrows, contour line, dan shading dari perpindahan
horizontal (x), perpindahan horizontal (z) dan perpindahan vertikal (y) yang terjadi
pada lapisan perkerasan kaku dapat dilihat lebih lengkap pada Lampiran C. Pola
perpindahan yang terjadi pada titik-titik nodal di atas dapat dilihat pada Gambar
4.10, sebagai berikut :

Gambar 4.10 Pola Diagram Perpindahan Vertikal Perkerasan Kaku dengan


PLAXIS 3D FOUNDATION

Berdasarkan Gambar 4.10 diketahui bahwa pola perpindahan vertikal maksimal


terjadi pada jarak 0,80 m dan jarak 2,20 m. Sedangkan perpindahan vertikal
minimal terjadi pada jarak 0 m dan 3,00 m.

Hal itu menunjukkan bahwa

perpindahan vertikal maksimal terjadi di pusat beban maksimal yang bekerja di


atas struktur perkerasan kaku dan perpindahan vertikal minimal terjadi di daerah
yang tidak mengalami pembebanan.

2.

Stress (Tegangan)

Besarnya nilai-nilai tegangan, baik tegangan efektif maupun tegangan total yang
terjadi pada setiap lapisan perkerasan kaku dapat dilihat pada Tabel 4.15 di bawah
ini :

commit to user

83
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.15 Nilai Tegangan pada Lapisan Perkerasan Kaku dengan PLAXIS 3D
FOUNDATION
Tegangan Efektif

Tegangan Total

Tegangan rata-

Tegangan geser

Tegangan

Tegangan rata-

Lapisan

rata

relatif

deviator

rata

Perkerasan

[p]

[rel]

[q]

[p]

Maks
2

kN/m

Min

Maks

Min

Maks
2

kN/m

kN/m

Min

Maks
2

kN/m

kN/m

Min
kN/m2

Beton Semen

3,94

-27,32

0,24516

0,02547

61,77

5,89

-1,25

-139,58

Beton Kurus

-3,86

-18,01

0,20445

0,01577

56,55

3,45

-8,28

-49,38

Base Course

-4,52

-17,96

0,25180

0,06621

50,40

3,67

-12,18

-29,78

Subgrade

-7,02

-7,30

0,27042

0,18168

9,76

5,9

-17,00

-26,84

Ket: * tanda (+) berarti tegangan tarik


Ket: * tanda (-) berarti tegangan tekan

Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa nilai ekstrim tegangan efektif rata-rata
[p] terjadi pada lapisan Beton Semen berupa tegangan tekan sebesar 27,32 kN/m2.
Nilai ekstrim tegangan geser relatif [rel] berupa tegangan tarik sebesar 0,27042
terjadi pada lapisan Subgrade. Nilai ekstrim tegangan deviator [q] terjadi pada
lapisan Beton Semen berupa tegangan tarik sebesar 61,77 kN/m3. Nilai ekstrim
tegangan total rata-rata [p] juga terjadi pada lapisan Beton Semen berupa tegangan
tekan sebesar 139,58 kN/m2.

Adapun besarnya nilai tegangan total rata-rata maksimal perkerasan kaku diambil
pada titik-titik nodal yang mempunyai nilai tegangan maksimal yang terletak pada
arah bentang memendek plat dari perkerasan kaku yang terdapat di bawah sumbu
roda belakang. Besarnya nilai tegangan total rata-rata maksimal pada titik-titik
nodal tersebut disajikan pada Tabel 4.16, sebagai berikut :

commit to user

84
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.16 Nilai Tegangan Total Rata-Rata pada Lapisan Perkerasan Kaku
dengan PLAXIS 3D FOUNDATION, sebagai berikut :

No

Jarak
Z
[m]

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
1,9
2
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
2,9
3

Tegangan Total Rata-Rata [kN/m2]


