Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum Status Asmatikus adalah penyakit asma yang berat
disebabkan oleh peningkatan respon dari trachea dan bronkus terhadap
bermacam macam stimuli yang ditandai dengan penyempitan bronkus atau
bronkhiolus dan sekresi yang berlebih lebihan dari kelenjar kelenjar di
mukosa

bronchus.

Hal

tersebut

dikarenakan

adanya

faktor

yang

mempengaruhi, baik dari faktor ekstrinsik dan instrinsik.


Di dalam Faktor Ekstrinsik memperlihatkan Asma yang timbul karena
reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh adanya IgE yang bereaksi
terhadap antigen yang terdapat di udara ( antigen inhalasi ), seperti debu
rumah, serbuk serbuk dan bulu binatang, sedangkan pada faktor instrinsik
nya memperlihatkan bahwa asma timbul akibat infeksi baik itu virus, bakteri
dan jamur, cuaca iritan, bahan kimia, emosional, dan aktifitas yang
berlebihan. Penyakit asma ini berlangsung dalam beberapa jam sampai
beberapa hari, yang tidak memberikan perbaikan pada pengobatan yang
lazim. Status asmatikus merupakan kedaruratan yang dapat berakibat
kematian.
Asma diklasifikasikan sebagai penyakit, intermiten reversibel,
obstruktif dari paru-paru. Ini adalah berkembang

masalah kesehatan di

Amerika Serikat, dengan sekitar 20 juta orang terkena dampak.


Dalam 20 tahun terakhir, jumlah anak dengan asma telah meningkat
nyata, dan tidak terkemuka serius penyakit kronis pada anak-anak.
Sayangnya, sekitar 75% anak dengan asma terus memiliki masalah kronis di
masa dewasa. Jumlah kematian setiap tahunnya dari asma telah meningkat
lebih dari 100% sejak tahun 1979 di Amerika Serikat.
Asma adalah penyakit saluran udara yang ditandai oleh peradangan
saluran napas dan hyperreactivity (Meningkat tanggap terhadap berbagai

pemicu). Hyper-reaktivitas mengarah ke saluran napas karena onset akut


kejang otot pada otot polos dari tracheobronchial obstruksi pohon, sehingga
mengarah ke lumen menyempit. Selain kejang otot, terdapat pembengkakan
mukosa, yang menyebabkan edema. Terakhir, kelenjar lendir peningkatan
jumlah, hipertrofi, dan mengeluarkan lendir tebal.
Pada asma, kapasitas total paru (TLC), kapasitas residu fungsional
(FRC), dan sisa volume (RV) meningkat, tetapi tanda penyumbatan saluran
napas adalah pengurangan rasio paksa expiratory volume dalam 1 detik
(FEV1) dan FEV1 dengan kapasitas vital paksa (FVC).
Sebuah alergen (antigen) diperkenalkan untuk tubuh, dan kepekaan
seperti antibodi imunoglobulin E (IgE) terbentuk. IgE antibodi mengikat
untuk sel mast jaringan dan basofil di mukosa bronkiolus, jaringan paru-paru,
dan nasofaring. Antigen-antibodi reaksi melepaskan zat mediator primer
seperti histamin dan zat bereaksi lambat dari anaphylaxis (SRS-A) dan lainlain. Ini menyebabkan mediator kontraksi kelancaran otot dan edema
jaringan. Selain itu, sel goblet mengeluarkan lendir tebal ke saluran udara
yang menyebabkan obstruksi. Asma intrinsik hasil dari semua penyebab lain
kecuali alergi, seperti infeksi (Khususnya virus), menghirup iritasi, dan
penyebab lainnya atau etiologi. The parasimpatis sistem saraf menjadi
terangsang,

yang

meningkatkan

nada

bronchomotor,

mengakibatkan

bronkokonstriksi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa Keperawatan A6.1
Universitas Respati yogyakarta dapat mengetahui tentang penyakit asma
tikus dan asuhan keperawatan terhadap klien dengan penyakit asmatikus.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui definisi penyakit asmatikus

b. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi penyakit asmatikus


c. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala penyakit asmatikus
d. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi penyakit asmatikus
e. Mahasiswa dapat mengetahui pathway penyakit asmatikus
f. Mahasiswa

dapat

mengetahui

keperawatan penyakit asmatikus.

Penatalaksanaan

dan

asuhan

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang
dikarakteristikan oleh periode bronkospasme ( kontraksi spasme yang lama
pada jalan nafas ). (Polaski : 1996).

Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan


dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).

Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel


dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi
tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).
Asmatikus adalah Suatu serangan asma yang berat, berlangsung dalam
beberapa jam sampai beberapa hari, yang tidak memberikan perbaikan pada
pengobatan yang lazim.
Status asmatikus merupakan kedaruratan yang dapat berakibat
kematian, oleh karena itu :
a. Apabila terjadi serangan, harus ditanggulangi secara tepat dan
diutamakan

terhadap

usaha

menanggulangi

sumbatan

saluran

pernapasan.
b. Keadaan tersebut harus dicegah dengan memperhatikan faktor-faktor
yang merangsang timbulnya serangan (debu, serbuk, makanan tertentu,
infeksi saluran napas, stress emosi, obat-obatan tertentu seperti aspirin,
dan lain-lain).

Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medic berupa serangan


asam berat kemudian bertambah berat yang refrakter bila serangan 1 2 jam
pemberian obat untuk serangan asma akut seperti adrenalin subkutan,
aminofilin intravena, atau antagonis tidak ada perbaikan atau malah
memburuk.
B. Etiologi
1. Faktor Ekstrinsik
Asma yang timbul karena reaksi hipersensitivitas yang disebabkan
oleh adanya IgE yang bereaksi terhadap antigen yang terdapat di udara
(antigeninhalasi), seperti debu rumah, serbuk serbuk dan bulu binatang.
2. Faktor Intrinsik
a) Infeksi :
-

Virus yang menyebabkan ialah para influenza virus, respiratory


syncytial virus (RSV).

Bakteri, misalnya pertusis dan streptokokkus.

Jamur, misalnya aspergillus.

3. Cuaca :
Perubahan tekanan udara, suhu udara, angin dan kelembaban dihubungkan
dengan percepatan.
4. Iritan bahan kimia, minyak wangi, asap rokok, polutan udara.
5. Emosional : takut, cemas dan tegang.
6. Aktifitas yang berlebihan, misalnya berlari.
C. Manifestasi Klinik
1. Wheezing
2. Dyspnea dengan lama ekspirasi, penggunaan otot- otot asesori pernapasan

3. Pernapasan cuping hidung


4. Batuk kering ( tidak produktif) karena secret kental dan lumen jalan napas
sempit
5. Diaphoresis
6. Sianosis
7. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan
8. Kecemasan, labil dan penurunan tingkat kesadarn
9. Tidak toleran terhadap aktifitas : makan, bermain, berjalan, bahkan bicara
D. Pathofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus
yang

menyebabkan

sukar

bernapas.

Penyebab

yang

umum

adalah

hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang


timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut :
seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan
reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. (Tanjung, 2003) Pada
asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast
dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),
faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor - faktor ini akan menghasilkan edema
lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental
dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga
menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. (Tanjung,
2003) Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi

daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama


eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah
tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan
eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada
penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,
tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas
residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal
ini bisa menyebabkan barrel chest. (Tanjung, 2003)
a) Pencetus serangan (alergen, emosi/stress, obat-obatan, infeksi)
b) Kontraksi otot polos
c) Edema mukusa
d) Hipersekresi
e) Penyempitan saluran pernapasan (obstruksi)
f) Hipoventilasi
g) distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru
h) Gangguan difusi gas di alveoli
i) Hipoxemia
j) Hiperkarpia

E. Pathway
Telampir.
F. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan sputum Pemeriksaan sputum pada
penderita asma akan didapati :

a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
1.

Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal


eosinopil.

2. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
3. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
4. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
b. Pemeriksaan darah
1. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
2. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
3. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
4. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada
waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
B. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat
adalah sebagai berikut:
a.

Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan


bertambah.

b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran


radiolusen akan semakin bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.
d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
e. Bila

terjadi

pneumonia

mediastinum,

pneumotoraks,

dan

pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen


pada paru-paru.

C. Pemeriksaan tes kulit


Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

D. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi
pada empisema paru yaitu :
a. perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation.
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB (Right bundle branch block).
c. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES,
dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

E. Scanning paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa


redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

F. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara
yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau
nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak
lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon
aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja
penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai
berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan
tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
G. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan oleh status asmatikus adalah
a. Atelaktasis
b. Hipoksemia
c. Pneumothoraks Ventil
d. Emfisema
e. Gagal napas.
H. Penatalaksanaan Medis
Prinsip-prinsip penatalaksanaan status asmatikus adalah :
1. Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan :
Saatnya serangan Obat-obatan yang telah diberikan (macam obatnya dan
dosisnya).

