Jurnal Bagus Penilaian Autentik
Jurnal Bagus Penilaian Autentik
Hal. 1
Hal. 2
berlangsungnya
kegiatan
proses
pembelajaran. Jika dilihat dari sudut
pandang teori Bloom, sebuah model
yang dijadikan acuan pengembangan
penilaian dalam beberapa kurikulum di
Indonesia sebelum ini, penilaian
haruslah mencakup ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Cara penilaian juga bermacammacam, dapat menggunakan model
nontes dan tes sekaligus, serta dapat
dilakukan kapan saja bersamaan dengan
kegiatan
pembelajaran.
Namun,
semuanya harus tetap terencana secara
baik. Misalnya, dengan memberikan tes
(ulangan) harian, latihan-latihan di kelas,
penugasan, wawancara, pengamatan,
angket, catatan lapangan/harian, atau
portofolio. Penilaian yang dilakukan
lewat berbagai cara atau model,
menyangkut berbagai ranah, serta
meliputi proses dan produk inilah yang
kemudian disebut sebagai penilaian
autentik. Autentik dapat berarti dan
sekaligus
menjamin
keobjektifan,
sesuatu yang nyata, konkret, benar-benar
hasil tampilan siswa, serta akurat dan
bermakna.
Penilaian autentik menekankan
kemampuan
pebelajar
untuk
mendemonstrasikan pengetahuan yang
dimiliki secara nyata dan bermakna.
Kegiatan penilaian tidak sekadar
menanyakan
atau
menyadap
pengetahuan yang telah diketahui
pembelajar, tetapi juga kinerja secara
nyata dari pengetahuan yang telah
dikuasai.
Sebagaimana
dinyatakan
Mueller (2008) penilaian autentik
merupakan a form of assessment in
which students are asked to perform
real-world tasks that demonstrate
meaningful application of essential
knowledge and skills. Jadi, penilaian
autentik merupakan suatu bentuk tugas
yang menghendaki pebelajar untuk
menunjukkan kinerja di dunia nyata
Hal. 3
menghasilkan
jawaban
yang
dilatarbelakangi
oleh
pengetahuan
teoretis.
Dalam penilaian kemampuan
bersastra misalnya, pebelajar mampu
menganalisis karakter tokoh dalam
sebuah fiksi, mempertanggungjawabkan
kinerjanya tersebut dengan argument
yang tepat, atau membuat resensi teks
kesastraan.
Masalah
kinerja,
performansi,
demonstrasi
yang
dimaksudkan
tentu
saja
dalam
pengertian
yang
sesuai
dengan
karakteristik
masing-masing
mata
pelajaran. Tiap mata pelajaran tentu
memiliki kriteria kinerja yang belum
tentu sama dengan mata-mata pelajaran
yang lain.
Kinerja hasil pembelajaran bahasa
tentu tidak sama dengan hasil
pembelajaran
matematika,
teknik
otomotif, tata busana, seni musik, dan
lain-lain. Namun, pada prinsipnya semua
mata
pelajaran
itu
haruslah
melaksanakan penilaian dan salah
satunya dengan model penilaian
autentik. Meskipun tiap mata pelajaran
berbeda karakteristik, baik yang
termasuk kategori ilmu-ilmu eksakta
maupun
sosial
dan
humaniora,
kesemuanya
tampaknya
dapat
menerapkan model penilaian autentik
khususnya yang berupa portofolio.
Karakteristik Penilaian Autentik
Beberapa karakteristik penilaian
autentik di antaranya adalah sebagai
berikut.
(1) Penilaian merupakan bagian dari
proses pembelajaran.
(2) Penilaian
mencerminkan
hasil
proses belajar pada kehidupan nyata.
(3) Menggunakan
bermacam-macam
instrumen, pengukuran, dan metode
yang sesuai dengan karakteristik dan
esensi pengalaman belajar.
Hal. 4
(4) Penilaian
harus
bersifat
komprehensif dan holistik yang
mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran (Santoso, 2004).
Sedangkan
Nurhadi
mengemukakan beberapa karakteristik
authentic assesment, yakni:.
(1) Melibatkan
pengalaman
nyata
(involves real-world experience)
(2) Dilaksanakan selama dan sesudah
proses pembelajaran berlangsung
(3) Mencakup penilaian pribadi (self
assesment) dan refleksi
(4) Aspek yang diukur keterampilan
dan performansi, bukan mengingat
fakta
(5) Berkesinambungan
(6) Terintegrasi
(7) Dapat digunakan sebagai umpan
balik
(8) Kriteria keberhasilan dan kegagalan
diketahui siswa dengan jelas
(Nurhadi, 2004: 173).