Lapisan
Beton
Semen
-7,87
-7,03
-10,38
-15,18
-19,86
-28,18
-80,62
-134,12
-139,58
-135,82
-81,10
-29,50
-22,07
-13,73
-15,11
-15,71
-14,92
-15,04
-22,18
-28,07
-80,35
-135,82
-139,58
-134,12
-79,86
-28,37
-20,40
-14,72
-10,34
-8,09
-8,81

Lapisan
Beton
Kurus
-13,69
-13,60
-12,07
-13,77
-20,03
-22,99
-22,21
-29,09
-49,38
-28,95
-22,08
-23,46
-20,53
-13,19
-13,75
-14,49
-13,63
-14,44
-21,03
-23,39
-21,90
-28,95
-49,38
-29,09
-22,16
-22,88
-20,28
-13,66
-11,96
-13,77
-13,67

Base
Course
-22,22
-20,72
-19,19
-20,19
-19,99
-20,50
-21,05
-23,34
-24,11
-23,59
-21,72
-21,72
-20,67
-20,45
-19,23
-20,12
-19,39
-20,54
-20,43
-21,51
-21,60
-23,59
-24,11
-23,34
-21,23
-21,09
-20,06
-20,16
-19,33
-20,56
-21,75

Subgrade
-21,99
-22,52
-22,40
-22,13
-22,37
-22,57
-22,32
-22,39
-22,84
-22,34
-22,16
-22,09
-22,34
-22,54
-22,78
-22,47
-22,63
-22,51
-22,39
-22,21
-22,24
-22,34
-22,84
-22,39
-22,26
-22,12
-22,32
-22,30
-22,25
-22,64
-22,13

Berdasarkan Tabel 4.16 diketahui nilai tegangan total rata-rata yang terjadi pada
perkerasan kaku sangat bervariasi mulai dari 7,03 kN/m2 sampai 139,58 kN/m2.
commityang
to user
Nilai tegangan total rata-rata maksimal
paling besar adalah 139,58 kN/m2.

perpustakaan.uns.ac.id

85
digilib.uns.ac.id

Adapun output PLAXIS berupa tampilan arrows, contour line, dan shading dari
tegangan efektif dan tegangan total yang terjadi pada lapisan perkerasan kaku
dapat dilihat lebih lengkap pada Lampiran C. Pola tegangan total rata-rata yang
terjadi pada titik-titik nodal di atas dapat dilihat pada Gambar 4.11, sebagai
berikut :

Gambar 4.11 Pola Diagram Tegangan Total Rata-Rata Perkerasan Kaku dengan
PLAXIS 3D FOUNDATION

Berdasarkan Gambar 4.11 diketahui bahwa pola tegangan total rata-rata maksimal
terjadi pada jarak 0,80 m dan jarak 2,20 m. Sedangkan tegangan total rata-rata
minimal terjadi pada jarak 0 m dan 3,00 m. Hal itu menunjukkan bahwa tegangan
total rata-rata maksimal terjadi di pusat beban maksimal yang bekerja di atas
struktur perkerasan kaku dan tegangan total rata-rata minimal terjadi di daerah
yang tidak mengalami pembebanan.

3.

Forces (Gaya)

Besaran nilai-nilai gaya dalam, baik gaya aksial N2, gaya geser Q23 maupun
momen lentur M22 yang terjadi pada lapisan perkerasan kaku mulai dari lapisan
commit to user
AC-WC sampai lapisan AC-Base ditampilkan
pada Gambar 4.12 di bawah ini :

86
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar 4.12 Diagram Gaya Dalam pada Lapisan Perkerasan Kaku dengan
Program PLAXIS 3D FOUNDATION

Berdasarkan Gambar 4.12 diketahui bahwa gaya-gaya dalam yang terjadi pada
lapisan perkerasan kaku mulai dari lapisan yang paling atas yaitu lapisan Beton
Semen sampai lapisan perkerasan kaku yang paling bawah yaitu lapisan Beton
Kurus, nilai-nilai gaya dalam mengalami kenaikan besaran gaya. Besarnya gaya
aksial N2 yang terjadi pada lapisan perkerasan tersebut sangat bervariasi yaitu
antara minus 3,66 kN/m hingga plus 2,04 kN/m, sedangkan gaya geser Q23
commit to user

87
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

bervariasi antara minus 7,94 kN/m hingga plus 7,94 kN/m dan momen lentur M22
bervariasi antara minus 1,01 kNm/m hingga plus 0,29675 kNm/m.

4.2 Evaluasi Hasil Analisis Struktur Perkerasan Jalan


4.2.1 Evaluasi Hasil Analisis Struktur Perkerasan dengan PLAXIS 3D
FOUNDATION

Evaluasi output analisis struktur perkerasan lentur dan perkerasan kaku dilakukan
dengan cara membandingkan hasil output analisis yang terdiri dari besaran
perpindahan (lendutan), tegangan dan gaya-gaya dalam yang terjadi di lapisan
subgrade dari kedua struktur perkerasan tersebut yang analisisnya dihitung
dengan program PLAXIS 3D FOUNDATION. Berdasarkan hasil analisis yang
ditampilkan pada sub bab 4.1.4.1 dan sub bab 4.1.4.2, maka hasil evalusi analisis
struktur perkerasan lentur dan struktur perkerasan kaku disajikan, sebagai berikut :

4.2.1.1 Evaluasi

Perpindahan

(Lendutan)

Perkerasan

Lentur

dan

Perkerasan Kaku pada Tanah Dasar dengan PLAXIS 3D


FOUNDATION
Deformasi atau lendutan yang terjadi pada tanah dasar memberikan gambaran
mengenai perubahan bentuk dari suatu struktur perkerasan dalam keadaan elastis.
Lendutan ijin merupakan batas kritis lendutan yang terjadi pada suatu struktur
perkerasan dalam keadaan masih elastis, sehingga apabila lendutan ijin sudah
dilampaui maka struktur perkerasan tersebut dianggap gagal secara struktural dan
tidak layak desain.

Dari perhitungan sebelumnya diketahui bahwa lendutan yang diijinkan terjadi


pada tanah dasar struktur perkerasan adalah 2,5 cm. Evaluasi besaran lendutan
yang terjadi pada tanah dasar di bawah struktur perkerasan lentur dan struktur
perkerasan kaku disajikan pada Tabel 4.17 dan Gambar 4.13, sebagai berikut :
commit to user

88
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.17 Evaluasi Lendutan Struktur Perkerasan Lentur dan Kaku pada Tanah
Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION
Perkerasan Perkerasan
Jarak
[m]
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
1,9
2,0
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
2,9
3,0

Lentur

Kaku

Lendutan
(m)
-1,04E-05
-1,12E-05
-1,34E-05
-1,67E-05
-2,16E-05
-2,66E-05
-3,16E-05
-3,51E-05
-3,67E-05
-3,57E-05
-3,31E-05
-2,89E-05
-2,51E-05
-2,17E-05
-1,97E-05
-1,91E-05
-2,01E-05
-2,20E-05
-2,54E-05
-2,92E-05
-3,32E-05
-3,57E-05
-3,66E-05
-3,49E-05
-3,15E-05
-2,64E-05
-2,15E-05
-1,65E-05
-1,33E-05
-1,09E-05
-1,02E-05

Lendutan
(m)
-4,75E-06
-4,78E-06
-4,89E-06
-5,02E-06
-5,24E-06
-5,43E-06
-5,67E-06
-5,81E-06
-5,91E-06
-5,89E-06
-5,83E-06
-5,66E-06
-5,57E-06
-5,43E-06
-5,38E-06
-5,33E-06
-5,37E-06
-5,42E-06
-5,57E-06
-5,67E-06
-5,83E-06
-5,89E-06
-5,91E-06
-5,81E-06
-5,67E-06
-5,42E-06
-5,24E-06
-5,02E-06
-4,88E-06
-4,78E-06
-4,75E-06

Lendutan
Ijin
[m]

2,50E-02

commit to user

Hasil Analisis
Perkerasan Perkerasan
Lentur
Kaku
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman

perpustakaan.uns.ac.id

89
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.13 Diagram Lendutan Struktur Perkerasan Lentur dan Kaku pada Tanah
Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION

Berdasarkan Tabel 4.17 dan Gambar 4.13, maka hasil evaluasi lendutan antara
struktur perkerasan lentur dan perkerasan kaku disajikan pada Tabel 4.18, sebagai
berikut :

Tabel 4.18 Hasil Evaluasi Analisis Lendutan Struktur Perkerasan Lentur dan Kaku
pada Tanah Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION
Hasil Evaluasi
Hasil Evaluasi
Struktur Perkerasan Lentur
Struktur Perkerasan Kaku
1. Lendutan maksimal yang terjadi pada 1. Lendutan maksimal yang terjadi pada
tanah dasar adalah 3,67 x 10-5 m.
tanah dasar adalah 5,91 x 10-6 m.
2. Pola distribusi lendutan relatif tidak 2. Pola distribusi lendutan relatif
merata/tidak seragam.
merata/seragam.
3. Lendutan yang terjadi masih dalam 3. Lendutan yang terjadi masih dalam
batas yang diijinkan dan aman.
batas yang diijinkan dan aman.

Berdasarkan hasil evaluasi pada Tabel 4.18 di atas, dapat disimpulkan bahwa
lendutan yang terjadi pada struktur perkerasan tersebut belum melampaui batas
commit to user

90
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

yang diijinkan sehingga masih aman. Dengan demikian kedua jenis struktur
perkerasan tersebut layak desain untuk diterapkan.

4.2.1.2 Evaluasi Tegangan Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku pada


Tanah Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION
Tegangan pada tanah dasar perkerasan adalah kekuatan tanah dasar untuk
menopang struktur perkerasan beserta gaya-gaya dan beban yang bekerja di
atasnya dalam keadaan elastis. Daya dukung tanah ultimit pada tanah dasar
struktur perkerasan menggambarkan tentang batas kritis tegangan yang ditopang
oleh tanah dasar struktur perkerasan dalam keadaan masih elastis, sehingga
apabila tegangan ultimit ini sudah dilampaui, maka tanah dasar struktur
perkerasan sudah dalam keadaan plastis, sehingga dianggap tidak kuat dalam
mendukung struktur perkerasan yang ada di atasnya. Dengan demikian desain
struktur perkerasan tersebut dianggap tidak layak.

Dari perhitungan sebelumnya diketahui bahwa daya dukung tanah dasar ultimit
struktur perkerasan adalah 1.085,825 kN/m2. Evaluasi tegangan yang terjadi pada
tanah dasar di bawah struktur perkerasan lentur dan struktur perkerasan kaku
disajikan pada Tabel 4.19 dan Gambar 4.14, sebagai berikut :

commit to user

91
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.19 Evaluasi Tegangan Struktur Perkerasan Lentur dan Kaku pada Tanah
Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION
Perkerasan Perkerasan
Jarak

(m)
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
1,9
2
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
2,9
3

Lentur

Kaku

Tegangan
Ijin

Hasil Analisis

Tegangan

Tegangan

(kN/m2)

Perkerasan Perkerasan

(kN/m2)
-20,43
-22,95
-20,23
-19,71
-18,92
-20,61
-21,28
-22,55
-23,39
-23,21
-22,99
-22,61
-20,57
-21,22
-20,40
-20,23
-20,03
-21,03
-20,18
-21,85
-23,14
-23,21
-23,39
-22,55
-21,94
-21,04
-20,01
-20,46
-20,26
-23,62
-21,02

