Anda di halaman 1dari 36

BAGIAN

REGULASI,ANALISIS

RISIKO,

DAN

PENGANGGARAN

MODAL

Bab 12 Regulasi dan Antitrust: Peran Pemerintah dalam Perekonomian

175
177

12-1 REGULASI PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG KALANGAN BISNIS SERTA MELINDUNGI


KONSUMEN, PEKERJA, DAN LINGKUNGAN

178

Regulasi Pemerintah yang Membatasi Persaingan


Regulasi Pemerintah untuk Melindungi Konsumen, Pekerja, dan Lingkungan

178
180

Aplikasi Kasus 12-1

Pembatasan Persaingan dalam Penentuan Harga Susudi New York City dan AS

181

Aplikasi Kasus 12-2

FDA Meningkatkan Regulasi dalam Industri Makanan

183

Aplikasi Kasus 12-3

Regulasi Sangat Mengurangi Polusi Udara

dan Obat-obatan

184

12-2 EKSTERNALITAS DAN REGULASI

185

Arti dan Nilai Penting Eksternalitas


Kebijakan untuk Mengatasi Eksternalitas
Aplikasi Kasus 12-4
Pasar bagi Izin Pembuangan Limbah

185
188
190

12-3 REGULASI FASILITAS UMUM

192

Fasilitas Umum sebagai Monopoli Alamiah


Kesulitan dalam Regulasi Fasilitas Umum
Aplikasi Kasus 12-5 Peningkatan Tarif Listrik Diregulasi untuk Con EdisonTetapi Tidak untuk Waktu yang Terlalu Lama 195

192
193

12-4 ANTITRUST; REGULASI PEMERINTAH ATAS STRUKTUR PASAR DAN PERILAKU BISNIS

196
196
197
197
198
193
193
, 98
199
199

Sherman Act (1890)


Clayton Act (1914)
Federal Trade Commission Act (1914)
Robinson-Patman Act (1936)
Wheeler-Lea Act (1938)
Celler-Kefauver Antimerger Act (1950)

12-5 PENEGAKAN HUKUM ANTITRUST DAN GERAKAN DEREGULASI


Penegakan Hukum Antitrust; Beberapa Pengamatan Umum
Penegakan Hukum Antitrust; Struktur
Aplikasi Kasus 12-6 Kasus IBM dan AT&T

201

Aplikasi Kasus 12-7 Antitrust dan Lonjakan Merger Baru

202

Penegakan Hukum Antitrust; Perilaku Bisnis

203

Gerakan Deregulasi

205

Aplikasi Kasus 12-8 Kasus Antitrust Microsoft

205

Aplikasi Kasus 12-9 Deregulasi Industri Penerbangan: Suatu Penilaian

207

12-6 REGULASI PERSAINGAN INTERNASIONAL

208

Aplikasi Kasus 12-10 Pembatasan Ekspor Sukarela atas Mobil Jepang ke Amerika Serikat

210

Aplikasi Kasus 12-11 Pengurangan Pembatasan Perdagangan dalam Putaran Uruguay

211

RINGKASAN

,7

alam

bab

ini

kita

akan

mengkaji

regulasi

dan

antitrust,

atau

peran

pemerintah

dalam

perekonomian. Peran tradisional pemerintah untuk menegakkan hukum dan undang-undang


serta menjaga pertahanan keamanan nasional telah berkembang seiring berlalunya waktu, khususnya
dalam beberapa dekade terakhir, sehingga saat ini pengaruhnya dirasakan oleh banyak industri,
perusahaan, dan konsumen. Karena itu, para manajer perlu mengetahui dengan baik hukum dan
regulasi bisnis untuk mengetahui kapan harus mencari bantuan hukum dalam menjalankan bisnis
mereka dan agar mampu menyadari ketika para pesaing membahayakan perusahaannya melalui
tindakan bisnis yang melanggar hukum.
Menurut sebuah teori tentang keterlibatan pemerintah dalam perekonomian, regulasi
muncul karena adanya tekanan dari pihak pengusaha, konsumen, serta kelompok lingkungan dan
menghasilkan regulasi yang mendukung kalangan bisnis dan melindungi konsumen, pekerja, dan
lingkungan. Teori regulasi ini dibahas dalam bagian pertama bab ini. Namun, menurut teori yang
lebih tradisional, regulasi dilakukan untuk memastikan bahwa sistem ekonomi bergerak dengan cara
yang konsisten demi kepentingan publik dan untuk mengatasi kegagalan pasar. Hal ini didiskusikan
dalam Subbab 12-2 dan 12-3. Subbab 12-4 merangkum hukum antitrust AS, yang dirancang untuk
meningkatkan persaingan dan melarang tindakan yang menghambat persaingan yang dilakukan
perusahaan. Subbab 12-5 mengkaji penegakan hukum antitrust dan gerakan deregulasi yang akhirakhir ini muncul. Terakhir, Subbab 12-6 membahas regulasi persaingan internasional.

>

12-1 REGULASI PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG


KALANGAN BISNIS SERTA MELINDUNGI
KONSUMEN, PEKERJA, DAN LINGKUNGAN
Menurut teori ekonomi tentang regulasi {economic theory of regulation)kadang-kadang
disebut capture theory of regulationyang dikembangkan oleh Stigler dan kawan-kawan,1
regulasi adalah hasil dari tidakan kelompok penekan serta menghasilkan hukum dan kebijakan
yang mendukung kalangan bisnis serta melindungi konsumen, pekerja, dan lingkungan. Dalam
bagian ini, kita mengkaji regulasi yang melindungi perusahaan dari persaingan dan melindungi
konsumen dari praktik bisnis yang tidak adil, pekerja dari kondisi kerja yang berbahaya, dan
lingkungan dari polusi dan kerusakan.

Regulasi

Pemerintah

yang

Membatasi

Persaingan

Ratusan kelompok penekan {pressure groups) yang berasal dari kalangan bisnis, petani,
pedagang, dan kelompok profesi telah berhasil membujuk pemerintah (lokal, negara bagian,
dan federal) untuk melaksanakan berbagai regulasi, yang akibatnya (meskipun mungkin tidak
selalu dan seluruhnya disengaja) membatasi persaingan dan menciptakan kekuatan pasar yang
artifisial. Regulasi ini meliputi pemberian lisensi, paten, pembatasan pada persaingan harga,
G. Stigler, The Theory of Economic Regulation, "Bell Journal of Economics and Management Science (Musim semi
1971), hal. 3-21; J. Buchanan dan G. Tullock, The Calculus of Consent (Ann Arbor: University of Michigan Press,
1962); dan R. Posner, Theories of Economic Regulation,Bell Journal of Economics and Management Science
(Musim gugur 1974), hal. 335-358

secara singkat
Sebuah lisensi sering kali dibutuhkan untuk masuk dan tetap bertahan dalam banyak bidang
itSfl&a (seperti mengoperasikan stasiun radio atau TV atau toko minuman keras), profesi (seperti
kesehatan atau hukum), dan perdagangan (seperti mengemudikan taksi atau menjadi ahli gizi).
Pemberian lisensi (licensing) biasanya diterima untuk memastikan sebuah tingkat kemampuan
yang minimum dan untuk melindungi masyarakat dari penipuan dan bahaya, di mana sulit bagi
masyarakat untuk mengumpulkan informasi independen tentang kualitas suatu produk atau
jasa, dan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya cukup besar. Meskipun begitu, tidak dapat
dihindari bahwa pemberian lisensi menjadi sebuah cara untuk membatasi pemain baru dalam
bisnis, profesi, atau perdagangan dan untuk membatasi persaingan. Kadang-kadang pemberian
lisensi terlihat tidak mempunyai fungsi lain kecuali untuk membatasi masuknya pemain baru
dan persaingan.
Contoh pemberian lisensi dapat berupa standar tinggi yang berlebihan sebagai syarat untuk
masuk ke dalam serikat keahlian tertentu, pembatasan yang terlalu ketat yang dilakukan oleh
Asosiasi Kesehatan Amerika (American Medical AssociationAM A) selama puluhan tahun, untuk
bisa masuk sekolah kedokteran di AS serta dalam hal pemakaian tenaga kerja kesehatan untuk
melaksanakan banyak fungsi-fungsi rutin, juga pembatasan jumlah pelanggan yang bisa dimiliki
oleh sebuah perusahaan angkutan truk atau ukuran kuas cat yang boleh digunakan tukang cat.
Bahkan ketika pemberian lisensi memang betul-betul dibutuhkan, hasil yang tak terhindarkan
adalah juga membatasi masuknya pemain baru dan membatasi persaingan, sehingga menaikkan
harga yang harus dibayar konsumen dan meningkatkan laba bagi para pemegang lisensi. Ini adalah
alasan penting mengapa banyak pengusaha, kelompok profesi, dan asosiasi perdagangan sangat
mendukung pemberian lisensi dan regulasi, serta secara aktif melakukan lobi untuk melawan
deregulasi. Sebagai contoh, harga dan tingkat laba dalam industri angkutan truk menurun tajam
pada awal dekade 1980-an sebagai akibat deregulasi industri angkutan truk (selain diakibatkan
resesi ekonomi) dan American Truckers Association membuat petisi kepada Kongres AS untuk
kembali membuat regulasi.
Paten adalah cara lain bagi pemerintah untuk membatasi persaingan dan masuknya pemain
baru ke dalam suatu industri, kelompok profesi atau perdagangan. Sebuah paten (patent), adalah
hak yang diberikan oleh pemerintah federal kepada seorang penemu untuk menggunakan secara^
eksklusif penemunya selama 17 tahun. Pemegang paten (individu atau lembaga) bisa menggunakan
paten secara langsung atau memberikan lisensi kepada pihak lain untuk menggunakan penemuan
tersebut, denganlmbalan berupa pembayaran royalti. Pemberian monopoli yang terbatas kepada
investor tersebut, bertujuan untuk mendorong terjadinya penemuan-penemuan baru, tetapi juga
mengakibatkan terbatasnya jumlah output dan tingginya harga. Sesungguhnya kekuatan monopoli
yang diakibatkan oleh paten tidak dibatasi hanya oleh waktu, tetapi juga karena perusahaan lain
berusaha untuk mengembangkan produk atau proses yang serupa. Tetapi, hal ini kadang-kadang
tidak mungkin dilakukan karena perusahaan besar sering kali memegang begitu banyak hak paten
atau sebuah bidang tertentu dan membatasi masuknya pihak lain, jauh sebelum hak paten yang
asli habis batas waktunya. Hal ini berlaku dalam industri tertentu seperti aluminium, pabrik
sepatu, alat-alat fotografi, dan banyak lainnya. Meskipun dibatasi oleh hukum antitrust,kekuatan
monopoli ini kadang-kadang diperkuat oleh perjanjian pemberian lisensi silang, yaitu sebuah