10

2. Pemberian obat bronchodilator.


3. Penilaian terhadap perbaikan serangan
4. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid
5. Setelah serangan mereda : Cari faktor penyebab modifikasi pengobatan
penunjang selanjutnya.
6. Oksigen dosis 2-4 liter/ menit
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
Hal-hal yang perlu dikaji pada Klien asma adalah sebagai berikut:
a. Riwayat kesehatan yang lalu:
1. Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru
sebelumnya.
2.

Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor


lingkungan.

3. Kaji riwayat pekerjaan Klien.


b. Aktivitas
1. Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
2. Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan
3. Aktivitas sehari-hari.
4. Tidur dalam posisi duduk tinggi.
C. Pernapasan
1. Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau
latihan.
2. Napas memburuk ketika Klien berbaring terlentang ditempat tidur.
3. Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan
bahu, melebarkan hidung.
4. Adanya bunyi napas mengi.

11

5. Adanya batuk berulang.


d. Sirkulasi
1. Adanya peningkatan tekanan darah.
2. Adanya peningkatan frekuensi jantung.
3. Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
4. Kemerahan atau berkeringat.
e. Integritas ego
1. Ansietas
2. Ketakutan
3. Peka rangsangan
4. Gelisah
f. Asupan nutrisi
1. Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
2. Penurunan berat badan karena anoreksia.
g. Hubungan sosial
1.

Keterbatasan mobilitas fisik.

2.

Susah bicara atau bicara terbata-bata.

3. Adanya ketergantungan pada orang lain.


h. Seksualitas
1.

Penurunan libido

J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan adanya
bronkhokonstriksi, bronkhospasme, edema mukosa dan dinding bronkus,
serta sekresi mucus yang kental.
2. Resiko tinggi ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan
peningkatan kerja pernapasan, hipoksemia, dan ancaman gagal napas.
3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan serangan asma
menetap.

12

4. Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang


berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
5. Gangguan ADL yang berhubungan dengan kelemahan fisik umum,
keletihan.
6. Cemas yang berhubugan dengan adanya ancaman kematian yang
dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernapas).

7. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan informasi tidak


adekuat mengenai proses penyakit dan pengobatan.
K. Rencana Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan
dengan bronkhokontriksi, bronkhospasme, edema mukosa dan dinding
bronkus, serta sekresi mucus yang kental.
Tujuan dalam waktu 1x24 jam setelah diberikan intervensi kebersihan
jalan napas kembali efektif.
Kriteria evaluasi :
a. Dapat mendemonstrasikan batuk efektif.
b. Dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi
c. Tidak ada suara napas tambahan dan wheezing (-).
d. Pernapasan klien normal (16-20x/menit) tanpa ada penggunaan otot
bantu napas.
Rencana Intervensi :
a. Kaji warna, kekentalan, dan jumlah sputum
Rasional : Karakteristik sputum dapat menunjukkan berat ringannya
obstruksi.

13

b. Atur posisi semifowler


Rasional : Meningkatkan ekspansi dada
c. Ajarkan cara batuk efektif
Rasional : Batuk yang terkontrol dan efektif dapat memudahkan
keluarnya secret yang melekat di jalan napas.
d. Bantu klien latihan napas dalam
Rasional : Ventilasi maksimal membuka lumen jalan napas dan
meningkatkan gerakan secret ke dalam jalan napas besar untuk
dikeluarkan
e. Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500ml/hari kecuali tidak
diindikasikan
Rasional : Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan secret
dan mengefektifkan pembersihan jalan napas.
f. Lakukan fisioterapi dada dengan teknik postural drainase, perkusi,
dan fibrasi dada.
Rasional : Fisioterapi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan
secret.
g. Kolaborasi pemberian obat
Bronkodilator golongan B2.
1) Nebulizer (via inhalasi) dengan golongan terbutaline
0,25mg, fenoterol HBr 0,1% Solution, orciprenaline sulfur
0,75mg.
Rasional : Pemberian bronkodilator via ihalasi akan
langsung menuju area bronkus yang mengalami spasme
sehingga lebih cepat berdilatasi.

14

2) Intravena dengan golongan theophyline ethilenediamine


(Aminofilin) bolus IV 5-6 mg.
Rasional : Pemberian secara intravena merupakan usaha
pemeliharaan agar dilatasi jalan napas dapat optimal.
h. Agen mukolitik dan ekspektorant
Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan secret
paru untuk memudahkan pembersihan. Agen ekspektoran akan
memudahkan secret lepas dari perlengketan jalan napas.
i. Kortikosteroid.
Rasional : Kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas dengan
hipoksemia dan menurunkan reaksi inflamasi akibat edema mukosa
dan dinding bronchus.