(kN/m2)
-21,99
-22,52
-22,40
-22,13
-22,37
-22,57
-22,32
-22,39
-22,84
-22,34
-22,16
-22,09
-22,34
-22,54
-22,78
-22,47
-22,63
-22,51
-22,39
-22,21
-22,24
-22,34
-22,84
-22,39
-22,26
-22,12
-22,32
-22,30
-22,25
-22,64
-22,13

1085,825

commit to user

Lentur

Kaku

Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman

Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman

perpustakaan.uns.ac.id

92
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.14 Diagram Tegangan Struktur Perkerasan Lentur dan Kaku pada
Tanah Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION

Berdasarkan Tabel 4.19 dan Gambar 4.14, maka hasil evaluasi tegangan antara
struktur perkerasan kaku dan perkerasan lentur disajikan pada Tabel 4.20 di
bawah ini :

Tabel 4.20 Hasil Evaluasi Analisis Tegangan Struktur Perkerasan Lentur dan
Kaku pada Tanah Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION
Hasil Evaluasi
Hasil Evaluasi
Struktur Perkerasan Lentur
Struktur Perkerasan Kaku
1. Tegangan maksimal yang terjadi pada 1. Tegangan maksimal yang terjadi pada
tanah dasar adalah 23,39 kN/m2.
tanah dasar adalah 22,84 kN/m2.
2. Pola distribusi tegangan relatif tidak 2. Pola distribusi tegangan relatif merata.
merata.
3. Tanah dasar kuat dan aman dalam
3. Tanah dasar kuat dan aman dalam
mendukung struktur perkerasan yang
mendukung struktur perkerasan yang
ada di atasnya.
ada di atasnya.

Berdasarkan hasil evaluasi pada Tabel 4.20 di atas, dapat disimpulkan bahwa
user perkerasan tersebut masih aman
tanah dasar yang berada di bawahcommit
kedua to
struktur

93
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dan kuat dalam mendukung struktur perkerasan yang berada di atasnya, sehingga
kedua jenis struktur perkerasan tersebut layak desain untuk diterapkan.

4.2.1.3 Evaluasi Gaya Dalam Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku


dengan PLAXIS 3D FOUNDATION
Gaya dalam pada struktur perkerasan merupakan besaran gaya aksial, gaya geser,
dan momen yang dihasilkan dari beban kerja yang bekerja di atas struktur
perkerasan. Gaya dalam yang terjadi pada struktur perkerasan memberikan
gambaran tentang besaran nilai-nilai gaya dalam yang terjadi pada tiap lapis
perkerasan yang dapat berpengaruh terhadap kekuatan dari struktur perkerasan itu
sendiri.

Gambaran besaran gaya dalam yang terjadi pada struktur perkerasan lentur dan
struktur perkerasan kaku yang dianalisis ditampilkan pada Gambar 4.15, sebagai
berikut :
Struktur Perkerasan Lentur

Struktur Perkerasan Kaku

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

94
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.15 Perbandingan Gaya Dalam Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku
dengan Program PLAXIS 3D FOUNDATION

Berdasarkan Gambar 4.15, maka hasil evaluasi perbandingan struktur perkerasan


lentur dan struktur perkerasan kaku disajikan pada Tabel 4.21, sebagai berikut :
commit to user

95
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.21 Hasil Evaluasi Analisis Gaya Dalam Struktur Perkerasan Lentur dan
Kaku
Hasil Evaluasi
Hasil Evaluasi
Struktur Perkerasan Lentur
Struktur Perkerasan Kaku
1. Gaya aksial, gaya geser, dan momen 1. Gaya aksial, gaya geser, dan momen
maksimal terjadi pada lapis struktur
maksimal terjadi pada lapis struktur
perkerasan paling bawah yaitu AC-Base.
perkerasan paling atas yaitu PBS.
2. Nilai gaya aksial, gaya geser, dan 2. Nilai gaya aksial, gaya geser, dan
momen maksimal yang terjadi pada
momen maksimal yang terjadi pada
lapisan beton, berturut-turut adalah
lapisan aspal, berturut-turut adalah 3,83

kN/m; 1,07 kN/m dan 0,12327


kNm/m .

