Anda di halaman 1dari 2

Bolehkah, Cuka Apel Untuk Penderita Asam Lambung ?

Perlu Anda ketahui bahwa cuka aperl dibuat dengan cara memeras apel segar untuk diambil
airnya. Air apel tersebut kemudian difermentasikan menjadi alkohol setelah dicampur
dengan bateri dan ragi. Bakteri yang dilibatkan dalam pembuatan cuka apel adalah bakteri
asam asetat. ketika sudah siap untuk digunakan, air apel akan berwarna keciklatan dengan
bau yang tajam. Fakta menyebutkan bahwa dikarenakan rasanya yang sangat asam, maka
cuka apel tidak disarankan untuk orang - orang yang menderita gangguan pencernaan,
termasuk yang menderita penyakit asam lambung / GERD.
Anggapan Mengenai Manfaat Cuka Apel
Begitu banyak manfaat cuka apel buat kesehatan dan kecantikan sampai-sampai
memunculkan pernyataan yang keliru dan menyesatkan dari cairan berfermentasi ini.
Pelajari dengan teliti manfaat yang benar dari cuka apel dan hindari yang salah.
Cuka apel dianggap memiliki efek positif bagi tubuh. Beberapa di antara manfaat tersebut,
antara lain:

Menurunkan berat badan

Banyak pihak yang mengklaim bahwa cuka apel bermanfaat untuk menurunkan berat
badan. Yang mendukung klaim ini menganggap cuka apel bisa meredam nafsu makan dan
membakar lemak. Sayangnya, klaim terhadap hal ini masih sangat minim. Bisa dikatakan
bahwa manfaat cuka apel untuk menurunkan berat badan adalah mitos belaka.
Fakta yang sebenarnya justru wajib diwaspadai adalah rasanya yang sangat asam dan
berisiko memberikan masalah pencernaan bagi mereka yang belum terbiasa
mengonsumsinya. Selain itu, cuka apel justru dapat mengiritasi tenggorokan, apalagi jika
dikonsumsi terlalu sering dan dalam jumlah yang banyak.

Membuat kenyang

Sebuah uji klinis dilakukan terhadap 12 individu dan menyimpulkan bahwa cuka apel
membuat mereka merasa lebih cepat kenyang. Para partisipan dalam uji klinis tersebut
diminta untuk mengonsumsi roti dengan cuka apel dan hanya mengonsumsi roti. Hasilnya,
12 individu ini mengatakan bahwa mengonsumsi cuka apel dan roti membuat mereka lebih
cepat kenyang dibandingkan saat hanya mengonsumsi roti.
Karena hanya diujikan kepada 12 orang, manfaat cuka apel untuk membuat seseorang lebih
kenyang belum bisa dijadikan sebagai pegangan. Selanjutnya dibutuhkan pembuktian lebih
lanjut dengan melibatkan partisipan yang lebih banyak untuk membuktikan hal ini.

Bermanfaat positif bagi gula darah dan diabetes

Cuka apel mungkin bermanfaat sebagai pengontrol tekanan darah dan diabetes. Bahkan,
cuka apel dianggap memiliki dampak yang mirip dengan obat-obatan kedua gangguan
kesehatan tersebut.
Cuka apel dinilai memiliki manfaat untuk memblokir beberapa jenis tepung di dalam
pencernaan. Meski tidak bersifat sepenuhnya, namun setidaknya mampu mencegah
beberapa jenis tepung untuk dicerna sehingga mencegah peningkatan kadar gula darah.
Meski manfaat ini dinilai sebagai fakta, namun lebih baik cuka apel jangan dijadikan pilihan
utama. Siapa pun yang hendak mengontrol kadar gula darah, dianjurkan untuk berfokus
pada diet makanan sehat daripada hanya mengandalkan cuka apel.
Cuka apel juga perlu diwaspadai bagi siapa pun yang menderita gastroparesis alias kelainan
motilitas lambung yang membuat pengosongan lambung tertunda. Bahkan bagi yang tidak
memiliki gangguan kesehatan selain diabetes, berkonsultasi kepada dokter merupakan
langkah yang tepat untuk dilakukan bagi siapa pun yang ingin mengonsumsinya.

Menurunkan kadar kolesterol jahat

Kolesterol jahat bisa meningkatkan risiko seseorang terkena beberapa penyakit, seperti
penyakit jantung dan hipertensi. Asam asetat di dalam cuka apel dianggap mampu
menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh. Sayangnya, penelitian ini masih sebatas
menggunakan tikus dan belum ada penelitian terhadap manusia.
Meski dianggap menjanjikan, namun pemakaian untuk tujuan tersebut belum
direkomendasikan. Penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk membuktikannya. Dengan
demikian, manfaat cuka apel untuk menurunkan kadar kolesterol jahat masih dianggap
mitos.
Makanan atau zat-zat tertentu sering kali dianggap berkhasiat baik terhadap kesehatan.
Keberadaannya yang sudah lazim di tengah masyarakat turut menguatkan anggapan yang
ada. Tidak ada salahnya untuk mencari informasi klinis yang valid atau tanyakan kepada
dokter untuk mendapatkan kepastiannya.
Demikian penjelasan yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai