id
digilib.uns.ac.id
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil
Disusun Oleh:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar
(QS. Al-Baqarah:153)
...Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum hingga mereka merubah keadaan
yang ada pada mereka sendiri...
(QS. Ar-Rad:11)
Ibrahim berkata: Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orangorang yang sesat
(QS. Al-Hijr:56)
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan
(QS. Al-Insyirah:5-6)
PERSEMBAHAN
Dengan izin Allah swt,
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta serta Adikku tersayang
2. Semua yang mencintaiku karena-Nya
commit to user 3. Semua yang kucintai karena-Nya
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Mega Teguh Budi Raharjo, 2012, Analisis Struktur Jalan Raya Dengan
Menggunakan Software Plaxis 3D Foundation Ditinjau Pada Perkerasan
Lentur Dan Kaku, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Terjadinya kerusakan pada struktur jalan raya tidak dapat dihindari mengingat
seringnya terkena beban yang melintas di atasnya secara terus-menerus. Selain
beban yang melintas, kerusakan jalan juga diakibatkan oleh air hujan, panas
matahari, lemahnya bahan/kekuatan perkerasan, serta daya dukung tanah dasar
yang kurang memadai, sehingga jalan raya tidak mampu mengeliminasi tegangan
vertikal dan horizontal yang terjadi pada lapis pondasi sampai ke tanah dasar yang
mengakibatkan tegangan yang terjadi menimbulkan deformasi yang berlebih.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi stabilitas struktur jalan raya ditinjau
pada perkerasan lentur dan kaku berupa lendutan, tegangan, dan gaya dalam yang
dibandingkan dengan lendutan dan tegangan yang diijinkan.
Metode penelitian dilakukan dengan menganalisis 2 (dua) tipe struktur perkerasan
jalan, yaitu struktur perkerasan lentur dan kaku. Perkerasan lentur terdiri dari
lapisan AC-WC 4 cm, lapisan AC-BC 6 cm, lapisan AC-Base 8 cm, dan lapisan
pondasi 30 cm. Perkerasan kaku terdiri dari lapisan beton semen bertulang 28 cm,
lapisan beton kurus 10 cm, dan lapisan pondasi 10 cm. Analisis dilakukan dengan
program berbasis metode elemen hingga, yaitu Plaxis 3D Foundation. Dalam
proses analisis dengan Plaxis 3D Foundation, tanah dasar diasumsikan berupa
lempung setebal 50 cm, lapisan aspal beton dan lapisan beton semen dimodelkan
dengan properti material floor serta menggunakan model material Mohr Coloumb.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2 (dua) tipe struktur perkerasan jalan
tersebut tidak melebihi lendutan dan kapasitas daya dukung tanah dasarnya.
Kata kunci: perkerasan lentur, perkerasan kaku, plaxis 3d foundation.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Mega Teguh Budi Raharjo, 2012, Analysis of Highway Structures Using Plaxis
3D Foundation Software Case Study on Flexible and Rigid Pavement, Thesis,
Department of Civil Engineering Faculty of Engineering University of Eleven
March, Surakarta.
The occurrence of damage to highway structures can not be avoided given the
often exposed to loads that pass over it constantly. In addition to passing loads,
road damage is also caused by rain water, solar heat, lack of materials/pavement
strength, and the subgrade bearing capacity inadequate, so it is not able to
eliminate the vertical and horizontal stress which occurs in base course to
subgrade resulting in stress that occurs causing excessive deformation. This study
aims to evaluate the stability of highway structures seen on flexible and rigid
pavement in the form of deflections, stresses, and forces in which compared with
the allowable deflection and the allowable stress.
Method of analyzing the research carried out by analyzing the 2 (two) types of
pavement structure that is the flexible and rigid pavement. Flexible pavement
consists of layers of AC-WC 4 cm, a layer of AC-BC 6 cm, a layer of AC-Base 8
cm, and a layer of base course 30 cm. Rigid pavement structures consists of
reinforced cement concrete layer 28 cm, 10 cm layer of the WLC, and 10 cm layer
of base course. Analyses were performed with the program based finite element
method that is Plaxis 3D Foundation. In the process of analysis with Plaxis 3D
Foundation, the subgrade is assumed to be 50 cm thick clay, a layer of asphalt
concrete and cement concrete layer is modeled with material properties of floor
and by using a Mohr-Coloumb model.
The results showed that 2 (two) types of pavement structure does not exceed the
deflection and the carrying capacity of the soil base.
Key words: flexible pavement, rigid pavement, plaxis 3d foundation.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama pengerjaan skripsi,
penulis telah mendapatkan banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, perkenankan penulis untuk mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1.
2.
3.
Ir. Ary Setiawan, MSc(Eng), PhD dan Bambang Setiawan, ST, MT selaku
Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktunya untuk
membimbing dan mengarahkan.
4.
Ir. Susilowati, MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik atas segala saran
dan dorongan selama menempuh studi.
5.
Bapak dan ibu atas segala curahan kasih sayang, dorongan semangat dan
iringan doa di setiap langkah dan waktu.
6.
7.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dalam memberikan sumbangan pengetahuan bagi para pembaca.
Penyusun
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
ii
iii
iv
ABSTRAK .........................................................................................................
ABSTRACT .......................................................................................................
vi
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN .............................................................................
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tegangan
Perkerasan Kaku
Perkerasan
Lentur
dan
Kaku
dengan
PLAXIS
3D
FOUNDATION...................................................... 93
4.2.2 Evaluasi Hasil Analisis Struktur Perkerasan dengan
Rumus Westergaard ........................................................... 95
4.2.2.1 Evaluasi Tegangan Perkerasan Kaku dengan
Rumus Westergard ................................................. 95
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6
Gambar 3.7
Boreholes ..................................................................................... 43
Gambar 3.8
Gambar 3.9
Gambar 4.2
2011) ............................................................................................ 50
commit to user
Ekivalensi Luas Bidang Kontak Lingkaran................................. 51
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan dalam Muatan Sumbu Terberat
(MST) .............................................................................................. 20
Tabel 2.2 Jangkauan Nilai Banding Poissons Ratio ....................................... 21
Tabel 4.1 Jangkauan Nilai Banding Poissons Ratio ....................................... 53
Tabel 4.2 Data
Umum
Analisis
Struktur
Program
PLAXIS
3D
FOUNDATION................................................................................ 55
Tabel 4.3 Persyaratan Agregat untuk Campuran Laston (AC) ........................ 56
Tabel 4.4 Nilai Tipikal Angka Poisson untuk Material Jalan .......................... 60
Tabel 4.5 Properti Material untuk Lapisan AC-WC, AC-BC, dan AC-Base
(Floor) .............................................................................................. 63
Tabel 4.6 Properti Material untuk Lapisan AC-WC, AC-BC, AC-Base, Base
Course, dan Subgrade (Soil&Interfaces) ......................................... 63
Tabel 4.7 Nilai Perpindahan pada Lapisan Perkerasan Lentur dengan
PLAXIS 3D FOUNDATION ........................................................... 66
Tabel 4.8 Nilai Perpindahan Vertikal (Lendutan) pada Lapisan Perkerasan
Lentur dengan PLAXIS 3D FOUNDATION .................................. 67
Tabel 4.9 Nilai Tegangan pada Lapisan Perkerasan Lentur dengan PLAXIS
3D FOUNDATION .......................................................................... 69
Tabel 4.10 Nilai Tegangan Total Rata-Rata pada Lapisan Perkerasan Lentur
dengan PLAXIS 3D FOUNDATION .............................................. 70
Tabel 4.11 Properti Material untuk Lapisan Perkerasan Beton Semen dan
Lapisan Beton Kurus (Floor) .......................................................... 77
Tabel 4.12 Properti Material untuk Lapisan Beton Semen, Beton Kurus, Base
Course, dan Subgrade (Soil&Interfaces) ......................................... 77
Tabel 4.13 Nilai Perpindahan pada Lapisan Perkerasan Kaku dengan
PLAXIS 3D FOUNDATION ........................................................... 80
Tabel 4.14 Nilai Perpindahan Vertikal (Lendutan) pada Lapisan Perkerasan
Kaku dengan PLAXIS 3D FOUNDATION .................................... 81
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.15 Nilai Tegangan pada Lapisan Perkerasan Kaku dengan PLAXIS
3D FOUNDATION .......................................................................... 83
Tabel 4.16 Nilai Tegangan Total Rata-Rata pada Lapisan Perkerasan Kaku
dengan PLAXIS 3D FOUNDATION .............................................. 84
Tabel 4.17 Evaluasi Lendutan Struktur Perkerasan Lentur dan Kaku pada
Tanah Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION ......................... 88
Tabel 4.18 Hasil Evaluasi Analisis Lendutan Struktur Perkerasan Lentur dan
Kaku pada Tanah Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION....... 89
Tabel 4.19 Evaluasi Tegangan Struktur Perkerasan Lentur dan Kaku pada
Tanah Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION ......................... 91
Tabel 4.20 Hasil Evaluasi Analisis Tegangan Struktur Perkerasan Lentur dan
Kaku pada Tanah Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION....... 92
Tabel 4.21 Hasil Evaluasi Analisis Gaya Dalam Struktur Perkerasan Lentur
dan Kaku pada Tanah Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION 95
Tabel 4.22 Perbandingan Hasil Evaluasi Analisis Struktur Perkerasan Lentur
dengan Struktur Perkerasan Kaku .................................................... 97
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
Lampiran B
Data
Output
Perkerasan
Lentur
dengan
PLAXIS
3D
FOUNDATION
Lampiran C
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR NOTASI
AC
: Asphalt Concrete
AC-WC
AC-BC
AC-Base
: Kohesi
cref
: Kohesi Konstan
CBR
DDT
: Modulus Young
: Angka Pori
EA
: Kekakuan Normal
Ec
EI
: Kekakuan Lentur
Es
ESAL
fc
fs
FEM
: Modulus Geser
Gb
Gmm
Gs
: Specific Grafity
Gse
K0
ks
kx, ky, kz
LHR
LL
MEH
MR
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MST
: Angka Pori
Pb
PI
PL
Pmm
Ps
Pu
: Beban Ultimit
P1,P2,Pn
qu
Rinter
: Kekuatan Antarmuka
Sb
: Kekakuan Aspal
Smix
u(r,z)
VMA
WLC
sat
unsat
: Lendutan
inter
: Rasio Poisson
: Sudut Dilatansi
[N]
: Matriks Interpolasi
{}
{}
commit to user
: Matriks Regangan
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
{}
: Matriks Tegangan
{C}
{r}
: Radius
{B}
{d}
: Matriks Perpindahan
{f}
{K}
: Matriks Kekakuan
{T}
: Matriks Transformasi
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Struktur perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai, antara lain:
batu pecah, batu belah, batu kali, hasil samping peleburan baja, dan lain-lain.
Sedangkan bahan ikat yang dipakai dapat berupa aspal atau semen. Berdasarkan
bahan ikat tersebut, struktur perkerasan jalan dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis, yakni perkerasan lentur dan perkerasan kaku.
2
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk mengevaluasi kerusakan yang terjadi pada struktur jalan tersebut, maka
disusunlah skripsi ini sebagai kajian terhadap struktur perkerasan jalan. Kajian
terhadap struktur perkerasan jalan sangat diperlukan untuk mengetahui perilaku
struktur perkerasan jalan itu sendiri, yang dapat dilihat dari nilai besaran
perpindahan/lendutan, tegangan, dan gaya-gaya dalam yang terjadi. Dari
parameter perilaku struktur perkerasan jalan ini nanti dapat diketahui stabilitas
struktur perkerasan jalan tersebut, yang berarti lendutan dan tegangan yang terjadi
lebih kecil dari pada lendutan dan tegangan yang diijinkan.
Untuk dapat menganalisis tentang kekuatan struktur perkerasan jalan, dewasa ini
sudah tersedia beberapa program bantu untuk memudahkan perhitungannya.
Skripsi ini mencoba menganalisis kekuatan struktur perkerasan jalan, dalam hal
ini untuk perkerasan lentur dan kaku, dengan menggunakan program bantu
PLAXIS 3D FOUNDATION.
Sebagai input program, dicoba membuat data buatan dengan spesifikasi untuk
perkerasan lentur terdiri dari lapisan Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC)
tebal 4 cm, lapisan Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC) tebal 6 cm, dan
lapisan Asphalt Concrete Base (AC-Base) tebal 8 cm. Sedangkan untuk
perkerasan kaku menggunakan lapisan perkerasan beton semen bertulang tebal 28
cm dan lapisan beton kurus tebal 10 cm. Analisis struktur perkerasan lentur dan
perkerasan kaku dilakukan terhadap parameter perpindahan/lendutan, tegangan,
dan
gaya-gaya
dalam.
Analisis
tersebut
selanjutnya
digunakan
untuk
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perkerasan
jalan
raya
dengan
menggunakan
program
PLAXIS
3D
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk melakukan analisis struktur
perkerasan jalan dalam rangka mengevaluasi kerusakan pada struktur jalan adalah
dengan metode elemen hingga, menggunakan bantuan program komputer. Metode
elemen hingga (MEH) adalah teknik analisis numerik untuk mendapatkan solusi
pendekatan dari berbagai persoalan-persoalan teknik. Teknologi dari komputer
didukung dengan perkembangan software elemen hingga dapat menghasilkan
kemampuan yang besar dalam mensimulasikan proses desain teknik (Huebner,
1995).
