penting dalam pengawetan bahan hasil pertanian. Adanya wadah atau pemungkus dapat
membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan yang ada
didalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan,
getaran). Disamping itu pengemsan berfungs untuk menenpatkan suatu hasil pengolahan atau
produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yasng memudahkan dalam penyimpanan,
pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebahgai
peranhgsang atau daya tarik pembeli. Karena itu bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu
diperhatikan dalam perencanaannya.
Sebelum manusia membuat kemasan, alam sendiri telah menyajikan kemasan, seperti
jangung yang telah dibungkus seludang, buah-buahan terbungkus kulitnya, buah kelapa yang
terlndung baik dengan sabut dan temprung, polong-polongan terbungkus kulit polong. Menurut
catatan sejarah, pengemasan telah ada sejak 4000 SM. Pada waktu itu peradaban manusia telah
tinggi dengan disertai adanya pertukaran barang niaga antara Mesir dan Mesopotamia, serta Cina
dan India.
Kemasan adalah media atau wadah yang dipergunakan untuk membungkus bahan hasil
pertanian sebelum bahan tersebut disimpan dalam ruang penyimpanan. Maksudnya adalah untuk
mempermudah pengaturan, pengangkutan, penempetan dari dan ke tempat penyimpanan, serta
memberi perlindungan pada bahan secara awal. Pada umumnya, kondisi bahan hasil pertganian
akan terjaga baik bila disimpan dalam keadaan dikemas. Namun, tidak semua hasil pertanian
akan member akibat yang sama jika disimpan dalam bentuk kemasan. Kemasan ini hanya cocok
diterapkan untuk komoditas pertanian berupa bahan yang telah dikeringkan.
Semua bahan pangan mudah rusak. Dan ini berarti bahwa setelah jangka waktu
penyimpanan tertentu ada kemungkinan untuk membedakan antara bahan pangan segar dengan
bahan pangan yang telah disimpan dalam jangka waktu tersebut diatas. Perubahan yang terjadi
merupakan suatu kerusakan. Meskipun demikian, sebagian bahan pangan menjadi matang atau
tua setelah dikemas dan memang ada perbaikan dalam waktu singkat dan kemudian diikuti oleh
kerusakan.
Pengemasan hasil pertanian sangat penting dilakukan guna penyediaan produksi untuk
keperluan pasar dan distribusi untuk masing-masingnya diperlukan persyaratan khusus. Lama
penyimpanan, jenis komoditas dan model fasilitas penyimpanan untuk tiap-tiap tingkat beragam
menurut fungsi dan kebutuhannya.
Jauh sebelum manusia mengenal teknik budi daya dan cara menyimpan hasil panen,
organism hidup, terutama dari kelompok serangga (insekta) telah dikenal sebagai pengganggu
yang merugikan manusia. Namun, tidak ada catatan yang lengkap mengenai tingkat gangguan
yang dialami oleh manusia pada jaman itu.
Ham (pest) menurut kamus oxford diartikan sebagai sesuatu yang menyusahkan atau
merusak manusia dan makhluk lain. Dalam bahasa prancis hama disebut sebagai peste yang
berarti wabah. Menurut konsep klasik, hama mencakup semua organism hidup yang dapat
menimbulkan kerusakan. Dalam perkembangan selanjutnya, pengertian hama lebih dikhususkan
pada hewan atau binatang perusak, baik yang memiliki ukuran tubuh besar hingga yang
berukuran kecil. Jasad perusak yang berwujud tanaman dimasukkan dalam kelompok tanaman
pengganggu (gulma), sedangkan organism jasad renik, seperti cendawan, bakteri, virus, dan
amuba masuk ke dalam kelompom pathogen. Namun, tidak semua organism tersebut
dikategorikan sebagai organism perusak
Mengingat teknologi pengemasan dan penyimpanan sangat penting bagi upaya ketahanan
pangan nasional, maka perlu diadakan praktikum untuk menguasai lebih jauh tentang teknik
pengemasan bahan pangan maupun produk pangan yuang sudah siap untuk dipasarkan.
B. Tujuan
misalnya
merica
(spices).
(http://qym7882.blogspot.com/2009/03/bumbu-dan-
rempah.html)
Teknologi Enkapsulasi
Masih adanya kekurangan produk rempah-rempah dalam bentuk minyak atsiri maupun
oleoresin mendorong para ahli mengolah lebih lanjut kedua produk tersebut. Pengembangan
lebih lanjut dari oleoresin atau minyak atsiri diantaranya adalah dengan teknik enkapsulasi.
Dalam teknik ini flavor (misalnya minyak atsiri atau oleoresin) diperangkap dalam suatu pelapis
polimer, membentuk mikrokapsul bulat dengan ukuran antara puluhan mikron sampai beberapa
milimeter. Isi atau flavor dalam mikrokapsul tersebut dapat dilepaskan dengan kecepatan
terkontrol pada kondisi tertentu.
pengeringan semprot antara lain dekstrin, CMC, gelatin, pati termodifikasi, gum arab, gum
xantan, dan gum akasia.
Keuntungan dari enkapsulasi dengan pengeringan semprot adalah kemampuannya untuk
mengeringkan banyak senyawa yang labil terhadap panas. Meskipun demikian, karena banyak
bahan aktif seperti flavor mengandung 20 30 macam komponen yang berbeda (kelompok
alkohol, aldehida, ester-ester dan keton) yang mempunyai titik didih berkisar antara 30 dan 180
o
C, akan memungkinkan kehilangan beberapa komponen aromatik bertitik didih rendah selama
proses pengeringan.
Disanping itu produk hasil spray dryer biasanya mempunyai ukuran partikel yang sangat
kecil (umumnya kurang dari 100 mikron) sehingga mempunyai kelarutan yang tinggi, tetapi
dapat menimbulkan masalah jika dibuat untuk suatu campuran kering (karena mudah memisah).
Masalah terjadinya pemisahan tersebut dapat diatasi dan fluiditasnya dapat ditingkatkan dengan
cara agglomerasi, yaitu partikel-pertikel enkapsulasi tersebut diberi perlakuan uap untuk
membuat mereka melekat satu sama lain sehingga menghasilkan partikel-pertikel yang lebih
besar.
Jika produk yang akan dienkapsulasi bersifat sangat volatil atau termolabil, dapat
digunakan modifikasi proses spray drying yang disebut cold dehydration process. Dalam
proses ini, emulsi bahan aktif (misalnya oleoresin atau minyak atsiri) dalam bahan pelapis
disemprotkan ke dalam suatu cairan yang sudah menguap seperti etanol atau polyglycol pada
suhu ruang atau lebih dingin. Mikrokapsul yang diperoleh disaring dan dikeringkan dengan
pengeringan beku (freeze drying). Zilberboim etal. (1986) telah menggunakan proses ini untuk
mengenkapsulasi oleoresin paprika dan beberapa ester dengan gum arab.
serealia
seringkali
merupakan
satu-satunya
sumber
karbohidrat.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Serealia)
Penyimpanan biji-bijian dapat berlangsung di tingkat kebun atau di tingkat pabrik atau
tempat lain. Di tingkat kebun, penyimpanan lebih merupakan tahap penghentian sementara
proses yang sedang berlangsung, yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak
memungkinkan untuk berlangsungnya proses tersebut, misalnya karena gangguan cuaca atau
malam hari.
Penyimpanan dapat pula dilakukan untuk menunggu proses pengangkutan atau laku
dijual. Di tingkat pabrik atau di tempat lain, sebagian masyarakat menyebut penyimpanan
sebagai penggudangan. Di tempat ini, penyimpanan ditujukan untuk menunggu proses
selanjutnya seperti proses pengolahan atau pemasaran.
Penyimpanan biji-bijian
1.Penyimpanan Tingkat Kebun
Penyimpanan di tingkat kebun dilakukan oleh petani. Tempat penyimpanan di tingkat
kebun ini pada umumnya sangat sederhana, bahkan relatif sebagai tempat berteduh dari resiko
kehujanan atau kelembaban udara yang tinggi. Apabila di kebun atau sawah tidak tersedia
bangunan untuk tempat penyimpanan, maka yang dilakukan adalah menyimpan padi, jagung
berkelobot, polong kacang kedelai, atau polong kacang hijau di rumah atau gudang khusus di
rumahnya untuk dikeringkan pada keesokan harinya.
Penyimpanan di tingkat kebun atau di tempat tinggalnya tersebut di atas, merupakan
kegiatan yang berlangsung pada tahap pengeringan. Lama penyimpanan di tingkat kebun relatif
singkat, sampai proses pengeringan dipandang cukup. Pada saat penyimpanan, biji-bijian dapat
berbentuk ikatan padi bertangkai bahkan berdaun, ikatan jagung berkelobot atau tanaman
kedelai, kacang hijau, kacang tanah (kedelai dipanen dengan seluruh bagian tanaman), atau
sudah mengalami proses perontokan, sehingga sudah berbentuk gabah, biji jagung atau biji
kedelai, biji kacang hijau atau kacang tanah berkulit.
Bentuk produk yang disimpan apakah masih dengan bagian lain selain biji atau sudah
tinggal bijinya, tergantung pada berapa lama produk biji-bijian hasil panen tersebut akan
disimpan, dan proses apa yang selanjutnya akan dilakukan. Hal tersebut akan mempengaruhi
efisiensi dan efektivitas penyimpanan.
1. Penyimpanan bentuk Biji bertangkai :
Penyimpanan bentuk biji bertangkai pada padi dan jagung berkelobot menunjukkan :
sifat penyimpanan sementara, karena akan dikeringkan lebih lanjut akan digunakan
sebagai bibit
efisiensi biaya (tidak dilakukan perontokan, tidak memerlukan kantong atau karung)
2. Penyimpanan dalam bentuk biji (gabah, jagung, kedelai, kacang hijau, kacang
tanah :
jumlah biji-bijian yang disimpan dapat dalam jumlah/volume yang lebih besar
Penyimpanan biji-bijian berkadar air relatif rendah (12 16 %) yang dilakukan pada suhu
kamar, akan sangat membantu mengurangi resiko kerusakan kimia/biokimia dan mikrobiologis.
Eliminasi kerusakan tersebut akan lebih dibantu apabila ruang penyimpanan memiliki lantai
kering (tidak lembab, biasanya lantai beton atau semen, atau bahan yang disimpan tidak kontak
langsung dengan lantai), terdapat ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara, dan berdinding
(tembok, bilik bambu/kayu, seng).
2.Penyimpanan Industri
Persyaratan penyimpanan biji-bijian, yaitu :
Bentuk dan ukuran ruang penyimpanan akan menentukan kesesuaian baik jumlah
maupun jenis biji-bijian yang akan disimpan.
dan lain-lainnya serta bahan baku bioetanol, sedangkan untuk ubijalar dengan kandungan
betakaroten (pro- vitamin A) dan antosianin (antioksidan) yang tinggi, sehingga ubijalar disebut
sebagai pangan kesehatan.
Selain ubi kayu dan ubi jalar, sebenarnya Indonesia mempunyai banyak umbi-umbian
yang lain, seperti talas, uwi, ganyong, dan lain sebagainya, tetapi data luas tanam maupun
produksi tidak tersedia. Mengingat banyaknya manfaat dari umbi-umbian ini dalam memperkuat
cadangan pangan masyarakat miskin, maka untuk masa mendatang ketersediaan data berbagai
komoditas umbi-umbian tersebut perlu disediakan, sebagai dasar untuk merumuskan program
pengembangan komoditas yang bersangkutan. Sebagai gambaran kandungan zat gizi per 100
gram bahan. (Gsiantur, 2003)
2.4 Penyimpanan Buah-Buahan
Buah adalah salah satu jenis makanan yang memiliki kandungan gizi, vitamin dan
mineral yang pada umumnya sangat baik untuk dikonsumsi setiap hari. Dibandingkan dengan
suplemen obat-obatan kimia yang dijual di toko-toko, buah jauh lebih aman tanpa efek samping
yang berbahaya serta dari sisi harga umumnya jauh lebih murah dibanding suplemen yang
memiliki fungsi yang sama.
Cara Penyimpanan Buah-Buahan
Tidak semua jenis buah aman disimpan dalam lemari pendingin, karena bisa rusak. Ada
beberapa jenis buah yang tidak dapat disimpan dalam lemari pendingin, contoh : mangga,
alpukat, pisang. Sebaiknya hindari pemakaian aluminium foil untuk menyimpan buah/sayur yang
mengandung acidic/asam, contoh irisan tomat, lemon, atau kol, karena dapat mempengaruhi cita
rasa.
Buah dan sayur mentah sesungguhnya dapat menjadi sumber bakteri patogen yang
berbahaya bagi manusia. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah bakteri patogen
berhasil diisolasi dari sayur dan buah mentah, seperti bakteri Campylobacter jejuni, Clostridium
botulinum dan Listeria monocytogenes dapat ditemukan di mushrooms, Escherichia coli
O157:H7, Salmonella dan Vibrio cholerae didapatkan di kol, sementara di selada ditemukan
bakteri Listeria monocytogenes, Salmonella, Staphylococcus, Yersinia enterocolitica dan Vibrio
cholerae, sedangkan di sayuran salad diketahui dapat terkontaminasi oleh Staphylococcus,
Listeria monocytogenes dan Yersinia enterocolitica. Sedangkan Salmonella dan Yersinia
enterocolitica dapat mengkontaminasi buah-buahan seperti jeruk, semangka, strawberry dan
tomat. Selain itu sejumlah virus (Hepatitis A, Calicivirus, serta Norwalk) dan protozoa
(Cyclospora, Cryptosporodium dan Giardia) juga ditemukan di beberapa jenis buah dan sayur.
(Anonim, 1992)
Masuknya mikroba patogen pada buah dan sayur dapat terjadi karena kontaminasi dari
manusia, hewan, dan air yang terjadi selama pemanenan, penanganan pasca panen, proses
pengolahan sampai dengan persiapan terakhir sebelum dikonsumsi. Penanganan yang tidak
higienis akan menyebabkan terjadinya kontaminasi silang selama proses pengolahan dan
penyimpanan.
Bila kita hendak mengkonsumsi buah atau sayur dalam keadaan mentah, hendaklah kita
mencuci tangan terlebih dahulu untuk memastikan bahwa tangan kita benar-benar bersih.
Pencucian buah dan sayur dapat menjadi salah satu cara efektif untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme pada permukaan buah dan sayur. Namun sebaiknya pencucian dilakukan dengan
air hangat, mengingat bahwa air sendiri dapat menjadi sumber kontaminasi mikroorganisme.
(Anonim, 1992)
Kerusakan Buah-Buahan
Kehilangan mutu dan kerusakan pangan disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. pertumbuhan mikroba yang menggunakan pangan sebagai substrat untuk memproduksi
toksin didalam pangan
2. katabolisme dan pelayuan (senescence) yaitu proses pemecahan dan pematangan yang
dikatalisis enzim indigenus
3. reaksi kimia antar komponen pangan dan/atau bahan-bahan lainnya dalam lingkungan
penyimpanan
4. kerusakan fisik oleh faktor lingkungan (kondisi proses maupun penyimpanan)
5. Kontaminasi serangga, parasit dan tikus.
Renyah
kering,
Sebaiknya batasi jumlah persediaan biskuit di atas meja. Hal tersebut akan mencegah
konsumsi berlebihan, terutama di kala santai. Kebiasaan nonton televisi atau bersantai sambil
ngemil juga harus dikurangi. Jadikan biskuit sebagai sumber energi alternatif, hanya dikonsumsi
ketika sibuk melakukan kegiatan yang memerlukan energi sangat banyak, sampai tidak punya
waktu untuk makan berat.
Penyimpanan Biskuit
Biskuit biasanya mempunyai RH sekitar 3%. Dengan begitu, biskuit cenderung bersifat
kering. Apabila ditempatkan pada tempat terbuka yang mempunyai kelembaban sedang/ tinggi,
maka bisa dipastikan biskuit tersebut akan mlempem (agak basah). Biasanya, orang meletakkan
biskuit pada tempat tertutup (toples) supaya awet.
Berikut
ini
adalah
beberapa
cara
alternatif
supaya
biskuit
bertahan
lama:
sulit berlangsung.
Dengan cara ini dapat mencegah masuknya mikroba perusak. Proses pengalengan yang
ditujukan untuk pengawetan jangka panjang, dilakukan dengan melibatkan proses pengeluaran
udara, pengemasan, pengaturan pH dan penggunaan suhu tinggi (sterilisasi). Juga penting
diperhatikan penggunaan \ wadah (container) dan kemasan yang dapat melindungi produk dari
mikroorganisme untuk menghindari terjadinya rekontaminasi selama penyimpanan.
III. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan praktikum teknologi pengemasan dan penyimpanan dilaksanakan pada tanggal 8
Januari 2012, jam 09:00 - Selesai di Laboratorium teknologi pangan, Fakultas Pertanian,
Universitas Haluoleo.
B. Alat dan Bahan
a. Alat
Adapun alat dalam praktikum teknologi pengemasan dan penyimpanan adalah :
Plastic kemas
Aluminium foil
Seller dan
Timbangan analitik
b. Bahan
Bahan yang dipakai dalam pengemasan adalah :
C.
1 kg kripik ubi yang dibagi dua rasa yaitu rasa manis dan rasa padas manis.
Prosedur Kerja
Gunting aluminium foil sesui dengan ukuran berat produk yang dikemas
Lipat aluminium foil sehingga membentuk kemasan
Masukan aluminium foil ke seller dan perhatikan kelurusan kemasannya agar tidak bengkok
kemasannya
Kemudian setelah berbentuk kemasan masukan produk yang akan dikemas
Setelah itu kembali aluminium foil dimasukan ke seller untuk menutup bagian atas kemasan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan tidak mudah rusak, pengemasan juga berfungsi untuk menarik minat konsumen dalam
pemasaran produk produk pangan atau produk lainnya.
Bahan bahan kemasan yang biasa dipakai dipasaran ada lima jenis yaitu kemasan
plastik,kemasan logam, kemasan kayu, kemasan kertas dan kemasan gelas dan kaca, untuk
produk pangan biasanya menggunakan kemasan primer yang terbuat dari plastik atau aluminium
foil, sedangkan kemasan sekundernya biasa menggunakan kemsan kertas kertas contohnya dus.
Untuk kemasan kayu biasa dipakai di penjualan atau pemasaran yang menggunakan jasa antar
pulau atau produk harus diantar ke tempat jauh itu harus menggunakan kemasan kayu.
Berdasarkan frekuensi pemakaian kemasan dibagi atas
Kemasan sekali pakai yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah satu kali pakai misal plastik
bungkus es, bungkus permen dari kertas dan lain lain.
Kemasan yang dapat dipakai berkali-kali seperti beberapa jenis botol minuman,botol kecap,
wadah ini umumnya tidak dibuang oleh konsumen akan tetapi dikembalikan lagi pada agen
penjual untuk kmudian dimanfaatkanulang oleh pabrik.
Dan yang terakhir kemasan yang tidak dibuang atau dikembalikan oleh konsumen biasanya
wadah-wadah tersebut digunakan sebagai kepentingan lain dirumah konsumen seperti jenis botol
aqua yang digunakan konsumen untuk wadah air minum.
Kegiatan praktek yang dilaksanakan pada tanggal 8 januari 2013 di lab.pengolahan teknologi
pangan, yaitu membuat kemasan kripik yang terdiri dari dua rasa yaitu manis dan pedas,
menggunakan alat yang disebut seller . ternyata dari praktikum yang kami laksanakan membuat
suatu desain kemasan itu cukup mudah yaitu cukup dengan menggunting aluminium foil
kemudian memanaskannya di seller untuk membentuk kemasan, kemudian masukan produk
yang akan dikemas dan kemudian dipanaskan lagi diseller agar kemasan tertutup rapat, kemasan
yang kami buat adalah kemasan dengan berat 35 g, hasilnya cukup menarik dan dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
Seperti yang kita lihat bersama desain kemasan pada gambar ini adalah hasil dari praktikum
teknologi pengemasan yang kelompok III lakukan.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemasan adalah pewadahan,pembungkusan, atau pengepakan, yang memegang peranan penting
dalam pengawetan makanan atau produk pangan.
Fungsi kemasan selain berperan penting dalam pengawetan produk pangan yaitu sebagai sarana
B. Saran
1.
agar jadwal praktikum dan pengamatan dapat diatur dengan baik lagi, sehingga praktikum
dapat berjalan dengan baik dan memberikan hasil praktikum yang memuaskan
2.
sarana dan prasarana dalam laboratorium supaya dilengkapi lagi seperti kursi dan alat-alat
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A; dkk. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Kartasapoetra, A.G. 1989. Teknologi Penanganan Pasca Panen . Jakarta: Penerbit Bina Aksara.
Kartika, Bambang. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Yogyakarta : UGM.
SNI. 01.2973.1992. Mutu dan cara uji biskuit. Badan Standarisasi Nasional.