perusahaan mengizinkan perusahaan lain dalam bidang terkait untuk menggunakan sebagian
patennya sebagai pertukaran atas paten perusahaan lain tersebut. Hasilnya adalah perjanjian yang
menyerupai kartel, yang secara tidak langsung diakibatkan oleh pemerintah, sehingga beberapa
perusahaan mendominasi teknologi dalam suatu bidang tertentu.
Juga terdapat banyak pembatasan persaingan harga yang merupakan akibat langsung dari
tindakan pemerintah. Termasuk di dalamnya harga dasar bagi hasil-hasil pertanian yang ditetapkan
pemerintah, tingkat tarif angkutan truk dan penerbangan sebelum'deregulasi, tarif pelayaran
samudera, dan banyak lainnya (lihat Aplikasi Kasus 12-1). Salah satu aspek dari RobinsonPatman Act yang disahkan pada tahun 1936 adalah untuk mengamandemen Clayton Act (dibahas
dalam Subbab 12-4), juga membatasi persaingan harga dengan melarang penjualan dengan harga
yang lebih murah kepada seorang pembeli atau dalam sebuah pasar dibanding pasar lainnya,
atau menjual pada tingkat harga yang terlalu rendah dengan tujuan merusak persaingan atau
menyingkirkan pesaing. Sementara regulasi yang dibuat untuk melindungi pedagang eceran kecil
(khususnya toko bahan makanan dan toko obat kecil) dari persaingan harga yang dilakukan oleh
toko berantai milik pedagang ritel besar, didasarkan pada kemampuan pedagang ritel besar untuk
memperoleh harga yang lebih rendah serta biaya konsesi jasa perantara {brokerage concession
fee) karena melakukan pembelian dalam jumlah besar dari para pemasok. Jika melihat semakin
sedikitnya jumlah pedagang kecil bahan makanan, toko obat dan pedagang kecil lainnya, dan
semakin bertambahnya jumlah serta ukuran berbagai pasar swalayan, maka regulasi tersebut
kelihatannya tidak terlalu berhasil.
Pemerintah banyak melakukan tindakan lainnya yang secara langsung mendukung sektor
perekonomian tertentu, khususnya pertanian, transportasi, dan energi dengan memberikan
subsidi dan perlakuan pajak khusus. Sektor pertanian dibantu dengan tunjangan harga dan banyak
program lain yang membebani konsumen dan pembayar pajak senilai miliaran dolar per tahun.
Selain subsidi langsung, angkutan kereta api memperoleh tanah di sepanjang jalur mereka dengan
gratis, industri kelautan telah banyak bantuan subsidi langsung yang besar, penerbangan telah
memperoleh banyak keuntungan dari riset pemerintah tentang angkasa luar, dan sektor energi
(minyak, gas, dan batubara) mendapatkan keuntungan karena pemberian tunjangan penyusutan.
Meskipun semua tindakan pemerintah untuk menunjang pengusaha ini telah dibenarkan atas
dasar kepentingan nasional, tindakan tersebut sering kali mencerminkan tekanan lobi yang kuat
dari kalangan industri yang mencari dukungan untuk membatasi masuknya pemain baru dan
membatasi persaingan.

Regulasi Pemerintah untuk Melindungi Konsumen, Pekerja,


dan Lingkungan
Pemerintah juga melakukan campur tangan dalam perekonomian untuk melindungi konsumen
dari praktik bisnis yang tidak adil, buruh dari kondisi kerja yang berbahaya, dan lingkungan
dari polusi dan kerusakan. Hukum dari regulasi ini sering kali disahkan atau dilaksanakan untuk
menjawab tekanan politis yang dilakukan oleh beberapa kelompok konsumen, asosiasi kerja, atau
kelompok pecinta lingkungan. Sering kali tindakan ini berujung pada pembatasan persaingan.
Kebijakan jenis pertama yang dirancang untuk melindungi konsumen adalah kebijakan
yang mengharuskan pemberian informasi yang benar dan melarang misrepresentasi terhadap
produk Food and Drug Act 1906 melarang penipuan dan pemberian label yang menyesatkan
tmtuk makanan dan obat-obatan yang dijual dan diperdagangkan antarnegara bagian. Undangundang tersebut diperketat hingga meliputi juga produk kosmetik pada tahun 1938. Amandemen

yang lebih baru mengharuskan bahwa obat dan zat aditif kimia dalam makanan terbukti aman
bagi manusia dan bahwa herbisida dan pestisida harus diuji kadar racunnya. Federal Trade
Commission Act 1914 dirancang untuk melindungi perusahaan dari metode persaingan yang
tidak adil, yaitu pemberian gambaran yang keliru terhadap produk, tetapi pada saat yang
sama, undang-undang ini juga memberikan perlindungan yang penting bagi konsumen. Di
antara tindakan yang dilarang oleh undang-undang tersebut adalah pemberian gambaran yang
salah terhadap (1) harga produk (misalkan bahwa harga dikurangi, padahal sebelumnya telah
dinaikkan terlebih dahulu, atau bahwa produk dijual pada harga di bawah biaya produksi); ( 2)
asal produk (misalnya bahwa produk tersebut dibuat di Amerika Serikat, padahal berasal dari
luar negeri); (3) kegunaan produk (misalnya bahwa produk dapat mencegah arthritis padahal
tidak); (4) kualitas produk (misalnya menyatakan bahwa sebuah gelas terbuat dari kristal).
Undang-undang tersebut diamandemen oleh Wheeler-Lea Act 1938 yang melarang iklan yang
menyesatkan dan menipu tentang makanan, obat-obatan, alat-alat korektif, dan produk kosmetik
yang memasuki perdagangan antarnegara bagian. Undang-undang negara bagian ini juga telah
dilengkapi oleh undang-undang dan regulasi negara bagian dan lokal yang sejenis. Berdasarkan
1990 Nutrition Labeling Act, Food and Drug Administration (FDA) menetapkan persyaratan
yang lebih ketat dalam pemberian label bagi semua makanan yang dijual di Amerika Serikat
(lihat Aplikasi Kasus 12-2).
Regulasi jenis kedua yang dirancang untuk melindungi konsumen adalah hukum kebenaran
pinjaman (truth-in-lending law). Hukum ini didasarkan pada Consumer Credit Protection Act
1968, yang mengharuskan pemberi pinjaman untuk memberikan perjanjian yang lengkap dan
akurat, serta dalam bahasa yang mudah dimengerti, tentang syarat-syarat kredit, khususnya jumlah
bunga absolut dan biaya kredit lainnya serta tingkat bunga tahunan untuk pinjaman yang belum
dibayar. Perlindungan jenis ketiga terhadap konsumen diberikan oleh Komisi Keselamatan Produk
Konsumen (Consumer Product Safety Commission ), yang dibentuk pada tahun 1972 untuk (1)
melindungi konsumen dari risiko atau kecelakaan yang disebabkan penggunaan produk tertentu,
(2) menyediakan informasi kepada konsumen untuk membandingkan dan mengevaluasi tingkat
keamanan relatif dalam penggunaan berbagai macam produk, dan (3) mengembangkan standar
keamanan yang seragam untuk berbagai macam produk. Selama lima tahun pertama operasinya,
Jcomisi tersebut menarik kembali lebih dari 20 juta unit berbagai macam produk, tetapi mendapat
kritik dari berbagai kelompok konsumen karena memusatkan perhatian pada produk yang tidak
penting dan mendapat kritik dari kalangan bisnis karena penetapan standar keamanan produk
yang terlalu tinggi dan terlalu besarnya biaya untuk memenuhi standar tersebut.
Undang-undang lain yang dirancang untuk melindungi konsumen adalah (1) Fair Credit
Reporting Act 1971, yang memberikan kesempatan bagi calon penerima kredit untuk melihat suratsurat pengurusan kredit mereka dan untuk mengetahui alasan penolakan sebuah permohonan kredit,
serta melarang diskriminasi kredit berdasarkan ras, agama, jenis kelamin, status perkawinan, atau
umur; (2) Warranty Act 1975, yang mengharuskan surat jaminan ditulis dalam bahasa Inggris
sederhana, menunjukkan bagian mana yang dijamin penggantiannya dan menjelaskan bagaimana
konsumen bisa menuntut hak yang diberikan oleh surat jaminan; (3) National Highway Traffic

Safety Administration (NHTSA), yang menerapkan standar keamanan untuk lalu lintas pada jalan

tebas hambatan; dan (4) hukum yang mengharuskan toko dengan pesanan melalui pos untuk
pengirimkan pesanan dalam 30 hari atau mengembalikan uang pelanggan.
fedSebagian hukum dan regulasi? yang melindungi pekerja adalah (1^ Occupational Safety and
Health Administration (OSHA), yang menerapkan standar keselamatan untuk gas dan bahan kimia
llerbahaya, tingkat kebisingan, dan faktor bahaya lainnya? (2|* Equal Employment Opportunity
Commission (EEOC), yang melakukan regulasi atas praktik perekrutan dan pemecatan oleh
palangan bisnis; dan (3) hukum upah minimum, yang menerapkan upah dasar yang harus
dibayarkan kalangan bisnis kepada buruh yang dipekerjakan.

-Polusi dan kerusakan lingkungan mendapat regulasi dari Environmental Protection Agency
(EPA). Sejak terbentuk tahun 1970, EPA telah menjadi salah satu organisasi regulasi federal
yang paling kuat dan dianggap berhasil mengurangi banyak kerusakan lingkungan (lihat Aplikasi
Kasus 1&-3), EPA melakukan pemantauan terhadap udara-air, bahan kimia beracun, pestisida,
dan limbah, serta mengatur pemberian bantuan bagi pabrik pengolah.Umbah di seluruh Amerika
Serikat. Namun begitu, jfealangan bisnis sering kali mengeluh, atas regulasi polusi udara dan air
yang terlalu ketat. Regulasi tersebut telah meningkatkan biaya produksi sebesar ratusan miliar
dolar dalam tiga dekad
c^Glmn Air Act 1990mengharuskan pengurangan polusi secara
bertahap

dan menciptakan sebuah pasar umum yang menjual izin polusi. Banyak terdapat undang-undang
dan regulasi lain yang diciptakan untuk melindungi konsumen-.pekerja, dan lingkungan. Yang
telah dikemukakan di atas adalah yang terpenting.