15

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. KASUS
Nn.B 18 thn ,Agama Islam,dan

nama walinya adalah Tn. Eko. Masuk

kerumah sakit pada tanggal 27 april 2011 klien masuk melalui poliklinik
penyakit dalam , dengan keluhan sesak napas , saat dilakukan pemeriksaan,
Nn. B mengeluh sesak pada saat ia bernapas, batuk kering dan nyeri pada
dada dan abdomen. Klien juga mengatakan lemah,lemas dan hanya bias
berbaring saja karena susah bernapas jika beraktifitas, aktivitas sehari hari
klien di bantu oleh keluarganya. Skala nyeri klien adalah 5 . Klien
mengatakan 3 tahun yang lalu pernah, ia pernah dirawat di rumah sakit
dengan sakit yang sama, dan dokter saat itu mengatakan bahwa dia sakit
asma. Nn.B tampak lelah, dan nmengatakan adanya alergi pada debu, dan
sangat rentan kena asma pada udara malam.nn. B Menggunakan otot bantu
pernapasan, tampak adanya pernapasan cuping hidung. Pada saat pengkajian
klien tampak susah bernapas dan ketika ekspirasi terdengar bunyi wheezing.
Dari hasil pemeriksaan fisik klien didapatkan TD : 120/80, RR : 29 x/mnt ,
Nadi : 113x/mnt, klien tampak lemah dan letih, wajah klien tampak pucat.
Hasil pemeriksaan radiologi paru Nn.B , didapati hiperinflasi pada parunya.
Pengkajian
Nama Perawat

: Perawat Dila

Tanggal Pengkajian

: 28 April 2011

Ruang Perawatan

: Dahlia, Rumah Sakit Respati

Jam Pengkajian
Tanggal Masuk

1. Biodata :

16

: 08.00 wib
: 27 April 2011

Klien
Nama

: Nn. B

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

:-

Status Pernikahan : Belum Menikah


Alamat

: Jogjakarta

Diagnosa Medis

: Status Asmatikus

Penanggung Jawab
Nama

: Tn. Eko

Agama

: Islam

Pendidikan

: Sarjana Ekonomi

Pekerjaan

: Admin di sebuah perusahaan swasta

Status Pernikahan

: Menikah

Alamat

: Jogjakarta

Hubungan dengan klien

: Orang tua

2. Keluhan utama :
Klien mengeluh sesak napas.
3. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Penyakit Sekarang :

17

Klien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas pada saat ia
bernapas karena klien terlihat lelah dan lemas saat bernapas.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien menderita penyakit asma sejak 3 tahun yang lalu.
4. Basic Promoting physiology of Health
a) Aktivitas dan latihan
Klien sangat lemah sehingga untuk aktivitas yang berat dibantu
keluarga dan aktivitas yang dikerjakan Klien hanya sebatas ringan saja,
seperti membaca buku, dan menonton TV. Tingkat kemandirian skala 1
yaitu sebagian aktivitas klien dibantu oleh keluarga.
b) Tidur dan istirahat
Untuk istirahat klien mengatakan tidak pernah mengalami
masalah, kecuali pada saat penyakitnya kambuh.
c) Kenyamanan dan nyeri
Klien mengatakan nyeri yang dirasakannya mengganggu. Saat
dilakukan pengkajian nyeri didapatkan :
P : saat terkena debu dan udara malam
Q : nyeri yang dirasakan klien terus menerus
R : pada dada
S : skala nyeri 5
T : sekitar 15 menit
d) Nutrisi
Klien masuk rumah sakit dengan BB 50 kg, sebelum masuk
rumah sakit nafsu makan klien baik. Sejak masuk rumah sakit, klien
mengatakan nafsu makannya kurang.
e) Cairan, elektrolit dan asam
Klien mengatakan dalam sehari minum Klien minum 6 gelas
blimbing, dalam 1 gelas ukurannya 200 cc.
Minum 6 gelas sehari = 6 x 200 = 1200 ml