Perkembangan
metode
elemen
perpustakaan.uns.ac.id
5
digilib.uns.ac.id
Uji kapasitas dukung tanah lunak di bawah struktur rel kereta api dengan
perkuatan geosintetik berdasar uji model fisik di laboratorium yang akan
dibandingkan hasilnya dengan aplikasi software PLAXIS Versi 8.2 dan rumus
Terzaghi. Dari penelitian ini menghasilkan persentase kemiripan hasil kapasitas
dukung antara metode uji pemodelan dibandingkan dengan metode elemen hingga
(PLAXIS Versi 8.2), yaitu mempunyai nilai rata-rata sebesar 89,228 % dan antara
metode uji pemodelan dibandingkan dengan metode analitis Terzhagi mempunyai
nilai rata-rata sebesar 72,201 % (Nugroho, 2011).
Penelitian tentang konstruksi jalan pada tanah lunak di Indonesia (studi pada
interaksi antara tanah dan perkerasan) dengan metode elemen hingga
menggunakan program PLAXIS 8.2, dimana dalam pendekatan PLAXIS, lapisan
aspal dimodelkan dengan elemen volumetrik sehingga sebuah model tersusun
dapat diberikan padanya dan model material Mohr-Coloumb digunakan untuk
lapisan aspal dan material granular tak terikat. Dari penelitian tersebut dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik dari mekanisme interaksi antara
perkerasan dan tanah (Taufik, dkk., 2005).
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sesuatu yang baru, tinjauan penting bagi penelitian. Tujuan studi ini adalah
membandingkan analisis tegangan yang dilakukan dengan model 2D aksisimetris,
2D plane strain dan 3D menggunakan program bantu PLAXIS. Dari analisis
tegangan tersebut menunjukkan bahwa model 2D aksisimetris memberikan
distribusi tegangan yang cukup masuk akal pada bagian bawah dari struktur
perkerasan, tetapi pada bagian atas dari struktur perkerasan terjadi taksiran respon
tegangan yang terlalu tinggi khususnya untuk beban roda ganda. Model 2D plane
strain dapat digunakan untuk skala geometri perkerasan yang berbeda, tetapi tidak
disarankan digunakan pada perhitungan deformasi karena memberikan taksiran
tegangan yang besar pada bagian bawah dari perkerasan. Respon tegangan 3D
tidak dapat diterapkan pada perkembangan metode perhitungan karena metode
perhitungan tegangan deviator maksimum tidak valid pada kondisi 3D
sesungguhnya. Analisis tegangan ini juga membuktikan bahwa model material
non-linear elasto-plastik membutuhkan sebagian parameter material C (KorkialaTanttu, 2008).
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan
untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai, antara lain: batu pecah,
batu belah, batu kali, hasil samping peleburan baja, dll. Bahan ikat yang dipakai,
yaitu: aspal, semen, tanah liat, dsb. Berdasarkan bahan ikat, struktur perkerasan
jalan dibagi atas dua kategori:
1. Struktur perkerasan lentur (flexible pavement)
2. Struktur perkerasan kaku (rigid pavement)
2.2.1.1
Struktur perkerasan lentur, umumnya terdiri atas: tanah dasar (subgrade), lapis
pondasi bawah (subbase course), lapis pondasi (base course), dan lapis
commit to user
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A. Tanah Dasar
Tanah dasar atau subgrade adalah lapisan tanah setebal 50 cm 100 cm yang
merupakan permukaan terbawah suatu konstruksi perkerasan jalan raya atau
landasan pacu pesawat terbang. Tanah dasar harus mempunyai kapasitas dukung
yang baik serta mampu mempertahankan perubahan volume selama masa
pelayanan walaupun terdapat perbedaan kondisi lingkungan. Tanah dasar dapat
berupa tanah asli yang dapat dipadatkan jika tanah aslinya baik, tanah yang
didatangkan dari tempat lain kemudian dipadatkan, atau tanah yang distabilisasi
dengan bahan tambah (addictive).
Fungsi tanah dasar adalah menerima tekanan akibat beban lalu lintas yang ada di
atasnya sehingga tanah dasar harus mempunyai kapasitas dukung yang optimal,
sehingga mampu menerima gaya akibat beban lalu lintas tanpa mengalami
perubahan dan kerusakan yang berarti.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung pada sifatsifat dan daya dukung tanah dasar. Diperkenalkan modulus resilien (MR) sebagai
parameter tanah dasar yang digunakan dalam perencanaan. Modulus resilien tanah
dasar juga dapat diperkirakan dari nilai California Bearing Ratio (CBR) standar
commit to user
dan hasil atau nilai tes soil indeks. California Bearing Ratio adalah nilai yang
perpustakaan.uns.ac.id
8
digilib.uns.ac.id
menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan standar berupa batu
pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar 100% dalam memikul beban lalu
lintas. Korelasi Modulus Resilien dengan nilai CBR berikut ini dapat digunakan
untuk tanah berbutir halus (fine-grained soil) dengan nilai CBR terendam 10 atau
lebih kecil.
MR (psi) = 1500 x CBR
(2.1)
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Lapis Pondasi
Lapis pondasi adalah bagian dari struktur perkerasan lentur yang terletak langsung
di bawah lapis permukaan. Lapis pondasi dibangun di atas lapis pondasi bawah,
atau jika tidak menggunakan lapis pondasi bawah, langsung di atas tanah dasar.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan
sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan
sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik. Bermacam-macam bahan
alam/setempat (CBR > 50%, PI < 4%) dapat digunakan sebagai bahan lapis
pondasi, antara lain : batu pecah, kerikil pecah yang distabilisasi dengan semen,
aspal, pozzolan, atau kapur.
commit to user
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Lapis Permukaan
Lapis permukaan struktur pekerasan lentur terdiri atas campuran mineral agregat
dan bahan pengikat yang ditempatkan sebagai lapisan paling atas dan biasanya
terletak di atas lapis pondasi.
Bahan untuk lapis permukaan umumnya sama dengan bahan untuk lapis pondasi
dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar
lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan
bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap
beban roda. Pemilihan bahan untuk lapis permukaan perlu mempertimbangkan
kegunaan, umur rencana, serta pentahapan konstruksi agar dicapai manfaat
sebesar-besarnya dari biaya yang dikeluarkan.
2.2.1.2
Perkerasan kaku/beton semen adalah struktur yang terdiri atas pelat beton semen
yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus
dengan tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa atau
dengan lapis permukaan beraspal. Struktur perkerasan beton semen secara tipikal
sebagaimana terlihat pada Gambar 2.2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11
digilib.uns.ac.id
Pada perkerasan beton semen, daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari
pelat beton. Sifat, daya dukung, dan keseragaman tanah dasar sangat
mempengaruhi keawetan dan kekuatan perkerasan beton semen. Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan adalah kadar air pemadatan, kepadatan, dan perubahan
kadar air selama masa pelayanan.
Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton semen adalah bukan merupakan
bagian utama yang memikul beban, tetapi merupakan bagian yang berfungsi
sebagai berikut :
- Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar.
- Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan, dan tepi-tepi pelat.
- Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat.
- Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan.
Pelat beton semen mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat menyebarkan
beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada
lapisan-lapisan di bawahnya. Bila diperlukan tingkat kenyaman yang tinggi,
permukaan perkerasan beton semen dapat dilapisi dengan lapis campuran beraspal
setebal 5 cm.
Untuk melakukan analisis struktur perkerasan jalan yang ditinjau akan dilakukan
commit to user
dengan menggunakan program bantu (package software) PLAXIS 3D
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara garis besar prosedur Metode Elemen Hingga (MEH) dapat dibagi dalam 5
langkah dasar (Suhendro, 2000) :
a.
element
nodal line
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
m ( rm , z m )
i (ri , z i )
u ( r , z ) = a1 + a2 r + a3 z
w( r , z ) = a4 + a5 r + a6 z
(2.2)
(2.3)
ui
d i wi
{d } = d j = u j
d w j
m u
m
wm
Perpindahan u pada nodal i berdasarkan persamaan (2.4) adalah :
(2.4)
(2.5)
u ( ri , zi ) = ui = a1 + a2 ri + a3 zi
Fungsi perpindahan global persamaan (2.5), disusun dalam bentuk matriks:
a1
a
2
u a1 + a2 r + a3 z 1 r z 0 0 0 a3
{y } = =
=
w a4 + a5 r + a6 z 0 0 0 1 r z a4
a5
a6
Persamaan (2.6) berdasarkan metode matriks, diubah menjadi :
a1 1 ri
a2 = 1 r j
a 1 r
m
3
zi
zj
z m
-1
ui
u j
u
m
dan
commit to user
(2.6)
(2.7)
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a4 1 ri
a5 = 1 rj
a 1 r
m
6
-1
zi
zj
z m
wi
wj
w
m
(2.8)
dan
aj
bj
gj
a m ui
b j u j
g m u m
(2.9)
a i
a 4
1
a 5 =
b i
a 2 A g
6
i
dengan :
aj
bj
gj
a m wi
b m w j
g m wm
(2.10)
a i = r j z m - rj z m
bi = z j - zm
a j = rm zi - rm zi
a m = ri z j - ri z j
b j = z m - zi
b m = zi - z j
g j = ri - rm
g i = rm - r j
g m = r j - ri
Hasil dari hasil invers di atas, dapat didefinisikan sebagai fungsi interpolasi:
1
(a i + b i r + g i z )
2A
1
(2.11)
Nj =
(a j + b j r + g j z )
2A
1
Nm =
(a m + b m r + g m z )
2A
Penggunaan matriks interpolasi pada persamaan (2.11) dapat diturunkan
Ni =
u (r , z ) N i
=
w(r , z ) 0
{y } =
Nj
Nm
Ni
Nj
ui
w
i
0 u
j
N m w j
um
wm
(2.12)
atau
{y } = [N ]{d }
(2.13)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
c.
15
digilib.uns.ac.id
a. Plane Strain
b. Axisymmetry
Gambar 2.5 Bentuk Idealisasi Formulasi Elemen: (a) Plane Strain
(b) Axisymmetry (Brinkgreve, dkk., 2006)
Persamaan untuk elemen plane strain, vektor regangan elemen segitiga :
e x x
v
{e } = e y =
g y
xy u v
y + x
vektor tegangan :
1 -n n 0
E
n 1 - n 0 {e }
{s } = [C ]{e } =
(1 + n )(1 - 2n )
0 0 1 - 2n
2
Menggunakan persamaan :
u
r
a2
r u
e
a6
{} = q = rw = a1
a3 z
e z
r + a2 + r
g rz z a + a
3
5
u + w
z r
(2.14)
(2.15)
(2.16)
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
r 0
e 0
{} = q = 1
e z r
g rz 0
1
0
0
0
z
1
r
0 1
0 0
0 0
0 0
0 1
a1
0 a 2
1 a3
0 a 4
0 a5
a6
(2.17)
bi
0
bj
0
1
{e } = ai
gz
2 A + bi + i
0
r
r
gi
bi
0
gi
aj
r
+ bj +
gj
g jz
r
0
gj
0
bj
ui
0 w
i
g m u
j
am
g mz
w (2.18)
+ bm +
0 j
r
r
gm
bm um
wm
bm
0
{e } = [Bi
Bj
ui
w
i
u
Bm j
w j
u m
w m
(2.19)
dengan,
ui
w
i
u j
(2.20)
wj
um
wm
Persamaan (2.19) ini ditulis dalam bentuk matriks yang paling sederhana :
bi
0
1
[Bi ] = ai
g z
2A
+ bi + i
r
r
gi
0
g i
0
b i
{e } = [B ]{d }
(2.21)
(2.22)
dengan,
commit to user
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
n
n
1 - n
n
1 -n
n
E
[C ] =
n
1 -n
(1 + n )(1 - 2n ) n
0
0
0
0
0
0
1 - 2n
2
(2.23)
p p = p p (u i , vi , u j ,..., v m )
(2.24)
T
1
{
}
{s }V
e
2
V
(2.25)
(2.26)
atau
T
1
{e } [C ]{e }V
2 V
Energi potensial dari internal benda :
U=
W b = - {y } {X }V
T
(2.27)
(2.28)
(2.29)
(2.30)
pp =
T
1
{e } [C ]{e }V - {y }T {X }V - {d }T {P} - {y }T {T }S
2 V
V
s
pp =
T
1
{d } [B]T [C ][B]{d }V - {d }T {N }T {X }V - {d }T {P} - {d }T {N }T {T }S
2 V
V
s
pp =
1 T
{d } [B]T [C ][B]V {d } - {d }T {N }T {X }V - {d }T {P} - {d }T {N }T {T }S
2
V
V
s
commit to user
(2.31)
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Karena
{ f } = {N }T {X }V - {P} - {N }T {T }S
V
(2.32)
1 T
{d } [B]T [C ][B]V {d } - {d }T { f }
(2.33)
2
V
Menggunakan metode energi minimum potensial, maka persamaan (2.33)
pp =
menjadi:
p p
T
= [B ] [C ][B ]V {d } - { f } = 0
{d } V
[B ] [C ][B ] V {d } = { f }
T
(2.34)
(2.35)
dengan
{ f } = [K ]{d },
maka
[K ] = [B ]T [C ][B ]V
(2.36)
[K ] = 2p [B ] [C ][B ]rrz
T
(2.37)
(2.38)
(2.39)
d.
commit to user
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f jy
y
y
f jx
fmx
fix
fiy
fmy
x
Gambar 2.6 Elemen Segitiga dengan Koordinat Lokal dan Global
(Suhendro, 2000)
Persamaan lokal yang sudah didapat, kemudian dikalikan dengan matriks
transformasi global untuk mendapatkan persamaan global. Dari persamaan
global baru dapat kita hitung deformasi global tiap nodal dalam elemen.