12-2 EKSTERNALITAS DAN REGULASI

Menurut teori tentang regulasi yang menyangkut kepentingan masyarakat/publik (public


interest theory of regulation), regulasi pemerintah dilakukan untuk mengatasi kegagalan pasar
(market failure)? sehingga bisa menjamin bahwa sistem ekonomi beroperasi dengan cara yang
konsisten dengan kepentingan publik. Kegagalan pasar muncul karena eksternalitas dan kekuatan
monopoli yang ada dalam pasar persaingan tidak sempurna. Dalam bagian ini, kita akan
mengkaji
eksternalitas dan cara mengatasinya. Kekuatan monopoli, sebagai bentuk lain kegagalan pasar,
dibahas dalam bagian sajadahnya j t

Arti dan Nilai Penting Eksternalitas


Produksi dan konsumsi'beberapa produk M$a m^nimW^an' efek samping yang merugikan
atap menguntungkan, yang 'disebabkah dVah perusahaanatau orang yang tidak secara langsung

terlibat dalam produksi atau konsumsi produk tersebut. Ini disebut eksternalitas (
).
Kita memiliki ekonomi dan disekonomis eksternal dalam produksi dan konsumsi. Disekonomis
eksternal produksi ( external diseconomies of production) adalah biaya yang belum terkompensasi
yang menimpa beberapa perusahaan akibat perluasan output oleh perusahaan lain. Misalnya,
meningkatnya pengeluaran limbah oleh sebagian perusahaan yang berlokasi di sepanjang sebuah
aliran air bisa menimbulkan undang-undang antipolusi yang meningkatkan biaya pembuangan
limbah untuk semua perusahaan di daerah tersebut. Ekonomis eksternal produksi (
economies of production) adalah manfaat yang belum terkompensasi, yang diterima sebagian
perusahaan karena meningkatnya output perusahaan lain. Contohnya adalah ketika sebagian
perusahaan melatih pekerja dan sebagian pekerja ini keluar dan bekerja untuk perusahaan lain
(yang
karena
itu,
menghemat
biaya
pelatihan).
Disekonomis
eksternal
konsumsi
(
diseconomies of consumption) adalah biaya yang belum terkompensasi yang menimpa sebagian
individu akibat pengeluaran konsumsi individu lain. Sebagai contoh, merokok di tempat umum
mempunyai dampak yang membahayakan (artinya, mendatangkan biaya) bagi yang bukan perokok
di tempat itu. Terakhir, ekonomis eksternal konsumsi {external economies of consumption) adalah
manfaat yang belum terkompensasi yang dinikmati oleh sebagian individu akibat meningkatnya
Jpnsumsi individu lain atas suatu produk. Misalnya, peningkatan pengeluaran untuk merawat
halaman rumput oleh seorang pemilik rumah juga meningkatkan nilai rumah tetangganya, J
Jika biaya (atau manfaat) pi ibadi atau sosial tidak sesuai (yaitu, pada terjadinya eksternalitas),
maka barang atau jasa akan dihasilkan atau dikonsumsi terlalu banyak atau terlalu sedikit, dari
sudut pandang masyarakat. Lebih khusus lagi, jika biaya sosial lebih tinggi dari biaya pribadi,
suatu produk dihasilkan terlalu banyak* sebaliknya jika manfaat sosial lebih besar dari manfaat
pribadi, produk tersebut dikonsumsi terlalu sedikit. Hal ini ditunjukkan dalam Figur 12-1.

Dalam panel kiri Figur 12-1, MPBA mengacu pada manfaat pribadi marginal yang diterima
oleh individu A untuk setiap tambahan jam membuat furnitur di rumah pada malam hari, sesudah
pulang dari pekerjaan tetapnya. Jika individu A bersedia membuat furnitur hanya selama 1 jam
per malam, dia hanya akan menerima pekerjaan dari pelanggan yang membayar paling mahal
(yaitu, $12). Jika individu A bersedia membuat furnitur lebih lama dari setiap malamnya, dia
harus menerima pekerjaan dari pelanggan yang bersedia membayar semakin sedikif, seperti
yang ditunjukkan oleh kurva MPBA. Panel kiri Figur 12-1 juga menunjukkan MPCA, atau biaya
pribadi marginal, yang dikeluarkan oleh individu A untuk membuat furnitur setiap tambahan
jam per malam. Jumlah jam pembuatan furnitur terbaik yang bersedia dilakukan individu A
per malam adalah 4 dan ditunjukkan oleh titik EA, yaitu ketika kurva MPBA dan kurva MPCA
berpotongan.
Namun, dengan membuat furnitur di mmah pada malam hari, individu A menimbulkan
kebisingan dari peralatan-peralatan dan perlengkapan lainnya, yang membuat tetangganya pergi
keluar untuk makan atau menonton film atau ke bar. Misalkan bahwa biaya pribadi marginal
yang harus ditanggung individu B dari setiap tambahan jam pembuatan furnitur oleh individu
ditunjukkan oleh kurva MPCB. Biaya sosial marginal yang timbul akibat individu mengerjakan
di malam hari ditunjukkan oleh kurva MSC, yang merupakan penjumlahan vertikal kurva MPCA
dan kurva MPCB. Pada tingkat terbaik pekerjaan malam hari (4 jam) oleh individu A, sebesar
$10 (titik Q melebihi MPBA sebesar $6 (titik EA). Karena itu, dari sudut pandang masyarakat
j A untuk mengerjakan selama 4 iam. Dari sudut nawmU

Kebijakan untuk Mengatasi Eksternalitas

Salah satu cara untuk mengatasi kegagalan pasar atau inefisiensi akibat terjadinya ekonomi
eksternal adalah regulasi atau larangan pemerintah. Dengan melarang sebuah aktivitas yang
meningkatkan ekonomi eksternal, maka disekonomis eksternal tersebut bisa dicegah. Sebagai
contoh, dengan melarang penggunaan mobil, emisi mobil dapat dihilangkan. Demikian pula,

dengan melarang pekerjaan kayu di malam hari yang dilakukan oleh individu A dalam panel
kiri Figur 12-1, kebisingan eksternal yang ditimbulkan pekerjaan itu terhadap individu B dapat
dihindarkan. Walau demikian, pelarangan tersebut juga menghilangkan manfaat yang muncul
dari kegiatan yang menimbulkan eksternalitas tersebut. Karena itu, yang lebih baik adalah
regulasi yang mengizinkan kegiatan yang menimbulkan eksternalitas, hingga titik ketika manfaat
sosial marginal dari kegiatan tersebut sama dengan biaya sosial marginalnya. Sebagai contoh,
pemerintah dapat mengizinkan individu A untuk melakukan pekerjaannya hanya selama 3 jam
per malam pada panel kiri di Figur 12-1, sehingga manfaat pribadi (dan sosial) marginal dari
pekerjaan furnitur di malam hari yang dilakukan individu A sama dengan biaya marginal sosialnya
(yaitu, biaya marginal bagi individu A ditambah biaya marginal bagi individu lihat titik Es
dalam panel figur tersebut). Walaupun begitu, karena regulasi langsung sering kali menentukan
teknik produksi yang harus digunakan untuk membatasi disekonomis eksternal, biasanya regulasi
langsung tidaklah efisien.
Cara yang lebih efisien untuk membatasi eksternalitas pada tingkat ketika manfaat sosial
marginal dari aktivitas itu sama dengan biaya sosial marginalnya adalah dengan pajak atau
pemberian subsidi. Hal ini ditunjukkan dalam Figur 12-2, yang merupakan perluasan dari Figur
12-1. Dalam panel kiri Figur 12-2, kurva putus-putus
diperoleh ketika pemerintah^
mengenakan pajak sebesar t = $3 per jam untuk pembuatan furnitur di malam hari yang
dilakukan individu A. Karena kurva MPCA+t memotong kurva MPBA pada titik Es, individu A
eksternal (dan meningkatkan pendapatan untuk memberikan pelayanan pemerintah) adalah pajak
ininuman keras, rokok, dan bensin. Subsidi lain yang diberikan untuk mengoreksi eksternalitas
positif atau ekonomis eksternal adalah pemotongan pajak investasi untuk meningkatkan investasi,
tunjangan penyusutan untuk menunjang pembangunan sumber daya alam, dan bantuan untuk
pendidikan.

K- Selain pelarangan dan cegulasi, serta pajak, dan subsidi, eksternalitas negatif dan positif
J&dang-kadang dapat diatasi dengan pembaymm
Misalnya, jika sebuah perusahaan
pengotori udara dan menghasilkan bau yang tidak sedap,- penduduk di daerah tersebut bisa
bergabung dan memberikan, kontribusi terhadap biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
iaengadakan alat-alat antipolusi, atau perusahaan dapat memberikan kontribusi pada biaya
relokasi pemukiman penduduk.4 Namun' begitucash ini tidak praktis jika di daerah tersebut
lerdapat banyak penduduk; yang bertempat Dinggsfl .1 Cara lain untuk mengatasi disekonomis
eksternal yang diakibatkan oleh sebagian perusahaan 1-adalah mengizinkan atau mendorong
terjadinya merger, * sehingga disekononafs ekstetrial terinternalisasi dan secara eksplisit dihitung
oleh perusahaan yang mengalami merger. Sebagafl contoh; jika sebuah pabrik kertas berlokasi di
hulu sebuah pabrik penyulingan minuman, limbah pabrik kertas yang dibuang ke dalam sungai
menimbulkan disekonomis eksternal bagi pabrik penyulingan minuman karena pabrik tersebut
harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memurnikgnsalr'yaHg digunakan untuk membuat bar.

Walaupun demikian, jika pabrik kertas dan pabrik bir bergabung, biaya pemurnian air untuk
membuat bir akan menjadi biaya eksplisit dan langsung, sehingga perusahaan yang mengalami
merger harus memperhitungkannya dalam keputusan produksi (kertas dan bir).
Cara lain yang jauh berbeda untuk membatasi jumlah eksternalitas negatif hingga tingkat
yang optimal secara sosial adalah penjualan izin polusi oleh pemerintah (lihat Aplikasi Kasus
12-4). Dalam sistem ini, pemerintah menentukan jumlah polusi yang dianggapnya optimal secara
sosial (berdasarkan manfaat yang dihasilkan dari kegiatan yang menghasilkan polusi itu) dan
melarang lisensi bagi perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan polusi sampai pada tingkat
tertentu. Dengan demikian biaya polusi diinternalisasikan (artinya, dianggap sebagai bagian
biaya produksi ,biasa) oleh merusahaan, dan jumlah polusi yang diizinkap akan dimanfaatkan

1 Lihat R. Coase, The Problem of Social Cosi^IdumhofLaw andEc6mnpcs(OktobeT 1960), hal. 1-44.

dalam aktivitas yang paling berharga. Cara ini dan cara lainnya dalam mengatasi eksternalitas,
sayangnya, didasarkan pada asumsi bahwa manfaat dan biaya pribadi dan sosial dari kegiatan
yang menghasilkan eksternalitas bisa diukur, atau diperkirakan dengan akurat. Padahal ini jarang
dapat dilakukan. Namun begitu, kebijakan yang telah kita kaji di atas, memberikan sebuah indikasi
tentang apa yang perlu diukur dan prosedur apa yang perlu digunakan untuk mencapai keputusan
atau kebijakan yang optimal secara sbsial, dalain hal menangani masalah yang berkaitan dengan
eksternalitas.

12-3 REGULASI FASILITAS UMUM

Dalam bagian ini kita mendefinisikan fasilitas umum dan monopoli alamiah, dan kita akan
membahas perlunya regulasi untuk kedua hal tersebut serta dilema yang biasanya dihadapi dalam
menentukan cara yang tepat dan seberapa jauh regulasi dilakukan.

Fasilitas Umum sebagai .Monopoli Alamiah


Dalam beberapa industri, skala ekonomi bisa terjadi (artinya, kurva biaya rata-rata jangka
panjang
bisa turun) secara terus-menerus sejalan dengan bertambahnya output, sehingga satu perusahaan
saja sudah cukup untuk memasok keseluruhan pasar dengan lebih efisien, ketimbang beberapa
perusahaan berukuran kecil. Perusahaan besar, yang memasok keseluruhan pasar seperti itu
disebut
monopoli alamiah(wa$uml.nwmp&ty). mg membedakan monopoli alamiah adalah bahwa
biaya rata-rata jangka pahang perusahaan, masih tef&s terufl keflM perusahaan itu memasok
seluruh

kebutuhan pasar. Dalam hal ini monopoli adalah suatu akibat ydng terjadi secara alamiah ketika
suatu perusahaan besar mempunyai biaya per unit yang lebih rendah dari perusahaan-perusahaan
kecil lainnya, sehingga mampu membuat perusahaan-petttsa|taan kecil tersebutkeluar dari bidang
usaha tersebut. Gontoh monopoli alamiah adalah fasilitas umum (public utilities)perusahaan
listrik, gas, air, dan transportasi lokal. Jika terdapat lebih dari satu perusahaan dalam pasar, maka
garis penawaran akan mengalami publikasi dan biaya'perunit akan menjadi terlalu mahal. Untuk
jnenghindari hal itu/pemerintah lokal biasanya mengizinkan satu perusahaan beroperasi dalam,
pasar tersebut; tetapi melakukan regulasi atas harga dan kualitas jasa yang diberikan, sehinggaj
|ygnungkinkan Perusahaan tersebut h$inya memperoleh tingkat pengembalian investasi yangnormal (setelah dikurangi faktor risiko),. Hal ini ditunjukkan dalam Figurl2-3..
Dalam Iggur 1.2-3, kurva D dan MR berturut-turut adalah kurva permintaan pasar dan

Kesulitan dalam Regulasi Fasilitas Umum

Meskipun pembahasan tentang regulasi fasilitas umum di atas kelihatannya cukup sederhana
dan jelas, dalam praktiknya, penentuan tingkat harga untuk jasa fasilitas umum oleh komisi
regulasi (sering disebut rate case) sangatlah rumit. Salah satu alasannya adalah sangat sulit
untuk menentukan nilai dari pabrik atau aset tetap dalam perhitungan tingkat pengembalian yang
normal. Apakah biaya investasi aslinya atau biaya penggantiannya? Lebih sering, komisi regulasi

memilih untuk menggunakan biaya investasi asli. Lebih jauh, karena perusahaan penyedia fasilitas
umum memasok jasa kepada berbagai macam kelas pelanggan, masing-masing dengan elastisitas
harga permintaan yang berbeda, terdapat banyak tingkatan harga yang dapat digunakan untuk
memungkinkan perusahaan tersebut mencapai titik impas. Yang lebih sulit lagi adalah kenyataan
bahwa perusahaan penyedia fasilitas umum biasanya menjual jasa yang dihasilkan secara gabungan
{jointly produced), sehingga tidak* mungkin untuk mengalokasikan biaya secara rasional atas
berbagai jasa yang diberikan dan atas berbagai kalangan pelanggan yang dilayani.
Regulasi juga bisa menyebabkan terjadinya inefisiensi. Ini muncul dari kenyataan bahwa,
telah dijaminnya tingkat pengembalian investasi yang normal, sehingga perusahaan penyedia
fasilitas umum kurang mempunyai insentif untuk menekan biaya. Misalnya, para manajer mungkin
memutuskan untuk menaikkan gaji mereka sendiri, yang melebihi apa yang akan mereka peroleh
jika mereka bekerja di tempat lain yang setara, serta menyediakan kantor yang mewah dan
rekening biaya yang tinggi untuk diri mereka sendiri. Karena itu, komisi regulasi harus memeriksa
biaya-biaya yang terjadi untuk mencegah penyalahgunaan seperti itu.
Inefisiensi yang lain juga bisa muncul karena jika tarif yang ditetapkan terlalu tinggi, fasilitas
umum akan terlalu banyak melakukan investasi dalam aset tetap dan menggunakan teknik produksi
yang terlalu padat modal untuk menghindari tingkat pengembalian di atas normal (yang bisa
menyebabkan pengurangan tarif). Sebaliknya, jika tarif fasilitas umum ditetapkan terlalu rendah,
perusahaan penyedia fasilitas umum akan terlalu sedikit melakukan investasi dalam aset tetap
(yaitu, untuk pabrik dan peralatan) dan terlalu banyak menghabiskan uang untuk input variabel,
seperti buruh dan bahan bakar, dan cenderung menurunkan kualitas pelayanannya. Kelebihan dan
kekurangan investasi atas pabrik dan peralatan akibat penerapan tarif fasilitas umum yang tidak
tepat, dikenal sebagai efek Averch-Johnson atau efek A-J (Averch JohnsonAJ effect) berasal
dari Harvey Averch dan Leland Johnson, yang pertama kali mengidentifikasi masalah inidan
bisa menyebabkan terjadinya inefisiensi yang besar .5 Dan tetap saja sangatlah sulit bagi komisi
regulasi untuk menemukan tarif yang tepat karena sulitnya menilai aset tetap fasilitas umum dan
karena lamanya periode perencanaan dan pembangunan proyek investasi fasilitas umum.6
Terakhir, biasanya terdapat tenggang waktu selama 9 hingga 12 bulan sejak munculnya
kebutuhan untuk mengubah tarif hingga dikabulkannya permohonan kenaikan tarif tersebut.
Tenggang waktu regulasi (regulatory lag) ini muncul karena debat publik harus dilaksanakan
sebelum komisi regulasi bisa menyetujui perubahan tarif yang diminta. Karena anggota komisi
regulasi adalah perwakilan politik atau pejabat yang dipilih dan karena itu memperoleh tekanan
politis dari kelompok-kelompok konsumen, mereka biasanya mengulur-ulur peningkatan tarif
selama mungkin dan cenderung menyetujui kenaikan yang lebih kecil dari yang diperlukan.
Selama periode yang penuh inflasi, hal ini menyebabkan kurangnya investasi dalam aset tetap dan
menyebabkan inefisiensi yang telah dibahas di atas. Untuk mencegah tenggang waktu regulasi
ini, kadang-kadang tarif dikaitkan dengan biaya bahan bakar dan secara otomatis mengalami
penyesuaian jika biaya variabel berubah. Meskipun begitu, kebanyakan fasilitas umum saat ini
sedang mengalami proses deregulasi (lihat Aplikasi Kasus 12-5).
Harvey Averch dan Leland Johnson, Behavior of the Firm under Regulatory Constraint, American Economic
Review (Desember 1962) hal. 1052-1069.
-..I-* I,-....,_______

-------- - -

....

12-4 ANTITRUST: REGULASI PEMERINTAH ATAS


STRUKTUR PASAR DAN PERILAKU BISNIS
Akhir abad kesembilan belas menjadi saksi pesatnya peningkatan konsentrasi kekuatan ekonomi
di Amerika Serikat dalam bentuk trust. Dalam sebuah kesepakatan trust, hak memberikan suara
dari saham pada perusahaan-perusahaan dalam suatu industri (oligopolistik), dipindahkan ke
dalam sebuah trust hukum, yang mengelola perusahaan-perusahaan tersebut sebagai sebuah
kartel, membatasi output, mengenakan harga monopoli, dan memperoleh laba monopoli.
Contoh trust yang paling mencolok adalah Standard Oil Trust, Tobacco Trust, dan beberapa
trust kereta api dan batubara, yang semuanya beroperasi di Amerika Serikat pada dekade 1880an. Kemarahan publik atas meningkatnya konsentrasi kekuatan ekonomi dan pelanggaran yang
muncul, mencetuskan dirumuskannya hukum antitrust, dimulai dengan Sherman Act tahun 1890.
Tujuan dari hukum antitrust ini adalah untuk mencegah monopoli atau konsentrasi kekuatan
ekonomi serta untuk memelihara tingkat persaingan yang wajar dalam perekonomian.
Dalam bagian ini kita akan merangkum isi dari undang-undang antitrust yang paling
penting. Undang-undang tersebut terdiri atas Sherman Act (1890), Clayton Act (1914), Federal
Trade Commission Act (1914), Robinson-Patman Act (1936), Wheeler-Lea Act (1938)
dan Celler-Kefauver Antimerger Act (1950). Dua tonggak dasar bagi perumusan undangundang antitrust adalah Sherman Act dan Clayton Act. Keduanya melarang monopolisasi,
pembatasan perdagangan, dan persaingan tidak sehat. Namun begitu, karena cakupannya
yang terlalu luas, Sherman Act dan Clayton Act menyisakan ruang yang cukup besar bagi
interpretasi hukum berdasarkan analisis ekonomi dan menyebabkan dikeluarkannya aturanaturan baru untuk menjelaskan dengan lebih rinci perilaku bisnis seperti apa yang sebenarnya
dilarang oleh undang-undang antitrust dan untuk menutupi kelemahan dari undang-undang
pertama di bidang ini.
i

Sherman Act (1890)

Ini merupakan undang-undang antitrust federal yang pertama. Pasal 1 dan 2 menyatakan:
i Setiap kontrak, kombinasi dari bentuk sebuah trust atau lainnya, atau konspirasi, yang
membatasi perdagangan atau commerce di antara beberapa negara bagian, dan dengan
bangsa asing, dengan ini dinyatakan melanggar hukum.
2. Setiap orang yang memonopoli, bergabung atau berkonspirasi dengan satu atau beberapa
orang lain, untuk memonopoli bagian tertentu dari perdagangan atau commerce di antara
beberapa negara bagian, atau dengan bangsa asing, akan dikatakan sebagai orang yang
melakukan tindakan kejahatan ringan.
Jadi, Pasal 1 menjadikan setiap jcontrak atau kombinasi dalam pembatasan perdagangan (seperti
penentuan harga bersama) adalah melanggar hnkuin. Pasal 2 menjadikan setiap usaha untuk
memonopoli sebuah pasar sebagai tindakan melanggar hukum. Pada tahun 1903, Divisi Antitrust
dari Departemen Kehakiman AS dibentuk untuk menegakkan hukum yang tertuang dalam undang-undang tersebut. Amendemen terhadap Sherman Act pada tahun 1974 menganggap pelanggaran

sebagai tindakan kejahatan berat dan bukan ringan, menaikkan denda maksimum
$50.000 menjadi $1 juta dan tiga tahun penjara individu, dan memungkinkan mereka yang
dirugikan oleh pelanggaran antitrust untuk menerima ganti rugi tiga kali lipat.
terhadapnya

dari

Clayton Act (1914)


1

Undang-undang ini mencantumkan empat jenis persaingan yang tidak adil yang melanggar
hukum: diskriminasi harga, kontrak eksklusif dan mengikat, pembelian saham antarpemsahaa*.
dan direksi yang merangkap. Lebih khusus lagi:

1. Pasal 2 dari undang-undang tersebut melarang penjual untuk melakukan diskriminasi harga
di antara pembeli, jika diskriminasi harga tersebut secara nyata mengurangi persaingan
dan cenderung menimbulkan monopoli. Diskriminasi harga sebaliknya dibolehkan jika
berdasarkan perbedaan dalam tingkatan, kualitas atau kuantitas yang dijual, atau perbedaan
dalam biaya penjualan atau transportasi dan ketika harga ditawarkan lebih rendah dengan
niat baik untuk menghadapi persaingan.
2.
Pasal 3 undang-undang tersebut melarang penjual untuk melakukan leasing, menjual, atau
membuat kontrak penjualan sebuah komoditas dengan syarat bahwa pembeli atau lesse tidak
boleh membeli, melakukan leasing, atau menggunakan komoditas yang dijual pesaing,
jika kontrak eksklusif dan mengikat (: exclusiv and tying contract) tersebut secara nyata
mengurangi persaingan dan cenderung menciptakan monopoli.
3. Pasal 7 dari undang-undang tersebut melarang sebuah perusahaan melakukan perdagangan
untuk memperoleh saham perusahaan saingan atau saham dua atau lebih perusahaan
yang bersaing satu sama lain jika pembelian saham antarperusahaan (intercorporate
stock holdings) tersebut secara nyata mengurangi persaingan dan cenderung menciptakan
monopoli.
4. Pasal 8 dari undang-undang tersebut melarang individu yang sama untuk menjadi anggota
direksi dari dua atau lebih perusahaan ( interl directorate) jika berbagai perusahaan
tersebut adalah pesaing dan jika ada yang mempunyai modal, surplus, atau laba ditahan

untuk memperoleh saham perusahaan saingan atau saham dua atau lebih perusahaaa
yang bersaing satu sama lain jika pembelian saham antarperusahaan (intercorporate H
stock holdings) tersebut secara nyata mengurangi persaingan dan cenderung menetptakat :
S monopoli.
4.
Pasal 8 dari undang-undang tersebut melarang individu yang sama untuk menjadi
anggota
r direksi dari dua atau lebih perusahaan (interlocking
jika berbagai perusahaan
tersebut adalah pesaing dan jika ada yang mempunyai modal, surplus, atau laba ditahan
lebih dari $1 juta.
perhatikan bahwa diskriminasi harga, kontrak ekskhisif dan mengikat, pembelian saham
aatarperusahaan bersilfe rtieldnggar hukum hanyS jika hal-hal tersebut secara nyata mengurangi
persaingan ataucenderung menciptakm monopdti direksi gabungan adalah melanggar hukum
dengan sendirinya, tanpa perlu dilihat apakah tindakan tersebut imengurangi persaingan atau
tidak.

Federal Trade Commission Act (1914)


Undang-undang ini melengkapi Clayton Act dan hanya menyatakan bahwa bentuk persaingan
yang tidak sehat adalah melanggar hukum. Undang-undang tersebut juga membentuk Federal
TraSfcCommission (FTC) untuk menindak para pelanggar undang-undang antitrust dan melindungi
tasyarakat dari penayangan iklan yang salah dan menyesatkan (lihat Subbab 124). Penentuan

tentang apa yang disebut sebagai persaingan tidak sehat di luar lingkup yang telah disebutkan
dalamClayton Act diberikan kepada FTC, tetapi sejak saat itu tindakan hukum tidak lagi perlu
menunggu kelompok-kelompok -pribadi untuk menggugat dengan menggunakan biaya sendiri
jika dirugikan oleh praktik yang tidak adil dan bersifat monopolistik.

Robinson-Patman Act (1936)


Seperti yang telah disebutkan dalam Subbab 12-1, undang-undang ini dibuat untuk
mengamendemen
Clayton Act, dan melarang penjualan yatig lebih murah kepada seorang pembeli atau dalam sebuah
pasar dibanding lainnya atau untuk menjual pada harga terlalu rendah dengan tujuan merusak
persaingan at|utpnyingkirkan pesaing. Undang-undang ini juga berusaha melindungi pengecer
kecil (terutama toko-toko pgakanan dan obat-obatan ^il), dari persaingan harga yang dilakukan
pengusaha jaringan jpko ritel, karena kemampuan mereka untuk memperoleh harga yang lebih
murah dan biaya,konsesi perantara atas pembelian dalam jumlah besar dari pemasok. -

Wheeler-Lea Act (1938)


Seperti yang disebutkan dalam Subbab 1^-1, undang-undang ini mengamendemen
Trade Commission Act dan melarang penayangan iklan yang salah dan menyesatkan atas produk
makanan, obat-obatan, alat-alat korektif, dan produk kosmetik yang diperdagangkan antamegara
bagian. Tujuan utamanya adalah untuk melindungi konsumen dari penayangan iklan yang bohong
daajaenyesatkan.

Witefci.irafoi WOK A nflrwnfnoi A/-f- ( I 9501

Celler-Kefauver Antimerger Act (1950)


Undang-undang ini menutup kelemahan dalam Pasal 1 Clayton Act, yang melarang membeli
saham perusahaan pesaing tetapi mengizinkan pembelian aset perusahaan pesaing. Celler-Kefauver
Antimerger Act menutup kelemahan ini dengari melarang tidak hanya pembelian saham tetapi
juga aset perusahaan saingan, jika pembelian tersebut secara nyata mengurangi persaingan
atau cenderung menciptakan monopoli. Jadi, undang-undang ini melarang setiap jenis merger:
^horizontal (yaitu, perusahaan yang menghasilkan produk yang sejenis, misalnya antarberbagai
pabrik baja), vertikal (perusahaan dalam, berbagai tingkat produksi, seperti pabrik baja dan
tambang batubara), dan konglomerasi (perusahaan dalam deretan produk yang tidak berkaitan,
seperti sereal sarapan dan majalah) jika dampaknya sebara* nyata mengurangi persaingan atau
cenderung menciptakan monopoli.

12-5 PENEGAKAN HUKUM ANTITRUST DAN


GERAKAN DEREGULASI
Dalam bagian ini kita akan membahas penegakan hukum antitrust, pertama secara umum dan
Jtemudian dari sudut pandang struktur pasar dan perilaku bisnis, Terakhir, kita akan membahas
jerakan dfregulasi yang terjadi akhir-akhir ini.

Penegakan

Hukum

Antitrust:

Beberapa

Pengamatan

Umum

Penegakan hukum antitrust telah menjadi tanggung jawab Divisi Antitrust dari Departemen
Kehakiman serta Federal Trade Commission (FTC). Secara umum, Departemen Kehakiman
menegakkan hukum yang terkandung dalam Sherman Act dan Pasal 7 (pasal antimerger) Clayton
Act secara pidana, sementara FTC menegakkan pasal lain dari Clayton Act secara perdata.
Gugatan antitrust bisa diprakarsai oleh Departemen Kehakiman, FTC, jaksa tinggi negara
bagian (berdasarkan undang-undang antitrust negara bagian), dan oleh kelompok-kelompok
pribadi (individu atau lembaga). Dari sekitar 2.000 gugatan antitrust yang saat ini tercatat di
Amerika Serikat setiap tahunnya, lebih dari 90 persennya diprakarsai oleh kelompok-kelompok
pribadi.
Karena undang-undang antitrust AS sering kali bersifat luas-banyaknya interpretasi hukum
berdasarkan analisis ekonomi sering dibutuhkan dalam penegakan hukum antitrust. Masalah
dalam mendefinisikan apa yang dimaksud pada pokoknya mengurangi persaingan, menentukan
.produk atau pasar geografis yang relevan, dan memutuskan kapan sebuah persaingan dinilai
tidak sehat sering kali tidak mudah ditemukan jawabannya dan tidak mudah diatasi dengan
cara yang sangat memuaskan dan tanpa menimbulkan kontroversi. Kenyataan bahwa banyak
kasus-kasus antitrust selesai setelah bertahun-tahun, melibatkan ribuan halaman kesaksian dan
menghabiskan jutaan dolar untuk pelaksanaannya, merupakan bukti yang nyata akan kerumitan
masalah tersebut. Meskipun begitu, terdapat satu wilayah yang di dalamnya undang-undang
antitrust sangat jelas: Kolusi harga di antara beberapa perusahaan jelas dan tidak diragukan lagi
merupakan tindakan yang melanggar hukum.
Pelanggaran atau dugaan terhadap pelanggaran antitrust diatasi dengan cara (1) pembubaran
dan pelepasan, (2) keputusan, atau (3) surat keputusan perjanjian pembubaran dari pelepasan
{dissolution and divestiture) telah digunakan dalam kasus monopoli dan kasus antimerger.
Dengan cara ini, perusahaan diperintahkan untuk melakukan pembubaran (dissolve) sehingga
kehilangan identitasnya atau melakukan divestasi (atau menjual) sebagian asetnya. Keputusan
(injunction) adalah perintah pengadilan yang mengharuskan terdakwa berhenti melakukan
tindakan antikompetitif tertentu atau melaksanakan tindakan kompetitif yang diperintahkan.
Surat keputusan perjanjian (consent decree) adalah sebuah kesepakatan, tanpa persidangan
di pengadilan, antara terdakwa (tetapi tanpa menyatakan dirinya bersalah) dan Departemen
Kehakiman yang di dalamnya terdakwa setuju untuk mematuhi aturan perilaku bisnis yang
ditetapkan dalam kesepakatan tersebut. Kebanyakan tindakan antitrust diselesaikan dengan surat
keputusan perjanjian. Pelanggaran antitrust juga dihukum dengan denda dan hukuman penjara
tl ih at pembahasan tentang Sherman A ft HQIQTTI CllTVKoK l'-) y<\
_______I1 '

Penegakan Hukum Antitrust: Struktur


penegakan hukum antitrust untuk memecah atau mencegah munculnya struktur industri yang
^kompetitif, merupakah pelaksanaan $asaf>!2 Sherman Act yang melarang monopolisasi dan
usaha atau konspirasi untuk mtftion6|)6lf^l?,! dan penerapan Pasal 7 Clayton Act, dan Cellerpefauver Act, yang melarang merger yang secara nyata mengurangi persaingan.
fc Hingga tahun 1945 , Mahkamah Agung AS menganggap bahwa ukuran saja tidaklah
jjjielanggar hukum. Perlu ditemukan bukti atas penggunaan kekuatan monopoli yang ilegal

agar sebuah kasus gugatan dapat dimenangkan. Jadi, dalam kasus Standard Oil tahun 1911, 1
Mahkamah Agung memberikan alasan bahwa Standard Oil dan New Jersey telah mengakuisisi
dan menggunakan 90 persen kendali dalam pengolahan dan penjualan produksi minyak bumi,
dengan

menggunakan

tindakan

yang

melanggar

hukum

(misalnya

menggunakan

laba

di

suatu

pasar untuk menjual produk di bawah biaya produksi di pasar lain agar para pesaing tersingkir)
dan

memerintahkan

independen.

agar

Sebaliknya,

perusahaan
dalam

itu

kasus

melakukan

U.S.

Steel

pembubaran

tahun

1920,

menjadi

30

Mahkamah

perusahaan

Agung

yang

memutuskan

bahwa ukuran semata-mata, tidaklah melanggar hukum dan tanpa adanya bukti yang kuat tentang
tindakan yang melanggar hukum, menolak untuk melaksanakan pembubaran terhadap U.S. Steel.
Demikian pula halnya dalam kasus International Harvester tahun 1927.
Namun begitu, dimulai dengan kasus Alcoa tahun 1945, Mahkamah Agung memutuskan
bahwa ukuran saja merupakan pelanggaran, tanpa atau dengan adanya tindakan yang melanggar
hukum. Kenyataan bahwa Alcoa

telah menguasai 90 persen kendali pasar

aluminium dengan

melaksanakan operasi yang efisien serta menjaga margin laba yang rendah tetap tidak dapat
dijadikan alasan.7 Tetapi dalam kasus IBM dan AT&T tahun 1982 (lihat Aplikasi Kasus 12-6),
Mahkamah

Agung

mengambil

posisi

sebagai

penengah

dalam

melakukan

interpretasi

terhadap

Pasal 2 Sherman Act. Meskipun Mahkamah Agung tidak menyatakan ukuran saja merupakan
pelanggaran

hukum,

Mahkamah

Agung

memutuskan

bahwa

ukuran,

bersama-sama

praktik

yang mereka lakukan sendiri atau ketika digunakan oleh perusahaan kecil tidaklah melanggar
hukum, namun juga digunakan oleh perusahaan sangat besar akan menjadi perbuatan melanggar
hukum. Jadi, Mahkamah Agung memerintahkan AT&T melakukan divestasi atas dirinya menjadi

22

perusahaan

telepon

lokal

melalui

surat

keputusan

perjanjian,

tetapi

memutuskan

untuk

menghentikan kasusnya terhadap IBM. Secara umum, Pasal 2 Sherman Act lebih efektif dalam
mencegah monopolisasi dibanding menghilangkan ketika telah terjadi.
Mahkamah

Agung

memahami

bahwa

struktur

sebuah

industri

juga

terpengaruh

dengan

adanya merger. Pasal 7 Clayton Act dan Celler-Kefauver Act melarang merger yang secara
nyata

mengurangi

untuk

tahun

1984,

persaingan
Departemen

atau

cenderung

Kehakiman

menciptakan

biasanya

tidak

monopoli.

melarang

Menurut

merger

panduannya

horizontal

(yaitu,

merger perusahaan dalam deretan produksi yang sama) selama dekade 1980-an dan awal dekade
1990-an jika indeks Herfindahl (definisinya ada dalam Subbab 10-4) sesudah merger lebih kecil
dari 1.000. Jika indeks sesudah merger berada di antara 1.000 dan 1.800 dan merger tersebut
menyebabkan kenaikan indeks lebih kecil dari 100 poin, merger tersebut biasanya juga tidak
dilarang. Tetapi, jika indeks sesudah merger berada di antara 1.000 dan 1.800 dan merger
tersebut menyebabkan kenaikan indeks lebih besar dari 100 poin, atau jika indeks sesudah merger
lebih dari 1.800 dan merger tersebut menyebabkan kenaikan indeks di atas 50 poin, Departemen
Kehakiman cenderung akan mencegah merger tersebut.
Panduan yang didasarkan pada indeks Herfindahl di atas, bukanlah satu-satunya faktor yang
dipertimbangkan oleh Departemen Kehakiman dalam menilai merger horizontal selama dekade
1980-an. Departemen Kehakiman cenderung bersedia melonggarkan panduan berdasarkan indeks
Herfindahl di antaranya, jika merger tersebut mencegah kesalahan yang dilakukan perusahaan
S hal ini dan kasus antitrust lainnya, lihat bacaan bibliografi terpilih di akhir

pembahasan lebih detail tentan

hgi
l

hi

irig
ya,

on
sal
an

M
les
ah
>t,
;at
n.
m
s

m
ic
al
a
h
r
i
I

i;

terakuisisi, jika masuknya perusahaan baru ke dalam industri mudah, jika tingkat persaingan
asing sangat tinggi, dan jika akuisisi tersebut menyebabkan terjadinya skala ekonomi yang
nyata.8 Yang kurang jelas adalah panduan untuk menilai merger vertikal dan konglomerasi.
Sebagai akibat dilonggarkannya panduan penilaian dan semakin tingginya persaingan dengan
perusahaan asing, terutama dari Jepang, jumlah dan ukuran akuisisi perusahaan di Amerika
Serikat meningkat dengan tajam selama dekade 1980-an. Sebagai contoh, sebanyak 143 dari 500
perusahaan terbesar di Amerika Serikat pada tahun 1980 telah dibeli pada tahun 1989. Hal ini
dimungkinkan dengan mudahnya akses terhadap sumber keuangan dan kebijakan antitrust yang
longgar pada dekade 1980-an. Kebanyakan akuisisi dilakukan oleh perusahaan dalam jenis usaha
yang sama dan menjadikan diversifikasi. Ketika sebuah konglomerasi diambil alih, berbagai
jenis usahanya sering kali dijual kepada pembeli yang jenis usahanya sama .9
Gelombang merger pada dekade 1990-an berbeda dengan yang terjadi pada dekade 1980-an,
dan dengan demikian penegakan hukum antitrust juga berbeda. Jika pada dekade 1980-an merger
di antara perusahaan dalam industri yang tidak berkaitan menimbulkan kekhawatiran tentang
antitrust, maka gelombang merger pada tahun 1990-an sering kali melibatkan merger antara
perusahaan-perusahaan yang bersaing, menjadikan perusahaan yang telah bergabung mempunyai
kekuatan untuk mendominasi industri mereka, dan secara teoretis, mampu mengendalikan harga
dan pasokan produk. Sejak paruh kedua dekade 1990-an, penegakan hukum antitrust mengubah
fokusnya dari doktrin yang menganggap bahwa besarnya ukuran suatu perusahaan menyebabkan
terpusatnya kekuatan dan perilaku yang tidak adil menjadi doktrin untuk melindungi konsumen
dan karena itu menolak merger yang mengurangi persaingan dan cenderung meningkatkan harga
bagi konsumen (lihat Aplikasi Kasus 12-7).

Penegakan Hukum Antitrust: Perilaku Bisnis

Kebijakan antitrust juga diarahkan untuk mengatasi perilaku bisnis industri yang antikompetitif.
Mahkamah Agung AS melarang kolusi harga riil dan diskriminasi harga, jika secara nyata
mengurangi persaingan dan cenderung menciptakan monopoli. Secara lebih khusus, Mahkamah
Agung menyatakan bukan hanya kartel sebagai tindakan yang melanggar hukum, tetapi juga berlaku
untuk kesepakatan atau kolusi informal untuk membagi pasar, mematok harga, atau membuat skema
kepemimpinan harga. Kebersamaan yang disengaja (consciousparallelism)yaitu, pelaksanaan
kebijakan yang sejalan dan seiring oleh para oligopolis, atas dasar saling ketergantungan yang
mereka sadari)disebut sebagai tindakan melanggar hukum jika mencerminkan kolusi. Jadi,
Mahkamah Agung menghukum tiga perusahaan tembakau besar dalam kasus Tobacco pada
tahun 1946 (conscious parallelism yang terjadi dalam kasus tersebut, dianggap sebagai akibatdari kolusi
dalam
bentuk
kepemimpinan
harga),
tetapi
merumuskan
untuk
menolak
gugatan
dalam kasus Theater Enterprises pada tahun 1954 (karena conscious parallelism yang terjadi
tidak terbukti sebagai hasil dari kolusi).
Aspek yang paling sulit dalam menegakkan Pasal 1 Sherman Act adalah membuktikan kolusi
tersembunyi atau informal. Kadang-kadang kasusnya sangatlah jelas. Sebagai contoh, pada tahun
1936, U.S. Engineers Office menerima 11 tawaran tender tertutup untuk memasok 6.000 barel
semen, dan masing-masing peserta tender mengajukan harga tender sebesar $3,286854 per barel!
Kemungkinan terjadinya penawaran harga tender yang sama tanpa adanya sebuah bentuk kolusi
(hingga desimal yang keenam!) adalah praktis nol. Salah satu perjanjian kolusi yang berhasil
dibongkar dan dihukum adalah konspirasi mesin listrik .di mana General Electric, Westinghouse,
dan sejumlah perusahaan kecil penghasil peralatan listrik mengaku bersalah pada tahun 1961
karena telah melanggar undang-undang antitrust dengan mematok harga dan membagi-bagi
pasar. Perusahaan-perusahaan tersebut harus membayar denda total sebesar $2 juta dan harus
membayar lebih dari $400 juta atas kecurangan yang dilakukannya terhadap pelanggan dalam
gugatan perdata, 7 orang eksekutifnya dimasukkan ke dalam penjara, dan 23 lainnya menerima
hukuman percobaan.10
Penentuan harga yang mematikan juga dianggap melanggar hukum berdasarkan Pasal 1
Sherman Act. Penentuan harga yang mematikan {predatory pricing) mengacu kepada kasus
di mana sebuah perusahaan menggunakan laba yang diperolehnya dari pasar yang satu untuk
menjual sebuah produk atau jasa di bawah biaya variabel rata-ratanya dalam pasar yang lain,
untuk menyingkirkan para pesaing dari pasar tersebut atau untuk mencegah masuknya perusahaan
baru dengan mengancam akan menurunkan harga ke tingkat di bawah biaya produksinya. Selain
penentuan harga yang mematikan, Mahkamah Agung AS juga menganggap bahwa segala bentuk
diskriminasi harga lain atau perilaku penentuan harga yang dengan nyata mengurangi persaingan
atau cenderung menciptakan monopoli, sebagai tindakan melanggar hukum, berdasarkan Clayton
Act dan Robinson-Patman Act.
Dalam menentukan perilaku antitrust yang melanggar hukum, definisi dari pasar produk
yang relevan sangatlah penting. Sebagai contoh, dalam kasus kertas kaca yang sangat terkenal,
DuPont dituduh memonopoli pasar kertas kaca. Dalam pembelaannya, DuPont menyebutkan
bahwa kertas kaca hanyalah satu dari sekian banyak bahan-bahan pengepakan fleksibel yang
terdiri atas kertas kaca, kertas lilin, kertas aluminium, dan banyak lainnya. Berdasarkan
tingginya elastisitas harga silang dari permintaan antara kertas dan produk lainnya ini, DuPont

berhasil mengajukan argumentasi bahwa pasar relevannya bukanlah kertas kaca tetapi bahan
pengepakan fleksibel. Karena DuPont hanya menguasai kurang dari 20 persen pasar produk
ini, Mahkamah Agung memutuskan pada tahun 1953 bahwa DuPont tidak memonopoli pasar
. produk tersebut.