18

Infus 500 cc/6 jam = 4 x 500 cc = 2000


Air metabolisme 5/kg BB/hari=5x69=345ml
Intake=1200+2000+345=3545ml
Urin = 5 x 300= 1200 ml/hari
IWL =14/kg/hari=15 x 69= 1035ml
IWL = IWL+200 (suhu sekarang - 370C) = 1035 + 200(38 - 37) = 1235
Output=1500+100+1235=2835
BC =Intake-Output
=4545-2835
= + 1710ml
pH =7,28
f) Oksigenasi
Pada saat masuk rumah sakit klien mengalami sesak nafas dan
dyspnea / sakit saat bernafas, RR klien tanpak cepat dan dangkal.
g) Eliminasi fekal/bowel
Klien BAB normal dalam sehari 1X, klien mengatakan jarang
sekali menderita diare.
h) Eliminasi urin
Klien BAK dengan mudah dan tidak merasa sakit saat BAK
ataupun ada keluhan lain saat BAK.
i) Sensori, persepsi dan kognitif
Klien tidak mengalami gangguan persepsi sensori. Kllien juga
tidak menggunakan alat bantu penglihatan dan alat bantu untuk
berjalan. Pendengaran klien masih normal dan tidak mengalami
gangguan. Penciuman klien masih normal.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum Klien tampak lemah dan wajah tampak pucat. Pada
saat dipanggil klien menoleh, gerak Klien aktif , klien berbicara tidak
jelas,ehingga tingkat kesadaran klien apatis. Pemeriksaan TTV

19

didapatkan hasil : TD : 100/70 mmHg, nadi : 110x/menit, RR :


27x/menit, suhu : 37,7 0C.
b. Pemeriksaan kepala
-

Inspeksi : bentuk kepala klien mesochepal dan tidak terdapat lesi,


tidak ada hematom, rambut klien bersih tidak rontok, muka klien
tampak pucat, berkeringat, tidak ada lesi pada muka klien. Sklera
klien berwarna putih bersih, terdapat sekret pada mata, konjunctiva
anemis. Hidung klien simetris, tidak ada septum deviasi, tidak ada lesi
juga tidak ada epistaksis, tidak ada polip. Pada pemeriksaan bibir klien
didapatkan bibir klien kering, tidak ada stomatitis. Pada telinga klien
bentuknya simetris, telinga klien sedikit kotor.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada rambut rontok, muka tampak
pucat, hidung simetris ,dan tidak ada septum deviasi.

c. Pemeriksaan leher , leher klien simetris tidak ada penyimpangan, tidak


ada pembesaran kelenjar tyhroid, saat dilakukan pengukuran JVP
didapatkan nilai 2 cm, tidak ada kaku kuduk, tidak terjadi kesusahan
dalam menelan.
d. Pemeriksaan dada dibagi jadi 2 :
a)
-

Pulmonal /paru
Inpeksi : bentuk tulang dada simetris, tetapi saat bernapas klien
terlihat pengembangan dada yang tidak simetris.

Palpasi : pada saat dilakukan palpasi volal fremitus dapat terasa


getaran yang berat .

Perkusi : suara perkusi yang dapat dihasilkan dari paru-paru


klien terdapat pekak yang menunjukkan banyak sekret.

Auskultasi : saat dilakukan auskultasi terdapat suara whweezing


pada pernapasan klien.

b)

Coroner / jantung
Auskultasi = Terdapat suara bunyi jantung yaitu S1 dan S2
yang berarti tidak ada gannguan pada jantung.

e. Pemeriksaan abdomen

20

1. Inspeksi : bentuk abdomen klien simetris, tidak asites ataupun


kemerahan.
2. Auskultasi : karakter bunyi peristaltiknya normal, frekuensi
peristaltic ususnya didapatkan nilai 12x/menit masih dalam
rentang normal.
3. Palpasi : saat dilakukan palpasi terdapat terdapat nyeri tekan,
karena adanya pengaruh otot pada abdomen.
4. Perkusi : Kajian jenis & lokasi bunyitympani (normal pd usus)
hypertimpani (kembung), menentukan batas hepar.
f. Pada Genetalia klien warnanya sama dengan warna kulit,tidak
terdapat lesi pada vulva, Pada palpasi tidak terdapat nyeri.
g. Pengkajian ekstremitas, klien terdapat edema dan kekuatannya
ototnya melemah.

B. Diagnosa Keperawatan
a) Analisa Data
No
1.

Data Fokus
DS : klien mengatakan sesak
pada saat ia bernapas,
batuk kering dan nyeri
pada dada dan abdomen.
adanya alergi pada debu.
DO : klien tampak susah
bernapas dan ketika
ekspirasi terdengar bunyi
wheezing. Dari hasil
pemeriksaan fisik klien
didapatkan TD : 120/80,

21

Etiologi
Spasme jalan napas

Problem
Bersihan jalan napas tidak
efektif

RR : 29 x/mnt , Nadi :
113x/mnt
2.

Ds: Klien mengatakan sesak


pada saat bernafas,nyeri
pada dada dan abdomen.
Do: Klien tampak lemah,letih,
dan wajah tampak pucat.
Hasil pemeriksaan
Radiologi menunjukan
terjadi Hiperinflasi pada
parunya. Menggunakan
otot bantu pernapasan,
tampak adanya pernapasan
cuping hidung
Pada TTV klien
menunjukkan :
TD

: 120/80.