3,66 kN/m; 7,94 kN/m dan 1,01


kNm/m.

3. Dari gambaran bidang gaya dalamnya 3. Dari gambaran bidang gaya dalamnya
diketahui bahwa struktur Perkerasan
diketahui bahwa lapisan struktural terjadi
Beton Semen berfungsi sebagai lapisan
pada lapisan AC-Base yang terletak di
struktural yang memikul beban yang
atas lapisan subgrade sehingga lapisan
bekerja di atasnya sehingga lapisan
subgrade perkerasan kurang dapat
subgrade perkerasan dapat dilindungi
dilindungi dengan baik.
dengan baik.

Berdasarkan hasil evaluasi pada Tabel 4.21, diketahui bahwa struktur perkerasan
kaku memiliki keunggulan yang lebih baik daripada struktur perkerasan lentur
dalam hal melindungi lapisan subgrade.

4.2.2 Evaluasi

Hasil

Analisis

Struktur

Perkerasan

dengan

Rumus

Westergaard

4.2.2.1 Evaluasi Tegangan Perkerasan Kaku dengan Rumus Westergaard


Tegangan-tegangan yang terjadi pada struktur perkerasan dapat diakibatkan oleh
beberapa hal, salah satunya akibat pembebanan oleh roda (lalu lintas), yang terdiri
dari pembebanan ujung, pembebanan pinggir, dan pembebanan tengah. Umumnya
untuk daerah kritis dipilih pembebanan pinggir. Adapun rumus untuk menghitung
tegangan yang diakibatkan oleh pembebanan pinggir diberikan seperti berikut.
Rumus Westergaard:

s e = 2,12 (1 + 0,54n )

P
(log10 L - 0,75 log10 a - 0,18)
h2

dimana:
e = Tegangan maksimum yang diakibatkan pembebanan pinggir (kg/cm2)
P = Beban roda (kg)
commit to user
h = Tebal pelat (cm)

96
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

L
a
E
k

= Jari-jari kekakuan relatif (cm)


= Jari-jari beban roda (cm)
= Modulus Young (kg/cm2)
= Modulus reaksi tanah dasar (kg/cm3)
= Angka poisson
L=4

Eh 2
[1 - n 2 ]k
12

Data perhitungan :
P

= 2640 kg

= 278.055,75 kg/cm2

= 28 cm

= 4,3433 kg/cm3

= 20 cm

= 0,20

278.055,75 x 28 2
L=
x[1 - 0,20 2 ]x 4,3433 = 93,291 cm
12
2640
s e = 2,12 x(1 + 0,54 x0,2) x 2 (log10 93,291 - 0,75 log 10 20 - 0,18)
28
2
s e = 6,439 kg / cm = 643,9 kN / m 2
4

Jadi, tegangan maksimum yang disebabkan pembebanan pinggir pada perkerasan


kaku sesuai rumus Westergaard adalah sebesar 643,9 kN/m2.

Berdasarkan Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa nilai tegangan maksimal pada
perkerasan kaku dengan PLAXIS 3D FOUNDATION adalah sebesar 139,58
kN/m2, sedangkan nilai tegangan maksimal pada perkerasan kaku dengan rumus
Westergaard adalah sebesar 643,9 kN/m2. Nilai tegangan maksimal pada
perkerasan kaku dengan PLAXIS 3D FOUNDATION jauh lebih kecil daripada
nilai tegangan dengan rumus Westergaard. Hal ini mungkin disebabkan
perhitungan dengan rumus Westergard tidak melibatkan parameter berat jenis (),
kohesi (c), dsb sehingga nilai tegangannya lebih besar atau pemodelan yang
dilakukan dengan program PLAXIS 3D FOUNDATION masih belum tepat atau
memang output tegangan dari PLAXIS 3D FOUNDATION memberikan taksiran
tegangan yang kecil (under estimate) pada struktur perkerasan kaku.