Salah satu cara untuk menggabungkan seluruh kekakuan elemen-elemen
kita dapat memprogramkan kedalam komputer menggunakan metode
kekakuan langsung.
T
d = T d
f = T f
k = T kT
d dan d adalah deformasi nodal elemen lokal dan global, T adalah matriks
transformasi, f dan f adalah gaya nodal lokal dan global, sedangkan
k dan k adalah matriks kekakuan elemen lokal dan global.
Cosq
- Sinq
0
T =
0
0
0
e.
Sinq
Cosq
0
0
Cosq
0
Sinq
0
0
- Sinq
Cosq
0
0
0
0
0
0
Cosq
- Sinq
0
0
0
0
Sinq
Cosq
(2.40)
menjadi d = k f
commit to user
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.2.2.1
Pemodelan Pembebanan
Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan dalam Muatan Sumbu Terberat (MST)
Muatan Sumbu Terberat
Fungsi
Kelas
Arteri
>10
II
10
IIIA
IIIA,IIIB
Kolektor
MST (ton)
2.2.2.2
Beberapa parameter karakteristik tanah dasar yang sangat penting dipakai dalam
analisis struktur perkerasan jalan, antara lain :
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jenis Tanah
Lempung Jenuh
Lempung Tak Jenuh
Lempung Berpasir
Lanau
Pasir (padat) Pasir berkerikil
Biasa dipakai
Batuan
Tanah Lus
Es
Beton
Sumber : Bowles, J.E., 1998.
0,40-0,50
0,10-0,30
0,2-0,30
0,30-0,35
0,10-1,00
0,30-0,40
0,10-0,40
0,10-0,30
0,36
0,15
ks
40
(2.41)
dimana :
ks : Modulus Reaksi Tanah Dasar (kN/m3)
qu : Daya dukung ultimit (kN/m2)
d=
qu
ks
(2.42)
dimana :
= lendutan yang diijinkan (m)
qu = daya dukung tanah ultimit (kN/m2)
ks = Modulus reaksi tanah dasar (kN/m3)
2.2.2.3
Salah satu hal yang sangat penting dalam permodelan menggunakan elemen
hingga adalah menentukan model material. Model material adalah sekumpulan
persamaan matematika yang menjelaskan hubungan antara tegangan-regangan.
Suatu material harus dimodelkan secara mekanis menggunakan persamaan
commit to user
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
konstitutif. Penentuan model suatu material dibuat sesuai dengan kondisi material
yang ditinjau serta derajat keakuratan yang diinginkan.
Beberapa model material yang biasa digunakan dalam material tanah dan batuan,
antara lain: Isotropic Elasticity (Hookes Law), Mohr-Coulomb atau Elastic
Plastic (MC), Hardening-Soil (HS), Soft-Soil-Creep (SSC), Cam Clay (CC),
Modified Cam Clay (MCC), Nonlinier Elasticity (Hiperbolic), Strain Softening,
Slip Surface, Soft Soil (SS) dan Jointed Rock (JR).
Model material tanah yang biasa digunakan sebagai pendekatan pertama untuk
mengetahui karakteristik tanah yaitu model tanah Mohr-Coulomb atau ElasticPlastic (MC), dimana bentuknya seperti terlihat pada Gambar 2.7 berikut.
s
Load
Unload
e
Gambar 2.7 Model Material Mohr Coulomb (Brinkgreve, dkk., 2006)
e =ee +e p
(2.43)
commit to user
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2.44)
Menurut teori klasik tentang plastisitas Hill (1950), regangan plastik rata-rata
proporsional dapat dipersentasikan sebagai vektor tegak lurus terhadap permukaan
bidang. Secara umum regangan rata-rata dapat ditulis sebagai berikut (Pramugani,
dkk., 2007) :
e& p = l
g
s '
(2.45)
Dimana adalah plastic multiplier, bernilai nol saat kondisi elastik murni, dan
menjadi positif pada saat kondisi plastik.
l = 0 untuk f < 0
atau
l > 0 untuk f = 0
atau
f T e
C e& 0 (Elastisitas)
s '
f T e
C e& > 0 (Plastisitas)
s '
(2.46)
(2.47)
Kurva tegangan regangan untuk model material Mohr-Coulomb dapat dilihat pada
Gambar 2.8 berikut :
e
Gambar 2.8 Kurva Tegangan Regangan Mohr-Coulomb (Brinkgreve, dkk., 2006)
Persamaan ini digunakan untuk menghubungkan antara tegangan efektif rata-rata
dan regangan rata-rata untuk elastoplastic menurut Smith dan Giffith (1982),
Vermeer dan de Borst (1984). (Pramugani, dkk., 2007)
s& ' = C e -
a e g f T e
C
C e&
d
s ' s '
dimana :
commit to user
(2.48)
perpustakaan.uns.ac.id
d=
24
digilib.uns.ac.id
f T e g
C
s '
s '
(2.49)
Parameter a digunakan sebagai hasil, jika perilaku material adalah elastis, maka
a adalah nol, Koiter (1960) melibatkan dua atau lebih fungsi potensial plastik:
e& p = l1
g 1
g
+ l 2 2 + ... .
s '
s '
(2.50)
(2.51)
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2.52)
Model material mohr-coulomb akan tetap stabil pada saat c > 0, sedangkan pada
kenyataannya tegangan naik seiring dengan naiknya kohesi, oleh karena itu
tension cut-off (kegagalan tanah akibat kompresi) memperkenalkan fungsi tiga
dimensi, yaitu sebagai berikut:
f 1 = s& 1 - s& t 0
f 2 = s& 2 - s& t 0
f 3 = s& 3 - s& t 0
(2.53)
[kN/m2]
[-]
[kN/m2]
[o]
[o]
perpustakaan.uns.ac.id
26
digilib.uns.ac.id
cepat membuat model geometri dan jaring elemen hingga tiga dimensi
berdasarkan pada komposisi penampang melintang horizontal dalam arah vertikal
yang berbeda. Program ini juga bisa memodelkan geometri tanah yang tidak
homogen serta dapat menampilkan urutan konstruksi. Pemodelan tanah
merupakan suatu hal yang penting pada saat masukan data. Seringkali praktisi
geoteknik juga terlibat dalam memodelkan stuktur dan interaksi antara struktur
dan tanah. Oleh karena itu, program komputer PLAXIS ini dilengkapi dengan
pemodelan khusus untuk menghubungkan banyak aspek yang kompleks dari
permasalahan geoteknik. Dengan adanya pemodelan antara struktur dan tanah,
diharapkan praktisi geoteknik akan mendapatkan nilai suatu tegangan yang lebih
akurat. Beberapa tahapan pemodelan dengan PLAXIS adalah sebagai berikut :
A. Geometri
Untuk setiap proyek 3D baru yang akan dianalisis, penting untuk terlebih dahulu
membuat model geometri. Sebuah model geometri adalah representasi dari
masalah 3D sesungguhnya dan ditentukan oleh work planes dan boreholes.
Sebuah model geometri yang lengkap akan meliputi massa tanah yang dapat
dibagi menjadi lapisan-lapisan tanah yang berbeda, elemen-elemen struktural,
tahapan-tahapan konstruksi serta pembebanan. Model harus cukup besar sehingga
batasan-batasan tidak mempengaruhi hasil masalah untuk dipelajari. Dua buah
komponen dalam model geometri dijelaskan dengan lebih detail berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id
27
digilib.uns.ac.id
garis geometri yang sama, tetapi jarak antara bidang kerja bisa berubah,
seperti ditentukan oleh masukan koordinat y. Bidang kerja digunakan untuk
mengaktifkan atau menonaktifkan beban titik, beban merata, dan elemen
struktur.
Dalam bidang kerja, titik, garis, dan clusters dapat digunakan untuk
menggambarkan sebuah model geometri 2D. Tiga komponen tersebut diuraikan di
bawah ini.
Titik
Titik-titik akan menjadi awal dan akhir dari garis. Titik-titik juga dapat
digunakan untuk menempatkan pegas, beban terpusat, dan untuk penghalusan
jaring elemen secara lokal atau setempat.
Garis
Garis-garis berfungsi untuk mendefinisikan batas fisik dari suatu geometri,
perbatasan model, dan diskontinuitas yang mungkin terdapat dalam model
seperti dinding atau balok atau area galian. Sebuah garis dapat memiliki
beberapa fungsi dan sifat yang berbeda sekaligus.
Clusters
Clusters merupakan suatu bidang yang dibatasi oleh beberapa garis dan
membentuk suatu poligon tertutup. PLAXIS secara otomatis akan mengenali
clusters berdasarkan posisi dari garis-garis geometri yang dibuat. Dalam
setiap clusters sifat tanah adalah homogen, sehingga clusters dapat dianggap
sebagai bagian-bagian homogen yang membentuk struktur atau lapisanlapisan tanah. Tindakan yang berhubungan dengan clusters berlaku pada
semua elemen dalam clusters.
28
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
horizontal, bidang kerja yang sesuai harus dipilih dari kotak kombo Active
work plane. Balok horizontal ditunjukkan dengan garis ungu.
Balok Vertikal (Vertical Beams)
Obyek struktural yang digunakan untuk memodelkan struktur yang langsing
(satu-dimensi) dalam tanah dengan kekakuan lentur (kekakuan momen) yang
signifikan serta kekakuan normal. Balok vertikal terletak antara bidang kerja
yang aktif dan bidang kerja di bawahnya. Oleh karena itu, sebelum
pembuatan balok vertikal, bidang kerja harus dibuat sesuai dengan balok
bagian atas dan bawah. Selanjutnya, bidang kerja pada sisi bagian atas balok
harus dipilih dari kotak kombo Active work plane. Balok vertikal kemudian
bisa dibuat pada bidang kerja ini. Jika balok vertikal dibuat pada bagian
terbawah bidang kerja yang tersedia, sebuah bidang kerja baru akan secara
otomatis dikenalkan pada jarak 3 satuan panjang di bawah bidang kerja ini.
Balok vertikal ditunjukkan dengan simbol dalam bentuk huruf kapital I.
Lantai (Floors)
Obyek struktural yang digunakan untuk memodelkan struktur horizontal yang
tipis (dua-dimensi) dalam tanah dengan kekakuan lentur (kekakuan momen)
yang signifikan. Lantai bersesuaian dengan bidang kerja yang aktif dan
meluas sampai seluruh klaster. Sebelum pembuatan lantai, kontur yang sesuai
harus dibuat menggunakan garis geometri. Garis geometri ini muncul dalam
semua bidang kerja. Oleh karena itu, sebelum pembuatan lantai, bidang kerja
yang sesuai harus dipilih dari kotak Active work plane.
Dinding (Walls)
Obyek struktural yang digunakan untuk memodelkan struktur vertikal yang
tipis (dua-dimensi) dalam tanah dengan kekakuan lentur (kekakuan momen)
yang signifikan. Dinding terletak antara bidang kerja yang aktif dan bidang
kerja di bawahnya. Oleh karena itu, sebelum pembuatan dinding, bidang kerja
harus dibuat sesuai dengan dinding bagian atas dan bawah. Selanjutnya,
bidang kerja pada sisi bagian atas dinding harus dipilih dari kotak kombo
Active work plane. Dinding kemudian bisa dibuat pada bidang kerja ini. Jika
dinding dibuat pada bagian terbawah bidang kerja yang tersedia, sebuah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29
digilib.uns.ac.id
bidang kerja baru akan secara otomatis dikenalkan pada jarak 3 satuan
panjang di bawah bidang kerja ini.
Tiang Pancang (Piles)
Digunakan untuk membuat tiang pancang dengan penampang melintang
lingkaran, persegi, atau yang ditentukan pengguna. Potongan melintang tiang
pancang terdiri dari busur dan/atau garis, secara pilihan tersedia dengan
sebuah pipa (dinding) dan/atau antarmuka.
Pegas (Springs)
Merupakan elemen pegas yang diberikan pada sebuah struktur pada satu sisi
dan ditetapkan kepada dunia pada sisi yang lain. Pegas dapat digunakan
untuk mensimulasikan tiang pancang dalam suatu cara yang sederhana, yaitu
tanpa mempertimbangkan nilai interaksi antara tiang pancang dan tanah.
Sebagai alternatif, pegas dapat digunakan untuk mensimulasikan jangkar atau
penyangga untuk mendukung dinding penahan tanah. Pegas hanya dapat
diberikan pada obyek struktural dalam bidang kerja.
Jepit Garis Vertikal dan Horizontal (Horizontal and Vertikal Line Fixities)
Jepit garis dapat digunakan untuk menentukan/menjepit bagian-bagian dari
model dalam arah x, y, dan z. Jepit garis horizontal ditunjukkan dengan garis
hijau, dengan dua garis paralel tegak lurus pada masing-masing arah jepit.
Jepit garis vertikal ditunjukkan dengan persegi hijau, dengan dua garis paralel
berwarna merah tegak lurus pada masing-masing arah jepit.
B. Beban
Submenu beban memuat pilihan-pilihan untuk memberikan beban merata, beban
garis, dan beban titik dalam model geometri. Beban merata dapat dibagi menjadi
beban pada bidang horizontal dan beban pada bidang vertikal. Beberapa jenis
beban diuraikan lebih detail di bawah ini.
30
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
beban, bidang kerja yang sesuai harus dipilih dari kotak kombo Active work
plane. Sebelum pemberian beban aktual, sebuah klaster harus disusun dengan
menggambar garis geometri sepanjang area dimana beban merata diberikan.
Nilai masukan beban merata diberikan dalam satuan gaya per satuan luas
(sebagai contoh kN/m2). Beban merata terdiri dari komponen x, y, dan/atau z.