RR

: 29x/menit.

Nadi : 113x/menit.

22

Penurun
energi/kelelahan.

Pola nafas tidak efektif.

3.

Ds: Klien mengatakan sesak

Kelemahan

Intoleransi Aktivitas

saat bernapas , batuk


kering, dan nyeri pada
dada dan abdomen.
Klien juga mengatakan
lemah, lemas, dan hanya
bisa berbaring saja karena
susah

bernapas

saat

beraktivitas.
DO : Terlihat TTV klien :
TD: 120/80, RR : 29
x/menit, dan nadi 113
x/menit. Wajah Klien
tampak pucat. Aktivitas
Sehari

klien

dibantu

oleh kelurga.

b)Diagnosa Prioritas
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhungan dengan Spasme jalan
napas yang ditandai dengan klien mengatakan sesak pada saat ia
bernapas, batuk kering dan nyeri pada dada dan abdomen. adanya
alergi pada debu dan klien tampak susah bernapas dan ketika
ekspirasi terdengar bunyi wheezing. Dari hasil pemeriksaan fisik
klien didapatkan TD : 120/80, RR : 29 x/mnt , Nadi : 113x/mnt.
2. Pola napas tidak efektif berhungan dengan penurunan energi atau
kelelahan ditandai dengan Klien mengatakan sesak pada saat
bernafas,nyeri pada dada dan abdomen, Klien tampak lemah,letih,
dan wajah tampak pucat, Menggunakan otot bantu pernapasan,

23

tampak adanya pernapasan cuping hidung ,Hasil pemeriksaan


Radiologi menunjukan terjadi Hiperinflasi pada parunya dan Pada
TTV klien menunjukkan TD

: 120/80, RR

: 29x/menit dan

Nadi : 113x/menit.
3. Intoleransi aktivitas berhungan dengan kelemahan yang dintai
dengan Klien mengatakan sesak saat bernapas , batuk kering, dan
nyeri pada dada dan abdomen, Klien juga mengatakan lemah,
lemas, dan hanya bisa berbaring saja karena susah bernapas saat
beraktivitas dan Terlihat TTV klien TD: 120/80, RR : 29 x/menit,
dan nadi 113 x/menit. Wajah Klien yang

tampak pucat dan

aktivitas- aktivitas Sehari klien dibantu oleh kelurga.

24

c) Rencana Tindakan Keperawatan


Nama

: Nn.B

No. CM

: 12455

Umur

: 18 tahun

Tanggal masuk RS

: 28 april 2011

Ruang

:Dahlia, Rumah Sakit Respati

Diagnosa

: Status Asmatikus

No
1

Diagnosa
Bersihan jalan

Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan

Intervensi
1. Kaji TTV.

nafas tidak efektif

keperawatan selama 1x24 jam pada

2. Lakukan

b.d spasme jalan

Nn.B, diharapkan jalan nafas klien

pemeriksaan

klien meliputi nadi,

napas.

menjadi efektik dengan kriteria hasil :

auskultasi.

TD, RR, dan suhu.

b.1.1.a.i.1.
ditandai

Klien merasa nyaman


dengan

keluhan

sesak

perubahan keadaan

2. Untuk mengetahui

dokter untuk

adanya bunyi

nafas dan nyeri dada serta abdomen

pemberian obat

tambahan,

yang diarasakan klien berkurang.

sesuai dengan

2. Klien tidak mengeluh sakit saat


batuk.
3. TTV klien dalam rentang normal
yaitu :
RR : 16 24x/menit

25

3. Kolaborasi dengan

Rasionalisasi
1. Untuk mengetahui

3. Untuk

indikasi

merelaksasikan otot

bronkodilator.

halus dan

4. Kolaborasi dengan

menurunkan spasme

dokter pemberian

jalan nafas, mengi,

obat antibiotik yaitu

dan produksi mukosa.

TTD
Dila

Nadi : 60 100x/menit.

lamoxilin.

4. Untuk membunuh

4. Bunyi nafas bronkhovesikuler

kuman yang terdapat

pada daerah bronkus.

pada sputum

5. Bunyi nafas vesikuler di semua


2

Pola nafas tidak

lapang paru.
Setelah dilakukan tindakan

1. Kaji TTV klien.

efektif

keperawatan pada Nn.B, selama 2x24

2. Beritahu klien untuk

berhubungan

jam. Diharapkan pola nafas dapat

dengan penurunan

kembali normal. Dengan kriteria hasil:

energi atau
kelelahan.