commit to user

97
Tabel. 4.22 Perbandingan Hasil Evalusi Analisis Struktur Perkerasan Lentur dengan Struktur Perkerasan Kaku
No
1

Kriteria
Perkerasan Lentur
Lendutan
1. Lendutan maksimal yang terjadi 1.
(PLAXIS
3D
pada tanah dasar adalah 3,67 x 10-5
FOUNDATION)
m.
2. Pola distribusi lendutan relatif tidak 2.
merata/tidak seragam.
3. Lendutan yang terjadi masih dalam 3.
batas yang diijinkan dan aman.

Perkerasan Kaku
Lendutan maksimal yang terjadi
pada tanah dasar adalah 5,91 x 10-6
m.
Pola distribusi lendutan relatif
merata/seragam.
Lendutan yang terjadi masih dalam
batas yang diijinkan dan aman.

Tegangan
1. Tegangan maksimal yang terjadi 1.
(PLAXIS
3D
pada tanah dasar adalah
23,39
2
FOUNDATION)
kN/m .
2. Pola distribusi tegangan relatif tidak 2.
merata.
3. Tanah dasar kuat dan aman dalam 3.
mendukung struktur perkerasan yang
ada di atasnya.

Tegangan maksimal yang terjadi


pada tanah dasar adalah 22,84
kN/m2.
Pola distribusi tegangan relatif
merata.
Tanah dasar kuat dan aman dalam
mendukung struktur perkerasan
yang ada di atasnya.

Pembahasan
Lendutan yang terjadi pada tanah
dasar di bawah kedua struktur
perkerasan belum melampaui batas
yang diijinkan, sehingga aman. Nilai
lendutan yang terjadi di bawah
strukur perkerasan kaku lebih kecil
daripada struktur perkerasan lentur.
Hal ini menunjukkan bahwa
stabilitas struktur perkerasan kaku
lebih baik dibandingkan dengan
struktur perkerasan lentur mengingat
pola distribusi lendutan yang terjadi
relatif merata dan seragam. Dengan
demikian struktur perkerasan kaku
lebih cocok dilaksanakan.
Tegangan yang terjadi pada tanah
dasar di bawah kedua struktur
perkerasan tidak melampaui daya
dukung tanah, sehingga kuat dan
aman. Nilai tegangan yang terjadi di
bawah strukur perkerasan kaku lebih
kecil daripada struktur perkerasan
lentur. Hal ini menunjukkan bahwa
stabilitas struktur perkerasan kaku
lebih baik dibandingkan dengan
struktur perkerasan lentur mengingat
pola distribusi tegangan yang terjadi
relatif merata dan seragam. Dengan
demikian struktur perkerasan kaku
lebih cocok dilaksanakan.

97

98
Tabel. 4.22 Perbandingan Hasil Evalusi Analisis Struktur Perkerasan Lentur dengan Struktur Perkerasan Kaku (lanjutan)
No
3

Kriteria
Perkerasan Lentur
Gaya Dalam
1. Gaya aksial, gaya geser, dan momen
(PLAXIS
3D
maksimal terjadi pada lapis struktur
FOUNDATION)
perkerasan paling bawah yaitu ACBase.
2. Nilai gaya aksial, gaya geser, dan
momen maksimal yang terjadi pada
lapisan aspal beton, berturut-turut
adalah 3,83 kN/m; 1,07 kN/m dan
0,12327 kNm/m.
3. Dari
gambaran
bidang
gaya
dalamnya diketahui bahwa lapisan
struktural terjadi pada lapisan ACBase yang terletak di atas lapisan
subgrade sehingga lapisan subgrade
perkerasan kurang dapat dilindungi
dengan baik.

1.

2.

