Oleh :
Alindina Izzani
G99161003
Ade Puspasari
G99161008
G99161013
Anthony Johan
G99161018
G99161023
Ilham Ramadhan
G99161048
Pembimbing :
Muhammad Adrianes B, dr., Sp.OG (K)FM
membuat
uterus
yang
direkonstruksi
nanti
tidak
mampu
B. Adenomiosis
Definisi
Adenomiosis terdiri dari kata adeno (kelenjar), mio (otot), dan osis (suatu
kondisi). Adenomiosis
merupakan
suatu
keadaan
di
mana
jaringan
Patofisiologi
Pertumbuhan
endometrium
menembus
membrana
basalis.
Pada
Etiologi
Sekalipun belum ada patogenesis pasti dari adenomiosis, para peneliti
berpendapat bahwa hal ini disebabkan oleh lemahnya lapisan otot pembatas
pada wanita yang menderita adenomiosis dan juga dipicu oleh meningkatnya
tekanan intrauterin antara kedua sisi. Meskipun penyebabnya belum diketahui
secara pasti, kemungkinan adenomiosis disebabkan adanya erupsi dari
membrana basalis dan disebabkan juga oleh trauma berulang, persalinan
berulang, operasi sesar ataupun kuretase (Prawirohardjo, 2011).
Diagnosis/ Gejala Klinik
Seiring dengan bertambah beratnya adenomiosis, gejala yang timbul antara
lain:
a. Sebanyak 40- 50% mengalami menoragia. Kemungkinan hal ini disebabkan
oleh
gangguan
kontraksi
miometrium
akibat
adanya
fokus-fokus
Pemeriksaan
a. USG
Prognosis
Adenomiosis merupakan suatu penyakit yang progresif selama masa
reproduksi dan akan mengalami regresi bila memasuki masa menopause. Tidak
mempunyai kecenderungan menjadi ganas (Prawirohardjo, 2011).
serosal selalu terlihat jelas. Cavitas endometrial dibuka sampai cukup untuk
memasukan jari telunjuk untuk melindungi dan membantu menuntun selama
eksisi jaringan adenomiosis dilakukan. Jaringan adenomiosis digenggam
menggunakan
forcep
Martin
dan
dipotong
dari
miometrium
yang
torniquet dapat dilepaskan. Dapat dicatat, tidak ada perdarahan signifikan oleh
karena tekanan pada jaringan yang terjadi akibat dari rekonstruksi. Kehilangan
darah selama operasi dihitung dengan menambahkan jumlah darah yang
dihisap dengan menggunakan penghisap darah dan jumlah yang diserap kassa.
Selanjutnya insisi abdominal ditutup per lapisan (Osada, 2011).
Laparotomy
dan
Laparoskopi
10
Hasil dari penelitian Osada pada tahun 2011, dua puluh enam wanita
(25,0%) berharap untuk hamil setelah operasi pengangkatan adenomiosis
dengan mini laparotomy. Usia mereka rata rata adalah 36,9 4,7 tahun. Enam
belas dari mereka (61,5%) kemudian mengandung. Dari jumlah tersebut, empat
wanita hamil secara spontan dan 12 wanita mengandung dengan cara IVF/ET.
Dua wanita yang memiliki IVF / ET mengalami abortus spontan pada usia
kehamilan 5 minggu dan 16 minggu; 14 orang hamil hingga aterm dan semua
melahirkan melalui operasi caesar elektif. Tidak ada kasus komplikasi rahim ke
11
12
G. Kesimpulan
Adenomiosis merupakan suatu keadaan di mana jaringan endometrium
yang berupa kelenjar yang masih berfungsi menginvasi ke dalam lapisan
miometrium. Adenomiosis berat mengakibatkan infertilitas, dismenorrhea berat
dan hipermenorrhea. Terapi yang efektif memerlukan pengambilan jaringan
yang radikal pada jaringan yang terkena. Namun hal ini akan menghasilkan
defek yang besar pada dinding uterus, membuat uterus yang direkonstruksi
nanti tidak mampu mempertahankan kehamilan yang normal, sehingga
pengobatan yang biasanya dilakukan untuk wanita dengan adenomiosis berat
adalah histerektomi.
Wanita lain, seperti pada populasi wanita jepang, biasanya tidak ingin
berpisah dengan uterus mereka dengan alasan emosional maupun kebudayaan,
13
adenomiosis
radikal
menggunakan
metode
triple-flap
untuk
merekonstruksi dinding uterus telah ditemukan oleh Dr. Hisao Osada yang
dinamakan juga sebagai Teknik Osada.
Dengan menggunakan teknik ini jaringan adenomiosis dapat disingkirkan
sebanyak mungkin namun dengan tetap mempertahankan fungsi uterus yang
normal. Operasi dapat dilakukan dengan teknik laparoskopi maupun
laparotomi. Saat ini masih belum ada data yang menyajikan perbandingan hasil
operasi dengan metode triple-flap secara laparoskopi maupun laparotomi.
Namun Dr. Hisao Osada, sebagai penemu teknik ini menganjurkan penggunaan
mini-laparotomi dibandingkan dengan laparoskopi karena lebih mempermudah
operator saat operasi. Peneliti lain menyatakan bahwa laparoskopi untuk teknik
ini mungkin dilakukan, namun membutuhkan keahlian yang sangat handal, dan
sebaiknya dilakukan pada adenomiosis kecil dan terlokalisasi. Beberapa
peneliti juga telah membuat beberapa modifikasi dari Teknik Osada.
Sebagian wanita yang ingin mempertahankan rahimnya adalah untuk alasan
reproduksi. Pada penelitian Osada sebanyak 16 orang (61,5%) pasien dari
semua pasien yang menginginkan kehamilan (26 orang) berhasil hamil, baik
dengan IVF maupun secara spontan. Dan tidak ada komplikasi yang
disebabkan oleh karena adenomiektomi. Dari semua pasien tersebut 2
mengalami aborsi dan 14 melahirkan secara sesar, dengan hasil yang baik. Hal
ini menunjukan adanya harapan bagi wanita dengan adenomiosis berat yang
ingin memiliki anak. Penelitian dan modifikasi lebih lanjut akan teknik ini
diharapkan dapat meningkatkan kemungkinan memiliki keturunan bagi wanita
dengan adenomiosis berat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Grimbizis GF, Mikos T, Tarlatzis B (2013). Uterus-sparing operative treatment for
adenomyosis. American Society for Reproductive Medicine. Greece :
Elsevier.
Huang, X., Huang, Q., Chen, S., Zhang, J., Lin, K. and Zhang, X. (2015). Efficacy
of laparoscopic adenomyomectomy using double-flap method for diffuse
uterine adenomyosis. BMC Women's Health, 15(1).
Kim JK, Shin CS, Ko YB, Nam SY, Yim HS, Lee KH (2014). Laparoscopic
assisted adenomyomectomy using double flap method. Obstet Gynecol Sci
57(2):128-135
15
16