1. Sesak napas klien mulai


berkurang.
2. Tidak lagi menggunakan otot
bantu pernapasan.
3. Tidak ada lagi pernapasan cuping
hidung.
4. TTV dalam batas normal yaitu
TD : 110/70-120/80mmHg, RR :
16-24x/menit, nadi : 60100x/menit, suhu : 36,5-37,50C .

26

(staphilococcus).
1. Mengidentifikasi

banyak istirahat.
3. Kolaborasi

keadaan umum klien.


2. Untuk memulihakan

dengan

dokter

untuk

kondisi kelelahan
klien.

pemberian oksigen ( 2- 3. Agar kebutuhan


4 liter/menit ).
4. Ajarkan

klien

oksigen klien
untuk

nafas dalam.
5. Kolaborasi dengan ahli

terpenuhi .
4. Agar dapat mengatur
pernapasan klien.

terapi pernapasan

5. Untuk merencanakn

untuk memastikan

terapi oksigen yg

keadekuatan ventilator

akan diberikan pada

mekanis.

klien.

Dila

Intoleransi

Setelah dilakukan tindakan kepada Nn.

1. Observasi KU klien.

aktivitas b.d

b selama 3 x 24 jam Klien mampu

2. Dekatkan alat- alat

kelemahan.

melakukan aktivitas, dengan kriteria

yang dibutuhkan

keaadaan umum

hasil :

klien.

Klien.

1. Keadaan umum baik..


2. Klien mampu memenuhi

3. Libatkan keluarga

1. Dengan
mengobservasi

2. Dengan mendekatkan

dalam memenuhi

alat-alat yang

kebetuhan sehari-hari dibantu

kebutuhan sehari-

dibutuhkan Klien

keluarga dan perawat seminimal

hari.

dapat melatih Klien

mungkin.
3. Klien dapat melakukan ROM pasif

4. Kolaborasi dengan
ahli gizi.

untuk tidak
bergantung dengan
orang lain.
3. Dengan membantu
klien dalam
memenuhi kebutuhan
sehari-hari akan dapat
mengurangi aktivitas
klien.
4. Untuk memenuhi
kebutuhan klien.

27

Dila

d) Catatan Perkembangan
Nama

: Nn.B

No. CM

: 12455

Umur

: 18 tahun

Tanggal masuk RS

: 28 april 2011

28

Ruang

: Dahlia,Rumah

Sakit Diagnosa

: Status Asmatikus

Respati
HariPertama
Dx

Tanggal

Wakt

Implementasi

Evaluasi

TTD

28/04/2011

Dila

u
1

28/4/2011

1. Mengkaji KU.
07.00

S : Klien bersedia diukur TTV


nya.
O : RR : 27x/menit.Bunyi

Jam 13.00
S : Klien mengeluh masih terasa
sedikit sesak saat bernapas.

pernapasan wheezing.
2. Melakukan pemeriksaan
auskultasi
07:00

S : Klien bersedia dilakukan

O : RR : 27x/menit
Bunyi napas wheezing.

pemeriksaan bunyi napas


O : Terdengar suara napas
wheezing yang semakin
berkurang.

29

A : Tujuan belum tercapai.

P : Intevensi 1,2,3,dan 4 Dilanjutkan.


3. Berkolaborasi dengan dokter
untuk pemberian obat sesuai
dengan indikasi bronkodilator
11:00

(sanbutamol).
4. Berkolaborasi dengan dokter
pemberian obat antibiotic
amoxiline 500mg.

11:30

2.

28/04/2011

1. Mengkaji TTV klien.


07:00

S : Klien mengatakan masih


susah untuk bernapas.
O : Di dapati TTV klien RR : 27

28/04/2011
Jam 13.00
S: Klien mengatakan belum merasa
nyaman dalam bernafas.

x/mnt , tampak pernapasan


cuping hidung, Klien tampak
menggunakan otot bantu

30

O: Klien masih tampak sesak napas.

Dila

pernapasan.
A: Tujuan belum tercapai.

2. Memberitahu klien untuk banyak P: Lanjutkan intervensi


07:30

istirahat
S : Klien mau mendengarkan
saran perawat.
O : Klien tampak dengan sungguh
sungguh melakukan saran
perawat.

11:00
3. Mengkolaborasi dengan dokter
untuk pemberian oksigen ( 2-4
liter/menit )
11:30

4. mengajarkan klien untuk nafas


dalam

31

No: 1, 2, 3, 4,dan 5 .

S: Klien memperhatikan dengan


baik pengajaran perawat.
12.00

O: Klien dapat melakukan dengan


benar tapi masih susah untuk
bernapas.
5. mengkolaborasi dengan ahli
terapi pernapasan untuk
memastikan keadekuatan
ventilator mekanis.

3.

