Anda di halaman 1dari 48

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah selalu mempunyai peranan yang penting pada suatu lokasi
pekerjaan konstruksi. Tanah adalah pondasi pendukung suatu bangunan, atau
bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti tanggul atau bendungan,
atau kadang-kadang sebagai sumber penyebab gaya luar pada bangunan,
seperti tembok/dinding penahan tanah, jadi tanah itu selalau berperan pada
setiap pekerjaan teknik sipil (Sosrodarsono and Nakazawa, 1981).
Pembangunan suatu konstruksi, pertamatama sekali yang dilaksanakan
dan dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan pondasi (struktur bawah) baru
kemudian melaksanakan pekerjaan struktur atas. Pembangunan suatu pondasi
sangat besar fungsinya pada suatu konstruksi. Secara umum pondasi
didefenisikan sebagai bangunan bawah tanah yang meneruskan beban yang
berasal dari berat bangunan itu sendiri dan beban luar yang bekerja pada
bangunan ke tanah yang ada disekitarnya.
Berdasarkan kedalaman tertanam di dalam tanah, maka pondasi
dibedakan menjadi pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam
(deep

foundation)

(Das,

1995).

Dikatakan

pondasi

dalam

apabila

perbandingan antara kedalaman pondasi (D) dengan diameternya (B) adalah


lebih besar sama dengan 10 (D/B 10). Sedangkan pondasi dangkal apabila
D/B 4. Pada pondasi dalam dibedakan 2, yaitu pondasi end bearing dan
pondasi floating. Pondasi ujung tiang (end bearing) adalah sistem pondasi
yang ujung tiang pancangnya menyentuh tanah keras, sehingga beban aksial
seluruhnya disalurkan pada tanah keras. Sedangkan pondasi mengambang
(floating) adalah sistem pondasi yang tidak menyentuh tanah keras sehingga
beban aksial yang diterima disalurkan pada tanah sekitar tiang pancang akibat
gesekan (friction) antara tiang pancang dan tanah sekitar tiang pancang.
Perencanaan pondasi tiang pancang mencakup rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan dengan berbagai tahapan yang meliputi studi kelayakan dan

perencanaan teknis. Semua itu dilakukan supaya menjamin hasil akhir suatu
konstruksi yang kuat, aman serta ekonomis. Banyak permasalahan yang
terjadi pada saat proses pemancangan mulai dari awal pemancangan sampai
akhir pemancangan, sebagai contoh adalah pada saat alat pancang
mengangkat tiang pancang sering terjadi patah dan retak-retak ditengah, ini
akibat kurang baiknya tulangan yang ada pada tiang pancang dalam menahan
tegangan tarik yang terjadi.
Pondasi tiang tersebut perlu diperkuat agar kokoh sampai siap dipancang
dan harus diperkuat untuk menahan tekanan selama pemancangan. Dan
biasanya panjang pracetak (precast) bervariasi, hal ini bertujuan agar dapat
disesuaikan dengan keadaan dilapangan. Untuk menghindari terjadinya
kerusakan atau keruntuhan, suatu pondasi tiang pancang baik tunggal maupun
tiang kelompok haruslah mempunyai daya dukung yang cukup untuk
memikul konstruksi yang ada diatasnya.

1.2 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan dari kerja praktek ini adalah:
1. Untuk mengetahui secara langsung bagaimana pekerjaan pembangunan
dan pelaksanaan dermaga ferry di lapangan dengan menggunakan pondasi
tiang pancang.
2. Untuk mengetahui kesesuaian antara perhitungan dan pelaksanaan
pekerjaan pondasi tiang pancang.
3.

Untuk mengetahui metode pelaksanaan pondasi tiang pancang.

1.3 Batasan Masalah


Dalam proyek penataan terminal multi purpose belawan ini di batasi pada
perencanaan pondasi tiang pancang, karena waktu kerja praktek yang kami
laksanakan sangat minim bertepatan dengan jadwal kuliah yang sangat padat,
maka dari itu kami hanya dapat mengikuti pada proses pemancangan yang
sangat singkat.
2

BAB 2
ORGANISASI PROYEK

2.1 Profil Perusahaan


WIKA dibentuk dari proses nasionalisasi perusahaan Belanda bernama
Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en
Co. atau NV Vis en Co. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1960 dan
Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) No. 5
tanggal 11 Maret 1960, dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja
Karja.
Perkembangan signifikan pertama adalah di tahun 1972, dimana pada saat itu
nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja berubah menjadi PT Wijaya
Karya. WIKA kemudian berkembang menjadi sebuah kontraktor konstruksi
dengan menangani berbagai proyek penting seperti pemasangan jaringan listrik di
Asahan dan proyek irigasi Jatiluhur.
Satu dekade kemudian, pada tahun 1982, WIKA melakukan perluasan divisi
dengan dibentuknya beberapa divisi baru, yaitu Divisi Sipil Umum, Divisi
Bangunan Gedung, Divisi Sarana Papan, Divisi Produk Beton dan Metal, Divisi
Konstruksi Industri, Divisi Energy, dan Divisi Perdagangan. Proyek yang
ditangani saat itu diantaranya adalah Gedung LIPI, Gedung Bukopin, dan Proyek
Bangunan dan Irigasi. Selain itu, semakin berkembangnya anak-anak perusahaan
di sektor industri konstruksi membuat WIKA menjadi perusahaan infrastruktur
yang terintegrasi dan bersinergi.
Pada tahun 1997, WIKA mendirikan anak perusahaannya yang pertama, yaitu
PT Wijaya Karya Beton, mencerminkan pesatnya perkembangan Divisi Produk
Beton WIKA saat itu.
Hal ini tercermin dari keberhasilan WIKA melakukan penawaran saham
perdana (Initial Public Offering/IPO) pada tanggal 27 Oktober 2007 di Bursa
Efek Indonesia (saat itu bernama Bursa Efek Jakarta). Pada IPO tersebut, WIKA
melepas 28,46 persen sahamnya ke publik, sehingga pemerintah Republik
Indonesia memegang 68,42 persen saham, sedangkan sisanya dimiliki oleh
3

masyarakat, termasuk karyawan, melalui Employee/Management Stock Option


Program (E/MSOP), dan Employee Stock Allocation (ESA).
Dalam proyek pembanguna terminalmulti purpose belawan merupakan
proyek PT.Pelindo di bawah disubkan kepada konsultan yaitu PT.Wijaya
Karya di rencanakan dan diatur dalam sebuah stuktur organisasi dengan jelas.
Dimana sebuah proyek konstruksi ini terdapat pihak- pihak yang terkait
sebagai berikut:

Owner / Pemilik proyek


Konsultan Perencana
Pelaksana / Kontraktor
Pengawas / Direksi

Semua unsur yang terkait di dalam suatu organisasi kerja harus terpisah satu
sama lain dalam artian tidak boleh dirangkap. Agar proses diatas berlangsung
dengan baik, dibutuhkan suatu wadah dalam bentuk struktur organisasi. Struktur
organisasi formal akan menunjukkan halhal berikut:
Macammacam pokok kegiatan organisasi
Pembagian menjadi kelompok atau subsistem
Adanya hirarki, wewenang dan tanggung jawab bagi kelompok
dan pimpinan
Pengaturan kerja sama , jalur pelopor, dan komunikasi, meliputi
jalur vertical dan horizontal
Bentuk struktur formal yang terkenal adalah fungsional, produk,
area dan matriks.
2.2 Manajemen Proyek
Manajemen proyek adalah suatu kegiatan yang mengatur dan mengendalikan
berbagai ragam kegiatan orang atau sekelomok orang untuk mencapaai tujuan
bersama yang telah ditetapkan. Sedangkan proyek adalah sekumpulan kegiatan
yang menggunakan sumber daya untuk memperoleh hasil atau manfaat dan tujuan
yang di harapkan semaksimal dan seefesien mungkin.
Manajemen pelaksana proyek adalah suatu proses pengaturan yang terdiri
dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang
dilakukan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dengan memanfaatkan