Cl

Gerakan Deregulasi

Pnncnirarv "Fnrtunp fAnril

hal 119_____Han

f Mei 196 H. hal. 161

Sementara teori kepentingan publik memutuskan bahwa regulasi dilakukan untuk mengatasi
kegagalan pasar, agar bisa menjamin sistemekonomi beroperasi dengan cara yang sesuai
dengan kepentingan publik (lihat Subbab 12-2
ekonomi tentang regulasi, yang
pEtrumuskan oleh Stigler dan kawah-kawah, menyatakan bahwa regulasi adalah hasil dari
tindakan yang dilakukan oleh berbagai kelompok penekan. Tindakan kelompok penekan
tersebut menghasilkan hukum dan kebijakan yang membatasi persaingan dan mengedepankan
kepentingan perusahaan yang seharusnya* mengalami reghhfei (ini adalah
theory
yang dibahas dalam Subbab 12Regulasi juga dikritik karena hiay anyang dibebankannya, kepadf masyarakat. Sebuah
jpenelitian memperkirakan bahwa biaya regulasi mencapai lebih dari $100 miliar pada tahun
1979 (yang terdiri atas 5 persen biaya administrasi dan selebihnya adalah biaya untuk memenuhi
standar regulasi) dan lebih dari $200 miliar per tahun pada tahun 1990-an. 11 Meskipun perkiraan
ini telah dikritik karena terlalu berlebihan ,12 biaya untuk memenuhi standar regulasi sungguh
sangat tinggi, khususnya dalam wilayah regulasi sosial, seperti keselamatan kerja, energi dan
lingkungan, serta keselamatan dan kesehatan konsumen .13 Meskipun begitu, karena lebih sulit
untuk mengukur secara sempurna manfaat pribadi dan sosial dari regulasi, secara praktis sangatlah
tidak mungkin untuk menentukan apakah regulasi bisa dibenarkan secara ekonomis berdasarkan
analisis biaya-manfaat yang ketat.
Meskipun begitu, gerakan deregulasi yang terus tumbuh telah muncul di Amerika Serikat sejak
dekade 1970-an yang menyebabkan terjadinya deregulasi dalam industri penerbangan, angkutan
truk, kereta api, perbankan, dan telekomunikasi. Airline Deregulation Act 1978 menghilangkan
semua pembatasan untuk masuknya perusahaan baru, pengaturan jadwal penerbangan, dan
penerapan tarif dalam penerbangan domestik di Amerika Serikat, dan demikian pula Motor
Carrier Act 1980 dalam industri angkutan truk. Depository Institutions Deregulations and
Monetary Control Act 1980 mengizinkan bank untuk memberikan bunga bagi rekening giro dan
meningkatkan persaingan dalam bisnis pemberian kredit. Railroad Revitalization and Regulatory
Reform Act 1976 sangat meningkatkan fleksibilitas angkutan kereta api untuk menentukan tarif dan
menentukan tingkat layanan dan cakupan wilayah operasi. Kesepakatan tentang AT&T Antitrust
Case 1982 membuka jalan bagi persaingan dalam layanan telepon jarak jauh dan dalam bidang
telekomunikasi. Jaringan pipa gas alam dan minyak bumi saat ini telah mengalami deregulasi,
dan industri perbankan serta tenaga listrik kini sedang dalam proses menuju deregulasi.

Tujuan utama deregulasi adalah untuk meningkatkan persaingan dan efisiensi dalam industri,
serta untuk menurunkan tingkat harga tanpa mengorbankan kualitas. Sebagian besar pengamat
mungkin akan menyimpulkan, bahwa secara rata-rata, dampak netonya adalah positif. Persaingan
secara umum telah meningkat dan harga-harga telah turun dalam industri yang mengalami
deregulasi. Namun begitu, seperti yang diramalkan deregulasi juga menimbulkan beberapa
kesulitan dan ketegangan dalam industri. Para ekonom berpikir bahwa yang diperlukan adalah
vigilance dan pemberdayaan bukan sekadar regulasi.14 Hal ini sangat jelas terlihat dalam industri
penerbangan (lihat Aplikasi Kasus 12-9).

12-6 REGULASI PERSAINGAN INTERNASIONAL

Terdapat banyak cara yang bisa digunakan pemerintah suatu negara untuk melakukan regulasi
atas perdagangan internasional. Sebagian berupa tarif, kuota, pembatas! ekspor sukarela,
bea antidumping, selain juga regulasi teknis, administratif, dan regulasi lainnya. Tarif impor
{import tariff) adalah pajak atas impor .15 Dengan begitu, tarif meningkatkan harga bagi konsumen
domestik, mengurangi kuantitas permintaan komoditas dalam negeri dan impor dari luar negeri,
serta mendorong produksi domestik berupa produk sufestituSj, impor. Negara tersebut juga
memperoleh pendapatan tarif. Hal ini bisa dilihat dalam Figur 2SL| (yang merupakan perluasan
Figur 9-4).
Dalam Figur 12-4, Dxdm Sx mengacu kepada kurva permintaan dan penawaran domestik
dari komoditas X*, sementara SF adalah kurva penkwaran asing yang horizontal dari impor negara
itu (dengan asumsi bahwa negara tersebut teiMu kecil untuk memengaruhi harga komoditas X di
pasar dunia). Jika negara tersebut mengenakan tarif sebesar $1 atas setiap unit komoditas Z yang

'"uasatl
mestik

8ara

rne

^yang

mgacu
sbesar

iarif>

flkan

setiap

Kuota impor (import quota) sebesar 200X juga akan mempunyai dampak yang sama dengan
pengenaan tarif $1 per unit atas komoditas X yang diimpor. Tetapi, sementara produsen asing
bisa meningkatkan ekspor mereka dengan mengurangi harga komoditas X ketika mereka terkena
tarif impor, mereka tidak dapat melakukannya dalam hal kuota impor. Jadi, kuota impor adalah
pembatasan perdagangan yang lebih ketat. Dalam kasus apa pun, tarif impor, kuota segala
bentuk pembatasan perdagangan, melindungi produsen domestik dari persaingan dengan pihak
asing, sehingga memungkinkan mereka menghasilkan lebih banyak barang dan menetapkan
harga yang lebih tinggi. Pembatasan impor sering kali di minta oleh asosiasi perdagangan
untuk melindungi anggotanya dari persaingan pihak asing secara tidak sehat. Kenyataannya,
pembatasan perdagangan sering kali berfungsi sebagai cara yang mudah dan efektif untuk
membatasi persaingan dan meningkatkan harga.
Bentuk lain pembatasan perdagangan adalah pembatasan ekspor sukarela ( voluntary
export restraint VER). Hal ini mengacu kepada kasus bagaimana sebuah negara pengimpor
memengaruhi negara lain untuk mengurangi ekspor sebuah komoditasnya secara sukarela,
di bawah ancaman pembatasan perdagangan yang lebih banyak dan menyeluruh, ketika ekspor
komoditas tersebut mengancam keberadaan seluruh industri domestik. Pembatasan ekspor sukarela
pernah dirundingkan oleh Amerika Serikat dan negara industri lain untuk mengurangi ekspor
tekstil, mobil, baja, sepatu, serta komoditas lain dari Jepang dan negara lainnya. VER telah
memungkinkan negara industri untuk menggunakannya dan tetap mempertahankan setidaknya
dukungan terhadap prinsip perdagangan bebas. Jika berhasil dilaksanakan, VER mempunyai
dampak yang sama dengan tarif impor, kecuali bahwa VER diatur oleh negara yang melakukan
ekspor, sehingga efek penerimaan dan laba monopoli diperoleh eksportir asing. Semakin lama,
eksportir asing juga cenderung memenuhi kuota mereka dengan unit produk yang berkualitas
tinggi dan berharga mahal (lihat Aplikasi Kasus 12-10).
Cara lain melakukan regulasi (pembatasan) terhadap perdagangan internasional adalah dengan
menggunakan gugatan antidumping yang secara sengaja digunakan untuk mengusir eksportir ke
negara tersebut (lihat Subbab 11-3). Cara yang lainnya adalah regulasi keselamatan untuk mobil
dan peralatan listrik, regulasi kesehatan untuk produksi dan pengepakan bahan makanan impor,
dan syarat pemberian label yang menunjukkan asal dan kandungannya. Meskipun banyak dari
regulasi ini mempunyai tujuan yang sah, sebagian lainnya (seperti pembatasan pemutaran film
asing di beberapa negara Eropa) adalah kamuflase tipis untuk membatasi impor.
Amerika Serikat saat ini berusaha memperluas jangkauan undang-undang antitrust AS
ke luar batas-batas negara AS untuk menangkal praktik-praktik manipulasi tender, pematokan
harga, subsidi industri, dan perilaku kartel lain dari perusahaan asing yang merugikan daya saing
internasional AS. Sejak tahun 1984, Amerika Serikat juga telah memberikan kekebalan terbatas
kepada perusahaan litbang (research-and-development ventures) AS dari gugatan antitrust,

Ringkasan

.Menurut
teori
ekonomi
yang
dikembangkan
oleh
Sdgler dan kawan-kawan, regulasi muncul dari
tindakan
kelompok
penekan
dan
menghasilkan
hukum dan kebijakan yang mendukung kalangan
bisnis, serta melindungi konsumen, pekerja, dan
lingkungan. Sebagian kebijakan yang dirancang

untuk
melindungi
kalangan
bisnis,
membatasi
masuknya
perusahaan
baru,
dan
membatasi
persaingan.
Di
antaranya
berupa
penerbitan
lisensi,
hak
paten,
pembatasan
persaingan
harga,
pembatasan
impor
(tarif
dan
kuota),
selain juga subsidi dan perlakuan pajak khusus
untuk membantu beberapa sektor tertentu seperti
pertanian,
transportasi,
penerbangan,
dan
energi.
Konsumen
dilindungi
dengan
cara
mengharuskan
pemberian informasi yang benar oleh perusahaan
dan
dengan
melarang
penyajian
yang
keliru
terhadap
produk,
dan
dengan
undang-undang
yang
mengharuskan
kebenaran
dalam
pinjaman,
keadilan
dalam
mengevaluasi
permohonan
kredit, kejelasan dalam surat jaminan, keamanan
di jalan bebas hambatan, dan banyak lainnya.
Para
pekerja
dilindungi
dengan
undang-undang
yang
menetapkan
standar
keamanan,
kesempatan
kerja yang sama.dan upah minimum, sementara
polusi udara, air, dan polusi lingkungan lainnya
diregulasi
oleh
Environmental
Protection

2.

Agency.
Menurut
teori
kepentingan
publik
tentang
regulasi,
regulasi
pemerintah
dilaksanakan
untuk
mengatasi
kegagalan
pasar,
sehingga
sistem
ekonomi
bisa
beroperasi
dalam
suatu
cara yang konsisten dengan kepentingan publik.
Salah
satu
jenis
kegagalan
pasar
disebabkan
oleh eksternalitas. Hal ini merupakan biaya dan
manfaat yang belum terkompensasi yang dipikul

3.

atau
diterima
oleh
perusahaan
atau
individu,
selain
dari
yang
melakukan
konsumsi
atau
produksi atas produk atau jasa tertentu. Jadi, kita
mempunyai
ekonomis
eksternal
dan
disekonomis
eksternal
produksi
dan konsumsi. Ketika
biaya
manfaat pribadi dan sosial tidak sesuai (artinya,
dengan adanya eksternalitas) dari sudut pandang
masyarakat,
produk
atau
jasa
yang
dihasilkan
terlalu banyak atau terlalu sedikit. Dalam kasus
yang demikian, campur tangan pemerintah bisa
dibenarkan
agar
dapat
memengaruhi
produksi
dan konsumsi produk atau jasa tersebut, hingga
biaya sosial marginalnya sama dengan manfaat
sosial
marginalnya.
Kegagalan
pasar
karena
eksternalitas,
bisa
diatasi
dengan
melakukan
pelarangan
atau
regulasi,
pajak
atau
subsidi,
dengan
pembayaran
sukarela,
dengan
merger,
atau
penjualan
izin
menimbulkan
polusi.
Organisasi
regulasi
lebih
memilih
melakukan
pelarangan atau regulasi, tetapi cara ini adalah
cara yang paling tidak efisien untuk mengatasi
eksternalitas.
Dalam beberapa industri, skala ekonomi bisa saja
terus
berlangsung
sejalan
dengan
bertambahnya
output,
sehingga
sebuah
perusahaan
dapat
memasok
seluruh
kebutuhan
pasar
dengan
lebih
efisien,
ketimbang
jika
dipasok
beberapa
perusahaan
yang
berukuran
kecil.
Monopoli
alamiah
seperti
itu,
bisa
terjadi
dalam
hal
penyediaan tenaga listrik, gas, air bersih, dan jasa
transportasi lokal (fasilitas umum). Dalam kasus
seperti
ini,
pemerintah
biasanya
mengizinkan
sebuah
perusahaan
tunggal
untuk
beroperasi,
tetapi mengaturnya dengan menentukan P =
LAC (sehingga perusahaan
menerima
tingkat
tersebut
mencapai
pengembalian normal dari
titik impas dan hanya
investasinya).
Namun,

efisiensi
ekonomis4. Dimulai dengan Sherman Act
mengharuskan P LMC.
tahun
1890,
Sayangnya, dalam kondisi
sejumlah
undang-undang
yang
demikian,
antitrust telah disahkan
perusahaan
penyedia
untuk mencegah monopoli
fasilitas umum akan merugi
atau
konsentrasi
sehingga
tidak
akan
kekuatan ekonomi yang
memasok
jasa
tersebut
tidak wajar, melindungi
dalam
masyarakat
dari
jangka panjang tanpa adanya
penyelewengan
dan
subsidi.
Karena
inefisiensi
itu, P biasanya ditentukan
yang
muncul
akibat
sama
dengan
LAC.
monopoli dan konsentrasi
Regulasi fasilitas umum
kekuatan ekonomi, serta
menghadapi
banyak
untuk
memelihara
kesulitan. Hal ini muncul
tingkat kompetisi yang
karena
sulitnya
wajar dalam perekonomian
menentukan nilai dari aset
Amerika. Sherman Act
tetap perusahaan,
(1890)
melarang
I menentukan tarif untuk setiap
monopolisasi
dan
jenis
pelanggan,
pembatasan
dalam
mengalokasikan biaya atas
perdagangan
jasa
yang
dihasilkan
" di antara negara bagian dan
secara
gabungan,
dengan
negara
memastikan
bahwa
asing. Clayton Act (1914)
perusahaan
melarang
diskriminasi
penyedia fasilitas umum
harga,
kontrak
eksklusif
dan
menekan biaya serendah
mengikat,
dan
mungkin. Kesulitan juga
pembelian
saham
muncul
karena
terlalu
antarperusahaan
jika
sedikit atau terlalu banyak
berbagai
investasi
dalam
aset
hal
itu
secara
nyata
tetap (efek Averch-Johnson)
mengurangi persaingan atau
dan
adanya
tenggang
cenderung
menciptakan
waktu
regulasi
yang
monopoli, serta melarang
panjang.
perangkapan
direksi.

Federal

Trade

Commission
Act (1914), disahkan untuk
melengkapi
Clayton
Act, menetapkan tindakan
persaingan
yang
tidak
adil sebagai tindakan yang
melanggar
hukum
dan
membentuk Federal Trade
Commission
(FTC)
untuk menghukum para
pelanggar
undangundang
antitrust
dan
melindungi masyarakat dari
iklan yang bohong dan
menyesatkan.
RobinsonPatman
Act
(1936)
berusaha
melindungi
pengecer
kecil
dari
persaingan
harga
yang
dilakukan pengusaha ritel
besar
pemilik
toko
berantai, karena adanya
kemampuan
pengusaha5.
besar untuk memperoleh
harga
yang
lebih
murah serta biaya konsesi
perantara
akibat
pembelian dalam jumlah
banyak
dari
pemasok,
jika tujuannya adalah untuk
merusak
persaingan
atau menyingkirkan pesaing.

Wheeler-Lea

Act

(1938)
melakukan
amendemen atas Federal
Trade Commission Act dan
melarang
iklan
yang

bohong dan menipu dari


produk makanan, obatobatan, alat-alat korektif,
dan
produk
kosmetik
yang
memasuki
perdagangan
antarnegara
bagian.

Celler-Kefauver
Antimerger Act

(1950)
menutup
kelemahan dalam Clayton
Act dengan menetapkan
sebagai tindakan melanggar
hukum,
segala
upaya
untuk mengakuisisi tidak
hanya saham tetapi juga
aset
dari
perusahaan
pesaing, jika pembelian
tersebut
dengan
nyata
mengurangi
persaingan
atau cenderung menciptakan
monopoli.
Menegakkan
hukum
antitrust adalah tanggung
jawab divisi Antitrust dari
Departemen
Kehakiman
AS
dan

Federal
Commission

Trade

(FTC). Pelanggaran hukum


antitrust
diselesaikan
dengan
cara
(1)
pembubaran dan pelepasan,
(2)
keputusan, atau (3) surat
keputusan
perjanjian.

Hukuman
denda
dan
penjara juga diterapkan.
Sejak kasus Alcoa tahun
1945,
Mahkamah
Agung AS memutuskan
bahwa ukuran yang besar
saja merupakan tindakan
melanggar
hukum,
tidak peduli terdapat atau
tidaknya
perbuatan
melanggar hukum yang
lain.
Saat
ini,
baik
ukuran maupun sebagian
tindakan
antikompetitif
diperlakukan agar bisa
memenangkan
perkara.
Mahkamah Agung secara
umum
menentang
merger horizontal antara
pesaing
besar
yang
langsung,
tetapi
tidak
melarang merger vertikal
dan konglomerasi, kecuali
jika
cenderung
menyebabkan
meningkatnya
kekuatan
pasar
horizontal.
Mahkamah
Agung
menggunakan
Sherman
Act
untuk

menindak tidak hanya


upaya
untuk membentuk kartel,
tetapi juga segala bentuk
kolusi
informal
untuk
membagi pasar, mematok
harga, atau membuat skema
kepemimpinan
harga.
Mahkamah Agung telah
menetapkan
bahwa

conscious

parallelism

adalah melanggar hukum


jika
tindakan
tersebut
mencerminkan
kolusi.
Mahkamah Agung juga
menetapkan
penentuan
harga yang mematikan,
diskriminasi harga dan
perilaku penentuan harga
lainnya,
jika
dengan
nyata
mengurangi
persaingan atau cenderung
menciptakan
monopoli.
Sejak pertengahan dekade
1970-an, pemerintah telah
melakukan
deregulasi
atas industri penerbangan
dan angkutan truk serta
telah mengurangi tingkat
regulasi dalam lembaga

keuangan, telekomunikasi, dan angkutan truk


serta telah mengurangi sebagian biaya penerapan
regulasi yang tinggi. Deregulasi tampaknya
berhasil mendorong peningkatan persaingan dan
. penurunan harga-harga, tetapi juga menimbulkan
beberapa masalah lain.

6.

Berbagai negara melakukan regulasi atas


perdagangan
internasional
dengan
tarif,
kuota, pembatasan ekspor sukarela, dan pajak
antidumping, selain juga regulasi teknis,
administratif, dan regulasi lainnya. Tarif impor
adalah pajak atas impor. Karenanya, tarif
meningkatkan harga bagi konsumen domestik,
mengurangi jumlah komoditas yang diminta
di dalam negeri. Negara juga memperoleh
pendapatan
tarif.
Kuota
impor
adalah
pembatasan jumlah atas impor. Pembatasan
ekspor sukarela digunakan oleh negara

Pertanyaan Diskusi
I. Sebutkan dua teori yang berusaha menjelaskan
landasan bagi campur tangan pemerintah dalam

pengimpor, untuk memengaruhi negara lain


mengurangi ekspor suatu komoditasnya secara
sukarela dengan ancaman akan melakukan
pembatasan perdagangan yang lebih tinggi
dan lebih menyeluruh, jika ekspor komoditas
ini mengancam keseluruhan industri domestik.
Regulasi lainnya adalah pajak antidumping dan
regulasi keselamatan, kesehatan, dan pemberian
label, jika digunakan unutk membatasi impor.
Pembatasan impor sering kali diminta untuk
melindungi perusahaan dalam industri, dari
persaingan
asing'yang
tidak
adil.
Pada
kenyataannya, pembatasan impor sering kali
menjadi cara yang nyaman dan efektif untuk
membatasi persaingan dan meningkatnya harga.
Pembatasan
perdagangan
dijadwalkan
untuk
dikurangi sebagai akibat berhasil dicapainya
kesepakatan dalam Putaran Uruguay.

7. (a) Mengapa subsidi per jam yang diberikan


inHivirhi____A untiiV mprou>nt

Anda mungkin juga menyukai