28/04/2011
07.00

1. Mengobservasi Keadaan Umum

28/04/2011

O : Keadaan umum lemah.

Jam 13.00

2. Mendekatkan alat-alat yang


07:30

dibutuhkan klien.

S : Klien mengatakan belum dapat


melakukan aktivitas sendiri.

S : Klien mengatakan tidak bisa


mengambil alat-alat yang
dibutuhkan.
O : Klien terlihat kesulitan

32

O : Keadaan umum lemah


Klien menunjukkan
ketidakmampuan untuk

Dila

mengambil alat-alat yang

melakukan aktivitas secara

dibutuhkan.

mandiri.Intake nutrisi klien

3. Membantu klien dalam memenuhi

terpenuhi dengan baik.

kebutuhan sehari-hari.
11:00

S : Klien mengatakan bahwa

A : Tujuan belum tercapai.

klien merasa terbantu dalam


memenuhi kebutuhan sehariharinya.
O : Kebutuhan sehari-hari klien
dapat terpenuhi.
4. Melibatkan keluarga dalam
11:30

pemenuhan kebutuhan sehari-hari


klien.
O : Keluarga klien mengalami
kesulitan dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari klien
karena keluarga belum

12.30

33

P : Intervensi 1,2,3,dan 4 dilanjutkan.

terbiasa.
5. Mengkolaborasi dengan ahli gisi
dengan dalam pemberian nutrisi.

34

Hari kedua
Tanggal
1

Waktu

29/04/2011

Implementasi
1. Mengkaji KU:

07.00

S: O : RR

Evaluasi

TTD

29/04/2011

Dila

Jam 13.00
: 27 x/menit.

Suara napas bronkovesikuler


07:30

2. Memberikan obat sanbutamol.

11:00

3. Memberikan obat antibiotic


amoxiline 500mg.

S : klien mengatakan sesak napas


mulai berkurang.

O : RR : 27 x/menit
Bunyi napas bronkovesikuler

A : Tujuan belum tercapai.

P : Intevensi 1,2,dan 3 dilanjutkan.

35

29/04/2011

1. Mengkaji KU klien.
07.00

29/04/2011

S : Klien mengatakan rasa sesak


nafasnya sudah tidak begitu
terasa.

Dila

Jam 13.00
S: klien mengatakan masih berat dalam
bernafas.

O : Di dapati RR klien : 27 x/mnt


, tampak pernapasan cuping
hidung, pasien tampak

O: klien dalam bernafas tampak masih

menggunakan otot bantu

menggunakan

otot

bantu

pernapasan.

pernafasan dan pernapasan cuping


hidung

2. Memberitahu klien untuk banyak


07:30

A: Tujuan belum tercapai

istirahat.
S : Klien mau mendengarkan saran P: Intervensi 1,2,3,4,dan 5 dilanjutkan,
perawat.
O: klien tampak dengan sungguh
sungguh melakukan saran

36

perawat
11:00

3. Memantau

aliran

pemberian

oksigen yang sudah dipasang.


S:O : klien tampak nyaman.
11:30

4. Mengajarkan klien untuk nafas


dalam.
S: Klien memperhatikan dengan
baik pengajaran perawat
O: Klien dapat melakukan
dengan benar tapi masih
susah untuk bernapas

12:30

5. Memantau keadekuatan ventilator


mekanis.

37

29/04/2011

1. Mengobservasi Keadaan Umum

29/04/2011

Dila

07.00

O : Keadaan Umum Baik.


2. Mendekatkan alat-alat yang

07:30

Jam 13.00
S : Klien mengatakan masih lemah.

dibutuhkan klien.
S : Klien mengatakan dapat
mengambil alat-alat yang
dibutuhkan.

O : Aktivitas klien tampak masih


dibantu oleh keluarganya.

O : Klien terlihat mampu


mengambil alat-alat yang

A : Tujuan belum tercapai.

dibutuhkan.
3. Membantu klien dalam
11:00

memenuhi kebutuhan sehari-hari.


S : Klien mengatakan bahwa
klien merasa terbantu dalam
memenuhi kebutuhan sehariharinya.
O : Kebutuhan sehari-hari klien
dapat terpenuhi.

38

P : Intervensi 1,2,3,4 dan 5 dilanjutkan.

4. Melibatkan keluarga dalam


11:30

pemenuhan kebutuhan sehari-hari


klien.
O : Keluarga klien sangat antusias
dalam membantu pemenuhan
kebutuhan sehari-hari klien.

12:30

5. Monitor intake nutrisi.


O : Intake nutrisi klien
terpenuhi dengan baik.

39

Anda mungkin juga menyukai