Beban Terpusat
Pilihan ini dapat digunakan untuk membuat beban terpusat. Beban terpusat
hanya dapat diterapkan pada garis geometri existing dari obyek struktural.
Pemberian beban terpusat sama dengan pembuatan garis geometri. Nilai
commit to user
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masukan beban terpusat diberikan dalam satuan gaya per satuan panjang
(sebagai contoh kN/m). Beban terpusat terdiri dari komponen x, y, dan/atau z.
C. Sifat-Sifat Material
Dalam PLAXIS, sifat-sifat material tanah dan sifat-sifat material dari elemen
struktur disimpan dalam kumpulan data sekunder. Ada lima jenis data material
yang berbeda, yaitu data tanah & antarmuka, balok, dinding, lantai, dan pegas.
Seluruh kumpulan data disimpan dalam basis data material. Kumpulan data yang
telah tersimpan dalam basis data dapat digunakan pada klaster tanah atau obyek
struktural dalam model geometri.
Kumpulan Data Material Untuk Tanah dan Antarmuka (Soil and Interfaces)
Tanah dan batuan cenderung untuk berperilaku sangat tidak linear saat
menerima pembebanan. Sifat-sifat dalam kumpulan data material untuk tanah
dan antarmuka dibagi ke dalam tiga buah lembar tab : General, Parameters,
dan Interfaces.
General
Memuat jenis model, jenis perilaku tanah, dan sifat-sifat tanah yang
umum. Model material tersedia dalam pilihan Linear Elastic, MohrColoumb, Hardening Soil, dan Soft Soil Creep. Jenis material tersedia
dalam pilihan Drained (Terdrainase), Undrained (Tak terdrainase), dan
Non Porous (Tak porous). Sifat-sifat tanah umum terdiri dari berat isi
jenuh (sat) dan berat isi tak jenuh (unsat) dalam satuan kN/m3. Juga
terdapat permeabilitas dalam arah x (kx) dan arah y (ky) dalam satuan
m/hari.
Parameters
Memuat parameter kekakuan dan kekuatan dari model yang dipilih. Misal
untuk model Mohr-Coloumb, parameter kekakuan terdiri dari modulus
Young (E) dalam satuan kN/m2 dan angka Poisson () tanpa satuan.
Parameter kekuatan terdiri dari kohesi (c) dalam satuan kN/m2, sudut geser
dalam (), dan sudut dilatansi () dalam satuan derajat ().
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32
digilib.uns.ac.id
Interfaces
Memuat parameter-parameter yang berhubungan dengan sifat-sifat
antarmuka terhadap sifat-sifat dari tanah, yaitu kekuatan antarmuka (Rinter)
yang dapat dipilih, baik secara kaku maupun manual, dan tebal antar muka
sebenarnya (inter).
Kumpulan Data Material Untuk Balok (Beams)
Kumpulan data material untuk balok secara umum menampilkan jenis
material balok tertentu atau profil balok dan diberikan pada elemen balok
horizontal dan/atau vertikal yang sesuai dalam geometri model. Properti
balok terdiri dari General Properties dan Stiffness Properties.
General Properties
Sebuah balok mempunyai dua properti umum, yaitu: luas penampang
melintang A (m2) dan berat jenis (kN/m3).
Stiffness Properties
Kekakuan dapat berupa linear atau non linear. Kekakuan balok linear
berupa modulus Young E (kN/m2), angka Poisson , dan tiga momen
inersia I2 (melawan lentur disekitar sumbu kedua), I3 (melawan lentur
disekitar sumbu ketiga), dan I23 (melawan lentur miring; nol untuk profil
balok simetri) dalam satuan m4. Untuk kekakuan balok non linear berupa
(N-), (M2-2) (lentur disekitar sumbu kedua), dan (M3-3) (lentur disekitar
sumbu ketiga).
Kumpulan Data Material Untuk Dinding (Walls)
Kumpulan data material untuk dinding secara umum menampilkan jenis
material dinding tertentu atau profil dinding dan dapat diberikan pada elemen
dinding horizontal dan/atau vertikal yang sesuai dalam geometri model.
Properti balok terdiri dari General Properties dan Stiffness Properties.
General Properties
Sebuah dinding mempunyai dua properti umum: ketebalan (equivalen) d
dan berat jenis . Ketebalan equivalen (dalam satuan panjang) adalah luas
penampang melintang material dari dinding yang melintasi arah sumbu
mayornya per 1 m lebar. Berat jenis (dalam satuan gaya per satuan
volume) adalah berat jeniscommit
dari material
to useryang darinya dinding tersusun.
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Stiffness Properties
Kekakuan dinding dapat berupa linear atau non linear. Program 3D
FOUNDATION membolehkan perilaku material Orthotropic pada
dinding, yang ditentukan oleh parameter-parameter berikut:
E1,E2
G12
: angka Poisson
Jika pilihan Isotropic tercentang, maka masukan terbatas pada E1 dan 12,
sedangkan E2 = E3 = E1, G12 = G13 = G23 = E / 2(1+ 12), dan 13 = 23 =
12. Kekakuan dinding non linear berupa (N1-1), (N2-2), (Q12-12), (Q1313), (Q23-23), (M11-11), (M22-22), dan (M12-12).
Kumpulan Data Material Untuk Lantai (Floors)
Kumpulan data material untuk lantai secara umum menampilkan jenis
material lantai tertentu atau profil lantai dan dapat diberikan pada klaster yang
sesuai dari elemen lantai dalam geometri model. Properti lantai terdiri dari
General Properties dan Stiffness Properties.
General Properties
Sebuah lantai mempunyai dua properti umum: ketebalan (equivalen) d (m)
dan berat jenis (kN/m3).
Stiffness Properties
Kekakuan lantai dapat berupa linear atau non linear. Program 3D
FOUNDATION membolehkan perilaku material Orthotropic pada lantai,
yang ditentukan oleh parameter-parameter berikut:
E1,E2
G12
: angka Poisson
commit to user
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jika pilihan Isotropic tercentang, maka masukan terbatas pada E1 dan 12,
sedangkan E2 = E3 = E1, G12 = G13 = G23 = E / 2(1+ 12), dan 13 = 23 =
12.
Kumpulan Data Material Untuk Pegas (Springs)
Kumpulan data material untuk pegas secara umum menampilkan jenis
respons tiang pancang tertentu atau jangkar atau perilaku strut dan dapat
diberikan pada elemen pegas yang sesuai dalam geometri model. Properti
pegas terdiri dari Stiffness Properties. Pegas tidak mempunyai berat yang
diberikan padanya. Hanya ada properti kekakuan aksial EA/L, yang diberikan
dalam satuan gaya. Kekakuan aksial dapat berupa linear atau non linear.
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Elemen dasar dari suatu jaring elemen hingga 3D adalah elemen wedge dengan 15
titik nodal. Elemen ini disusun dari elemen segitiga dengan 6 titik nodal seperti
tersusun dalam jaring elemen 2D. Berkaitan dengan kehadiran lapisan tanah nonhorizontal, beberapa elemen wedge dengan 15 titik nodal turun pada elemen
piramid dengan 13 titik nodal atau bahkan pada elemen segiempat dengan 10 titik
nodal.
E. Perhitungan
Setelah penyusunan jaring elemen 3D, proses pemodelan geometri telah lengkap.
Untuk memproses perhitungan, mode Calculation harus dimasukkan. Hal ini
dilakukan dengan menekan tombol Calculate di atas toolbar Geometry pada
program masukan. Kemudian pengguna ditanya untuk menyimpan proyek terlebih
dahulu dengan nama yang sesuai. Setelah memulai program masukan dan
membaca proyek yang telah ada, untuk memproses secara langsung mode
Calculation, melengkapi data masukan dari proyek yang secara penuh telah
didefinisikan lebih awal.
36
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ketika masuk pada mode Calculation, area gambar menunjukkan tampak atas dari
model geometri, sama seperti pada mode Model. Toolbar umum tidak berubah dan
menunjukkan pilihan yang sama seperti pada mode Model. Toolbar Geometry
berubah ke dalam toolbar Calculation yang berisi item untuk menentukan,
memilih dan menampilkan tahapan perhitungan, untuk memilih titik nodal bagi
kurva beban-perpindahan dan melakukan perhitungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini memakai metode analitis
kuantitatif dan metode eksperimental. Metode analitis kuantitatif digunakan untuk
analisis desain konstruksi struktur perkerasan jalan, sedangkan metode
eksperimental digunakan untuk membuat pemodelan struktur perkerasan jalan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis struktur perkerasan lentur (laston)
dan struktur perkerasan kaku (beton semen) yang dilakukan dengan bantuan
program PLAXIS 3D FOUNDATION yang menghasilkan output berupa
perpindahan/lendutan, tegangan, dan gaya-gaya dalam. Selanjutnya, hasil output
tersebut dibandingkan serta dianalisis lebih lanjut untuk mengevaluasi stabilitas
struktur perkerasan jalan.
3.1.1
Pada tahap studi pustaka ini dilakukan studi awal terhadap beberapa literatur
untuk mendapatkan suatu perumusan masalah, seperti: program-program
komputasi yang akan digunakan, buku, makalah, skripsi, tesis, dan artikel-artikel,
baik dari media cetak maupun media elektronik, sebagai acuan bahan referensi.
Studi pendahuluan ini diperlukan untuk menentukan landasan konseptual dan
teori terhadap topik penelitian yang akan diteliti.
3.1.2
37
38
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
MULAI
Studi Pustaka
Input Data :
Struktur Perkerasan Jalan
Sifat-Sifat Material Lapis
Perkerasan Jalan
Output Perkerasan
Lentur
Output Perkerasan
Kaku
SELESAI
perpustakaan.uns.ac.id
39
digilib.uns.ac.id
lempung tebal 50 cm dengan nilai CBR sebesar 6 % dan muka air dianggap
berada jauh dari permukaan tanah dasar.
3.1.3
Pada tahap ini akan dilakukan analisis desain struktur perkerasan lentur dan
struktur perkerasan kaku untuk mengetahui besaran lendutan/perpindahan,
tegangan, gaya-gaya dalam, dan stabilitas struktur perkerasan berdasarkan tingkat
keamanan terhadap deformasi dan tegangan yang terjadi. Analisis data ini
meliputi :
Geometri
Model geometri berupa struktur perkerasan lentur dan perkerasan kaku
dengan dimensi 6 m x 3 m x tebal perkerasan, seperti terlihat pada Gambar
3.2 dan Gambar 3.3.
40
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Membuat Masukan
Jalankan PLAXIS dengan klik ganda pada ikon input program PLAXIS.
Sebuah kotak dialog Create/Open project akan muncul dimana pengguna
dapat memilih membuat proyek baru atau membuka proyek yang telah ada.
Pilih New project dan klik tombol <OK>. Kemudian jendela General setting
akan muncul, berisi dua buah lembar tab, yaitu tab Project dan Dimensions.
Pengaturan Umum
Langkah pertama dalam setiap analisis adalah mengatur parameter dasar
dari model elemen hingga. Hal ini dilakukan dalam jendela General
setting. Pengaturan ini meliputi deskripsi permasalahan, satuan dasar, dan
ukuran bidang gambar (lihat Gambar 3.4).
commit to user
41
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 3.4 Jendela General Setting dengan tab Project (atas) dan
tab Dimensions (bawah)
Bidang Kerja
Bidang Kerja adalah lapisan horizontal dengan koordinat y yang berbeda,
dimana obyek struktural, beban, dan tahapan konstruksi dapat ditentukan.
Bidang
Kerja
dibutuhkan
pada
setiap
tingkat
dimana
sebuah
diskontinuitas pada geometri atau beban terjadi pada situasi awal atau
pada proses konstruksi. Mereka ditentukan pada jendela Work planes.
Jendela ini dapat dibuka dengan tombol Work planes, terletak pada
toolbar sebelah kiri dari kotak kombo Work planes atau dari pilihan Work
planes pada menu Geometry. Salah satu Work planes secara otomotis
dibuat pada y = 0.0 (lihat Gambar 3.5).
commit to user
42
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kontur Geometri
Untuk membentuk obyek-obyek tertentu, seperti: garis (line), lantai
(floor), dinding (wall), dsb. Anda dapat menggunakan tombol pada
toolbar atau dengan memilihnya dari menu Geometry. Untuk proyek
baru, tombol Geometry line akan langsung diaktifkan. Jika tidak maka
pilihan ini dapat diaktifkan dari toolbar kedua atau dari menu Geometry
(lihat Gambar 3.6).
Floor
Beban Merata
Garis
Beban
Sub-menu Loads memuat pilihan-pilihan untuk memberikan beban
merata, beban garis, dan beban titik dalam model geometri. Beban merata
dibagi menjadi beban merata pada bidang horizontal dan beban merata
pada bidang vertikal. PLAXIS 3D FOUNDATION tidak dapat
menangani beban tunggal tak terhubung selama penyusunan jaring
commit to user
43
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
elemen,
garis
geometri
tambahan
harus
ditambahkan
sebelum
44
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
45
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Melakukan Perhitungan
Setelah jaring elemen disusun, model elemen hingga telah lengkap. Sebelum
perhitungan aktual dimulai, tahapan perhitungan harus ditentukan. Langkahlangkah perhitungan adalah sebagai berikut:
commit to user
46
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Gambar 3.10 Jendela Phases
perpustakaan.uns.ac.id
47
digilib.uns.ac.id
Gambar 3.11 Preview (atas) dan Select points for curves (bawah)
Sebelum memulai pehitungan, pilihlah salah satu titik nodal pada Work
planes untuk membuat plot kurva dengan memilih tombol Select points
for curves (lihat Gambar 3.11). Perhitungan sekarang bisa dimulai. Klik
tombol Calculate pada toolbar. Ini akan memulai proses perhitungan.
Seluruh fase perhitungan yang ditandai untuk perhitungan, ditunjukkan
to eksekusi
user
dengan anak panah biru.commit
Selama
perhitungan, sebuah jendela
48
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
commit to user
49
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.1.4
Pada tahap ini akan dilakukan perbandingan hasil analisis output besaran
perpindahan/lendutan, tegangan, dan gaya-gaya dalam pada struktur perkerasan
lentur dan struktur perkerasan kaku untuk mengetahui perbedaan output besaran
tersebut dan stabilitas struktur perkerasan terhadap deformasi dan tegangan yang
terjadi. Hasil perbandingan ini akan dipakai sebagai dasar evaluasi terhadap hasil
output struktur perkerasan yang telah dianalisis dengan PLAXIS 3D
FOUNDATION.
3.1.5
Pada langkah ini akan dilakukan evaluasi dari hasil perbandingan output struktur
perkerasan lentur dan struktur perkerasan kaku untuk mengetahui kemampuan dan
stabilitas kedua struktur perkerasan tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Struktur Perkerasan Jalan
4.1.1
Beban gandar (axle load) yang digunakan untuk perancangan perkerasan jalan
mengacu pada peraturan Bina Marga (1987) mengenai beban gandar tunggal
standar (Standard Single Axle Load), yaitu sebesar 8,16 ton.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
Lintas Jalan menyatakan bahwa Muatan Sumbu Terberat (MST) yang diijinkan
untuk jalan arteri kelas IIIA adalah sebesar 8 Ton.
2t
2t
Tekanan Ban
q = 85 psi
= 5,95 kg/cm2
35 cm
35 cm
140 cm
Gambar 4.1 Design Axle Load Standard Axle Load sebesar 80 kN atau 8,16 ton
(Surat, 2011)
commit to user
50
51
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ekivalensi dengan
lingkaran jari-jari = r
Sd = 35 cm
Pd
=
0,5227.q
2000
= 25,36 cm
0,5227 x5,95
1158,83
= 19,21 cm 20 cm
p
Dengan demikian bidang kontak beban roda dapat dilihat pada Gambar 4.3,
seperti terlihat di bawah ini :
4 Ton
4 Ton
20
20
40
40
140 cm
52
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Oglesby, dkk., (1996), nilai ks dapat ditentukan berdasarkan data CBR
tanah karena antara ks dan CBR terdapat korelasi nonlinier seperti yang disajikan
pada Gambar 4.4.
160
Dari data di atas maka besarnya nilai Modulus Reaksi Tanah Dasar (ks) yang akan
dipakai dalam analisis struktur perkerasan jalan adalah sebesar 43.433 kN/m3.
53
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
0,40-0,50
0,10-0,30
0,20-0,30
0,30-0,35
0,10-1,00
0,30-0,40
0,10-0,40
0,10-0,30
0,36
0,15
Tanah dasar dalam analisis struktur perkerasan jalan ini berupa lempung, sehingga
nilai berdasarkan pada tabel di atas terletak pada range nilai 0,10-0,50. Untuk
analisis struktur perkerasan ditentukan besarnya nilai diambil rata-rata sebesar
0,30.
ks
40
qu =
43433
40
q u = 1085,825 kN / m 2
Dari perhitungan di atas diketahui bahwa besarnya Daya Dukung Tanah adalah
sebesar 1.085,825 kN/m2.
4.1.2.5 Lendutan Ijin ()
Lendutan maksimal yang dijinkan terjadi pada struktur perkerasan yang berada di
commit
to :user
atas subgrade dapat dihitung dengan
rumus
54
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari data ks diketahui bahwa nilai qu adalah sebesar 1.085,825 kN/m2 dan ks
adalah sebesar 43.433 kN/m3, sehingga nilai lendutan yang diijinkan adalah :
d=
qu 1085,825
=
= 0,025 m = 2,5 cm
ks
43433
Jadi, lendutan yang diijinkan terjadi pada struktur perkerasan yang terletak di atas
tanah dasar adalah maksimal sebesar 2,5 cm.
4.1.3
menganalisis
struktur
perkerasan
jalan.
Program
PLAXIS
3D
commit to user
55
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data Masukan
Perhitungan
Data Keluaran
a. Deformations (Deformasi)
b. Stresses (Tegangan)
c. Structures & Interfaces (Struktur&Antarmuka)
d. Tables (Tabel)
e. A Cross Section (Potongan)
f. Curves (Kurva)
4.1.4
Analisis
Struktur
Perkerasan
dengan
Program
PLAXIS
3D
FOUNDATION
A.
56
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gmm =
G se =
Pmm
Ps
P
+ b
G se Gb
P1 + P2 + .......Pn
P
P1
P
+ 2 + ....... n
G se1 Gse 2
G sen
Dimana :
Gmm
Pmm
Ps
Pb
P1, P2, Pn
Gse
Gb
Berdasarkan standar Bina Marga 1997, nilai-nilai berat jenis agregat dan aspal
untuk campuran laston disajikan pada Tabel 4.3 di bawah ini.
Dengan asumsi bahwa proporsi fraksi agregat dalam campuran agregat aspal
beton adalah agregat kasar (P1) sebesar 0,41; agregat halus (P2) sebesar 0,53
dan bahan filler (P3) sebesar 0,06 maka nilai dari berat jenis efektif campuran
agregat, berat jenis maksimum campuran laston dapat dihitung sebagai berikut:
Gse =
P1 + P2 + .......Pn
P
P1
P
+ 2 + ....... n
Gse1 Gse 2
Gsen
commit to user
57
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G se = 2,5 g / cm 3
Dari data di atas diketahui bahwa berat jenis efektif campuran agregat adalah
sebesar 2,5 g/cm3, dengan asumsi kadar aspal diambil rata-rata 5%, sehingga
nilai berat jenis campuran laston minimal dapat dihitung sebagai berikut:
Pb = 5 % maka nilai dari Ps = 100%-5% = 95%
Gmm =
Gmm =
Pmm
Ps
P
+ b
G se Gb
100
95 5
+
2,5 1
100
43
= 2,325 g / cm 3
Gmm =
Gmm
Jadi, nilai dari berat jenis campuran laston minimal adalah sebesar 2,325 g/cm3
atau sebesar 23,25 kN/m3.
2. Modulus Elastisitas Campuran Laston
Modulus Elastisitas Lapis Perkerasan Asphalt Concrete-Wearing Course
(AC-WC)
Besarnya nilai modulus elastisitas Laston AC-WC dapat dicari dengan
pendekatan rumus sebagai berikut:
S mix
257,5 - 2,5VMA
= 1 +
n(VMA - 3)
4 x10 4
n = 0,83. log10
Sb
Keterangan :
Smix
commit
to usercampuran (MPa)
= Kekakuan/ Modulus
elastisitas
58
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
VMA
Sb
Sb
4 x10 4
n = 0,83 x log10
5
n = 3,24
dengan n = 3,24 maka besarnya nilai Smix adalah:
S mix
257,5 - 2,5VMA
= S b x 1 +
n(VMA - 3)
S mix
= 2.326,462 MPa
S mix
3, 24
4 x10 4
n = 0,83. log10
Sb
commit to user
59
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4 x10 4
n = 0,83 x log10
5
n = 3,24
dengan n = 3,24 maka besarnya nilai Smix adalah:
S mix
257,5 - 2,5VMA
= S b x 1 +
n(VMA - 3)
S mix
= 3.055,646 MPa
S mix
3, 24
Sb
4 x10 4
n = 0,83 x log10
5
n = 3,24
dengan n = 3,24 maka besarnya nilai Smix adalah:
S mix
257,5 - 2,5VMA
= S b x 1 +
n(VMA - 3)
S mix
= 4.122,644 MPa
S mix
3, 24
Karena Laston AC-Base terletak tepat di atas lapis pondasi dan merupakan
lapisan overlay, maka modulus elastisitas campuran sebesar 4.122,644 MPa
dianggap tereduksi menjadi sekitar 2.500 MPa atau sebesar 2.500.000
kN/m2.
commit to user
60
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Aspal Beton
0,5
Granular Base
0,5
Subgrade
0,5
Sumber: Yoder, dkk., 2002.
Asphalt
Institute
0,40
0,45
0,45
Kentucky
Highway
0,40
0,45
0,45
Jadi, nilai angka poissons ratio berdasarkan Shell Oil Co. Revised untuk
campuran Laston AC-WC, Laston AC-BC dan Laston AC-Base adalah sebesar
0,35.
4. Modulus Geser (G) Campuran Laston
Besarnya nilai modulus geser (G) untuk campuran laston dapat dihitung
dengan memakai rumus :
E ac
2(1 + n )
dimana :
G=
E ac
2(1 + n )
G=
2.326,462
2 x(1 + 0,35)
G=
2.326,462
2,7
commit to user
61
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jadi, nilai modulus geser campuran Laston AC-WC adalah sebesar 861.652
kN/m2.
Modulus Geser Laston AC-BC
Dengan Eac sebesar 3.055,646 MPa dan angka poisson campuran Laston
AC-BC sebesar 0,35 maka besarnya nilai modulus geser campuran Laston
AC-BC adalah sebagai berikut :
E ac
2(1 + n )
3.055,646
G=
2 x(1 + 0,35)
3.055,646
G=
2,7
G=
Jadi, nilai modulus geser campuran Laston AC-BC adalah sebesar 1.131.721
kN/m2.
Modulus Geser Laston AC-Base
Dengan Eac sebesar 2.500 MPa dan angka poisson campuran Laston ACBase sebesar 0,35 maka besarnya nilai modulus geser campuran Laston
AC-Base adalah sebagai berikut :
E ac
2(1 + n )
2.500
G=
2 x(1 + 0,35)
2.500
G=
2,7
G=
Jadi, nilai modulus geser campuran Laston AC-Base adalah sebesar 925.926
kN/m2.
Berdasarkan penelitian dari Fwa, dalam Taufik, dkk., (2008), nilai c dan
untuk aspal adalah sebesar 120 kPa dan 35.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
62
digilib.uns.ac.id
Adapun data sifat-sifat material struktur perkerasan Base Course yang akan
dianalisis adalah sebagai berikut:
1. Berat Jenis Base Course
Lapisan pondasi (Base Course) berupa lapisan AC sehingga nilai berat jenis
Base Course diambil sama dengan lapisan Wearing Course yaitu sebesar
2,325 gram/cm3 atau sebesar 23,25 kN/m3.
2. Modulus Elastisitas Base Course
Besarnya nilai modulus elastisitas Base Course dapat dicari dengan
pendekatan rumus sebagai berikut :
Mr = 10 xCBR
Berdasarkan SNI 03-1732-1989, disyaratkan bahwa untuk lapisan pondasi
(Base Course) memiliki nilai CBR 50%, sehingga nilai modulus elastisitas
lapisan Base Course adalah :
Mr = 10 xCBR
Mr = 10 x50%
Mr = 500 MPa
Jadi, nilai modulus elastisitas lapisan Base Course adalah sebesar 500 MPa
atau sebesar 500.000 kN/m2.
3. Angka Poisson Campuran Base Course
Besarnya nilai poissons ratio untuk Base Course adalah sebesar 0,35 (lihat
Tabel 4.4)
4. Modulus Geser (G) Campuran Base Course
Besarnya nilai modulus geser (G) untuk Base Course dapat dihitung dengan
memakai rumus 4.17 :
E ac
2(1 + n )
500
G=
2 x(1 + 0,35)
G=
Jadi, nilai modulus geser Base Course adalah sebesar 185.185 kN/m2.
63
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.5 Sifat-sifat Material untuk Lapisan AC-WC, AC-BC dan AC-Base
(Floor)
Parameter
Nama
AC-WC
AC-BC
AC-Base
Satuan
Model Material
Model
Linear,isotropik
Linear,isotropik
Linear,isotropik
Ketebalan
0,04
0,06
0,08
Berat Jenis
23,25
23,25
23,25
kN/m3
Modulus Young
Ei
2.326.462
3.055.646
2.500.000
kN/m2
Modulus Geser
Gj
861.652
1.131.721
925.926
kN/m2
Angka Poisson
0,35
0,35
0,35
Nama
AC-BC
AC-Base
Mohr-
Mohr-
Mohr-
Mohr-
Mohr-
Coloumb
Coloumb
Coloumb
Coloumb
Coloumb
Tak
Tak
Tak
Tak
Tak
Terdrainase
Terdrainase
Terdrainase
Terdrainase
Terdrainase
unsat
23,25
23,25
23,25
23,25
16
kN/m3
sat
23,25
23,25
23,25
23,25
18
kN/m3
kx.ky,kz
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,001
m/hari
Eref
2.326.462
3.055.646
2.500.000
500.000
60.000
kN/m2
0,35
0,35
0,35
0,35
0,30
cref
120
120
120
25
kN/m2
35
35
35
40
24
10
Model
Jenis
perilaku
Base
AC-WC
Jenis
material
Course
Subgrade
Satuan
Berat isi di
atas garis
freatik
Berat isi di
bawah garis
freatik
Permeabilitas
Modulus
Young
(konstan)
Angka
Poisson
Kohesi
(konstan)
Sudut geser
Sudut
dilatansi
commit to user
64
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B.
Pemodelan Struktur
=6m
=3m
= 4 cm
AC-BC
= 6 cm
AC-Base
= 8 cm
Base Course
= 30 cm
Subgrade (Lempung)
= 50 cm
= 2,5 cm
Pemodelan struktur dari perkerasan lentur yang akan dianalisis dengan program
PLAXIS 3D FOUNDATION disajikan pada Gambar 4.5 di bawah ini :
commit to user
65
Gambar 4.5 Pemodelan Struktur Perkerasan Lentur dengan program PLAXIS 3D FOUNDATION
65
66
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C.
1.
Displacement (Perpindahan)
Tabel 4.7 Nilai Perpindahan pada Lapisan Perkerasan Lentur dengan PLAXIS 3D
FOUNDATION
Perpindahan Horizontal (x)
Perpindahan Vertikal
[Ux]
[Uz]
(y) [Uy]
Lapisan
Perkerasan
Maks
Min
Maks
Min
(x 10-6 m)
(x 10-6 m)
(x 10-6 m)
(x 10-6 m)
Maks
Min
(x 10-6
(x 10-6
m)
m)
AC-WC
3,28
-7,32
4,70
-4,72
21,39
-65,33
AC-BC
1,21
-3,70
1,91
-1,92
21,63
-66,58
AC-Base
1,21
-4,36
1,93
-1,96
21,72
-66,35
Base Course
8,13
-10,68
7,41
-7,48
21,39
-62,08
17,96
-19,64
9,35
-9,41
15,25
-36,74
Subgrade
Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa nilai ekstrim perpindahan horizontal (x)
terjadi pada lapisan Subgrade berupa perpindahan ke kiri sebesar 0,01964 mm,
sedangkan nilai ekstrim perpindahan horizontal (z) juga terjadi pada lapisan
Subgrade berupa perpindahan ke bawah sebesar 0,00941 mm, dan nilai ekstrim
perpindahan vertikal (y) terjadi pada lapisan AC-BC berupa perpindahan turun
sebesar 0,06658 mm.
67
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.8 Nilai Perpindahan Vertikal (Lendutan) pada Lapisan Perkerasan Lentur
dengan PLAXIS 3D FOUNDATION
No
Jarak (z)
[m]
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
1,9
2,0
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
2,9
3,0
Lapisan
AC-WC
-1,313E-05
-1,415E-05
-1,687E-05
-2,185E-05
-2,918E-05
-3,876E-05
-5,138E-05
-6,171E-05
-6,533E-05
-6,276E-05
-5,361E-05
-4,223E-05
-3,399E-05
-2,812E-05
-2,473E-05
-2,362E-05
-2,476E-05
-2,817E-05
-3,402E-05
-4,226E-05
-5,358E-05
-6,273E-05
-6,528E-05
-6,165E-05
-5,136E-05
-3,875E-05
-2,916E-05
-2,179E-05
-1,677E-05
-1,402E-05
-1,299E-05
Subgrade
-1,039E-05
-1,116E-05
-1,344E-05
-1,672E-05
-2,159E-05
-2,660E-05
-3,165E-05
-3,507E-05
-3,668E-05
-3,568E-05
-3,311E-05
-2,885E-05
-2,507E-05
-2,166E-05
-1,975E-05
-1,912E-05
-2,006E-05
-2,196E-05
-2,543E-05
-2,916E-05
-3,316E-05
-3,570E-05
-3,664E-05
-3,491E-05
-3,153E-05
-2,637E-05
-2,146E-05
-1,654E-05
-1,325E-05
-1,094E-05
-1,018E-05
Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui nilai perpindahan maksimal yang terjadi pada
perkerasan lentur sangat bervariasi mulai dari 1,018 x 10-5 m sampai 6,658 x 10-5
m. Nilai perpindahan maksimal yang paling besar adalah 6,658 x 10-5 m. Pola
commit
to user
jangkauan perpindahan yang terjadi
nilainya
relatif tidak merata. Adapun output
perpustakaan.uns.ac.id
68
digilib.uns.ac.id
PLAXIS berupa tampilan arrows, contour line, dan shading dari perpindahan
horizontal (x), perpindahan horizontal (z), dan perpindahan vertikal (y) yang
terjadi pada lapisan perkerasan lentur dapat dilihat lebih lengkap pada Lampiran
B. Pola perpindahan yang terjadi pada titik-titik nodal di atas dapat dilihat pada
Gambar 4.6, sebagai berikut :
2.
Stress (Tegangan)
Besarnya nilai-nilai tegangan, baik tegangan efektif maupun tegangan total yang
terjadi pada setiap lapisan perkerasan lentur dapat dilihat pada Tabel 4.9, di bawah
commit to user
ini :
69
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.9 Nilai Tegangan pada Lapisan Perkerasan Lentur dengan PLAXIS 3D
FOUNDATION
Tegangan Efektif
Tegangan Total
Tegangan rata-
Tegangan geser
Tegangan
Tegangan rata-
Lapisan
rata
relatif
deviator
rata
Perkerasan
[p]
[rel]
[q]
[p]
Maks
2
kN/m
Min
Maks
Min
Maks
2
kN/m
kN/m
Min
Maks
2
kN/m
kN/m
Min
kN/m2
AC-WC
0,304
-59,31
0,393
0,002
93,15
0,384
0,022
-244,34
AC-BC
5,070
-76,17
0,567
0,007
141,95
1,190
-1,390
-203,55
AC-Base
0,278
-55,60
0,555
0,005
150,37
0,841
-2,500
-112,98
Base Course
-2,910
-67,15
0,717
0,037
201,32
5,460
-5,060
-84,26
Subgrade
-6,150
-14,56
0,827
0,159
36,16
2,800
-10,87
-34,74
Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa nilai ekstrim tegangan efektif rata-rata
[p] terjadi pada lapisan AC-BC berupa tegangan tekan sebesar 76,17 kN/m2. Nilai
ekstrim tegangan geser relatif [rel] berupa tegangan tarik sebesar 0,827 terjadi
pada lapisan Subgrade. Nilai ekstrim tegangan deviator [q] terjadi pada lapisan
Base Course berupa tegangan tarik sebesar 201,32 kN/m2. Nilai ekstrim tegangan
total rata-rata [p] terjadi pada lapisan AC-WC berupa tegangan tekan sebesar
244,34 kN/m2.
Adapun besarnya nilai tegangan total rata-rata maksimal perkerasan lentur diambil
pada titik-titik nodal yang mempunyai nilai tegangan maksimal yang terletak pada
arah bentang memendek plat dari perkerasan lentur yang terdapat di bawah sumbu
roda belakang. Besarnya nilai tegangan total rata-rata maksimal pada titik-titik
nodal tersebut disajikan pada Tabel 4.10, sebagai berikut :
commit to user
70
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.10 Nilai Tegangan Total Rata-Rata pada Lapisan Perkerasan Lentur
dengan PLAXIS 3D FOUNDATION
No
Jarak
(z)
[m]
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
1,9
2
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
2,9
3
Lapisan Base
Subgrade
ACCourse
Base
-12,62 -19,26
-20,43
-11,64 -21,19
-22,95
-12,30 -18,76
-20,23
-15,36 -25,68
-19,71
-27,36 -23,73
-18,92
-59,91 -48,49
-20,61
-63,78 -36,07
-21,28
-81,63 -55,09
-22,55
-112,98 -84,26
-23,39
-84,46 -55,32
-23,21
-59,41 -39,19
-22,99
-62,93 -47,41
-22,61
-30,61 -25,61
-20,57
-14,60 -25,43
-21,22
-12,22 -19,84
-20,40
-11,19 -22,43
-20,23
-11,05 -20,60
-20,03
-18,06 -27,68
-21,03
-31,69 -25,30
-20,18
-61,29 -45,83
-21,85
-59,08 -39,07
-23,14
-84,46 -55,32
-23,21
-112,98 -84,26
-23,39
-81,63 -55,09
-22,55
-60,42 -37,83
-21,94
-62,41 -48,32
-21,04
-30,39 -23,68
-20,01
-15,51 -24,65
-20,46
-11,42 -18,95
-20,26
-11,19 -18,83
-23,62
-11,08 -18,76
-21,02
Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui nilai tegangan total rata-rata yang terjadi pada
perkerasan lentur sangat bervariasi mulai dari 6,37 kN/m2 sampai 244,34 kN/m2.
commityang
to user
Nilai tegangan total rata-rata maksimal
paling besar adalah 244,34 kN/m2.
71
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun output PLAXIS berupa tampilan arrows, contour line, dan shading dari
tegangan efektif dan tegangan total yang terjadi pada lapisan perkerasan lentur
dapat dilihat lebih lengkap pada Lampiran B. Pola tegangan total rata-rata yang
terjadi pada titik-titik nodal di atas dapat dilihat pada Gambar 4.7, sebagai
berikut :
Gambar 4.7 Pola Diagram Tegangan Total Rata-Rata Perkerasan Lentur dengan
PLAXIS 3D FOUNDATION
Berdasarkan Gambar 4.7 diketahui bahwa pola tegangan total rata-rata maksimal
terjadi pada jarak 0,80 m dan jarak 2,20 m. Sedangkan tegangan total rata-rata
minimal terjadi pada jarak 0 m dan 3,00 m. Hal itu menunjukkan bahwa tegangan
total rata-rata maksimal terjadi di pusat beban maksimal yang bekerja di atas
struktur perkerasan lentur dan tegangan total rata-rata minimal terjadi di daerah
yang tidak mengalami pembebanan.
commit to user
72
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Forces (Gaya)
Besaran nilai-nilai gaya dalam, baik gaya aksial N2, gaya geser Q23 maupun
momen lentur M22 yang terjadi pada lapisan perkerasan lentur mulai dari lapisan
AC-WC sampai lapisan AC-Base ditampilkan pada Gambar 4.8 di bawah ini :
Gambar 4.8 Diagram Gaya Dalam pada Lapisan Perkerasan Lentur dengan
Program PLAXIS 3D FOUNDATION
Berdasarkan Gambar 4.8 diketahui bahwa gaya-gaya dalam yang terjadi pada
lapisan perkerasan lentur mulai dari lapisan yang paling atas yaitu lapisan AC-WC
commit to user
sampai lapisan perkerasan lentur yang paling bawah yaitu lapisan AC-Base, nilai-
73
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nilai gaya dalam mengalami kenaikan besaran gaya. Besarnya gaya aksial N2 yang
terjadi pada lapisan perkerasan tersebut sangat bervariasi yaitu antara minus 3,54
kN/m hingga plus 3,83 kN/m, sedangkan gaya geser Q23 bervariasi antara minus
1,07 kN/m hingga plus 1,02 kN/m dan momen lentur M22 bervariasi antara minus
0,12327 kNm/m hingga plus 0,02665 kNm/m.
A.
= fs 45 (45 kg/cm2)
Mutu Baja
74
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G
Ec
perpustakaan.uns.ac.id
75
digilib.uns.ac.id
Jadi, nilai modulus elastisitas Wet Lean Concrete (WLC) yang dipakai
dalam analisis ini adalah sebesar 166.170,09 kg/cm2 sama dengan
16.617.009 kN/m2.
Angka Poissons Ratio Wet Lean Concrete (WLC)
Angka poissons ratio beton bertulang yang dipakai dalam analisis ini
diambil sebesar 0,2.
Modulus Geser (G) Wet Lean Concrete (WLC)
Besarnya nilai modulus geser (G) untuk perkerasan beton dapat dihitung
dengan memakai rumus :
Ec
2(1 + n )
dimana :
G=
G
Ec
Jadi, nilai modulus geser Wet Lean Concrete (WLC) yang dipakai untuk
2
commit
to user
analisis adalah sebesar 69.237,54
kg/cm
atau sebesar 6.923.754 kN/m2.
76
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Sifat-sifat Material Base Course yang akan dianalisis adalah sebagai berikut :
Berat Jenis Lapisan Base Course
Lapisan Base Course berupa lapisan AC sehingga nilai berat jenis Base
Course diambil sama dengan lapisan Wearing Course yaitu sebesar 2,325
g/cm3 sama dengan 23,25 kN/m3.
Modulus Elastisitas Lapisan Base Course
Besarnya nilai modulus elastisitas Lapisan Base Course dapat dicari dengan
pendekatan rumus sebagai berikut :
Mr = 10 xCBR
Berdasarkan SNI 03-1732-1989, disyaratkan bahwa lapisan pondasi (Base
Jadi, nilai modulus elastisitas Lapisan Base Course adalah sebesar 500 MPa
atau sebesar 500.000 kN/m2.
Angka Poissons ratio Campuran Lapisan Base Course
Besarnya nilai angka poissons ratio untuk Lapisan Base Course adalah
sekitar 0,35.
Modulus Geser (G) Campuran Lapisan Base Course
Besarnya nilai modulus geser (G) untuk Lapisan Base Course dapat
dihitung dengan memakai rumus 4.17 :
E ac
2(1 + u )
500
G=
2 x(1 + 0,35)
500
G=
2,7
G=
Jadi, nilai modulus geser Lapisan Base Course adalah sebesar 1851,85
kg/cm2 sama dengan 185.185 kN/m2.
commit to user
77
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.11 Sifat-Sifat Material untuk Lapisan Perkerasan Beton Semen dan
Lapisan Beton Kurus (Floor)
Parameter
Nama
Beton Semen
Beton Kurus
Satuan
Model Material
Model
Linear,isotropik
Linear,isotropik
Ketebalan
0,28
0,10
Berat Jenis
24
22
kN/m3
Modulus Young
Ei
27.805.575
16.617.009
kN/m2
Modulus Geser
Gj
11.585.656
6.923.754
kN/m2
Angka Poisson
0,2
0,2
Tabel 4.12 Sifat-sifat Material untuk Lapisan Beton Semen, Beton Kurus, Base
Course dan Lapisan Subgrade (Soil & Interfaces)
Beton
Beton
Base
Subgrade
Semen
Kurus
Course
(Lempung)
Mohr-
Mohr-
Mohr-
Mohr-
Coloumb
Coloumb
Coloumb
Coloumb
Tak
Tak
Tak
Tak
Terdrainase
Terdrainase
Terdrainase
Terdrainase
unsat
24
22
23,25
16
kN/m3
sat
24
22
23,25
18
kN/m3
kx.ky,kz
0,0001
0,0001
0,0001
0,001
m/hari
Eref
27.805.575
16.617.009
500.000
60.000
kN/m2
0,2
0,2
0,35
0,30
cref
150
150
25
kN/m2
Sudut geser
35
35
40
24
Sudut dilatansi
10
Parameter
Nama
Model material
Model
Jenis perilaku
material
Berat isi di atas
garis freatik
Jenis
Satuan
Berat isi di
bawah garis
freatik
Permeabilitas
Modulus Young
(konstan)
Angka Poisson
Kohesi
(konstan)
commit to user
78
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B.
Pemodelan Struktur
=6m
=3m
= 28 cm
= 10 cm
Base Course
= 10 cm
Subgrade (Lempung)
= 50 cm
= 2,5 cm
Pemodelan struktur dari perkerasan kaku yang akan dianalisis dengan program
PLAXIS 3D FOUNDATION disajikan pada Gambar 4.9, sebagai berikut :
commit to user
79
79
80
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C.
1.
Displacement (Perpindahan)
Tabel 4.13 Nilai Perpindahan pada Lapisan Perkerasan Kaku dengan PLAXIS 3D
FOUNDATION
Perpindahan
Lapisan
Perkerasan
Horizontal(x)
Perpindahan Horizontal(z)
Perpindahan Vertikal(y)
[Uz]
[Uy]
[Ux]
Maks
-6
(x 10 m)
Min
-6
(x 10 m)
Maks
-6
(x 10 m)
Min
-6
(x 10 m)
Maks
-6
Min
(x 10 m)
(x 10-6 m)
Beton Semen
0,24023
-0,340
0,10088
-0,10070
-0,39840
-7,17
Beton Kurus
0,33076
-0,781
0,18421
-0,18475
-0,43893
-6,88
Base Course
0,68323
-1,240
0,40089
-0,40067
-0,53224
-6,53
Subgrade
0,89634
-2,010
0,46350
-0,47134
-0,62411
-5,94
Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa nilai ekstrim perpindahan horizontal (x)
terjadi pada lapisan subgrade berupa perpindahan ke kiri sebesar 0,00201 mm,
sedangkan nilai ekstrim perpindahan horizontal (z) juga terjadi pada lapisan
subgrade berupa perpindahan ke atas sebesar 0,00047134 mm, dan nilai ekstrim
perpindahan vertikal (y) terjadi pada lapisan Beton Semen berupa perpindahan
turun sebesar 0,00717 mm.
81
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.14 Nilai Perpindahan Vertikal (Lendutan) pada Lapisan Perkerasan Kaku
dengan PLAXIS 3D FOUNDATION
No Jarak Z
[m]
1
0
2
0,1
3
0,2
4
0,3
5
0,4
6
0,5
7
0,6
8
0,7
9
0,8
10
0,9
11
1,0
12
1,1
13
1,2
14
1,3
15
1,4
16
1,5
17
1,6
18
1,7
19
1,8
20
1,9
21
2,0
22
2,1
23
2,2
24
2,3
25
2,4
26
2,5
27
2,6
28
2,7
29
2,8
30
2,9
31
3,0
Subgrade
-4,75E-06
-4,78E-06
-4,89E-06
-5,02E-06
-5,24E-06
-5,43E-06
-5,67E-06
-5,81E-06
-5,91E-06
-5,89E-06
-5,83E-06
-5,66E-06
-5,57E-06
-5,43E-06
-5,38E-06
-5,33E-06
-5,37E-06
-5,42E-06
-5,57E-06
-5,67E-06
-5,83E-06
-5,89E-06
-5,91E-06
-5,81E-06
-5,67E-06
-5,42E-06
-5,24E-06
-5,02E-06
-4,88E-06
-4,78E-06
-4,75E-06
Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui nilai perpindahan maksimal yang terjadi pada
perkerasan lentur sangat bervariasi mulai dari 4,75 x 10-6 m sampai 7,17 x 10-6 m.
Nilai perpindahan maksimal yang paling besar adalah 7,17 x 10-6 m. Pola
commit
to user
jangkauan perpindahan yang terjadi
nilainya
relatif cukup merata. Adapun output
82
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PLAXIS berupa tampilan arrows, contour line, dan shading dari perpindahan
horizontal (x), perpindahan horizontal (z) dan perpindahan vertikal (y) yang terjadi
pada lapisan perkerasan kaku dapat dilihat lebih lengkap pada Lampiran C. Pola
perpindahan yang terjadi pada titik-titik nodal di atas dapat dilihat pada Gambar
4.10, sebagai berikut :
2.
Stress (Tegangan)
Besarnya nilai-nilai tegangan, baik tegangan efektif maupun tegangan total yang
terjadi pada setiap lapisan perkerasan kaku dapat dilihat pada Tabel 4.15 di bawah
ini :
commit to user
83
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.15 Nilai Tegangan pada Lapisan Perkerasan Kaku dengan PLAXIS 3D
FOUNDATION
Tegangan Efektif
Tegangan Total
Tegangan rata-
Tegangan geser
Tegangan
Tegangan rata-
Lapisan
rata
relatif
deviator
rata
Perkerasan
[p]
[rel]
[q]
[p]
Maks
2
kN/m
Min
Maks
Min
Maks
2
kN/m
kN/m
Min
Maks
2
kN/m
kN/m
Min
kN/m2
Beton Semen
3,94
-27,32
0,24516
0,02547
61,77
5,89
-1,25
-139,58
Beton Kurus
-3,86
-18,01
0,20445
0,01577
56,55
3,45
-8,28
-49,38
Base Course
-4,52
-17,96
0,25180
0,06621
50,40
3,67
-12,18
-29,78
Subgrade
-7,02
-7,30
0,27042
0,18168
9,76
5,9
-17,00
-26,84
Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa nilai ekstrim tegangan efektif rata-rata
[p] terjadi pada lapisan Beton Semen berupa tegangan tekan sebesar 27,32 kN/m2.
Nilai ekstrim tegangan geser relatif [rel] berupa tegangan tarik sebesar 0,27042
terjadi pada lapisan Subgrade. Nilai ekstrim tegangan deviator [q] terjadi pada
lapisan Beton Semen berupa tegangan tarik sebesar 61,77 kN/m3. Nilai ekstrim
tegangan total rata-rata [p] juga terjadi pada lapisan Beton Semen berupa tegangan
tekan sebesar 139,58 kN/m2.
Adapun besarnya nilai tegangan total rata-rata maksimal perkerasan kaku diambil
pada titik-titik nodal yang mempunyai nilai tegangan maksimal yang terletak pada
arah bentang memendek plat dari perkerasan kaku yang terdapat di bawah sumbu
roda belakang. Besarnya nilai tegangan total rata-rata maksimal pada titik-titik
nodal tersebut disajikan pada Tabel 4.16, sebagai berikut :
commit to user
84
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.16 Nilai Tegangan Total Rata-Rata pada Lapisan Perkerasan Kaku
dengan PLAXIS 3D FOUNDATION, sebagai berikut :
No
Jarak
Z
[m]
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
1,9
2
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
2,9
3
Lapisan
Beton
Kurus
-13,69
-13,60
-12,07
-13,77
-20,03
-22,99
-22,21
-29,09
-49,38
-28,95
-22,08
-23,46
-20,53
-13,19
-13,75
-14,49
-13,63
-14,44
-21,03
-23,39
-21,90
-28,95
-49,38
-29,09
-22,16
-22,88
-20,28
-13,66
-11,96
-13,77
-13,67
Base
Course
-22,22
-20,72
-19,19
-20,19
-19,99
-20,50
-21,05
-23,34
-24,11
-23,59
-21,72
-21,72
-20,67
-20,45
-19,23
-20,12
-19,39
-20,54
-20,43
-21,51
-21,60
-23,59
-24,11
-23,34
-21,23
-21,09
-20,06
-20,16
-19,33
-20,56
-21,75
Subgrade
-21,99
-22,52
-22,40
-22,13
-22,37
-22,57
-22,32
-22,39
-22,84
-22,34
-22,16
-22,09
-22,34
-22,54
-22,78
-22,47
-22,63
-22,51
-22,39
-22,21
-22,24
-22,34
-22,84
-22,39
-22,26
-22,12
-22,32
-22,30
-22,25
-22,64
-22,13
Berdasarkan Tabel 4.16 diketahui nilai tegangan total rata-rata yang terjadi pada
perkerasan kaku sangat bervariasi mulai dari 7,03 kN/m2 sampai 139,58 kN/m2.
commityang
to user
Nilai tegangan total rata-rata maksimal
paling besar adalah 139,58 kN/m2.
perpustakaan.uns.ac.id
85
digilib.uns.ac.id
Adapun output PLAXIS berupa tampilan arrows, contour line, dan shading dari
tegangan efektif dan tegangan total yang terjadi pada lapisan perkerasan kaku
dapat dilihat lebih lengkap pada Lampiran C. Pola tegangan total rata-rata yang
terjadi pada titik-titik nodal di atas dapat dilihat pada Gambar 4.11, sebagai
berikut :
Gambar 4.11 Pola Diagram Tegangan Total Rata-Rata Perkerasan Kaku dengan
PLAXIS 3D FOUNDATION
Berdasarkan Gambar 4.11 diketahui bahwa pola tegangan total rata-rata maksimal
terjadi pada jarak 0,80 m dan jarak 2,20 m. Sedangkan tegangan total rata-rata
minimal terjadi pada jarak 0 m dan 3,00 m. Hal itu menunjukkan bahwa tegangan
total rata-rata maksimal terjadi di pusat beban maksimal yang bekerja di atas
struktur perkerasan kaku dan tegangan total rata-rata minimal terjadi di daerah
yang tidak mengalami pembebanan.
3.
Forces (Gaya)
Besaran nilai-nilai gaya dalam, baik gaya aksial N2, gaya geser Q23 maupun
momen lentur M22 yang terjadi pada lapisan perkerasan kaku mulai dari lapisan
commit to user
AC-WC sampai lapisan AC-Base ditampilkan
pada Gambar 4.12 di bawah ini :
86
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.12 Diagram Gaya Dalam pada Lapisan Perkerasan Kaku dengan
Program PLAXIS 3D FOUNDATION
Berdasarkan Gambar 4.12 diketahui bahwa gaya-gaya dalam yang terjadi pada
lapisan perkerasan kaku mulai dari lapisan yang paling atas yaitu lapisan Beton
Semen sampai lapisan perkerasan kaku yang paling bawah yaitu lapisan Beton
Kurus, nilai-nilai gaya dalam mengalami kenaikan besaran gaya. Besarnya gaya
aksial N2 yang terjadi pada lapisan perkerasan tersebut sangat bervariasi yaitu
antara minus 3,66 kN/m hingga plus 2,04 kN/m, sedangkan gaya geser Q23
commit to user
87
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bervariasi antara minus 7,94 kN/m hingga plus 7,94 kN/m dan momen lentur M22
bervariasi antara minus 1,01 kNm/m hingga plus 0,29675 kNm/m.
Evaluasi output analisis struktur perkerasan lentur dan perkerasan kaku dilakukan
dengan cara membandingkan hasil output analisis yang terdiri dari besaran
perpindahan (lendutan), tegangan dan gaya-gaya dalam yang terjadi di lapisan
subgrade dari kedua struktur perkerasan tersebut yang analisisnya dihitung
dengan program PLAXIS 3D FOUNDATION. Berdasarkan hasil analisis yang
ditampilkan pada sub bab 4.1.4.1 dan sub bab 4.1.4.2, maka hasil evalusi analisis
struktur perkerasan lentur dan struktur perkerasan kaku disajikan, sebagai berikut :
4.2.1.1 Evaluasi
Perpindahan
(Lendutan)
Perkerasan
Lentur
dan
88
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.17 Evaluasi Lendutan Struktur Perkerasan Lentur dan Kaku pada Tanah
Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION
Perkerasan Perkerasan
Jarak
[m]
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
1,9
2,0
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
2,9
3,0
Lentur
Kaku
Lendutan
(m)
-1,04E-05
-1,12E-05
-1,34E-05
-1,67E-05
-2,16E-05
-2,66E-05
-3,16E-05
-3,51E-05
-3,67E-05
-3,57E-05
-3,31E-05
-2,89E-05
-2,51E-05
-2,17E-05
-1,97E-05
-1,91E-05
-2,01E-05
-2,20E-05
-2,54E-05
-2,92E-05
-3,32E-05
-3,57E-05
-3,66E-05
-3,49E-05
-3,15E-05
-2,64E-05
-2,15E-05
-1,65E-05
-1,33E-05
-1,09E-05
-1,02E-05
Lendutan
(m)
-4,75E-06
-4,78E-06
-4,89E-06
-5,02E-06
-5,24E-06
-5,43E-06
-5,67E-06
-5,81E-06
-5,91E-06
-5,89E-06
-5,83E-06
-5,66E-06
-5,57E-06
-5,43E-06
-5,38E-06
-5,33E-06
-5,37E-06
-5,42E-06
-5,57E-06
-5,67E-06
-5,83E-06
-5,89E-06
-5,91E-06
-5,81E-06
-5,67E-06
-5,42E-06
-5,24E-06
-5,02E-06
-4,88E-06
-4,78E-06
-4,75E-06
Lendutan
Ijin
[m]
2,50E-02
commit to user
Hasil Analisis
Perkerasan Perkerasan
Lentur
Kaku
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
perpustakaan.uns.ac.id
89
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.13 Diagram Lendutan Struktur Perkerasan Lentur dan Kaku pada Tanah
Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION
Berdasarkan Tabel 4.17 dan Gambar 4.13, maka hasil evaluasi lendutan antara
struktur perkerasan lentur dan perkerasan kaku disajikan pada Tabel 4.18, sebagai
berikut :
Tabel 4.18 Hasil Evaluasi Analisis Lendutan Struktur Perkerasan Lentur dan Kaku
pada Tanah Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION
Hasil Evaluasi
Hasil Evaluasi
Struktur Perkerasan Lentur
Struktur Perkerasan Kaku
1. Lendutan maksimal yang terjadi pada 1. Lendutan maksimal yang terjadi pada
tanah dasar adalah 3,67 x 10-5 m.
tanah dasar adalah 5,91 x 10-6 m.
2. Pola distribusi lendutan relatif tidak 2. Pola distribusi lendutan relatif
merata/tidak seragam.
merata/seragam.
3. Lendutan yang terjadi masih dalam 3. Lendutan yang terjadi masih dalam
batas yang diijinkan dan aman.
batas yang diijinkan dan aman.
Berdasarkan hasil evaluasi pada Tabel 4.18 di atas, dapat disimpulkan bahwa
lendutan yang terjadi pada struktur perkerasan tersebut belum melampaui batas
commit to user
90
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang diijinkan sehingga masih aman. Dengan demikian kedua jenis struktur
perkerasan tersebut layak desain untuk diterapkan.
Dari perhitungan sebelumnya diketahui bahwa daya dukung tanah dasar ultimit
struktur perkerasan adalah 1.085,825 kN/m2. Evaluasi tegangan yang terjadi pada
tanah dasar di bawah struktur perkerasan lentur dan struktur perkerasan kaku
disajikan pada Tabel 4.19 dan Gambar 4.14, sebagai berikut :
commit to user
91
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.19 Evaluasi Tegangan Struktur Perkerasan Lentur dan Kaku pada Tanah
Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION
Perkerasan Perkerasan
Jarak
(m)
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
1,9
2
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
2,9
3
Lentur
Kaku
Tegangan
Ijin
Hasil Analisis
Tegangan
Tegangan
(kN/m2)
Perkerasan Perkerasan
(kN/m2)
-20,43
-22,95
-20,23
-19,71
-18,92
-20,61
-21,28
-22,55
-23,39
-23,21
-22,99
-22,61
-20,57
-21,22
-20,40
-20,23
-20,03
-21,03
-20,18
-21,85
-23,14
-23,21
-23,39
-22,55
-21,94
-21,04
-20,01
-20,46
-20,26
-23,62
-21,02
(kN/m2)
-21,99
-22,52
-22,40
-22,13
-22,37
-22,57
-22,32
-22,39
-22,84
-22,34
-22,16
-22,09
-22,34
-22,54
-22,78
-22,47
-22,63
-22,51
-22,39
-22,21
-22,24
-22,34
-22,84
-22,39
-22,26
-22,12
-22,32
-22,30
-22,25
-22,64
-22,13
1085,825
commit to user
Lentur
Kaku
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
perpustakaan.uns.ac.id
92
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.14 Diagram Tegangan Struktur Perkerasan Lentur dan Kaku pada
Tanah Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION
Berdasarkan Tabel 4.19 dan Gambar 4.14, maka hasil evaluasi tegangan antara
struktur perkerasan kaku dan perkerasan lentur disajikan pada Tabel 4.20 di
bawah ini :
Tabel 4.20 Hasil Evaluasi Analisis Tegangan Struktur Perkerasan Lentur dan
Kaku pada Tanah Dasar dengan PLAXIS 3D FOUNDATION
Hasil Evaluasi
Hasil Evaluasi
Struktur Perkerasan Lentur
Struktur Perkerasan Kaku
1. Tegangan maksimal yang terjadi pada 1. Tegangan maksimal yang terjadi pada
tanah dasar adalah 23,39 kN/m2.
tanah dasar adalah 22,84 kN/m2.
2. Pola distribusi tegangan relatif tidak 2. Pola distribusi tegangan relatif merata.
merata.
3. Tanah dasar kuat dan aman dalam
3. Tanah dasar kuat dan aman dalam
mendukung struktur perkerasan yang
mendukung struktur perkerasan yang
ada di atasnya.
ada di atasnya.
Berdasarkan hasil evaluasi pada Tabel 4.20 di atas, dapat disimpulkan bahwa
user perkerasan tersebut masih aman
tanah dasar yang berada di bawahcommit
kedua to
struktur
93
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan kuat dalam mendukung struktur perkerasan yang berada di atasnya, sehingga
kedua jenis struktur perkerasan tersebut layak desain untuk diterapkan.
Gambaran besaran gaya dalam yang terjadi pada struktur perkerasan lentur dan
struktur perkerasan kaku yang dianalisis ditampilkan pada Gambar 4.15, sebagai
berikut :
Struktur Perkerasan Lentur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
94
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.15 Perbandingan Gaya Dalam Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku
dengan Program PLAXIS 3D FOUNDATION
95
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.21 Hasil Evaluasi Analisis Gaya Dalam Struktur Perkerasan Lentur dan
Kaku
Hasil Evaluasi
Hasil Evaluasi
Struktur Perkerasan Lentur
Struktur Perkerasan Kaku
1. Gaya aksial, gaya geser, dan momen 1. Gaya aksial, gaya geser, dan momen
maksimal terjadi pada lapis struktur
maksimal terjadi pada lapis struktur
perkerasan paling bawah yaitu AC-Base.
perkerasan paling atas yaitu PBS.
2. Nilai gaya aksial, gaya geser, dan 2. Nilai gaya aksial, gaya geser, dan
momen maksimal yang terjadi pada
momen maksimal yang terjadi pada
lapisan beton, berturut-turut adalah
lapisan aspal, berturut-turut adalah 3,83
3. Dari gambaran bidang gaya dalamnya 3. Dari gambaran bidang gaya dalamnya
diketahui bahwa struktur Perkerasan
diketahui bahwa lapisan struktural terjadi
Beton Semen berfungsi sebagai lapisan
pada lapisan AC-Base yang terletak di
struktural yang memikul beban yang
atas lapisan subgrade sehingga lapisan
bekerja di atasnya sehingga lapisan
subgrade perkerasan kurang dapat
subgrade perkerasan dapat dilindungi
dilindungi dengan baik.
dengan baik.
Berdasarkan hasil evaluasi pada Tabel 4.21, diketahui bahwa struktur perkerasan
kaku memiliki keunggulan yang lebih baik daripada struktur perkerasan lentur
dalam hal melindungi lapisan subgrade.
4.2.2 Evaluasi
Hasil
Analisis
Struktur
Perkerasan
dengan
Rumus
Westergaard
s e = 2,12 (1 + 0,54n )
P
(log10 L - 0,75 log10 a - 0,18)
h2
dimana:
e = Tegangan maksimum yang diakibatkan pembebanan pinggir (kg/cm2)
P = Beban roda (kg)
commit to user
h = Tebal pelat (cm)
96
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
L
a
E
k
Eh 2
[1 - n 2 ]k
12
Data perhitungan :
P
= 2640 kg
= 278.055,75 kg/cm2
= 28 cm
= 4,3433 kg/cm3
= 20 cm
= 0,20
278.055,75 x 28 2
L=
x[1 - 0,20 2 ]x 4,3433 = 93,291 cm
12
2640
s e = 2,12 x(1 + 0,54 x0,2) x 2 (log10 93,291 - 0,75 log 10 20 - 0,18)
28
2
s e = 6,439 kg / cm = 643,9 kN / m 2
4
Berdasarkan Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa nilai tegangan maksimal pada
perkerasan kaku dengan PLAXIS 3D FOUNDATION adalah sebesar 139,58
kN/m2, sedangkan nilai tegangan maksimal pada perkerasan kaku dengan rumus
Westergaard adalah sebesar 643,9 kN/m2. Nilai tegangan maksimal pada
perkerasan kaku dengan PLAXIS 3D FOUNDATION jauh lebih kecil daripada
nilai tegangan dengan rumus Westergaard. Hal ini mungkin disebabkan
perhitungan dengan rumus Westergard tidak melibatkan parameter berat jenis (),
kohesi (c), dsb sehingga nilai tegangannya lebih besar atau pemodelan yang
dilakukan dengan program PLAXIS 3D FOUNDATION masih belum tepat atau
memang output tegangan dari PLAXIS 3D FOUNDATION memberikan taksiran
tegangan yang kecil (under estimate) pada struktur perkerasan kaku.
commit to user
97
Tabel. 4.22 Perbandingan Hasil Evalusi Analisis Struktur Perkerasan Lentur dengan Struktur Perkerasan Kaku
No
1
Kriteria
Perkerasan Lentur
Lendutan
1. Lendutan maksimal yang terjadi 1.
(PLAXIS
3D
pada tanah dasar adalah 3,67 x 10-5
FOUNDATION)
m.
2. Pola distribusi lendutan relatif tidak 2.
merata/tidak seragam.
3. Lendutan yang terjadi masih dalam 3.
batas yang diijinkan dan aman.
Perkerasan Kaku
Lendutan maksimal yang terjadi
pada tanah dasar adalah 5,91 x 10-6
m.
Pola distribusi lendutan relatif
merata/seragam.
Lendutan yang terjadi masih dalam
batas yang diijinkan dan aman.
Tegangan
1. Tegangan maksimal yang terjadi 1.
(PLAXIS
3D
pada tanah dasar adalah
23,39
2
FOUNDATION)
kN/m .
2. Pola distribusi tegangan relatif tidak 2.
merata.
3. Tanah dasar kuat dan aman dalam 3.
mendukung struktur perkerasan yang
ada di atasnya.
Pembahasan
Lendutan yang terjadi pada tanah
dasar di bawah kedua struktur
perkerasan belum melampaui batas
yang diijinkan, sehingga aman. Nilai
lendutan yang terjadi di bawah
strukur perkerasan kaku lebih kecil
daripada struktur perkerasan lentur.
Hal ini menunjukkan bahwa
stabilitas struktur perkerasan kaku
lebih baik dibandingkan dengan
struktur perkerasan lentur mengingat
pola distribusi lendutan yang terjadi
relatif merata dan seragam. Dengan
demikian struktur perkerasan kaku
lebih cocok dilaksanakan.
Tegangan yang terjadi pada tanah
dasar di bawah kedua struktur
perkerasan tidak melampaui daya
dukung tanah, sehingga kuat dan
aman. Nilai tegangan yang terjadi di
bawah strukur perkerasan kaku lebih
kecil daripada struktur perkerasan
lentur. Hal ini menunjukkan bahwa
stabilitas struktur perkerasan kaku
lebih baik dibandingkan dengan
struktur perkerasan lentur mengingat
pola distribusi tegangan yang terjadi
relatif merata dan seragam. Dengan
demikian struktur perkerasan kaku
lebih cocok dilaksanakan.
97
98
Tabel. 4.22 Perbandingan Hasil Evalusi Analisis Struktur Perkerasan Lentur dengan Struktur Perkerasan Kaku (lanjutan)
No
3
Kriteria
Perkerasan Lentur
Gaya Dalam
1. Gaya aksial, gaya geser, dan momen
(PLAXIS
3D
maksimal terjadi pada lapis struktur
FOUNDATION)
perkerasan paling bawah yaitu ACBase.
2. Nilai gaya aksial, gaya geser, dan
momen maksimal yang terjadi pada
lapisan aspal beton, berturut-turut
adalah 3,83 kN/m; 1,07 kN/m dan
0,12327 kNm/m.
3. Dari
gambaran
bidang
gaya
dalamnya diketahui bahwa lapisan
struktural terjadi pada lapisan ACBase yang terletak di atas lapisan
subgrade sehingga lapisan subgrade
perkerasan kurang dapat dilindungi
dengan baik.
1.
2.
Perkerasan Kaku
Gaya aksial, gaya geser, dan
momen maksimal terjadi pada lapis
struktur perkerasan paling atas
yaitu PBS.
Nilai gaya aksial, gaya geser, dan
momen maksimal yang terjadi pada
lapisan beton, berturut-turut adalah
Pembahasan
Meskipun gaya dalam yang terjadi
di bawah struktur perkerasan kaku
nilainya lebih besar daripada
struktur perkerasan lentur. Namun,
struktur perkerasan kaku memiliki
keunggulan yang lebih baik dalam
hal melindungi lapisan subgrade
karena gaya dalam maksimal terjadi
pada lapis struktur perkerasan paling
atas, sehingga lapisan subgrade
dapat dilindungi dengan baik,
sedangkan pada perkerasan lentur
gaya dalam maksimal terjadi pada
lapis struktur perkerasan paling
bawah, sehingga lapisan subgrade
kurang dapat dilindungi dengan
baik.
98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan dan setelah dilakukan analisis dan pembahasan,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
2.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
commit to user
99
100
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Peninjauan variasi nilai ks pada saat kondisi tanah dasar menyusut dalam
analisis dengan program PLAXIS 3D FOUNDATION untuk mengetahui
perilaku struktur perkerasannya.
2.
3.
4.
commit to user