Tujuan dan Prinsip-Prinsip Penilaian
Autentik
Tujuan penilaian autentik itu
sendiri adalah untuk (1) menilai
kemampuan individu melalui tugas
tertentu, (2) menentukan kebutuhan
pembelajaran, (3) membantu dan
mendorong siswa, (4) membantu dan
mendorong guru untuk mengajar yang
lebih baik, (5) menentukan strategi
pembelajaran, (6) akuntabilitas lembaga,
dan
(7)
meningkatkan
kualitas
pendidikan (Santoso, 2004).
Sedangkan empat prinsip penilaian
autentik, yaitu
(1) Keeping track, yaitu harus mampu
menelusuri dan melacak kemajuan
siswa sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah ditetapkan.
(2) Checking up, yaitu harus mampu
mengecek ketercapaian kemampuan
peserta
didik
dalam
proses
pembelajaran.
Hal. 5
Authentic Assessment
Hal. 6
Hal. 7
(1) Peta
Konsep:
teknik
menggambarkan
pemahaman
keseluruhan pengertian, hubungan
konsep-konsep yang utuh melalui
diagram.
(2) Test konsep: soal pilihan ganda
yang sangat baik digunakan
mengukur pencapaian siswa untuk
kelas besar.
(3) Survei
pemahaman:
jawaban
berdasarkan beberapa pelajaran
yang melingkupi suatu topik
bahasan
tertentu.
Survey
pemahaman dapat digunakan pada
test formatif dan sumatif.
(4) Ujian: menguji pencapaian siswa
kurun tertentu; dalam bentuk
formatif dan sumatif serta ujian
Iainnya.
(5) Presentasi
Lisan:
Siswa
membacakan hasil yang dicapai
sebagai laporan terhadap kelompok
yang lain dan guru.
(6) Presentasi
Poster:
Siswa
meringkaskan hasil kerja, proses,
dan
apresiasinya
dalam
melaksanakan
aktivitas
dalam
bentuk poster yang diberikan
penjelasan
dalam
mempresentasikannya.
(7) Review rekan sejawat siswa:
Penilaian yang dilakukan rekan
siswa lain (dilakukan terhadap satu
ke yang lainya).
(8) Portofolio:
koleksi
bukti
pencerminan penguasaan konsep.
Dengan
evaluasi
model
ini,
memberikan gambaran yang telah
dilakukan siswa secara esensial, dan
dapat
digunakan
sebagai
pertimbangan kinerja siswa kurun
waktu tertentu. Kelemahan model
ini adalah tidak bisa cepat dan tidak
mudah
membuat
peringkatnya
berdasarkan nilai yang memadai,
karena bersifat kualitatif. Tetapi,
dengan adanya portofolio, siswa dan
Hal. 8
pembelajar
tidak
hanya
berlatih
mengucapkan lafal, memilih kata, dan
menyusun kalimat, melainkan juga
mempratikkannya dalam situasi konkret
dan dengan topic aktual-realistik
sehingga menjadi lebih bermakna.
Kedua,
penilaian
autentik
memberikan kesempatan pembelajar
untuk
mengkonstruksikan
hasil
belajarnya. Penilaian haruslah tidak
sekadar meminta pembelajar mengulang
apa yang telah dipelajari karena hal
demikian hanyalah melatih mereka
menghafal dan mengingat saja yang
kurang bermakna. Dengan penilaian
autentik pembelajar diminta untuk
mengkonstruksikan apa yang telah
diperoleh ketika mereka dihadapkan
pada situasi konkret. Dengan cara ini
pembelajar akan menyeleksi dan
menyusun
jawaban
berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki dan analisis
situasi yang dilakukan agar jawabannya
relevan dan bermakna.
Ketiga,
penilaian
autentik
memungkinkan
terintegrasikannya
kegiatan pengajaran, belajar, dan
penilaian menjadi satu paket kegiatan
yang terpadu. Dalam pembelajaran
tradisional, juga model penilaian
tradisional, antara kegiatan pengajaran
dan penilaian merupakan sesuatu yang
terpisah, atau sengaja dipisahkan.
Namun, tidak demikian halnya dengan
model penilaian autentik. Ketiga hal
tersebut,
yaitu
aktivitas
guru
membelajarkan, siswa belajar, dan guru
menilai capaian hasil belajar pembelajar,
merupakan satu rangkaian yang memang
sengaja didesain demikian. Ketika guru
membelajarkan
suatu
topik
dan
pembelajar
aktif
mempelajari,
penilaiannya bukan semata berupa
tagihan terhadap penguasaan topik itu,
melainkan pembelajar juga diminta
untuk berunjuk kerja mempraktikkannya
Hal. 9
1. Penentuan Standar
Standar dimaksudkan sebagai
sebuah pernyataan tentang apa yang
harus diketahui atau dapat dilakukan
pembelajar. Di samping standar ada
goal (tujuan umum) dan objektif
(tujuan khusus), dan standar berada di
antara keduanya. Standar dapat
diobservasi (observable) dan diukur
(measurable) ketercapaiannya. Istilah
umum yang dipakai di dunia
pendidikan di Indonesia untuk standar
adalah kompetensi sebagaimana
terlihat pada KBK dan KTSP. Di
kurikulum tersebut dikenal adanya
istilah standar kompetensi lulusan dan
kompetensi dasar.
Standar kompetensi lulusan
adalah
kualifikasi
kemampuan
lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan (PP
No. 19 Tahun 2005: 2), sedang
kompetensi dasar adalah kompetensi
atau standar minimal yang harus
tercapai
atau
dikuasai
oleh
pembelajar.
Kompetensi,
baik
yang
dirumuskan
sebagai
standar
kompetensi maupun kompetensi
dasar, menjadi acuan dan tujuan yang
ingin dicapai dalam keseluruhan
proses pembelajaran. Oleh karena itu,
kompetensi apa yang akan dicapai itu
haruslah
yang
pertama-tama
ditetapkan. Untuk kurikulum sekolah
(KTSP), standar kompetensi dan
kompetensi dasar, yang dalam PP No.
19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan disebut Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), telah
secara jelas ditunjuk. Standar
Kompetensi Lulusan inilah yang
kemudian
dijadikan
pedoman
penilaian dalam penentuan kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan.
Karena standar kompetensi dan
kompetensi dasar lazimnya masih
Hal. 10
Hal. 11
Hal. 12
Simpulan
Akibat tuntutan zaman yang begitu
cepat berkembang, dunia pendidikan
haruslah secara aktif melakukan
berbagai inovasi, baik yang menyangkut
isi, kompetensi, proses, penilaian,
maupun berbagai aspek terkait lain yang
terdapat
dalam
standar
nasional
pendidikan.
Aspek penilaian merupakan salah
satu kunci yang menentukan tujuan
kompetensi pembelajaran. Oleh karena
itu, masalah penilaian memang sudah
selayaknya mendapatkan perhatian yang
memadai.
Namun,
demikian
berkembangnya teori yang baru haruslah
disikapi secara kritis terutama yang
berkaitan dengan keefektifan dalam
pemanfaatannya secara nyata.
Kemunculan dan berkembangnya
teori atau model-model penilaian yang
baru tidak berarti meninggalkan sama
sekali model-model sebelumnya yang
belum tentu kurang baik. Tampaknya,
yang lebih bijak adalah memanfaatkan
keduanya sejauh relevan dan efektif
dengan tujuan penilaian. Demikian pula
halnya dengan pemanfaatan model
penilaian tradisional dan model penilaian
autentik.
Daftar Pustaka
Brown, Douglas H. 2004. Language
Assessment, Principle and Classroom Practices. San Francisco:
Longman.
(http://www.eduplace.com/).
Lynch,
Kurikulum 2004:
Jawaban. Jakarta:
Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar
Pendidikan
Nasional.
Santoso, Apik Budi. 2003. Penilaian
Berbasis
Kelas.
Makalah.
Semarang: Jurusan Geografi,
Fakultas Ilmu Sosial, UNNES.
----------------.
2004.
Penilaian
Pembelajaran
Pengetahuan
Sosial. Makalah. Semarang:
Fakultas Ilmu Sosial, UNNES.
Supranata, Sumarna dan Muhammad
Hatta.
2004.
Penilaian
Portofolio,
Implementasi
Kurikulum 2004. Jakarta: Rosda.
Tuckman, BW. 1975. Measuring
Educational
Outcomes:
Fundamentals
of
Testting.
Harcourt Barce Jovanovich, Inc.
USA.
Hal. 13