berbagai sumber daya. Sumber daya yang tercalup dalam sector konstruksi adalah
manusia, modal (uang), peralatan, material setra informasi dan teknologi.
Tujuan dari konsep manajemen konstruksi adalah bagaimana kita dapat
melakukan sumber daya yang tersedia untuk dapat menghasilkan kinerja
seoptimal mungkin.
Manajemen proyek mempunyai 5 (lima) fungsi atau prinsip kerja yang harus
dilakukan yaitu:
1. Membuat perencanaan (planning). Pada intinya adalah mengambil keputusan
dalam arti menetapkan beberapa alternatif dan kemudian memilih salah satu
alternatif yang baik.
2. Menyusun organisasi proyek (organizing and staffing). Pada intinya dalam
proses ini dilakukan penyusunan organisasi proyek yang terkait secara
langsung maupun tidak langsung meliputi struktur organisasi, pembentukan
tim secara anggung jawab atau wewenang masingmasing bidang sehingga
terbentuk suatu mekanisme yang saling mendukung antara yang satu dengan
yang lain.
3. Pelaksanaan (implementim). Pada intinya adalah mengkoordinir atau organisir
agar sesuai dengan pelaksanaan, spesifiksi teknis dan gambar yang telah
disepakati dalam tender.
4. Melakukan pengendalian (controlling). Pada intinya adalah membandingkan
realisasi dengan rencana apabila terjadi penyimpangan, maka harus segera di
cari sebabsebabnya dan di ambil tindakan koreksi (replanning).
5. Memimpin (directing). Pada intinya adalah memimpin dan mengkoordinir
keempat fungsi diatas yaitu, planning, organizing, staffing, implementing dan
cotrolling agar tujuan yang akan dicapai terlaksana dengan baik.

2.3 Struktur Organisasi Pelaksanaan Proyek


Dalam pelaksanaan kerja suatu proyek tidak lepas dari organisasi proyek.
Organisasi proyek adalah di perlukan untuk mendukung dan mempermudah
pekerjaan yang dilaksakan di lapangan. Pada pelaksanaan pembangunan ini
melibatkan beberapa unsur organisasi seperti di tunjukkan pada Gambar 2.1.

Ada pun unsurunsur yang terlibat dalam pelaksanaan proyek ini saling
mendukung dan mempunyai tugas serta tanggung jawab masingmasing, unsurunsur tersebut antara lain:
1. Pemilik Proyek (Owner)
2. Kontraktor
- Projek Manajer
- Pelaksana
- Drafter

: PT. PELINDO
: PT.WIKA PERSERO,Tbk
: SARTONO
: YUSMIANTO
: GANDA & HENDRA

STRUKTUR ORGANISASI PROYEK

PENATAAN TERMINAL MULTIPORPUSE PELABUHAN BELAWAN


SUMATERA UTARA

Gambar 2.1: Susunan struktur organisasi proyek.

2.4 Tugas dan Wewenang


Tugas dan wewenang masingmasing unsur dalam struktur organisasi proyek
harus dilakukan sedemikian rupa oleh masingmasing pihak, sehingga dalam
pelaksanaaa proyek dapat di capai mutu, bahan dan

biaya yang ditargetkan

dengan menagement dan efesian.

2.3.1 Owner / Pemilik Proyek


Pemilik proyek adalah seseorang, instansi pemerintah atau swasta yang
berkeinginan menderikan bangunan. Pemilik proyek bila berkeinginan mendirikan
suatu bangunan akan menyampaikan keinginan tersebut kepada ahli agar dapat
direncanakan bentuknya dengan biaya yang diperlukan.
Adapun tugas dan tanggung jawab sebagai kuasa pemilik proyek adalah:
Harus menyediakan dana sesuai dengan petunjuk perasional.
1. Membentuk panitia tender atau lelang yang berfungsi memilih proyek dalam
melaksanakan pembangunan.
2. Memutuskan pemenang tender yang di ajukan panitia tender.
3. Mengadakan ikatan perjanjian dengan perencanaan, pengawasan panitia tender.
4. Bertanggung jawab kepada semua pihak seperti tercantum di dalam surat
perjanjian, yaitu membayar suatu biaya bangunan, biaya pengawas, biaya
perencanaan, biaya pelaksana dan biaya pajak bangunan.
5. Pekerjaan harus selesai tepat pada waktunya.
Dimana PT. Pelindo yaitu selaku owner di proyek pembangunan
terminalporpuse belawan.

2.3.2 Konsultan
1. Konsultan Perencana
Perencana adalah seseorang atau badan usaha jasa yang memiliki tenaga ahli
yang bergerak dalam bidang pembuatan yang berupa gambargambar kostruksi,
plumbing, listrik, dan site development.
Adapun tugas dan tanggung jawab perencanaan adalah :
1. Menyusun perencana pelaksanaan proyek.
2. Memberi uraian tentang maksud dan tujuan perencanaan.
8

3. Memberi gambar lengkap, rencana arsitektur dan gambar detailnya.


4. Memberi penjelasan pada waktu dilaksanakan pelelangan dan melaksanakan
pengawasan secara berkala selama proyek sedang berlangsung.
2. Konsultan Pengawas
Pengawas adalah orang yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan
sehingga berjalan lancar, tepat waktu, dengan mutu yang terjamin dan biaya yang
efesien. Tugas dan tanggung jawab dari pengawas adalah:
1. Mengawasi jalannya pekerjaan konstruksi dan mengontrol kualitas dan
kuantitas bahanbahan yang dipakai serta pelaksanaannya di lapangan.
2. Mengawasi kekuatan bangunan, ketepatan waktu kerja dan anggaran biayanya.
3. Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan (bobot kemajuan)
untuk pembayaran termin, pemeliharaan, pekerjaan, serah terima pertama dan
kedua pekerjaan kostruksi.
4. Membuat laporan harian, minggun dan bulanan.
5. Menyesuaikan bastek dengan pekerjaan di lapangan.
6. Penetapan konstruksi teknis bila terjadi penyimpangan suatu pekerjaan,
mengadakan kordinasi antara pelaksana dan sub pelaksana.
7. Menyusun daftardaftar kekurangan dan catatan yang ada selama masa
pemelihraan.

2.3.3 Kontraktor
Kontraktor merupakan pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambargambar kerja, peraturan-peraturan
dan syarat yang telah ditetapkan oleh pihak konsultan perencana. Apabila seluruh
pekerjaan telah selesai dilaksanakan oleh kontraktor sesuai dengan perjanjian
kontrak, maka hasil pekerjaan itu diserahkan kepada pemberi tugas.
Apabila akan memulai pekerjaan dilapangan dan untuk melancarkan
pekerjaan itu maka pihak pemborong menempatkan seorang pelaksana yang ahli,
yang di beri kuasa penuh oleh direksi/direktur pemborong untuk bergerak atas
namanya. Dalam proyek ini yang bertindak sebagai kontraktor adalah : PT. WIKA
PERSERO Tbk.
9

a). Struktur Organisasi Kontraktor


Perancangan dan penyusunan organisasi proyek pada umumnya
menggunakan pendekatan kontingensi (contingensi approach), yaitu dengan
melihat situasi, kondisi yang tidak satu pun struktur organisasi yang efektif dan
efisien untuk segala macam situasi dan keperluan.
Menurut James A.F Stoner (1982) menjelaskan bahawa variablevariable
kunci yang mempengaruhi penentuan struktur organisasi adalah strategi,
lingkungan tempat proyek beropersi, teknologi yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan dan karakteristik anggota manajemen. Sedangkan untuk
pihak kontraktor, sebagaimana layaknya penyusunan tim proyek dari suatu
perusahaan jasa konstruksi utama (main contractor), maka proyek terdiri dari:
1. Project Manajer (PM) sebagai kepala tim.
2. Tim inti yang bertugas untuk proyek.
3. Bidang fungsional yang mendukung serta menangani kegiatan pekerjaan
proyek.
Tim inti proyek bertugas menyelenggarakan pekerjaan proyek yang di pimpin
oleh proyek manajer. Anggota tim dapat berasal dari organisasi perusahaan itu
sendiri atau dari luar perusahaan (merekrut). Dengan demikian pada suatu tim inti
proyek tersebut, maka personil yang di perlukan pada pembangunan proyek ini
adalah:
1. Project Manajer (Kepala Manajer)
Yaitu organisator dan koordinator proyek yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan proyek secara keseluruhan, baik secara teknis maupun administrative
dan keuangan serta lingkungan. Proyek manajer bertanggung jawab pada
Bouwheer

atau pemberi tugas. Adapun yang menjadi projek manajer dalam

projek pembangunan gedung ini adalah


1. Site Manajer
Seorang site manajer di tuntut untuk bisa mengambil keputusan yang tepat,
cepat dan bijaksana serta bertanggung jawab dengan tidak meninggalkan
spesifikasi pekerjaan yang telah ditentukan.
2. Wakil site manajer
Membantu seorang site manajer dilapangan pada suatu proyek.

10

3. Pelaksana
Tugas dan wewenang dari pelaksana utama adalah:
Merencanakan dan menentukan metode kerja.
1. Pengadaan dan menentukan metode kerja.
2. Bertanggung jawab atas kelancaran pekerjaan proyek yang sesuai dengan
spesifikasi dan ketetapan waktu sesuai dengan anggaran yang tersedia (membuat
laporan kemajuan pekerjaan atau progress).
1. Melakukan opname pekerjaan untuk mandor dan bertanggung jawab kepada
site manajer.
2. Mengkoordinasi tugas rumah tangga, lingkungan, keamanan dan kesehatan
pekerja dan staff.
1. Operator
Untuk proyek konstruksi ini pihak pelaksana menempatkan beberapa orang
sebagai operator di lapangan yang mana tugasnya:
-

Operator I

: Operator ini bertugas untuk menyusun semua schedule

kegiatan proyek.
Operator II
: Operator tersebut bertugas membuat seluruh laporan

kegiatan yang berlangsung.


Operator III: Operator ini mempunyai tugas sebagai pengadaan material serta
-

alat yang digunakan.


Operator IV
: Operator ini mengkoordinir tukangtukang yang bekerja
pada tiap pelaksana proyek dilapangan, serta mengawasi dan melaksanakan
kegiatan keamanan selama kegiatan berlangsung.

BAB 3
LANDASAN TEORI
11

3.1 Defenisi Pekerjaan Tiang Pancang


Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang
digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur
atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu. Tiang pancang
bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah yang lebih
dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton. Tiang pancang
yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, dibor atau di dongkrak ke dalam tanah
dan dihubungkan dengan pile cap (poer). Tergantung juga pada tipe tanah,
material dan karakteristik penyebaran beban tiang pancnag diklasifikasikan
berbeda-beda.
Pondasi tiang sudah digunakan sebagai penerima beban dan sistem transfer
beban bertahun-tahun. Pada awal peradaban, dari komunikasi, pertahanan, dan
hal-hal yang strategi dari desa dan kota yang terletak dekat sungai dan danau.
Oleh sebab itu perlu memperkuat tanah penunjang dengan beberapa tiang. Tiang
yang terbuat dari kayu (timber pile) di pasang dengan di pukul ke dalam tanah
dengan tanah atau lubang yang di gali dan di isi dengan pasir dan batu.
Pada tahun 1740, Christoffoer Polhem menemukan peralatan pile driving
yang mana menyerupai mekanisme Pile driving saat ini. Tiang baja (steel pile)
sudah digunakan selama 1800 dan tiang beton (concrete pile) sejak 1900.
Revolusi industri membawa perubahan yang penting pada sistem pile driving
melalui penemuan mesin uap dan mesin diesel. Lebih lagi baru-baru ini,
meningkatnya permintaan akan rumah dan konstruksi memaksa para pengembang
memanfaatkan tanah-tanah yang mempunyai karakteristik yang kurang bagus. Hal
ini membuat pengembangan dan peningkatan sistem pile driving. Saat ini banyak
teknik-teknik instalansi tiang pancang bermunculan.
Seperti tipe pondasi yang lainnya, tujuan dari pondasi tiang adalah:
1. Untuk menyalurkan beban pondasi ke tanah keras
2. Untuk menahan beban vertikal, lateral, dan beban uplift.
Struktur yang menggunakan pondasi tiang pancang apabila tanah dasar tidak
mempunyai kapasitas daya pikul yang memadai. Kalau hasil pemeriksaan tanah
menunjukkan bahwa tanah dangkal tidak stabil dan kurang keras apabila besarnya
hasil estimasi penurunan tidak dapat diterima pondasi tiang pancang dapat

12

menjadi bahan pertimbangan. Lebih jauh lagi, estimasi biaya dapat menjadi
indicator bahwa pondasi tiang pancang biayanya lebih murah dari pada jenis
pondasi yang lain di bandingkan dengan biaya perbaikan tanah.
Dalam kasus konstruksi berat, sepertinya bahwa kapasitas daya pikul dari
tanah dangkal tidak akan memuaskan, dan konstruksi seharusnya di bangun di
atas pondasi tiang. Tiang pancang juga di gunakan untuk kondisi tanah yang
normal untuk menahan beban horizontal. Tiang pancang merupakan metode yang
tepat untuk pekerjaan di atas air, seperti dermaga.
Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah
yang berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing
capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan beban yang bekerja padanya
(Sardjono, 1988). Atau apabila tanah yang mempunyai daya dukung yang cukup
untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban yang bekerja berada pada
lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman > 8 m (Bowles,
1991). Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk
memindahkan atau mentransfer beban-beban dari konstruksi di atasnya (super
struktur) ke lapisan tanah keras yang letaknya sangat dalam.
Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya dipancangkan tegak lurus
dalam tanah, tetapi ada juga di pancangkan miring (battle pile) untuk dapat
menahan gaya-gaya horizontal yang bekerja. Hal seperti ini sering terjadi pada
dermaga dimana terdapat tekanan kesamping dari kapal dan perahu. Sudut
kemiringan yang dapat di capai oleh tiang tergantung dari alat yang

di

pergunakan serta di sesuaikan pula dengan perencanaannya.


Pondasi tiang di golongkan berdasarkan kualitas bahan material dan cara
pelaksanaan. Menurut kualitas bahan material yang digunakan, tiang pancang di
bedakan menjadi empat yaitu tiang pancang kayu, tiang pancang beton, tiang
pancang baja, dan tiang pancang composite (kayubeton dan bajabeton).
Tiang pancang umumnya digunakan:
1. Untuk mengangkat beban-beban konstruksi di atas tanah ke dalam atau melalui
sebuah stratum/lapisan tanah. Di dalam hal ini beban vertikal dan beban lateral
boleh jadi terlibat.

13

2. Untuk menentang gaya desakan keatas, gaya guling, seperti untuk telapak
ruangan bawah tanah di bawah bidang batas air jenuh atau untuk menopang
kaki-kaki menara terhadap guling.
3. Memampatkan endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas melalui
kombinasi perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan. Tiang pancang
ini dapat di tarik keluar kemudian.
4. Mengontrol lendutan/penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak
berada pada tanah tepi atau di dasari oleh sebuah lapisan yang kemampatannya
tinggi.
5. Membuat tanah di bawah pondasi mesin menjadi kaku untuk mengontrol
amplitudo getaran dan frekuensi alamiah dari sistem tersebut.
6. Sebagai faktor keamanan tambahan di bawah tumpuan jembatan dan atau pir,
khususnya jika erosi merupakan persoalan yang potensial.
Pondasi tiang pancang di buat di tempat lain (pabrik, dilokasi) dan baru
di pancang sesuai dengan umur beton setelah 28 hari. Karena tegangan tarik beton
adalah kecil, sedangkan berat sendiri beton adalah besar, maka tiang pancang
beton ini haruslah di beri tulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur
yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan.
Kriteria dan jenis pemakaian tiang pancang
Dalam perencanaan pondasi suatu konstruksi dapat digunakan beberapa
macam tipe pondasi. Pemilihan tipe pondasi yang digunakan berdasarkan atas
beberapa hal, yaitu:
1. Fungsi bangunan atas yang akan di pikul oleh pondasi tersebut.
2. Besarnya beban dan beratnya bangunan atas.
3. Kondisi tanah tempat bangunan di dirikan.
4. Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.
Kriteria pemakaian tiang pancang di pergunakan untuk suatu pondasi bangunan
sangat tergantung pada kondisi:
1. Tanah dasar di bawah bangunan tidak mempunyai daya dukung (misalnya
pembangunan lepas pantai)

14

2. Tanah dasar di bawah bangunan tidak mampu memikul bangunan yang ada di
atasnya atau tanah keras yang mampu memikul beban tersebut jauh dari
permukaan tanah
3. Pembangunan diatas tanah yang tidak rata
4. Memenuhi kebutuhan untuk menahan gaya desak keatas (uplift)

3.2 Penggolongan Pondasi Tiang Pancang


Pondasi tiang pancang dapat di golongkan berdasarkan pemakaian bahan,
cara tiang meneruskan beban dan cara pemasangannya, berikut ini akan di
jelaskan satu persatu.
Tiang pancang dapat di bagi kedalam beberapa kategori (Bowles, 1991) antara
lain:

3.2.1 Tiang Pancang Kayu


Tiang pancang dengan bahan material kayu dapat digunakan sebagai tiang
pancang pada suatu dermaga. Tiang pancang kayu di buat dari batang pohon yang
cabang-cabangnya telah di potong dengan hati-hati, biasanya di beri bahan
pengawet dan di dorong dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing.
Kadang-kadang ujungnya yang besar di dorong untuk maksud-maksud khusus,
seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana tanah tersebut akan bergerak
kembali melawan poros. Kadang kala ujungnya runcing di lengkapi dengan
sebuah sepatu pemancangan yang terbuat dari logam bila tiang pancang harus
menembus tanah keras atau tanah kerikil.
Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam penggunaan tiang
pancang sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan lama dan tidak mudah busuk
apabila tiang katu tersebut dalam keadaan selalu terendam penuh di bawah muka
air tanah. Tiang pancang dari kayu akan lebih cepat rusak atau busuk apabila
dalam keadaan kering dan basah yang selalu berganti-ganti. Sedangkan
pengawetan serta pemakaian obat-obatan pengawet untuk kayu hanya akan
menunda atau memperlambat kerusakan dari pada kayu, akan tetapi tetap tidak
akan dapat melindungi untuk seterusnya. Pada pemakaian tiang pancang kayu ini

15

biasanya tidak diijinkan untuk menahan muatan lebih besar dari 25 sampai 30 ton
untuk setiap tiang.
Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah rawa dan daerah-daerah
dimana sangat banyak terdapat hutan kayu seperti daerah Kalimantan, sehingga
mudah memperoleh balok/tiang kayu yang panjang dan lurus dengan diameter
yang cukup besar untuk digunakan sebagai tiang pancang.
Persyaratan dari tiang pancang tongkat kayu tersebut adalah: bahan kayu yang
dipergunakan harus cukup tua, berkualitas baik dan tidak cacat, contohnya kayu
berlian. Semula tiang pancang kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum
dipancang untuk memastikan bahwa tiang pancang kayu tersebut memenuhi
ketentuan dari bahan dan toleransi yang diijinkan. Semua kayu lunak yang
digunakan

untuk

tiang

pancang

memerlukan

pengawetan,

yang

harus

dilaksanakan sesuai dengan AASHTO M13386 dengan menggunakan instalasi


peresapan bertekanan.
Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia, pengawetan dengan tangki
terbuka secara panas dan dingin, harus digunakan. Beberapa kayu keras dapat
digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada umumnya, kebutuhan untuk
mengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya kondisi
pelayanan.
Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu
1. Tiang pancang dari kayu relatif lebih ringan sehingga mudah dalam
pengangkutan.
2. Kekuatan tarik besar sehingga pada waktu pengangkatan untuk pemancangan
tidak menimbulkan kesulitan seperti misalnya pada tiang pancang beton
precast.
3. Mudah untuk pemotongannya apabila tiang kayu ini sudah tidak dapat masuk
lagi ke dalam tanah.
4. Tiang pancang kayu ini lebih baik untuk friction pile dari pada untuk end
bearing pile sebab tegangan tekanannya relatif kecil.
5. Karena tiang kayu ini relatif flexible terhadap arah horizontal dibandingkan
dengan tiang-tiang pancang selain dari kayu, maka apabila tiang ini menerima
beban horizontal yang tidak tetap, tiang pancang kayu ini akan melentur dan

16

segera kembali ke posisi setelah beban horizontal tersebut hilang. Hal seperti
ini sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan kesamping dari kapal
dan perahu.
Kerugian pemakaian tiang pancang kayu:
1. Karena tiang pancang ini harus selalu terletak di bawah muka air tanah yang
terendah agar dapat tahan lama, maka kalau air tanah yang terendah itu
letaknya sangat dalam, hal ini akan menambah biaya untuk penggalian.
2. Tiang pancang yang di buat dari kayu mempunyai umur yang relatif kecil di
bandingkan dengan tiang pancang yang di buat dari baja atau beton terutama
pada daerah yang muka air tanahnya sering naik dan turun.
3. Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu (gravel) ujung tiang
pancang kayu dapat berbentuk berupa sapu atau dapat pula ujung tiang tersebut
hancur. Apabila tiang kayu tersebut kurang lurus, maka pada waktu
dipancangkan akan menyebabkan penyimpangan terhadap arah yang telah
ditentukan.
4. Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif dan jamur
yang menyebabkan kebusukan.

3.2.2 Tiang Pancang Beton


1.

Precast Reinforced Concrete Pile


Precast renforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton bertulang

yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup
kuat lalu diangkat dan dipancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil
dan praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri dari pada beton
adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah dieri penulangan-penulangan
yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu
pengangkatan dan pemancangan. Karena berat sendiri adalah besar, biasanya
pancang beton ini dicetak dan dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak membawa
kesulitan untuk transport.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (>50 ton untuk setiap
tiang), hal ini tergantung dari dimensinya. Dalam perencanaan tiang pancang
beton precast ini panjang dari pada tiang harus dihitung dengan teliti, sebab kalau
17

ternyata panjang dari pada tiang ini kurang terpaksa harus dilakukan
penyambungan, hal ini adalah sulit dan banyak memakan waktu.
Reinforced Concrete Pile penampangnya dapat berupa lingkaran, segi empat,
segi delapan dapat dilihat pada (Gambar 3.1).

Gambar 3.1: Tiang pancang beton precast concrete pile (Bowles, 1991).

Keuntungan pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile:


1. Precast Concrete Reinforced Pile ini mempunyai tegangan tekan yang besar,
hal ini tergantung dari mutu beton yang di gunakan.
2. Tiang pancang ini dapat di hitung baik sebagai end bearing
pile maupun friction pile.
3. Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka air tanah
seperti tiang pancang kayu, maka disini tidak memerlukan galian tanah yang
banyak untuk poernya.
4. Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap pengaruh air
maupun bahan-bahan yang corrosive asal beton dekkingnya cukup tebal untuk
melindungi tulangannya.
Kerugian pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile:
1. Karena berat sendirinya maka transportnya akan mahal, oleh karena itu Precast
reinforced concrete pile ini di buat di lokasi pekerjaan.
2. Tiang pancang ini di pancangkan setelah cukup keras, hal ini berarti
memerlukan waktu yang lama untuk menunggu sampai tiang beton ini dapat
dipergunakan.

18

3. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan
memerlukan waktu yang lama.
4. Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang pancang ini
tergantung dari pada alat pancang (pile driving) yang tersedia maka untuk
melakukan panyambungan adalah sukar dan memerlukan alat penyambung
khusus.
2.

Precast Prestressed Concrete Pile


Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton prategang

yang menggunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai gaya prategangnya,
dapat di lihat pada (Gambar 3.2).

Gambar 3.2: Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile (Bowles, 1991).

Keuntungan pemakaian Precast prestressed concrete pile:


1. Kapasitas beban pondasi yang dipikulnya tinggi.
2. Tiang pancang tahan terhadap karat.
3. Kemungkinan terjadinya pemancangan keras dapat terjadi.
Kerugian pemakaian Precast prestressed concrete pile:
1. Pondasi tiang pancang sukar untuk ditangani.
2. Biaya permulaan dari pembuatannya tinggi.
3. Pergeseran cukup banyak sehingga prategang sukar untuk disambung.
3.

Cast in Place Pile


Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak di tempat dengan

jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara mengebor tanah

19

seperti pada pengeboran tanah pada waktu penyelidikan tanah. Pada Cast in
Place ini dapat dilaksanakan dua cara:
1. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan
beton dan ditumbuk sambil pipa tersebut ditarik keatas.
2. Dengan pipa baja yang di pancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan
beton, sedangkan pipa tersebut tetap tinggal di dalam tanah.
Keuntungan pemakaian Cast in Place:
1. Pembuatan tiang tidak menghambat pekerjan.
2. Tiang ini tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko rusak dalam transport.
3. Panjang tiang dapat disesuaikan dengan keadaan dilapangan.
Kerugian pemakaian Cast in Place:
1. Pada saat penggalian lubang, membuat keadaan sekelilingnya menjadi kotor
akibat tanah yang diangkut dari hasil pengeboran tanah tersebut.
2. Pelaksanaannya memerlukan peralatan yang khusus.
3. Beton yang dikerjakan secara Cast in Place tidak dapat dikontrol.

3.2.3 Tiang Pancang Baja


Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja gilas
biasa, tetapi tiang pancang pipa dan kotak dapat digunakan. Bilamana tiang
pancang pipa atau kotak digunakan, dan akan diisi dengan beton, mutu beton
tersebut minimum harus K250.
Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena terbuat dari
baja maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam
pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah seperti halnya
pada tiang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan sangat
bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang yang panjang dengan tahanan
ujung yang besar.
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap texture
tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban tanah.
1. Pada tanah yang memiliki texture tanah yang kasar/kesap, maka karat yang
terjadi karena adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir mendekati
keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka.
20

2. Pada tanah liat (clay) yang mana kurang mengandung oxygen maka akan
menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan karat yang terjadi karena
terendam air.
3. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan tanah yang
padat akan sedikit sekali mengandung oxygen maka lapisan pasir tersebut juga
akan akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang pancang baja.
Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang dekat
dengan permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena Aerated-Condition (keadaan
udara pada pori-pori tanah) pada lapisan tanah tersebut dan adanya bahan-bahan
organis dari air tanah. Hal ini dapat ditanggulangi dengan memoles tiang baja
tersebut dengan (coaltar) atau dengan sarung beton sekurang-kurangnya 20 ( 60
cm) dari muka air tanah terendah.
Keuntungan pemakaian Tiang Pancang Baja:
1. Tiang pancang ini mudah dalam dalam hal penyambungannya.
2. Tiang pancang ini memiliki kapasitas daya dukung yang tinggi.
3. Dalam hal pengangkatan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah.
Kerugian pemakaian Tiang Pancang Baja:
1. Tiang pancang ini mudah mengalami korosi.
2. Bagian H pile dapat rusak atau di bengkokan oleh rintangan besar.

3.2.4 Tiang Pancang Komposit


Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan
yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu tiang.
Kadang-kadang pondasi tiang dibentuk dengan menghubungkan bagian atas dan
bagian bawah tiang dengan bahan yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di
atas muka air tanah dan bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya.
Biaya dan kesulitan yang timbul dalam pembuatan sambungan menyebabkan cara
ini diabaikan.
1.

Water Proofed Steel and Wood Pile


Tiang ini terdiri dari tiang pancang kayu untuk bagian yang di bawah

permukaan air tanah sedangkan bagian atas adalah beton. Kita telah mengetahui

21

bahwa kayu akan tahan lama/awet bila terendam air, karena itu bahan kayu disini
diletakan di bagian bawah yang mana selalu terletak dibawah air tanah.
Kelemahan tiang ini adalah pada tempat sambungan apabila tiang pancang ini
menerima gaya horizontal yang permanen. Adapun cara pelaksanaanya secara
singkat sebagai berikut:
1. Casing dan core (inti) dipancang bersama-sama dalam tanah hingga mencapai
kedalaman yang telah ditentukan untuk meletakan tiang pancang kayu tersebut
dan ini harus terletak dibawah muka air tanah yang terendah.
2. Kemudian core ditarik keatas dan tiang pancang kayu dimasukan dalam casing
dan terus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras.
3. Secara mencapai lapisan tanah keras pemancangan dihentikan dan core ditarik
keluar dari casing. Kemudian beton di cor kedalam casing sampai penuh terus
dipadatkan dengan menumbukkan core ke dalam casing.
2.

Composite Dropped in Shell and Wood Pile


Tipe tiang ini hampir sama dengan tipe diatas hanya bedanya di sini memakai

shell yang terbuat dari bahan logam tipis permukaannya di beri alur spiral. Secara
singkat pelaksanaanya sebagai berikut:
1. Casing dan core dipancang bersama-sama sampai mencapai kedalaman yang
telah ditentukan di bawah muka air tanah.
2. Setelah mencapai kedalaman yang dimaksud core ditarik keluar dari casing dan
tiang pancang kayu dimasukkan dalam casing terus dipancang sampai
mencapai lapisan tanah keras. Pada pemancangan tiang pancang kayu ini harus
diperhatikan benar-benar agar kepala tiang tidak rusak atau pecah.
3. Setelah mencapai lapisan tanah keras core ditarik keluar lagi dari casing.
4. Kemudian shell berbentuk pipa yang diberi alur spiral dimasukkan dalam
casing. Pada ujung bagian bawah shell dipasang tulangan berbentuk sangkar
yang mana tulangan ini dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat masuk pada
ujung atas tiang pancang kayu tersebut.
5. Beton kemudian di cor kedalam shell. Setelah shell cukup penuh dan padat
casing ditarik keluar sambil shell yang telah terisi beton tadi ditahan terisi
beton tadi ditahan dengan cara meletakkan core diujung atas shell.
3.

Composit Ungased Concrete and Wood Pile

22

Dasar pemilihan tiang composit tipe ini adalah:


Lapisan tanah keras dalam sekali letaknya sehingga tidak memungkinkan
untuk menggunakan cast in place concrete pile, sedangkan kalau menggunakan
precast concrete pile terlalu panjang, akibatnya akan susah dalam transport dan
mahal.
Muka air tanah terendah sangat dalam sehingga bila menggunakan tiang
pancang kayu akan memerlukan galian yang cukup dalam agar tiang pancang
kayu tersebut selalu berada dibawah permukaan air tanah terendah.
Adapun prinsip pelaksanaan tiang composite ini adalah sebagai berikut:
1. Casing baja dan core dipancang bersama-sama dalam tanah sehingga sampai
pada kedalaman tertentu.
2. Core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan casing terus
dipancang sampai kelapisan tanah keras.
3. Setelah sampai pada lapisa tanah keras core dikeluarkan lagi dari casing dan
beton sebagian di cor dalam casing. Kemudian core dimasukkan lagi dalam
casing.
4. Beton ditumbuk dengan core sambil casing ditarik ke atas sampai jarak tertentu
sehingga terjadi bentuk beton yang menggelembung seperti bola diatas tiang
pancang kayu tersebut.
5. Core ditarik lagi keluar dari casing dan casing diisi dengan beton lagi sampai
padat setinggi beberapa sentimeter diatas permukaan tanah. Kemudian beton
ditekan dengan core kembali sedangkan casing ditarik keatas sampai keluar
dari tanah.
4.

Composite Dropped Shell and Pipe Pile

Dasar pemilihan tipe tiang seperti ini adalah:


Lapisan tanah keras letaknya terlalu dalam bila digunakan cast in place
concrete.
Muka air tanah terendah terlalu dalam kalai digunakan tiang composit
yang bagian bawahnya terbuat dari kayu.
Cara pelaksanaan tiang tipe ini adalah sebagai berikut:
1. Casing dan core dipasang bersama-sama sehingga casing seluruhnya masuk
dalam tanah. Kemudian core ditarik.

23

2. Tiang pipa baja dengan dilengkapi sepatu pada ujung bawah dimasukkan dalam
casing terus dipancang dengan pertolongan core sampai ke tanah keras.
3. Setelah sampai pada tanah keras kemudian core ditarik keatas kembali.
4. Kemudian sheel yang beralur pada dindingnya dimasukkan dalam casing
hingga bertumpu pada penumpu yang terletak diujung atas tiang pipa baja. Bila
diperlukan pembesian maka besi tulngan dimasukkan dalam shell dan
kemudian beton di cor sampai padat.
5. Shell yang telah terisi dengan beton ditahan dengan core sedangkan casing
ditarik keluar dari tanah. Lubang disekeliling shell diisi dengan tanah atau
pasir. Variasi lain pada tipe tiang ini dapat pula dipakai tiang pemancang baja H
sebagai ganti dari tiang pipa.
5.

Franki Composite Pile


Prinsip tiang hampir sama dengan tiang franki biasa hanya bedanya disini

pada bagian atas dipergunakan tiang beton precast biasa atau tiang profil H dari
baja.
Adapun cara pelaksanaan tiang composit ini adalah sebagai berikut:
1. Pipa dengan sumbat beton di cor terlebih dahulu pada ujung bawah pipa baja
dipancang dalam tanah dengan drop hammer sampai pada tanah keras. Cara
pemasangan ini sama seperti pada tiang franki biasa.
2. Setelah pemancangan sampai pada kedalaman yang telah direncanakan, pipa
diisi lagi dengan beton dan terus ditumbuk dengan drop hammer sambil pipa
ditarik lagi ke atas sedikit sehingga terjadi bentuk beton seperti bola.
3. Setelah tiang beton precast atau tiang baja H masuk dalam pipa sampai
bertumpu pada bola beton pipa ditarik keluar dari tanah.
4. Rongga disekitar tiang beton precast atau tiang baja H diisi dengan kerikil atau
pasir.

3.3 Alat Pancang Tiang


Dalam pemasangan tiang kedalam tanah, tiang dipancang dengan alat
pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar atau
pemukul yang hanya dijatuhkan. Skema dari berbagai macam alat pemukul
diperlihatkan dalam Gambar 3.3 sampai dengan 3.6. Pada gambar terebut
24

diperlihatkan pula alat-alat perlengkapan pada kepala tiang dalam pemancangan.


Penutup (pile cap) biasanya diletakkan menutup kepala tiang yang kadang-kadang
dibentuk dalam geometri tertutup.

3.3.1 Pemukul Jatuh (drop hammer)


Pemukul jatuh terdiri dari blok pemberat yang dijatuhkan dari atas. Pemberat
ditarik dengan tinggi jatuh tertentu kemudian dilepas dan menumbuk tiang.
Pemakaian alat tipe ini membuat pelaksanaan pemancangan berjalan lambat,
sehingga alat ini hanya dipakai pada volume pekerjaan pemancangan yang kecil.
3.3.2 Pemukul Aksi Tiang (single-acting hammer)
Pemukul aksi tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang bergerak naik
oleh udara atau uap yang terkompresi, sedangkan gerakan turun ram disebabkan
olehberatnya sendiri. Energi pemukul aksi tunggal adalah sama dengan berat ram
dikalikan tinggi jatuh (Gambar 3.3).

Gambar 3.3: Pemukul aksi tunggal (single acting hammer).

3.3.3 Pemukul Aksi Double (double-acting hammer)


Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk mengangkat ram
dan untuk mempercepat gerakan ke bawahnya (Gambar 3.4). Kecepatan pukulan
dan energi output biasanya lebih tinggi daripada pemukul aksi tunggal.

25

Gambar 3.4: Pemukul aksi double (double acting hammer).

3.3.4 Pemukul Diesel (diesel hammer)


Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan sistem injeksi bahan
bakar. Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan dengan
menggunakan bahan bakar minyak. Energi pemancangan total yang dihasilkan
adalah jumlah benturan dari ram ditambah energi hasil dari ledakan (Gambar 3.5).

Gambar 3.5: Pemukul diesel (diesel hammer).

26

3.3.5 Pemukul Getar (vibratory hammer)


Pemukul getar merupakan unit alat pancang yang bergetar pada frekuensi
tinggi (Gambar 3.6).

Gambar 3.6: Pemukul getar (vibratory hammer).

27

BAB 4
PELAKSAAN PEKERJAAN DI LAPANGAN

4.1 Tahap Persiapan


Dalam tahap ini yang perlu dilaksanakan terlebih dahulu adalah pengukuran
yaitu menentukan titik pertama yang akan di pancang, memberi tanda ukuran per
meter pada Tiang Pancang dan persediaan pengadaan air kerja, listrik pada tahap
ini juga harus di perhatikan adalah lokasi tempat perakitan besi tulangan untuk
Tiang Pancang.
Penempatan material tersebut agar tidak terlalu jauh dengan lokasi proyek
agar memperrmudah pekerjaan dan tidak terlalu memakan banyak waktu.
a. Peralatan-peralatan untuk pekerjaan sepatu Tiang Pancang, pengecoran Tiang
Pancang dan Pile Cap antara lain:
1. Vibrator
Alat yang berfungsi untuk memadatkan adonan beton yang dimasukan ke dalam
bekisting.
2. Cangkul
Berfungsi untuk mengangkut agregat kedalam wadah yang sudah di siapkan.
3. Air
Berfungsi untuk mengangkut adonan beton.
4. Mesin molen
Untuk mebuat adukan, baik untuk keperluan pasangan maupun plesteran, pasir
dan semen diaduk sampai merata menurut campuran tertentu dengan
menggunakan cangkul atau pengaduk beton.
5. Palu
Untuk memukul paku dan sebagainya yang tidak mungkin dilakukan oleh
manusia.
6. Ember untuk mengangkut air
7. Keranjang pasir dan batu
Berfungsi untuk mempermudah mengangkut agregat yang sesuai dengan yang
telah ditentukan.
28

8. Gragaji mesin untuk memotong besi dan gragaji tangan untuk memotong kayu
9. Las listrik untuk menyambung Tiang Pancang
10. Las acetlin untuk memotong Tiang Pancang
b. Pembuatan sepatu untuk Tiang Pancang dan tanda per meter untuk Tiang
Pancang.
Dalam tahap ini merupakan salah satu hal yang penting karena sepatu inilah
yang melindungi ujung tiang selama pemancangan. Sepatu Tiang Pancang (Gamar
4.1) harus kuat agar tidak lepas ketika berhadapan dengan tanah keras dan untuk
mempermudah perhitungan penumbukan maka diberilah tanda per meter pada
Tiang Pancang berupa cat yang sudah disediakan (Gambar 4.2).

Gambar 3.1: Sepatu tiang pancang.

Gambar 4.1: Sepatu tiang pancang.

Tiang Pancang harus diberi tanda dengan cat untuk keperluan pemantauan
pada saat pemancangan dilakukan, adapun tahap pengerjaannya adalah sebagai
berikut:
1. Tiap jarak 0,5 m atau 1 m dari ujung Tiang Pancang sampai ke pangkalnya.
2. Diberi angka pada tiap meternya dari ujung bawah ke pangkal tiang.
3. Untuk tiang sambungan, angka harus melanjutkan angka dari tiang yang
disambung.

29

4. Tiang sambungan harus selalu diposisikan didekat titik pancang yang sedang
dikerjakan supaya tidak terlalu lama mengambil tiang sambungan jika diperlukan
penyambungan, adapun pengerjaan dapat dilihat pada (Gambar 3.2).

Gambar 4.2: Pemberian tanda per meter pada ting pancang.

4.2 Pemancangan Tiang Pancang Diameter 50


Pondasi Tiang Pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang
digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur
atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu, Tiang Pancang
bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah yang lebih
dalam. Penggunaan pondasi Tiang Pancang sebagai pondasi bangunan apabila
tanah yang berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung
(bearing capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan beban yang bekerja
padanya (Sardjono 1988).
Dalam pembuatan fillet untuk turning area di dermaga Belawan mengunakan
Tiang Pancang beton dengan diameter 50 cm yang diangkat dengan kren,
pemancangan dilakukan dengan alat Diesel Hammer yang berbentuk silinder

30

dengan piston atau ram yang berfungsi untuk menekan Tiang Pancang, adapun
pekerjaannya dapat dilihat pada (Gambar 4.3).

Gambar 4.3: Pekerjaan pemancanganpondasi tiang pancang.

Sebelum melakukan penekanan dengan Hammer, hal yang harus di


perhatiakan adalah tegak lurusnya beton dan sejajarnya tiang dengan yang lainnya
agar pada saat melakukan pekerjaan balok, balok tersebut lurus dan tidak miring.

4.3 Penyambungan Tiang Pancang


Pekerjaan penyambungan Tiang Pancang dilakukan pada saat Tiang Pancang
pertama telah masuk ke dalam tanah dan belum mencapai tanah yang keras,
penyambungannya pun tidak mudah yaitu dengan mengunakan alat bantu kren
seperti halnya melakukan pemancangan penyambungan ini harus benar-benar
sejajar rata dengan Tiang Pancang yang sebelumnya telah masuk ke dalam tanah

31

agar pada saat melakukan pengelasan sambungan tersebut tidak miring, adapun
pengerjaan dapat dilihat pada (Gambar 4.4).

Gambar 4.4: Penyambungan dengan alat las.

Penyambungan dilakukan dengan cara mengunakan alat las yang mana


pengelasan tersebut harus kuat agar pada saat pemukulan dilakukan Tiang
Pancang Tersebut tidak patah dibagian sambungan tersebut.
Setelah pengelasan selesai sambungan las tersebut di beri cat kusus yang
bertujuan agar hasil pengelasan pada sambungan Tiang Pancang cepat kering dan
hasil sambungan las tersebut tidak cepat berkarat.
Pemberian Lapisan Anti Karat yang juaga bertujuan untuk melindungi cat
tersebut agar pada saat sambungan tersebut masuk ke dalam tanah cat tersebut
tidak hilang yang diakibatkan oleh gesekan tanah.

32

Gambar 3.5: Proses kalendering.

Gambar 4.5 : Proses kalendering.

Pemancangan selesai ketika beberapa tiang masuk dan sampai ditanah yang
keras dan pada saat itulah dilakukannya kalendering yaitu dengan cara seperti
Gambar 4.5 diatas, adapun alat yang disediakn cukup spidol/pensil, kertas
millimeter block, selotip dan kayu pengarah spidol/pensil agar selalu pada
posisinya, alat tersebut biasanya juga telah disediakan oleh subkon pancang dan
pelaksanaannya

pun

merupakan

bagian

dari

kontrak

pemancangan,

pelaksanaannya dilaksanakan pada saat 10 pukulan terakhir, pelaksanaan


kalendring pada saat hampir top pile yang disyaratkan. Final Set 2 cm untuk 10
pukulan terakhir atau biasa dilihat dari data bor log.
Pekerjaan ini di lakukan hingga mencapai titik yang telah ditentukan yaitu 27
titik pondasi Tiang Pancang.

4.4 Pengerjaan PDA Test


PDA Test adalah singkatan dari Pile Dynamic Analyzer Test yang merupakan
sebuah test untuk mengukur kapasitas tiang tekan secara dinamik pada pondasi
dalam baik itu Tiang Pancang maupun tiang bor. Alat ini berupa komputer khusus
yang telah dibuat untuk mampu mengukur variabel yang di butuhkan dalam
perhitungan dinamik tersebut.

33

Gambar 4.6: Pemasangan PDA test.

Sebelum pemasangan alat penghubung ke komputer PDA pipa tersebut dibor


pada bagian pipa baja agar ada tempat untuk memasang alat penghubung yaitu
accelerometer dan transducer agar bisa terhubung dengan komputer PDA seperti
Gambar 4.6 diatas.

Gambar 4.7: Pengecekan pada layar komputer PDA.

34

Pengecekan dilayar komputer PDA dilakukan setelah persiapan selesai dan


setelah itu Tiang Pancang dipukul Lima kali atau lebih untuk melihat hasilnya
seperti pada Gambar 4.7 diatas.
Umumnya PDA digunakan untuk menentukan daya dukung jangka Panjang
tiang pondasi, untuk tujuan ini pengujian PDA sebaiknya dilakukan beberapa hari
setelah pemancangan, setelah daya lengketan tanah mulai bekerja.

4.5 Pemotongan Tiang Pancang


Pemotongan mengunakan alat las acetlin, hal yang paling di perhatikan
dalam pekerjaan pemotongan ini adalah tinngi sisa Tiang Pancang satu dengan
yang lainnya sama agar pada saat melakukan pekerjaan Pile Cap, balok dan
lantainya tidak terlalu miring.

Gambar 4.8: Pemotongan sisa tiang.

Adapun cara yang di lakukan agar supaya Tiang Pancang satu dengan yang
lainnya rata yaitu dengan cara mengunakan selang air setelah itu diberi tanda
berupa cat agar lebih memudahkan ketika memotong.

35

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil kegiatan Kerja Praktek (KP) yang telah kami laksanakan di
lapangan selama 2 bulan ini, kami dapat mengambil kesimpulan.
Pengertian umum untuk pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang
berhubungan langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di
bawah permukaan tanh yang mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan
lainnya diatasnya. Pondasi harus diperhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan
bangunan terhadap beratnya sendiri, bebanbeban bangunan (beban isi bangunan),
gayagaya luar seperti: tekanan angin, gempa bumi, dan lainlain. Disamping itu,
tidak boleh terjadi penurunan level melebihi batas yang diijinkan.
Agar kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi bangunan harus
di letakkan pada lapisan tanah yang cukup keras, padat, dan kuat mendukung
beban bangunan tanpa menimbulkan penurunan yang berlebihan. Pondasi
merupakan bagian struktur dari bangunan yang sangat penting, karena fungsinya
adalah menopang bangunan diatasnya, maka proses pembangunannya harus
memenuhi persyaratan utama sebagai berikut:
1. Cukup kuat menahan muatan geser akibat muatan tegak lurus ke bawah.
2. Dapat menyesuaikan pergerakan tanah yang tidak stabil (tanah gerak)
3. Tahan terhadap pengaruh perubahan cuaca
4. Tahan terhadap pengaruh bahan kimia
Struktur bawah bangunan pondasi terdiri dari pondasi dan tanah pendukung
pondasi. Pondasi berfungsi untuk mendukung seluruh beban bangunan dan
meneruskan beban bangunan tersebut kedalaman tanah dibawahnya. Suatu sistem
pondasi harus dapat menjamin, harus mampu mendukung beban bangunan
diatasnya, termasuk gayagaya luar seperti gaya angin, gempa, dan lainlain.
Untuk itu pondasi haruslah kuat, stabil, agar tidak mengalami penurunan, tidak
mengalami patah, karena akan sulit untuk memperbaiki suatu system pondasi.
Akibat penurunan atau patahnya pondasi, maka akan terjadi :

36

1. Kerusakan pada dinding, retakretak, miring dan lainlain.


2. Lantai pecah, retak, bergelombang.
3. Penurunan atap dan bagianbagian bangunan lain.
Suatu sistem pondasi harus dihitung untuk menjamin keamanan, kestabilan
bangunan diatasnya, tidak boleh terjadi penurunan sebagian atau seluruhnya
melebihi batasbatas yang diijinkan. Pembuatan pondasi dihitung berdasarkan
halhal berikut:
1. Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut bebanbeban hidup, mati
serta bebanbeban lain dan bebanbeban yang diakibatkan gayagaya
eksternal.
2. Bahan pondasi yang tersedia mudah diperoleh di tempat.
3. Alat dan tenaga kerja yang tersedia.
4. Lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan.
5. Waktu dan biaya pekerjaan.

5.2 Saran
Secara umum dan merencanakan pondasi pada bangunan terminal porpuse
belawan yang berlokasi di pelabuhan belawan sumtera utara, untuk pondasi
dangkal (swallow foundation) maupun pondasi dalam (deep foundation) dan besar
dimensi atau ukuran pondasi dan kedalaman pondasi.

37

Waktu pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan memang tidak


memungkinkan bagi kami untuk mengikuti seluruh kegiatan di proyek sampai
selesai. Namun demikian kami merasa banyak menerima masukan dan
pengalaman yang kami peroleh dibangku perkuliahan. Sehingga setelah kami
melakukan kerja praktek ini sedikit banyaknya kami bisa menambah wawasan
kami dalam bidang teknik sipil yang dapat kami manfaatkan setelah kami
menyelesaikan kuliah dan terjun ke masyarakat.
Hal yang paling kami rasakan slama mengikuti kerja praktek ini adalah
perbandingan antara materi kuliah dengan praktek dilapangan. Sangat kami
rasakan kurangnya pengetahuan praktek yang banyak dipergunakan dilapangan.
Sementara teoriteori yang kami peroleh dibangku kuliah masih kurang
aplikasinya.
Untuk itu kami rasa sangat penting apabila materimateri yang diperoleh
dibangku perkuliahan diselaraskan dengan aplikasiaplikasi yang banyak
diterapkan dilapanngan. Dengan demikian, seorang serjana sipil yang diluluskan
oleh perguruannya akan mempunyai bekal sedikit pengetahuan dilapangan.
Pengetahuanpengetahuan yang sifatnya manajemen proyek, termasuk masalah
tender dan pengelolaan suatu pekerjaan agar berhasil dengan baik adalah
diantaranya bekal yang rasanya penting sekali untuk dimiliki seorang serjana sipil.
Namun demikian, kami merasa puas dengan mengikuti kerja praktek ini kami
memperoleh pengetahuan yang banyak yang dapat kami terapkan nantinya di
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Sosrodarsono Ir. dan Kazuto Nakazawa. Mekanika Tanah dan Teknik. Pondasi, PT
Pradnya Pramita, Jakarta, 1981.
38

Das, 1995. Mekanika Tanah 1. Erlangga. Jakarta. Wahyuni, Sri Eko, Ir, MS. 2002.
Diktat Kuliah Hidrologi.
Sardjono. 1988. Pondasi Tiang Pancang Jilid 1 . Surabaya : Sinar Wijaya. H.S,
James, A,F., Stoner. (1982). Management, Englewood Cliffs, New Yersey.
Prentice Hall Inc,.
AASHTO M183-90 : Standart Specification for Structural Steel.
Bowles, J. E., 1991, Analisa dan Desain Pondasi, Edisi keempat Jilid 1, Erlangga,
Jakarta.

LAMPIRAN

39

40

LAPORAN KERJA PRAKTEK

41

PADA PROYEK PENATAAN TERMINAL MULTIPURPOSE


PELABUHAN BELAWAN PADA KAWASAN JL. TAMAN MAKAM
PAHLAWAN N0. 3, KELURAHAN BELAWAN 1, KEC. MEDAN
BELAWAN, KOTA MEDAN-SUMATERA UTARA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas
Dan Untuk Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Disusun Oleh:
JUBAIDAH PASARIBU
1307210226
DENI SUBAGIO
1307210164

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
LEMBAR PENGESAHAN
i
42

LAPORAN KERJA PRAKTEK


PADA PROYEK PENATAAN TERMINAL MULTIPURPOSE
PELABUHAN BELAWAN PADA KAWASAN JL. TAMAN MAKAM
PAHLAWAN N0. 3, KELURAHAN BELAWAN 1, KEC. MEDAN
BELAWAN, KOTA MEDAN-SUMATERA UTARA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas
Dan Untuk Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Disusun Oleh:
JUBAIDAH PASARIBU
1307210226
DENI SUBAGIO
1307210164

Dosen Pembimbing

(Dr.Ade Faisal, S.T., M.Sc)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
ii
43

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah rahmat
dan hidayahNYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek
Lapangan ini. Laporan ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh
setiap mahasiswa dalam menempuh studi akhir di Universitas Muhmmadiyah
Sumatera Utara, dan sebagai laporan pertanggung jawaban atas Praktek Kerja
lapangan yang di laksanakan di proyek Penataan Terminal Multipurpose Belawan
dalam waktu 2 bulan.
Praktek Kerja lapangan dan penulisan laporan ini dapat terlaksana dengan
baik, tak lapas dari bantuan serta dukungan beberapa pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini, kami ingin menyampaikan ribuan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya lepada:
1. Dosen pembimbing sekaligus selaku Ketua Prodi Teknik Sipil UMSU
Bapak Dr.Ade Faisal, S.T., M.Sc.
2. Bapak/ibu pimpinan PT.WIJAYA KARYA (Persero) Tbk yang telah
memberi kami izin untuk kerja praktek di proyek Penataan Terminal
Multipurpose Pelabuhan Belawan.
3. Bapak Rahmatullah, S.T.,M.Sc selaku Dekan FakultasTeknik Sipil UMSU.
4. Ibu Irma Dewi, S.T.,M.Si selaku Sekretaris Prodi Teknik SipilUMSU.
Suatu karya yang sangat jauh dari sempurna, sangat perlu untuk dilanjutkan
agar karya tersebut mendekati ssempurna. Penulis menyadari akan keterbatasan
ilmu dibidang teknik, sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
perbaikan-perbaikan di masa-masa yang akan dating.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Hormat saya

Penulis
DAFTAR ISI
iii
LEMBAR PENGESAHAN

ii

KATA PENGANTAR

iii
44

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Kerja Praktek

1.3 Batasan Masalah

BAB II ORGANISASI PROYEK

2.1 Profil Perusahaan

2.2 Manajemen Proyek

2.3 Struktur Organisasi Pelaksanaan Proyek

2.3.1 Owner / Pemilik Proyek

2.3.2 Konsultan

2.3.3 Kontraktor

2.4 Tugas dan Wewenang


BAB III LANDASAN TEORI

8
12

3.1 Defenisi Pekerjaan Tiang Pancang

12

3.2 Penggolongan Pondasi Tiang Pancang

15

3.2.1 Tiang Pancang Kayu

15

3.2.2 Tiang Pancang Beton

17

3.2.3 Tiang Pancang Baja

20

3.2.4 Tiang Pancang Komposit

21

3.3 Alat Pancang Tiang

24

3.3.1 Pemukul Jatuh (drop hammer)

25

3.3.2 Pemukul Aksi Tiang (single-acting hammer)

25

3.3.3 Pemukul Aksi Double (double-acting hammer)

25

3.3.4 Pemukul Diesel (diesel hammer)

26

3.3.5 Pemukul Getar (vibratory hammer)

27

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN DI LAPANGAN

28
iv

4.1 Tahap Persiapan

28

4.2 Pemancangan Tiang Pancang Diameter 50

30

4.3 Penyambungan Tiang Pancang

31

45

4.4 Pengerjaan PDA Test

33

4.5 Pemotongan Tiang Pancang

35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

36

5.1 Kesimpulan

36

5.2 Saran

38

DAFTAR PUSTAKA

39

LAMPIRAN

40

DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 2.1 Susunan struktur organisasi proyek

Gambar 3.1 Tiang pancang beton precast concrete pile (Bowles, 1991)

18

Gambar 3.2 Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile (Bowles, 1991) 19
46

Gambar 3.3 Pemukul aksi tunggal (single acting hammer)

25

Gambar 3.4 Pemukul aksi double (double acting hammer)

26

Gambar 3.5 Pemukul diesel (diesel hammer)

26

Gambar 3.6 Pemukul getar (vibratory hammer)

27

Gambar 4.1 Sepatu tiang pancang

29

Gambar 4.2 Pemberian tanda per meter pada ting pancang

30

Gambar 4.3 Pekerjaan pemancanganpondasi tiang pancang

31

Gambar 4.4 Penyambungan dengan alat las

31

Gambar 4.5 Proses kalendering

33

Gambar 4.6 Pemasangan PDA test

34

Gambar 4.7 Pengecekan pada layar komputer PDA

34

Gambar 4.8 Pemotongan sisa tiang

35

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1. Gambar Denah Tmpak dan Potongan Perkuatan Dermaga Ferry


2. Gambar Denh & Detail Tiang Pancang Perkuatn Dermaga Ferry
47

3. Surat Keterangan Masuk Kerja Praktek


4. Surat Keterangan Selesai Kerja Praktek

vii

48

Anda mungkin juga menyukai