Perkerasan Kaku
Gaya aksial, gaya geser, dan
momen maksimal terjadi pada lapis
struktur perkerasan paling atas
yaitu PBS.
Nilai gaya aksial, gaya geser, dan
momen maksimal yang terjadi pada
lapisan beton, berturut-turut adalah

3,66 kN/m; 7,94 kN/m dan 1,01


kNm/m.
3.

Dari gambaran bidang gaya


dalamnya diketahui bahwa struktur
Perkerasan Beton Semen berfungsi
sebagai lapisan struktural yang
memikul beban yang bekerja di
atasnya sehingga lapisan subgrade
perkerasan dapat dilindungi dengan
baik.

Pembahasan
Meskipun gaya dalam yang terjadi
di bawah struktur perkerasan kaku
nilainya lebih besar daripada
struktur perkerasan lentur. Namun,
struktur perkerasan kaku memiliki
keunggulan yang lebih baik dalam
hal melindungi lapisan subgrade
karena gaya dalam maksimal terjadi
pada lapis struktur perkerasan paling
atas, sehingga lapisan subgrade
dapat dilindungi dengan baik,
sedangkan pada perkerasan lentur
gaya dalam maksimal terjadi pada
lapis struktur perkerasan paling
bawah, sehingga lapisan subgrade
kurang dapat dilindungi dengan
baik.

98

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan dan setelah dilakukan analisis dan pembahasan,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.

Berdasarkan hasil perhitungan struktur perkerasan jalan yang dilakukan


dengan PLAXIS 3D FOUNDATION diperoleh besarnya nilai lendutan dan
tegangan maksimal yang terjadi pada lapis tanah dasar struktur perkerasan
lentur adalah sebesar 3,67 x 10-5 m dan 23,39 kN/m2, sedangkan besarnya nilai
gaya aksial, gaya geser, dan momen maksimal yang terjadi pada lapis
permukaan struktur perkerasan lentur, berturut-turut adalah sebesar 3,83
kN/m; 1,07 kN/m dan 0,12327 kNm/m. Adapun besarnya nilai lendutan dan
tegangan maksimal yang terjadi pada lapis tanah dasar struktur perkerasan
kaku adalah sebesar 5,91 x 10-6 m dan 22,84 kN/m2, sedangkan besarnya nilai
gaya aksial, gaya geser, dan momen maksimal yang terjadi pada lapis
permukaan struktur perkerasan kaku, berturut-turut adalah sebesar 3,66
kN/m; 7,94 kN/m dan 1,01 kNm/m.

2.

Berdasarkan evaluasi terhadap hasil perhitungan dengan PLAXIS 3D


FOUNDATION diketahui bahwa struktur perkerasan lentur dan struktur
perkerasan kaku tersebut dianggap aman/layak karena mampu menahan
tegangan dan lendutan maksimal yang terjadi di atas kedua struktur
perkerasan tersebut, tidak melampaui batas tegangan dan lendutan ijinnya
(tegangan maksimal 23,39 kN/m2 < 1085,825 kN/m2 dan lendutan maksimal
3,67 x 10-5 m < 0,025 m).

5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
commit to user

99

100
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1.

Peninjauan variasi nilai ks pada saat kondisi tanah dasar menyusut dalam
analisis dengan program PLAXIS 3D FOUNDATION untuk mengetahui
perilaku struktur perkerasannya.

2.

Penggunaan parameter pada input program PLAXIS 3D FOUNDATION,


hendaknya dilakukan secara lebih mendetail dan adaptif supaya output yang
dihasilkan tidak terlalu berbeda jauh dengan hasil uji pemodelan dan hasil
analitis rumus.

3.

Penelitian dapat dikembangkan atau dibandingkan dengan menggunakan


software-software lain yang mendukung, seperti SAP, ETABS, ABAQUS,
BISAR dan sebagainya.

4.

Penelitian hendaknya dikembangkan dengan menggunakan model material


lain, seperti Hardening Soil sehingga diperoleh hasil yang lebih teliti.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai